Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia dan di Indonesia.
Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan menyerang wanita umur 40-50 tahun, tapi
saat ini sudah mulai ditemukan pada usia 18 tahun (American Cancer Society, 2011).

Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Dari total 58 juta
kematian di seluruh dunia pada tahun 2005, kanker menyumbang 7,6 juta (atau 13%) dari
seluruh kematian. Kanker Payudara menyebabkan 502.000 kematian per tahun. Lebih dari
70% dari semua kematian akibat kanker pada tahun 2005 terjadi di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Kematian akibat kanker terus meningkat, dengan 9
juta orang diperkirakan meninggal karena kanker pada tahun 2015 dan 11,4 juta meninggal
pada tahun 2030 (Parkway Cancer Centre, 2011).

Pada tahun 2008 di Indonesia, jumlah kasus kanker payudara sebesar 36,2% atau sebanyak
39.831 kasus, dengan jumlah kematian 18,6 per 100.000 penduduk (ChartBin, 2011). Pada
tahun 2010 menurut data WHO terakhir yang dipublikasikan pada bulan April 2011,
kematian akibat kanker payudara di Indonesia mencapai 20.052 atau sebesar 1,41%, dengan
tingkat kejadian sebesar 20,25 per 100.000 penduduk Indonesia dan menempati urutan 45 di
dunia (Indonesia Health Profile, 2011). Jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2005 di
Provinsi Jawa Tengah, sebanyak 3.884 atau (36,83%) dari 10.546 kasus kanker. Kasus
penyakit kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar 24.204
kasus lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 27.125 kasus, terdiri dari Ca.
servik 9.113 kasus (37,65%), Ca. mamae 12.281 kasus (50,74%), Ca. hepar 2.026 (8,37%),
dan Ca. paru 784 kasus (3,24%). Prevalensi kanker payudara di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun.

2009 sebesar 0,037% dan tertinggi di Kota Surakarta sebesar 0,637% (Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2010). Jumlah yang diperkirakan 50% penderita kanker payudara di
Indonesia datang memeriksakan penyakit kanker yang dideritanya sudah pada stadium
lanjut. Deteksi dini kanker payudara merupakan langkah awal yang baik untuk mengetahui
adanya penyakit kanker payudara sedini mungkin, yaitu dengan Periksa payudara Sendiri
(SADARI). Keterlambatan deteksi dini ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya
pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker payudara (Indonesian Cancer Fondation,
2011) Kurangnya pengetahuan dan fakta tentang kanker payudara karena rendahnya tingkat

1
pendidikan. Wanita tidak tahu cara mengakses informasi yang akurat tentang kanker
payudara. Mayoritas perempuan tidak tahu rentang usia saat mamografi sebaiknya dilakukan
juga tidak tahu potensinya dalam mendeteksi kanker payudara dini (Aylin dkk, 2005).

Dalam jurnal Oxford Annals of Oncology (2010), ketika seseorang dinyatakan menderita
kanker, maka akan terjadi beberapa tahapan reaksi emosional dan salah satunya yang sering
terjadi adalah depresi. Menyediakan informasi bagi pasien merupakan faktor penentu penting
bagi kepuasan pasien dan juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan, tingkat kecemasan
dan tingkat depresi penderita kanker. Depresi sering kurang terdiagnosis karena banyak
faktor, termasuk kurangnya penyediaan pengetahuan tentang penilaian teknik dan pilihan
pengobatan (Schwartz dkk, 2009).

Menurut Miller (2008), sebanyak 16%-25% pasien menderita kanker sekaligus depresi.
Setelah pasien terdiagnosa kanker payudara pada tahun pertama, 48% wanita mengalami
kecemasan dan depresi. Dampak depresi pada penderita kanker tidak hanya pada
penderitanya saja, tetapi juga bisa berakibat pada keluarganya, yang pada akhirnya akan
menurunkan kualitas hidup penderita bila penanganannya tidak adekuat.

Konginan A (2008) menyebutkan, faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya depresi pada
pasien kanker diantaranya stadium lanjut, pengendalian nyeri dan keluhan yang tidak baik,
riwayat depresi sebelumnya, alkoholik, gangguan endokrin, gangguan neurologik, dan obat-
obatan salah satunya kemoterapi. Sedangkan Miller, (2008), mengungkapkan faktor risiko
terjadinya depresi diantaranya adalah pernah mengalami depresi atau gangguan pikiran
sebelumnya, sulit dalam menerima atau menyesuaikan diri dengan diagnosa kanker, usia
masih muda, memiliki masalah dengan alcohol dan narkoba, kanker terjadi ketika sedang
mengalami kejadian lain yang menimbulkan stres, tidak mendapatkan dukungan keluarga
atau dukungan sosial, sebelumnya pernah mengalami pengalaman buruk ketika anggota
keluarga yang lain atau teman dekatnya mengidap kanker, tidak memiliki keyakinan terhadap
efektifitas dari perawatan, perubahan fisik atau cacat fisik, perawatan yang bisa
menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan Dari uraian di atas, penulis berminat
untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kejadian Ca Mamae atau kanker payudara darimulai
pengertian sampai asuhan keperawatan untuk pasien ca mamae.

2
B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi ca mamae
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dan factor resiko ca mamae
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis ca mamae
4. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi ca mamae
5. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan medis ca mamae
6. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan ca mamae

3
BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI

Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae
adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di
dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara.
(Medicastore, 2011) Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Sofian,2012)

2. ETIOLOGI

Factor resiko terjadi kanker payudara:

1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara


2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari wanita
dengan kanker payudara
3. Menarke dini
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama
5. Menopous pada usia lanjut
6. Riwayat penyakit payudara jinak
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun
beresiko hamper 2 kali lipat
8. Obesitas-resiko terendah diantara wanita pascamenopouse
9. Kontrasepsi oral
10. Terapi pergantian hormone
11. Masukan alcohol

4
Tipe kanker payudara: (Smelzer, 2002)

1. Karsinoma duktal
menginfiltrasi (75%) karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran
yang menuju puting susu.
2. Karsinoma lobular menginfiltrasi (5-10%)
karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah
menopause.
3. Karsinoma medular (6%) kanker ini berasal dari kelenjar susu.
4. Kanker musinus (3%)
5. Karsinoma inflamatori (1-2%)
6. Penyakit paget payudara (jarang Terjadi)

3. TANDA dan GEJALA


Kenali 12 Tanda dan Gejala Kanker Payudara
1. Kulit payudara mengeras
2. Terdapat cekungan seperti lesung pipi
3. Kulit payudara mengelupas
4. Tumbuh pembuluh darah pada payudara
5. Tumbuh gumpalan seperti daging
6. Kulit payudara kemerahan
7. Puting mengeluarkan cairan
8. Puting masuk
9. Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk
10. Terdapat benjolan
11. Kulit payudara berlekuk
12. Payudara berubah bentuk

5
4. PATOFISIOLOGI

6
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pembedahan
a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi Pengangkatan payudara sepanjang
nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor
tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak
diangkat.
b. Mastectomy total Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan
lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan
otot dinding dada tidak diangkat.
c. Lumpectomy/tumor Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara
tidak turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan
payudara normal yang berada di sekitar tumor tersebut.
d. Wide excision/mastektomy parsial. Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan
payudara normal.
e. Ouadranectomy. Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan
lapisan otot pectoralis mayor.
2. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya,
kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang
tenggorokan.
3. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek
samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah
bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga
digabung dengan therapi endokrin lainnya.

7
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap pengumpulan data yang berhubungan dengan pasien
secara sistematis. (Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000). Menurut Wijaya &
Putri (2013), data yang dikaji pada pengkajian mencakup data yang dikumpulkan
melalui riwayat kesehatan, pengkajian fisik, pemeriksaan laboraturium dan
diagnostik, serta
review catatan sebelumnya. Langkah-langkah pengkajian yang sistematik adalah
pengumpulan data, sumber data, klasifikasi data, anaisa data dan diagnose
keperawatan.
a. Identitas Meliputi data pasien dan data penanggung-jawab, seperti nama, umur
(50 tahun ke atas), alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor medical
record.
b. Keluhan utama adanya benjolan pada payudara, sejak kapan, riwayat penyakit
(perjalanan penyakit, pengobatan yang telah diberikan), faktor etiologi/ resiko.
c. Konsep diri mengalami perubahan pada sebagian besar klien dengan cancer
mammae.
d. Pemeriksaan klinis Mencari benjolan karena organ payudara dipengaruhi oleh
factor hormon antara lain estrogen dan progesteron, maka sebaiknya
pemeriksaan ini dilakukan saat pengaruh hormonal ini seminimal mungkin/
setelah menstruasi ± 1 minggu dari hari akhir menstruasi. Klien duduk dengan
tangan jatuh ke samping dan pemeriksa berdiri didepan dalam posisi yang
sama tinggi.
e. Inspeksi
1. Simetri (sama antara payudara kiri dan kanan.
2. Kelainan papilla. Letak dan bentuk, adakah putting susu, kelainan kulit,
tanda radang, peaue d’ orange, dimpling, ulserasi, dan lain-lain.
f. Palpasi
a. Klien berbaring dan diusahakan agar payudara tersebar rata atas
lapangan dada, jika perlu punggung diganjal bantal kecil.
b. Konsistensi, banyak, lokasi, infiltrasi, besar, batas dan operabilitas.
c. Pembesaran kelenjar getah bening (kelenjar aksila).
d. Adanya metastase nodus (regional) atau organ jauh

8
e. Stadium kanker (system TNM UICC)
g. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan penunjang klinis
- Pemeriksaan radiologist
- Mammografi/ USG Mamma
- X-foto thoraks
- Kalau perlu galktografi, tulang-tulang, USG abdomen, bone scan,
CT scan.
b. Pemeriksaan laboraturium
- Darah lengkap, urin
- Gula darah puasa dan 2 jpp
- Enxym alkali sposphate, LDH
- CEA, MCA, AFP
- Hormon reseptor ER, PR
- Aktivitas estrogen/ vaginal smear.
c. Pemeriksaan sitologis
- FNA dari tumor
- Cairan kista dan efusi pleura
- Sekret puting susu, ditemukannya cairan abnormal seperti darah
atau nanah.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembedahan, mis;
anoreksia
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan bedah jaringan
d. Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan prognosanya
e. Kurang pengetahuan tentang Kanker mammae berhubungan dengan kurang
pemajanan informasi
f. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian dan fungsi
tubuh

9
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

10
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan diamana rencana
perawatan dilaksanakan, melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah ditentukan.
(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).

5. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, yakni proses yang
dilakukan secara terus-menerus dan penting untuk menjamin kualitas serta
ketepatan perawatan yang diberikan dan dilakukan dengan meninjau respon untuk
menentukan keefektifan rencana perawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien.
(Doenges, Moorhouse, & Burley, 2000).

11
BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN
Otitis Media Akut (OMA) adalah peradangan akut sebagian atau seluruh telinga
tengah, tuba eustachi, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang disebabkan karena
masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah. Bakteri penyebab otitis media
antara lain Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus influenza,
Escherichia coli, Streptococcus anhemolyticus, Streptococcus hemolyticus, Proteus
vulgaris, dan Pseudomoas aeruginosa. Terdapat 5 stadium dalam OMA yaitu stadium
oklusi, stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi, dan stadium resolusi.
OMA biasa terjadi terutama pada bayi atau anak karena anatomi saluran eustachi yang
masih relatif pendek, lebar, dan letaknya lebih horizontal.
B. SARAN
Dari kesimpulan di atas penulis dapat sedikit memberi saran kepada beberapa pihak
agar kualitas pelayanan kesehatan Indonesia semakin meningkat, diantaranya sebagai
berikut:
a. Keluarga klien Keluarga klien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarga dengan masalah Ca mammae
serta mampu menjaga mulai dari pola makan, sampai pola aktivitas sehingga
anggota keluarga lain terhindar dari penyakit ca mammae.
b. Mahasiswa Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep dan memberikan
Asuhan Keperawatan pasien dengan ca mammae.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz H, 2007.Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data .Jakarta :
Salemba Medika

Bylander, A., dkk. 2007.Journal of Children Microbiology

Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher.Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Revai, R, et al. 2007. Incidence of Acute Otitis Media and Sinusitis Complicating Upper
Respiratory Tract Infection. Journal of The American Academy Pediatrics

Rahajoe, N. 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI

Wan desen, 2008. Onkologi klinis. Edisi 2. FK UI

Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Tumor ganas. Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai