OLEH
BASKARA ILHAM JAYA
(P17221171001)
MAKALAH
Oleh :
P17221171001
Mengetahui,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan
rahmat dan pertolongan-Nya saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
GANGGUAN SISTEM RESPIRASI ASMA BRONKIALE ” dapat
terselesaikan.Dari makalah ini semoga memberikan informasi kepada kita semua.
penyusun
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
3.1.............................................................................................................. Pengkajian
................................................................................................................................11
3.2........................................................................................... Diagnosa Keperawatan
................................................................................................................................15
3.3................................................................................................................. Intervensi
................................................................................................................................15
ii
3.4................................................................................................................... Evaluasi
................................................................................................................................20
BAB 4 PENUTUP
4.1............................................................................................................. Kesimpulan
................................................................................................................................21
4.2......................................................................................................................... Saran
................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkiale dengan ciri
bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran nafas). (iman somantri,
2008).
Bronkiektasis merupakan dilatasi kronik bronkus dan bronkiolus permanen.
Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal,muncul karena berbagai
penyebab dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai diding
bronkial, baik secara langsung maupun tidak yang dapat mengganggu sistem
pertahanan.
Oleh karena itulah, kami akan membahas masalah mengenai asma bronkhiale
dan menjelaskan konsep teori serta asuhan keperawatannya.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat pembuatan makalah adalah untuk melatih dan menambah
pengetahuan tentang asma bronkiale. Disini diharapkan agar
mahasiswa/mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan Asma bronkhiale.
Di samping itu juga sebagai tugas dari mata kuliah sistem imun
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan
Sistem Respirasi Asma Bronkiale
Penyakit asma bronkiale di masyarakat sering disebut sebagai bengek,
asma, mengi, ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya. Asma
merupakan suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang
bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan
respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan nafas. (Medicafarma,2008)
Dari definisi di atas, maka dapat diambil poin penting mengenai asma, yaitu :
- Asma merupakan penyakit gangguan jalan nafas
- Ditandai dengan hipersensitifitas bronkus dan bronkokostriksi
- Diakibatkan oleh proses inflamasi kronik
- Bersifat reversible
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkiale dengan ciri bronkospasme
periodic (kontraksi spasme pada saluran nafas). (iman somantri, 2008).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (smeltzer,
Suzannec,2002).
2
2.2 Patofisiologi
(i) (ii)
Gambar 1 : saluran nafas normal (i) dan saluran nafas penderita asma (ii) (Muchid
dkk, 2007)
3
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. (Tanjung, 2003)
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronchus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-
faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.(Tanjung,2003)
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrelchest.(Tanjung,2003)
4
2.3 Etiologi Asma Bronkiale
Etiologi, asma bronkiale dibagi dalam 3 tipe :
Asma Bronkial Tipe Non Atopi (Intrinsik) : Pada golongan ini, keluhan tidak ada
hubungannya dengan paparan (exposure) terhadap allergen dan sifat-sifatnya adalah :
Serangan timbul setelah dewasa, Keluarga tidak ada yang menderita asma, Penyakit
infeksi sering menimbulkan serangan, Ada hubungan dengan pekerjaan atau beban
fisik, Rangsangan psikis juga berperan untuk menimbulkan serangan, Bisa juga
dicetuskan oleh perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik
Asma Bronkial Tipe Atopi (Ekstrinsik) : Pada golongan ini, keluhan ada
hubungannya dengan paparan terhadap allergen lingkungan yang spesifik. Kepekaan
ini biasanya dapat ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkus. Pada tipe ini
mempunyai sifat-sifat : Timbul sejak kanak-kanak, Pada keluarga ada yang menderita
asma, Adanya eksim pada waktu bayi, Sering menderita rhinitis (peradangan pada
mukosa hidung), Bisa disebabkan house dust mite atau tepung sari bunga rumput
(USA, Inggris)
Asma Bronkial Campuran (Mixed) : Pada golongan ini, keluhan diperberat baik
oleh factor-faktor intrinsik maupun eksterinsik.
5
seringkali diikuti dengan dahak putih berbuih. Selain itu, makin kental dahak,
maka keluhan sesak akan semakin berat. Dalam keadaan sesak napas hebat,
penderita lebih menyukai posisi duduk membungkuk dengan kedua telapak tangan
memegang kedua lutut. (Medicafarma,2008)
6
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
(Medicafarma,2008)
2.5.5 Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu:
- Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clockwise rotation.
- Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right
bundle branch block).
- Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES
atau terjadinya depresi segmen ST negative. (Medicafarma,2008)
2.5.6 Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan
FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak
adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak
saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi. (Medicafarma,2008)
7
2.6 Penatalaksaaan Medis
PENDIDIKAN / EDUKASI KEPADA PENDERITA DAN KELUARGA
Pengobatan yang efektif hanya mungkin berhasil dengan penatalaksanaan
yang komprehensif, dimana melibatkan kemampuan diagnostik dan terapi dari
seorang dokter Puskesmas di satu pihak dan adanya pengertian serta kerjasama
penderita dan keluarganya di pihak lain. Pendidikan kepada penderita dan
keluarganya adalah menjadi tanggung jawab dokter Puskesmas, sehingga dicapai
hasil pengobatan yang memuaskan bagi semua pihak. (Medlinux,2008)
Beberapa hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh penderita dan keluarganya
adalah :
1. Memahami sifat-sifat dari penyakit asma : Bahwa penyakit asma tidak bias
sembuh secara sempurna. Bahwa penyakit asma bisa disembuhkan tetapi pada
suatu saat oleh karena faktor tertentu bisa kambuh lagi. Bahwa kekambuhan
penyakit asma minimal bisa dijarangkan dengan pengobatan jangka panjang
secara teratur. (Medlinux,2008)
2. Memahami faktor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan,
seperti : Inhalan : debu rumah, bulu atau serpihan kulit binatang anjing, kucing,
kuda dan spora jamur. Ingestan : susu, telor, ikan, kacang-kacangan, dan obat
obatan tertentu. Kontaktan : zalf kulit, logam perhiasan. Keadaan udara : polusi,
perubahan hawa mendadak, dan hawa yang lembab. Infeksi saluran pernafasan.
Pemakaian narkoba atau napza serta merokok. Stres psikis termasuk emosi yang
berlebihan. Stres fisik atau kelelahan. (Medlinux,2008)
Penderita dan keluarga sebaiknya mampu mengidentifikasi hal-hal apa saja yang
memicu dan memperberat serangan asma penderita. Perlu diingat bahwa pada
beberapa pasien, faktor di atas bersifat individual dimana antara pasien satu dan
yang lainnya tidaklah sama tetapi karena hal itu sulit untuk ditentukan secara pasti
maka lebih baik untuk menghindari faktor-faktor si atas. (Medlinux,2008)
3. Memahami faktor-faktor yang dapat mempercepat kesembuhan, membantu
perbaikan dan mengurangi serangan : Menghindari makanan yang diketahui
menjadi penyebab serangan (bersifat individual). Menghindari minum es atau
makanan yang dicampur dengan es. Berhenti merokok dan penggunakan narkoba
atau napza. Menghindari kontak dengan hewan diketahui menjadi penyebab
8
serangan. Berusaha menghindari polusi udara (memakai masker), udara dingin
dan lembab. Berusaha menghindari kelelahan fisik dan psikis. Segera berobat bila
sakit panas (infeksi), apalagi bila disertai dengan batuk dan pilek. Minum obat
secara teratur sesuai dengan anjuran dokter, baik obat simptomatis maupun obat
profilaksis. Pada waktu serangan berusaha untuk makan cukup kalori dan banyak
minum air hangat guna membantu pengenceran dahak. Manipulasi lingkungan :
memakai kasur dan bantal dari busa, bertempat di lingkungan dengan temperatur
hangat. (Medlinux,2008)
4. Memahami kegunaan dan cara kerja dan cara pemakaian obat – obatan yang
diberikan oleh dokter : Bronkodilator : untuk mengatasi spasme bronkus. Steroid :
untuk menghilangkan atau mengurangi peradangan. Ekspektoran : untuk
mengencerkan dan mengeluarkan dahak. Antibiotika : untuk mengatasi infeksi,
bila serangan asma dipicu adanya infeksi saluran nafas. (Medlinux,2008)
5. Mampu menilai kemajuan dan kemunduran dari penyakit dan hasil pengobatan.
6. Mengetahui kapan “self treatment” atau pengobatan mandiri harus diakhiri dan
segera mencari pertolongan dokter. (Medlinux,2008)
Penderita dan keluarganya juga harus mengetahui beberapa pandangan yang salah
9
– Adrenalin (Epinefrin) injeksi. Obat ini tersedia di Puskesmas dalam kemasan
ampul 2 cc. Dosis dewasa : 0,2-0,5 cc dalam larutan 1 : 1.000 injeksi subcutan.
Dosis bayi dan anak : 0,01 cc/kg BB, dosis maksimal 0,25 cc. Bila belum ada
perbaikan, bisa diulangi sampai 3 X tiap15-30 menit.
– Efedrin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 25 mg. Aktif dan efektif
diberikan peroral.
– Salbutamol. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet kemasan 2 mg dan 4
mg. Salbutamol merupakan bronkodilator yang sangat poten bekerja cepat dengan
efek samping minimal. Dosis : 3-4 X 0,05-0,1 mg/kg BB (Medlinux,2008)
b. Bronkodilator golongan teofilin
– Teofilin. Obat ini tidak tersedia di Puskesmas. Dosis : 16-20 mg/kg BB/hari oral
atau IV.
– Aminofilin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 200 mg dan injeksi 240
mg/ampul. Dosis intravena : 5-6 mg/kg BB diberikan pelan-pelan. Dapat diulang
6-8 jam kemudian , bila tidak ada perbaikan. Dosis : 3-4 X 3-5 mg/kg BB
(Medlinux,2008)
c. Kortikosteroid. Obat ini tersedia di Puskesmas tetapi sebaiknya hanya dipakai
dalam keadaan pengobatan dengan bronkodilator baik pada asma akut maupun
kronis tidak memberikan hasil yang memuaskan dan keadaan asma yang
membahayakan jiwa penderita (contoh : status asmatikus). Dalam pemakaian
jangka pendek (2-5 hari) kortikosteroid dapat diberikan dalam dosis besar baik
oral maupun parenteral, tanpa perlu tapering off. (Medlinux,2008)
d. Ekspektoran.
Adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran pernafasan
menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus diencerkan dan
dikeluarkan. Sebaiknya jangan memberikan ekspektoran yang mengandung
antihistamin, sedian yang ada di Puskesmas adalah Obat Batuk Hitam (OBH),
Obat Batuk Putih (OBP), Glicseril guaiakolat (GG) (Medlinux,2008)
e. Antibiotik
Hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan
infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.
(Medlinux,2008)
10
2. PENGOBATAN PROFILAKSIS
Pengobatan profilaksis dianggap merupakan cara pengobatan yang paling
rasional, karena sasaran obat-obat tersebut langsung pada faktor-faktor yang
menyebabkan bronkospasme. dengan cara kerja obat sebagai berikut :
a. Menghambat pelepasan mediator.
b. Menekan hiperaktivitas bronkus. Hasil yang diharapkan dari pengobatan
profilaksis adalah :
a. Bila mungkin bisa menghentikan obat simptomatik.
b. Menghentikan atau mengurangi pemakaian steroid.
c. Mengurangi banyaknya jenis obat dan dosis yang dipakai.
d. Mengurangi tingkat keparahan penyakit, mengurangi frekwensi serangan dan
meringankan beratnya serangan.
Obat profilaksis yang biasanya digunakan adalah :
a. Steroid dalam bentuk aerosol.
b. Disodium Cromolyn.
c. Ketotifen.
d. Tranilast. (Medlinux,2008)
11
BAB 3
TINJAUAN ASKEP
3.1 Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kesehatan yang lalu:
• Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
• Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
• Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas
• Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
• Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
3. Aktivitas sehari-hari.
• Tidur dalam posisi duduk tinggi.
4. Pernapasan
• Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
• Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
• Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
• Adanya bunyi napas mengi.
• Adanya batuk berulang.
5. Sirkulasi
• Adanya peningkatan tekanan darah.
• Adanya peningkatan frekuensi jantung.
• Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis.
• Kemerahan atau berkeringat.
6. Integritas ego
• Ansietas
• Ketakutan
• Peka rangsangan
• Gelisah
12
7. Asupan nutrisi
• Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
• Penurunan berat badan karena anoreksia.
8. Hubungan sosial
• Keterbatasan mobilitas fisik.
• Susah bicara atau bicara terbata-bata.
• Adanya ketergantungan pada orang lain.
13
Dx 2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
selama serangan akut
Tujuan: pola nafas efektif
Kriteria hasil:
• Sesak berkurang atau hilang
• RR 18-24x/menit
• Tidak ada retraksi otot pernapasan
Intervensi:
• Kaji tanda dan gejala ketidakefektifan pernapasan : dispnea, penggunaan otot-
otot pernapasan
• Pantau tanda- tanda vital dan gas- gas dalam arteri
• Baringkan pasien dalam posisi fowler tinggi untuk memaksimalkan ekspansi
dada
• Berikan terapi oksigen sesuai pesanan
Dx. Kep 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas.
Intervensi:
• Awasi suhu.
• Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat.
14
• Dapatkan specimen sputum dengan batuk atau pengisapan untuk pewarnaan
gram, kultur/sensitifitas (kolaborasi).
B. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 Data Subjektif :
- Klien mengatakan batuk ketika berpaparan dengan debu.
-klien mengatakan sesak napas.
Data Objektif :
- Klien tanpak berkeringat dan susah bernafas.
TTV :
- N : 80 x /i
- T : 37oC
- RR : 28 x / i
- TD : 100 / 60 mmHg
Bronkos pasme
Bersihan jalan napas tidak efektif
2 Data Subjektif :
- Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk produktif dan susah bernafas.
- Ibu mengatakan anaknya tanpak pucat,lemah saat batuk.
Data Objektif :
- Anak tampak lemah dan gelisah
- Tapak pucat
- Batuk produktif, kental dan sulit keluar.
- TTV
15
N : 80 x / i
T : 37oC
RR : 28 x /I
TD : 100/60 mmHg
Imunitas
Resiko tinggi terhadap infeksi
3 Data Subjektif :
- Ibu mengatakan nafsu makan menurun sejak sakit
- Ibu mengatakan anak mengalami mual dan muntah
Data Objektif :
- Nafsu makan menurun
- Anak tidak bisa menghabiskan porsi makan
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana tindakan Rasionalisasi
Bersihan jalan nafas tak efektif b/d peningkatan produksi mukus yang ditandai os
batuk dan dahak sulit keluar, sputum warna putih kental,os gelisah Setelah
diberi tindakan perawatan selama 3x 24 jam jalan nafas pasien efektif ,dengan
KE:
-Bunyi jalan nafas bersih/jelas
-Pasien bisa batuk efektif dan mengeluarkan sekret - Auskultasi bunyi nafas
,catat adanya bunyi mengi, ronkhi
-Pantau frekuensi pernafasan.catat rasio inspirasi/ expirasi
-Beri posisi nyaman, misal:peninggian kepala tempat tidur,duduk pada sandaran
tempat tidur
16
batuk
-Lakukan drainage postural dengan perkusi dan fibrasi pada pagi dan malam
sesuai yang diharuskan
-Instruksikan pasien menghindari iritan seperti asap , asap rokok, aerosol, cuaca
dingin
-Beri bronkodilator sesuai therapi -Mengetahui luasnya obstruksi oleh mukus
-Mengetahui tanda stress pernafasan
-Sekresi bergerak sesuaigayagravitasi akibat perubahan posisi dan meningkatkan
kepala tempat tidur akan memindahkan isi perut menjauhi diafragma sehingga
memungkinkan diafragma untuk berkontraksi
-Mengencerkan sekret.
-Mengeluarkan sekret dan meningkatkan patensi jalan nafas
-Merontokkan sekret agar mudah dikeluarkan
- Tidak merangsang pembentukan mukus lagi
-Memfasilitasi pergerakan sekret.
Kerusakan pertukaran gas b/d ketidaksamaan ventilasi dan perfusi yang ditandai
dengan os mengatakan nafas sesak , tampak retraksi otot bantu pernafasan,RR >
20 kali /menit,PaO2 < 60 mmHg, Pa CO2 > 40 mmHg, os tampak sianosis
Setelah diberi tindakan perawatan selama 3×24 jam terjadi perbaikan dalam
pertukaran gas dengan KE:
-GDA dalam rentang normal
-Gejala disstres pernafasan tidak ada
-Tanda –tanda vital dalam batas normal
-Gelisah tidak ada -Observasi frekuensi, kedalaman pernafasan,catat
penggunaan otot bantu nafas,nafas bibir,ketidakmampuan bicara/ berbincang
-Observasi tingkat kesadaran
-Monitor AGD
-Atur pemberian oksigen
-Beri posisi duduk(fowler)
-Dorong nafas dalam perlahan atau nafas bibir sesuai kemampuan
-Beri bronkodilator sesuai therapy
17
-Observasi tanda vital, dan warna membrane mukosa kulit
-Kolaboratif tindakan intubasi dan ventilasi mekanik bila perlu
-Mengetahui adekuatnya jalan nafas dan meningkatnya kerja pernafasan
-Mengetahui indikasi hipoksia
-Menentukan keseimbangan asam basa ,dan kebutuhan oksigen
-Menambah suplai O2 sehingga meningkatkan pertukaran gas
-Mengoptimalkan kontraksi diafragma
18
-Memudahkan pasien dalam penggunaan sehingga mengurangi penggunaan O2
-Semua kebutuhan pasien dapat terpenuhi
-Tanda vital yang normal mendukung pasien untuk beraktivitas
-Petunjuk intervensi yang terapeutik
-Bisa menghilangkan cemas ,membantu pasien menggunakan pikiran yang sehat
kedepan.
Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d susah makan
Setelah diberikan tindakan perawatan 1x 24 jam pasien tidak mengalami
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan KE:
-Pasien mau makan
-Sesak nafas dan batuk berkurang
-Pasien tahu pentingnya nutrisi untuk pemulihan
-Lakukan prosedur terapi sesuai advis
-Beri informasi tentang pentingnya nutrisi untuk pemulihan
-Anjurkan keluarga untuk membantu pasien makan
-Beri diet lunak TKTP
-Sesak dan produksi mukus berkurang
-Pasien termotivasi untuk mau makan
-Kebutuhan pasien akan nutrisi terpenuhi
-Makanan mudah dicerna dan kebutuhan kalori terpenuhi
Kurang pengetahuan b/d kurang informasi yang ditandai dengan os mengatakan
tidak tahu faktor penyebab penyakit dan kekambuhan
19
-Os tahu tentang sakitnya dan tahu faktor penyebab / pencetus penyakit
- Os tahu dan bisa menghindari faktor pencetus kambuh
-Os tahu perkembangan penyakit sehingga resiko kambuh berkurang
3.4 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai
keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Setelah
melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan sesuai dengan
rencana tujuan yaitu:
20
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten dalam keadaan di mana asma
adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah
disingkirkan. Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar o,5-1% dari seluruh
kehamilan.
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkhial dengan ciri bronkospasme
periodik(kontraksi spasme pada saluran nafas).(iman somantri, 2008). Asma
adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu (smeltzer, suzanne
c,2002).
Biasanya pada asma diagnosa yang pertama kali muncul adalah klien merasakan
sesak nafas yang berhubungan dengan proses penyakit. Sebab pada saat
pengkajian pada pasien asma ditemukan bahwa pasien merasa susah dalam
bernafas, berkeringat, anoreksia dan sulit dikeluarkan. Adapun tindakan yang
dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh anak yaitu dengan memberikan kompres
hangat, karena bila menggunakan kompres dingin dapat mempercepat panas
tubuh. Sementara, tindakan yang dilakukan untuk mengatasi kurang volume
cairan dengan memenuhi kebutuhan cairan melalui pemberian infus ringer laktat
5% (RL) atau dekstrosa 5%.
4.2 Saran
Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat
kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam
berkomunikasi dengan klien.
Agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesionl dalam menetapkan diagnosa
keperawtan.
Semoga mahasiswa/i dapat memahami dengan mudah isi dari makalah ini, tetap tekun,
jangan mudah menyerah . karna ketika kita mau belajar pasti kita bisa.
21
DAFTAR PUSTAKA
Medicafarma. (2008, Mei 7). Asma Bronkiale. Diakses 24 September 2008 dari
Medicafarma: http://medicafarma.blogspot.com/2008/05/asma-
bronkiale.html
Medlinux. (2008, Juli 18). Penatalaksanaan Asma Bronkial.
Diakses 24 September 2008 dari Medicine and Linux:
http://medlinux.blogspot.com/2008/07/penatalaksanaan-asma-
bronkial.html
Muchid, dkk. (2007, September). Pharmaceutical care untuk penyakit
asma. Diakses 24 September 2008 dari Direktorat Bina Farmasi
Komunitas Dan Klinik Depkes RI:
http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ASMA.p
df
Tanjung, D. (2003). Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Diakses 24 September
2008 dari USU digital library:
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 2. Edisi Pertama.
Jakarta : Salemba Medika. Supriyadi Agus_Document/2012
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Kesatu.
Jakarta. Media Aesculapius.
22