Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Kode Etik

Etik adalah terminologi dengan berbagai makna, etik berhubungan dengan


bagaimana seorang harus bertindak dan bagaimana mereka melakukan hubungan
dengan orang lain. Etik tidak hanya mengambarkan sesuatu, tetapi lebih kepada
perhatian dengan penetepan norma atau standart kehidupan seseorang dan yang
seharusnya dilakukan (Mandle, Boyle dan O’Donohe, 1994 dalam Sumijatun 2010).

Kode etik merupakan seperangkat system norma , nilai dan aturan baik tertulis
maupun tidak tertulis yang belaku bagi semua anggota organisasi profesi tertentu.
Kode etik merupakan standar profesional yang digungakan sebagai pedoman perilaku
dalam menjalankan kewajiban profesi. Perinsip dasar kode etik adalah menghargai
hak dan martabat manusia (Astuti, 2016).

Menurut Astuti (2016) keperawatan sebagai sebuah profesi juga memiliki kode
etik keperawatan. Kode etik keperawatan merupakan asas tertulis yang harus
dijadikan pedoman bagi setiap perawat dalam proses berinteraksi dalam pasien, agar
perilaku perawat tetap pada koridor kebenaran. Sumijatun (2010) menambahkan
salah satu ciri perawat sebagai profesi mempunyai kode etik yang dilandasi oleh
keyakinan tentang hakekat individu, keperawatan, kesehatan dan masyarakat.
Penerima dan pemberi pelayanan keperawatan dipandang sebagai individu/kelompok
yang memiliki hak azasi, tanggung jawab dan nilai-nilai. Pada waktu seseorang mulai
memasuki profesi keperawatan, maka secara langsung dia akan menerima tanggung
jawab kepercayaan dan kewajiban yang melekar pada kode etik itu sendiri.

Menurut Sumijatun (2010) kode etik perawat mempunyai maksud sebagai


berikut :

1. Memberikan landasan bagi pengaturan hubungan antara perawat, pasien/klien


rekan sejawat, masyarakat dan profesi
2. Mengingatkan perawat tentang tanggung jawab khusus yang mereka emban
bila sedang merawat pasien/klien
3. Memberikan standar sebagai dasar utuk memberi sanksi pada praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan moraldan sebaliknyadigunakan untuk
membela praktisi keperawatan yang diperlakukan tidak adil
4. Sebagai landasan pembuatan kurikulum professional dan untuk memberikan
orentasi bagi lulusan baru terhadap praktik keperawatan
5. Mambantu masyarakat umum agar dapat mengerti tingkah laku keperawatan
profesional
6. Menuntun profesi dalam pengaturan diri

2.2 Fungsi Kode Etik Keperawatan

Menurut Sumijatun (2010) fungsi kode etik perawat saat ini sebagai landasan bagi
status profesional dengan cara sebagai berikut :

1. Menunjukkan pada masyarakat bahwa perawat diharuskan memahami dan


menerima kepercayaan serta tanggung jawab yang diberikan masyarakat
kepada perawat
2. Menjadi pedoman bagi perawat untuk berperilaku dan menjalin hubungan
keprofesian sebagai landasan dalam penerapan praktik etikal
3. Menetapkan hubungan-hubungan profesional yang harus dipatuhi, yaitu
hubungan perawat dengan klien, perawat dengan sesama perawat dan antara
perawat dengan masyrakat
4. Memberi saran pengaturan diri sebagai profesi

2.3 Tujuan Kode Etik Keperawatan

Menurut Kozier & Erb (1989), fungsi kode etik keperawatan di bagi menjadi
beberapa hal, yaitu:

1. Memberikan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien, tenaga


kesehatan lain, masyarakat dan profesi keperawatan
2. Memberikan dasar dalam menilai tindakan keperawatan
3. Menjadi dasar dalam membuat kurikulum pendidikan keperawatan
4. Membantu masyarakat untuk mengetahui pedoman dalam melaksanakan
praktek keperawatan

Menurut Utami, dkk (2016:106), etik keperawatan juga memiliki fungsi penting
bagi perawat dan seluruh individu yang menikmati pelayanan keperawatan. Fungsi-
fungsi tersebut adalah:

1. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola


asuhan keperawatan
2. Mendorong para perawat di seluruh Indonesia agar dapat berperan serta dalam
kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil
penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan
3. Mendorong para perawat agar dapat berperan serta secara aktif dalam
mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat, tidak
hanya di rumah sakit tetapi di luar rumah sakit
4. Mendorong para perawat agar bisa mengembangkan diri secara terus menerus
untuk meningkatkan kemampua professional, integritas dan loyalitasnya bagi
masyarakat luas
5. Mendorong para perawat agar dapat memelihara dan mengembangkan
kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam
melaksanakan profesinya
6. Mendorong para perawat menjadi anggota masyarakat yang responsive,
produktif, terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi ke masa
depan sesuai dengan perannya.

2.4 Kode Etik Keperawatan Indonesia (Munas PPNI VIII)

Berdasarkan hasil Munas PPNI VIII dalam Budiono & Pertami (2015:52), kode
etik keperawatan Indonesia dibagi menjadi beberapa poin, yaitu:

a. Perawat dan Klien


1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat
dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik, dan agam yang dianut serta kedudukan social.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.
3) Tanggung jawab utam perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
asuhan keperawatan
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh
berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
b. Perawat dan Praktik
1) Pearwat memelihara dan meningktkan kopetensi di bidang keperawatan
melalui belajar terus menerus.
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada infromasi yang akurat
dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila
melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi
kepada orang lain.
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keeprawatan
dengan selalu menunjukkan perilaku professional
c. Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan
dan kesehatan masyarakat.
d. Perawat dan Temas Sejawat
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesame perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
illegal.
e. Perawat dan Profesi
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standard pendidikan
dan pelayanan keperawatan serta menerapkan dalam keagiatan pelayanan
dan pendidikan keperawatan
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegaiatan pengembangan profesi
keperawatan
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk mebangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.

2.5 Kode Etik Emergency Nursing Association (ENA, 2015)

Menurut ENA Code of Ethics dalam Solheim (2016:12). Perawat gawat


darurat:

1. Kolaborasi dengan berbagai multidisiplin profesi untuk memastikan


praktek yang aman dan perawatan yang aman
2. Bertindak dengan belas kasih, integritas, dan menghormati martabat
manusia sambil mengakui dan menjaga otonomi individu
3. Mempertahankan kompetensi dalam, dan akuntabilitas untuk, praktik
keperawatan darurat
4. Bertindak untuk melindungi individu ketika perawatan kesehatan dan
keselamatan terancam oleh praktik yang tidak kompeten, tidak etis, atau
ilegal
5. Menggunakan penilaian yang kuat dalam melaksanakan tanggung jawab,
melaporkan, mendelegasikan, dan mencari konsultasi
6. Menghormati hak individu untuk privasi dan kerahasiaan
7. Mengadvokasi dan bekerja untuk meningkatkan kesehatan masyarakat
dan mengamankan akses ke perawatan kesehatan untuk semua
8. Merangkul peran advokat untuk pasien, keluarga, semua petugas
kesehatan, dan masyarakat dalam diskusi kebijakan perawatan kesehatan
9. Mendukung dan berpartisipasi dalam penelitian yang diperlukan untuk
menutup kesenjangan dalam pengetahuan, praktik, dan pendidikan
10. Mempromosikan dan menumbuhkan lingkungan kerja yang sehat dan
budaya yang adil.

2.6 Prinsip Etik dan Legal Keperawatan Gawat Darurat

Menurut Nasrullah (2014), prinsip etik keperawatan adalah menghargai hak


dan martabat manusia, tidak akan berubah. Prinsip dasar keperawatan antara lain:

1. Autonomy (autonomi) adalah suatu bentuk respek terhadap seseorang dan


sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi juga diartikan sebagai kemandirian dan kebebasan individu
untuk menuntut perbedaan diri.
2. Beneficience (berbuat baik) adalah suatu bentuk wujud kemanusiawian
dan juga memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejadian yang
disebabkan oleh diri sendiri dan orang lain.
3. Justice (keadilan) adalah suatu bentuk terapi adil terhadap orang lain yang
menjujung tinggi prinsip moral, legal dan kemanusiaan, prinsip keadilan
juga diterapkan pada pancasila Negara Indonesia pada sila ke 5 yakni
keadilan social bagi seluruh Indonesia. Dengan ini menunjukkan bahwa
prinsip keadilan merupakan suatu bentuk prinsip yang dapat
menyeimbangkan dunia.
4. Non maleficience (tidak merugikan) adalah sebuah prinsip yang
mempunyai arti bahwa setiap tindakan yang dilakukan pada seseorang
tidak menimbulkan secara fisik maupun mental.
5. Veracity (kejujuran) merupakan suatu nilai yang menjunjung tinggi untuk
menyampaikan kebenaran apa yang sebenarnya terjadi.
6. Fidelity (loyalitas/ketaatan) pada prinsip ini dibutuhkan orang yang dapat
menghargai janji dan berkomitmen kepada orang lain.
7. Confidentiality (kerahasiaan) merupakan prinsip yang harus dilakukan
oleh semua manusia yang ada dibumi ketika mengiyakan suatu rahasia
yang diberikan oleh orang lain.
8. Accountability (akuntabilitas) merupakan prinsip yang berhubungan
dengan fidelity yang berarti bahwa tanggung jawab pasti pada setiap
tindakan dan dapat digunakan untuk menilai orang lain. Prinsip ini juga
diartikan sebagai standard pasti yang mana tindakan seseorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.
9. Morality (moralitas) merupakan bagian dari prinsip etika keperawatan
yang sangat penting, termasuk advokasi, responsibilitas, dan loyalitas.
Advokasi dapat diartikan sebagai memberi saran dalam upaya melindungi
dan mendukung hak-hak pasien. Responsibilitas merupakan eksekusi
terhadap tugas tugas yang berhubungan dengan peran seseorang, dan
loyalitas merupakan suatu konsep yang melewati simpati, peduli dan
hubungan timbale balik terhadap pihak yang secara langsung dengan
orang lain secara professional.
10. Value (nilai) merupakan sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang
sedemikian rupa okleh seseorang yang menjadi standard prilaku
seseorang.
BAB III

Kasus I

Penderitaan klien dengan kanker colon yang sudah mengalami metastase mengeluh
nyeri yang tidak berkurang dengan dosis morphin yang telah ditetapkan.
Keluargameminta penambahan dosis pemberian morphin untuk mengurangi keluhan
nyerinya dan memutuskan untuk tidak memberikan alat bantu apapun termasuk
oksigen, Keluarga mendukung keinginan klien agar terbebas dari keluhan nyeri.
Konflik yang terjadi adalah :

Pembahasan :

a) Tidak memberikan Oksigen dan penambahan dosis pemberian morphin dapat


mempercepat kematian klien yang berarti melanggar prinsip etik Beneficience-
Nonmaleficience

b) Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien yang
dapat melanggar nilai autonomy.

Kasus II

Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 35 tahun, mempunyai 2 orang anak yang ber
umur 6 dan 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja sebagai
Sopir angkutan umum. Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan RS. sejak 2 hari
yang lalu. Sesuai hasil pemeriksaan Ny.D positif menderita kanker Rahim grade III,
dan dokter merencanakan klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi
pengangkatan kanker rahim, karena tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan.
Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan operasi Ny.D. Klien tampak
hanya diam dan tampak cemas dan binggung dengan rencana operasi yang akan
dijalaninnya. Pada saat ingin meninggalakan ruangan dokter memberitahu perawat
kalau Ny.D atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan
jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan menjelaskannya.

Menjelang hari operasinya klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang
merawatnya, yaitu:
“apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti”.karena kami masih ingin
punya anak. “apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi” dan “apakah
operasi saya bisa diundur dulu suster”
Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab secara singkat,
“ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi”
“penyakit ibu hanya bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain”
“yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi…”
“Bila ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan lansung dengan
dokternya…ya.”
Sehari sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan memutuskan menolak
operasi dengan alasan, klien dan suami masih ingin punya anak lagi

Pembahasan :

Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran hak klien yang dapat
melanggar nilai autonomy.

Kasus III

Seorang perawat tidak sengaja menggunting jari bayi. Dan konyolnya, perawat itu
tidak meminta pertolongan dokter tetapi membuang jari tersebut ke bak sampah.
Kejadian tersebut mungkin tidak akan segera diketahui jika tidak ada seorang staf
RS anak di Inggris salford yang melihat tangan bayi tersebut berdarah. Bayi

tersebut baru berusia tiga minggu. Pencarian masih tetap dilakukan dan beruntung
jari bayi tersebut masih ditemukan di bak sampah

Anda mungkin juga menyukai