Anda di halaman 1dari 255

BAB I

METODE NUMERIK SECARA UMUM

1.1 Pengertian Metode Numerik

Metode numerik merupakan teknik untuk menyelesaikan masalah matematika

dengan pengoperasian aritmatika (hitungan), metode penyelesaian model matematika

dengan rumus – rumus aljabar yang sudah baku atau lazim.

Contoh ilustrasi :

1. Tentukan akar-akar persamaan polinom :

14𝑥 5 + 5𝑥 4 + 2𝑥 3 − 𝑥 2 − 𝑥 − 12 = 0

2. Tentukan harga 𝑥 yang memenuhi persamaan:

1 (120𝑥 2 + √2𝑥)
√27,8𝑒 5𝑥 − = cos −1
𝑥 17𝑥 − 65

 Soal (1) tidak terdapat rumus aljabar untuk menghitung akar polinom.

 Sousi untuk (1) memanipulasi polinom, misalnya memfaktorkan (atau

menguraikan ) polinom menjadi perkalian beberapa suku.

 Kendala : semakin tinggi derajat polinom, semakin sukar memfaktorkannya.

 Soal (2) masih sejenis dengan soal (1) yaitu menentukan nilai 𝑥 yang memenuhi

kedua persamaan.

1.2 Alasam Mempelajari Metode Numerik

Beberapa alasan mengapa kita harus mempelajari metode numerik :

Metode Numerik Page 1


1. Metode numerik merupakan alat bantu pemecahan masalah matematika yang

sangat ampuh. Metode numerik mampu menangani sistem

persamaan besar, ketidaklinearan, dan geometri yang rumit yang

dalam praktek rekayasa seringkali tidak mungkin dipecahkan

secara analitik.

2. Metode numerik menyediakan sarana untuk memperkuat kembali

pemahamanmatematika, karena metode numerik ditemukan

dengan cara menyederhanakanmatematika yang lebih tinggi

menjadi operasi matematika yang mendasar.

3. Menyediakan sarana memperkuat pengetahuan matematika,

karena salah satu kegunaannya adalah menyederhanakan

matematika yang lebih tinggi menjadi operasi – operasi

matematika yang mendasar.

1.3 Tahap Pemecahan Secara numeris :

1. Pemodelan

2. Penyederhanaan model

3. Formulasi Numerik

a. Menentukan metoe numeric yang akan dipakai, bersama

dengan analisis error awal.

b. Pertimbangan pemilihan metode

1) Apakah metode tersebut teliti ?

Metode Numerik Page 2


2) Apakah metode mudah diprogram, dan waktu

pelaksanaannya cepat ?

3) Apakah metode tersebut peka terhadap ukuran data ?

c. Menyusun algoritma dari metode numeric yang dipilih

4. Pemrograman

5. Operasional -> pengujian program dengan data uji

6. Evaluasi -> intepretasi output, penaksiran kualitas

solusi numeric, pengambilan keputusan untuk menjelaskan

program guna memperoleh hasil yang lebih baik.

1.4 Langkah-langkah Penyelesaian persoalan numerik :

1.1 Identifikasi masalah

1.2 Memodelkan masalah ini secara matemais

1.3 Identifikasi metode numerik yang diperlukan untuk menyelesaikannya

1.4 Analisis hasil akhir : implementasi, metode, model dan masalah

1.5 Jenis-jenis persoalan matematika yang akan diselesaikan secara

numerik dalam naskah ini:

1. Pencarian akar-akar persamaan tak linear.

2. Metode iteratif untuk penyelesaian sistem persamaan linear

3. Interpolasi linear, kuadrat, Newton, dan spline.

4. Regresi kuadrat terkecil.

Metode Numerik Page 3


5. Diferensiasi numerik.

6. Persamaan diferensial biasa.

7. Integrasi numerik.

BAB II

Metode Numerik Page 4


DERET TAYLOR DAN ANALISIS GALAT

2.1 Deret Taylor dan Deret MaclLaurin

Deret Taylor

Rumus :

(𝑥 − 𝑥0 ) ′ (𝑥 − 𝑥0 )2 ′′ (𝑥 − 𝑥0 )𝑚 𝑚
𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + … + 𝑓 (𝑥0 ) + …
1! 2! 𝑚!
(𝒙𝟎 ) = 𝟏

Pada deret Taylor ini mempunyai panjang deret yang tak berhingga

sehingga untuk mempermudahkan penulisan suku-suku selanjutnya

kita menggunakan tanda elipsis (...).

contoh 1 :

Hampiri fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑠𝑖𝑛 (𝑥) ke dalam deret Taylor di sekitar 𝑥0 = 1.

Penyelesaian :

Tahap 1 :

Menentukan turunan 𝑠𝑖𝑛 (𝑥) terlebih dahulu sebagai berikut :

𝑓(𝑥) = sin 𝑥
𝑓′(𝑥) = cos 𝑥
𝑓′′(𝑥) = −sin 𝑥
𝑓′′′(𝑥) = −cos 𝑥
𝑓 4 (𝑥) = sin 𝑥

Dan seterusnya.

Tahap 2 :

Subtitusikan 𝑠𝑖𝑛 (𝑥) beserta turunannya ke persamaan deret taylor

dibawah ini:

Metode Numerik Page 5


(𝑥 − 𝑥0 ) ′ (𝑥 − 𝑥0 )2 ′′ (𝑥 − 𝑥0 )𝑚 𝑚
𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + … + 𝑓 (𝑥0 ) + …
1! 2! 𝑚!

Maka akan menghasilkan :

(𝑥 − 𝑥0 ) (𝑥 − 𝑥0 )2
𝑆𝑖𝑛 (𝑥) = 𝑠𝑖𝑛 (𝑥0 ) + 𝑐𝑜𝑠 (𝑥0 ) + (−𝑠𝑖𝑛 (𝑥0 ))
1! 2!
(𝑥 − 𝑥0 )3 (𝑥 − 𝑥0 )4
+ (−𝑐𝑜𝑠 (𝑥0 )) + 𝑠𝑖𝑛 (𝑥0 ) + …
3! 4!

Tahap 3 :

Karena pada deret taylor 𝑥0 = 1, maka subtitusi 𝑥0 menjadi 1:

(𝑥 − 1) (𝑥 − 1)2 (𝑥 − 1)3
𝑆𝑖𝑛 (𝑥) = 𝑠𝑖𝑛 (1) + 𝑐𝑜𝑠 (1) + (−𝑠𝑖𝑛 (1)) + (−𝑐𝑜𝑠 (1))
1! 2! 3!
(𝑥 − 𝑥0 )4
+ 𝑠𝑖𝑛 (1) + …
4!

Pada suku-suku deret taylor tidak berhingga banyaknya, maka untuk

alasan praktis deret Taylor dipotong sampai suku orde tertentu.

contoh 2 :

Tentukan deret Taylor 𝑓(𝑥) = 𝑐𝑜𝑠 (𝑥) ke dalam deret Taylor di sekitar

𝑥0 = 1 untuk 𝑓(𝑥) hingga suku orde 3.

Penyelesaian :

Tahap 1 :

Menentukan turunan 𝑐𝑜𝑠 (𝑥) terlebih dahulu sebagai berikut :

𝑓(𝑥) = 𝑐𝑜𝑠 𝑥
𝑓′(𝑥) = −sin 𝑥
𝑓"(𝑥) = −cos 𝑥
𝑓"′(𝑥) = sin 𝑥

Tahap 2 :

Subtitusikan 𝑐𝑜𝑠 (𝑥) bersama dengan turunan 𝑐𝑜𝑠 (𝑥) ke persamaan

deret taylor dibawah ini:

Metode Numerik Page 6


(𝑥 − 𝑥0 ) ′ (𝑥 − 𝑥0 )2 ′′
𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + …
1! 2!
𝑚
(𝑥 − 𝑥0 ) 𝑚
+ 𝑓 (𝑥0 ) + …
𝑚!
Maka akan menghasilkan :

(𝑥 − 𝑥0 ) (𝑥 − 𝑥0 )2
𝐶𝑜𝑠 (𝑥) = 𝑐𝑜𝑠 (𝑥0 ) + (−𝑠𝑖𝑛 (𝑥0 )) + (−𝑐𝑜𝑠 (𝑥0 ))
1! 2!
(𝑥 − 𝑥0 ) 3
+ 𝑠𝑖𝑛 (𝑥0 )
3!
Karena pada deret taylor 𝑥0 = 1, maka subtitusi 𝑥0 menjadi 1:

(𝑥 − 1) (𝑥 − 1)2
𝐶𝑜𝑠 (𝑥) = 𝑐𝑜𝑠 (1) + (−𝑠𝑖𝑛 (1)) + (−𝑐𝑜𝑠 (1))
1! 2!
(𝑥 − 1) 3
+ 𝑠𝑖𝑛 (1)
3!
Deret MacLaurin

Rumus :

(𝑥 − 𝑥0 ) ′ (𝑥 − 𝑥0 )2 ′′
𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + …
1! 2!
(𝑥 − 𝑥0 )𝑚 𝑚
+ 𝑓 (𝑥0 ) + …
𝑚!
(𝒙𝟎 ) = 𝟎

Pada deret MacLaurin ini juga mempunyai panjang deret yang tak

berhingga sehingga untuk mempermudahkan penulisan suku-suku

selanjutnya kita menggunakan tanda elipsis (...).

Contoh 3 :

Tentukan deret MacLaurin untuk 𝑠𝑖𝑛 𝑥.

Penyelesaian :

Tahap 1 :

Menentukan turunan 𝑠𝑖𝑛 (𝑥) terlebih dahulu sebagai berikut :

Metode Numerik Page 7


𝑓(𝑥) = sin 𝑥 𝑓(0) = sin 0 0
𝑓 ′(𝑥) = cos 𝑥 𝑓 ′ (0) = cos 0
1
𝑓 ′′(𝑥) = − sin 𝑥 𝑓′′(0) = −sin 0
𝑓 ′′′(𝑥) = − cos 𝑥 𝑓′′′(0) = −cos 0 0
4 (0)
𝑓 4 (𝑥)
= sin 𝑥 𝑓 = sin 0
-1
. .
0
. .

Tahap 2 :

Subtitusikan 𝑠𝑖𝑛 (𝑥) bersama dengan turunan 𝑠𝑖𝑛 (𝑥) ke persamaan

dibawah ini:

(𝑥 − 𝑥0 ) ′ (𝑥 − 𝑥0 )2 ′′
𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + …
1! 2!
(𝑥 − 𝑥0 )𝑚 𝑚
+ 𝑓 (𝑥0 ) + …
𝑚!
Maka akan menghasilkan :

(𝑥 − 𝑥0 ) (𝑥 − 𝑥0 )2
𝑆𝑖𝑛 (𝑥) = 𝑠𝑖𝑛 (𝑥0 ) + 𝑐𝑜𝑠 (𝑥0 ) + (−𝑠𝑖𝑛 (𝑥0 ))
1! 2!
(𝑥 − 𝑥0 )3 (𝑥 − 𝑥0 )4
+ (−𝑐𝑜𝑠 (𝑥0 )) + 𝑠𝑖𝑛 (𝑥0 ) + …
3! 4!
Tahap 3 :

Karena pada deret MacLaurin 𝑥0 = 0, maka subtitusi 𝑥0 menjadi 0:

(𝑥 − 0) (𝑥 − 0)2
𝑆𝑖𝑛 (𝑥) = 𝑠𝑖𝑛 (0) + 𝑐𝑜𝑠 (0) + (−𝑠𝑖𝑛 (0))
1! 2!
(𝑥 − 0)3 (𝑥 − 0)4
+ (−𝑐𝑜𝑠 (0)) + 𝑠𝑖𝑛 (0) + …
3! 4!
Tahap 4 :

Operasikan deret di bawah ini :

(𝑥) (𝑥)2 (𝑥)3 (𝑥)4


𝑆𝑖𝑛 (𝑥) = 0 + 1+ 0+ (−1) + 0+ …
1! 2! 3! 4!

Metode Numerik Page 8


Hasil akhir :

𝑥3
sin 𝑥 = 𝑥 −
3!
Pada suku-suku deret MacLaurin tidak berhingga banyaknya, maka

untuk alasan praktis deret MacLaurin dipotong sampai suku orde

tertentu.

Cotoh 4 :

Tentukan deret MacLaurin untuk 𝑓(𝑥) hingga suku orde 3 dari 𝑓(𝑥) =

tan 𝑥

Penyelesaian :

Tahap 1 :

Menentukan turunan 𝑡𝑎𝑛 (𝑥) terlebih dahulu sebagai berikut :

𝑓(𝑥) = tan 𝑥
1
𝑓 ′(𝑥) =
𝑐𝑜𝑠 2 𝑥
2 sin 𝑥
𝑓′′(𝑥) =
𝑐𝑜𝑠 2 𝑥
2 2𝑠𝑖𝑛2 𝑥
𝑓 ′′′(𝑥) = +
𝑐𝑜𝑠 4 𝑥 𝑐𝑜𝑠 4 𝑥
Tahap 2 :

Subtitusikan tan (𝑥) beserta turunannya ke persamaan dibawah ini:

(𝑥 − 𝑥0 ) ′ (𝑥 − 𝑥0 )2 ′′
𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + …
1! 2!
(𝑥 − 𝑥0 )𝑚 𝑚
+ 𝑓 (𝑥0 ) + …
𝑚!
Maka akan menghasilkan :

Metode Numerik Page 9


(𝑥 − 𝑥0 ) 1 (𝑥 − 𝑥0 )2 2 sin 𝑥
𝑡𝑎𝑛(𝑥) = 𝑡𝑎𝑛(𝑥0 ) + (𝑥 ) + + …
1! 𝑐𝑜𝑠 2 𝑥 0 2! 𝑐𝑜𝑠 2 𝑥
(𝑥 − 𝑥0 )𝑚 2 2𝑠𝑖𝑛2 𝑥
+ + + …
𝑚! 𝑐𝑜𝑠 4 𝑥 𝑐𝑜𝑠 4 𝑥
Tahap 3 :

Karena pada deret MacLaurin 𝑥0 = 0, maka subtitusi 𝑥0 menjadi 0:

(𝑥 − 0) (𝑥 − 0)2 (𝑥 − 0)3
𝑡𝑎𝑛(𝑥) = 0 + 1+ 0 + …+ 2
1! 2! 3!
Tahap 4 :

Operasikan deret di bawah ini :

𝑥 2𝑥
𝑆𝑖𝑛 (𝑥) = +
1! 3!
Hasil akhir :

2𝑥 3
sin 𝑥 = 𝑥 +
6
𝑥3
sin 𝑥 = 𝑥 +
3
Deret MacLaurin yang Penting.
1
1. = 1 + 𝑥 + 𝑥2 + 𝑥3 + 𝑥4 + …
1−𝑥
𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5
2. ln(1 + 𝑥) = 𝑥 − + + + + …
2 3 4 5
𝑥3 𝑥5 𝑥7 𝑥9
3. 𝑡𝑎𝑛−1𝑥 = 𝑥 − + − + − …
3 5 7 9
𝑥2 𝑥3 𝑥4
4. 𝑥
𝑒 =1+𝑥+ + + + …
2! 3! 4!
𝑥3 𝑥5 𝑥7 𝑥9
5. sin 𝑥 = 𝑥 − + – + − …
3! 5! 7! 9!
𝑥2 𝑥4 𝑥6 𝑥8
6. cos 𝑥 = 1 − + − + − …
2! 4! 6! 8!
𝑥3 𝑥5 𝑥7 𝑥9
7. sinh 𝑥 = 𝑥 + + + + + …
3 5 7 9
𝑥2 𝑥4 𝑥6 𝑥8
8. cosh 𝑥 = 1 + + + + + …
2! 4! 6! 8!

9. (1 + 𝑥)2 = 1 + (𝑝1)𝑥 + (𝑝2)𝑥 2 + (𝑝3)𝑥 3 + (𝑝4) 𝑥 4 + …

Deret Taylor dan Deret MacLaurent mempunyai rumus deret


yang sama yaitu :
(𝑥 − 𝑥0 ) ′ (𝑥 − 𝑥0 )2 ′′
𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + 𝑓 (𝑥0 ) + …
Metode Numerik 1! 2! Page 10
𝑚
(𝑥 − 𝑥0 ) 𝑚
+ 𝑓 (𝑥0 ) + …
𝑚!
Hanya saja berbeda pada nilai 𝑥0 , yaitu :
2.2 Aalisis Galat

Menganalisis galat sangat penting di dalam perhitungan yang

menggunakan metode numerik. Galat berasosiasi dengan seberapa

dekat solusi hampiran terhadap solusi sejatinya. Semakin kecil galatnya,

semakin teliti solusi numerik yang didapatkan.

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑡𝑖 ( 𝑡𝑟𝑢𝑒 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 ) = 𝐻𝑎𝑚𝑝𝑖𝑟𝑎𝑛 (𝑎𝑝𝑟𝑜𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖) + 𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡



Misalkan a adalah nilai hampiran terhadap nilai sejatinya a , maka

selisih


  aa

 disebut Galat. Jika tanda Galat ( positif atau negatif ) tidak

dipertimbangkan , maka Galat mutlak


  aa

2.3
Metode Numerik Page 11
Galat Relatif didefinisikan sebagai


R 
a

Atau dalam persentase


R  x100%
a

Karena galat dinormalkan terhadap nilai sejati, maka galat relatif

2.4 tersebut dinamakan juga galat relatif sejati. Dengan demikian,

pengukuran panjang kawat mempunyai galat relatif sejati = 1/100 =

0.01, sedangkan pengukuran panjang pensil mempunyai galat relatif

sejati = 1/10 = 0.1.


 RA  
a

Proses ini dilakukan secara berulang , atau secara iterasi dengan

maksud secara beruntun menghitung aproksimasi yang lebih dan lebih

baik. Jadi, persen galat relatif :

aproksimas i sekarang - aproksimas i sebelumnya


a  100%
aproksimas i sekarang

Komputasi diulang sampai a  s


Pada perhitungan numerik yang menggunakan pendekatan lelaran

(iteration), eRA dihitung dengan cara


𝑎𝑟+1 − 𝑎𝑟
𝜀𝑅𝐴 =
𝑎𝑟+1

Metode Numerik Page 12


yang dalam hal ini ar+1 adalah nila i hampiran lelaran sekarang dan ar

adalah nilai

hampiran lelaran sebelumnya. Proses lelaran dihentikan bila

| 𝜀𝑅𝐴 | < 𝜀𝑆

yang dalam hal ini 𝜀𝑆 adalah toleransi galat yang dispesifikasikan. Nilai

𝜀𝑆 menentukan ketelitian solusi numerik. Semakin kecil nilai 𝜀𝑆 , semakin

teliti solusinya, namun semakin banyak proses lelarannya.

Contoh :

1. Misalkan nilai sejati = 10/3 dan nilai hampiran = 3.333. Hitunglah

galat, galat mutlak, galat relative, dan galat relatif hampiran.

Penyelesaian :

Galat = 10/3 – 3.333 = 10/3 – 3333/1000 = 1/3000 = 0.000333…

Galat mutlak = | 10.000333…| = 0.000333…

Galat Relatif = (1/3000)(10/3) = 1/1000 = 0.0001

Galat Relatif Hampiran = (1/3000) / 3.333 = 1/9999

2. Misalkan ada prosedur leleran sebagai berikut

−𝑥𝑟3 + 3
𝑥𝑟+1 = , 𝑟 = 0, 1, 2, 3, …
6
Leleran dihentikan bila kondisi | 𝜀𝑅𝐴 | < 𝜀𝑆 dalam hal ini 𝜀𝑆 adalah

toleransi galat yang diinginkan. Misalkan dengan memberikan

𝑥0 = 0.5, dan 𝜀𝑆 = 0.00001 kita memperoleh runtutan.

𝑥0 = 0.5

Metode Numerik Page 13


( 𝑥1 − 𝑥0 )
𝑥1 = 0.4791667 ; | 𝜀𝑅𝐴 = | = 0.043478 > 𝜀𝑆
𝑥1
( 𝑥2 − 𝑥1 )
𝑥2 = 0.4791667 ; | 𝜀𝑅𝐴 = | = 0.0051843 > 𝜀𝑆
𝑥2
( 𝑥3 − 𝑥2 )
𝑥3 = 0.4813757 ; | 𝜀𝑅𝐴 = | = 0.0005984 > 𝜀𝑆
3
( 𝑥4 − 𝑥3 )
𝑥4 = 0.4814091 ; | 𝜀𝑅𝐴 = | = 0.0000693 > 𝜀𝑆
𝑥4
( 𝑥5 − 𝑥4 )
𝑥5 = 0.4791667 ; | 𝜀𝑅𝐴 = | = 0.0000081 > 𝜀𝑆 ,
𝑥5

Berhenti !

Pada leleran ke-5, | 𝜀𝑅𝐴 | < 𝜀𝑆 sudah terpenuhi sehingga leleran

dapat dihentikan.

3. Hasil pengukuran jari-jari suatu bola adalah: r = (4,50  0,45) m

Keterangan : 𝜀 = 0,45 𝑑𝑎𝑛 𝑎 = 4,50

Hitung galat maksimum dari:

a. Luas permukaan bola

b. Volume bola

Penyelesaian :

a. Luas permukaan bola ( 𝑆 = 4p 𝑟 2 )

Galat relatif luas permukaan bola: 𝜀𝑟 (𝑆) = 2 𝜀𝑟


𝜀
=2 =
𝑎
0,45
2
4,50

= 0,2

Galat mutlak luas permukaan bola:

𝜀𝑠 = 𝑆 𝜀𝑟 (𝑆) = 4𝜋𝑟 2 . 2𝜀𝑟


= 4 (3,14)(4,50)2 (0,2)

Metode Numerik Page 14


= 50,868
𝑆 = (254,340 ± 50,868) 𝑚2
4
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑏𝑜𝑙𝑎 ∶ 𝑉 = p 𝑟3
3
Galat relatif volume bola: 𝜀𝑟 (𝑉) = 3 ε r
0,45
= 3
4,50

= 0,3

Galat mutlak volume bola:

4
𝜀𝑉 = 𝑉. 𝜀𝑟 (𝑉) = p 𝑟 3 𝜀𝑟 (𝑉)
3
4
= (3,14)(4,50)3 (0,3)
3
= 114,453
𝑉 = (381,51 ± 114,453) 𝑚3

2.3 Sumber Utama Galat Numerik

Secara umum terdapat dua sumber utama penyebab galat dalam

perhitungan numerik

 Galat Pemotongan ( truncation error )

 Galat pembulatan ( round-off error )

Selain kedua galat ini, terdapat sumber galat lain :

1. Galat eksperimental , galat yang timbul dari data yang diberikan,

misalnya karena kesalahan pengukuran, ketidaktelitian alat ukur

dan sebagainya.

Metode Numerik Page 15


2. Galat pemrograman, Galat yang terdapat di dalam program

sering dinamakan dengan bug. Dan proses penghilangan galat

dinamakan debugging.

2.3.1 Galat Pemotongan

Galat pemotongan adalah keterbatasan komputer dalam

menyajikan bilangan riil menghasilkan galat. Akibat pembulatan

angka terjadi pada komputer yang disediakan beberapa angka

tertentu.

Misal :

5 angka, penjumlahan 9.2654 + 7.1625 hasilnya 16.4279. ini

berarti terdiri 6 angka sehingga tidak dapat disimpan dalam

komputer kita dan akan dibulatkan menjadi 16.428

Galat pemotongan mengacu pada galat yang ditimbulkan akibat

penggunaan hampiran sebagai pengganti formula eksak atau

matematika yang lebih komplek diganti lebih sederhana. Tipe

galat pemotongan bergantung pada metode komputasi yang

digunakan penghampiran sehingga kadang-kadang disebut juga

galat metode. Misalnya, tuurunan pertama fungsi 𝑓 di 𝑥1

dihampiri dengan formula


𝑓(𝑥1+𝑖 )−𝑓(𝑥𝑖 )
𝑓 ′ (𝑥1 ) =

h adalah lebar absis (𝑥1+𝑖 ) dengan 𝑥𝑖 .

Metode Numerik Page 16


galat yang ditimbulkan dari penghampiran turunan tersebut

merupakan galat pemotongan.

Contoh :

Hampiran fungsi cos(x) dengan bantuan deret taylor di sekitar x =

0:

𝑥2 𝑥4 𝑥6 𝑥8 𝑥 10
cos 𝑥 ≈ 1 − + − + − +⋯
2! 4! 6! 8! 10!

Nilai hampiran galat pemotongan

Deret taylor fungsi cos(x) deret tersebut kita potong sampai suku

orde tertentu, misalngya sampai suku orde n = 6. Kita lihat bahwa

menghampiri cos (x) dengan deret taylor sampai suku berderajat

enam tidak memberikan hasil yang tepat. Namun kita dapat

menghampiri galat pemotongan ini dengan rumus suku sisa :

(𝑥−𝑥0 )(𝑛+1)
𝑅𝑛 (𝑥) = (𝑛+1)!
𝑓 (𝑛+1) (𝑐)

, 𝑥0 < 𝑐 < 𝑥

Pada contoh cos (x) di atas,

𝑥7
𝑅6 (𝑥) = cos(𝑐)
7!

,0 < 𝑐 < 𝑥

Nilai 𝑅𝑛 yang tepat hampir tidak pernah dapat kita peroleh,

karena kita tidak mengetahui nilai c sebenarnya terkecuali

informasi bahwa c terletak pada suatu selang tertentu.

Metode Numerik Page 17


(𝑥−𝑥0 )𝑛+1
|𝑅𝑛 (𝑥)| < 𝑚𝑎𝑥(𝑥0 <𝑐<𝑥) |𝑓 (𝑛+1) (𝑐)|.
𝑛+1!

Galat pemotongan pada deret taylor dapat dikurangi dengan

meningkatkan orde suku-sukunya, namun jumlah komputasinya

menjadi lebih banyak.

Contoh soal :

1. Gunakan deret taylor orde 4 disekitar 𝑥0 = 1 untuk

menghampiri 𝑙𝑛(0,9) dan berikan taksiran untuk galat

pemotongan maksimum yang dibuat.

Penyelesaian :

Tahap 1 :

Menentukan turunan fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑙𝑛(𝑥) terlebih

dahulu.

𝑓(𝑥) = 𝑙𝑛(𝑥) 𝑓(1) = 0


1 𝑓′(1) = 1
𝑓′(𝑥) =
𝑥
1
𝑓"(𝑥) = 2
𝑥 𝑓"(1) = −1
2
𝑓"′(𝑥) = 3 𝑓"′(1) = 2
𝑥
−6
𝑓 (4) (𝑥) = 2
𝑥
𝑓 (4) (1) = −6
(5)
24
𝑓 (𝑥) = 5 24
𝑥 𝑓 (5) (𝑐) =
𝑐5

Metode Numerik Page 18


Deret Taylornya adalah

(𝑥 − 1)2 (𝑥 − 1)3 (𝑥 − 1)4


ln(𝑥) = (𝑥 − 1) − + − 𝑅4 (𝑥)
2 3 4
Dan

ln(0,9) =
(0,9 − 1)2 (0,9 − 1)3 (0,9 − 1)4
(0,9 − 1) − + − 𝑅4 𝑅4 (𝑥)
2 3 4
(−0,1)2 (−0,1)3 (−0,1)4
ln(0,9) = (−0,1) − + − 𝑅4 (𝑥)
2 3 4
ln(0,9) = −0.1053583 + 𝑅4 (𝑥)

Juga

24 (−0.1)5
|𝑅5 (0.9)| < 𝑚𝑎𝑥0.9<𝑐<1 | |𝑥
𝑐5 5!
Dan nilai Max |24/𝑐 5 | di dalam selang 0.9 < c < 1 adalah

pada c = 0.9 (dengan medasari pada fakta bahwa suatu

pecahan nilainya semakin membesar bilamana

penyebut dibuat lebih kecil), sehingga

24 (−0.1)5
|𝑅4 (0.9)| < 𝑚𝑎𝑥0.9<𝑐<1 | |𝑥 = 0.0000034
𝑐5 5!
Jadi ln (0.9) = 0.1053583 dengan galat pemotongan

lebih kecil dari 0.0000034.

2. Deret Taylor yang digunakan untuk menghitung integral

fungsi yang sulit diintegralkan secara analitik (bahkan,

adakalanya tidak mungkin dihitung secara analatik).


1
Hitunglah hampiran nilai ∫0 sin 𝑥 𝑑𝑥 secara numeric,

Metode Numerik Page 19


yaitu fungsi 𝑓(𝑥) = sin 𝑥 dihampiri dengan deret

MacLaurin orde 9.

Penyelesaian :

Deret Maclaurin orde 9 fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑠𝑖𝑛 𝑥 adalah

𝑥3 𝑥5 𝑥7 𝑥9
sin 𝑥 = 𝑥 − + – + − …
3! 5! 7! 9!
Dengan demikian maka

1 1 𝑥3 𝑥5 𝑥7 𝑥9
∫0 sin 𝑥 𝑑𝑥 = ∫0 (x − + – + ) dx
3! 5! 7! 9!

13 15 17 19
= (1 − + – + )
3! 5! 7! 9!

1 1 1 1
= 1− + – + = 0.8414710097
6 120 5040 362880

2.3.2 Galat Pembulatan

Galat pembulatan adalah galat yang ditimbulkan oleh

keterbatasan computer dalam menyajikan bilangan real. Hampir

semua proses penghitungan dalam metode numeric

menggunakan bilangan real. Penyajian bilangan real yang

panjang nyata terhingga tidak bias disajikan secara tepat.

Misalnya 1/6 akan menghasilkan nilai real 0.66666666 … Digit 6

pada bilangan tersebut panjangnya tidakterbatas. Sehingga untuk

melanjutkan proses penghitungan bilangan tersebut dibulatkan

menjadi 0.6667, tergantung berapa digit angka yang dibutuhkan.

Dalam hal ini selisih antara 0.666666 … dan 0.6667 disebut galat

Metode Numerik Page 20


pembulatan.

Angka Bena

Angka bena (significant figure) adalah angka bermakna,angka

penting, atau angka yang dapat digunakan pasti .

Contohnya :

43.123 Memiliki 5 angka bena (yaitu 4, 3, 1, 2, 3)

0.1764 Memiliki 4 angka bena (yaitu 1, 7, 6, 4)

0.0000012 Memiliki 2 angka bena (yaitu 1, 2)

278.300 Memiliki 6 angka bena (yaitu 2, 7, 8, 3, 0, 0)

270.0090 Memiliki 7 angka bena (yaitu 2, 7, 0, 0, 0, 9, 0)

0.0090 Memiliki 2 angka bena (yaitu 9, 0)

Perhatikan bahwa angka 0 bisa menjadi angka bena ata bukan. Pada

contoh 0,001360, tigabuah angka nol pertama tidak berarti,

sedangkan angka 0 yang terakhir angkab berarti karen pengukuran

dilakukan sampai ketelitian ke 4 digit. Jumlah angka bena akan terlihat

dengan pasti bila bilangan riil itu ditulis dlam penulisan ilmiah

(scientific natation).

Metode Numerik Page 21


4.3123 × 101 Memiliki 5 angka bena
1.764 × 10−1
Memiliki 4 angka bena
1.2 × 10−6
2.78300 × 102 Memiliki 2 angka bena
3
0.2700090 × 10
Memiliki 6 angka bena
9.0 × 10−3
13.60 × 102 , 0.1360 × 101 , 1.360 Memiliki 7 angka bena
× 10−3
Memiliki 2 angka bena
6.02 × 1023
1.5 × 107 Memiliki 4 angka bena

Memiliki 24 angka

bena(bilangan avogadro)

Memiliki 8 angka bena ( jarak

bumi-matahari)

Komputer hanya menyimpan sejumlah tertentu angka bena.

Bilangan riil yang jumlah angka benanya melebihi jumlah angka

bena computer akan disimpan dalam sejumlah angka bena

computer itu. Pengabaian angka bena sisanya itulah yang

menimbulkan galat pembulatan.

Contoh :

1. Hitunglah dengan lima angka bena nilai 𝑓(13.400) bila :

𝑓(𝑥) = 𝑥 − 1000(√𝑥 + 0.1 − √−𝑥)

Penyelesaian :

Metode Numerik Page 22


𝑓(𝑥) = 𝑥 − 1000(√𝑥 + 0.1 − √−𝑥)
𝑓(13.400) = 13.400 − 1000(√13.400 + 0.1 − √−13.400)
𝑓(13.400) = 13.400 − 13.633
−233
𝑓(13.400) =
1000
𝑓(13.400) = −0.233

2. Hitunglah hampiran nilai cos(0.2), sudut dinyatakan dalam

radian, dengan deret

Maclaurin sampai suku orde n = 6.

Penyelesaian:

Dari hasil pada Contoh 2.2,

cos(0.2) 1 - 0.22/2 + 0.24/24 - 0.26/720 = 0.9800667

(sampai 7 angka di belakang koma)

2.3.3 Galat Total

Galat akhir atau galat total atau pada solusi numerik merupakan

jumlah galat pemotongan dan galat pembulatan. Misalnya kita

enggunakan deret maclaurin orde-4 untuk menghampiri cos (0,2)

sebagai berikut:

0,22
cos(0.2)≈ 1 − + 0,24 /24 ≈ 0,9800667
2

Metode Numerik Page 23


galat pemotongan galat pembulatan

galat pemotongan timbul karena kita menghampiri cos(0,2)

sampai suku orde empat, sedangkan galat pembulatan timbul

karena kita membulatkan nilai hampiran kedalam 7 digit bena.

Contoh :

1. Tentukam polinom MacLaurin orde 3 untuk 𝑓(𝑥) = 𝑠𝑖𝑛(𝑥),

kemudian gunakan polinom tersebut untuk menghampiri

nilai 𝑓(0.2) gunakan galat total dalam menentukan hasilnya

dengan 4 angka bena.

Penyelesaian :

𝑥3 𝑥5 𝑥7
sin(𝑥) = 𝑥 − + –
3! 5! 7!

0.23 0.25 0.27


sin(0.2) = 0.2 − + – = 0.1986693308
3! 5! 7!
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ∶ 0.1987

2. Carilah deret MacLaurin 𝑒 𝑥 . Gunakanpolinom tersebut untuk

menghampiri nilai 𝑓(0.1), yang setiap hasil perhitungan

antara maupun hasil perhitungan akhir menggunakan galat

total.

Penyelesaian :

𝑥2 𝑥3
𝑒𝑥 = 1 + 𝑥 + +
2! 3!

Metode Numerik Page 24


0.12 0.13
𝑒 (0.1) = 1 + 0.1 + +
2! 3!
= 1.105166667
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ∶ 1.105167

2.4 Orde Peghampiran

Di dalam metode numerik, fungsi 𝑓(𝑥) sering diganti dgn fungsi

hampiran yang lebih sederhana. Satu cara mengungkap-kan tingkat

ketelitian penghampiran itu adalah dengan menggunakan notasi O-

Besar (Big-Oh).

Misal :

𝑓(ℎ) dihampiri dgn fungsi 𝑝(ℎ).

Jika |𝑓(ℎ) − 𝑝(ℎ)| ≤ 𝑀|ℎ𝑛|, yg dalam hal ini M adalah konstanta riil >

0, maka kita katakan bahwa 𝑝(ℎ) menghampiri 𝑓(ℎ) dengan orde

penghampiran 𝑂(ℎ𝑛 ) dan ditulis dgn :

𝑓(ℎ) = 𝑝(ℎ) + 𝑂(ℎ𝑛 )

𝑂(ℎ𝑛 ) juga dapat diartikan sebagai orde galat dari penghampiran

fungsi. Karena ℎ umumnya cukup kecil, yaitu < 1, maka semakin tinggi

nilai n semakin kecil galat, yg berarti semakin teliti penghampiran

fungsinya.

Metode yg berorde 𝑂(ℎ2 ) misalnya, lebih teliti drpd metode yg

berorde 𝑂(ℎ). Juga pada metode yg berorde 𝑂(ℎ2 ), jika ukuran h

dijadikan setengah kali semula, maka galatnya menjadi seperempat kali

Metode Numerik Page 25


galat semula.

Umumnya deret Taylor digunakan untuk menghampiri fungsi.

Misalkan :

𝑥𝑖 + 1 = 𝑥𝑖 + ℎ, 𝑖 = 0,1,2, … . .

Adalah titik-titik sebesar h, maka hampiran 𝑓(𝑥𝑖 + 1) dengan deret

Taylor di sekitar 𝑥𝑖 adalah :

( xi 1  xi ) ' ( x  x )2 ( x  x )n
f ( xi 1 )  f ( xi )  f ( xi )  i 1 i f '' ( xi )  ....  i 1 i f ( n ) ( xi )  Rn ( xi 1 )
1! 2! n!

h ' h2 hn
f ( xi 1 )  f ( xi )  f ( xi )  f '' ( xi )  ....  f (n)
( xi )  Rn ( xi 1 )
1! 2! n!

Dalam hal ini :

h ( n 1) ( n 1)
Rn ( xi 1 )  f (t )  O(h n 1 ); xi  t  xi 1
(n  1)!

Jadi, kita dapat menuliskan :

n
hk k
f ( xi 1 )   f ( xi )  O(h n 1 )
k 0 k!

Bilangan â disebut mendekati a sampai pada d digit-digit yang

signifikan bila d adalah bilangan positif terbesar yang memenuhi:

|a − â | 10−𝑑
|𝜀𝑟 | = <
â 2

Pada deret Taylor:]

Metode Numerik Page 26


𝑓(𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + 𝑓 ′ (𝑥0 )(𝑥 − 𝑥0 ) + ! 𝑓 ′′ (𝑥0 )(𝑥 − 𝑥0 )2 + ! 𝑓 ′′′ (𝑥0 )(𝑥 −
1 1
2 3
1
𝑥0 )3 + … + ! 𝑓 𝑛 (𝑥0 )(𝑥 − 𝑥0 )𝑛 + 𝑅𝑛 (𝑥)
𝑛

Bila (𝑥 − 𝑥0 ) = ℎ atau 𝑥 = 𝑥0 + ℎ, maka:

1
f ( x0  h)  f ( x0 )  f ' ( x0 ) h  f '' ( x0 ) h 2  ...
2!
1
 f n
( x0 ) h n  Rn ( h)
n!

1
Rn ( h)  f n 1
( ) h n1  Mh n1  O( h n1 )
( n  1)!

Dapat dituliskan menjadi:

f (h)  p(h)  O(h n1 )

𝑝(ℎ) adalah fungsi hampiran untuk 𝑓(ℎ) dengan galat 𝑂(ℎ𝑛 + 1).

𝑂(ℎ𝑛 + 1) disebut sebagai Big-Oh (O-besar).

Pada umumnya 0 < ℎ < 1, jadi semakin besar n semakin dekat

𝑝(ℎ) menghampiri 𝑓(ℎ)

Contoh:
1
1. 𝐶𝑜𝑠 ℎ = 1 – ! ℎ2 ± 𝑂(ℎ4 )
2

1 2 1
= 1– ! ℎ ± ! ℎ4 ± 𝑂(ℎ6 )
2 4
1 2 1 4 1 6
= 1 – ! ℎ + ! ℎ – ! ℎ ± 𝑂(ℎ8 )
2 4 6

Metode Numerik Page 27


1 2 1 1 1
= 1– ! ℎ + ! ℎ4 – ! ℎ6 + ! ℎ8 ± 𝑂(ℎ10 )
2 4 6 4

Orde Penghampiran didapat dati Deret Penting Maclaurin :

h2 h3 h4
f ( x)  e x  1  h     O( h 5 )
2! 3! 4!

𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5
𝑓(𝑥) = ln(𝑥) = 𝑥 − + − + + 𝑂(ℎ6 )
2 3 4 5

h3 h5
f ( x)  sin( h)  h    O( h 7 )
3! 5!

ℎ2 ℎ4 ℎ6
𝑓(𝑥) = cos(ℎ) = 1 − + − + 𝑂(ℎ8 )
2! 4! 6!

ℎ2 ℎ3 ℎ4
𝑒ℎ = 1 + ℎ + + + + 𝑂(ℎ5 )
2! 3! 4!
𝑥2 𝑥3 𝑥4 𝑥5
𝑙𝑛(𝑥 + 1) = 𝑥 – + – + + 𝑂(ℎ6 )
2 3 4 5
ℎ3 ℎ5
𝑠𝑖𝑛(ℎ) = ℎ – + + 𝑂(ℎ7 ) (𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑂(ℎ6 ), 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑜𝑟𝑑𝑒 6
3! 5!
= 0)
2
ℎ ℎ4 ℎ6
𝑐𝑜𝑠(ℎ) = 1 – + –
2! 4! 6!
+ 𝑂(ℎ8 ) (𝑏𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑂(ℎ7 ), 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑜𝑟𝑑𝑒 7 = 0)

Contoh :

2. a = 3,141592; â = 3,142

3,141592  3,142 103


er   0,0001299 
3,142 2

Metode Numerik Page 28


â mendekati a teliti sampai tiga desimal

2.5 Bilangan Titik Kambang

Bilangan riil di dalam komputer umumnya disajikan dalam format

bilangan titik-kambang. Bilangan titik -kambang a ditulis sebagai :

𝒂 = ±𝒎 ⨯ 𝑩𝒑 =
±𝟎. 𝒅𝟏𝒅𝟐𝒅𝟑𝒅𝟒𝒅𝟓𝒅𝟔 . . . 𝒅𝒏 ⨯ 𝑩𝒑

dengan,

m = mantisa (riil), d1d2d3d4d5d6 ...dn adalah digit atau bit mantisa

yang nilainya dari 0

sampai B – 1, n adalah panjang digit (bit) mantisa.

B = basis sistem bilangan yang dipakai (2, 8, 10, 16, dan sebagainya)

P = pangkat (berupa bilangan bulat), nilainya dari –Pmin sampai

+Pmaks

Contoh :

Bilangan riil 245.7654 dinyatakan sebagai 0.2457654⨯103 dalam

format bilangan titik kambang dengan basis 10. Cara penyajian seperti

itu serupa dengan cara penulisan ilmiah.

Penulisan ilmiah termasuk ke dalam sistem bilangan titik-kambang.

Sistem bilangan yang kita gunakan setiap hari menggunakan basis

sepuluh (disebut juga sistem desimal), B = 10. Umumnya komputer

Metode Numerik Page 29


menggunakan sistem biner (B = 2), tapi beberapa komputer

menggunakan basis 8 dan 16.

Contoh soal :

1. bilangan rill 38.980 dinyatakan 0.3898 × 102 dalam format

bilangan titik kambang dengan basis 10.

2. bilangan rill 6588 dinyatakan0.6588 × 104 dalam format bilangan

titik kambang dengan basis 10.

3. bilangan riil 3794.33 dinyatakan 0.379433 × 104 dalam format

bilangan titik kambang dengan basis 10.

2.5.1 Bilangan titik kambag Ternormalisasi

Bilangan titik kambang dapat dituliskan dalam bentuk sebagai

berikut.

a = ± (mb) ⨯ B p – 1

Misalnya, 245.7654 dapat ditulis sebagai

0.2457654 ⨯ 103 atau

2.457654 ⨯ 102 atau

0.02457654 ⨯ 104 , dan sebagainya

Bilangan titik-kambang yang dinormalisasi ditulis sebagai

𝒂 = ± 𝒎 ⨯ 𝑩𝒑 = ± 𝟎. 𝒅𝟏 𝒅𝟐 𝒅𝟑 𝒅𝟒 𝒅𝟓 𝒅𝟔 . . . 𝒅𝒏 ⨯ 𝑩𝒑

dengan, d1d2d3d4d5d6 ...dnadalah digit (atau bit) mantisa dengan

Metode Numerik Page 30


syarat

1 ≤d1≤b - 1 dan 0 ≤dk ≤B-1 untuk k > 1.

Pada sistem desimal, 1 ≤d1≤ 9 dan 0 ≤dk ≤ 9,

sedangkan pada sistem biner, d1 = 1 dan 0 ≤dk ≤ 1

Contoh,

0.0563⨯10-3 dinormalisasi menjadi 0.563⨯10-4,

0.00023270⨯106 dinormalisasi menjadi 0.23270 ⨯103.

Pada sistem desimal (B = 10), m akan berkisar dari 0.1 sampai 1,

dan pada sistem biner (B = 10), antara 0.5 dan 1. Sebagai catatan,

nol adalah kasus khusus. Nol disajikan dengan bagian mantisa

seluruhnya nol dan pangkatnya nol. Nol semacam ini tidak

dinormalisasi.

Contoh :

Tulislah bilangan e dalam format bilangan titik-kambang

ternormalisasi dengan basis 10, basis 2, dan basis 16.

Penyelesaian:

Dalam basis 10 (menggunakan 8 angka bena),

e ≈ 2.7182818 = 0.27182818 ⨯ 101

(bilangan titik-kambang desimal ternormalisasi)

Metode Numerik Page 31


Dalam basis 2 (menggunakan 30 bit bena),

e ≈ 0.1010110111111000010101000101102⨯22

(bilangan titik-kambang biner ternormalisasi)

Dalam basis 16 (gunakan fakta bahwa 16 = 24, sehingga 22 = ¼ ⨯

161

e ≈ 0.1010110111111000010101000101102⨯ 22

= ¼ ⨯ 0.1010110111111000010101000101102⨯ 161

= 0.001010110111111000010101000101102⨯ 161

= 0.2B7E151616 x 161

(bilangan titik-kambang heksadesimal ternormalisasi)

2.5.2 Epsilon mesin

Ukuran yang digunakan untuk membedakan suatu bilangan riil

dengan bilangan riil berikutnya adalah epsilon mesin. Epsilon

mesin distandardisasi dengan menemukan bilangan titik-kambang

terkecil yang bila ditambahkan dengan 1 memberikan hasil yang

lebih besar dari 1. Dengan kata lain, jika epsilon mesin

dilambangkan dengan 𝜀maka

1 + 𝜀> 1

Contoh :

Metode Numerik Page 32


tinjau kasus bilangan titik-kambang biner 6-bit word (1 bit tanda, 3

bit untuk pangkat bertanda, dan 2 bit mantisa) dengan B = 2, dan

nilai pangkat dari –2 sampai 3 Karena semua bilangan

dinormalisasi, maka bit pertama harus 1, sehingga semua bilangan

yang mungkin adalah berbentuk:

±0.102⨯2p atau ±0.112⨯2p, -2 ≤p ≤3

Daftar bilangan riil positif yang dapat direpresentasikan adalah

0.102⨯2-2 = (1 ⨯2-1 + 0 ⨯2-2) ⨯2-2 = 1/8 = 0.12510

0.102⨯2-1 = (1 ⨯2-1 + 0 ⨯2-2) ⨯2-1 = 1/4 = 0.2510

0.102⨯20 = (1 ⨯2-1 + 0 ⨯2-2) ⨯20 = 1/2 = 0.510

0.102⨯21 = (1 ⨯2-1 + 0 ⨯2-2) ⨯21 = 1 = 1.010

0.102⨯22 = (1 ⨯2-1 + 0 ⨯2-2) ⨯22 = 2 = 2.010

0.102⨯23 = (1 ⨯2-1 + 0 ⨯2-2) ⨯23 = 4 = 4.010

0.112⨯2-2 = (1 ⨯2-1 + 1 ⨯2-2) ⨯2-2 = 3/16 = 0.187510

0.112⨯2-1 = (1 ⨯2-1 + 1 ⨯2-2) ⨯2-1 = 3/8 = 0.37510

0.112⨯20 = (1 ⨯2-1 + 1 ⨯2-2) ⨯20 = 3/4 = 0.7510

0.112⨯21 = (1 ⨯2-1 + 1 ⨯2-2) ⨯21 = 3/2 = 1.510

0.112⨯22 = (1 ⨯2-1 + 1 ⨯2-2) ⨯22 = 3 = 3.010

0.112⨯23 = (1 ⨯2-1 + 1 ⨯2-2) ⨯23 = 6 = 6.010

Bila kita susun dari nilai positif terkecil ke nilai terbesar, maka

seluruh bilangannya digambarkan dalam diagram garis bilangan

Metode Numerik Page 33


sebagai berikut:

Rentang nilai-nilai positifnya diperlihatkan pada gambar berikut.

Epsilon mesin pada sistem bilangan riil yang ditunjukkan pada

gambar adalah

𝜀= 1.000000119 - 1.0 = 0.119 ⨯10-6

Gap (∆x) atau jarak antara sebuah bilangan titik-kambang dengan

bilangan titik-kambang berikutnya, yang besarnya adalah

∆x = 𝜀⨯R

Metode Numerik Page 34


yang dalam hal ini R adalah bilangan titik-kambang sekarang.

Contohnya, gap antara bilangan positif terkecil pertama 0.29 ⨯10-

38
dengan bilangan titik-kambang terkecil kedua pada gambar

adalah

∆x = (0.119 ⨯10-6 ) ⨯(0.29 ⨯10-38) = 0.345 ⨯10-45

dan dengan demikian bilangan titik-kambang terkecil kedua

sesudah 0.29 ⨯10-38 adalah

0.29 ⨯10-38 + 0.345 ⨯10-45

Dapat dilihat bahwa gap akan bertambah besar dengan semakin

besarnya bilangan titik-kambang.

Keadaan underflow terjadi bila suatu bilangan titik-kambang tidak

dapat dinyatakan di antara 0 dan bilangan positif terkecil (atau

antara 0 dan bilangan negatif terbesar). Keadaan overflow terjadi

bila suatu bilangan titik-kambang lebih besar dari bilangan positif

terbesar (atau lebih kecil dari bilangan negatif terkecil).

Jika kita mengetahui jumlah bit mantisa dari suatu bilangan titik-

kambang, kita dapat menghitung epsilon mesinnya dengan

rumus

𝜀= B1−n

Metode Numerik Page 35


yang dalam hal ini B adalah basis bilangan dan n adalah

banyaknya digit (atau bit) bena di dalam mantisa. Pada contoh

pertama di atas (B = 2 dan n = 2),

𝜀=21−2=0.5

Kita juga dapat menemukan perkiraan nilai epsilon mesin dengan

prosedur yang sederhana. Gagasannya ialah dengan membagi

dua secara terus menerus nilai 1 dan memeriksa apakah 1

ditambah hasil bagi itu lebih besar dari 1.

Epsilon dapat digunakan sebagai kriteria berhenti kekonvergenan

pada pada prosedur lelaran yang konvergen. Nilai lelaran

sekarang dibandingkan dengan nilai lelaran sebelumnya. Jika

selisih keduanya sudah kecil dari epsilon mesin, lelaran dihentikan,

tetapi jika tidak, lelaran diteruskan.

2.5.3 Pembulatan Pada Bilagan Titik Kambang

 Bil. Riil dalam computer memiliki rentang terbatas

 Floating-point yang tidak cocok salah satu dari nilai-nilai

dalam rentang nilai yang tersedia akan dibulatkan

kesalahsatu nilai dalam rentang

Metode Numerik Page 36


 Error yang muncul akibat penghampiran di atas disebut

galat pembulatan

 Teknik pembulatan yang umumnyadipakaikomputer, yaitu:

- Pemenggalan (Chooping)

- Pembulatanke digit terdekat (In-rounding)

a. Pemenggalan (chopping)

– Misaldiketahui:a =  0.d1d2d3…dndn+1…⨯10P

flchop(a) =  0.d1d2d3…dndn+1…⨯10P

• Contoh pemenggalannya:

p = 0.31459265358…⨯101

flchop(p) = 0.314592⨯101 (6 digit mantis)

Error = 0.00000065…⨯101

b. Pembulatan ke digit terdekat (in-rounding)

Metode Numerik Page 37


– Misaldiketahui: a =  0.d1d2d3…dndn+1…⨯10P
^
flround ( a )  0.d1d 2 d 3 ... d n X 10 P

dn ,jika dn+1< 5

^ dn+1 ,jika dn+1 > 5


dn
dn ,jika dn+1 = 5 dan n genap

dn+1 ,jika dn+1 = 5 dan n ganjil

Contoh 1:

p = 0.31459265358…⨯101

Dalam komputer 6 digit, pembulatan menjadi

flround(p) = 0.314593⨯101

dengan error = 0.00000034642…⨯101

Pembulatan ke digit terdekat menghasilkan error yang lebih

kecil dari pada pemenggalan

• Pembulatanke digit terdekat (In-rounding)

Contoh 2: a = 0.568278571528⨯10-4

1. Dalam komputer 7 digit, pembulatan menjadi

flround(a) = 0.5682786⨯10-4

2. Dalam komputer 8 digit, pembulatan menjadi

flround(a) = 0.56827857⨯10-4

Contoh lainnya, nilai 𝑎 = 0.5682785715287⨯10-4:

Metode Numerik Page 38


- di dalam komputer 7 digit dibulatkan menjadi flround(𝑎) =

0.5682786 ⨯10-4

- di dalam komputer 8 digit dibulatkan menjadi flround(𝑎) =

0.56827857 x 10-4

- di dalam komputer 6 digit dibulatkan menjadi flround(𝑎) =

0.568278 x10-4

- di dalam komputer 9 digit dibulatkan menjadi flround(𝑎) =

0.568278572 x 10-4

2.5.4 Aritmatika Bilangan Titik Kambang

a. Operasi Penambahan dan Pengurangan

 Permasalahan 1

Penjumlahan dan Penguranga bilangan yang sangat kecil ke atau dari

bilangan yang lebih besar menyebabkan error

Contoh :

Misalkam digunakan komputer dengan mantis 4 digit (basis 10). Hitunglah

1.557 + 0.04381 = 0.1557 × 101 + 0.4381 × 10−1

Metode Numerik Page 39


Penyelesaian :

Perhatikan bahwa dua digit terakhir dari bilangan yang digeser ke kanan

pada dasarnya telah hilang dari perhitungan.

Galat mutlak pembulatan = |(0.160081 × 101 ) − (0.1601 ×

101 )| = 0.000019

Galat mutlak Pemenggalan = |(0.160081 × 101 ) − (0.1601 ×

101 )| = 0.000081

 Permasalahan 2 :

Pengurangan dua buah bilangan yang hampir sama besar,

menyebabkan kehilangan angka bena dan

pemenggalan maupun pembulatan menghasilkan

jawaban yang sama.

Contoh:

0.56780⨯105 – 0.56430⨯105 (5 angka bena)

Penyelesaian :

Kurangi 0.56780 × 105 denga 0.56430 × 105 (5 angka

bena)

Metode Numerik Page 40


Hasil yang diperolrh hanya mempunyai 3 angka bena. Jadi kita kehilangan

2 buah angka bena. Meskipun kita dapat menuliskan hasilnya sebagai

0.35000 × 105 , namun dua nol yang terakhir bukan angka bena tetapi

sengaja ditambahkan untuk mengisi kekosongan digit yang hilang.

Cotoh soal :

1) Kurangi 3.1415926536 dengan 3.1415957341 (11 angka

Bena)

2) Kurangi 0.7642 × 103 dengan 0.7641103 (4 angka bena)

3) Hitung akar-akar polinom 𝑥 2 − 40𝑥 + 2 = 0 sampai 4 angka

bena.

ℯ 𝑥 −1−𝑥
4) Diberikan 𝑓(𝑥) = . Hitung 𝑓(0.01) sampai 6 angka bena.
𝑥2

Penyelesaian :

1)

Metode Numerik Page 41


2)

3)

4)

Metode Numerik Page 42


b. Operasi Perkalian da Pembagian

Kriteria:

1. Tidak memerlukan penyamaan pangkat seperti halnya

pada penjumlahan

2. Perkalian dapat dilakukan dengan mengalikan kedua

mantis dan menjumlahkan pangkatnya.

3. Pembagian dikerjakan dengan membagi mantis dan

mengurangi pengkatnya.

Contoh.

1. Hitung perkalian 0.4652 ⨯104 dengan 0.1456 ⨯ 10-1 (4

angka bena).

Penyelesaian:

a. Kalikan mantis

0.4652 ⨯ 0.1456 = 0.06773312

Metode Numerik Page 43


b. Jumlahkan pangkat

4 + (−1) = 3

c. Gabungkan mantis dengan pangkat

0.06773312 ⨯ 103

d. Normalisasi: 0.6773312 ⨯ 102

in-rounding → 0.6773 ⨯102

chopping → 0.6773 ⨯102

2. Hitung (0.8675 ⨯ 10−4)/0.2543 ⨯ 10−2 (4 angka bena).

Penyelesaian:

a. Bagi mantis

0.8657 : 0.2543 = 3.4113252

b. Kurangi pangkat

(−4) – (−2) = −2

c. Gabungkan mantis dengan pangkat

3.4113252 ⨯ 10−2

d. Normalisasi: 0.34113252 ⨯ 10−2

in-rounding →0.3411 ⨯ 10−2

chopping →0.3411 ⨯ 10−2

2.6 Perambatan Galat

Metode Numerik Page 44


Galat yang dikandung dalam bilangan titik-kambang merambat pada

hasil komputasi. Misalkan terdapat dua bilangan 𝑎dan 𝑏 (nilai sejati)

dan nilai hampirannya masing-masing 𝑎̂dan 𝑏̂, yang mengandung

galat masing-masing 𝜺𝒂 dan 𝜺𝒃 . Dapat ditulis 𝑎 = 𝑎̂ + 𝜀𝑎 dan 𝑏 = 𝑏̂ +

𝜀𝑏 .

Galat merambat pada hasil penjumlahan 𝑎 dan 𝑏

̂ + 𝜺𝒃 ) = (𝒂
̂ + 𝜺𝒂 ) + (𝒃
𝒂 + 𝒃 = (𝒂 ̂ ) + (𝜺𝒂 + 𝜺𝒃 )
̂ +𝒃

Jadi, galat hasil penjumlahan sama dengan jumlah galat masing-

masing operand.

Galat merambat pada hasil perkalian 𝑎 dan 𝑏

̂ + 𝜺𝒃 ) = 𝒂
̂ + 𝜺𝒂 )(𝒃
𝒂𝒃 = (𝒂 ̂𝒃̂+𝒂 ̂𝜺𝒂 + 𝜺𝒂 𝜺𝒃
̂ 𝜺𝒃 + 𝒃
̂𝒃
𝒂𝒃 − 𝒂 ̂=𝒂 ̂𝜺𝒂 + 𝜺𝒂 𝜺𝒃
̂ 𝜺𝒃 + 𝒃

Jika, a dan b 0, maka galat relatifnya adalah

̂𝒃
(𝒂𝒃 − 𝒂 ̂) (𝒂 ̂𝜺𝒂 + 𝜺𝒂 𝜺𝒃 ) (𝒂
̂ 𝜺𝒃 + 𝒃 ̂𝜺𝒂 ) 𝜺𝒂 𝜺𝒃
̂ 𝜺𝒃 ) (𝒃
= = + +
𝒂𝒃 𝒂𝒃 𝒂𝒃 𝒂𝒃 𝒂𝒃
Jika, 𝑎 dan 𝒂
̂hampir sama besar, yaitu 𝑎 ̂
𝒂 begitu juga b dan𝒃
̂,

̂
𝒂 ̂
b
dan 𝜺𝒂 dan 𝜺𝒃 sangat kecil, maka dan
𝑎 𝑏

𝜺 𝜺
( 𝒂)( 𝒃) , maka
𝑎 𝑏

̂𝒃
𝐚𝐛 − 𝒂 ̂ 𝜺𝒃 𝜺𝒂
= + = 𝜺𝑹𝒃 + 𝜺𝑹𝒂
𝐚𝐛 𝐛 𝐚
Jadi, galat relatif hasil perkalian sama dengan jumlah galat relatif

masing-masing operand.

Metode Numerik Page 45


2.7 Kondisi Buruk

Suatu persoalan dikatakan berkondisiburuk (illconditioned) bila

jawabannya sangat peka terhadap perubahan kecil data

(misalnyaperubahankecilakibatpembulatan). Bila kita mengubah sedikit

data, maka jawabannya berubah sangat besar (drastis). Lawan dari

berkondisi buruk adalah berkondisi baik (wellconditioned). Suatu

persoalan dikatakan berkondisi baik bila perubahan kecil datahanya

mengakibatkan perubahan kecil pada jawabannya.

Sebagai contoh, tinjau persoalan menghitung akar persamaan

kuadratax 2 + bx + c = 0. Caranya hanya mengubah nilai-nilai tetapan

c-nya saja:

(i) 𝑥 2 − 4𝑥 + 3.999 = 0 akar-akarnya 𝑥1 =2.031 dan 𝑥2 =1.968

Sekarang, ubah 3.99 menjadi 4.00:

(ii) 𝑥 2 − 4𝑥 + 4.000 = 0 akar-akarnya 𝑥1 =𝑥2 =2.000

Ubah 4.00 menjadi 4.001:

(iii) 𝑥 2 − 4𝑥 + 4.001 = 0 akar-akarnya imajiner

Jadi, persoalan akar-akar persamaan kuadrat diatas berkondisi buruk,

karena dengan pengubahan sedikit saja data masukannya (dalam hal

ini nilai koefisien c ), ternyata nilai akar-akarnya berubah sangat besar.

Metode Numerik Page 46


2.8 Bilangan Kondisi

Kondisi komputasi numerik dapat diukur dengan bilangan kondisi.

Bilangan kondisi merupakanukuran tingkat sejauh mana

ketidakpastian dalam diperbesar x oleh f(x). Bilangan kondisi dapat

dihitung dengan bantuan Deret taylor. Fungsi f(x) diuraikan di sekitar

𝑥̂sampai suku orde pertama:

𝒇(𝒙) ≈ 𝒇(𝑥̂) + 𝒇′(𝑥̂)(𝒙 − 𝑥̂)

Galat relatif hampiran dari 𝑥 adalah

𝜺𝑹𝑨 [𝒇(𝒙)] = (𝒇(𝒙) − 𝒇(𝑥̂ ))/(𝒇(𝑥̂)) ≈ (𝒇′(𝑥̂)(𝒙 − 𝑥̂))/(𝒇(𝑥̂))

Dan galat relatif hampiran dari adalah

𝒙 − 𝑥̂
𝜺𝑹𝑨 [𝒙] =
𝑥̂
Bilangan kondisi didefinisikan sebagai nisbah (ratio) antara galat relatif

hampiran dari f(x) dan galat relatif hampiran dari x:

𝜺𝑹𝑨[𝒇(𝒙)] 𝑥̂𝒇′ (𝑥̂)


Bilangan kondisi = | |=| |
𝜺𝑹𝑨 [𝒙] 𝒇(𝑥̂)

Arti dari bilangan kondisi adalah:

- Bilangan kondisi = 1 berarti galat relatif hampiran fungsi

sama dengan galat relatif x

- Bilangan kondisi lebih besar dari 1 berarti galat relatif

hampiran fungsi besar

- Bilangan kondisi lebih kecil dari 1 berarti galat relatif

hampiran fungsi kecil (kondisi baik)

Suatu komputasi dikatakan berkondisi buruk jika bilangan kondisinya

Metode Numerik Page 47


sangat besar, sebaliknya berkondisi baik bila bilangan kondisinya

sangat kecil.

Contoh soal :

1. Misalkanf(x) = √𝑥. Tentukan bilangan kondisi perhitungan akar

kuadrat x.

Penyelesaian:

Hitungf '(x) terlebihdahulu

𝟏
𝐟 ′ (𝐱) =
𝟐√𝐱
Yangakandigunakanuntukmenghitung
̂
𝑥
1
Bilangankondisi= | 2√𝑥̂̂ | =
√𝑥 2

Bilangankondisiinisangatkecil, yang berartipenarikanakarkuadrat x

merupakan prosesyang berkondisibaik. Sebagaicontoh, √20.999

= 4.5824665, danjika 20.999 diubahsedikit (dibulatkan)menjadi

21.000 maka√21.000 = 4.5825756. Ternyata

perubahankecilpadanilaix

hanyaberakibatperubahansedikitpadaf(x).

𝟏𝟎
2. Hitungbilangankondisi𝒇(𝒙) = .
𝟏−𝒙𝟐

Penyelesaian:

Hitungf '(x) terlebihdahulu

Metode Numerik Page 48


20𝑥
𝑓 ′ (𝑥) =
(1 − 𝑥 2 )²

Yangdigunakanuntukmenghitung

̂
𝟐𝟎𝑥
𝑥̂[ 𝟐 ]
̂ 2) 𝟐𝑥̂2
bilangankondisi= |
(𝟏−𝑥
𝟏𝟎 |=| |
𝟏−𝑥̂ 2
̂2)
(𝟏−𝑥

Bilangan kondisi ini sangat besar untuk |𝑥| ≈ 11. Jadi, menghitung

f(x) untuk x mendekati 1 atau -1 sangat buruk keadaannya, karena

galat relatifnya besar. Sebagai contoh, f(1.009) = -55.306675,

tetapi f(1.01) = -497.51243. Ternyata perubahan kecil pada nilai x

di sekitar 1 (karena dibulatkan dari 4 angka bena menjadi 3

angka bena), mengakibatkan nilai f(x) berubah sangat besar.

Untuk x yang jauh dari 1 atau –1, f(x) berkondisi baik.

3. Hitung bilangan kondisi untuk f(x) = tan(x).

Penyelesaian:

Hitung f '(x) terlebih dahulu

1
𝑓 ′ (𝑥) =
𝑐𝑜𝑠 2 𝑥
Yang digunakan untuk menghitung
𝟏
𝑥̂| |
𝒄𝒐𝒔𝟐 (𝑥
Bilangan kondisi= |
̂)
tan(𝑥̂)
|

Bilangan kondisi ini sangat besar untuk x ≈ . Misalkan untuk x =


𝜋
2

𝜋 𝜋
+ 0.1( ),
2 2

Bilangan kondisi = 1.7279(40.86)/-6.314 = -11.2

Metode Numerik Page 49


Dan untuk x =
𝜋 𝜋
+ 0.01( ),
2 2

Bilangan kondisi = 1.5865(4053)/-63.66 = -101

Metode Numerik Page 50


BAB III

SOLUSI PERSAMAAN NIRLANJAR

Dalam matematika terapan kita sering mencari penyelesaian persamaan untuk 𝑓(𝑥) =

0, yakni bilangan- bilangan 𝑥 = 1 sedemikian hingga 𝑓(𝑥) = 0 sehingga 𝑓(𝑟) = 0; 𝑓 adalah

fungsi tak linear dan 𝑟 yang memenuhi disebut akar persamaan atau titik 0 fungsi tersebut.

3.1 Rumusan Masalah

Persoalan mencari solusi persamaan yang lazim disebut akar

persamaan atau nilai-nilai nol yang berbentuk 𝑓(𝑥) = 0 . Yaitu nilai 𝑥 =

𝑠 sedemikian sehingga 𝑓(𝑠) sama dengan nol.

Beberapa persamaan sederhana mudah ditemukan akarnya, misalnya

5𝑥 − 10 = 0pemecahannyaadalah dengan memindahka -10 ke ruas

kanan sehingga menjadi 5𝑥 = 10, sehingga solusi atau akarnya adalah

𝑥 = 2 . Begitu juga dengan persamaan kuadratik seperti 𝑥 2 − 4𝑥 − 5 =

0, akar-akarnya mudah ditemukan dengan cara pemfaktoran menjadi

Metode Numerik Page 51


(𝑥 − 5)(𝑥 + 1) = 0 sehingga 𝑥1 = 5 dan 𝑥2 = −1

Umumnya persamaan yang akan dipecahkan muncul dalam bentuk

nirlanjar (non linear) yang melibatkan bentuk sinus, cosinus,

eksponensial, logaritma dan fungsi transenden lainnya. Misalnya :

Tentukan akar riil terkecil dari :

9.34 − 21.97𝑥 + 16.3𝑥 3 − 3.704𝑥 5 = 0

Contoh di atas memperlihatkan bentuk persamaan yang rumit atau

kompleks yang tidak dapat dipecahkan secara analitik. Bila metode

analitik tidak dapat menyelesaikan persamaan, maka kita masih bisa

mencari solusinya dengan menggunakan metode numerik.

3.2 Metode Pencarian Akar

Dalam metode numerik, pencarian akar 𝑓(𝑥) = 0 dilakukan secara

lelaran (iteratif). Secara umum, metode pencarian akar dapat

dikelompokkan menjadi dua golongan besar :

a) Metode tertutup atau metode pengurung (bracketing method)

Metode ini mencari akar dalam selang [𝑎, 𝑏]Selang

[𝑎, 𝑏]sudah dipastikan berisi minimal satu buah akar, karena itu

metode jenis ini selalu berhasil menemukan akar. Dengan

lelarannya selalu konvergen menuju ke akar, karena itu metode

Metode Numerik Page 52


tertutup sering disebut sebagai metode konvergen.

b) Metode terbuka

Metode terbuka tidak memerlukan selang[𝑎, 𝑏]yang

mengandung akar, yang diperlukan adalah tebakan (guest) awal

akar. Kemudian dengan prosedur lelaran, kita menggunakannya

untuk menghitung hampiran akar yang baru. Mungkin saja

hampiran akar yang baru mendekati akar sejati (konvergen), atau

mungkin juga menjauhinya (divergen). Karena itu metode terbuka

tidak selalu menemukan akar, kadang-kadang konvergen,

kadangkala ia divergen.

3.3 Metode Tertutup

Seperti yang telah dijelaskan, metode tertutup memerlukan

selang[a,b] untuk mencari akar yang berada pada selang tersebut.

Dalam selang tersebut dapat dipastikan minimal terdapat satu buah

akar. Sebagaimana namanya, selang tersebut “mengurung” akar

sejati. Strategi yang dipakai adalah mengurangi lebar selang secara

sistematis sehingga lebar selang tersebut semakin sempit dan

karenanya menuju akar yang benar.

Dalam sebuah selang mungkin terdapat lebih dari satu buah akar

atau tidak ada akar sama sekali. Secara grafik dapat ditunjukkan bahwa

Metode Numerik Page 53


jika :

(1)𝑓(𝑎)𝑓(𝑏) < 0 maka terdapat akar sebanyak bilangan

ganjil.

Gambar 1. Banyaknya akar ganjil

(2)𝑓(𝑎)𝑓(𝑏) > 0, maka terdapat akar sebanyak bilangan genap

atau tidak ada akar sama sekali

Gambar 2. Banyaknya akar genap

Syarat Cukup Keberadaan Akar

Jika nilai fungsi berbeda tanda tanda di ujung-ujung selang,

pastilah terdapat sedikit satu buah akar di dalam selang tersebut.

Syarat cukup keberadaan akar persamaan ditulis sebagai berikut:

Metode Numerik Page 54


Jika 𝑓(𝑎)𝑓(𝑏) < 0 dan 𝑓(𝑥)menerus didalam selang [𝑎, 𝑏], maka

paling sedikit terdapat satu buah akar persamaan 𝑓(𝑥) = 0 di

dalam selang[𝑎, 𝑏].

Gambar 3. Lokasi akar

Syarat tersebut disebut sebagai syarat cukup (bukan syarat

perlu) sebab meskipun nilai nilai ujung selang tidak berbeda tanda,

mungkin saja terdapat akar di dalam selangtersebut.

Ada dua masalah yang terjadi karenaketidaktepatan

mengambil selang [𝑎, 𝑏] yaitu :

1. Bila di dalam selang[𝑎, 𝑏] terdapat lebih dari satu buah

akar. Perlu diingat bahwa sekali suatu metode tertutup digunakan

untuk mencari akar di dalam selang[𝑎, 𝑏]. Karena itu bila mengambil

selang [𝑎, 𝑏]. Yang mengandung lebih dari satu akar, maka hanya satu

buah akar saja yang berhasil ditemukan

Metode Numerik Page 55


2. Bila mengambil selang[𝑎, 𝑏] yang tidak memenuhi

syarat cukup 𝑓(𝑎)(𝑏) < 0. sehingga mungkin sampai pada kesimpulan

tidak terdapat akar di dalam selang[𝑎, 𝑏]tersebut, padahal seharusnya

ada.

Untuk mengatasi kedua masalah di atas, pengguna metode

tertutup disarankan untuk mengambil selang yang berukuran cukup

kecil yang memuat hanya satu akar. Ada dua pendekatan yang dapat

digunakan dalam memilih selang tersebut, yaitu :

1. Pendekatan pertama yaitu membuat grafik fungsi di bidang 𝑋 − 𝑌,

lalu melihat dimana perpotongannya dengan sumbu 𝑋. Dari sini

kita dapat mengira-ngira selang yang memuat titik potong

tersebut. Grafik fungsi dapat dibuat dengan program yang ditulis

sendiri, atau lebih praktis menggunakan paket program yang

dapat membuat grafik fungsi.

2. Pendekatan kedua adalah dengan mencetak nilai fungsi pada titik-

titik absis yang berjarak tetap. Jarak titik ini dapat diatur cukup

kecil. Jika tanda fungsi berubah pada sebuah selang, pasti

terdapat minimal satu akar didalamnya. Keberhasilan dari

pendekatan ini bergantung pada jarak antara titik-titik absis.

Metode Numerik Page 56


Semakin kecil jarak titik absis, semakin besar peluang menemukan

selang yang mengandung hanya sebuah akar.

Ada dua metode klasik yang termasuk ke dalam metode tertutup,

yaitu metode bagi dua dan metode regula-falsi.

3.3.1. Metode Bagidua2

Metode bagi dua ini dilakukan untuk pencarian

akar suatu persamaan dengan cara selalu membagi dua

selang sehingga diperoleh nilai fungsi untuk titik

tengahselang.Metode ini mengasumsikan bahwa fungsi

f(x) adalah kontinu pada interval[𝑎1 ,𝑏1 ], serta 𝑓 (𝑎1 ) dan

𝑓 (𝑏1 ) mempunyai tanda berlawanan,

artinya 𝑓 (𝑎1 ). 𝑓(𝑏) < 0, karena itu terdapat minimal satu

akar pada interval [𝑎1 ,𝑏1 ]. Interval dalam metode ini

selalu dibagi dua sama lebar, jika fungsi berubah tanda

sepanjang suatu subinterval, maka letak akarnya

kemudian ditentukan ada di tengah-tengah subinterval.

Proses ini diulangi sampai ukuran interval yag baru

sudah sangat kecil dan hal ini tentu saja sesuai dengan

toleransi kesalahan yang diberikan.

Metode Numerik Page 57


Misalkan kita telah menentukan selang [a,b]

sehingga 𝑓(𝑎)𝑓(𝑏) < 0. Pada setiap kali lelaran, selang

[a,b] kita bagi dua di 𝑥 = 𝑐 , sehingga terdapat dua

buah subselang yang berukuran sama yaitu selang

[𝑎, 𝑐]dan [𝑐, 𝑏]. Selang yang diambil untuk lelaran

berikutnya adalah subselang yang memuat akar,

bergantung pada apakah 𝑓(𝑎)𝑓(𝑏) < 0.

Langkah pencarian akar dengan metode bagi dua :

Langkah 1 : Pilih selang inteval pencarian awal 𝑥1 <

𝑥 < 𝑥𝑢 , dimana𝑥1 adalah batas bawahdan 𝑥𝑢 adalah

batas atas. Kemudian lakukan pengujian apakah akar

terdapat dalaminterval , yaitu 𝑓(𝑥𝑢 ) . 𝑓(𝑥1 )< 0.

Metode Numerik Page 58


Langkah 2 : Taksir nilai akar (𝑥𝑟 ) dalam selang

𝑥1 +𝑥𝑢
dengan cara membagi dua selang𝑥𝑟 =
2

Langkah 3 : Lakukan pengujian terhadap nilai

fungsi untuk mengetahui inteval

pencarian berikutnya , yaitu dengan cara :

 Jika (𝑥1 ) . 𝑓(𝑥𝑟 )< 0 , berarti akar terletak pada

interval di bawah 𝑥𝑟 , sehingga interval pencarian

selanjutnya 𝑥1 = 𝑥1 < 𝑥 < 𝑥𝑢 = 𝑥𝑟 laluulangi langkah ke –

2.

 Jika (𝑥1 ) . 𝑓(𝑥𝑟 )>0 , berarti akar terletak pada

interval di atas 𝑥𝑟 , sehingga interval pencarian

selanjutnya 𝑥1 = 𝑥𝑟 < 𝑥 < 𝑥𝑢 = 𝑥𝑢 laluulangi langkah ke –

2.

 Jika (𝑥1 ) . 𝑓(𝑥𝑟 )=0 , berarti akar sama dengan

𝑥𝑟 maka hentikan perhitungan.

Selang yang baru dibagi dua lagi dengan cara

yang sama. Begitu seterusnya sampai ukuran selang

yang baru sudah sangat kecil. Kondisi berhenti lelaran

dapat dipilih salah satu dari tiga kriteria berikut :

Metode Numerik Page 59


1. Lebar selang baru|𝑎 − 𝑏| < 𝜖 , yang dalam hal ini

𝜖adalah nilai toleransi lebar selang yang mengurung

akar

2. Nilai fungsi di hampiran akar 𝑓(𝑐) = 0. Beberapa

bahasa pemrograman membolehkan pembandingan

dua buah bilangan riil, sehingga perbandingan 𝑓(𝑐) =

0dibenarkan. Namun jika kembali ke konsep awal

bahwa dua buah bilangan riil tidak dapat dibandingkan

kesamaannya karena representasi di dalam mesin tidak

tepat, maka kita dapat menggunakan bilangan yang

sangat kecil (misalnya epsilon mesin) sebagai pengganti

nilai 0. Dengan demikian, menguji kesamaan 𝑓(𝑐) = 0

dapat kita hampiridengan𝑓(𝑐) < 𝑒𝑝𝑠𝑖𝑙𝑜𝑛𝑚𝑒𝑠𝑖𝑛.

3. Galat relative hampiran akar :|(𝐶𝑏𝑎𝑟𝑢 − 𝐶𝑙𝑎𝑚𝑎 /𝐶𝑏𝑎𝑟𝑢 | < 𝛿,

yang dalam hal ini galat relative hampiran yang

diinginkan.

Dengan jumlah iterasi dapat diprediksi

menggunakan :

Metode Numerik Page 60


Contoh Soal :

Carilah salah satu akar persamaan berikut:

𝑥 𝑒 -x+1 = 0

disyaratkan bahwa batas kesalahan relatif (εa) =0.001

dengan menggunakan range x=[−1,0]

Penyelesaian :

Dengan memisalkan bahwa :

- (xl) = batas bawah = a

- (xu) = batas atas =b

- (xr) = nilai tengah = x

maka diperoleh tabel biseksi sebagai berikut :

Pada iterasi ke 10 diperoleh x = -0.56738 dan f(x) = -0.00066

Untuk menghentikan iterasi, dapat dilakukan dengan

Metode Numerik Page 61


menggunakan toleransi error atau iterasi maksimum.

Catatan :

Dengan menggunakan metode biseksi dengan tolerasi error

0.001 dibutuhkan10 iterasi, semakin teliti (kecil toleransi

errornya) maka semakin bear jumlah iterasi yang dibutuhkan.

Contoh :

1. Carilah nilai akar dari persamaan 𝑓(𝑥) = 𝑥 3 − 𝑥 − 1 = 0

Penyelesaian :

Pilih 𝑎 = 1 𝑑𝑎𝑛 𝑏 = 2. Karena 𝑓(1)𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑑𝑎𝑛 𝑓(2)𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓,

maka salah satu akar terletak di antara 1 dan 2 . Oleh karena

3 3 3 3 3
itu 𝑥0 = = 1,5. Kemudian karena 𝑓 ( )=( ) − −1=
2 2 2 2

7
(𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓) maka akar karakteristik terletak antara 1 dan 1,5.
8

1+1,5
Kondisi ini memberikan 𝑥1 = = 1,25. Karena 𝑓(𝑥1 ) = 𝑓(1
2

19
,25) = − (negatif), nilai akar yang dicari terletak diantara
64

1,25 dan 1,5. Sehingga diperoleh

1,25 + 1,5
𝑥2 = = 1,375.
2

Bila prosedur diatas diulang kembali hingga 𝑥5 diperoleh

Metode Numerik Page 62


nilai-nilai aproksimasi berikut :

𝑥3 = 1,3125, 𝑥4 = 1,34375 , 𝑥5 = 1,328125

2. Carilah lokasi akar pada fungsin 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 − 4𝑥 − 5

menggunakan metode bagi dua sampai 2 iterasi pada

selang [2,9]

Penyelesaian :

𝑓(2) = 22 − 4(2) − 5 = −9

𝑓(9) = 92 − 4(9) − 5 = 40

𝑓(2). 𝑓(9) = (−9). (40) = −360 < 0 jadi memang terdapat

akar pada selang [2,9]

Iterasi 1

Bagi 2 selang [2:9]

Panjang selang [2:9] adalah 9-2=7

Panjang setengah selang [2:9] adalah 7:2 = 3,5

Titik tengah selang [2:9] adalah 𝑐1 = 2 + 3,5 = 5,5 ≥ 𝑐1 disebut

Metode Numerik Page 63


solusi hampiran lokasi akar untuk iterasi 1.

Galat/error= [akar sejati – akar hampiran] = [5 – 5,5] = 0,5

Karena ingin lanjut ke iterasi 2 maka bagi 2 selang [2:9]

dengan titik tengah 𝑐1 = 5,5 𝑦𝑎𝑖𝑡𝑢[2: 5,5]𝑑𝑎𝑛[5,5: 9]

Cek selang mana yang ada akarnya :

𝑓(2) = 22 − 4(2) − 5 = −9

𝑓(5,5) = (5,5)2 − 4(5,5) − 5 = 3,25

𝑓(9) = 92 − 4(9) − 5 = 40

𝑓(2). 𝑓(5,5) = (−9) . (3,25) = −29,25 < 0 jadi terdapat akar

pada selang [2:5,5]

𝑓(5,5). 𝑓(9) = (3,25) . (40) = 130 > 0 jadi tidak terdapat akar

pada selang [5,5:9]

Iterasi 2

Bagi 2 selang [2:5,5]

Panjang selang [2:5,5] adalah 5,5 – 2 = 3,5

Metode Numerik Page 64


Panjang setengah selang [2:5,5] adalah 3,5 : 2 = 1,75

Titik tengah selang [2:5,5] adalah 𝑐2 = 2 + 1,75 = 3,75 ≥

𝑐2 disebut solusi hampiran lokasi akar untuk iterasi 2.

Galat/error= [akar sejati – akar hampiran] = [5 – 3,75] = 1,25

3. Selesaikan persamaan 𝑥 2 − 3 = 0 dalam interval [1,2]

menggunakan metode bagi dua sampai 5 iterasi.

Penyelesaian :

Iterasi 1 :

𝑎1 = 1 ⇒ 𝑓(𝑎1 ) = −2

𝑏1 = 2

𝑎1 + 𝑏1 1 + 2
𝑥1 = = = 1,5 ⇒ 𝑓(𝑥1 ) = −0,75
2 2

Iterasi 2:

Diamati (𝑎1 ) . 𝑓(𝑥1 )> 0, maka

𝑎2 = 𝑥1 = 1,5 ⇒ 𝑓(𝑎2 ) = −0,75

𝑏2 = 𝑏1 = 2

Metode Numerik Page 65


𝑎2 + 𝑏2 1,5 + 2
𝑥2 = = = 1,75 ⇒ 𝑓(𝑥2 ) = 0,0625
2 2

Iterasi 3:

Diamati (𝑎2 ) . 𝑓(𝑥2 )< 0, maka

𝑎3 = 𝑎2 = 1,5 ⇒ 𝑓(𝑎3 ) = −0,75

𝑏3 = 𝑥2 = 1,75

𝑎3 + 𝑏3 1,5 + 1,75
𝑥3 = = = 1,625 ⇒ 𝑓(𝑥3 ) = −0,3594
2 2

Iterasi 4:

Diamati (𝑎3 ) . 𝑓(𝑥3 )> 0, maka

𝑎4 = 𝑥3 = 1,625 ⇒ 𝑓(𝑎4 ) = −0,3594

𝑏4 = 𝑏3 = 1,75

𝑎4 + 𝑏4 1,625 + 1,75
𝑥4 = = = 1,6875 ⇒ 𝑓(𝑥3 ) = −0,1523
2 2

Iterasi 5:

Diamati (𝑎4 ) . 𝑓(𝑥4 )<0, maka

Metode Numerik Page 66


𝑎5 = 𝑥4 = 1,6875 ⇒ 𝑓(𝑎5 ) = −0,1523

𝑏5 = 𝑏4 = 1,75

𝑎5 + 𝑏5 1,6875 + 1,75
𝑥5 = = = 1,7187 ⇒ 𝑓(𝑥3 ) = −0,0459
2 2

Jadi, pada iterasi ke 5 diperoleh akar hampiran x=1,7187

3.3.2 Metode Regula-Falsi

Metode regula falsi atau metode posisi palsu merupakan salah

satu solusi pencarian akar dalam penyelesaian persamaan-

persamaan non linier melaui proses iterasi (pengulangan).

Persamaan non linier ini biasanya berupa persamaan polynomial

tingkat tinggi, eksponensial, logaritmik, dan kombinasi dari

persamaan-persamaan tersebut. Seperti metode biseksi, Metode

regula falsi juga termasuk dalam metode tertutup.

Pada umumnya pencarian akar dengan metode biseksi selalu

dapat menemukan akar, namun kecepatan untuk mencapai akar

hampiran sangat lambat, oleh karena itu untuk mempercepat

pencarian akar tersebut dibutuhkan metode lain yaitu metode

regula falsi. kehadiran metode regula falsi adalah sebagai modifikasi

Metode Numerik Page 67


dari metode biseksi, yang kinerjanya lebih cepat dalam mencapai

akar hampiran.

Metode Regula Falsi merupakan salah satu metode tertutup

untuk menentukan solusi akar dari persamaan non linier , dengan

prinsip utama sebagai berikut :

1. Menggunakan garis scan (garis lurus yang menghubungkan

dua koordinat nilai awal terhadap kurva) untuk mendekati akar

persamaan nonlinier (titik potong kurva f(x) dengan sumbu x) .

2. Taksiran nilai akar selanjutnya merupakan titik potong garis

scan dengan sumbu x.

Berdasarkan gambar di atas, didapat rumus metode

regula falsi :

𝑓(𝑏) − 𝑓(𝑎) 𝑓(𝑏) − 0


=
𝑏−𝑎 𝑏−𝑐
𝑓(𝑏)𝑎−𝑓(𝑎)𝑏
Dapat disederhanakan menjadi 𝑐 =
𝑓(𝑏)−𝑓(𝑎)

Algoritma Metode Regula Falsi

1. Tentukan nilai awal a dan b

2. Cek konvergensi nilai 𝑓(𝑎) dan 𝑓(𝑏)

Metode Numerik Page 68


a. Jika tanda 𝑓(𝑎) dan 𝑓(𝑏), nilai awal dapat digunakan

untuk iterasi selanjutnya

b. Jika tanda 𝑓(𝑎) = (𝑏) , pilih nilai awal yang baru.

3. Lakukan iterasi dan tentukan nilai c (hitung akar),

dengan rumus :

𝑓(𝑏)𝑎 − 𝑓(𝑎)𝑏
𝑓(𝑏) − 𝑓(𝑎)

4. Cek konvergensi nilai c yaitu jika nilai 𝑓(𝑐) =0 maka

hentikan proses iterasi.

5. Jika belum konvergensi tentukan nilai interval baru

dengan cara :

a. Jika tanda f(c) = tanda f(a) maka c = a

b. Jika tanda f(c) = tanda f(b) maka c = b

Contoh Soal:

1. Dengan menggunakan metode regula falsi, tentukanlah salah

satu akar dari persamaan (𝑥) = 𝑥 2 − 5𝑥 + 4 . Jika diketahui nilai

awal x=2 dan x=5 dan serta ketelitian hingga 3 desimal.

Penyelesaian :

Cek nilai awal

n 𝑎 𝑓(𝑎) 𝑏 𝑓(𝑏) 𝑤 𝑐 𝑓(𝑐)

0 2 -2 5 4 0,333 3 -2

Metode Numerik Page 69


Nilai awal :

𝑎 = 2 → 𝑓(2) = (2)2 − 5(2) + 4 = −2

𝑏 = 5 → 𝑓(5) = (5)2 − 5(5) + 4 = 4


(−2)
𝑤= = 0,333
(−2) − (4)
𝑐 = 2 + 0,333(5 − 2) = 3 → 𝑓(3) = (3)2 − 5(3) + 4 = −2

Langkah selanjutnya menukar nilai a atau b dengan c jika

𝑓(𝑎) atau 𝑓(𝑏) sama tanda nilainya dengan 𝑓(𝑐) seperti pada

metode biseksi

n 𝑎 𝑓(𝑎) 𝑏 𝑓(𝑏) 𝑤 𝑐 𝑓(𝑐)

0 2 -2 5 4 0,333 3 -2

1 3 -2 5 4 0,333 3,667 -0,889

2 3,667 -0,889 5 4 0,182 3,909 -0,264

3 3,909 -0,264 5 4 0,062 3,977 -0,069

(−0,264)
𝑤= = 0,062
(−0,264) − (4)
𝑐 = 3,909 + 0,062(5 − 3,909) = 3,977
→ 𝑓(3,977) = (3,977)2 − 5(3,977) + 4 = −0,069

Dan seterusnya ….

n 𝑎 𝑓(𝑎) 𝑏 𝑓(𝑏) 𝑤 𝑐 𝑓(𝑐)

0 2 -2 5 4 0,333 3 -2

Metode Numerik Page 70


1 3 -2 5 4 0,333 3,667 -0,889

(−2)
𝑤= = 0,333
(−2) − (4)
𝑤 = 3 + 0,333(5 − 3) = 3,667
→ 𝑤(3,667) = (3,667)2 − 5(3,667) + 4 = −0,889

Iterasi dapat dihentikan pada iterasi ke-7, karena 𝑐6 𝑑𝑎𝑛 𝑐7 konstan

(𝑐6 𝑑𝑎𝑛 𝑐7 = 4,0000) sehingga diperoleh akar dari persamaan non

linearnya adalah 4,0000

3.4 Metode Terbuka

Tidak seperti pada metode tertutup, metode terbuka tidak memerlukan selang yang

mengurung akar. Yang diperlukan hanya sebuah tebakan awal akar atau duabuah tebakan

yang tidak perlu mengurungakar. Inilah alasannya mengapa metode ini dinamakan metode

terbuka. Hampiran akar sekarangpada hampiran akar sebelumnya melalui prosedur

lelaran.kadangkala lelaran konvergen ke akar sejati kadangkala divergen.Namun, apabila

lelarannya konvergen ,konvergensinya berlangsung sangat cepat dibanding metode tertutup.

Metode Numerik Page 71


Ciri-ciri Metode terbuka sebagai berikut :

1. Tidak memerlukan selang [a,b] yang mengandung akar.

2. Mencari akar melalui suatu lelaran yang dimulai dari sebuah

tebakan (guest)awal.

3. Pada setiap lelaran kita menghitung hampiran akar yang baru.

4. Mungkin saja hampiran akar yang baru mendekati akar sejati

(konvergen),atau mungkin juga menjauhi (divergen).

5. Karena itu ,metode terbuka tidak selalu menemukan akar ,kadang

konvergen dan kadang ia divergen

Yang termasuk ke dalam metode terbuka :

1. Metode lelaran titik tetap (fixed point iteration).

2. Metode Newton-­‐ Rhapson.

3. Orde Kovergesi Metode Terbuka

4. Metode Secant.

3.4.1 Metode lelaran titik tetap ( metode iterasi sederhana )

Metode iterasi sederhana adalah metode yang memisahkan x dengan

sebagian x yang lain sehingga diperoleh : x = g(x).

PROSEDUR:

Metode Numerik Page 72


1. Susun persamaan 𝑓(𝑥) = 0 menjadi bentuk 𝑥 = 𝑔(𝑥)

2. Bentuk menjadi 𝑥𝑟+1 = 𝑔(𝑥)

3. Tentukan sebarang𝑥0 , kemudian hitung 𝑥1 , 𝑥2 , … … …yang

dapat konvergen ke akar sejati

4. STOP

|𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 |
|𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 | < 𝜀 𝑎𝑡𝑎𝑢 <𝛿
|𝑥𝑟 |

Contoh :

𝑥 – 𝑒𝑥 = 0
𝑥 = 𝑒𝑥 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑔(𝑥) = 𝑒𝑥

Lalu, bentuklah menjadi prosedur lelaran

𝑥𝑟 + 1 = 𝑔(𝑥𝑟)

Dan terkalah sebuah nilai awal x0 , lalu hitung nilai 𝑥1 , 𝑥2, 𝑥3 , . . .,

𝑓(𝑠) = 0 𝑑𝑎𝑛 𝑠 = 𝑔(𝑠).

Kondisi berhenti lelaran dinyatakan bila

│𝑥𝑟 + 1 − 𝑥𝑟 │ < 𝜀
Atau bila menggunakan galat relatif hampiran
𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟
| |<𝛿
𝑥𝑟+1

Dengan𝜀 dan𝛿telahditetapkan sebelumnya

Perhatikan contoh berikut:

Metode Numerik Page 73


Carilah akar persamaan 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 − 2𝑥 − 3 = 0 dengan metode

lelaran titik tetap. Gunakan 𝜀 = 0.000001.

Penyelesaian:

Terdapat beberapa kemungkinan prosedur lelaranyang dapat

dibentuk

a) 𝑥2 − 2𝑥 – 3 = 0
𝑥2 = 2𝑥 + 3
𝑥 = √(2𝑥 + 3)

Dalam hal ini, (𝑥) = √2𝑥 + 3 . Prosedur lelaran adalah 𝑥𝑟+1 =

√(2𝑥𝑟 + 3). Ambil terkaan awal x0 = 4.

Tabel lelarannya :

r xr | xr+1 – xr |

0 4.000000 -

1 3.316625 0.683375

2 3.103748 0.212877

3 3.034385 0.069362

4 3.011440 0.022945

5 3.003811 0.007629

6 3.001270 0.002541

Metode Numerik Page 74


7 3.000423 0.000847

8 3.000141 0.000282

9 3.000047 0.000094

10 3.000016 0.000031

11 3.000005 0.000010

12 3.000002 0.000003

13 3.000001 0.000001

14 3.000000 0.000000

Hampiran akar x = 3.000000

b) 𝑥2 − 2𝑥 – 3 = 0
𝑥 (𝑥 – 2) = 3
3
𝑥 =
𝑥−2
3
Dalam hal ini, 𝑔(𝑥) = . Prosedur lelarannya adalah
𝑥−2

3
𝑥𝑟 + 1 = . Ambil terkaan awal x0 = 4.
𝑥𝑟 −2

Metode Numerik Page 75


Tabel lelarannya :

R xr | xr+1 – xr |

0 4.000000 -

1 1.500000 2.500000

2 -6.000000 7.500000

3 -0.375000 5.625000

4 -1.263158 0.888158

5 -0.919355 0.343803

6 -1.027624 0.108269

7 -0.990876 0.036748

8 -1.003051 0.012175

9 -0.998984 0.004066

10 -1.000339 0.001355

11 -0.999887 0.000452

12 -1.000038 0.000151

13 -0.999987 0.000050

14 -1.000004 0.000017

15 -0.999999 0.000006

16 -1.000000 0.000002

Metode Numerik Page 76


17 -1.000000 0.000001

Hampiran akar x = -1.000000

(c) −𝑥 2 − − 2𝑥 – 3 = 0

−2𝑥 = −𝑥2 + 3
𝑥2 − 3
𝑥=
2
𝑥𝑟 2 −3
Prosedur lelarannya adalah xr+1= . Ambil terkaan
2

awal x0 = 4.

Tabel lelarannya :

I xr | xr+1 – xr |

0 4.000000 -

1 6.500000 2.500000

2 19.625000 13.125000

3 191.070313 171.445312

4 18252.432159 18061.361847

...

Ternyata lelarannya divergen.

Teorema 3.2

Metode Numerik Page 77


Misalkan 𝑥 = 5 adalah solusi dari 𝑥 = 𝑔(𝑥)dan

andaikan 𝑔 mempunyai turunan continue dalam selang

[𝑎, 𝑏] yang memuat 𝑥.

Maka jika |𝑔′ (𝑥)| < 𝑘 < 1 dalam selang tersebut, proses

iterasi yang didefinisikan 𝑥𝑟+1 = 𝑔(𝑥) akan konvergen ke

𝑥. Sebaiknya jika |𝑔′ (𝑥)| < 𝑘 < 1 dalam selang tersebut,

maka iterasinya 𝑥𝑟+1 = 𝑔(𝑥𝑟 ) akan divergen 𝑥.

Di dalam selang I = [s-h, s+h], dengan s titik tetap.

1. Jika 0 < g'(x) < 1 untuk setiap x∈I, maka

lelarankonvergen monoton;

2. Jika -1< g'(x) < 0 untuk setiap x∈ I, maka

lelarankonvergen bersosilasi;

3. Jika g'(x) > 1 untuk setiap x ∈ I, maka lelarandivergen

monoton;

4. Jika g'(x) < -1 untuk setiap x ∈I, maka lelarandivergen

berosilasi.

Pertanyaan :

1. Dalam setiap soal apakah prosedur lelarannya selalu lebih

dari satu?

2. Kapan iterasinya harus berhenti?

Metode Numerik Page 78


3. Bagaimana menentukan tebakan akarnya?

4. Apakah maksud dari konvergen monoton, konvergen

berosilsi, divergen monoton dan divergen berosilasi?

Jawaban :

1. Tidak, tergantung pada f(x) = 0 yang terdapat pada soal

tersebut.

𝑥𝑟+1 −𝑥𝑟
2. Kondisi berhenti ketika |𝑥𝑟+1 −𝑥𝑟 | < 𝜀 atau | | < 𝛿3.
𝑥𝑟−1

3. Tebakan akar dilakukan secara bebas tetapi sebaiknya

diambil dari akar yang mendekati fungsi f(x).

4. Konvergen monoton : hasil dari |𝑥𝑟+1 −𝑥𝑟 | selalu turun

dan mendekati akarsejatinya.

Konvergen berosilasi : hasil dari |𝑥𝑟+1 −𝑥𝑟 | selalu naik

turun tetapi mendekatiakar sejatinya.

Divergen monoton : hasil dari |𝑥𝑟+1 −𝑥𝑟 | selalu naik sehingga

menjauhi

akar sejatinya.

Divergen berosilasi : hasil dari |𝑥𝑟+1 −𝑥𝑟 | selalu naik turun

tetapi menjauhiakar sejatinya.

Contoh Soal :

Hitung akar 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 – 2𝑥 – 3 dengan 𝜀 = 0.000001.

𝑥 2 – 2𝑥 – 3 = 0

Metode Numerik Page 79


𝑥(𝑥– 2)= 3
3
𝑥𝑟 + 1 =
𝑥𝑟 − 2

r xr | xr+1 – xr |

0 4.000000 -

1 1.500000 2.500000

2 -6.000000 7.500000

3 -0.375000 5.625000

4 -1.263158 0.888158

5 -0.919355 0.343803

6 -1.027624 0.108269

7 -0.990876 0.036748

8 -1.003051 0.012175

9 -0.998984 0.004066

10 -1.000339 0.001355

11 -0.999887 0.000452

12 -1.000038 0.000151

13 -0.999987 0.000050

14 -1.000004 0.000017

15 -0.999999 0.000006

16 -1.000000 0.000002

17 -1.000000 0.000001

Metode Numerik Page 80


3.4.2 Metode Newton Rhapson

Metode Newton Raphson adalah metode pendekatan yang

menggunakan satu titik awal dan mendekatinya dengan

memperhatikan kemiringan kurva pada titik tersebut. Metode

Newton-Rephson yang paling terkenal dan paling banyak

dipakai dalam terapan sains dan rekayasa. Metode ini disukai

karena konvergensinya paling cepat diantara metode lainnya.

Ada dua pendekatan dalam menurunkan rumus metode

Newton-Rephson, yaitu :

a) Penurunan rumus Newton-Rephson secara geometri

b) Penurunan rumus Newton-Rephson dengan bantuan

deret Taylor

Uraikan 𝑓(𝑥𝑟+1 ) disekitar 𝑥𝑟 ke dalam deret Taylor :

(𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 )2
𝑓(𝑥𝑟+1 ) = 𝑓(𝑥𝑟 ) + (𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 )𝑐 + 𝑓"(𝑡), 𝑥𝑟 < 𝑡 < 𝑥𝑟+1
2
Yang bila dipotong sampai suku orde-2 saja menjadi

𝑓(𝑥𝑟+1 ) = 𝑓(𝑥𝑟 ) + (𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 )𝑓 ′ (𝑥𝑟 )

Karena kita mencari akar, maka 𝑓(𝑥𝑟+1 ) = 0, sehingga

0 = 𝑓(𝑥𝑟 ) + (𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 )𝑓 ′ (𝑥𝑟 )

Atau

𝑓(𝑥𝑟 ) ′
𝑥𝑟+1 = 𝑥𝑟 − , 𝑓 (𝑥𝑟 ) ≠ 0
𝑓 ′ (𝑥𝑟 )

Metode Numerik Page 81


Yang merupakan rumus metode Newton-Raphson.

Kondisi berhenti lelaran Newton-Raphson adalah bila

|𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 | < 𝜀

Atau bila menggunakan gelat relative hampiran


𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟
| |<𝛿
𝑥𝑟+1

Dengan 𝜀 dan 𝛿 adalah toleransi galat yang diinginkan

Catatan :

 Jika terjadi 𝑓 ′ (𝑥𝑟 ) = 0, ulangi perhitungan lelaran dengan

𝑥0 yang lain.

 Jika persamaan 𝑓(𝑥) = 0 memiliki lebih dari satu akar,

pemilihan yang berbeda-beda dapat menemukan akar

yang lain.

 Dapat pula terjadi lelaran konvergen ke akar yang berbeda

dari yang diharapkan (seperti halnya pada metode lelaran

titik tetap)

Penjelasan grafis mengenai metode ini adalah seperti

gambar

Metode Numerik Page 82


Diasumsikam bahwa fungsi 𝑓(𝑥) adalah kontinu. Idenya

adalah menghitung akar yang merupakan titik potong antara

sumbu 𝑥 dengan garis singgung pada kurva di titik

(𝑥𝑛−1 , 𝑓(𝑥𝑛−1 )). Kemiringan kurva di titik tersebut adalah 𝑓 ′ (𝑥𝑛−1 ),

sehinbgga garis singgung mempunyai persamaan

𝑦 − 𝑓(𝑥𝑛−1 ) = 𝑓 ′ (𝑥𝑛−1 )(𝑥 − 𝑥𝑛−1 )

Karena itu diperoleh akar hampiran dengan mengambil 𝑦 =

0, yaitu

𝑓(𝑥𝑛−1 )
𝑥𝑛 = 𝑥𝑛−1 −
𝑓′(𝑥𝑛−1 )

Kriteria Konvergen Newton Raphson

Untuk memperoleh iterasi konvergen maka harus memenuhi

harga mutlak |𝑔′ (𝑥) < 1|karena metode Newton Raphson adalah

metode terbuka maka dapat dirumuskan :

𝑓(𝑥)
𝑔(𝑥) = 𝑥 − maka turunan pertama 𝑔(𝑥) adalah :
𝑓 ′ (𝑥)

𝑓 ′ (𝑥). 𝑓 ′ (𝑥) − 𝑓"(𝑥). 𝑓(𝑥)


𝑔′ (𝑥) = 1 −
[𝑓 ′ (𝑥)]

Metode Numerik Page 83


|𝑓 ′ (𝑥)|2 − |𝑓 ′ (𝑥)|2 + 𝑓"(𝑥)𝑓(𝑥)
𝑔′ (𝑥) =
[𝑓 ′ (𝑥)]2
𝑓"(𝑥). 𝑓(𝑥)
𝑔′ (𝑥) =
[𝑓 ′ (𝑥)]2

Karena syarat konvergensi |𝑔′ (𝑥)| < 1

𝑓"(𝑥).𝑓(𝑥)
Maka | [𝑓 ′ (𝑥)]2
| < 1 dengan syarat 𝑓 ′ (𝑥) ≠ 0

3.4.3 Orde Kovergensi Metode Terbuka

Prosedur lelaran pada setiap metode terbuka dapat ditulis dalam

bentuk 𝑥𝑟+1 = 𝑔(𝑥𝑟 ) . Misalnya pada metode Newton-Raphson 𝑔

𝑓(𝑥𝑟 )
(𝑥𝑟 ) = 𝑥𝑟 − . Misalkan 𝑥𝑟 adalah hampiran tetap akar sejati s
𝑓 1 (𝑥𝑟 )

sehingga 𝑠 = 𝑔(𝑠). Maka, berdasarkan konsep galat 𝑠 = 𝑥𝑟 + 𝜀𝑟

dengan 𝜀𝑟 adalah galat dari 𝑥𝑟 . Uraikan 𝑔(𝑠) disekitar 𝑥𝑟 :

1
𝑔(𝑠) = 𝑔(𝑥𝑟 ) + 𝑔′ (𝑥𝑟 )(𝑠 − 𝑥𝑟 ) + 𝑔(𝑥𝑟 )(𝑠 − 𝑥𝑟 )2 + ⋯,
2

1
= 𝑔(𝑥𝑟 ) + 𝑔′ (𝑥𝑟 )𝜀𝑟 + 𝑔(𝑥𝑟 )𝜀𝑟 2 + ⋯,
2

Kemudian kurangi dengan 𝑥𝑟+1 = 𝑔(𝑥𝑟 ) sehingga diperoleh:

1
𝑔(𝑠) − 𝑥𝑟+1 = 𝑔′ (𝑥𝑟 ) + 𝑔(𝑥𝑟 )𝜀𝑟 2 + ⋯
2

Karena 𝑠 = 𝑔(𝑠), maka

Metode Numerik Page 84


1
𝑠 − 𝑥𝑟+1 = 𝑔′ (𝑥𝑟 )𝜀𝑟 + 𝑔(𝑥𝑟 )𝜀𝑟 2 + ⋯
2

Misalkan 𝑠 − 𝑥𝑟+1 = 𝜀𝑟+1 , sehingga

1
𝜀𝑟+1 = 𝑔(𝑥𝑟 )𝜀𝑟 + 𝑔(𝑥𝑟 )𝜀𝑟 2 + ⋯
2

Bilangan pangkat dari 𝜀𝑟 menunjukkan orde (atau laju) konvergensi

prosedur lelaran:

(a) : 𝜀𝑟+1 ≈ 𝑔′ (𝑡)𝜀𝑟 , 𝑥𝑟 < 𝑡 < 𝑥𝑟+1 , Prosedur lelaran orde satu

(b) : 𝜀𝑟+1 ≈ 𝑔′ (𝑥𝑟 )𝜀𝑟 2 Prosedur lelaran orde dua


1
2

3.4.4 Metode Secant

Pada Metode Newton-Raphson memerlukan syarat wajib

yaitu fungsi f(x) harus memiliki turunan f’(x). Sehingga syarat

wajib ini dianggap sulit karena tidak semua fungsi bisa dengan

mudah mencari turunannya. Oleh karena itu muncul ide dari

yaitu mencari persamaan yang ekivalen dengan rumus turunan

fungsi. Ide ini lebih dikenal dengan nama Metode Secant. Ide

dari metode ini yaitu menggunakan gradien garis yang melalui

Metode Numerik Page 85


titik (x0, f(x0)) dan (x1, f(x1)). Perhatikan gambar dibawah ini.

Persamaan garis l adalah

𝑥 − 𝑥1 𝑦 − 𝑓(𝑥1 )
=
𝑥0 − 𝑥1 𝑓(𝑥0 ) − 𝑓(𝑥1 )

Karena 𝑥 = 𝑥2 maka 𝑦 = 0, sehingga diperoleh

𝑥2 − 𝑥1 0 − 𝑓(𝑥1 )
=
𝑥0 − 𝑥1 𝑓(𝑥0 ) − 𝑓(𝑥1 )
𝑓(𝑥1 )(𝑥0 − 𝑥1 )
𝑥2 − 𝑥1 = −
𝑓(𝑥0 ) − 𝑓(𝑥1 )
𝑓(𝑥1 )(𝑥0 − 𝑥1 )
𝑥2 = 𝑥1 −
𝑓(𝑥0 ) − 𝑓(𝑥1 )
𝑓(𝑥1 )(𝑥1 − 𝑥0 )
𝑥2 = 𝑥1 −
𝑓(𝑥1 ) − 𝑓(𝑥0 )

Secara umum rumus Metode Secant ini ditulis

𝑓(𝑥𝑛 )(𝑥𝑛 − 𝑥𝑛−1 )


𝑥𝑛+1 = 𝑥𝑛 −
𝑓(𝑥𝑛 ) − 𝑓(𝑥𝑛−1 )

Prosedur Metode Secant :

 Ambil dua titik awal, misal 𝑥0 dan 𝑥1

Metode Numerik Page 86


 Ingat bahwa pengambilan titik awal tidak disyaratkan

alias pengambilan secara sebarang

 Setelah itu hitung 𝑥2 menggunakan rumus diatas

 Kemudian pada iterasi selanjutnya ambil 𝑥1 dan 𝑥2

sebagai titik awal dan hitung 𝑥3

 Kemudian ambil 𝑥2 dan 𝑥3 sebagai titik awal dan

hitung 𝑥4

 Begitu seterusnya sampai iterasi yang diingankan atau

sampai mencapai error yang cukup kecil.

Contoh :

Tentukan salah satu akar dari 4x3 – 15x2 + 17x – 6 = 0

menggunakan Metode Secant sampai 9 iterasi.

Penyelesaian :

f(x) = 4x3 – 15x2 + 17x – 6

iterasi 1 :

ambil 𝑥0 = −1 dan 𝑥1 = 3 (ambil titik awal sembarang)

𝑓(−1) = 4(−1)3 – 15(−1)2 + 17(−1) – 6


𝑓(−1) = −42
𝑓(3) = 4(3)3 – 15(3)2 + 17(3) – 6
𝑓(3) = 18
18(3 − (−1))
𝑥2 = 3 −
18 − (−42)

Metode Numerik Page 87


𝑥2 = 1,8

Iterasi 2 :

Ambil ambil 𝑥1 = 3 dan 𝑥2 = 1,8

𝑓(1,8) = 4(1,8)3 – 15(1,8)2 + 17(1,8) – 6


𝑓(3) = −0,672
(−0,672)(1,8 − (3))
𝑥3 = 1,8 −
−0,672 − 18
𝑥3 = 1,84319

Iterasi 3 :

Ambil ambil 𝑥2 = 1,8 dan 𝑥3 = 1,84319

𝑓(1,84319) = 4(1,84319)3 – 15(1,84319)2 + 17(1,84319) – 6


𝑓(1,84319) = −0,57817
(−0,57817)(1,84319 − 1,8)
𝑥4 = 1,84319 −
−0,57817 − 0,672
𝑥4 = 2,10932

Iterasi 4 :

Ambil ambil 𝑥3 = 1,84319 dan 𝑥4 = 2,10932

𝑓(2,10932) = 4(2,10932)3 – 15(2,10932)2 + 17(2,10932) – 6


𝑓(2,10932) = 0,65939
(0,65939)(2,10932 − 1,84319)
𝑥5 = 2,10932 −
0,65939 − (−0,57817)
𝑥5 = 1,96752

Iterasi 5 :

Ambil ambil 𝑥4 = 2,10932dan 𝑥5 = 1,96752

𝑓(1,96752) = 4(1,96752)3 – 15(1,96752)2 + 17(1,96752) – 6


𝑓(1,96752) = −0,15303
(−0,15303)(1,96752 − 2,10932)
𝑥6 = 1,96752 −
−0,15303 − (0,65939)
𝑥6 = 1,99423

Metode Numerik Page 88


Iterasi 6 :

Ambil ambil 𝑥5 = 1,96752dan 𝑥6 = 1,99423

𝑓(1,99423) = 4(1,99423)3 – 15(1,99423)2 + 17(1,99423) – 6


𝑓(1,99423) = −0,02854
(−0,02854)(1,99423 − 1,96752)
𝑥7 = 1,99423 −
−0,02854 − (−0,15303)
𝑥7 = 2,00036

Iterasi 7 :

Ambil ambil 𝑥6 = 1,99423dan 𝑥7 = 2,00036

𝑓(2,00036) = 4(2,00036)3 – 15(2,00036)2 + 17(2,00036) – 6


𝑓(2,00036) = 0,00178
(0,00178)(2,00036 − 1,99423)
𝑥8 = 2,00036 −
0,00178 − (−0,02854)
𝑥8 = 2,00000

Iterasi 8 :

Ambil ambil 𝑥7 = 2,00036 𝑑𝑎𝑛 𝑥8 = 1,999996

𝑓(1,999996) = 4(1,999996)3 – 15(1,999996)2


+ 17(1,999996) – 6
𝑓(1,999996) = −0,0002
(−0,0002)(1,999996 − 2,00036)
𝑥9 = 1,999996 −
−0,0002 − (0,00178)
𝑥9 = 2,0000

Iterasi 9 :

Ambil ambil 𝑥8 = 1,999996 𝑑𝑎𝑛 𝑥9 = 2,00000

𝑓(2,00000) = 4(2,00000)3 – 15(2,00000)2 + 17(2,00000) – 6


𝑓(2,00000) = 0,00000
(0,00000)(2,00000 − 1,999996)
𝑥10 = 2,00000 −
0,00000 − (−0,00002)
𝑥10 = 0,00000

Metode Numerik Page 89


𝑛 𝑥𝑛−1 𝑥𝑛 𝑥𝑛+1 𝑓(𝑥𝑛−1 ) 𝑓(𝑥𝑛 ) 𝑓(𝑥𝑛+1 )

1 -1 3 1,8 -4,2 18 -0,672

2 3 1,8 1,84319 18 -0,672 -0,57817

3 1,8 1,84319 2,10932 -0,672 -0,57817 0,65939

4 1,84319 2,10932 1,96752 -0,57817 0,65939 -0,15303

5 2,10932 1,96752 1,99423 0,65939 -0,15303 -0,02854

6 1,96752 1,99423 2,00036 -0,15303 -0,02854 0,00178

7 1,99423 2,00036 2,00000 -0,02854 0,00178 -0,00002

8 2,00036 2,00000 2,00000 0,00178 -0,00002 0,00000

9 2,00000 2,00000 2,00000 -0,00002 0,00000 0,00000

Jadi salah satu akar dari 4x3 – 15x2 + 17x – 6 Adalah 2

4.5 Akar Ganda

Akar ganda berpadanan dengan suatu titik dimana fungsi

menyinggung sumbu . Misalnya, akar ganda-dua dihasilkan dari

𝑓(𝑥) = (𝑥 − 3)(𝑥 − 1)(𝑥 − 1)..................(*)

atau dengan mengalikan faktor-faktornya,

𝑓(𝑥) = 𝑥 3 − 5𝑥 2 + 7𝑥 − 3

Persamaan tersebut mempunyai akar kembar karena satu

nilai menyebabkan dua faktor dalam Persamaan (*) sama dengan

nol. Secara grafis, ini berpadanan terhadap kurva yang yang

Metode Numerik Page 90


menyentuh sumbu x secara bersinggungan pada akar kembar

tersebut.

Akar ganda-tiga (triple root) berpadanan dengan kasus

dimana satu nilai x membuat tiga faktor dalam suatu persamaan

sama dengan nol, seperti dalam

𝑓(𝑥) = (𝑥 − 3)(𝑥 − 1)(𝑥 − 1)

atau dengan mengalikan faktor-faktornya,

𝑓(𝑥) = 𝑥 4 − 6𝑥 3 + 12𝑥 2 − 10𝑥 − 3

Akar ganda menimbulkan sejumlah kesulitan untuk banyak

metode numerik :

1. Kenyataan bahwa fungsi tidak berubah tanda pada akar

ganda genap menghalangi penggunaan metode-metode

tertutup. Metode terbuka, seperti metode Newton-Raphson,

sebenarnya dapat diterapkan disini. Tetapi, bila digunakan

metode Newton-Rapshon untuk mencari akar ganda,

kecepatan konvergensinya berjalan secara linier, tidak lagi

kuadratis sebagaimana aslinya.

2. Permasalahan lain yang mungkin berkaitan dengan fakta

bahwa tidak hanya f(x) tetapi juga f’(x) menuju nol pada

akar. Ini menimbulkan masalah untuk menote Newton-

Repshon mmaupun metode secant (talibusur), yang dua-

duanya menggunakan turunan (atau taksirannya) pada

Metode Numerik Page 91


penyebut rumus mereka masing-masing. Ini dapat

menghasilkan pembagian oleh nol pada waktu penyelesaian

konvergen sangat dengan ke akar. Pembagian dengan nol

ini dapat dihindari dengan melihat fakta bahwa f(x) lebih

dulu nol sebelum f’(x). Jadi jika f(x)=0 maka hentikan

lelarannya.

3. Ralston dan Rabinowitz (1978) telah menjukkan bahwa

menunjukan bahwa perubahan sedikit dalam perumusan

mengembalikannya ke kekonvergenan kuadrat, seperti

dalam

𝑓(𝑥𝑖 )
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 − 𝑚 … … … … . . (∗∗)
𝑓′(𝑥𝑖 )

Dengan m adalah Bilangan multiplisitas akar, misalnya :

 Akar tunggal m=1

 Akar ganda dua m=2

 Akar ganda tiga m=3, dan seterusnya.

Alternatif lain yang juga disarankan oleh Ralston dan

Rabinowitz (1978) adalah mendefinisikan suatu fungsi baru u(x),

yaitu rasio (hasil bagi) fungsi terhadap turunannya seperti dalam

𝑓(𝑥𝑖 )
𝑢(𝑥) = … … … … . . (∗∗∗)
𝑓′(𝑥𝑖 )

Metode Numerik Page 92


Dapat diperhatikan bahwa fungsi ini mempunyai akar pada lokasi

yang sama seperti fungsi semula. Oleh karena itu, persamaan di

atas dapat disubtitusikan ke dalam persamaan (**) dengan

maksud mengembangkan suatu bentuk alternatif dari metode

Newton-Rapshon:

𝑢(𝑥𝑖 )
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 − … … … … . . (∗∗∗∗)
𝑢′(𝑥𝑖 )

Persamaan (***) dan (*****) dapat disubtitusikan ke dalam

persamaan (****) dan hasilnya disederhanakan untuk

menghasilkan

𝑓(𝑥𝑖 )𝑓 ′ (𝑥𝑖 )
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 − … … … … . . (∗∗)
[𝑓 ′ (𝑥𝑖 )]2
− 𝑓”(𝑥𝑖 )𝑓(𝑥𝑖 )

Contoh soal :

1. Pernyataan masalah : Gunakan baik metode Newton-

Rapshon yang baku maupun yang dimodifikasi untuk

menghitung akar ganda dari 𝑓(𝑥) = 𝑥 3 − 5𝑥 2 + 7𝑥 − 3 ,

dengan terkaan awal 𝑥0 = 0

Penyelesaian :

𝑓(𝑥) = 𝑥 3 − 5𝑥 2 + 7𝑥 − 3
𝑓 ′(𝑥) = 3𝑥 2 − 10𝑥 + 7
𝑓 ′′(𝑥) = 6𝑥 − 10

Dengan metode Newton-Rapshon yang baku :

Metode Numerik Page 93


𝑓(𝑥𝑖 )
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 −
𝑓′(𝑥𝑖 )
(𝑥𝑖3 − 5𝑥𝑖2 + 7𝑥𝑖 − 3)
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 −
(3𝑥𝑖2 − 10𝑥𝑖 + 7)

Dengan metode Newton-Rapshon yang dimodifikasi :

𝑓(𝑥𝑖 )𝑓 ′ (𝑥𝑖 )
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 − … … … … . . (∗∗)
[𝑓 ′ (𝑥𝑖 )]2
− 𝑓”(𝑥𝑖 )𝑓(𝑥𝑖 )

Tabel lelarannya adalah :

Metode Newton-Raphson Metode Newton-Raphson

baku yang dimodifikasi

𝑖 𝑥𝑖 𝑖 𝑥𝑖

0 0,000000000 0 0,000000000

1 0,428571429 1 1,105263158

2 0,685714286 2 1,003081664

3 0,832865400 3 1,000002382

4 0,913328983

5 0,955783293

6 0,977655101

Lelaran konvergen ke akar x=1. Terlihat dari tabel di atas

bahwa metode newton raphson yang dimodifikasi memiliki

jumlah lelaran lebih sedikit.

2. Pernyataan masalah : Gunakan baik metode Newton-

Rapshon yang baku maupun yang dimodifikasi untuk

Metode Numerik Page 94


menghitung akar ganda dari 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 − 2𝑥 − 3 , dengan

terkaan awal 𝑥0 = 4

Penyelesaian :

𝑓(𝑥) = 𝑥 2 − 2𝑥 − 3
𝑓′(𝑥) = 2𝑥 − 2
𝑓 ′′(𝑥) = 2

Dengan metode Newton-Rapshon yang baku :

𝑓(𝑥𝑖 )
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 −
𝑓′(𝑥𝑖 )
𝑥𝑖 2 − 2𝑥𝑖 − 3
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 −
2𝑥𝑖 − 2

Dengan metode Newton-Rapshon yang dimodifikasi :

𝑓(𝑥𝑖 )𝑓 ′ (𝑥𝑖 )
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 − … … … … . . (∗∗)
[𝑓 ′ (𝑥𝑖 )]2
− 𝑓"(𝑥𝑖 )𝑓(𝑥𝑖 )
(𝑥𝑖 2 − 2𝑥𝑖 − 3)(2𝑥𝑖 − 2)
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 −
(2𝑥𝑖 − 2)2 − (2)(𝑥𝑖 2 − 2𝑥𝑖 − 3)

Tabel lelarannya adalah :

Metode Newton-Raphson Metode Newton-Raphson yang

baku dimodifikasi

𝑖 𝑥𝑖 𝑖 𝑥𝑖

0 4,000000000 0 4,000000000

1 3,166666667 1 3,400000000

2 3,006410256 2 2,967213115

3 3,000010240 3 2,999726813

Metode Numerik Page 95


4 3,000000000 4 3,000000000

Konvergen di akar x=3

3. Pernyataan masalah : Gunakan baik metode Newton-

Rapshon yang baku maupun yang dimodifikasi untuk

menghitung akar ganda dari 𝑓(𝑥) = 𝑥 3 + 6𝑥 − 3 ,

dengan terkaan awal 𝑥0 = 0,5

Penyelesaian :

𝑓(𝑥) = 𝑥 3 + 6𝑥 − 3
𝑓 ′(𝑥) = 3𝑥 2 + 6
𝑓 ′′(𝑥) = 6𝑥

Dengan metode Newton-Rapshon yang baku :

𝑓(𝑥𝑖 )
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 −
𝑓′(𝑥𝑖 )
𝑥 3 + 6𝑥 − 3
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 −
3𝑥 2 + 6
Dengan metode Newton-Rapshon yang dimodifikasi :

𝑓(𝑥𝑖 )𝑓 ′ (𝑥𝑖 )
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 − … … … … . . (∗∗)
[𝑓 ′ (𝑥𝑖 )]2 − 𝑓"(𝑥𝑖 )𝑓(𝑥𝑖 )
(𝑥 3 + 6𝑥 − 3)(3𝑥 2 + 6)
𝑥𝑖+1 = 𝑥𝑖 −
(3𝑥 2 + 6)2 − (6𝑥)(𝑥 3 + 6𝑥 − 3)

Tabel lelarannya adalah :

Metode Newton-Raphson Metode Newton-Raphson yang

baku dimodifikasi

𝑖 𝑥𝑖 𝑖 𝑥𝑖

Metode Numerik Page 96


0 0,5000000000 0 0,5000000000

1 0,4814814815 1 0,4813278008

2 0,4814056015 2 0,4814055989

3 0,4814056002 3 0,4814056002

Konvergen ke akar x=0,5

4.6 Akar-akar Polinom

4.6.1 Metode Horner untuk Evaluasi Polinom

Menghitung langsung 𝑝(𝑥) untuk 𝑥 = 1 tidak efektif

sebab melibatkan banyak operasi perkalian. Metode Horner,

atau disebut juga metode perkalian bersarang (nested

multiplication) menyediakan cara perhitungan polinom

dengan sedikit operasi perkalian. Dalam hal ini, polinom𝑝(𝑥)

dinyatakan sebagai perkalian bersarang

𝑝(𝑥) = 𝑎0 + 𝑥(𝑎1 + 𝑥 (𝑎2 + 𝑥(𝑎3 + ⋯ + 𝑥(𝑎𝑛−1 + 𝑎𝑛 𝑥))) … ))

Hasil Evaluasi : 𝑝(𝑡) = 𝑏0

Metode Numerik Page 97


Contoh:

1. Nyatakan𝑝(𝑥) = 𝑥 5 + 2𝑥 4 + 8𝑥 3 + 8𝑥 2 + 4𝑥 + 2

Penyelesaian:

𝑝(𝑥) = 𝑥 5 + 2𝑥 4 + 8𝑥 3 + 8𝑥 2 + 4𝑥 + 2 (15 operasiperkalian)

𝑝(𝑥) = ((((𝑥 + 2)𝑥 + 8)𝑥 + 8) 𝑥 + 4) 𝑥 + 2(hanya 5 operasi

perkalian)

Dari pernyataan di atas jelas bahwa menggunakan metode

perkalian bersarang akan jauh lebih efektif, tidak melakukan banyak

operasi perkalian.

Perhitungan untuk 𝑝(1) adalah

𝑝(1) = ((((1 + 2)1 + 8)1 + 8) 1 + 4) 1 + 2 = 25

Metode perkalian bersarang untuk menghitung 𝑝(𝑡) sering kali

dinyatakan dalam bentuk tabel Horner berikut: (untuk contoh di atas)

1 1 2 8 8 4 2

1 3 11 19 23

1 3 11 19 23 25

Hasilevaluasi: 𝑝(1) = 25

Dan menghasilkan polinom sisa : 𝑥 4 + 3𝑥 3 + 11𝑥 2 + 19𝑥 + 23

2. Nyatakan𝑝(𝑥) = 5𝑥 3 + 2𝑥 2 + 6𝑥 + 8

Penyelesaian:

𝑝(𝑥) = 5𝑥 3 + 2𝑥 2 + 6𝑥 + 8 (6 operasi perkalian)

Metode Numerik Page 98


𝑝(𝑥) = ((5𝑥 + 2)𝑥 + 6)𝑥 + 8 (hanya 3 operasi

perkalian)

Dari pernyataan di atas jelas bahwa menggunakan metode

perkalian bersarang akan jauh lebih efektif, tidak melakukan banyak

operasi perkalian.

Perhitungan untuk 𝑝(2) adalah

𝑝(2) = ((5(2) + 2)(2) + 6)(2) + 8 = 68

Metode perkalian bersarang untuk menghitung 𝑝(𝑡) sering kali

dinyatakan dalam bentuk tabel Horner berikut: (untuk contoh di atas)

2 5 2 6 8

10 24 60

5 12 30 68 = 𝑝(2)

Hasilevaluasi: 𝑝(2) = 68

Dan menghasilkan polinom sisa : 5𝑥 2 + 12𝑥 + 30

4.6.2 Pencarian Akar-akar Polinom

Proses perhitungan 𝑝(𝑥) untuk 𝑥=𝑡 dengan

menggunakan metode Horner sering dinamakan pembagian

sintetis 𝑝(𝑥): (𝑥 − 𝑡), menghasilkan 𝑞(𝑥) dan sisa 𝑏𝑜

𝑝(𝑥)
[ = 𝑞(𝑥)] + 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑏𝑜
(𝑥 − 𝑡)

Atau

𝑝(𝑥) = 𝑏𝑜 + (𝑥 − 𝑡)𝑞(𝑥)

Metode Numerik Page 99


Yang dalam hal ini,

𝑞(𝑥) = 𝑏𝑛 𝑥 𝑛−1 + 𝑏𝑛−1 𝑥 𝑛−2 + ⋯ + 𝑏3 𝑥 2 + 𝑏2 𝑥 + 𝑏1

Jika t adalah hampiran akar polinom 𝑝(𝑥) maka

𝑝(𝑡) = 𝑏𝑜 + (𝑡 − 𝑡)𝑞(𝑡) = 𝑏𝑜 + 0 = 𝑏𝑜

(perhatikan, jika t akarsejati, maka𝑏𝑜 = 0)

Akar-akar lain dari𝑝(𝑥) dapat dicari dari polinom 𝑞(𝑥) sebab

setiap akar 𝑞(𝑥) juga adalah akar𝑝(𝑥). Proses reduksi

polinom ini disebut deflasi (deflation). Koefisien-koefisien

𝑞(𝑥), yaitu 𝑏𝑛, 𝑏𝑛−1 , … , 𝑏3 , 𝑏2 , 𝑏1 dapat ditemukan langsung dari

tabel Horner.

Algoritmanya:

Misalkan akar polinom dihitung dengan metode Newton-

Raphson,

𝑝(𝑥)
𝒙𝒓+𝟏 = 𝑥𝑟 −
𝑝′ (𝑥)

Maka proses pencarian akar secara deflasi dapat dirumuskan

dalam langkah 1 sampai 4 berikut ini:

Langkah 1

Menghitung 𝑝(𝑥𝑟 ) dapat dilakukan secara mangkus dengan

metode Horner

Misalkan 𝑡 = 𝑥𝑟 adalah hampiran akar polinom 𝑝(𝑥)

𝑝(𝑥) = 𝑏𝑜 + (𝑥 − 𝑥𝑟 )𝑞(𝑥)

Perhitungan 𝑝(𝑥𝑟 ) menghasilkan

𝑝(𝑥𝑟 ) = 𝑏𝑜 + (𝑥𝑟 − 𝑥𝑟 )𝑞(𝑥𝑟 ) = 𝑏𝑜

Metode Numerik Page 100


Langkah 2

Menghitung 𝑝′(𝑥𝑟 ) secara mangkus:

Misalkan 𝑡 = 𝑥𝑟 adalah hampiran akar polinom𝑝(𝑥),

𝑝(𝑥) = 𝑏𝑜 + (𝑥 − 𝑥𝑟 )𝑞(𝑥)

Turunan dari 𝑝 adalah

𝑝′ (𝑥) = 0 + 1. 𝑞(𝑥) + (𝑥 − 𝑥𝑟 )𝑞′ (𝑥)


= 𝑞(𝑥) + (𝑥 − 𝑥𝑟 )𝑞′(𝑥)

Sehingga

𝑝′ (𝑥) = 𝑞(𝑥𝑟 ) + (𝑥𝑟 − 𝑥𝑟 )𝑞′ (𝑥𝑟 ) = 𝑞(𝑥𝑟 )

Langkah 3

𝑝(𝑥)
𝒙𝒓+𝟏 = 𝑥𝑟 −
𝑝′ (𝑥)

Langkah 4

Ulangi langkah 1, 2 dan 3 sampai|𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 | < 𝜀

Contoh Soal :

Temukan seluruh akar nyata polinom

𝑝(𝑥) = 𝑥 6 + 4𝑥 5 − 72𝑥 4 − 214𝑥 3 + 1127𝑥 2 + 1602𝑥 − 5040

Dengan tebakan awal 𝑥0 = 8

Penyelesaian:

 Dengan menggunakan metode Newton-Raphson kita

dapat memperoleh akar pertama yaitu 7.

Metode Numerik Page 101


Bukti:

Diketahui:

𝑝(𝑥) = 𝑥 6 + 4𝑥 5 − 72𝑥 4 − 214𝑥 3 + 1127𝑥 2 + 1602𝑥 − 5040

𝑝′ (𝑥) = 6𝑥 5 + 20𝑥 4 − 288𝑥 3 − 642𝑥 2 + 2254𝑥 + 1602

𝑥0 = 8

Kemudian,

𝑝(𝑥)
𝒙𝒓+𝟏 = 𝑥𝑟 −
𝑝′ (𝑥)

Maka:

𝑥 6 + 4𝑥 5 − 72𝑥 4 − 214𝑥 3 + 1127𝑥 2 + 1602𝑥 − 5040


𝒙𝟏 = 𝑥0 −
6𝑥 5 + 20𝑥 4 − 288𝑥 3 − 642𝑥 2 + 2254𝑥 + 1602

68640
𝒙𝟏 = 8 −
109618

𝒙𝟏 = 𝟕. 𝟑 …

Jika digambarkan,

Deflasi→ 𝒑(𝒙) = (𝒙 − 𝒙𝟏 )𝒒(𝒙) + 𝒃𝟎

Untuk mengetahui 𝑞(𝑥), lakukan skema horner yaitu:

Metode Numerik Page 102


Maka 𝑞(𝑥) = 𝑥 5 + 11𝑥 4 + 5𝑥 3 − 179𝑥 2 − 126𝑥 + 720

 Setelah itu kita akan cari akar polinom derajat 5 dengan

tebakan awal 7

(gunakan metode Newton-Raphson)

𝑝(𝑥) = 𝑥 5 + 11𝑥 4 + 5𝑥 3 − 179𝑥 2 − 126𝑥 + 720

𝑝′ (𝑥) = 5𝑥 4 + 44𝑥 3 + 15𝑥 2 − 358𝑥 − 126

𝑥0 = 7

iterasi 𝑥𝑟 𝑝(𝑥) 𝑝′(𝑥) 𝑥𝑟+1

1 7 36000 25200 5.5714

2 5 6240 6844 4.0882

3 4 1512 2778 3.4557

4 3 0 528 3

Ternyata akar ditemukan pada titik𝑤 = 3, yang akan

ditunjukkan dengan titik merah pada gambar berikut

Metode Numerik Page 103


Deflasi→ 𝑤(𝑤) = (𝑤 − 𝑤𝑤)𝑤(𝑤) + 𝑤𝑤

Lakukan skema horner untuk mencari 𝑤(𝑤)

Maka kita peroleh 𝑟(𝑥) = 𝑥 4 + 14𝑥 3 + 47𝑥 2 − 38𝑥 − 240

Ulangi langkah sebelumnya untuk mencari akar

polinom derajat 4 ini, gunakan tebakan awal 3

𝑟(𝑥) = 𝑥 4 + 14𝑥 3 + 47𝑥 2 − 38𝑥 − 240

𝑟 ′ (𝑥) = 4𝑥 3 + 42𝑥 2 + 94𝑥 − 38

𝑥0 = 3

Iterasi 𝑥𝑟 𝑟(𝑥) 𝑟′(𝑥) 𝑥𝑟+1


1 3 528 730 2.2767
2 2 0 170 2

Berdasarkan iterasi di atas akar diperoleh di titik 2 yang

ditunjukkan dengan titik berwarna kuning

Deflasi→ 𝒓(𝒙) = (𝒙 − 𝒙𝟑 )𝒔(𝒙) + 𝒃𝟐

Metode Numerik Page 104


Kemudian dengan skema horner,

Maka didapatlah

𝑠(𝑥) = 𝑥 3 + 16𝑥 2 + 79𝑥 + 120

Demikian untuk seterusnya sampai kita temukan akar-akar

yang lainnya. Seluruh akar-akar yang ditemukan adalah -8, -

5, -3, 2, 3 dan 7.

4.6.3 Lokasi akar Polinom

Metode Newton-Raphson memerlukan tebakan awal akar.

Misalkan akar-akar diberi indeks dan diurutkan menaik

sedemikian sehingga

|𝑥1 | ≤ |𝑥2 | ≤ |𝑥3 | ≤ ⋯ ≤ |𝑥𝑛 |

Tebakan awal untuk akar terkecil 𝑥1 menggunakan hampiran

𝑎0 + 𝑎1 𝑥 ≈ 0
−𝑎0
𝑥≈
𝑎1

yang dapat dijadikan sebagai tebakan awal untuk

menemukan 𝑥1

Metode Numerik Page 105


Tebakan awal untuk akar terbesar xn menggunakan

hampiran

yang dapat dijadikan sebagai tebakan awal untuk

menemukan 𝑥𝑛

Contoh

1. Tentukan tebakan awal untuk mencari akar polinom

𝑥 2 − 200𝑥 + 1 = 0

Jawab :

Tebakan awal untuk akar terkecil adalah

𝑥0 = − 1/(− 200) = 1/200

Tebakan awal untuk akar terbesar adalah

𝑥0 = −( −200)/1 = 200

2. Tentukan tebakan awal untuk mencari akar polinom

2𝑥 2 + 4𝑥 + 1 = 0

Jawab :

Tebakan awal untuk akar terkecil adalah

𝑥0 = − 2/(4) = 1/2

Tebakan awal untuk akar terbesar adalah

𝑥0 = −( 4)/2 = 2

4.7 Sistem Persamaan Nirlanjar

Metode Numerik Page 106


4.7.1 Metode lelaran titik tetap

lelarannya titik-tetap untuk sistem dengan dua

persamaan nirlanjar:

𝑥𝑟+1 = 𝑔1 (𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 )
𝑦𝑟+1 = 𝑔1 (𝑥𝑟+1 , 𝑦𝑟 )
𝑟 = 0,1,2, …

Kecepatan konvergensi lelaran titik-tetap ini dapat

ditingkatkan. Nilai 𝑥𝑟+1 yang baru dihitung langsung dipakai

untuk menghitung 𝑦𝑟+1 Jadi,

𝑥𝑟+1 = 𝑔1 (𝑥𝑟 , 𝑦𝑟 )
𝑦𝑟+1 = 𝑔1 (𝑥𝑟+1 , 𝑦𝑟 )
𝑟 = 0,1,2, …

Kondisi berhenti (konvergen) adalah

|𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 | < 𝜀 dan |𝑦𝑟+1 − 𝑦𝑟 | < 𝜀 dan |𝑧𝑟+1 − 𝑧𝑟 | < 𝜀

Contoh :

Selesaikan sistem persamaan nirlanjar berikut ini,

𝑓1 (𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 + 𝑥𝑦 − 10 = 0
𝑓2 (𝑥, 𝑦) = 3𝑥𝑦 2 − 57 = 0

(Akar sejatinya 𝑥 = 2 dan = 3 )

Prosedur lelaran titik-tetapnya adalah

10 − 𝑥𝑟 2
𝑥𝑟+1 =
𝑦𝑟

Metode Numerik Page 107


𝑦𝑟+1 = 57 − 3𝑥𝑟+1 𝑦𝑟 2

Berikan tebakan awal 𝑥0 = 1.5 dan 𝑦0 = 3.5 dan 𝜀 = 0.000001

Tabel lelarannya :

r x Y |𝑥𝑟+1 | |𝑦𝑟+1 𝑦𝑟 |

0 1.500000 3.500000 − −

1 2.214286 −24.375000 0.714286 27.875000

2 −0.209105 429.713648 2.423391 454.088648

3 0.023170 −12778.041781 0.232275 13207.755429

.....................................................................................................................

Ternyata lelarannya divergen!

Sekarang kita ubah persamaan prosedur lelarannya menjadi

𝑥𝑟+1 = √10 − 𝑥𝑟 2

57 − 𝑦𝑟
𝑦𝑟+1 = √
3𝑥𝑟+1 𝑦𝑟 2

Berikan tebakan awal 𝑥0 = 1.5 dan 𝑦0 = 3.5 dan 𝜀 = 0.000001

Hasilnya,

𝑟 𝑥 𝑦 |𝑥𝑟+1 | |𝑦𝑟+1 𝑦𝑟 |
0 1.500000 3.500000 − −
1 2.179449 2.860506 0.679449 0.639494
2 1.940534 3.049551 0.238916 0.189045
3 2.020456 2.983405 0.079922 0.066146
4 1.993028 3.005704 0.027428 0.022300
5 2.002385 2.998054 0.009357 0.007650
6 1.999185 3.000666 0.003200 0.002611

Metode Numerik Page 108


7 2.000279 2.999773 0.001094 0.000893
8 1.999905 3.000078 0.000374 0.000305
9 2.000033 2.999973 0.000128 0.000104
10 1.999989 3.000009 0.000044 0.000036
11 2.000004 2.999997 0.000015 0.000012
12 1.999999 3.000001 0.000005 0.000004
13 2.000000 3.000000 0.000002 0.000001
14 2.000000 3.000000 0.000001 0.000000

......................................................................................................................

Akar 𝑥 = 2.000000 dan 𝑦 = 3.000000

4.7.2 Metode newton raphson

Metode Newton-Raphson dapat dirampatkan

(generalization) untuk sistem dengan n persamaan.

𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑢𝑟
𝑢𝑟+1 = 𝑢𝑟 + (𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 ) + (𝑦𝑟+1 − 𝑦𝑟 )
𝜕𝑥 𝜕𝑦

dan

𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑣𝑟
𝑣𝑟+1 = 𝑣𝑟 + (𝑥𝑟+1 − 𝑥𝑟 ) + (𝑦𝑟+1 − 𝑦𝑟 )
𝜕𝑥 𝜕𝑦

Determinan Jacobi :

𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟



𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥

𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟
𝑢𝑟 + 𝑣𝑟
𝜕𝑦 𝜕𝑦
𝑥𝑟+1 = 𝑥𝑟 − 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟

𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥

Dan

Metode Numerik Page 109


𝜕𝑣 𝜕𝑢
𝑢𝑟 𝑟 + 𝑣𝑟 𝑟
𝜕𝑥 𝜕𝑦
𝑦𝑟+1 = 𝑦𝑟 + 𝜕𝑢 𝜕𝑣 𝜕𝑢 𝜕𝑣
𝑟 𝑟
− 𝑟 𝑟
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥

Contoh :

Gunakan metode Newton -Raphson untuk mencari akar

𝑓1 (𝑥, 𝑦) = 𝑥 2 + 𝑥𝑦 − 10 = 0
𝑓2 (𝑥, 𝑦) = 3𝑥𝑦 2 − 57 = 0

Dengan tebakan awal 𝑥0 = 1.5 dan 𝑦0 = 3.5

Penyelesaian :

𝜕𝑢0
= 2𝑥 + 𝑦 = 2(1.5) + 3.5 = 6.5
𝜕𝑥
𝜕𝑢𝑜
= 𝑥 = 1.5
𝜕𝑦
𝜕𝑣0
= 3𝑥𝑦 2 = 3(3.5)2 = 36.5
𝜕𝑥
𝜕𝑣0
= 1 + 6 𝑥𝑦 = 1 + 6(1.5) = 32.5
𝜕𝑦

Determinan Jacobi untuk lelaran pertama adalah

𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟 𝜕𝑢𝑟 𝜕𝑣𝑟


− = 6.5(32.5) − 1.5(36.75) = 156.125
𝜕𝑥 𝜕𝑦 𝜕𝑦 𝜕𝑥

Nilai-nilai fungsi dapat dihitung dari tebakan awal sebagai

𝑢0 = (1.5) 2 + 1.5(3.5) − 10 = − 2.5


𝑣0 = (3.5) 2 + 3(1.5)(3.5)2 − 57 = 1.625

Nilai x dan y pada lelaran pertama adalah

Metode Numerik Page 110


1.5 − (−2.5)(32.5) − 1.625(1.5
𝑥0 = = 2.03603
156.125
Dan

3.5 − (−2.5)(36.75) − 1.625(6.5)


𝑦0 = = 2.84388
156.125
Apabila lelarannya diteruskan, ia konvergen ke akar sejati 𝑥 = 2

dan 𝑦 = 3.

Seperti halnya metode lelaran titik -tetap, metode Newton-

Raphson mungkin saja divergen jika tebakan awal tidak cukup

dekat ke akar. Penggambaran kurva masing -masing persamaan

secara grafik dapat membantu pemilihan tebakan awal yang

bagus.

4.8 Soal terapan

Dalam suatu proses kimia, campurkan karbon monoksida dan

oksigen mencapai kesetimbangan pada suhu 300°𝐾 dan tekanan

5 atm.reaksi teoritisnya adalah

1
𝐶𝑂 + 𝑂2 ⇄ 𝐶𝑂2
2
Reaksi kimia yang sebenarnya terjadi dapat ditulis sebagai

(1 + 𝑥)
𝐶𝑂 + 𝑂2 ⟶ 𝑥𝐶𝑂2 + 𝑂2 + (1 − 𝑥)𝐶𝑂2
2
Persamaan kesetimbangan kimia untuk menentukan fraksi mol 𝐶𝑂

yang tersisa yaitu 𝑥, yang ditulis sebagai

Metode Numerik Page 111


1
(1 − 𝑥)(3 + 𝑥)2
𝐾𝑝 = 1 1 , 0<𝑥<1
𝑥(𝑥 + 1)2 𝑝2

Yang dalam hal ini . 𝐾𝑝 = 3,06 adalah tetapan kesetimbangan

1
untuk reaksi 𝐶𝑂 + 𝑂2 pada 3000°𝐾 dan 𝑃 = 5𝑎𝑡𝑚. tentukan nilai
2

𝑥 dengan menggunakan regulasi falsi yang diperbaiki.

Penyelesaian :

Persoalan ini lebih tepat diselesaikan dengan metode tertutup

karena 𝑥 adalah fraksi mol yang nilainya terletak antara 0 dan 1.

Fungsi yang akan dicari akarnya dapat ditulis sebagai


1
(1 − 𝑥)(3 + 𝑥)2
𝑓(𝑥) = 1 1 − 𝐾𝑝 , 0<𝑥<1
𝑥(𝑥 + 1)2 𝑝2

Dengan 𝐾𝑝 = 3,06 dan 𝑃 = 5𝑎𝑡𝑚.

Selang yang mengandung akar adalah [0.1,0.9]. nilai fungsi di

ujung – ujung selang adalah


1
(1 − 0,1)(3 + 0,1)2
𝑓(0,1) = 1 1 − 3,06 = 3,696815
0,1(0,1 + 1)2 (5)2
1
(1 − 0,9)(3 + 0,9)2
𝑓(0,9) = 1 1 − 3,06 = −2,988809
0,9(0,9 + 1)2 (5)2

Yang memenuhi 𝑓(0,1)𝑓(0,9) < 0

Tabel lelarannya adalah :

R a C b f(a)

0 0,100000 0,542360 0,900000 3,696815

1 0,100000 0,288552 0,542360 1,848407

Metode Numerik Page 112


2 0,100000 0,178401 0,288552 0,924204

3 0,178401 0,200315 0,288552 0,322490

4 0,178401 0,193525 0,200315 0,322490

5 0,178401 0,192520 0,193525 0,161242

6 0,192520 0,192963 0,193525 0,009064

7 0,192520 0,192962 0,192963 0,009064

f(c) f(b) Sb Lebar

-2,988809 -2,988809 [a,c] 0,442360

-1,298490 -2,488120 [a,c] 0,188552

0,322490 -1,298490 [c,b] 0,110151

-0,144794 -1,298490 [a,c] 0,021914

-0,011477 -0,144794 [a,c] 0,015124

0,009064 -0,011477 [c,b] 0,001005

-0,000027 -0,011477 [a,c] 0,000443

-0,000000 -0,000027 [a,c] 0,000442

Hampiran akar 𝑥 = 0,192962

Jadi, setelah reaksi berlangsung, fraksi mol 𝐶𝑂 yang tersisa adalah

0,192962.

Metode Numerik Page 113


BAB IV

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LANJAR

4.1 Bentuk Umum Sistem Persamaan Lanjar

Sistem Persamaan Lanjar (SPL) dengan 𝑛 peubah dinyatakan sebagai :

𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏1


𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏2
: :
: :
𝑎𝑛1 𝑥1 + 𝑎𝑛2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑛𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏𝑛 (P.4.1)

Dengan menggunakan perkalian matriks, kita dapat menulis (P.4.1)

sebagai persamaan matriks

𝐴𝑥 = 𝑏 (P.4.2)

Yang dalam hal ini.

𝐴 = [𝑎𝑖𝑗 ] adalah matriks berukuran 𝑛 × 𝑛

𝑥 = [𝑥𝑗 ] adalah matriks berukuran 𝑛 × 1

𝑏 = [𝑏𝑗 ] adalah matriks berukuran 𝑛 × 1 (disebut juga vector kolom)

yaitu

Metode Numerik Page 114


𝑎11 𝑎12 𝑎13 ⋯ 𝑎1𝑛 𝑥1 𝑏1
𝑎21 𝑎22 𝑎23 ⋯ 𝑎2𝑛 𝑥2 𝑏2
𝑎31 𝑎32 𝑎33 ⋯ 𝑎3𝑛 𝑥3 = 𝑏3
⋮ ⋯ ⋮ ⋮ ⋮
[𝑎n1 𝑎𝑛2 𝑎𝑛3 ⋯ 𝑎n𝑛 ] [𝑥𝑛 ] [𝑏𝑛 ]

Solusi (P.4.1) adalah himpunan nilai 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 yang memenuhi 𝑛 buah

persamaan. Beberapa metode penyelesaian praktis system persamaan

lanjar yang di bahas adalah :

4.2 Metode Cramer

Jika 𝐴𝑥 = 𝑏 adalah sebuah sistem linear n yang tidak diketahui dan

det(𝐴) ≠ 0 maka persamaan tersebut mempunyai penyelesaian yang

unik

det(𝐴1 ) det(𝐴2 ) det(𝐴3 ) det(𝐴𝑛 )


𝑋1 = , 𝑋2 = , 𝑋3 = , … , 𝑋𝑛 =
det(𝐴) det(𝐴) det(𝐴) det(𝐴)

Contoh soal :

Selesaikan dengan aturan cramer

1. 𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 =6
2𝑥1 + 𝑥2 − 𝑥3 =3
−𝑥1 + 2𝑥2 + 2𝑥3 = −1

Jawab :

1 1 2
𝐴 = [ 2 1 −1]
−1 2 2
6
𝑏=[ 3 ]
−1
1 −1 2 −1 2 1
𝐷 = (1) [ ] − (1) [ ] + (2) [ ]
2 2 −1 2 −1 2
𝐷 = (2 − (−2)) − (4 − 1) + 2(4 − (−1))
𝐷 = 4 − 3 + 10

Metode Numerik Page 115


𝐷 = 11

6 1 2
𝐷𝑋1 = [ 3 1 −1]
−1 2 2
1 −1 3 −1 3 1
𝐷𝑋1 = (6) [ ] − (1) [ ] + (2) [ ]
2 2 −1 2 −1 2
𝐷𝑋1 = (6)(2 − (−2)) − (6 − 1) + (2)(6 − (−1))
𝐷𝑋1 = 6(4) − 5 + 2(7)
𝐷𝑋1 = 33

1 6 2
𝐷𝑋2 = [ 2 3 −1]
−1 −1 2
(1) 3 −1 2 −1 2 3
𝐷𝑋2 = [ ] − (6) [ ] + (2) [ ]
−1 2 −1 2 −1 −1
𝐷𝑋2 = (6 − 1)) − 6(4 − 1) + (2)(−2 − (−3))
𝐷𝑋2 = 5 − 6(3) + 2(1)
𝐷𝑋2 = −11

1 1 6
𝐷𝑋3 = [ 2 1 3 ]
−1 2 −1
1 3 2 3 2 1
𝐷𝑋3 = (1) [ ] − (1) [ ] + (6) [ ]
2 −1 −1 −1 −1 2
𝐷𝑋3 = (−1 − 6) − (−2 − (−3)) + (6)(4 − (−1))
𝐷𝑋3 = −7 − 1 + 6(5)
𝐷𝑋3 = 22

𝐷𝑥1 33
𝑥1 = = =3
𝐷 11
𝐷𝑥 −11
𝑥2 = 2 = = −1
𝐷 11
𝐷𝑥 22
𝑥3 = 3 = =2
𝐷 11

Metode Numerik Page 116


∴ 𝑥1 = 3 ; 𝑥2 = −1 ; 𝑑𝑎𝑛 𝑥3 = 2

2. 𝑥1 − 2𝑥2 + 𝑥3 =3
2𝑥1 − 3𝑥2 + 4𝑥3 = 13
−3𝑥1 + 5𝑥2 + 2𝑥3 = 5

Jawab :

1 −2 1
𝐴 = [ 2 −3 4]
−3 5 2
3
𝑏 = [13]
5
−3 4 2 4 2 −3
𝐷 = (1) [ ] − (−2) [ ] + (1) [ ]
5 2 −3 2 −3 5
𝐷 = (−6 − 20) + 2(4 − (−12)) + (10 − 9)
𝐷 = −26 + 2(16) + 1

𝐷 =7

3 −2 1
𝐷𝑋1 = [13 −3 4]
5 5 2
−3 4 13 4 13 −3
𝐷𝑋1 = (3) [ ] − (−2) [ ] + (1) [ ]
5 2 5 2 5 5
𝐷𝑋1 = (3)(−6 − 20) + 2(26 − 20) + (65 − (−15))
𝐷𝑋1 = 3(−26) + 12 + 80
𝐷𝑋1 = 14

1 3 1
𝐷𝑋2 = [ 2 13 4]
−3 5 2
13 4 2 4 2 13
𝐷𝑋2 = (1) [ ] − (3) [ ] + (1) [ ]
5 2 −3 2 −3 5
𝐷𝑋2 = (26 − 20) − 3(4 − (−12) + (10 − (−39))
𝐷𝑋2 = 6 − 3(16) + 49

Metode Numerik Page 117


𝐷𝑋2 = 7

1 −2 3
𝐷𝑋3 = [ 2 −3 13]
−3 5 5
−3 13 2 13 2 −3
𝐷𝑋3 = (1) [ ] − (−2) [ ] + (3) [ ]
5 5 −3 5 −3 5
𝐷𝑋3 = (−15 − 65) + 2(10 − (−39)) + (3)(10 − 9)
𝐷𝑋3 = −80 + 2(49) + 3(1)
𝐷𝑋3 = 21

𝐷𝑥1 14
𝑥1 = = =2
𝐷 7
𝐷𝑥 7
𝑥2 = 2 = = 1
𝐷 7
𝐷𝑥3 21
𝑥3 = = =3
𝐷 7
∴ 𝑥1 = 2 ; 𝑥2 = 1 ; 𝑑𝑎𝑛 𝑥3 = 3

3. −12𝑥1 + 𝑥2 + 8𝑥3 = −80


𝑥1 − 6𝑥2 − 4𝑥3 = 13
−2𝑥1 − 𝑥2 + 10𝑥3 = 90

Jawab :

−12 1 8
𝐴=[ 1 −6 −4]
−2 −1 10
−80
𝑏 = [ 13 ]
90
−6 −4 1 −4 1 −6
𝐷 = (−12) [ ] − (1) [ ] + (8) [ ]
−1 10 −2 10 −2 −1
𝐷 = −12(−60 − 4) − (10 − 8) + 8(−1 − 12)
𝐷 = −12(−64) − 2 + 8(−13)

𝐷 =662

Metode Numerik Page 118


−80 1 8
𝐷𝑋1 = [ 13 −6 −4]
90 −1 10
−6 −4 13 −4 13 −6
𝐷𝑋1 = (−80) [ ] − (1) [ ] + (8) [ ]
−1 10 90 10 90 −1
𝐷𝑋1 = (−80)(−60 − 4) − (130 − (−360)) + 8(−13 − (−540))
𝐷𝑋1 = −80(−64) − 490 + 8(527)
𝐷𝑋1 = 8846

−12 −80 8
𝐷𝑋2 = [ 1 13 −4]
−2 90 10
13 −4 1 −4 1 13
𝐷𝑋2 = (−12) [ ] − (−80) [ ] + (8) [ ]
90 10 −2 10 −2 90
𝐷𝑋2 = −12(130 − (−360)) + 80(10 − 8) + 8(90 − (−26))
𝐷𝑋2 = −12(490) + 80(2) + 116
𝐷𝑋2 = −4792

−12 1 −80
𝐷𝑋3 = [ 1 −6 13 ]
−2 −1 90
−6 13 1 13 1 −6
𝐷𝑋3 = (−12) [ ] − (1) [ ] + (−80) [ ]
−1 90 −2 90 −2 −1
𝐷𝑋3 = −12(−540 − (−13)) − (90 − (−26)) + (−80)(−1 − 12)
𝐷𝑋3 = −12(527) − (116) − 80(−13)
𝐷𝑋3 = 7248

𝐷𝑥1 8846 4423


𝑥1 = = =
𝐷 662 331
𝐷𝑥2 −4792 −2396
𝑥2 = = =
𝐷 662 331
𝐷𝑥3 7248 3624
𝑥3 = = =
𝐷 662 331

Metode Numerik Page 119


4423 −2396 3624
∴ 𝑥1 = ; 𝑥2 = ; 𝑑𝑎𝑛 𝑥3 =
331 331 331

4. 0,3𝑥1 + 0,5𝑥2 + 𝑥3 = −0,01


0,5𝑥1 + 𝑥2 + 1,9𝑥3 = 0,67
0,1𝑥1 + 0,3𝑥2 + 0,5𝑥3 = 0,44

Jawab :

Penskalaan 10

3 5 10
𝐴 = [5 10 19]
1 3 5
−0,1
𝑏 = [ 6,7 ]
4,4
10 19 5 19 5 10
𝐷 = (3) [ ] − (5) [ ] + (10) [ ]
3 5 1 5 1 3
𝐷 = 3(50 − 57) − 5(25 − 19) + 10(15 − 10)
𝐷 = 3(−7) − 5(6) + 10(5)
𝐷 = −1

−0,1 5 10
𝐷𝑋1 = [ 6,7 10 19]
4,4 3 5
10 19 6,7 19 6,7 10
𝐷𝑋1 = (−0,1) [ ] − (5) [ ] + (10) [ ]
3 5 4,4 5 4,4 3
𝐷𝑋1 = (−0,1)(50 − 57) − 5(33,5 − 83,6) + 10(20,1 − 44)
𝐷𝑋1 = −0,1(−7) − 5(−50,1) + 10(−23,9)
𝐷𝑋1 = 12,2

3 −0,1 10
𝐷𝑋2 = [5 6,7 19]
1 4,4 5
6,7 19 5 19 5 6,7
𝐷𝑋2 = (3) [ ] − (−0,1) [ ] + (10) [ ]
4,4 5 1 5 1 4,4

Metode Numerik Page 120


𝐷𝑋2 = (3)(33,5 − 83,6) + 0,1(25 − 19) + 10(22 − 6,7)
𝐷𝑋2 = 3(−50,1) + 0,1(6) + 10(15,3)
𝐷𝑋2 = 3,3

3 5 −0,1
𝐷𝑋3 = [5 10 6,7 ]
1 3 4,4
10 6,7 5 6,7 5 10
𝐷𝑋3 = (3) [ ] − (5) [ ] + (−0,1) [ ]
3 4,4 1 4,4 1 3
𝐷𝑋3 = (3)(44 − 20,1) − 5(22 − 6,7) − 0,1(15 − 10)
𝐷𝑋3 = 3(23,9) − 5(15,3) − 0,1(5)
𝐷𝑋3 = −5,3

𝐷𝑥1 12,2
𝑥1 = = = −12,2
𝐷 −1
𝐷𝑥 3,3
𝑥2 = 2 = = −3,3
𝐷 −1
𝐷𝑥 −5,3
𝑥3 = 3 = = 5,3
𝐷 −1
∴ 𝑥1 = −12,2; 𝑥2 = −3,3 ; 𝑑𝑎𝑛 𝑥3 = 5,3

4.3 Metode Eliminasi Gauss

Eliminasi Gauss adalah suatu metode untuk mengoperasikan nilai-

nilai di dalam matriks sehingga menjadi matriks yang lebih sederhana

lagi. Dengan melakukan operasi baris sehingga matriks tersebut

menjadi matriks yang baris. Ini dapat digunakan sebagai salah satu

metode penyelesaian persamaan linear dengan menggunakan matriks.

Caranya dengan mengubah persamaan linear tersebut ke

dalam matriks teraugmentasi dan mengoperasikannya. Setelah

Metode Numerik Page 121


menjadi matriks baris, lakukan substitusi balik untuk mendapatkan nilai

dari variabel-variabel tersebut.

Kelebihan dan Kekurangan

Metode ini digunakan dalam analisis numerik untuk meminimalkan

mengisi selama eliminasi, dengan beberapa tahap

Keuntungan :

 menentukan apakah sistem konsisten

 menghilangkan kebutuhan untuk menulis ulang variabel setiap

langkah

 lebih mudah untuk memecahkan masalah

kelemahan :

 memiliki masalah akurasi saat pembulatan desimal

Metode ini berbentuk matriks segitiga atas seperti :

𝑎11 𝑎12 𝑎13 ⋯ 𝑎1𝑛 𝑥1 𝑏1


0 𝑎22 𝑎23 ⋯ 𝑎2𝑛 𝑥2 𝑏2
0 0 𝑎33 ⋯ 𝑎3𝑛 𝑥3 = 𝑏3
⋮ ⋯ ⋮ ⋮ ⋮
[0 0 0 ⋯ 𝑎n𝑛 ] [𝑥𝑛 ] [𝑏𝑛 ]

Maka solusinya dapat dihitung dengan tekhnik penyulingan mundur

(backward substitution):

𝑏𝑛
𝑎𝑛𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏𝑛 → 𝑥𝑛 =
𝑎𝑛
𝑏𝑛−1 − 𝑎𝑛−1.𝑛 𝑥𝑛
𝑎𝑛−1.𝑛−1 𝑥𝑛−1 + 𝑎𝑛−1.𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏𝑛−1 →
𝑎𝑛−1.𝑛−1

Metode Numerik Page 122


𝑎𝑛−2.𝑛−2 𝑥𝑛−2 + 𝑎𝑛−2.𝑛−1 𝑥𝑛−1 + 𝑎𝑛−2.𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏𝑛−2 → 𝑥𝑛−2
𝑏𝑛−2 − 𝑎𝑛−2.𝑛−1 𝑥𝑛−1 − 𝑎𝑛−2.𝑛 𝑥𝑛
=
𝑎𝑛−2.𝑛−2


𝑑𝑠𝑡.
Sekali 𝑥𝑛 , 𝑥𝑛−1 , … , 𝑥𝑘+1 diketahui, maka nilai𝑥𝑘 maka dihitung

dengan

𝑏𝑘 −∑𝑛
𝑗=𝑘+1 𝑎𝑘𝑗 𝑥𝑗
𝑥𝑘 = , 𝑘 = 𝑛 − 1, 𝑛 − 2, … , 𝑑𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑘 ≠ 0
𝑎𝑘𝑘

Contoh Soal :

1. 𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 =6
2𝑥1 + 𝑥2 − 𝑥3 =3
−𝑥1 + 2𝑥2 + 2𝑥3 = −1

Jawab :

1 1 2 6
𝐴 = [ 2 1 −1] , 𝑏 = [ 3 ]
−1 2 2 −1
1 1 2 6 𝐵𝐵2 −2𝐵 1 1 1 2 6 𝐵3 +3𝐵2 1 1 2 6
3 +𝐵1
[2 1 −1| 3 ] → [0 −1 −5| −9] → [0 −1 −5 | −9 ]
−1 2 2 −1 0 3 4 5 0 0 −11 −22
−11𝑥3 = −22 → 𝑥3 = 2
−𝑥2 − 5𝑥3 = −9 → 𝑥2 = 9 − 5(2) = −1
𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 = 6 → 𝑥1 = 6 − (−1) − 2(2) = 3
∴ 𝑥1 = 3; 𝑥2 = −1; 𝑥3 = 2

2. 𝑥1 − 2𝑥2 + 𝑥3 =3
2𝑥1 − 3𝑥2 + 4𝑥3 = 13
−3𝑥1 + 5𝑥2 + 2𝑥3 = 5

Jawab :

Metode Numerik Page 123


1 −2 1 3
𝐴 = [ 2 −3 4] , 𝑏 = [13]
−3 5 2 5
1 −2 1 3 𝐵𝐵2 −2𝐵 1 1 −2 1 3 𝐵3 +𝐵2 1 −2 1 3
3 +3𝐵1
[ 2 −3 4| 13] → [0 1 2| 7 ] → [0 1 2| 7 ]
−3 5 2 5 0 −1 5 14 0 0 7 21
7𝑥3 = 21 → 𝑥3 = 3
𝑥2 + 2𝑥3 = 7 → 𝑥2 = 7 − 2(3) = 1
𝑥1 − 2𝑥2 + 𝑥3 = 3 → 𝑥1 = 3 + 2(1) − 3 = 2
∴ 𝑥1 = 2; 𝑥2 = 1; 𝑥3 = 3

3. −12𝑥1 + 𝑥2 + 8𝑥3 = −80


𝑥1 − 6𝑥2 − 4𝑥3 = 13
−2𝑥1 − 𝑥2 + 10𝑥3 = 90

Jawab :

−12 1 8 −80
𝐴=[ 1 −6 −4] , 𝑏 = [ 13 ]
−2 −1 10 90
−12 1 8 −80
[ 1 −6 −4| 13 ]
−2 −1 10 90
𝐵2 ↔𝐵1 1 −6 −4 13 𝐵𝐵2 +12𝐵 1 1 −6 −4 13
3 +2𝐵1
→ [−12 1 8 | −80] → [0 −71 −40| 76 ]
−2 −1 10 90 0 −13 2 116
1 −6 −4 13
1 1 −6 −4 13 40 76
− 𝐵2 40 76 𝐵3 +13𝐵2 0 1 −
71 || 71
71
→ [0 1 |− ]→
71 71 662 7248
0 −13 2 116
[0 0
71 71 ]
662 7248 7248 3624
𝑥 = → 𝑥3 = =
71 3 71 662 331
40 76 76 40 3624 2396
𝑥2 + 𝑥3 = − → 𝑥2 = − − ( )=−
71 71 71 71 331 331
2396 3624 4423
𝑥1 − 6𝑥2 − 4𝑥3 = 13 → 𝑥1 = 13 + 6 (− )+ 4( )=
331 331 331
4423 2396 3624
∴ 𝑥1 = ;𝑥 = − ;𝑥 =
331 2 331 3 331

Metode Numerik Page 124


4. 0,3𝑥1 + 0,5𝑥2 + 𝑥3 = −0,01
0,5𝑥1 + 𝑥2 + 1,9𝑥3 = 0,67
0,1𝑥1 + 0,3𝑥2 + 0,5𝑥3 = 0,44

Jawab :

Penskalaan 10

3 5 10 −0,1
𝐴 = [5 10 19] , 𝑏 = [ 6,7 ]
1 3 5 4,4
3 5 10 −0,1 𝐵1 ↔𝐵3 1 3 5 4,4 𝐵𝐵2 −5𝐵 1
3 −3𝐵1
[5 10 19| 6,7 ] → [5 10 19| 6,7 ] →
1 3 5 4,4 3 5 10 −0,1
1 3 5 4,4 −0,2𝐵 1 3 5 4,4 𝐵 +4𝐵
2 3 2
[0 −5 −6| −15,3] → [0 1 1,2| 3,06 ] →
0 −4 −5 −13,3 0 −4 −5 −13,3
1 3 5 4,4
[0 1 1,2 | 3,06 ]
0 0 −0,2 −1,06
−0,2𝑥3 = −1,06 → 𝑥3 = 5,3
𝑥2 + 1,2𝑥3 = 3,06 → 𝑥2 = 3,06 − 1,2(5,3) = −3,3
𝑥1 + 3𝑥2 + 5𝑥3 = 4,4 → 𝑥1 = 4,4 − 3(−3,3) − 5(5,3) = −12,2

4.4 Metode Eliminasi Gauss-Jordan

Dalam aljabar linear, eliminasi Gauss-Jordan adalah versi dari

eliminasi Gauss. Pada metode eliminasi Gauss-Jordan kita membuat

nol elemen-elemen di bawah maupun di atas diagonal utama suatu

matriks. Hasilnya adalah matriks tereduksi yang berupa matriks

diagonal satuan (semua elemen pada diagonal utama bernilai 1,

elemen-elemen lainnya nol).

Metode Numerik Page 125


Dalam bentuk matriks, eliminasi Gauss-Jordan ditulis sebagai

berikut.

𝑎11 𝑎12 𝑎13 … 𝑎1𝑛 𝑏1 1 0 0 … 0 𝑏1,


𝑎21 𝑎22 𝑎23 … 𝑎2𝑛 𝑏2 0 1 0 … 0 𝑏2,
𝑎31 𝑎32 𝑎33 … 𝑎3𝑛 𝑏3 0 0 1 … 0 𝑏3,
… … … … … … … … … … … …
[𝑎𝑛1 𝑎𝑛2 𝑎𝑛3 … 𝑎𝑛𝑛 𝑏𝑛 ] [0 0 0 … 1 𝑏𝑛, ]

Solusinya: 𝑥1 = 𝑏1, 𝑥2 = 𝑏2, …… ……

𝑥𝑛 = 𝑏𝑛,

Seperti pada metode eliminasi gauss naïf, metode eliminasi Gauss-

Jordan naïf tidak menerapkan tata-ancang pivoting dalam proses

eliminasinya.

Langkah-langkah operasi baris yang dikemukakan oleh Gauss

dan disempurnakan oleh Jordan sehingga dikenal dengan Eliminasi

Gauss-Jordan, sebagai berikut:

1. Jika suatu baris tidak seluruhnya dari nol, maka bilangan tak

nol pertama pada baris itu adalah 1. Bilangan ini disebut 1

utama (leading 1).

2. Jika terdapat baris yang seluruhnya terdiri dari nol, maka

baris-baris ini akan dikelompokkan bersama pada bagian

paling bawah dari matriks.

3. Jika terdapat dua baris berurutan yang tidak seluruhnya dari

nol, maka 1 utama pada baris yang lebih rendah terdapat

Metode Numerik Page 126


pada kolom yang lebih kanan dari 1 utama pada baris yang

lebih tinggi.

4. Setiap kolom memiliki 1 utama memiliki nol pada tempat lain.

Algoritma Metode Eliminasi Gauss-Jordan adalah sebagai berikut:

5. Masukkan matriks A dan vector B beserta ukurannya n

6. Buat augmented matriks [AB] namakan dengan A

7. Untuk baris ke-i dimana i=1 s/d n

a) Perhatikan apakah nilai 𝑎𝑖,𝑖 sama dengan nol:

Bila ya:

Pertukarkan baris ke-i dan baris ke i+k≤n, dimana 𝑎𝑖+𝑘,𝑖

tidak sama dengan nol, bila tidak ada berarti

perhitungan tidak bisa dilanjutkan dan proses

dihentikan dengan tanpa penyelesaian.

Bila tidak: Lanjutkan

b) Jadikan nilai diagonalnya menjadi satu, dengan cara

untuk setiap kolom k dimana k=1 s/d n+1, hitung 𝑎𝑖,𝑘 =


𝑎𝑖,𝑘
𝑎𝑖,𝑖

8. Untuk baris ke j, dimana j=i+1 s/d n

Lakukan operasi baris elementer untuk kolom k dimana k=1

s/d n

Hitung 𝑐 = 𝑎𝑗,𝑖

Hitung 𝑎𝑗,𝑘 = 𝑎𝑗,𝑘 − 𝑐. 𝑎𝑖,𝑘

Metode Numerik Page 127


9. Penyelesaian, untuk i=n s/d 1 (bergerak dari baris ke n sampai

baris pertama)

𝑥𝑖 = 𝑎𝑖,𝑛+1

Contoh Soal :

1. 𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 =6
2𝑥1 + 𝑥2 − 𝑥3 =3
−𝑥1 + 2𝑥2 + 2𝑥3 = −1

Jawab :

1 1 2 6
𝐴 = [ 2 1 −1] , 𝑏 = [ 3 ]
−1 2 2 −1
1 1 2 6 𝐵𝐵2 −2𝐵 1 1 1 2 6 −𝐵2 1 1 2 6 𝐵𝐵1−3𝐵 −𝐵2
3 +𝐵1 3 2
[2 1 −1| 3 ] → [0 −1 −5| −9] → [0 1 5| 9] →
−1 2 2 −1 0 3 4 5 0 3 4 5
1 0 −3 −3 − 1 𝐵3 1 0 −3 −3 𝐵𝐵1 +3𝐵 3 1 0 0 3
11 2 −5𝐵3
[0 1 5 | 9 ]→ [0 1 5 | 9 ]→ [0 1 0| −1]
0 0 −11 −22 0 0 1 2 0 0 1 2
∴ 𝑥1 = 3; 𝑥2 = −1; 𝑥3 = 2

2. 𝑥1 − 2𝑥2 + 𝑥3 =3
2𝑥1 − 3𝑥2 + 4𝑥3 = 13
−3𝑥1 + 5𝑥2 + 2𝑥3 = 5

Jawab :

1 −2 1 3
𝐴 = [ 2 −3 4] , 𝑏 = [13]
−3 5 2 5
1 −2 1 3 𝐵𝐵2 −2𝐵 1 1 −2 1 3 𝐵𝐵1 +2𝐵 2 1 0 5 17 1𝐵3
3 +3𝐵1 3 +𝐵2 7
[ 2 −3 4| 13] → [0 1 2| 7 ] → [0 1 2| 7 ] →
−3 5 2 5 0 −1 5 14 0 0 7 21
1 0 5 17 𝐵𝐵1 −5𝐵 3 1 0 0 2
2 −2𝐵3
[0 1 2| 7 ] → [0 1 0| 1]
0 0 1 3 0 0 1 3
∴ 𝑥1 = 2; 𝑥2 = 1; 𝑥3 = 3

Metode Numerik Page 128


3. −12𝑥1 + 𝑥2 + 8𝑥3 = −80
𝑥1 − 6𝑥2 − 4𝑥3 = 13
−2𝑥1 − 𝑥2 + 10𝑥3 = 90

Jawab :

−12 1 8 −80
𝐴=[ 1 −6 −4] , 𝑏 = [ 13 ]
−2 −1 10 90
−12 1 8 −80
[ 1 −6 −4| 13 ]
−2 −1 10 90
1
𝐵2 ↔𝐵1 −6 −4 13 𝐵𝐵2 +12𝐵 1 1 −6 −4 13
3 +2𝐵1
→ [−12 1 8 | −80] → [0 −71 −40| 76 ]
−2 −1 10 90 0 −13 2 116
44 467 467
1 0 − 44
1 1 −6 −4 13 𝐵1 +6𝐵2 71 71 71 1 0 − 71
− 𝐵2 40 76 𝐵3 +13𝐵2 40 | 76 662𝐵3 71 76
40 || −
71
→ [0 1 |− ]→ 0 1 − →
71 71 71 | 71 0 1 71
0 −13 2 116 662 7248 71 3624
0 0 0 0 1
[ 71 71 ] [ 331 ]
44
𝐵1 + 𝐵3
71 4423⁄
40
𝐵2 − 𝐵3 1 0 0 331
0 1 0| − 2396⁄331
71

0 0 1 3624
[ ⁄331 ]
4423 2396 3624
∴ 𝑥1 = ;𝑥 = − ;𝑥 =
331 2 331 3 331

4. 0,3𝑥1 + 0,5𝑥2 + 𝑥3 = −0,01


0,5𝑥1 + 𝑥2 + 1,9𝑥3 = 0,67
0,1𝑥1 + 0,3𝑥2 + 0,5𝑥3 = 0,44

Jawab :

Penskalaan 10

3 5 10 −0,1
𝐴 = [5 10 19] , 𝑏 = [ 6,7 ]
1 3 5 4,4

Metode Numerik Page 129


3 5 10 −0,1 𝐵1 ↔𝐵3 1 3 5 4,4 𝐵𝐵2 −5𝐵 1
3 −3𝐵1
[5 10 19| 6,7 ] → [5 10 19| 6,7 ] →
1 3 5 4,4 3 5 10 −0,1
1 3 5 4,4 −0,2𝐵 1 3 5 4,4 𝐵𝐵1 −3𝐵 2
2 3 +4𝐵2
[0 −5 −6| −15,3] → [0 1 1,2| 3,06 ] →
0 −4 −5 −13,3 0 −4 −5 −13,3
1 0 1,4 −4,78 − 1 𝐵3 1 0 1,4 −4,78 𝐵𝐵1 −1,4𝐵 3
0,2 2 −1,2𝐵3
[0 1 1,2 | 3,06 ] → [0 1 1,2| 3,06 ] →
0 0 −0,2 −1,06 0 0 1 5,3
1 0 0 −12,2
[0 1 0| −3,3 ]
0 0 1 5,3
∴ 𝑥1 = −12,2; 𝑥2 = −3,3; 𝑥3 = 5,3

4.5 Metode Matriks Balikan

Misalkan 𝐴−1 adalah matriks balikan dari 𝐴 dengan 𝐴−1

menghasilkan matriks identitas I.

𝐴𝐴−1 = 𝐴−1 𝐴 = 𝐼

Bila matriks A dikalikan dedngan I akan menghasilkan matriks 𝐴 sendiri.

𝐴𝐼 = 𝐼𝐴 = 𝐴

Berdasarkan dua kesamaan di atas, sistem persamaan lanjar 𝐴𝑥 =

𝑏 dapat diselesaikan sebagai berikut :

𝐴𝑥 = 𝑏

𝐴−1 𝐴𝑥 = 𝐴−1 𝑏 (kalikan kedua ruas dengan 𝐴−1 )

𝐼𝑥 = 𝐴−1 𝑏
𝑥 = 𝐴−1 𝑏

Jadi, penyelesaian sistem persamaan lanjar 𝐴𝑥 = 𝑏 adalah 𝑥 =

𝐴−1 𝑏 dengan syarat 𝐴−1 ada.

Contoh Soal :

Metode Numerik Page 130


1. 𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 =6
2𝑥1 + 𝑥2 − 𝑥3 =3
−𝑥1 + 2𝑥2 + 2𝑥3 = −1

Jawab :

1 1 2 6
𝐴 = [ 2 1 −1] , 𝑏 = [ 3 ]
−1 2 2 −1
1 1 2 1 0 0 𝐵𝐵2 −2𝐵 1 1 1 2 1 0 0 −𝐵2
3 +𝐵1
[2 1 −1| 0 1 0] → [0 −1 −5| −2 1 0] →
−1 2 2 0 0 1 0 3 4 1 0 1
1 1 2 1 0 0 𝐵𝐵1−3𝐵−𝐵2
1 0 −3 −1 1 0 − 1 𝐵3
3 2 11
[0 1 5| 2 −1 0] → [0 1 5 | 2 −1 0] →
0 3 4 1 0 1 0 0 −11 −5 3 1
4⁄ 2⁄ 3
1 0 −3 −1 1 0 𝐵1 +3𝐵3
1 0 0 11 11 − ⁄11
𝐵2 −5𝐵3
[0 1 5 | 2 −1 0 ]→ 0 1 0| − 3⁄11 4⁄
11
5⁄
11
0 0 1 5⁄11 − 3⁄11 − 1⁄11 0 0 1 5 3
[ ⁄11 − ⁄11 − 1⁄11]

Solusinya adalah 𝑥 = 𝐴−1 𝑏

4⁄ 2⁄ 3
𝑥1 11 11 − ⁄11 6
3
[𝑥2 ] = − ⁄11 4⁄11 5⁄11 [ 3 ]
𝑥3 5⁄ 3⁄ 1⁄ −1
[ 11 − 11 − 11]
24⁄ + 6⁄ + 3⁄
𝑥1 11 11 11
[𝑥2 ] = − 18⁄11 + 12⁄11 − 5⁄11
𝑥3 30⁄ − 9⁄ + 1⁄
[ 11 11 11 ]
𝑥1 3
[𝑥2 ] = [−1]
𝑥3 2
∴ 𝑥1 = 3; 𝑥2 = −1; 𝑥3 = 2

2. 𝑥1 − 2𝑥2 + 𝑥3 =3
2𝑥1 − 3𝑥2 + 4𝑥3 = 13
−3𝑥1 + 5𝑥2 + 2𝑥3 = 5

Jawab :

Metode Numerik Page 131


1 −2 1 3
𝐴 = [ 2 −3 4] , 𝑏 = [13]
−3 5 2 5
1 −2 1 1 0 0 𝐵𝐵2 −2𝐵 1 1 −2 1 1 0 0 𝐵𝐵1 +2𝐵 2
3 +3𝐵1 3 +𝐵2
[ 2 −3 4| 0 1 0] → [0 1 2| −2 1 0] →
−3 5 2 0 0 1 0 −1 5 3 0 1
1 0 5 −3 2 0 𝐵3 1 0 5 −3
1 2 0 𝐵1 −5𝐵3
7
[0 1 2| −2 1 0] → [0 1 2| −2 1 0 ] 𝐵→2 −2𝐵3
0 0 7 1 1 1 0 0 1 1⁄7 1⁄7 1⁄
7
− 26⁄7 9⁄7 − 5⁄7
1 0 0
0 1 0| − 16⁄7 5⁄7 − 2⁄7
0 0 1 1 1⁄ 1⁄
[ ⁄7 7 7 ]
Solusinya adalah 𝑥 = 𝐴−1 𝑏

𝑥1 − 26⁄7 9⁄7 − 5⁄7


3
[𝑥2 ] = − 16⁄7 5⁄7 − 2⁄7 [13]
𝑥3 1 1⁄ 1⁄ 5
[ ⁄7 7 7 ]

𝑥1 − 78⁄7 + 117⁄7 − 25⁄7


[𝑥2 ] = − 48⁄7 + 65⁄7 − 10⁄7
𝑥3 3⁄ + 13⁄ + 5⁄
[ 7 7 7 ]
𝑥1 2
[𝑥2 ] = [1]
𝑥3 3
∴ 𝑥1 = 2; 𝑥2 = 1; 𝑥3 = 3

3. −12𝑥1 + 𝑥2 + 8𝑥3 = −80


𝑥1 − 6𝑥2 − 4𝑥3 = 13
−2𝑥1 − 𝑥2 + 10𝑥3 = 90

Jawab :

−12 1 8 −80
𝐴=[ 1 −6 −4] , 𝑏 = [ 13 ]
−2 −1 10 90
−12 1 8 1 0 0 𝐵2 ↔𝐵1 1 −6 −4 0 1 0 𝐵𝐵2 +12𝐵 1
3 +2𝐵1
[ 1 −6 −4| 0 1 0] → [−12 1 8 | 1 0 0] →
−2 −1 10 0 0 1 −2 −1 10 0 0 1

Metode Numerik Page 132


1 −6 −4 0 1 0
[0 −71 −40| 1 12 0]
0 −13 2 0 2 1
1 1 −6
−4 0 1 0 𝐵1 +6𝐵2
− 𝐵2 40 1 12 𝐵3 +13𝐵2
71
→ [0 1 |− − 0] →
71 71 71
0 −13 2 0 2 1
44 6 1 6 1
1 0 − − − 0 44 − − 0
71 71 71 71 1 0 − 71 71
40 | 1 12 𝐵3 71 1 12
40 || −
662
0 1 − − 0 → − 0
71 | 71 71 0 1 71 71
662 13 14 71 13 7 71
0 0 1 −
[0 0 71 − 71 − 71 1] [ 662

331 662]
44
𝐵1 + 𝐵3
32 9 22
71 − −
40 331 331 331
𝐵2 − 𝐵3 1 0 0
71 1 52 20
→ 0 1 0| − − −
0 0 1 331 331 331
13 7 71
[ − −
662 331 662 ]
Solusinya adalah 𝑥 = 𝐴−1 𝑏

32 9 22
− −
𝑥1 331 331 331
1 52 20 −80
[𝑥2 ] = − − − [ 13 ]
𝑥3 331 331 331 90
13 7 71

[ 662 −
331 662 ]
2560⁄ 117⁄ 1980⁄
𝑥1 331 − 331 + 331
[𝑥2 ] = 80⁄331 − 676⁄331 − 1800⁄331
𝑥3 520⁄ 91 3195⁄
[ 331 − ⁄331 + 331 ]
4423
𝑥1 331
2396
𝑥
[ 2] = −
𝑥3 331
3624
[ 331 ]
4423 2396 3624
∴ 𝑥1 = ;𝑥 = − ;𝑥 =
331 2 331 3 331

4. 0,3𝑥1 + 0,5𝑥2 + 𝑥3 = −0,01

Metode Numerik Page 133


0,5𝑥1 + 𝑥2 + 1,9𝑥3 = 0,67
0,1𝑥1 + 0,3𝑥2 + 0,5𝑥3 = 0,44

Jawab :

Penskalaan 10

3 5 10 −0,1
𝐴 = [5 10 19] , 𝑏 = [ 6,7 ]
1 3 5 4,4
3 5 10 1 0 0 𝐵1 ↔𝐵3 1 3 5 0 0 1 𝐵𝐵2 −5𝐵 1
3 −3𝐵1
[5 10 19| 0 1 0] → [5 10 19| 0 1 0] →
1 3 5 0 0 1 3 5 10 1 0 0
1 3 5 0 0 1 −0,2𝐵2 1 3 5 0 0 1 𝐵𝐵1 −3𝐵2
3 +4𝐵2
[0 −5 −6| 0 1 −5] → [0 1 1,2| 0 −0,2 1 ] →
0 −4 −5 1 0 −3 0 −4 −5 1 0 −3
1 0 1,4 0 0,6 −2 − 1 𝐵3 1 0 1,4 0 0,6 −2
0,2
[0 1 1,2 | 0 −0,2 1 ] → [0 1 1,2| 0 −0,2 1 ]
0 0 −0,2 1 −0,8 1 0 0 1 −5 4 −5
𝐵1 −1,4𝐵3
𝐵2 −1,2𝐵3
1 0 0 7 −5 5
→ [0 1 0| 6 −5 7 ]
0 0 1 −5 4 −5
Solusinya adalah 𝑥 = 𝐴−1 𝑏

𝑥1 7 −5 5 −0,1
[𝑥2 ] = [ 6 −5 7 ] [ 6,7 ]
𝑥3 −5 4 −5 4,4
𝑥1 −0,7 − 33,5 + 22
[𝑥2 ] = [−0,6 − 33,5 + 30,8]
𝑥3 0,5 + 26,8 − 22
𝑥1 −12,2
[𝑥2 ] = [ −3,3 ]
𝑥3 5,3
∴ 𝑥1 = −12,2; 𝑥2 = −3,3; 𝑥3 = 5,3

4.6 Metode Dekomposisi LU

Jika matriks A non-singular, maka dapat difaktorkan/diuraikan

menjadi matriks segitiga bawah L (lower) dan matriks segitiga atas U

Metode Numerik Page 134


(Upper)

𝐴 = 𝐿𝑈

Dalam bentuk matriks ditulis sebagai berikut:

𝑎11 𝑎12 𝑎13 1 0 0 𝑢11 𝑢12 𝑢13


[𝑎21 𝑎22 𝑎23 ] = [𝑙21 1 0] [ 0 𝑢22 𝑢23 ]
𝑎31 𝑎32 𝑎33 𝑙31 𝑙32 1 0 0 𝑢33

a. Matriks segitiga bawah L, semua elemen diagonal adalah 1

b. Matriks segitigas atas tidak ada syarat khusus untuk nilai

diagonalnya

Contoh: hasil pemfaktoran matriks 3x3

2 −1 −1 1 0 0 2 −1 −1
[0 −4 2 ] = [0 1 0] [0 −4 2 ]
6 −3 1 3 0 1 0 0 4
Penyelesaian 𝐴𝑥 = 𝑏, dengan dekomposisi LU, maka

– Faktorkan 𝐴 = 𝐿𝑈, sehingga

𝐴𝑥 = 𝑏
𝐿𝑈𝑥 = 𝑏

– Misalkan 𝑈𝑥 = 𝑦, maka 𝐿𝑦 = 𝑏

Untuk memperoleh y, gunakan teknik substitusi maju

1 0 0 𝑦1 𝑏1
𝐿𝑦 = 𝑏 → [𝑙21 1 0] [𝑦2 ] = [𝑏2 ]
𝑙31 𝑙32 1 𝑦3 𝑏3

Untuk memperoleh x, gunakan teknik substitusi mundur


𝑢11 𝑢12 𝑢13 𝑥1 𝑦1
𝑈𝑥 = 𝑦 → [ 0 𝑢22 𝑢23 ] [𝑥2 ] = [𝑦2 ]
0 0 𝑢33 𝑥3 𝑦3

Langkah menghitung solusi SPL dengan dekomposisi LU:

– Membentuk matriks L dan U dari A

– Pecahkan Ly = b, lalu hitung y dengan teknik substitusi

Metode Numerik Page 135


maju

– Pecahkan Ux = y, lalu hitunng x dengan substitusi

mundur

4.6.1 Metode Dekomposisi LU Crout

Matriks 3 × 3 :

𝑎11 𝑎12 𝑎13 1 0 0 𝑢11 𝑢12 𝑢13


𝐴 = [𝑎21 𝑎22 𝑎23 ] , 𝐿 = [𝑙21 1 0] , 𝑈 = [ 0 𝑢22 𝑢23 ]
𝑎31 𝑎32 𝑎33 𝑙31 𝑙32 1 0 0 𝑢33

Karena 𝐿𝑈 = 𝐴, maka hasil perkalian L dan U itu dapat ditulis sebagai :

𝑢11 𝑢12 𝑢13 𝑎11 𝑎12 𝑎13


𝐿𝑈 = [𝑙21 𝑢11 𝑙21 𝑢12 + 𝑢22 𝑙21 𝑢13 + 𝑢23 ] = 𝐴 = [𝑎21 𝑎22 𝑎23 ]
𝑙31 𝑢13 𝑙31 𝑢12 + 𝑙32 𝑢22 𝑙31 𝑢13 + 𝑙32 𝑢23 + 𝑢33 𝑎31 𝑎32 𝑎33

Dari kesamaan dua buah matriks 𝐿𝑈 = 𝐴, diperoleh :

𝑢11 = 𝑎11 , 𝑢12 = 𝑎12 , 𝑢13 = 𝑎13 Baris pertama U

𝑎21
𝑙21 𝑢11 = 𝑎21 → 𝑙21 = Kolom pertama L
𝑢11

𝑎31
𝑙31 𝑢13 = 𝑎31 → 𝑙31 =
𝑢13

𝑙21 𝑢12 + 𝑢22 = 𝑎22 → 𝑢22 = 𝑎22 − 𝑙21 𝑢12 Baris kedua U

𝑙21 𝑢13 + 𝑢23 = 𝑎23 → 𝑢23 = 𝑎23 − 𝑙21 𝑢13

𝑎32 −𝑙31 𝑢12


𝑙31 𝑢12 + 𝑙32 𝑢22 = 𝑎32 → 𝑙32 = Kolom kedua L
𝑢22

Metode Numerik Page 136


𝑙31 𝑢13 + 𝑙32 𝑢23 + 𝑢33 = 𝑎33 → 𝑢33 = 𝑎33 − (𝑙31 𝑢13 + 𝑙32 𝑢23 ) Baris

Ketiga U

Contoh Soal :

1. 𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 =6
2𝑥1 + 𝑥2 − 𝑥3 =3
−𝑥1 + 2𝑥2 + 2𝑥3 = −1

Jawab :

1 1 2 6
𝐴 = [ 2 1 −1] , 𝑏 = [ 3 ]
−1 2 2 −1
𝑢11 = 𝑎11 → 𝑢11 = 1
𝑢12 = 𝑎12 → 𝑢12 = 1
𝑢13 = 𝑎13 → 𝑢13 = 2

𝑎21 2
𝑙21 = = =2
𝑢11 1
𝑎31 −1
𝑙31 = = = −1
𝑢13 1

𝑢22 = 𝑎22 − 𝑙21 𝑢12 = 1 − 2(1) = −1


𝑢23 = 𝑎23 − 𝑙21 𝑢13 = −1 − 2(2) = −5

𝑎32 − 𝑙31 𝑢12 2 − (−1)(1)


𝑙32 = = = −3
𝑢22 −1
𝑢33 = 𝑎33 − (𝑙31 𝑢13 + 𝑙32 𝑢23 ) = 2— 1(2) + (−3)(−5) = −11

Diperoleh 𝐿 dan 𝑈 sebagai berikut :

1 1 2 1 0 0
𝑈 = [0 −1 −5 ] , 𝐿 = [ 2 1 0]
0 0 −11 −1 −3 1

Metode Numerik Page 137


Berturut-turut hitung nilai 𝑦 dan 𝑥 sebagai berikut :

Untuk memperoleh y, gunakan teknik substitusi maju

1 0 0 𝑦1 6
𝐿𝑦 = 𝑏 → [ 2 1 0] [𝑦2 ] = [ 3 ]
−1 −3 1 𝑦3 −1
𝑦1 = 6
2𝑦1 + 𝑦2 = 3 → 𝑦2 = 3 − 2(6) = −9
−𝑦1 − 3𝑦2 + 𝑦3 = −1 → 𝑦3 = −1 + 6 + 3(−9) = −22

Untuk memperoleh x, gunakan teknik substitusi mundur

1 1 2 𝑥1 6
𝑈𝑥 = 𝑦 → [0 −1 −5 ] [𝑥2 ] = [ −9 ]
0 0 −11 𝑥3 −22
−11𝑥3 = −22 → 𝑥3 = 2
−𝑥2 − 5𝑥3 = −9 → 𝑥2 = −5(2) + 9 = −1
𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 = 6 → 𝑥1 = 6 − (−1) − 2(2) = 3
∴ 𝑥1 = 3, 𝑥2 = −1, 𝑑𝑎𝑛 𝑥3 = 2

2. 𝑥1 + 𝑥2 − 𝑥3 =1
2𝑥1 + 2𝑥2 + 𝑥3 = 5
−𝑥1 + 𝑥2 + 2𝑥3 = 5

Jawab :

1 1 −1 1
𝐴 = [ 2 2 1 ] , 𝑏 = [5]
−1 1 2 5

𝑢11 = 𝑎11 → 𝑢11 = 1


𝑢12 = 𝑎12 → 𝑢12 = 1
𝑢13 = 𝑎13 → 𝑢13 = −1

𝑎21 2
𝑙21 = = =2
𝑢11 1
𝑎31 −1
𝑙31 = = = −1
𝑢13 1

Metode Numerik Page 138


𝑢22 = 𝑎22 − 𝑙21 𝑢12 = 2 − 2(1) = 0

Karena 𝑢𝑞𝑞 tidak boleh nol, lakukan pertukaran baris, baik untuk

matriks 𝐴 maupun untuk vector 𝑏.

1 1 −1
𝑅2 ⟺ 𝑅3 [−1 1 2 ]
2 2 1
1
𝑅2 ⟺ 𝑅3 [1]
5
𝑢11 = 𝑎11 → 𝑢11 = 1
𝑢12 = 𝑎12 → 𝑢12 = 1
𝑢13 = 𝑎13 → 𝑢13 = −1

𝑎21 −1
𝑙21 = = = −1
𝑢11 1
𝑎31 2
𝑙31 = = =2
𝑢13 1

𝑢22 = 𝑎22 − 𝑙21 𝑢12 = 1 − (−1)(1) = 2


𝑢23 = 𝑎23 − 𝑙21 𝑢13 = 1 − (−1)(−1) = 0

𝑎32 − 𝑙31 𝑢12 2 − (2)(1)


𝑙32 = = =0
𝑢22 2
𝑢33 = 𝑎33 − (𝑙31 𝑢13 + 𝑙32 𝑢23 ) = 1 − ((2)(−1) + (0)(0)) = 3

Diperoleh 𝐿 dan 𝑈 sebagai berikut :

1 1 −1 1 0 0
𝑈 = [0 2 0 ] , 𝐿 = [−1 1 0]
0 0 3 2 0 1
Berturut-turut hitung nilai 𝑦 dan 𝑥 sebagai berikut :

Untuk memperoleh y, gunakan teknik substitusi maju

Metode Numerik Page 139


1 0 0 𝑦1 1
𝐿𝑦 = 𝑏 → [−1 1 0] [𝑦2 ] = [1]
2 0 1 𝑦3 5
𝑦1 = 1
−𝑦1 + 𝑦2 = 1 → 𝑦2 = 1 + 1 = 2
2𝑦1 + 0𝑦2 + 𝑦3 = 5 → 𝑦3 = 5 − 2(1) − 0 = 3

Untuk memperoleh x, gunakan teknik substitusi mundur

1 1 −1 𝑥1 1
𝑈𝑥 = 𝑦 → [0 2 0 ] [𝑥2 ] = [2]
0 0 3 𝑥3 3
3𝑥3 = 3 → 𝑥3 = 1
2𝑥2 + 0𝑥3 = 2 → 2𝑥2 = 2 − (0) = 1
𝑥1 + 𝑥2 − 𝑥3 = 1 → 𝑥1 = 1 − (1) + (1) = 1
∴ 𝑥1 = 1, 𝑥2 = 1, 𝑑𝑎𝑛 𝑥3 = 1

4.7 Metode Lelaran untuk Menyelesaikan SPL

4.7.1 Metode Lelaran Jacobi

Tinjau kembali sistem persamaan linear

𝑎11 𝑥1 + 𝑎12 𝑥2 + ⋯ + 𝑎1𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏1


𝑎21 𝑥1 + 𝑎22 𝑥2 + ⋯ + 𝑎2𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏2
: :
: :
𝑎𝑛1 𝑥1 + 𝑎𝑛2 𝑥2 + ⋯ + 𝑎𝑛𝑛 𝑥𝑛 = 𝑏𝑛

dengan syarat 𝑎𝑘𝑘≠0, k =1, 2, ..., n.

Misalkan diberikan tebakan awalnya

𝑥1(0),𝑥2(0),𝑥3(0),…,𝑥𝑛(0).

Maka lelalaran pertamanya adalah :

𝑏1 − 𝑎12 𝑥2 (0) − 𝑎13 𝑥3 (0) − ⋯ − 𝑎1𝑛 𝑥𝑛 (0)


𝑥1 (1) =
𝑎11
𝑏2 − 𝑎21 𝑥1 (0) − 𝑎23 𝑥3 (0) − ⋯ − 𝑎2𝑛 𝑥𝑛 (0)
𝑥2 (1) =
𝑎21

Metode Numerik Page 140


𝑏𝑛 − 𝑎𝑛1 𝑥1 (0) − 𝑎𝑛2 𝑥2 (0) − ⋯ − 𝑎𝑛𝑛−1 𝑥𝑛−1 (0)


𝑥𝑛 (1) =
𝑎𝑛1

Lelaran kedua

𝑏1 − 𝑎12 𝑥2 (1) − 𝑎13 𝑥3 (1) − ⋯ − 𝑎1𝑛 𝑥𝑛 (1)


𝑥1 (2) =
𝑎11
𝑏2 − 𝑎21 𝑥1 (1) − 𝑎23 𝑥3 (1) − ⋯ − 𝑎2𝑛 𝑥𝑛 (1)
𝑥2 (2) =
𝑎21

𝑏𝑛 − 𝑎𝑛1 𝑥1 (1) − 𝑎𝑛2 𝑥2 (1) − ⋯ − 𝑎𝑛𝑛−1 𝑥𝑛−1 (1)


𝑥𝑛 (2) =
𝑎𝑛1

Secara umum :

𝑏1 − 𝑎12 𝑥2 (0) − 𝑎13 𝑥3 (0)


𝑥𝑖 (𝑘+1) =
𝑎𝑖𝑖

4.6.2 Metode Lelaran Gauss-Seidel

Kecepatan Konvergen pada lelaran Jacobi dapat

dipercepat bila setiap harga 𝑥 yang baru dihasilkan segera

dipakai pada persamaan berikutnya untuk menentukan

harga 𝑥𝑖+1 yang lainnya

Lelaran Pertama :

Metode Numerik Page 141


Rumus Umum :

𝑏𝑖 − ∑𝑛𝑖=1 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 (𝑘+1) − ∑𝑛𝑗=𝑖+1 𝑎𝑖𝑗 𝑥𝑗 (𝑘)


𝑥𝑖 (𝑘+1) = , 𝑘 = 0,1,2, …
𝑎𝑖𝑗

Contoh :

4𝑥 − 𝑦 + 𝑧 = 7
4𝑥 − 8𝑦 + 𝑧 = −21
−2𝑥 + 𝑦 + 5𝑧 = 15

Dengan nilai awal 𝑃0 = (𝑥0 , 𝑦0 , 𝑧0 ) = (1,2,2)

Solusi sejatinya adalah (2,4,3)

Penyelesaian :

7 + 𝑦𝑟 −𝑧𝑟
𝑥𝑟+1 =
4
21 + 4𝑥𝑟 −𝑧𝑟
𝑦𝑟+1 =
8
15 + 2𝑥𝑟 −𝑦𝑟
𝑧𝑟+1 =
5
Lelarannya

7+2−2
𝑥1 = = 1.75
4
21 + 4(1.75) + 2
𝑦1 = = 3.75
8
15 + 2(1.75) − 3.75
𝑧1 = = 3.000
5
7 + 3.75 − 2.95
𝑥2 = = 1.95
4

Metode Numerik Page 142


21 + 4(1.95) + 3.000
𝑦1 = = 3.96875
8
15 + 2(1.95) − 3.96875
𝑧2 = = 2.98625
5

𝑥10 = 2.00000000
𝑦10 = 4.00000000
𝑧10 = 3.00000000

Jadi solusi SPL adalah 𝑥 = 2.00000000, 𝑦 = 4.00000000

dan 𝑧 = 3.00000000

Metode Numerik Page 143


BAB V

INTERPOLASI DAN REGRESI

Pada rekayasawan dan ahli ilmu alam sering bekerja dengan

sejumlah data diskrit (yang mumnyadisajikan dalm bentuk tabel). Data di

dalam tabel mungkin diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan, hasil

pengukuran di laboratorium, atau tabel yang diambildari buku-buku acuan.

Seagai ilustrasi, sebuah pengukuran fisika telah dilakukan untuk

menentukan hubungan antara tegangan yang diberikan kepada baja tahan

karat dan waktu yang diperlukan hingga baja tersebut patah. Delapan nilai

tegangan yang berbeda dicobakan, dan data yang dihasilkan adalah :

Tegangan yang 5 10 15 20 25 30 35 40

𝑘𝑔
diterapkan,𝑥,
𝑚𝑚2

Waktu patah,𝑦, jam 40 30 25 40 18 20 22 15

Metode Numerik Page 144


Masalah yang cukup sering munculdengan data dan tabel adalah

menentukan nilai di antara titik-titik diskrit tersebut (tanpa harus melakukan

pengukuran lagi).misalnya dalam tabel pengukuran di atas, rekayasawan

ingin mengetahui waktu patah 𝑦 jika tegangan 𝑥 yang diberikan kepada

𝑘𝑔⁄
baja adalah 12 𝑚𝑚2 . Masalah ini tidak bisa langsung dijawab karena

fungsi yang menghubungkan peubah 𝑦 dengan peubah 𝑥 tidak

diketahui.salah satu solusinya adalah mencari fungsi yang mencocokan (fit)

titik-titik data di dalam tabel. Pendekatan seperti ini di dalam metode

numerik dinamakan Pencocokan Kurva . Fungsi yang diperoleh dengan

pendekatan ini merupakan fungsi hampiran.

I. Interpolasi

5.1 Persoalan Interpolasi Polinom

Diberikan 𝑛+1 buah titik berbeda (𝑥0 , 𝑦0 ), (𝑥1 , 𝑦1 ), … , (𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 ).

Tentukan polinom 𝑃𝑛 (𝑥) yang menginterpolasi (melewati) semua titik-

titik tersebut sedemikian rupa hingga

𝑦𝑖 = 𝑝𝑛 (𝑥𝑖 ) untuk 𝑖 = 0,1,2, … , 𝑛

Nilai 𝑦𝑖 dapat berasal dari fungsi matematika 𝑓(𝑥) (seperti

ln 𝑥 , sin 𝑥 , 𝑓𝑢𝑛𝑔𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑠𝑠𝑒𝑙, 𝑑𝑠𝑏 ) sedemikian sehingga 𝑦𝑖 =

𝑓(𝑥𝑖 ), sedangkan 𝑝𝑛 (𝑥) disebut fungsi hampiran terhadap 𝑓(𝑥). Atau

𝑦𝑖 berasal dari nilai empiris yang diperoleh melalui percobaan atau

pengamatan.

Metode Numerik Page 145


i. Jika 𝑥0 < 𝑎 < 𝑥𝑛 maka 𝑦𝑘 = 𝑝(𝑥𝑘 ) disebut nilai interpolasi

ii. Jika 𝑥0 < 𝑥𝑘 atau 𝑥0 < 𝑥𝑛 maka 𝑦𝑘 = 𝑝(𝑥𝑘 ) disebut nilai

ekstrapolasi

5.1.1 Interpolasi Lanjar

Interpolasi lanjar adalah interpolasi dua buah titik dengan

sebuah garis lurus.misal diberika dua buah titik (𝑥0 , 𝑦0 ) dan

(𝑥1 , 𝑦1 ). Polinom yang menginterpolasi kedua titik itu adalah

persamaan garis lurus yang berbentuk :

𝑝1 (𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥

Koefisien 𝑎0 dan 𝑎1 dicari dengan proses penyulihan dan

eliminasi, diperoleh :

𝑦0 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥0
𝑦1 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥1

Lalu kedua persamaan diselesaikan dengan proses eliminasi,

di dapat :
𝑦1 − 𝑦0
𝑎1 =
𝑥1 − 𝑥0
𝑥1 𝑦0 − 𝑥0 𝑦1
𝑎0 =
𝑥1 − 𝑥0

Sulihkan :

𝑥1 𝑦0 − 𝑥0 𝑦1 (𝑦1 − 𝑦0 )𝑥
𝑝1 (𝑥) = +
𝑥1 − 𝑥0 (𝑥1 − 𝑥0 )
(𝑦1 − 𝑦0 )
𝑝1 (𝑥) = 𝑦0 + (𝑥 − 𝑥0 )
(𝑥1 − 𝑥0 )

Contoh :

Metode Numerik Page 146


1. Perkiraan jumlah penduduk Amerika Serikat pada Tahun

1968 berdasarkan data tabulasi berikut

Tahun 1960 1970

Jumlah penduduk ( juta) 179.3 203.2

Penyelesaian :

(𝑦1 − 𝑦0 )
𝑝1 (𝑥) = 𝑦0 + (𝑥 − 𝑥0 )
(𝑥1 − 𝑥0 )
(203,2 − 179,3)
𝑝1 (1968) = 179,3 + (1968 − 1960) = 198,4
(1960 − 1970)

Jadi taksiran jumlah penduduk Amerika Serikat pada tahun

1968 adalah 198,4 juta

2. Dari data ln(9,0) = 2,1972, ln(9,5) = 2,2513, tentukan

ln(9,2) dengan interpolasi lanjar sampai 5 angka bena.

Bandingkan dengan nilai sejati ln(9,2) = 2,2192.

Penyelesaian :

(𝑦1 − 𝑦0 )
𝑝1 (𝑥) = 𝑦0 + (𝑥 − 𝑥0 )
(𝑥1 − 𝑥0 )
(2,2513 − 2,1972)
𝑝1 (9,2) = 2,1972 + (9,2 − 9,0) = 2,2188
(9,5 − 9,0)
𝐺𝑎𝑙𝑎𝑡 = 2,2192 − 2,2188 = 0,0004
(𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 3 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑎)

5.1.2 Interpolasi Kuadratik

Misal diberika tiga buah titik data (𝑥0 , 𝑦0 ), (𝑥1 , 𝑦1 ) dan (𝑥2 , 𝑦2 ).

Polinom yang menginterpolasi ketiga buah titik itu adalah

Metode Numerik Page 147


polinom kuadrat yang berbentuk :

𝑝2 (𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2

Kurva polinom berbenuk parabola

Polinom 𝑝2 (𝑥) ditentukan dengan cara :

 Sulihkan (𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) ke dalam persamaan 𝑝2 (𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 +

𝑎2 𝑥 2 , dengan 𝑖 = 0,1,2. Dari sini diperoleh :

𝑦0 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥0 + 𝑎2 𝑥0 2
𝑦1 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥1 + 𝑎2 𝑥1 2
𝑦2 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥2 + 𝑎2 𝑥2 2

 Hitung 𝑎0 , 𝑎1 , 𝑎2 dengan metode eliminasi Gauss

Contoh :

Diberikan titik ln(8,0) = 2,0794 , ln(9,0) = 2,1972 dan ln(9,5) =

2,2513. Tentukan nilai ln(9,2) dengan interpolasi kuadratik.

Penyelesaian :

Sistem persamaan lanjar yang terbentuk adalah

𝑎0 + 8,0 𝑎1 + 64,00𝑎2 = 2.0794


𝑎0 + 9,0 𝑎1 + 81,00𝑎2 = 2.1972
𝑎0 + 9,5 𝑎1 + 90,25𝑎2 = 2.2513

Dengan menggunakan eliminasi Gauss menghasilkan

𝑎0 = 0,06762
𝑎1 = 0,2266
𝑎2 = −0,0064

Polinom Kuadratnya adalah

𝑝2 (𝑥) = 0,06762 + 0,2266𝑥 − 0,0064𝑥 2

Metode Numerik Page 148


𝑝2 (9,2) = 2.2192

5.1.3 Interpolasi Kubik

Misal diberika empat buah titik data

(𝑥0 , 𝑦0 ), (𝑥1 , 𝑦1 ), (𝑥2 , 𝑦2 ),dan(𝑥3 , 𝑦3 ). Polinom yang

menginterpolasi keempat buah titik itu adalah polinom kubik

yang berbentuk :

𝑝3 (𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + 𝑎3 𝑥 3

Polinom 𝑝3 (𝑥) ditentukan dengan cara :

 Sulihkan (𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) ke dalam persamaan 𝑝2 (𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 +

𝑎2 𝑥 2 + 𝑎3 𝑥 3, dengan 𝑖 = 0,1,2,3. Dari sini diperoleh :

𝑦0 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥0 + 𝑎2 𝑥0 2 + 𝑎3 𝑥0 3
𝑦1 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥1 + 𝑎2 𝑥1 2 + 𝑎3 𝑥1 3
𝑦2 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥2 + 𝑎2 𝑥2 2 + 𝑎3 𝑥2 3
𝑦3 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥3 + 𝑎2 𝑥3 2 + 𝑎3 𝑥3 3

 Hitung 𝑎0 , 𝑎1 , 𝑎2 dan 𝑎3 dengan metode eliminasi Gauss

5.2 Polinom Lagrange

Tinjau kembali polinom lanjar pada persamaan

(𝑦1 − 𝑦2 )
𝑝1 (𝑥) = 𝑦0 + (𝑥 − 𝑥0 )
(𝑥1 − 𝑥0 )

Persamaan ini dapat diatur kembali sedemikian rupa sehingga

menjadi

(𝑥 − 𝑥1 ) (𝑥 − 𝑥0 )
𝑝1 (𝑥) = 𝑦0 + 𝑦1
(𝑥0 − 𝑥1 ) (𝑥1 − 𝑥0 )

Metode Numerik Page 149


Atau dapat dinyatakan dalam bentuk

𝑝1 (𝑥) = 𝑎0 𝐿0 (𝑥) + 𝑎1 𝐿1 (𝑥)

Yang dalam hal ini

(𝑥 − 𝑥1 )
𝑎0 = 𝑦0 , 𝐿0 (𝑥) =
(𝑥0 − 𝑥1 )
(𝑥 − 𝑥0 )
𝑎1 = 𝑦1 , 𝐿1 (𝑥) =
(𝑥1 − 𝑥0 )

Bentuk umum polinom Lagrange derajat ≤ 𝑛 untuk (𝑛 + 1) titik

berada adalah
𝑛

𝑝1 (𝑥) = ∑ 𝑎𝑖 𝐿𝑖 (𝑥) = 𝑎0 𝐿0 (𝑥) + 𝑎1 𝐿1 (𝑥) + ⋯ + 𝑎𝑛 𝐿𝑛 (𝑥)


𝑖=0

Yang dalam hal ini

𝑎𝑖 = 𝑦𝑖 , 𝑖 = 0,1,2, … , 𝑛

Dan
𝑛
(𝑥 − 𝑥𝑗 ) (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 ) … (𝑥 − 𝑥𝑖−1 )(𝑥 − 𝑥𝑖+1 ) … (𝑥 − 𝑥𝑛 )
𝐿𝑖 (𝑥) = ∏ =
(𝑥𝑖 − 𝑥𝑗 ) (𝑥𝑖 − 𝑥)(𝑥𝑖 − 𝑥𝑖 ) … (𝑥𝑖 − 𝑥𝑖−1 )(𝑥𝑖 − 𝑥𝑖+1 ) … (𝑥𝑖 − 𝑥𝑛 )
𝑖=0
𝑗≠1

Contoh :

1. Hampiri fungsi 𝑓(𝑥) = cos 𝑥 dengan polinom interpolasi derajat

tiga di dalam selang [0.0, 1.2]. gunakan empat titik, 𝑥0 = 0.0,

𝑥1 = 0.4, 𝑥2 = 0.8 dan 𝑥3 = 1.2. perkirakan nilai 𝑝3 (0.5) dan

bandingkan dengan nilai sejatinya.

Penyelesaian :

Metode Numerik Page 150


𝑥𝑖 0.0 0.4 0.8 1.2

𝑦𝑖 1.000000 0.921061 0.696707 0.362358

Polinom Lagrange derajat 3 yang menginterpolasi keempat titik di

tabel adalah

𝑝1 (𝑥) = 𝑎0 𝐿0 (𝑥) + 𝑎1 𝐿1 (𝑥) + 𝑎2 𝐿2 (𝑥) + 𝑎3 𝐿3 (𝑥)


(𝑥 − 𝑥1 )(𝑥 − 𝑥2 )(𝑥 − 𝑥3 ) (𝑥 − 𝑥1 )(𝑥 − 𝑥2 )(𝑥 − 𝑥3 )
𝑝3 (𝑥) = 𝑦0 + 𝑦1 +
(𝑥0 − 𝑥1 )(𝑥0 − 𝑥2 )(𝑥0 − 𝑥3 ) (𝑥1 − 𝑥0 )(𝑥1 − 𝑥2 )(𝑥1 − 𝑥3 )
(𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 )(𝑥 − 𝑥3 ) (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥2 )(𝑥 − 𝑥3 )
𝑦2 + 𝑦3
(𝑥2 − 𝑥0 )(𝑥2 − 𝑥1 )(𝑥2 − 𝑥3 ) (𝑥3 − 𝑥0 )(𝑥3 − 𝑥1 )(𝑥3 − 𝑥2 )
(𝑥 − 0.41 )(𝑥 − 0.8)(𝑥 − 1.23 ) (𝑥 − 0.0)(𝑥 − 0.8)(𝑥 − 1.2)
= 1.000000 + 0.921061
(0.0 − 0.4)(0.0 − 0.8)(0.0 − 1.2) (0.4 − 0.0)(0.4 − 0.8)(0.4 − 1.2)
(𝑥 − 0.0)(𝑥 − 0.4)(𝑥 − 1.2) (𝑥 − 0.0)(𝑥 − 0.4)(𝑥 − 0.8)
+0.696707 + 0.362358
(0.8 − 0.0)(0.8 − 0.4)(1.2 − 0.8) (1.2 − 0.0)(1.2 − 0.4)(1.2 − 0.8)
𝑝3 (0.5) = 0.877221

2. dari fungsi 𝑦 = 𝑓(𝑥) diberikan tiga buah titik data dalam bentuk

tabel :

X 1 4 6

y 1.5709 1.5727 1.5751

Tentukan 𝑓(3.5) dengan polinom Lagrange derajat 2. Gunakan

lima angka bena.

Penyelesaian :

Polinom derajat 2 → 𝑛 = 2 (perlu tiga buah titik)

𝑝2 (𝑥) = 𝑦0 + 𝐿1 (𝑥)𝑦1 + 𝐿2 (𝑥)𝑦2


(𝑥 − 4)(𝑥 − 6) (3.5 − 4)(3.5 − 6)
𝐿0 (𝑥) = → 𝐿0 (3.5) = = 0.083333
(1 − 4)(1 − 6) (1 − 4)(1 − 6)
(𝑥 − 1)(𝑥 − 6) (3.5 − 1)(3.5 − 6)
𝐿1 (𝑥) = → 𝐿1 (3.5) = = 1.0417
(4 − 1)(4 − 6) (4 − 1)(4 − 6)

Metode Numerik Page 151


(𝑥 − 1)(𝑥 − 4) (3.5 − 1)(3.5 − 4)
𝐿2 (𝑥) = → 𝐿1 (3.5) = = −0.12500
(6 − 1)(6 − 4) (6 − 1)(6 − 4)

Jadi,

𝑝2 (3.5) = (0.083333)(1.5709) + (1.0417)(1.5727) +


(−0.12500)(1.5751)
𝑝2 (3.5) = 1.5723

5.3 Polinom Newton

Polinom Lagrange kurang disukai dalam praktek karena alasan berikut

1. Jumlah komputasi yang dibutuhkan untuk satu kali interpolasi

adalah besar. Interpolasi untuk nilai 𝑥 yang lain memerlukan

jumlah komputasi yang sama karena tidak ada bagian komputasi

sebelumnya yang dapat digunakan.

2. Bila jumlah titik data meningkat atau menurun, hasil komputasi

sebelumnya tidak dapat digunakan. Hal ini disebabkan oleh tidak

adanya hubungan antara 𝑝𝑛−1 (𝑥) dan 𝑝𝑛 (𝑥) pada polinom

Langrange.

Nilai konstanta 𝑎0 , 𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑎𝑛 merupakan nilai selisih terbagi, dengan

nilai masing-masing :

𝑎0 = 𝑓(𝑥0 )
𝑎1 = 𝑓[𝑥1 , 𝑥0 ]
𝑎2 = 𝑓[𝑥2 , 𝑥1 , 𝑥0 ]

𝑎𝑛 = 𝑓[𝑥𝑛 , 𝑥𝑛−1 , … , 𝑥1 , 𝑥0 ]

Yang dalam hal ini :

Metode Numerik Page 152


𝑓(𝑥𝑖 ) − 𝑓(𝑥𝑗 )
𝑓[𝑥𝑖 , 𝑥𝑗 ] =
𝑥𝑖 − 𝑥𝑗
𝑓[𝑥𝑖 , 𝑥𝑗 ] − 𝑓[𝑥𝑗 , 𝑥𝑘 ]
𝑓[𝑥𝑖 , 𝑥𝑗 , 𝑥𝑘 ] =
𝑥𝑖 − 𝑥𝑘

𝑓[𝑥𝑛 , 𝑥𝑛−1 , … , 𝑥1 ] − 𝑓[𝑥𝑛−1 , 𝑥𝑛−2 , … , 𝑥0 ]
𝑓[𝑥𝑛 , 𝑥𝑛−1 , … , 𝑥1 , 𝑥0 ] =
𝑥𝑛 − 𝑥0

Bentuk polinom lengkap :

𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + (𝑥 − 𝑥0 )𝑓[𝑥1 , 𝑥0 ] + (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 )𝑓[𝑥2 , 𝑥1 , 𝑥0 ] +


(𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 ) … (𝑥 − 𝑥𝑛−1 )𝑓[𝑥𝑛 , 𝑥𝑛−1 , … , 𝑥1 , 𝑥0 ]

Karena tetapan 𝑎0 , 𝑎1 , 𝑎2 dan 𝑎3 merupakan nilai selisih terbagi, maka

polinom Newton dinamakan juga Polinom Interpolasi selisih terbagi

Newton. Misalnya tabel selisih tabel selisih terbagi untuk empat buah titik

𝑛 = 3 berikut :

i 𝑥𝑖 𝑦𝑖 = 𝑓(𝑥𝑖 ) ST-1 ST-2 ST-3

0 𝑥0 𝑓(𝑥0 ) 𝑓[𝑥1 , 𝑥0 ] 𝑓[𝑥2 , 𝑥1 , 𝑥0 ] 𝑓[𝑥3 , 𝑥2 , 𝑥1 , 𝑥0 ]

1 𝑥1 𝑓(𝑥1 ) 𝑓[𝑥2 , 𝑥1 ] 𝑓[𝑥3 , 𝑥2 , 𝑥1 ]

2 𝑥2 𝑓(𝑥2 ) 𝑓[𝑥3 , 𝑥2 ]

3 𝑥3 𝑓(𝑥3 )

Keterangan : Selisih Terbagi

Contoh :

Hitunglah 𝑓(9.2) dari nilai-nilai (𝑥, 𝑦) yang diberikan pada tabel dibawah ini

dengan polinom Newton derajat 3

Penyelesaian :

Tabel selisih terbagi:

Metode Numerik Page 153


i 𝑥𝑖 𝑦𝑖 = 𝑓(𝑥𝑖 ) ST-1 ST-2 ST-3

0 8.0 2.079442 0.117783 −0.006433 0.000411

1 9.0 2.197225 0.108134 −0.005200

2 9.5 2.251292 0.097735

3 11.0 2.397895

Contoh cara menghitung nilai selisih terbagi pada tabel adalah :

𝑓(𝑥2 ) − 𝑓(𝑥1 ) 2.251292 − 2.197225


𝑓[𝑥2 , 𝑥1 ] = = = 0.108134
𝑥2 − 𝑥1 9.5 − 9.0
𝑓[𝑥2 , 𝑥1 ] − 𝑓[𝑥1 , 𝑥0 ] 0.108134 − 0.117783
𝑓[𝑥3 , 𝑥2 , 𝑥1 ] = = = −0.006433
𝑥2 − 𝑥0 9.5 − 8.0

Polinom Newton-nya (dengan 𝑥0 = 8.0 sebagai titik data pertama) adalah :

𝑓(𝑥) ≈ 𝑝3 (𝑥) = 2.079442 + 0.117783(𝑥 − 8.0) − −0.006433(𝑥 − 8.0)(𝑥 − 9.0)


+0.000411(𝑥 − 8.0)(𝑥 − 9.0)(𝑥 − 9.5)

taksiran nilai fungsi pada 𝑥 = 9.2 adalah

𝑓(9.2) ≈ 𝑝3 (9.2) = 2.079442 + 0.141340 − 0.001544 − 0.000030 = 2.219208

Nilai sejati 𝑓(9.2) = ln(9.2) = 2.219208 (7 angka Bena)

5.4 Galat Interpolasi Polinom

Galat interpolasi minimum terjadiuntuk nilai 𝑥 di pertengahan selang.

Penjelasannya adalah sebagai berikut :

Nilai –nilai 𝑥 yang berjarak sama ditulis sebagai :

𝒙𝟎 , 𝒙𝟏 = 𝒙𝟎 + 𝒉, 𝒙𝟐 = 𝒙𝟎 + 𝟐𝒉, … , 𝒙𝒏 = 𝒙𝟎 + 𝒏𝒉

atau dengan rumus umum

𝒙𝒊 = 𝒙𝟎 + 𝒊𝒉, 𝒊 = 𝟎, 𝟏, 𝟐, … , 𝒏

Titik yang diinterpolasikan dinyatakan dengan :

Metode Numerik Page 154


𝒙 = 𝒙𝟎 + 𝒔𝒉, 𝒔∈𝑹

Sehingga

𝒙 − 𝒙𝒊 = (𝒔 − 𝒊)𝒉, 𝒊 = 𝟎, 𝟏, 𝟐, … , 𝒏

Galat interpolasinya adalah

𝒇(𝒏+𝟏) (𝒄)
𝑬(𝒙) = (𝒙 − 𝒙𝟎 )(𝒙 − 𝒙𝟏 ) … (𝒙 − 𝒙𝒏 )
(𝒏 + 𝟏)!
𝒇(𝒏+𝟏) (𝒄)
𝑬(𝒙) = 𝒔𝒉(𝒔 − 𝟏)𝒉 … (𝒔 − 𝒏)𝒉
(𝒏 + 𝟏)!
𝒇(𝒏+𝟏)(𝒄)
𝑬(𝒙) = 𝒔(𝒔 − 𝟏)(𝒔 − 𝟐) … (𝒔 − 𝒏)𝒉𝒏+𝟏
(𝒏 + 𝟏)!

Dapat ditunjukkan bahwa

𝑸𝒏+𝟏 (𝒔) = 𝒔(𝒔 − 𝟏)(𝒔 − 𝟐) … (𝒔 − 𝒏)

Bernilai minimum bila

𝑸𝒏+𝟏 (𝒔) = 𝟎

yang dipenuhi untuk 𝑠 = 𝑛/2. Dengan kata lain, 𝐸(𝑥) bernilai minimum

untuk nilai-nilai 𝑥 terletak di (sekitar) pertengahan selang.

Untuk mendapatkan galat interpolasi yang minimum, pilihlah


selang [𝑥0 , 𝑥𝑛 ] sehingga 𝑥 yang terletak di (sekitar) pertengahan
selang.

Missal :

Metode Numerik Page 155


Diberikan data :

𝑥 𝑓(𝑥)

0.025 2.831

0.050 3.246

0.075 4.721

0.100 5.210

0.125 6.310

0.150 7.120

0.175 8.512

0.200 9.760

0.225 10.310

Bila diminta menghitung 𝑓(0.160), maka selang yang digunakan agar

galat interpolasi 𝑓(0.160) kecil adalah

[0.150, 0.175] Untuk polinom derajat Satu

[0.125, 0.200] Untuk Polinom derajat tiga

[0.125, 0.200] Untuk Polinom derajat tiga

[0.100, 0.225] Untuk Polinom derajat lima

5.4.1 Batas Atas Galat Interpolasi Untuk Titik – titik yang Berjarak Sama

Diberikan absis titik-titik yang berjarak sama :

𝒙𝒊 = 𝒙𝟎 + 𝒊𝒉, 𝒊 = 𝟎, 𝟏, 𝟐, … , 𝒏

Dan nilai 𝑥 yang akan diinterpolasikan dinyatakan sebagai

Metode Numerik Page 156


𝒙 = 𝒙𝟎 + 𝒔𝒉, 𝒔∈𝑹

Untuk polinom interpolasi berderajat 1, 2 dan 3 yang dibentuk

dari 𝒙𝒊 diatas dapat dibuktikan bahwa

1 𝑀𝑎𝑘𝑠
(a) |𝐸1 (𝑥)| = |𝑓(𝑥) − 𝑝1 (𝑥)| ≤ ℎ2 |𝑓 ′′ (𝑐)|
8 𝑥0 ≤ 𝑐 ≤ 𝑥1
𝑀𝑎𝑘𝑠
(b)
√3
|𝐸2 (𝑥)| = |𝑓(𝑥) − 𝑝2 (𝑥)| ≤ ℎ3 |𝑓 ′′′ (𝑐)|
27 𝑥0 ≤ 𝑐 ≤ 𝑥2
1 𝑀𝑎𝑘𝑠
(c) |𝐸3 (𝑥)| = |𝑓(𝑥) − 𝑝3 (𝑥)| ≤ ℎ4 |𝑓 𝑖𝑣 (𝑐)|
24 𝑥0 ≤ 𝑐 ≤ 𝑥1

Contoh Soal :

Tinjaulah kembali tabel yang berisi pasangan titik (𝑥, 𝑓(𝑥))

yang diambil dari 𝑓(𝑥) = cos(𝑥)

𝑥𝑖 𝑓(𝑥𝑖 )

0.0 1.0000000

1.0 0.5403023

2.0 -0.4161468

3.0 -0.9899925

4.0 -0.6536436

(a) Hitung galat rata-rata interpolasi di titik 𝑥 = 0.5, 𝑥 = 1.5,

dan 𝑥 = 2.5, bila 𝑥 diinterpolasikan dengan polinom

Newton derajat 3 berdasarkan 𝑥0 = 0.

(b) Hitung batas atas galat interpolasi bila kita melakukan

interpolasi titik – titik berjarak sama dalam selang [0.0, 3.0]

dengan polinom interpolasi derajat 3

Metode Numerik Page 157


(c) Hitung batas atas dan bawah galat interpolasi di 𝑥 = 0.5

dengan polinom Newton derajat 3

Penyelesaian :

(a) cos(𝑥) ≈ 𝑝3 (𝑥) = 1.0000 − 0.4597(𝑥 − 0.0) − 0.2485(𝑥 −


0.0)(𝑥 − 1.0) + 0.1466(𝑥 − 0.0)(𝑥 − 1.0)(𝑥 − 2.0)

Menghitung galat rata-rata interpolasi :

0.0+3.0
Titik tengah selang [0.0 , 3.0] adalah di 𝑥𝑚 = = 1.5
2

Galat rata-rata interpolasi adalah :


(𝑥−0.0)(𝑥−1.0)(𝑥−2.0)(𝑥−3.0)
𝐸3 (𝑥) = 𝑓 (4) (𝑥𝑚 )
4!

Hitung turunan keempat dari fungsi 𝑓(𝑥) = cos(𝑥)

𝑓 ′ (𝑥) = − sin(𝑥)
𝑓 ′′ (𝑥) = − cos(𝑥)
𝑓′′′ (𝑥) = 𝑠𝑖𝑛(𝑥)
𝑓 (4) (𝑥) = cos(𝑥)

Karena itu

(𝑥 − 0.0)(𝑥 − 1.0)(𝑥 − 2.0)(𝑥 − 3.0)


𝐸3 (𝑥) = (cos(𝑥))
4!
Untuk 𝑥 = 0.5, 𝑥 = 1.5, dan 𝑥 = 2.5, nilai-nilai interpolasinya

serta galat rata-rata interpolasinya dibandingkan dengan

nilai sejati dan galat sejati diperlihatkan oleh tabel berikut :

𝑥 𝑓(𝑥) 𝑝3 (𝑥) 𝐸3 (𝑥) Galat sejati

0.5 0.8775826 0.8872048 0.0027632 -0.0096222

1.5 0.0707372 0.0707372 -0.0016579 0.0015252

2.5 -0.8011436 -0.8058546 0.0027632 0.0047110

Metode Numerik Page 158


Catatan :

Perhatikan bahwa karena 𝑥 = 1.5 terletak di titik tengah

selang, maka galat galat interpolasinya lebih paling kecil

dibandingkan interpolasi 𝑥 yang lain.

(b) Galat interpolasi dengan polinom erajat 3

1 4
|𝐸3 (𝑥)| = |𝑓(𝑥) − 𝑝3 (𝑥)| ≤ ℎ 𝑀𝑎𝑥|𝑓 𝑖𝑣 (𝑐)|, 𝑥0 ≤ 𝑐 ≤ 𝑥1
24
𝑓 (4) (𝑥) = cos(𝑥) dalam selang [0.0 , 3.0]

Maka Max |𝑓 (4) (𝑥)|terletak di 𝑥 = 0.0

|𝑓 (4) (𝑥)| = |cos(0.0)| = 1.000000

𝑝3 (𝑥) dengan jarak antar titik data adalah ℎ = 1.0

1.000000 1
|𝐸3 (𝑥)| ≤ (1.0)4 = = 0.0416667
24 24
Jadi batas atas galat interpolasi 𝐸3 (𝑥) = 0.0416667

(𝑥−0.0)(𝑥−1.0)(𝑥−2.0)(𝑥−3.0)
(c) 𝐸3 (𝑥) = 𝑓 (4) (1.5)
4!

𝐸3 (0.5)
(0.5 − 0.0)(0.5 − 1.0)(0.5 − 2.0)(0.5 − 3.0)
= (− cos(𝑐)) , 0.0 ≤ 𝑐
4!
≤ 3. 𝐶

Fungsi cosinus monoton dalam selang [0.0, 3.0], maka nilai

maksimum dan nilai minimumnya adalah :

Untuk nilai minimum 𝑐 = 0.0

(0.5 − 0.0)(0.5 − 1.0)(0.5 − 2.0)(0.5 − 3.0)


𝐸3 (0.5) = (− cos(0.0))
4!
𝐸3 (0.5) = −0.0390625

Metode Numerik Page 159


Untuk nilai maksimum 𝑐 = 3.0

(0.5 − 0.0)(0.5 − 1.0)(0.5 − 2.0)(0.5 − 3.0)


𝐸3 (0.5) = (− cos(3.0))
4!
𝐸3 (0.5) = 0.0386716

Sehingga batas – batas galat interpolasi di 𝑥 = 0.5 adalah :

−0.0390625 ≤ 𝐸3 (𝑥) ≤ 0.0386716

5.4.2 Taksiran Galat Interpolasi Newton

Polinom Newton :

𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑝𝑛−1 (𝑥) + (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 ) … (𝑥


− 𝑥𝑛−1 )𝑓[𝑥𝑛 , 𝑥𝑛−1 , … , 𝑥1 , 𝑥0 ]

Suku

(𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 ) … (𝑥 − 𝑥𝑛−1 )𝑓[𝑥𝑛 , 𝑥𝑛−1 , … , 𝑥1 , 𝑥0 ]

dinaikan dari 𝑛 sampai 𝑛 + 1 menjadi

(𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 ) … (𝑥 − 𝑥𝑛−1 )(𝑥 − 𝑥𝑛 )𝑓[𝑥𝑛 , 𝑥𝑛−1 , … , 𝑥1 , 𝑥0 ]

Bentuk terakhir ini bersesuaian dengan rumus galat interpolasi

𝑓 (𝑛+1) (𝑡)
𝐸(𝑥) = (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 ) … (𝑥 − 𝑥𝑛 )
(𝑛 + 1)!

Ekspresi

𝑓 (𝑛+1) (𝑡)
(𝑛 + 1)!

Dapat dihampiri nilainya dengan

𝑓[𝑥𝑛+1 , 𝑥𝑛 , 𝑥𝑛−1 , … , 𝑥1 , 𝑥0 ]

yang dalam hal ini 𝑓[𝑥𝑛+1 , 𝑥𝑛 , 𝑥𝑛−1 , … , 𝑥1 , 𝑥0 ] adalah selisih

terbagi ke (𝑛 + 1),jadi,

𝑓 (𝑛+1) (𝑡)
≈ 𝑓[𝑥𝑛+1 , 𝑥𝑛 , 𝑥𝑛−1 , … , 𝑥1 , 𝑥0 ]
(𝑛 + 1)!

Metode Numerik Page 160


Sehingga taksiran galat interpolasi Newton dapat dihitung

sebagai

𝐸(𝑥) = (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 ) … (𝑥 − 𝑥𝑛 )𝑓[𝑥𝑛+1 , 𝑥𝑛 , 𝑥𝑛−1 , … , 𝑥1 , 𝑥0 ]

Asalkan tersedia titik tambahan 𝑥𝑛+1

5.5 Polinom Newton-Gregory

Polinom Newton-Gregory merupakan kasus khusus dari polinom

Newton untuk titik – titik yang berjarak sama.

5.5.1 Polinom Newton Gregory Maju

Tabel selisih maju

𝑥 𝑓(𝑥) ∆𝑓 ∆2 𝑓 ∆3 𝑓 ∆4 𝑓
𝑥0 𝑓0 ∆𝑓0 ∆2 𝑓0 ∆3 𝑓0 ∆4 𝑓0
2 3
𝑥1 𝑓1 ∆𝑓1 ∆ 𝑓1 ∆ 𝑓1

𝑥2 𝑓2 ∆𝑓2 ∆2 𝑓2

𝑥3 𝑓3 ∆𝑓3

𝑥4 𝑓4

Lambang ∆ menyatakan selisih maju. Arti setiap symbol di

dalam tabel adalah :

𝑓0 = 𝑓(𝑥0 ) = 𝑦0
𝑓1 = 𝑓(𝑥1 ) = 𝑦1

𝑓4 = 𝑓(𝑥4 )

Notasi :𝑓𝑝 = 𝑓(𝑥𝑝 )

∆𝑓0 = 𝑓1 − 𝑓0

Metode Numerik Page 161


∆𝑓1 = 𝑓2 − 𝑓1

∆𝑓3 = 𝑓4 − 𝑓3

Notasi :∆𝑓𝑝 = 𝑓𝑝+1 − 𝑓𝑝

∆2 𝑓0 = ∆𝑓1 − ∆𝑓0
∆2 𝑓1 = ∆𝑓2 − ∆𝑓1
∆2 𝑓2 = ∆𝑓3 − ∆𝑓2

Notasi : ∆2 𝑓𝑝 = ∆𝑓𝑝+1 − ∆𝑓𝑝

∆3 𝑓0 = ∆2 𝑓1 − ∆2 𝑓0
∆3 𝑓1 = ∆2 𝑓2 − ∆2 𝑓1

Notasi :∆3 𝑓𝑝 = ∆2 𝑓𝑝+1 − ∆2 𝑓𝑝

Bentuk umum:

∆𝑛+1 𝑓𝑝 = ∆𝑛 𝑓𝑝+1 − ∆𝑛 𝑓𝑝 , 𝑛 = 0,1,2, …

Penurunan Rumus Polinom Newton-Gregory Maju

∆2 𝑓(𝑥0 ) ∆2 𝑓0
𝑓[𝑥𝑛 , … , 𝑥1 , 𝑥0 ] = =
𝑛! ℎ𝑛 𝑛! ℎ𝑛
Relasi rekrusif

∆2 𝑓0
𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑝𝑛−1 (𝑥) + (𝑥 − 𝑥0 )(𝑥 − 𝑥1 ) … (𝑥 − 𝑥𝑛−1 )
𝑛! ℎ𝑛
𝑠 𝑠(𝑠 − 1) 2
𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑓0 + ∆𝑓 + ∆ 𝑓0 + ⋯
1! 0 2!
𝑠(𝑠 − 1)(𝑠 − 2) … (𝑠 − 𝑛 + 1) 𝑛
+ ∆ 𝑓0
𝑛!
Atau dalam bentuk relasi rekrusif,

𝑠(𝑠−1)(𝑠−2)…(𝑠−𝑛+1)
(a) Rekurens : 𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑝𝑛−1 (𝑥) + ∆𝑛 𝑓0
𝑛!

(b) Basis : 𝑝0 (𝑥) = 𝑓(𝑥0 )

Persamaan dalam bentuk binomial :

Metode Numerik Page 162


𝑛
𝑠
𝑝𝑛 (𝑥) = ∑ ( ) ∆𝑘 𝑓0
𝑘
𝑘=0

Dimana ,

𝑠 𝑠 𝑠(𝑠 − 1)(𝑠 − 2) … (𝑠 − 𝑘 + 1)
( ) = 1, ( )=
0 𝑘 𝑘!
Syarat : 𝑠 > 0, bilangan bulat dan 𝑘! = 1 × 2 × … × 𝑘

Bentuklah tabel selisih untuk fungsi 𝑓(𝑥) = 1/(𝑥 + 1) di dalam

selang [0.000, 0.625] dan ℎ = 0.125. hitung 𝑓(0.300) dengan

polinom Newton Gregory maju derajat 3

Tabel selisih maju :

𝑥 𝑓(𝑥) ∆ ∆2 ∆3

0.000 1.000 0.111 0.022 -0.006

0.125 0.889 -0.089 0.016 -0.003

0.250 0.800 -0.073 0.013 0.005

0.375 0.727 -0.060 0.008

0.500 0.667 -0.052

0.625 0.615

Untuk memperkirakan 𝑓(0.300) dengan polinom Newton-

Gregory maju derajat tiga, dibutuhkan 4 buah titik. Ingatlah

kembali bahwa galat interpolasi akan minimum jika 𝑥terletak

di sekitar pertengahan selang. Karena tu, titik-titik yang

diambil adalah.

𝑥0 = 0.125, 𝑥1 = 0.250, 𝑥2 = 0.375, 𝑥3 = 0.500

Metode Numerik Page 163


Karena 𝑥 = 0.300 terletak di sekitar pertengahan selang

[0.125, 0.500]

Diketahui

ℎ = 0.125

dan
𝑥−𝑥0 0.310−0.125
𝑥 = 𝑥0 + 𝑠ℎ 𝑠= = = 1.4
ℎ 0.125

Nilai 𝑓(0.300) dihitung dengan polinom Newton-Gregory

maju derajat tiga :

𝑠 𝑠(𝑠 − 1) 2 𝑠(𝑠 − 1)(𝑠 − 2 3


𝑝3 (𝑥) = 𝑓0 +
∆𝑓 + ∆ 𝑓0 + ∆ 𝑓0
1! 0 2! 3!
(1.4)(0.4)
= 0.889 + (1.4)(−0.089) + (0.016)
2
(1.4)(0.4)(−0.6)
+ (−0.003)
6
= 0.889 − 0.1246 + 0.0045
= 0.769

5.5.2 Polinom Interpolasi Newton-Gregory Mundur

Tabel Selisih Mundur

𝑖 𝑥𝑖 𝑓(𝑥) ∇𝑓 ∆2 𝑓 ∆3 𝑓

-3 𝑥−3 𝑓−3

-2 𝑥−2 𝑓−2 ∇𝑓−2

-1 𝑥−1 𝑓−1 ∇𝑓−1 ∇2 𝑓−1

0 𝑥0 𝑓0 ∇𝑓0 ∇2 𝑓0 ∇3 𝑓0

Keterangan :

𝑓0 = 𝑓(𝑥0 )

Metode Numerik Page 164


𝑓−1 = 𝑓(𝑥−1 )
∇𝑓0 = 𝑓0 − 𝑓−1
∇𝑓−1 = 𝑓−1 − 𝑓−2
∇2 𝑓0 = ∇𝑓0 − ∇𝑓−1
∇𝑘+1 𝑓𝑖 = ∇k 𝑓𝑖 − ∇k 𝑓𝑖−1

Polinom Newton Gregory mundur yang menginterpolasi (𝑛 +

1) titik data adalah


𝑛
𝑠+𝑘−1 k
𝑓(𝑥) ≈ 𝑝𝑛 (𝑥) = ∑ ( ) ∇ 𝑓0
𝑠
𝑘=0

𝑠 𝑠(𝑠 + 1) 2 𝑠(𝑠 + 1)(𝑠 + 2) 𝑛


= 𝑓0 + ∇𝑓0 + ∇ 𝑓0 + ⋯ + ∇ 𝑓0
1! 2! 𝑛!
Contoh :

Diberikan 4 buah titik data dalam tabel berikut.hitunglah

𝑓(1.72) dengan

(a) Polinom Newton Gregory maju derajat 3

(b) Polinom Newton Gregory mundur derajat 3

Penyelesaian :

(a) Polinom Newton Gregory maju derajat 3

𝑖 𝑥𝑖 𝑓(𝑥) ∆𝑓 ∆2 𝑓 ∆3 𝑓

0 1.7 0.3979849 −0.0579985 −0.0001693 0.0004093

1 1.8 0.3399864 −0.0581678 0.0002400

2 1.9 0.2818186 −0.0579278

3 2.0 0.2238908

𝑥 − 𝑥0 1.72 − 1.70
𝑠= = = 0.2
ℎ 0.1
Perkiraan nilai 𝑓(1.72) adalah

Metode Numerik Page 165


𝑓(1.72) ≈ 𝑝3 (1.72) = 0.3979849 + 0.2(−0.0579985)
0.2(−0.8) 0.2(−0.8)(−1.8)
+ (−0.0001693) + (0.0004093)
2 6
= 0.3864183

Nilai sejati 𝑓(1.72)=0.3864185, jadi 𝑝3 (1.72) tepat

sampai 6 angka bena

(b) Polinom Newton Gregory mundur derajat 3

𝑖 𝑥𝑖 𝑓(𝑥𝑖 ) ∇ ∇2 ∇3

-3 1.7 0.3979849

-2 1.8 0.3399864 -0.0579985

-1 1.9 0.2818186 -0.0581678 -0.0001693

0 2.0 0.2238908 -0.0579278 0.0002400 0.0004093

𝑥 − 𝑥0 1.72 − 2.0
𝑠= = = −2.8
ℎ 0.1
Perkiraan nilai 𝑓(1.72) adalah

𝑓(1.72) ≈ 𝑝3 (1.72) = 0.2238908 − 2.8(−0.0579278)


(−2.8)(−1.8)
+ (0.0002400)
2
(−2.8)(−1.8)(−0.8)
+ (0.0004093)
6
= 0.2238908 + 0.1621978
= 0.3864183

II. Regresi

5.6 Regresi

Regresi adalah teknik pencocokan kurva untuk data yang berketelitian

Metode Numerik Page 166


renah. Contoh data yang berketelitian rendah data hasil pengamatan,

percobaan di laboratorium, atau data statistic. Data seperti itu disebut

data hasil pengukuran. Galat yang dikandung data berasal dari ketidak

telitian alat ukur yang dipakai, kesalahan membaca alat ukur (paralaks),

atau karena kelakukan sistem yang diukur.

5.6.1 Regresi Lanjar

Misalkan (𝑥𝑖 , 𝑦𝑖 ) adalah data hasil pengukuran. Kita akan

menghampiri titik-titik tersebut dengan sebuah garis lurus.

Garis lurus tersebut dibuat sedemikian sehingga galatnya

sekecil mungkin dengan titik – titik data.

Karena data mengandung galat, maka nilai data sebenarnya

𝑔(𝑥𝑖 ) dapat ditulis sebagai :

𝑔(𝑥𝑖 ) = 𝑦𝑖 + 𝑒𝑖 , 𝑖 = 1,2, … , 𝑛

𝑒𝑖 adalah galat setiap data. Diinginkan fungsi lanjar :

𝒇(𝒙) = 𝒂 + 𝒃𝒙

Sehingga deviasinya adalah :

𝒓𝒊 = 𝒚𝒊 − 𝒇(𝒙𝒊 ) = 𝒚𝒊 − (𝒂 + 𝒃𝒙𝒊 )

Total kuadrat deviasi


𝑛 𝑛

𝑅 = ∑ 𝑟𝑖 2 = ∑( 𝒚𝒊 − (𝒂 + 𝒃𝒙𝒊 )𝟐
𝑖=1 𝑖=1

Persamaan normal dalam bentuk persamaan matriks :

Metode Numerik Page 167


𝑛 ∑ 𝑥𝑖 𝑎 ∑ 𝑦𝑖
[ ] = [ ][ ]
∑ 𝑥𝑖 ∑ 𝑥𝑖 2 𝑏 ∑ 𝑥𝑖 𝑦𝑖

Nilai 𝑎 dan 𝑏 dapat dicari dengan mengutakatik kedua buah

persamaan normal menjadi :

𝑛 ∑ 𝑥𝑖 𝑦𝑖 − ∑ 𝑥𝑖 ∑ 𝑦𝑖
𝑏=
𝑛 ∑ 𝑥𝑖 2 − (∑ 𝑥𝑖 )2
𝑎 = 𝑦 − 𝑏𝑥

Untuk menentukan seberapa bagus fungsi hampiran

mencocokan data, kita dapat mengukurnya dengan galat RMS

(galat baku)

𝒏 𝟐
𝟏
𝑬𝑹𝑴𝑺 = ( ∑|𝒇(𝒙𝒊 ) − 𝒚𝒊 |𝟐 )
𝒏
𝒊=𝟏

Contoh :

Tentukan persamaan garis lurus yang mencocokkan data pada

tabel di bawah ini. Kemudian, perkirakan nilai 𝑦 untuk 𝑥 = 1.0

Penyelesaian :

𝑖 𝑥𝑖 𝑦𝑖 𝑥𝑖 2 𝑥𝑖 𝑦𝑖

1 0.1 0.61 0.01 0.061

2 0.4 0.92 0.16 0.368

3 0.5 0.99 0.25 0.495

4 0.7 1.52 0.49 1.064

5 0.7 1.47 0.49 1.029

6 0.9 2.03 0.81 1.827

∑ 𝑥𝑖 = 3.3 ∑ 𝑦𝑖 = 7.54 ∑ 𝑥𝑖 2 = 2.21 ∑ 𝑥𝑖 𝑦𝑖 = 4.4844

Metode Numerik Page 168


Dipermalukan sistem persamaan lanjar :

6 3.3 𝑎 7.54
[ ] = [ ][ ]
3.3 2.21 𝑏 4.4844
Solusi Persamaan Lanjar di atas adalah

𝑎 = 0.2862
𝑏 = 1.7645

Persamaan garis regresinya adalah : 𝑓(𝑥) = 0.2862 + 1.7645𝑥

Perbandingan antara nilai 𝑦𝑖 dan (𝑥𝑖 ) :

𝑖 𝑥𝑖 𝑦𝑖 𝑓(𝑥𝑖 ) deviasi (𝑑𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖)2

1 0.1 0.61 0.46261 0.147389 0.02172

2 0.4 0.92 0.99198 -0.07198 0.00518

3 0.5 0.99 1.16843 -0.17844 0.03184

4 0.7 1.52 1.52135 -0.00135 0.00000

5 0.7 1.47 1.52135 -0.05135 0.00264

6 0.9 2.03 1.87426 0.15574 0.02425

∑ 𝑥𝑖 = 3.3 ∑ 𝑦𝑖 = 7.54 ∑ = 0.08563

Taksiran nilai 𝑦 untuk 𝑥 = 1.0 adalah

𝑦 = 𝑓(0.1) = 0.2862 + 1.7645(1.0) = 2.0507


1
0.08563 2
Galat RMS adalah 𝐸𝑅𝑀𝑆 = ( ) = 0.119464
6

5.6.2 Pelanjaran

Misalkan kita akan mencocokan data dengan data dengan

Metode Numerik Page 169


fungsi

𝑦 = 𝐶𝑥 𝑏

Lakukan pelanjaran sebagai berikut :

𝑦 = 𝐶𝑥 𝑏 ⟺ ln(𝑦) = ln(𝐶) + ln(𝑥)

Definisikan

𝑌 = ln(𝑦)
𝑎 = ln(𝐶)
𝑋 = ln(𝑥)

Persamaan regresi Lanjarnya adalah :

𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋

Contoh :

Cocokkan data berikut dengan fungsi 𝑦 = 𝐶𝑥 𝑏

Penyelesaian :

𝑖 𝑥𝑖 𝑦𝑖 𝑋𝑖 = ln(𝑥𝑖 ) 𝑌𝑖 = ln(𝑦𝑖 )

1 0.1500 4.4964 -1.8971 1.5033

2 0.4000 5.1284 -0.9163 1.6348

3 0.6000 5.6931 -0.5108 1.7393

4 1.0100 6.2884 0.0100 1.8387

5 1.5000 7.0989 0.4055 1.9599

6 2.2000 7.5507 0.7885 2.0216

7 2.4000 7.5106 0.8755 2.0163

∑ = −1.2447 ∑ = 12.7139

𝑋𝑖 2 𝑋𝑖 𝑌𝑖

Metode Numerik Page 170


3.5990 -2.8519

0.8396 -1.4980

0.2609 -0.8884

0.0001 0.0184

0.1644 0.7947

0.6217 1.5940

0.7665 1.7653

∑ = 6.2522 ∑ = −1.0659

Diperioleh sistem persamaan lanjar

7 −1.2447 𝑎 12.7139
[ ][ ] = [ ]
−1.2447 6.2522 𝑏 −1.0659
Solusi SPL di atas :

𝑎 = 1.8515
𝑏 = 0.1981

Hitung 𝐶 = 𝑒 𝑎 = 𝑒1.8515 = 6.369366

Jadi titik (𝑥, 𝑦) pada tabel di atas di hampiri dengan fungsi

pangkat sederhana :

𝑦 = 6.369366𝑥 0.1981

Metode Numerik Page 171


BAB VI

INTEGRASI NUMERIK

Di dalam kalkulus, integral adalah satu dari dua pokok bahasan yang

mendasar disamping turunan (derivative). Dalam kuliah kalkulus integral,

anda telah diajarkan cara memperoleh solusi analitik (dan eksak) dari

integral Tak-tentu maupun integral Tentu. Integral Tak-tentu dinyatakan

sebagai

Metode Numerik Page 172


∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥) + 𝐶

Solusinya, F(x), adalah fungsi menerus sedemikian sehingga F'(x) = f(x), dan

C adalah sebuah konstanta. Integral Tentu menangani perhitungan integral

di antara batas-batas yang telah ditentukan, yang dinyatakan sebagai


𝑏

𝐼 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑎

Menurut teorema dasar kalkulus integral, persamaan diatas dihitung

sebagai

𝑏
𝑏
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝐹(𝑥) | = 𝐹(𝑏) − 𝐹(𝑎)
𝑎
𝑎

Secara geometri, integrasi Tentu sama dengan luas daerah yang dibatasi

oleh kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥), garis 𝑥 = 𝑎 dan garis 𝑥 = 𝑏. Daerah yang dimaksud

ditunjukkan oleh bagian yang diarsir.

Tafsiran geometri integral Tentu

Fungsi-fungsi yang dapat diintegrasikan dapat dikelompokkan sebagai

Metode Numerik Page 173


1. Fungsi menerus yang sederhana, seperti polinomial, eksponensial,

atau fungsi trigonometri. Misalnya,

Fungsi sederhana seperti ini mudah dihitung integralnya secara eksak

dengan menggunakan metode analitik. Metode-metode analitik untuk

menghitung integral fungsi yang demikian sudah tersedia, yaitu

2. Fungsi menerus yang rumit, misalnya

Fungsi yang rumit seperti ini jelas sulit, bahkan tidak mungkin,

diselesaikan dengan metode-metode integrasi yang sederhana.

Karena itu, solusinya hanya dapat dihitung dengan metode

numerik.

Metode Numerik Page 174


3. Fungsi yang ditabulasikan, yang dalam hal ini nilai 𝑥 dan 𝑓(𝑥)

diberikan dalam sejumlah titik diskrit. Fungsi seperti ini sering

dijumpai pada data hasil eksperimen di laboratorium atau berupa

data pengamatan di lapangan. Pada

kasus terakhir ini, umumnya fungsi 𝑓(𝑥) tidak diketahui secara

eksplisit. Yang dapat diukur hanyalah besaran fisisnya saja.

6.1 Terapan Integral dalam Bidang Sains dan Rekayasa

Integral mempunyai banyak terapan dalam bidang sains dan rekayasa.

Dalam praktek rekayasa, seringkali fungsi yang diintegrasikan

(integrand) adalah fungsi empirik yang diberikan dalam bentuk tabel,

atau integrand-nya tidak dalam bentuk fungsi elementer (seperti sinh

x, fungsi Gamma G(a), dsb), atau fungsi

eksplisit 𝑓 yang terlalu rumit untuk diintegralkan. Oleh sebab itu,

metode numerik dapat digunakan untuk menghampiri integrasi.

Di bawah ini diberikan beberapa contoh persoalan dalam bidang sains

dan rekayasa.

1. Dalam bidang fisika, integral digunakan untuk menghitung

persamaan kecepatan. Misalkan kecepatan sebuah partikel

merupakan fungsi waktu menerus yang diketahui terhadap waktu,

v(t). Jarak total d yang ditempuh oleh partikel ini selama waktu t

diberikan oleh:

Metode Numerik Page 175


2. Dalam bidang teknik elektro/kelistrikan, telah diketahui bahwa

harga rata-rata suatu arus listrik yang berosilasi sepanjang satu

periode boleh nol. Disamping kenyataan bahwa hasil netto adalah

nol, arus tersebut mampu menimbulkan kerja dan menghasilkan

panas. Karena itu para rekayasawan listrik sering mencirikan arus

yang demikian dengan persamaan

yang dalam hal ini IRMS adalah arus RMS (root-mean-square), T

adalah periode, dan i(t) adalah arus pada rangkaian, misalnya

3. Contoh fungsi dalam bentuk tabel adalah pengukuran fluks panas

matahari yang diberikan oleh tabel berikut:

Metode Numerik Page 176


Data yang ditabulasikan pada tabel ini memberikan pengukuran

fluks panas 𝑞 setiap jam pada permukaan sebuah kolektor sinar

matahari. Diminta memperkiraan panas total yang diserap oleh

panel kolektor seluas 150.000cm2 selama waktu 14 jam. Panel

mempunyai kemangkusan penyerapan (absorption), eab, sebesar

45%. Panas total yang diserap diberikan oleh persamaan

Demikianlah beberapa contoh terapan integral dalam bidang

sains dan rekayasa. Umumnya fungsi yang diintegralkan

bentuknya rumit sehingga sukar diselesaikan secara analitik.

Metode Numerik Page 177


Karena itu, perhitungan integral secara numerik lebih banyak

dipraktekkan oleh para insinyur.

6.2 Persoalan Integrasi Numerik

Perhitungan integral adalah perhitungan dasar yang digunakan dalam

kalkulus, dalam banyak keperluan. Integral ini secara definitif digunakan

untuk menghitung luas daerah yang dibatasi oleh fungsi y = f(x) dan

sumbu x. Perhatikan gambar berikut :

Luas daerah yang diarsir L dapat dihitung dengan :

Pada beberapa permasalahan perhitungan integral ini, dapat dihitung

secara manual dengan mudah, sebagai contoh :

Secara manual dapat dihitung dengan :

Metode Numerik Page 178


Tetapi pada banyak permasalahan, integral sulit sekali dihitung bahkan

dapat dikatakan tidak dapat dihitung secara manual, sebagai contoh :

Dalam hal ini, metode numerik dapat digunakan sebagai alternatif

untuk menyelesaikan integral di atas. Pada penerapannya, perhitungan

integral ini digunakan untuk menghitung luas area pada peta, volume

permukaan tanah, menghitung luas dan volume-volume benda putar

dimana fungsi f(x) tidak ditulis, hanya digunakan gambar untuk

menyajikan nilai

f(x). Sebagai contoh, diketahui photo daerah sebagai berikut :

Untuk menghitung luas daerah yang diarsir L, perlu digunakan analisa

numerik.Karena polanya disajikan dalam gambar dengan faktor skala

tertentu.

Klasifikasi Metode Integrasi Numerik

Metode Numerik Page 179


1. Metode Pias

Daerah integrasi dibagi atas sejumlah pias (strip) yang berbentuk

segiempat. Luas daerah integrasi dihampiri dengan luas seluruh

pias.

2. Metode Newton-Cotes

Fungsi integrand f(x) dihampiri dengan polinom interpolasi pn(x).

Selanjutnya, integrasi dilakukan terhadap pn(x).

3. Kuadratur Gauss.

Nilai integral diperoleh dengan mengevaluasi nilai fungsi pada

sejumlah titik tertentu di dalam selang [-1, 1], mengalikannya

dengan suatu konstanta, kemudian menjumlahkan keseluruhan

perhitungan.

6.3 Metode Pias

 Selang integrasi [𝑎, 𝑏] menjadi 𝑛 buah pias (strip) atau

segmen. Lebar tiap pias adalah

 Titik absis pias dinyatakan sebagai

dan nilai fungsi pada titik absis pias adalah

𝑓𝑟 = 𝑓(𝑥𝑟 )

Metode Numerik Page 180


 Kaidah integrasi numerik yang dapat diturunkan dengan metode

pias adalah:

1. Kaidah segiempat (rectangle rule)

2. Kaidah trapesium (trapezoidal rule)

3. Kaidah titik tengah (midpoint rule)

 Dua kaidah pertama pada hakekatnya sama, hanya cara

penurunan rumusnya yang berbeda

 Kaidah yang ketiga, kaidah titik tengah, merupakan bentuk

kompromi untuk memperoleh nilai hampiran yang lebih baik.

6.3.1 Kaidah segiempat

Pandang sebuah pias berbentuk empat persegi panjang dari

𝑥 = 𝑥0 sampai 𝑥 = 𝑥1

Metode Numerik Page 181


Luas satu pias adalah 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑝𝑖𝑎𝑠 = 𝑓(𝑥0 )

𝑥1
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ℎ 𝑓(𝑥0 )
𝑥0

Atau (𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑝𝑖𝑎𝑠 = 𝑓(𝑥1 ) )

𝑥1
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ℎ 𝑓(𝑥1 )
𝑥0

jadi :

𝑥1
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ℎ 𝑓(𝑥0 )
𝑥0

𝑥1
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ℎ 𝑓(𝑥1 )
𝑥0

___________________ +

𝑥1
2 ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ℎ[ 𝑓(𝑥0 ) + 𝑓(𝑥1 )]
𝑥0

Bagi setiap ruas persamaan hasil penjumlahan di atas dengan

2, untuk menghasilkan :

Metode Numerik Page 182


𝑥1

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ [𝑓(𝑥0 ) + 𝑓(𝑥1 )]
𝑥0 2

Persamaan diatas ini dinamakan kaidah segiempat. Kaidah

segiempat untuk satu pias dapat kita perluas untuk

menghitung

𝐼 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑎

yang dalam hal ini, I sama dengan luas daerah integrasi dalam

selang [𝑎, 𝑏]. Luas daerah tersebut diperoleh dengan

membagi selang [𝑎, 𝑏] menjadi 𝑛 buah pias segiempat dengan

lebar ℎ, yaitu pias dengan absis [𝑥0 , 𝑥1 ], [𝑥1 , 𝑥2 ], [𝑥2 , 𝑥3 ], . . .,

dan pias [𝑥𝑛−1 , 𝑥𝑛 ]. Jumlah luas seluruh pias segiempat itu

adalah hampiran luas 𝐼.Kaidah integrasi yang diperoleh adalah

kaidah segiempat gabungan

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ℎ𝑓(𝑥0 ) + ℎ𝑓(𝑥1 ) + ℎ𝑓(𝑥2 ) + ⋯ + ℎ𝑓(𝑥𝑛−1 )


𝑎

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ℎ𝑓(𝑥1 ) + ℎ𝑓(𝑥2 ) + ℎ𝑓(𝑥3 ) + ⋯ + ℎ𝑓(𝑥𝑛 )


𝑎

_________________________________________________ +

Metode Numerik Page 183


𝑏

2 ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ℎ𝑓(𝑥0 ) + 2ℎ𝑓(𝑥1 ) + 2ℎ𝑓(𝑥2 ) + ⋯ + 2ℎ𝑓(𝑥𝑛−1 )


𝑎

+ ℎ𝑓(𝑥𝑛 )

Bagi setiap ruas persamaan hasil penjumlahan di atas dengan

2, untukmenghasilkan:

𝑏

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ 𝑤(𝑤0 ) + ℎ𝑤(𝑥1 ) + ℎ𝑤(𝑤2 ) + ⋯ + ℎ𝑤(𝑤𝑤−1 )
2
𝑎


+ 𝑤 (𝑤 𝑤 )
2

Jadi kaidah segiempat gabungan adalah:

𝑤

∫ 𝑤(𝑤)𝑤𝑤 ≈ (𝑤0 + 2𝑤1 + 2𝑤2 + ⋯ + 2𝑤𝑤−1 + 𝑤𝑤 )
2
𝑤
𝑤−1

= (𝑤 0 + 2 ∑ 𝑤 1 + 𝑤 𝑤
2
𝑤=1

𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤𝑤 𝑤𝑤 = 𝑤(𝑤𝑤 ), 𝑤 = 0,1,2, … , 𝑤

Metode Numerik Page 184


6.3.2 Kaidah Trapesium

Pandang sebuah pias berbentuk trapesium dari 𝑥 =

𝑥0 sampai 𝑥 = 𝑥1 berikut

Luas satu trapesium adalah

𝑥1

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ [𝑓(𝑥0 ) + 𝑓(𝑥1 )]
𝑥0 2

Metode Numerik Page 185


Persamaan diatas dikenal dengan nama kaidah trapesium.

Bila selang [a, b] dibagi atas n buah pias trapesium, kaidah

integrasi yang diperoleh adalah kaidah trapesium gabungan

(composite trapezoidal's rule):

𝑏
𝑥1 𝑥2 𝑥𝑛
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ⋯ + ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑥0 𝑥1 𝑥𝑛−1
𝑎

ℎ ℎ
[𝑓(𝑥0 ) + 𝑓(𝑥1 )] + [𝑓(𝑥1 ) + 𝑓(𝑥2 )] + ⋯
2 2

+ [𝑓(𝑥𝑛−1 ) + 𝑓(𝑥𝑛 )]
2


≈ [𝑓(𝑥0 ) + 2𝑓(𝑥1 ) + 2𝑓(𝑥2 ) + ⋯ + 2𝑓(𝑥𝑛−1 ) + 𝑓(𝑥𝑛 )]
2

𝑛−1

≈ (𝑓0 + 2 ∑ 𝑓1 + 𝑓𝑛 )
2
𝑖=1

dengan 𝑓𝑟 = 𝑓(𝑥𝑟 ), 𝑟 = 0,1,2, … , 𝑛

METODE TRAPESIUM DENGAN BANYAK PIAS

Untuk mengurangi banyak kesalahan yang terjadi, maka

kurva lengkung didekat oleh sejumlah garis lurus, sehingga

terbentuk banyak pias.

6.3.3 Kaidah Titik Tengah

Metode Numerik Page 186


Pandang sebuah pias berbentuk empat persegi panjang dari


𝑥 = 𝑥0 sampai 𝑥 = 𝑥1 dan titik tengah absis 𝑥 = 𝑥0 +
2

Luas satu pias adalah:

𝑥1

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ℎ 𝑓 (𝑥0 + ) ≈ ℎ 𝑓(𝑥1⁄ )
2 2
𝑥0

Persamaan diatas disebut kaidah titik tengah Kaidah titik-titik

tengan gabungan dirumuskan:

𝑏 𝑥1 𝑥2 𝑥𝑛

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 + ⋯ + ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥


𝑎 𝑥0 𝑥1 𝑥𝑛−1

≈ ℎ 𝑓 (𝑥1⁄ ) + ℎ 𝑓 (𝑥3⁄ ) + ℎ 𝑓 (𝑥5⁄ ) + ℎ 𝑓 (𝑥7⁄ ) + ⋯


2 2 2 2

+ ℎ 𝑓(𝑥𝑛−1⁄ )
2

≈ ℎ (𝑓1⁄ + 𝑓3⁄ + ⋯ + 𝑓𝑛−1⁄ )


2 2 2

Metode Numerik Page 187


𝑛−1

≈ ℎ ∑ 𝑓𝑖+1⁄
2
𝑖=0

Yang dalam hal ini:

𝑥𝑟+1⁄ = 𝑎 + (𝑟 + 1/2)ℎ
2

Dan

𝑓𝑟+1⁄ = 𝑓(𝑥𝑟+1⁄ ) 𝑟 = 0,1,2, . . , 𝑛 − 1


2 2

6.3.4 Galat metode Pias

𝐼 adalah nilai integrasi sejati dan 𝐼 , adalah integrasi secara

numeric

maka galat hasil integrasi numeric didefinisikan sebagai

𝐸 = 𝐼 − 𝐼,

Untuk penurunan galat, kita tinjau galat integrasi di dalam

selang [0, ℎ]

Metode Numerik Page 188



𝐼 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
0

Untuk setiap kaidah sebagai berikut :

6.3.4.1 Galat Kaidah Trapesium

Galat untuk sebuah pias




𝐸 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 − (𝑓0 − 𝑓1 )
0 2

Jadi,


∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = (𝑓0 − 𝑓1 ) + 𝑂(ℎ3 )
0 2

Dan untuk galat total


𝑛−1


∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = (𝑓 + 2 ∑ 𝑓𝑖 − 𝑓𝑛 ) + 𝑂(ℎ2 )
0 2 0
𝑖=1

Catatan :

Galat total integrasi dengan kaidah trapesium

sebanding dengan kuadrat lebar pias (ℎ). Semakin

kecil ukuran ℎ, semakin kecil pula galatnya, namun

semakin banyak jumlah komputasinya

Contoh :
3.4
Hitung Integral ∫1.8 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 dengan kaidah trapezium.

Ambil ℎ = 0.2. perkirakan juga batas-batas galatnya.

Gunakan 5 angka bena.

Penyelesaian :

Fungsi Integrand nya adalah

Metode Numerik Page 189


𝑓(𝑥) = 𝑒 𝑥
𝑏−𝑎 3.4−1.8
Jumlah pias adalah 𝑛 = = =8
ℎ 0.2

Tabel data diskritnya adalah

𝑟 𝑥𝑟 𝑓(𝑥𝑟 ) 𝑟 𝑥𝑟 𝑓(𝑥𝑟 )

0 1.8 6.050 5 2.8 16.445

1 2.0 7.389 6 3.0 20.086

2 2.2 9.025 7 3.2 24.533

3 2.4 11.023 8 3.4 29.964

4 2.6 13.464

Nilai integrasinya
3.4

∫ 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 = (𝑓 + 2𝑓1 + 2𝑓2 + ⋯ + 2𝑓6 + 2𝑓7 + 𝑓8 )
1.8 2 0
0.2
= [6.050 + 2(7.389) + 2(9.025) + ⋯ + 2(16.445)
2
+ 2(20.086) + 2(24.533)
+ 2(29.964)]
= 23.994

Nilai integrasi Sejatinya adalah


3.4
𝑥 = 1.8
∫ 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 = 𝑒 𝑥 |
1.8 𝑥 = 3.4
= 𝑒 3.4 − 𝑒1.8
= 29.964 − 6.050
= 23.914

Galat kaidah trapesium

1
𝐸 = − (0.2)2 (3.4 − 1.8)𝑒 𝑥 , 1.8 < 𝑡 < 3.4
2
Karena fungsi 𝑓(𝑥) = 𝑒 𝑥 menarik secara monoton di

Metode Numerik Page 190


dalam selang [1.8, 3.4], maka batas-batas galatnya :

1 𝑒1.8 (min) = −0.0323


𝐸 = − (0.2)2 (3.4 − 1.8) × { 3.4
2 𝑒 (max) = −0.1598

Atau

−0.0323 < 𝐸 < −0.1598

Disini nilai sejati 𝐼 harus terletak di antara

23.994 − 0.1598 = 23.834

Dan

23.994 − 0.0323 = 23.962


3.4
Galat hasil integrasi ∫1.8 𝑒 𝑥 𝑑𝑥 adalah

23.914 − 23.944 = 0.080

Yang memang terletak antara galat minimum dan

galat maksimum.

6.3.4.2 Galat Kaidah Titik Tengah

Galat untuk sebuah pias



𝐸 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 − ℎ𝑓1
0 2

3

𝐸≈ 𝑓"(𝑡),0 < 𝑡 < ℎ
24
Galat untuk seluruh pias adalah

ℎ3
𝐸𝑡𝑜𝑡 ≈ 𝑛 𝑓"(𝑡),𝑎 < 𝑡 < 𝑏
24

ℎ2
≈ (𝑏 − 𝑎)𝑓"(𝑡)
24
= 𝑂(ℎ2 )

Metode Numerik Page 191


6.4 Metode Newton-Cotes

Moetode Newton-cotes adalah metode yang umum untuk

menurunkan kaidah integrasi numerik. Polinom interpolasi menjadi

dasar metode Newton-cotes. Gagasanya adalah menghampiri fungsi

𝑓(𝑥) dengan polinom interpolasi 𝑝𝑛 (𝑥)

𝑏 𝑏
𝐼 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ ∫ 𝑝𝑛 (𝑥)𝑑𝑥
𝑎 𝑎

Yang dalam hal ini

𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥 + 𝑎2 𝑥 2 + ⋯ + 𝑎𝑛−1 𝑥 𝑛−1 + 𝑎𝑛 𝑥 𝑛

Dari beberapa kaidah integrasi numerik yang diturunkan dari metode

Newton-Cotes, tiga di antaranya yang terkenal adalah :

1. Kaidah trapesium

2. Kaidah simpson 1/3

3. Kaidah simpson 3/8

Sebagai catatan, kaidah trapesium sudah kita turunkan dengan

metode pias. Metode Newton-Cotes memberikan pendekatan lain

penurunan kaidah trapesium.

6.4.1 Kaidah Trapesium

Diberikan dua bauh titik data (0, 𝑓(0)) dan (ℎ, 𝑓(ℎ)). Polinom

Metode Numerik Page 192


interpolasi yang melalui kedua buah titik itu adalah sebuah

garis lurus. Luas daerah yang dihitung sebagai hampiran nilai

integrasi adalah daerah di bawah garis lurus tersebut. Polinom

interpolasi Newton-Gregory derajat 1 yang melalui kedua buah

titik itu adalah :

∆𝑓(𝑥0 ) ∆𝑓0
𝑝1 (𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + 𝑥 = 𝑓(𝑥0 ) + 𝑥
ℎ ℎ

Integrasi 𝑝1 (𝑥) di dalam selang [0,1]

Jadi, kaidah trapesium adalah



∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ (𝑓 + 𝑓1 )
𝑎 2 0

Galat kaidah trapesium sudah kita tutunkan sebelumnya pada

metode pias, yaitu

1
𝐸 = − ℎ3 𝑓"(𝑡) = 𝑂(ℎ3 ) ,0 < 𝑡 < ℎ
2

Jadi.



∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ (𝑓 + 𝑓1 ) + 𝑂(ℎ3 )
𝑎 2 0

Kaidah trapesium untuk integrasi dalam selang [0, ℎ] kita

perluas untuk menghitung

Metode Numerik Page 193


𝑏
𝐼 = ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥
𝑎

Yang dalam hal ini , 𝐼 sama dengan luas daerah integrasi di

dalam selang [𝑎, 𝑏]. Luas daerah tersebut diperoleh dengan

membagi selang [𝑎, 𝑏] menjadi n buah upaselang (subinterval)

dengan lebar tiap upaselang h, yaitu

[𝑥0 , 𝑥1 ], [𝑥1, 𝑥2 ], [𝑥2, 𝑥3 ], … , [𝑥𝑛−1, 𝑥𝑛 ]. Titik-titik ujung tiap upaselang

diinterpolasi dengan polinom derajat 1. Jadi di dalam selang

[𝑎, 𝑏] terdapat n buah polinom derajat satu yang terpotong-

potong (piecewise). Integrasi masing-masing polinom itu

menghasilkan n buah kaidah trapesium yang disebut kaidah

trapesium gabungan. Luas daerah integrasi di dalam selang

[𝑎, 𝑏] adalah jumlah seluruh luas trapesium, yaitu

𝑏 𝑛−1

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ (𝑓0 + 2𝑓𝑖 + ∑ 𝑓𝑛 )
𝑎 2
𝑖=1

dengan 𝑓𝑟 = 𝑓(𝑥𝑟 ) , 𝑟 = 0, 1, 2, … , 𝑛

galat total kaidah trapesium gabungan sudah kita turunkan

pada metode pias, yaitu

1 2
𝐸𝑡𝑜𝑡 ≈ − ℎ (𝑏 − 𝑎)𝑓"(𝑡) = 𝑂(ℎ2 ), 𝑥0 < 𝑡 < 𝑥𝑛
12

Dengan demikian,

Metode Numerik Page 194


𝑏 𝑛−1

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = (𝑓0 + 2 ∑ 𝑓𝑖 + 𝑓𝑛 ) + 𝑂(ℎ2 )
𝑎 2
𝑖=1 𝑖

Jadi, galat integrasi dengan kaidah trapesium sebanding

dengan ℎ2 .

6.4.2 Kaidah Simpson 1/3

Hampiran nilai integrasi yang lebih baik dapat ditingkatkan

dengan menggunakan polinom interpolasi berderajat yang

lebih tinggi. Misalkan fungsi 𝑓(𝑥) di hampiri dengan polinom

interpolasi derajat 2 yang grafiknya berbentuk parabola. Luas

daerah yang dihitung sebagai hampiran nilai integrasi adalah

daerah di bawah parabola (Gambar 6.10). untuk itu, dibutuhkan

3 buah titik data, misalkan (0, 𝑓(0)), (ℎ, 𝑓(ℎ)) dan (2ℎ, 𝑓(2ℎ))

Polinom interpolasi Newton-Gregory derajat 2 yang

melalui ketiga buah titik tersebut adalah

𝑥 𝑥(𝑥 − ℎ) 2
𝑝2 (𝑥) = 𝑓(𝑥0 ) + ∆𝑓(𝑥0 ) + ∆ 𝑓(𝑥0 )
ℎ 2! ℎ2
𝑥(𝑥 − ℎ) 2
= 𝑓0 + 𝑥 ∆𝑓0 + ∆ 𝑓0
2! ℎ2

Integrasikan 𝑝2 (𝑥) di dalam selang [0, 2ℎ] :


𝐼≈ (𝑓 + 4𝑓1 + 𝑓2 )
3 0

Metode Numerik Page 195


Ini dinamakan Kaidah Simpson 1/3. Sebutan “1/3” muncul

karana di dalam persamaan terdapat faktor “1/3” (sekaligus

untuk membedakannya dengan kaidah Simpson yang lain,

yaitu Simpson 3/8).

Misalkan kurva fungsi sepanjang selang integrasi [𝑎, 𝑏] kita bagi

menjadi n + 1 buah tiitk diskrit 𝑥0 , 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 . Dengan n genap

dan setiap tiga buah titik (atau 2 pasang upaselang) di kurva

dihampiri dengan parabola (polinom interpolasi derajat 2).

Maka kita akan mempunyai n/2 buah potongan parabola. Bila

masing-masing polinom derajat 2 tersebut kita integrasikan di

dalam upaselang(sub-interval) integrasinya. Maka jumlah

seluruh integrasi tersebut membentuk Kaidah Simpson 1/3

gabungan.

𝑛−1 𝑛−2

𝐼𝑡𝑜𝑡 ≈ (𝑓0 + 4 ∑ 𝑓𝑖 + 2 ∑ 𝑓𝑖 + 𝑓𝑛 )
3
𝑖=1,3,5 𝑖=2,4,6

Galat Kaidah Simpson 1/3

1 5 (𝑖𝑣)
𝐸=− ℎ 𝑓0 = 𝑂(ℎ5 )
90

Jadi, kaidah Simpson 1/3 untuk sepasang upaselang ditambah

dengan galatnya dapat dinyatakan sebagai

Metode Numerik Page 196


2ℎ

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = (𝑓0 + 4𝑓1 + 𝑓2 ) + 𝑂(ℎ5 )
3
0

Galat untuk n/2 pasang upaselang adalah

1 𝑏−𝑎
𝐸𝑡𝑜𝑡 = − ℎ4 (𝑏 − 𝑎)𝑓 (𝑖𝑣) (𝑡) , karena 𝑛 =
180 ℎ

= 𝑂(ℎ4 )

Jadi, kaidah Simpson 1/3 gabungan ditambah dengan galatnya

dapat dinyatakan sebagai,

𝑏 𝑛−1 𝑛−2

∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = (𝑓 + 4 ∑ 𝑓𝑖 + 2 ∑ 𝑓𝑖 + 𝑓𝑛 )
3 0
𝑎 𝑖=1,3,5 𝑖=2,4,6

6.4.3 Kaidah Simpson 3/8

Sepeti halnya pada kaidah Simpson 1/3, hampiran nilai integrasi

yang lebih teliti dapat ditingkatkan terus dengan menggunakan

polinom interpolasi berderajat lebih tinggi pula. Mislkan

sekarang fungsi 𝑓(𝑥) kita hampiri dengan polinom interpolasi

derajat 3. Luas daerah yang dihitung sebagai hampiran nilai

integrasi adalah daerah dibawah kurva polinom derajat 3

tersebut parabola (Gambar 6.11). Untuk membentuk polinom

interpolasi derajat 3, dibutuhkan 4 biuah titik data, misalkan

titik-titik tersebut

(0, 𝑓(0)), (ℎ, 𝑓(ℎ)), (2ℎ, 𝑓(2ℎ)), dan (3ℎ, 𝑓(3ℎ))..

Metode Numerik Page 197


Dengan cara penurunan yang sama seperti kaidah Simpson

1/3, diperoleh

3ℎ
3ℎ
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ (𝑓 + 3𝑓1 + 3𝑓2 + 𝑓3 )
0 8 0

Yang merupakan Kaidah Simpson 3/8

Galat kaidah Simpson 3/8 adalah

3ℎ 5 (𝑖𝑣)
𝐸≈− ℎ 𝑓0 (𝑡), 0 < 𝑡 < 3ℎ
8

Jadi kaidah simpson 3/8 ditambah dengan galatnya dapat di

nyatakan sebagai

3ℎ
3ℎ
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ (𝑓 + 3𝑓1 + 3𝑓2 + 𝑓3 ) + 𝑂(ℎ5 )
0 8 0

Sedangkan kaidah Simpson 3/8 gabungan adalah

𝑛−1 𝑛−3
𝑏
3ℎ
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ (𝑓 + 3 ∑ 𝑓𝑖 + 2 ∑ 𝑓𝑖 + 𝑓𝑛 )
𝑎 8 0
𝑖=1 𝑖=3,6,9,…
𝑖≠3,6,9

Namun penggunaan kaidah simpson 3/8 mensyaratkan jumlah

upaselang (n) harus kelipatan tiga

Galat kaidah 3/8 simpson gabungan adalah

(𝑏 − 𝑎)ℎ4 (𝑖𝑣)
𝐸𝑡𝑜𝑡 = − 𝑓 (𝑡) , 𝑎<𝑡<𝑏
80

Metode Numerik Page 198


𝐸𝑡𝑜𝑡 = 𝑂(ℎ4 )

Jadi, kaidah Simpson 3/8 ditambah dengan galatnya dapat

dinyatakan sebagai

𝑛−1 𝑛−3
𝑏
3ℎ
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 ≈ (𝑓 + 3 ∑ 𝑓𝑖 + 2 ∑ 𝑓𝑖 + 𝑓𝑛 ) + 𝑂(ℎ4 )
𝑎 8 0
𝑖=1 𝑖=3,6,9,…
𝑖≠3,6,9

kaidah Simpson 3/8 memiliki orde galat yang sama dengan

orde galat kaidah Simpson 1/3. Namun dalam praktek, kaidah

Simpson 1/3 biasanya lebih disukai dari pada kaidah Simpson

3/8, karena dengan tiga titik (Simpson 1/3) sudah diperoleh

orde ketelitian yang sma dengan 4 titik (Simpson 3/8). Tapi,

untuk n kelipatan tiga, kita hanya dapat menggunakan kaidah

simpson 3/8, dan bukan kaidah Simpson 1/3

Metode Integrasi Numerik untuk 𝒉 yang berbeda-beda

1. Untuk sejumlah upaselang berurutan yang berjarak sama

adalah genap,gunakan kaidah 1/3 simpson

2. Untuk sejumlah upaselang berurutan yang berjarak sama

adalah kelipatan tiga, gunakan kaidan 3/8

3. Untuk sejumlah upaselang yang tidak berjarak sama dengan

tetangganya gunakan kaidah trapezium

Bentuk umum Metode Newton-Cotes

Metode Numerik Page 199


Bentuk umum metode Newton-cotes dapat di tulis sebagai

𝑏
∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = 𝛼 ℎ[𝑤0 𝑓0 + 𝑤1 𝑓1 + 𝑤2 𝑓2 + ⋯ + 𝑤𝑛 𝑓𝑁 ] + 𝐸
𝑎

CONTOH SOAL

1. diketahui:
4
∫0 𝑒 𝑥 𝑑𝑥
ℎ = 0,5

ditanya:

a. Kaidah trapesium

b. Kaidah titik tengah

c. Kaidah simpson 1/3

d. Kaidah simpsom 3/8

jawab:

4−0
𝑛= =8
0,5
Membuat tabel:

a. Tabel trapesium dan simpson

r xr F(xr)

0 0 1

1 0,5 1,64872

Metode Numerik Page 200


2 1 2,71828

3 1,5 4,48168

4 2 7,38905

5 2,5 12,18249

6 3 20,08553

7 3,5 33,11545

8 4 54,59815

b. tabel titik tengah

r xr F(xr)

0 0 1

1 0,5 1,64872

2 1 2,71828

3 1,5 4,48168

4 2 7,38905

5 2,5 12,18249

6 3 20,08553

7 3,5 33,11545

8 4 54,59815

Metode Numerik Page 201


a. Kaidah trapesium

= (𝑓0 + 2𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 2𝑓4 + 2𝑓5 + 2𝑓6 + 2𝑓7 + 2𝑓8 )
2
0,5
= {1 + (2.1,64872) + (2.2,71828) + (2.4,48168) + (2.7,38905) +
2

(2.12,18249) + (2.20,08553) + (2.33,11545) + 54,59815}


= 1(1 + 3,2974 + 5,43656 + 8,96336 + 14,7781 + 24,36498 +
40,17106 + 66,2309 + 54,59815)
= 218,84051

b. Kaidah titik tengah

= 0,5(1,28402 + 2,117 + 3,49034 + 5,7546 + 9,48774 + 15,64263 +


25,79034 + 42,52108
= 0,5(106,08775)
= 53,043875

c. Kaidah simpson 1/3


0,5
= (𝑤0 + 4𝑓1 + 2𝑓2 + 4𝑓3 + 2𝑓4 + 4𝑓5 + 2𝑓6 + 4𝑓7 + 𝑓8 )
3

1 + (4.1,64872) + (2.2,71828) + (4.4,48168) + (2.7,38905)


= 0,17 { }
+ (4.12,18249) + (2.20,08553) + (4.33,11545) + 54,59815
= 0,17(321,69735)
= 53,64224 ~53,6

d. Kaidah simpson 3/8


3ℎ
= (𝑓0 + 3𝑓1 + 3𝑓2 + 2𝑓3 + 3𝑓4 + 3𝑓5 + 2𝑓6 + 3𝑓7 + 𝑓8 )
8
3.0,5
= {1 + (3.1,64872) + (3.2,71828) + (2.4,48168) + (3.7,38905) +
8

(3.12,18249) + (2.20,08553) + (3.33,11545) + 54,59815}


= 0,1875(1 + 4,94616 + 8,15484 + 8,96336 + 22,16715 +

Metode Numerik Page 202


36,54747 + 40,17106 + 99,43635 + 54,59815)
= 0,1875(275,89454)
= 51,73022625

2. 𝑓(𝑥) = 𝑥 + 1, 0 ≤ 𝑥 ≤ 5, ℎ = 5

r c F(xr)

0 0 1

1 5 6

 Trapesium


(𝑓0 + 𝑓1)
2

5
(1 + 6)
2

= 17.5

 Simpson 1⁄3


(𝑓0 + 𝑓1)
3

5
(1 + 6)
3

= 11.667

 Titik Tengah

Metode Numerik Page 203


R xr F(xr)

1 2.5 3.5
2
1
h (𝑓 )
2

5(3.5)

= 17.5

∫∭𝑥 + 1
0

5
1 2
∫∬ 𝑥 +𝑥
2
0

5
1 1
∬ 𝑥3 + 𝑥2
6 2
0

5
1 4 1 3
∫ 𝑥 + 𝑥
24 6
0

1 5 1 4
𝑥 + 𝑥
120 24

4−0
3. 4𝑥 3 𝑑𝑥 , 0≤x≤4, h=1, n= =4
1

r xr F(xr)

0 0 0

Metode Numerik Page 204


1 1 4

2 2 32

3 3 108

4 4 256

 Trapesium

1
(𝑓0 + 2𝑓1 + 2𝑓2 + 2𝑓3 + 𝑓4)
2

1
= (0 + 2(4) + 2(32) + 2(108) + 256)
2

1
= (564)
2

= 282

 Simpson 1⁄3


= (𝑓0 + 4𝑓1 + 2𝑓2 + 4𝑓3 + 𝑓4)
3

1
= (0 + 4(4) + 2(32) + 4(108) + 256)
3

1
= (768)
3

= 256

R xr F(xr)

Metode Numerik Page 205


1 1 0.5
2 2
3 3 13.5
2 2
5 5 62.5
2 2
7 7 171.5
2 2

= ℎ(𝑓 1⁄2 + 𝑓 3⁄2 + 𝑓 5⁄2 + 𝑓 7⁄2)

= 1(0.5 + 13.5 + 62.5 + 171.5)

=248

6.5 Singularitas

Kita akan kesulitan melakukan menghitung integrasi numerik apabila

fungsi tidak terdefenisi di x=t, dalam hal ini a < t <b. Misalnya dalam

menghitung integrasi

1
cos( x)
I  dx
0 x

Fungsi f(x) = cos x/ x jelas tidak terdefenisi di x = 0 (ujung bawah

selang). Begitu juga apabila perhitungan integrasi

2
1
I  x  1dx
0.5

Metode Numerik Page 206


Menggunakan h = 0.1, titik diskrit di x=1 tidak dapat dihitung sebab

fungsi f ( x)  I /( x  1) tidak terdefenisi di x=1. Fungsi yang tidak

terdefenisi di x=t, untuk a  t  b , dinamakan singular.

Singular juga muncul pada fungsi yang turunannya tidak terdefenisi di

1
x=t, untuk a t b. Misalnya hasil perhitungan integral  x
0

memperlihatkan hasil yang menyimpang meskipun fungsi f ( x )  x

sendiri terdefenisi untuk semua x= t, untuk a  t  b . Penyimpangan ini

1
dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalkan integral  x dihitung
0

dengan kaidah trapezium.

Tinjau kembali galat total pada kaidah trapezium:

h3 "
Etot   ( f 0  f1"  ...  f " n1 )
12

h3 n 1 "
  fi
12 i 0

b
h3
12 a
 f ( x )dx

h3 '
 [ f (b)  f ' (a)]
12 …(1)

Metode Numerik Page 207


b
Persamaan (1) menyiratkan bahwa galat integrasi akan besar
 f ( x)dx
a

apabila f ' (a) atau f ' (b) tidak ada.

Singularitas harus dihilangkan dengan cara memanipulasi persamaan

fungsi sedemikian sehingga ia tidak singularitas lagi.

Contoh 1:

Ubahlah fungsi integrasi

1
cos( x)
I  dx
0 x

Sehingga menjadi tidak singular lagi.

Penyelesaian:

Fungsi f ( x)  cos( x) / x tidak terdefenisi di x=0.

Misalkan

x  u 2  dx  2udu

Batas-batas selang integrasi juga berubah

x  0u  x  0

Metode Numerik Page 208


x 1 u  x 1

Maka

1
cos( x)
I  dx
0 x

1
cos(u 2 )
I  (2u )du
0
u

1
 tidak singular lagi.
 2 cos(u
2
)du
0

6.6 Penggunaan Ekstrapolasi untuk Integrasi

Misalkan I ( h) adalah perkiraan nilai integrasi dengan jarak antara titik

data adalah h(h<1). Dari persamaan galat kaidah integrasi (trapezium,

Simpson 1/3, dll) yang dinyatakan dalam notasi orde :

E  O  h 
p
 

Dapat dilihat bahwa galat E semakin kecil bila digunaka h yanh

semakin kecil, seperti yang ditunjukkan oleh diagram garis berikut:

Nilai integrasi adalah bila h=0, tetapi pemilihan h=0 tidak mungkin kita

lakukan didalam rumus integrasi numerik sebab iya akan membuat

nilai integrasi sama dengan 0. Yang dapat kita peroleh adalah

perkiraan nilai integrasi yang lebih baik dengan melakukan ekstrapolasi

Metode Numerik Page 209


ke h= 0. Ada dua macam metode ekstrapolasi yang digunakan untuk

integrasi:

6.6.1 Ekstrapolasi Richardson

Pandang kembali kaidah trapesium

(b  a) f " (t ) 2
b n
h
 f ( x)dx  2 ( f 0  2 f i  f n )  h
a i 1 12

Yang dapat ditulis sebagai

 f ( x)dx  I (h)  Ch
2

Dengan I(h) adalah integrasi dengan menggunakan kaidah

trapesium dengan jarak antar titik selebar h dan (b  a) f " (t )


C
12

Secara umum, kaidah integrasi yang lain dapat kita tulis sebagai

…(2)
b

 f ( x)dx  l (h)  Ch
q

Dengan C dan q adalah konstanta yang tidak bergantung pada

h. nilai q dapat ditentukan langsung dari orde galat kaidah

integrasi, misalnya:

Metode Numerik Page 210


Kaidah trapezium O h 2   𝑞 = 2

Kaidah trapezium O h 2   𝑞 = 2

Kaidah 1/3 simpson, O h 4   𝑞 = 4

Tujuan ekstrapolasi Richardson ialah menghitung nilai integrasi

yang lebih baik (improve) dibandingkan dengan I. Misalnya J

adalah nilai integrasi yang lebih baik daripada I dengan jarak

antar titik h:

q
𝐽 = 𝑙(ℎ) + 𝐶 h …(3)

Ekstrapolasikan h menjadi 2h, lalu hitung integrasi numeriknya

𝐽 = 𝑙(2ℎ) + 𝐶  2 h  q …(4)

Eliminasikan C dari kedua persamaan dengan menyamakan

persamaan (3) dan persamaan (4):

hq = 𝑙(2ℎ) + 𝐶  2 h 
q
I ( h) + 𝐶

Sehingga diperoleh

…(5)
I (h)  I (2h)
C
(2q  1)h q

Metode Numerik Page 211


Sulihkan persamaan (5) kedalam persamaan (3) untuk

memperoleh:

𝐽 = 𝑙(ℎ) + I (h)  I (2h) …(6)


(2q  1)

Yang merupakan persamaan ekstrapolasi Ricahrdson.

Ekstrapolsi Ricahrdson dapat kita artikan sebagai berikut.

Mula –mula hitung nilai itegrasi dengan kaidah yang sudah

baku dengan jarak antara titik selebar h untuk mendapatkan

l(h), kemudian hitung kembali nilai itegrasi dengan jarak antara

titik selebar 2h untuk memperoleh l(2h). akhirnya, hitunglah

nilai itegrasi yang lebih baik dengan menggunakan persamaan

(6).

Perhatikan bahwa jika pernyataan diatas di balik, kita telah

menggunakan ekstrapolasi menuju h=0, yaitu kita hitung l(2h)

lalu hitung l(h). Urutan pengerjaan (I (h2h) atau I(h) lebih dulu)

tidak mempengaruhi solusi akhirnya.

Sebagai contoh perhatikan bila (h) dan (2h) di hitung dengan

kaidah trafesium (q=2), maka ekstpolasi Ricahrdson-nya adalah

𝐽 = 𝑙(ℎ) + 1 l (h)  l (2h) …(7)


3

Metode Numerik Page 212


Dan bila I(h) dan I(2h) dihitung dengan kaidah 1/3 Simpson (q =

4), maka ekstpolasi Ricahrdson-nya adalah

[ 𝐼(ℎ) − 𝐼(2ℎ) ]

1
𝐽 = 𝑙(ℎ) + l (h)  l (2h) …(8)
15

Perhatikan bahwa suku 1/3 [ 𝐼(ℎ) − 𝐼(2ℎ) ] pada persamaan (7)

dan suku 1/15 [𝐼(ℎ) − 𝐼(2ℎ)] pada persamaan (8) merupakan

factor korelasi. Artinya, nilai taksiran itegrasinya I(h) dapat

dikatakan menjsdi nilai yang lebih baik dengan menambahkan

factor koreksi tersebut

Contoh 2:

Hitunglah kembali itegrasi dengan menggunakan ekstpolasi

Richardson.yang dalam hal ini I(h) dan (2h) hitung dengan

kaidah trafesium dan h=0,125

Penyelesaian:

Jumlah upaselang ;𝑛 = (1 − 0)/0.125 = 8

Tabel titik-titik didalam selang [0,1] dengan h=0,125

Metode Numerik Page 213


R xr fr
0 0 1

1 0.12 0.88889

2 0.250 0.80000

3 0.375 0.72727

4 0.500 0.66667

5 0.625 0.61538

6 0.750 0.57143

7 0.875 0.53333

8 1000 0.50000

I (h) adalah nilai itegrasi dengan kaidah trafesium

menggunakan h=0,125

I ( h) =
1
1
 1  xdx  h / 2( f
0
0  2 f1  2 f 2  2 f3  2 f 4  2 f5  2 f 6  2 f 7  2 f8

 0.125 / 2[1  2(0.88889)  2(0.80000)  ...  (0.50000)

 0.69412

𝐼 (2ℎ) adalah nilai itegrasi dengan kaidah trafesium

menggunakan 2ℎ = 0,250;

Metode Numerik Page 214


1
1
I (2h)   dx  (2h) / 2( f 0  2 f 2  2 f 4  2 f 6  2 f8 )
0
1 x

 0.125 / 2[1  2(0,80000)  2(0.66667)  2(0.57143)  (0.50000)

 0.69702

Nilai itegrasi yang lebih baik , J, diperoleh dengan ekstpolasi

Richardson:

𝐽 = I (ℎ) + I (h)  I (2h)


(2q  1)

Yang dalam hal ini, q= 2, karena I(h) dan I(2h) dihitung dengan

kaidah trapezium yang (yang mempunyai orde galat = 2)

0.69412  0.69412
J  0.69412   0, 69315
22  1

jadi, taksiran nilai integrasi yang lebih baik adalah 0,69315.

Bandingkanlah dengan nilai integrasi sejatinya

1 x 1
1
 1  xdx  ln(1  x)
0
x 0
 ln(2)  ln(1)  0.69314718

Yang apabila dibulatkan ke dalam 5 angka bena

f(0,69314718)=0,69315, hasilnya tepat sama dengan nilai

Metode Numerik Page 215


integrasi yang dihitung dengan dengan ekstrapolasi Richardson

6.6.2 Metode Romberg

Metode integrasi Romberg didasarkan pada perluasan

ekstrapolasi Richardson untuk memperoleh nilai integrasi yang

semakin baik. Sebagai catatan, setiap penerapan ekstrapolasi

Richardson akan menaikkan order galat pada hasil solusinya

sebesar dua:

𝑂(ℎ2𝑁 ) → 𝑂(ℎ2𝑁+2 )

Misalnya, bila 𝐼(ℎ) dan 𝐼(2ℎ) dihitung dengan kaidah trpesium

yang berorde galat O(h), maka ekstrapolasi Rrichardson

menghasilkan kaidah Simpson 1/3 yang berorde O(h).

selanjutnya bila I(h) dan I(2h) dihitung dengan kaidah Simpson

1/3, ekstrapolasi Richardson menghasilkan kaidah Boole yang

berorde 𝑂(ℎ).

𝑂(ℎ2 ) 𝑂(ℎ2 ) 𝑂(ℎ2 )

Tinjau kembali persamaan ekstrapolasi Richardson:

𝐼(ℎ) − 𝐼(2ℎ)
𝐽 = 𝐼(ℎ) +
(2𝑞 − 1)

Misalkan I adalah nilai integrasi sejati yang dinyatakan sebagai:

Metode Numerik Page 216


I  Ak  Ch 2  Dh 4  Eh 6  ...

yang dalam hal ini

ℎ = (𝑏 − 𝑎)/𝑛

dan Ak perkiraan nilai integrasi dengan kaidah trapezium dan

jumlah pias n  2 k . Orde galat Ak adalah O(h 2 ) .

Sebagai contoh, selang dalam [a, b] dibagi menjadi 64 buah

pias atau upaselang:

n  64  26  k  6(0,1, 2,3, 4,5,6)

𝑘=0 (artinya 𝑛 = 20 =1 pias,

h0  (b  a) /1)  A0  h0 / 2[ f0  f64 ]

𝑘=1 (artinya 𝑛 = 21 = 2 pias,

h1  (b  a) / 2)  A1  h1 / 2[ f0  2 f32  f64 ]

𝑘=2 (artinya 𝑛 = 22 = 4 pias,

h2  (b  a) / 4)  A2  h2 / 2[ f0  2 f16  2 f32  2 f 48  f64 ]

𝑘 = 3 (artinya 𝑛 = 23 = 8 pias,

𝑏−𝑎
ℎ3 = → 𝐴3 = ℎ3 /2[𝑓0 + 2𝑓8 + 2𝑓16 + 2𝑓24 + 2𝑓32
8

Metode Numerik Page 217


+2𝑓40 + 2𝑓56 + 2𝑓64 ]

𝐾 = 6 (artinya 𝑛 = 26 = 64 pias,

𝑏−𝑎
ℎ6 = → 𝐴6 = ℎ6 /2[𝑓0 + 2𝑓1 + 2𝑓2 + ⋯ + 2𝑓63 + 2𝑓64
64

Arti dari setiap adalah sebagai berikut :


𝐴0

b
𝐴0 adalah taksiran nilai integrasi I   f ( x ) dx dengan
a

menggunakan kaidah trapezium dengan pembagian daerah

integrasi menjadi 𝑛 = 20 = 1 buah pias;

b
𝐴1 adalah taksiran nilai integrasi I   f ( x ) dx dengan
a

menggunakan kaidah trapezium dengan pembagian daerah

integrasi menjadi 𝑛 = 21 = 2 buah pias;

b
𝐴2 adalah taksiran nilai integrasi I   f ( x ) dx dengan
a

menggunakan kaidah trapezium dengan pembagian daerah

integrasi menjadi 𝑛 = 22 = 4 buah pias;

b
𝐴6 adalah taksiran nilai integrasi I   f ( x ) dx dengan
a

menggunakan kaidah trapezium dengan pembagian daerah

Metode Numerik Page 218


integrasi menjadi 𝑛 = 26 = 64 buah pias;

Gunakan A0 , A1 , ..., Ak pada persamaan ekstrapolasi Richardson

untuk mendapatkan runtunan B1 , B2 , ..., Bk , yaitu

Ak  Ak 1
Bk  Ak 
22  1

Jadi nilai I (yang lebih baik) sekarang adalah

4
l  Bk  D ' h 4  E ' h6  ... dengan orde galat Bk adalah O ( h ) .

Selanjutkan gunakan B1 , B2 , ..., Bk pada persamaaan

ekstrapolasi Richardson untuk mendapatkan runtunan

C 2 , C3 , ..., C k , yaitu

Bk  Bk 1
Ck  Bk 
24  1

Jadi nilai I (yang lebih baik) sekarang adalah l  Ck  E "h 6  ...

6
dengan orde galat Ck adalah O ( h ) . Selanjutnya gunakan

C2 , C3 ,..., Ck pada persamaan ekstrapolasi Richardson untuk

mendapatkan runtunan D3 , D4 , ..., C k , yaitu

Ck  Ck 1
Dk  Ck 
26  1

Metode Numerik Page 219


Jadi nilai I (yang lebih baik) sekarang adalah l  Dk  E '"h8  ...

8
dengan orde galat D adalah O(h ) . Demikian seterusnya
k

6.6.3 Ekstrapolasi Aitken

Kita telah membahas ekstrapolasi Richardson yang dapat

diringkas sebagai berikut:

b
I   f ( x)dx  l (h)  Ch q
a

Yang dalam hal ini :

h = lebar tiap upaselang atau pias (atau jarak antara titik)

C dan q adalah konstanta dengan q diketahui (C dapat

dieliminir)

I(h) adalah hampiran nilai I

Ch q adalah galat dari hampiran nilai I

maka

1
J  I ( h)  [ I (h)  I (2h)]
2q  1

Adalah perkiraan nilai integrasi yang lebih baik (improve) dari

pada I.Apabila nilai q tidak diketahui maka kita gunakan tiga

buah perkiraan nilai I, yaitu I(h),I(2h),I(4h);

J  I (h)  Chq  J  I ( h) …(9)


C
hq

Metode Numerik Page 220


J  I (2h)  C (2h)q  C
J  I (2h) …(10)
(2h)q

J  I (4h)  C (4h)q  J  I (4h) …(11)


C
(4h)q

Eliminasikan nilai C dan q tidak diketahui? Untuk kasus ini kita

gunakan tiga buah perkiraan nilai I , yaitu I ( h) , I (2h) , dan

I (4h) :

J  I (h)
h q = J  I (2h)
(2h) q

J  I (h) hq 1
 q q  q
J  1(2h) 2  h 2 …(12)

Dan menyamakan persamaan (10) dan (11)

J  I (2h) 2hq 1
 
J  I (4h) (4h)q 2q …(13)

Persamaan (12)sama dengan persamaan (13)

J  I (h) J  I (2h)

J  I (2h) J  I (4h) …(14)

Kali silangkan kedua persamaan (14)

Metode Numerik Page 221


J 2  JI (h)  JI (4h)  I (h) I (4h)  J 2  2 JI (2h)  [ I (2h)]2

I (h) I (4h)  [ I (2h)]2


J
I (h)  2 I (2h)  I (4h)

atau

[ I (h)  I (2h)]2
J  I (h) 
I (h)  2I (2h)  I (4h) …(15)

Persamaan (15) ini dinamakan persamaan ekstrapolasi Aitken.

Sekarang tinjau kembali:

J  I (h)  Ch q
J  I (2h)  C (2h) q
0  I (h)  I (2h)  Ch q  C (2h) q

I (h)  I (2h)  C (2h)q  Chq …(16)

J  I (2h)  C (2h) q
J  I (4h)  C (4h) q
0  I (2h)  I (4h)  C (2h) q  C (4h) q

I (2h)  I (4h)  C(4h) q  C(2h) q …(17)

Bagi persamaan (17)dengan persamaan (16)

Metode Numerik Page 222


I (2h)  I (4h) C (2h)q  C (4h)q
  2q
I (h)  I (2h) Chq  C (2h)q …(18)

Besaran C pada persamaan (18)dapat dihilangkan menjadi

I (2h)  I (4h)
t  2q
I (h)  I (2h) …(19)

Tinjau kembali persamaan (15) yang dapat ditulis ulang

sebagai

I (h)  I (2h)
J  I ( h) 
I (h)  2 I (2h)  I (4h)
I ( h)  2 I ( h)

I (h)  I (2h)
 I ( h) 
I  I (2h)  I (4h)
I (h)  I (2h)

I (h)  I (2h)
 I ( h) 
1 t

I (h)  I (2h)
 I ( h) 
1 t

jadi

I (h)  I (2h)
J  I (h) 
t 1 …(20)

Yang mirip dengan persamaan ekstrapolasi Richardson

Metode Numerik Page 223


Aitken akan tepat sama dengan ekstrapolasi Richardson jika

nilai teoritis

t  2q

Tepat sama dengan niai empirik

I (2h)  I (4h)
t
I (h)  I (2h)

Perbedaan antara kedua metode ekstrapolasi muncul

bergantung kepada apakah kita mengetahui nilai q atau

tidak.

Secara matematis, prinsip kerja dari metode-metode ini

adalah melakukan evaluasi dan perbaikan rasio nilai-nilai

akar yang telah diperoleh relatif terhadap akar eksaknya

sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan laju

konvergensinya (dan bahkan menghindari divergensi) sampai

mendekati konvergensi kuadratis.

6.7 Integral Ganda

Dalam bidang teknik, integral sering muncul dalam bentuk integral

ganda dua (atau lipat dua) atau integral ganda tiga (lipat tiga).

Metode Numerik Page 224


Misalkan kita tinjau untuk integral lipat dua. Integral lipat dua

didefinisikan sebagai

Tafsiran geometri dari integral ganda adalah menghitung volume

ruang di bawah permukaan kurva f(x,y) yang alasnya adalah berupa

bidang yang dibatasi oleh garis-garis x = a, x = b, y = c, dan y = d.

Volume benda berdimensi tiga adalah

V = luas alas tinggi

Kaidah-kaidah integrasi numerik yang telah kita bahas dapat dipakai

untuk menghitung integral ganda. Jika pada fungsi dengan satu

peubah, y = f(x), luas daerah dihampiri dengan pias-pias yang

berbentuk segiempat atau trapesium, maka pada fungsi dengan dua

peubah, z = f(x, y), volume ruang dihampiri dengan balokbalok yang

berbentuk segiempat atau trapesium.

Solusi integral lipat dua diperoleh dengan melakukan integrasi dua kali,

pertama dalam arah x (dalam hal ini nilai, nilai y tetap), selanjutnya

dalam arah y (dalam hal ini, nilai x tetap), atau sebaliknya. Dalam arah x

berarti kita menghitung luas alas benda, sedangkan dalam arah y

Metode Numerik Page 225


berarti kita mengalikan alas dengan tinggi untuk memperoleh volume

benda. Tinggi benda dinyatakan secara tidak langsung dengan

koefisien-koefisien wi pada persamaan.

Misalkan integrasi dalam arah x dihitung dengan kaidah trapesium,

dan integrasi dalam arah y dihitung dengan kaidah Simpson 1/3. Maka

dengan

∆𝑥 = jarak antar titik dalam arah x,

∆𝑦= jarak antar titik dalam arah y,

n = jumlah titik diskrit dalam arah x,

m = jumlah titik diskrit dalam arah y.

Diberikan tabel f(x,y) sebagai berikut:

Metode Numerik Page 226


Penyelesaian:

Misalkan

- dalam arah x kita gunakan kaidah trapesium

- dalam arah y kita gunakan kaidah Simpson 1/3

Dalam arah x (y tetap):

Metode Numerik Page 227


Dalam arah y :

Jadi,

6.8 Kuadratus Gauss

Di dalam metode trapesium dan Simpson, fungsi yang diintegralkan

secara numerik terdiri dari dua bentuk yaitu tabel data atau fungsi.

Pada metode kuadratur, yang akan dibahas adalah metode Gauss

Kuadratur, data yang diberikan berupa fungsi.

Pada aturan trapesium dan Simpson, integral didasarkan pada nilai-

nilai di ujung-ujung pias. Seperti pada Gambar 7.9a, metode trapesium

didasarkan pada luasan di bawah garis lurus yang menghubungkan

nilai-nilai dari fungsi pada ujung-ujung interval integrasi.

Rumus yang digunakan untuk menghitung luasan adalah:

f (a)  f (b)
I  (b  a)
2

dengan a dan b adalah batas integrasi dan (b – a) adalah lebar dari

interval integrasi. Karena metode trapesium harus melalui titik-titik

Metode Numerik Page 228


ujung, maka seperti terlihat pada Gambar 7.9a. rumus trapesium

memberikan kesalahan cukup besar.

Gambar 7.9. Bentuk grafik metode trapesium dan Gauss kuadratur

Di dalam metode Gauss kuadratur dihitung luasan di bawah garis lurus

yang menghubungkan dua titik sembarang pada kurve. Dengan

menetapkan posisi dari kedua titik tersebut secara bebas, maka akan

bisa ditentukan garis lurus yang dapat menyeimbangkan antara

kesalahan positif dan negatif, seperti pada Gambar 7.9b.

Dalam metode trapesium, persamaan integral seperti diberikan oleh

persamaan (7.24) dapat ditulis dalam bentuk:

I  c1 f (a)  c2 f (b)

dengan c adalah konstanta. Dari persamaan tersebut akan dicari

koefisien c1 dan c2.

Seperti halnya dengan metode trapesium, dalam metode Gauss

Kuadratur juga akan dicari koefisien-koefisien dari persamaan yang

berbentuk:

I  c1 f ( x1 )  c2 f ( x2 )

Metode Numerik Page 229


Dalam hal ini variabel x1 dan x2 adalah tidak tetap, dan akan dicari

seperti pada Gambar 7.10. Persamaan (7.26) mengandung 4 bilangan

tak diketahui, yaitu c1, c2, x1, dan x2, sehingga diperlukan 4 persamaan

untuk menyelesaikannya.

Untuk itu persamaan (7.26) dianggap harus memenuhi integral dari

empat fungsi, yaitu dari nilai 𝑓 ( 𝑥 ) = 1, 𝑓 ( 𝑥 ) = 𝑥, 𝑓 ( 𝑥 ) =

𝑥 2 𝑑𝑎𝑛 𝑓 ( 𝑥 ) = 𝑥 3 , sehingga untuk:


1
f ( x)  x3 : c1 f ( x1 )  c2 f ( x2 )   x3 dx  0  c1 x1  c2 x2
3 3

1 (7.27)
1
2
f ( x)  x 2 : c1 f ( x1 )  c2 f ( x2 )   x 2 dx   c1 x1  c2 x2
2 2

1 3 (7.28)
1
f ( x)  x : c1 f ( x1 )  c2 f ( x2 )   x dx  0  c1 x1  c2 x2
1 (7.29)

1
f ( x)  1 : c1 f ( x1 )  c2 f ( x2 )   1dx  2  c1  c2
1 (7.30)

Sehingga didapat sistem persamaan:

c1 x1  c2 x2  0 ;
3 3
c1 x1  c2 x2  0 c1  c2  2.
c1 x1  c2 x2  ;
2 2 2
3

Penyelesaian dari sistem persamaan diatas adalah:

1 1
𝑐1 = 𝑐2 = 1; 𝑥1 =  = – 0,577350269; 𝑥2 = =
3 3
0,577350269.

Substitusi dari hasil tersebut ke dalam persamaan (7.26) menghasilkan:

Metode Numerik Page 230


1 1
I  f ( ) f ( )
3 3 (7.31)

Gambar 7.10. Integrasi Gauss kuadratur

Batas-batas integral dalam persamaan (7.27) hingga persamaan (7.30)

adalah –1 sampai 1, sehingga lebih memudahkan hitungan dan

membuat rumus yang didapat bisa digunakan secara umum. Dengan

melakukan transformasi batas-batas integrasi yang lain dapat diubah

ke dalam bentuk tersebut. Untuk itu dianggap terdapat hubungan

antara variabel baru xd dan variabel asli x secara linier dalam bentuk:

𝑥 = 𝑎0 + 𝑎1 𝑥𝑑

Bila batas bawah adalah 𝑥 = 𝑎, untuk variabel baru batas tersebut

adalah xd = –1. Kedua nilai tersebut disubstitusikan ke dalam

persamaan (7.32), sehingga diperoleh:

𝑎 = 𝑎0 + 𝑎1 (– 1)

dan batas baru 𝑥𝑑 = 1, memberikan:

𝑏 = 𝑎0 + 𝑎1 (– 1)

Persamaan (7.33) dan (7.34) dapat diselesaikan secara simultan dan

hasilnya adalah:

ba
a0 
2

dan

Metode Numerik Page 231


ba
a1 
2

Substitusikan persamaan (7.35) dan (7.36) ke persamaan (7.32)

menghasilkan:

(b  a)  (b  a) xd
x
2

Diferensial dari persamaan tersebut menghasilkan:

ba
dx  dxd
2

Persamaan (7.37) dan persamaan (7.38) dapat disubstitusikan ke dalam

persamaan yang diintegralkan.

Bentuk rumus Gauss Kuadratur untuk dua titik dapat dikembangkan

untuk lebih banyak titik, yang secara umum mempunyai bentuk:

𝐼 = 𝑐1 𝑓 (𝑥1 ) + 𝑐2 𝑓 (𝑥2 ) + … + 𝑐𝑛 𝑓 (𝑥𝑛 )

Nilai c dan x untuk rumus sampai dengan enam titik diberikan dalam

Tabel 7.1.

Tabel 7.1. Nilai c dan x pada rumus Gauss kuadratur

Jumlah titik Koefisien c Variabel x


c1 = 1,000000000 x1 =  0,577350269
2
c2 = 1,000000000 x2 = 0,577350269
c1 = 0,555555556 x1 =  0,774596669
3 c2 = 0,888888889 x2 = 0,000000000
c3 = 0,555555556 x3 = 0,774596669
c1 = 0,347854845 x1 =  0,861136312
4
c2 = 0,652145155 x2 =  0,339981044

Metode Numerik Page 232


c3 = 0,652145155 x3 = 0,339981044
c4 = 0,347854845 x4 = 0,861136312
c1 = 0,236926885 x1 =  0,906179846
c2 = 0,478628670 x2 =  0,538469310
5 c3 = 0,568888889 x3 = 0,000000000
c4 = 0,478628670 x4 = 0,538469310
c5 = 0,236926885 x5 = 0,906179846
c1 = 0,171324492 x1 =  0,932469514
c2 = 0,360761573 x2 =  0,661209386
c3 = 0,467913935 x3 =  0,238619186
6
c4 = 0,467913935 x4 = 0,238619186
c5 = 0,360761573 x5 = 0,661209386
c6 = 0,171324492 x6 = 0,932469514

Contoh soal:

4
Hitung integral I   e x dx, dengan menggunakan metode Gauss
0

kuadratur.

Penyelesaian:

Dengan menggunakan persamaan (7.37) untuk a = 0 dan b = 4

didapat:

(b  a)  (b  a) xd
x
2
(4  0)  (( 4  0) xd )
x  2  2 xd
2

Turunan dari persamaan tersebut adalah:

𝑑𝑥 = 2 𝑑𝑥𝑑

Kedua bentuk diatas disubstitusikan ke dalam persamaan asli, sehingga

Metode Numerik Page 233


didapat:
4 1
( 2 2xd )
 e dx   e
x
2 dxd
0 1

Ruas kanan dari persamaan diatas dapat digunakan untuk menghitung

luasan dengan metode Gauss Kuadratur, dengan memasukkan nilai

𝑥𝑑 = 𝑥2 = – 0,577350269 dan nilai 𝑥𝑑 = 𝑥2 = 0,577350269.

Untuk x1 = –0,577350269  2 e 2  ( 2  ( 0,577350269))   4,6573501.

Untuk x2 = 0, 577350269  2 e 2  ( 2  0,577350269)   46,8920297.

Luas total seperti diberikan oleh persamaan (7.30):

𝐼 = 4,6573501 + 46,8920297 = 51,549380.

Kesalahan:

53,598150  51,549380
t   100 %  3,82 % .
53,598150

Contoh soal:

Hitung integral 4
dengan menggunakan metode Gauss
I   e x dx,
0

Kuadratur 3 titik.

Penyelesaian:

Untuk 3 titik persamaan (7.26) menjadi:

I  c1 f ( x1 )  c2 f ( x2 )  c3 f ( x3 )

Seperti terlihat dalam Tabel 7.1, untuk 3 titik, koefisien c dan x adalah:

𝑐1 = 0,555555556 . 𝑥1 = 0,774596669.
𝑐2 = 0,888888889. 𝑥2 = 0,000000000.
𝑐3 = 0,555555556. 𝑥3 = 0,774596669.

Metode Numerik Page 234


Dari contoh soal sebelumnya didapat persamaan yang telah dikonversi

adalah:
4 1
( 2 2xd )
 e dx   e
x
2 dxd
0 1

Untuk x1 = –0,774596669  2 e( 2  2 x1 )  3,13915546.

Untuk x2 = 0,000000000  2 e( 2  2 x 2 )  14,7781122.

Untuk x3 = 0,774596669  2 e( 2  2 x 3 )  69,5704925.

Persamaan (c1) menjadi:

𝐼 = (0,555555556  3,13915546) + (0,888888889  14,7781122)


+ (0,555555556  69,5704925) = 53,5303486.

Kesalahan:

53,598150  53,5303486
t  100 %  0,13 %.
53,598150

Metode Numerik Page 235


BAB VII

TURUNAN NUMERIK

7.1 Persoalan Turunan Numerik

Persoalan turunan numerik adalah menentukan nilai hampiran

nilai turunan fungsi 𝑓. Meskipun metode numerik untuk menghitung

turunan fungsi tersedia, tetapi perhitungan turunan sedapat mungkin

dihindari. Alasannya, nilai turunan numerik umumnya kurang teliti

dibandingkan dengan nilai fungsinya. Dalam kenyataannya, turunan

adalah limit dari hasil bagi selisih: yaitu pengurangan dua buah nilai

yang besar (𝑓𝑥 + 𝑤) − 𝑓𝑥) ) dan membaginya dengan bilangan yang

kecil (h). Pembagian ini dapat menghasilkan turunan dengan galat

yang besar.

7.2 Tiga Pendekatan dalam Menghitung Turunan Numerik

Misal diberikan nilai – nilai 𝑥 di 𝑥0 − ℎ, serta nilai fungsi untuk

nilai – nilai 𝑥 tersebut. Titik-titik yang diperoleh adalah

(𝑥−1 , 𝑓−1 ), (𝑥0 , 𝑓0 ), (𝑥1 , 𝑓1 ), yang dalam hal ini 𝑥−1 = 𝑥0 − ℎ dan 𝑥1 = 𝑥0 +

ℎ.

Metode Numerik Page 236


1. Hampiran Selisih Maju (Forward Difference

Approximation)

𝑓(𝑥0 + ℎ) − 𝑓(𝑥0 ) 𝑓1 − 𝑓0
𝑓 ′ 𝑥0 = =
ℎ ℎ

2. Hampiran selisih-mundur (Backward Difference

Approximation)

𝑓(𝑥0 ) − 𝑓(𝑥0 − ℎ) 𝑓0 − 𝑓1
𝑓 ′ 𝑥0 = =
ℎ ℎ

3. Hampiran selisih-pusat (Central Difference

Approximation)

𝑓(𝑥0 + ℎ) − 𝑓(𝑥0 − ℎ) 𝑓1 − 𝑓−1


𝑓 ′ 𝑥0 = =
2ℎ 2ℎ

Metode Numerik Page 237


7.3 Penurunan Rumus Turunan dengan Deret Taylor

Misalkan diberi titik-titik (𝑥𝑖 , 𝑓𝑖 ), 𝑖 = 0, 1, 2, … , 𝑛

𝑥𝑖 = 𝑥0 + 𝑖ℎ dan 𝑓𝑖 = 𝑓(𝑥𝑖 )

a. Hampiran selisih – maju

(𝑥𝑖+1 − 𝑥𝑖 ) ′ (𝑥𝑖+1 − 𝑥𝑖 )2 ′′
𝑓(𝑥𝑖+1 ) = 𝑓(𝑥𝑖 ) + 𝑓 (𝑥𝑖 ) + 𝑓 (𝑥𝑖 ) + ⋯
1! 2!
ℎ2 ′′
𝑓𝑖+1 = 𝑓𝑖 + ℎ𝑓𝑖 ′ + 𝑓 +⋯
2 𝑖
ℎ2 ′′
ℎ𝑓𝑖 ′ = 𝑓𝑖+1 − 𝑓𝑖 − 𝑓 +⋯
2 𝑖
𝑓𝑖+1 − 𝑓𝑖 ℎ ′′
𝑓𝑖 ′ = − 𝑓𝑖
ℎ 2
′ 𝑓𝑖+1 − 𝑓𝑖
𝑓𝑖 = + 𝑂(ℎ)

Yang dalam hal ini, 𝑂(ℎ) = 𝑓𝑖 ′′ (𝑡), 𝑥𝑖 < 𝑡 < 𝑥𝑖+1

2

Untuk nilai-nilai 𝑓 di 𝑥0 𝑑𝑎𝑛 𝑥1 persamaan rumusnya menjadi

𝑓1 − 𝑓0
𝑓0 ′ = + 𝑂(ℎ)

Metode Numerik Page 238


b. Hampiran selisih mundur

(𝑥𝑖+1 − 𝑥𝑖 ) ′ (𝑥𝑖+1 − 𝑥𝑖 )2 ,,
𝑓(𝑥𝑖−1 ) = 𝑓(𝑥𝑖 ) + 𝑓 (𝑥𝑖 ) + 𝑓 (𝑥𝑖 ) + ⋯
1! 2!
ℎ2 ,,
𝑓𝑖−1 = 𝑓𝑖 − ℎ𝑓𝑖 , + 𝑓 +⋯
2 𝑖
ℎ2 ,,
ℎ𝑓𝑖 ′ = 𝑓𝑖 − 𝑓𝑖−1 + 𝑓 +⋯
2 𝑖
𝑓𝑖 − 𝑓𝑖−1 ℎ ,,
𝑓𝑖 ′ = − 𝑓𝑖 + ⋯
ℎ 2
′ 𝑓𝑖 − 𝑓𝑖−1
𝑓𝑖 = + 𝑂(ℎ)

Yang dalam hal ini, 𝑂(ℎ) = − 𝑓𝑖 ′′ (𝑡), 𝑥𝑖−1 < 𝑡 < 𝑥𝑖+1

2

Untuk nilai-nilai 𝑓 di 𝑥0 𝑑𝑎𝑛 𝑥1 persamaan rumusnya menjadi

𝑓0 − 𝑓−1
𝑓0 ′ = + 𝑂(ℎ)

c. Hampiran selisih pusat

Kurangkan persamaan hampiran selisih maju dengan mundur

ℎ3 ,,,
𝑓𝑖+1− 𝑓𝑖−1 = 2ℎ𝑓𝑖 ′ + 𝑓 +⋯
3 𝑖
ℎ3 ,,,
2ℎ𝑓𝑖 ′ = 𝑓𝑖+1− 𝑓𝑖−1 − 𝑓
3 𝑖
𝑓𝑖+1− 𝑓𝑖−1 ℎ2 ,,,,
𝑓𝑖 , = − 𝑓𝑖 + ⋯
2ℎ 6
𝑓 𝑓
𝑖+1− 𝑖−1
𝑓𝑖 , = + 𝑂(ℎ2 )
2ℎ
ℎ2
Yang dalam hal ini, 𝑂(ℎ2 ) = − 𝑓𝑖 ,,,, (𝑡), 𝑥𝑖−1 < 𝑡 < 𝑥𝑖+1
6

Untuk nilai-nilai 𝑓di 𝑥−1 𝑑𝑎𝑛 𝑥1 persamaan rumusnya menjadi :

𝑓𝑖+1− 𝑓𝑖−1
𝑓0 , = + 𝑂(ℎ2 )
2ℎ

Rumus untuk Turunan Kedua, 𝑓 ,, (𝑥) dengan bantuan Deret Taylor

Metode Numerik Page 239


a) Hampiran selisih-pusat

Jumlahkan persamaan hampiran selisih maju dengan mundur

ℎ4 (4)
𝑓𝑖+1 + 𝑓𝑖−1 = 2𝑓𝑖 + ℎ2 𝑓𝑖 ,, + 𝑓 +⋯
12 𝑖
ℎ4 (4)
𝑓𝑖+1 − 2𝑓𝑖 + 𝑓𝑖−1 = ℎ2 𝑓𝑖 ,, + 𝑓 +⋯
12 𝑖
𝑓𝑖+1 − 2𝑓𝑖 + 𝑓𝑖−1 ℎ2 (4)
𝑓𝑖 ,, = − 𝑓𝑖
ℎ2 12
jadi,

𝑓𝑖+1 − 2𝑓𝑖 + 𝑓𝑖−1


𝑓𝑖 ,, = + 𝑂(ℎ2 )
ℎ2
ℎ2
yang dalam hal ini, 𝑂(ℎ2 ) = −
(4)
𝑓 (𝑡), 𝑥𝑖−1 < 𝑡 < 𝑥𝑖+1
12 𝑖

Untuk nilai-nilai 𝑓 di 𝑥−1 , 𝑥0 𝑑𝑎𝑛 𝑥1 persamaan rumusnya menjadi :

𝑓1 − 2𝑓0 + 𝑓𝑖
𝑓0 ,, = + 𝑂(ℎ2 )
ℎ2

b) Hampiran selisih-mundur

Dengan cara yang sama seperti hampiran selisih-pusat di atas,

diperoleh:

𝑓𝑖−2 − 2𝑓𝑖−1 + 𝑓𝑖
𝑓𝑖 ,, = + 𝑂(ℎ)
ℎ2
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 ℎal ini, 𝑂(ℎ) = ℎ𝑓 ,, (𝑡), 𝑥𝑖−2 < 𝑡 < 𝑥𝑖

Untuk nilai-nilai 𝑓 di 𝑥−2 , 𝑥−1 𝑑𝑎𝑛 𝑥0 persamaan rumusnya menjadi

𝑓−2 − 2𝑓−1 + 𝑓0
𝑓0 ,, = + 𝑂(ℎ)
ℎ2

c) Hampiran selisih-maju

Metode Numerik Page 240


Dengan cara yang sama seperti hampiran selisih-pusat di atas,

diperoleh:

𝑓𝑖+2 − 2𝑓𝑖+1 + 𝑓𝑖
𝑓𝑖 ,, = + 𝑂(ℎ)
ℎ2
𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 ℎal ini, 𝑂(ℎ) = −ℎ𝑓 ′′ (𝑡), 𝑥𝑖 < 𝑡 < 𝑥𝑖+2

Untuk nilai-nilai 𝑓 di 𝑥0 , 𝑥1 𝑑𝑎𝑛 𝑥2 persamaan rumusnya menjadi :

𝑓2 − 2𝑓1 + 𝑓0
𝑓0 ′′ = + 𝑂(ℎ)
ℎ2

7.4 Penurunan Rumus Turunan Numerik dengan Polinom Interpolasi

Misalkan diberikan titk-titik data berjarak sama,

𝑥𝑖 = 𝑥0 + 𝑖ℎ, 𝑖 = 0,1,2, … , 𝑛,
𝑑𝑎𝑛
𝑥 = 𝑥0 + 𝑠ℎ, 𝑠 ∈ 𝑅

Adalah titik yang akan dicari nilai interpolasinya. Polinom Newton-

Gregory yang menginterpolasi seluruh titik data tersebut adalah:

𝑠∆𝑓0 ∆2 𝑓0 ∆3 𝑓0
𝑓(𝑥) ≈ 𝑝𝑛 (𝑥) = 𝑓0 + + 𝑠(𝑠 − 1) + 𝑠(𝑠 − 1)(𝑠 − 2)
1! 2! 3!
∆𝑛 𝑓0
+ 𝑠(𝑠 − 1)(𝑠 − 2) … (𝑠 − 𝑛 + 1)
𝑛!

= 𝐹(𝑠)
(𝑥−𝑥0 )
Yang dalam hal ini, 𝑠 =

Turunan pertama dari 𝑓(𝑥) adalah :

𝑑𝑓 𝑑𝐹 𝑑𝑠
𝑓 ′ (𝑥) = =
𝑑𝑥 𝑑𝑠 𝑑𝑥
1 𝑠2 1 1
= (0 + ∆𝑓0 + (𝑠 − ) ∆2 𝑓0 + ( − 𝑠 + ) ∆3𝑓0 + ⋯ )
2 2 3 ℎ

Metode Numerik Page 241


1 1
= (∆𝑓0 + (𝑠 − ) ∆2 𝑓0 + 𝑔𝑎𝑙𝑎𝑡)
ℎ 2

Berdasarkan persamaan diatas, diperoleh rumus turunan numerik

dengan ketiga pendekatan (maju, mundur, pusat) sebagai berikut :

(a) Hampiran selisih-maju

 Bila digunakan titik-titik 𝑥0 𝑑𝑎𝑛 𝑥1 :

1 𝑓1 − 𝑓0
𝑓 ′ (𝑥0 ) = (∆𝑓0 ) =
ℎ ℎ
 Bila digunakan titik-titik 𝑥0 , 𝑥1 , 𝑑𝑎𝑛 𝑥2 :

1 1
𝑓 ′ (𝑥0 ) = (∆𝑓0 + (𝑠 − ) ∆2 𝑓0 )
ℎ 2
(𝑥0 −𝑥0 )
Untuk titik 𝑥0 → 𝑠 = = 0, sehingga

1 1
𝑓 ′ (𝑥0 ) =
(∆𝑓0 − ∆2 𝑓0 )
ℎ 2
1 1
= (∆𝑓0 − (∆𝑓1 − ∆𝑓0 )
ℎ 2
1 3 1
= ( ∆𝑓0 − ∆𝑓1 )
ℎ 2 2
1 3 3 1 1
= ( 𝑓1 − 𝑓0 − 𝑓2 + 𝑓1 )
ℎ 2 2 2 2
′ (𝑥 )
−3𝑓0 + 4𝑓1 − 𝑓2
𝑓 0 =
2ℎ

(b) Hampiran selisih-mundur

Polinom interpolasi: Newton-Gregory mundur bila digunakan

titik-titik 𝑥0 𝑑𝑎𝑛 𝑥−1 :

1 𝑓0 − 𝑓−1
𝑓 ′ (𝑥0 ) = (∇𝑓0 ) =
ℎ ℎ

Metode Numerik Page 242


(c) Hampiran selisih-pusat

digunakan titik-titik 𝑥0 , 𝑥1 , 𝑑𝑎𝑛 𝑥2 :

1 1
𝑓 ′ (𝑥0 ) = (∆𝑓0 + (𝑠 − ) ∆2 𝑓0 )
ℎ 2
(𝑥1 −𝑥0 ) ℎ
Untuk titik 𝑥1 → 𝑠 = = = 1, sehingga
ℎ ℎ

1 1
𝑓 ′ (𝑥1 ) = (∆𝑓0 + ∆2 𝑓0 )
ℎ 2
1 1
= (∆𝑓0 + (∆𝑓1 − ∆𝑓0 )
ℎ 2
1 1 1
= ( ∆𝑓0 + ∆𝑓1 )
ℎ 2 2
1
= (𝑓 − 𝑓0 + 𝑓2 − 𝑓1 )
2ℎ 1
𝑓2 − 𝑓0
𝑓 ′ (𝑥1 ) =
2ℎ
Untuk titik 𝑥−1 , 𝑥0 , 𝑑𝑎𝑛 𝑥1 :

𝑓1 − 𝑓−1
𝑓 ′ (𝑥0 ) =
2ℎ
Rumus untuk Turunan Kedua, 𝑓 ′′ (𝑥) dengan Polinom Interpolasi

Turunan kedua 𝑓 adalah

𝑑2 𝑓 𝑑 𝑑𝑓 𝑑𝑠
= ( )
𝑑𝑥 2 𝑑𝑠 𝑑𝑥 𝑑𝑥
1 1
= (0 + ∆2 𝑓0 + (𝑠 − 1)∆3 𝑓0 ).
ℎ ℎ
1 2
= 2 (∆ 𝑓0 + (𝑠 − 1)∆3 𝑓0 )

Misalkan untuk hampiran selisih-pusat, titik-titik yang digunakan

𝑥0 , 𝑥1 , 𝑑𝑎𝑛 𝑥2 :

(𝑥1 −𝑥0 ) ℎ
Untuk titik 𝑥1 → 𝑠 = = = 1, sehingga
ℎ ℎ

Metode Numerik Page 243


1 2
𝑓 ,, (𝑥1 ) = (∆ 𝑓0 + (1 − 1)∆3 𝑓0 )
ℎ2
1 2
= (∆ 𝑓0 )
ℎ2
1
= 2 (∆𝑓1 − ∆𝑓0 )

1
= 2 (𝑓0 − 2𝑓1 + 𝑓2 )

Untuk titik 𝑥−1 , 𝑥0 , 𝑑𝑎𝑛 𝑥1:

𝑓−1 − 2𝑓0 + 𝑓1
𝑓 ,, (𝑥0 ) =
ℎ2

7.5 Menentukan Orde Galat

Pada penurunan rumus turunan numerik dengan deret Taylor, kita

dapat langsung memperoleh rumus galatnya. Tetapi dengan polinom

interpolasi kita harus mencari rumus galat tersebut dengan bantuan

deret Taylor.

Contohnya, kita menentukan rumus galat dan orde dari rumus turunan

numerik hampiran selisih-pusat :

𝑓1 − 𝑓−1
𝑓 ′ (𝑥0 ) = +𝐸
2ℎ

Nyatakan E (galat) sebagai ruas kiri persamaan, lalu ekspansi ruas

kanan dengan deret Taylor di sekitar 𝑥0 :

Metode Numerik Page 244


𝑓1 − 𝑓−1
𝐸 = 𝑓 ′ (𝑥0 ) −
2ℎ

1 ℎ2 ℎ3
= 𝑓0 , − [(𝑓0 + ℎ𝑓0 , + 𝑓0 ,, + 𝑓0 ,,, + ⋯ )
2ℎ 2 6
ℎ2 ,, ℎ3 ,,,
− (𝑓0 − ℎ𝑓0 , + 𝑓 − 𝑓0 + ⋯ )]
2 0 6

1 ℎ3
= 𝑓0 − (2ℎ𝑓0 , + 𝑓0 ,,, + ⋯ )
2ℎ 3

ℎ2 ,,,
= 𝑓0 − 𝑓0 − 𝑓 +⋯
6 0

ℎ2 ,,,
=− 𝑓 +⋯
6 0

ℎ2 ,,,
=− 𝑓 (𝑡), 𝑥−1 < 𝑡 < 𝑥1
6

= 𝑂(ℎ2 )

Jadi, hampiran selisih-pusat memiliki galat

ℎ2
𝐸=− 𝑓 ,,, (𝑡), 𝑥−1 < 𝑡 < 𝑥1 dengan orde 𝑂(ℎ2 ).
6

7.6 Ringkasan Rumus-rumus Turunan

Turunan pertama

𝑓1 −𝑓0
𝑓0 ′ = + 𝑂(ℎ) (selisih-maju)

𝑓0 −𝑓−1
𝑓0 ′ = + 𝑂(ℎ) (selisih-mundur)

𝑓1 −𝑓−1
𝑓0 ′ = + 𝑂(ℎ2 ) (selisih-pusat)
2ℎ

Metode Numerik Page 245


−3𝑓0 +4𝑓1 −𝑓2
𝑓0 ′ = + 𝑂(ℎ2 ) (selisih-maju)
2ℎ

−𝑓2 +8𝑓1 −8𝑓−1 +𝑓−2


𝑓0 ′ = + 𝑂(ℎ4 ) (selisih-pusat)
12ℎ
Turunan kedua

𝑓2 −2𝑓1 +𝑓0
𝑓0 ′′ = + 𝑂(ℎ) (selisih-maju)
ℎ2

𝑓−2 −2𝑓−1 +𝑓0


𝑓0 ′′ = + 𝑂(ℎ) (selisih-mundur)
ℎ2

𝑓1 −2𝑓0 +𝑓−1
𝑓0 ′′ = + 𝑂(ℎ2 ) (selisih-pusat)
ℎ2

−𝑓3 +4𝑓2 −5𝑓1 +2𝑓0


𝑓0 ′′ = + 𝑂(ℎ2 ) (selisih-maju)
2ℎ

−𝑓 +16𝑓 −30𝑓0 +16𝑓−1 +𝑓−2


𝑓0 ′′ = 2 1
+ 𝑂(ℎ4 ) (selisih-pusat)
12ℎ 2
Turunan ketiga

𝑓3 −3𝑓2 +3𝑓1 −𝑓0


𝑓0 ′′′ = + 𝑂(ℎ) (selisih-maju)
ℎ3

𝑓2 −2𝑓1 +2𝑓−1 −𝑓−2


𝑓0 ′′′ = + 𝑂(ℎ2 ) (selisih-pusat)
2ℎ 3

Turunan keempat

𝑓4 −4𝑓3 +6𝑓2 −4𝑓1 +𝑓0


𝑓0 (4) = + 𝑂(ℎ) (selisih-maju)
ℎ4

𝑓2 −4𝑓1 +6𝑓0 −4𝑓−1 +𝑓−2


𝑓0 (4) = + 𝑂(ℎ2 ) (selisih-pusat)
ℎ4

Metode Numerik Page 246


7.7 Contoh Perhitungan Turunan

𝒙 𝒇(𝒙)
1.3 3.669
1.5 4.482
1.7 5.474
1.9 6.686
2.1 8.166
2.3 9.974
2.5 12.182

a) Hitunglah 𝑓 1 (1.7) dengan rumus hampiran selisih-pusat orde

O(ℎ2 ) 𝑑𝑎𝑛 𝑂 (ℎ4 )

b) Hitunglah 𝑓 1 (1. 4) dengan rumus hampiran selisih-pusat orde

𝑂(ℎ2 )

c) Rumus apa yang digunakan untuk menghitung 𝑓 1 (1.3)𝑑𝑎𝑛 𝑓 1 (2.5)

Penyelesaian :

a) Orde 𝑂(ℎ2 ) ∶

𝑓 − 𝑓−1
𝑓01 = 1
2ℎ

Metode Numerik Page 247


Ambil titik-titik 𝑥−1 =1.5 𝑑𝑎𝑛 𝑥1 = 1.9 yang dalam hal ini 𝑥0 = 1.7

terletak ditengah keduanya dengan h=0.2

6.686−4.482
𝑓 1 (1.7) = = 5.510 (empat angka bena)
2(0.2)

Orde 𝑂(ℎ4 ) :
−𝑓2 +8𝑓1 −8𝑓−1 +𝑓2
𝑓𝑜1 =
12ℎ

Ambil titik-titik 𝑥−2 = 1.3 𝑑𝑎𝑛 𝑥−1 =1.5,𝑥1 = 1.9 𝑑𝑎𝑛 𝑥2 = 2.1 yang

dalam hal ini 𝑥0 = 1.7 terletak dipertengahannya.

−8.166 + 8(6.686) − 8(4.482) + 3.669


𝑓 1 (1.7) =
12(0.2)

= 5.473 (empat angka bena)

b) Orde 𝑂(ℎ2 )

Ambil titik-titik 𝑥−1 =1.3 𝑑𝑎𝑛 𝑥1 = 1.5 yang dalam hal ini 𝑥0 = 1.4

terletak ditengah keduanya dengan h=0.1

4.482−3.669
𝑓 1 (1.4) = = 4.065 (empat angka bena )
2(0.1)

c) Untuk menhitung 𝑓 1 (1.3)digunakan rumus hampiran selesih-maju,

sebab 𝑥 = 1.3 i hanya mempunyai titik-titik sesudahnya(maju),

tetapi tidak memiliki titik-titik sebelumnya.sebaliknya untuk nilai

𝑓 1 (2.5)digunakan rumus hampiran selisih-mundur sebab 𝑥 =

2.5 hanya mempunyai titik-titik sebelumnya (mundur)

Hampiran selisih-maju :

Metode Numerik Page 248


𝑓1 − 𝑓0
𝑓01 = + 𝑂(ℎ)

4.482 − 3.669
𝑓 1 (1.3) = = 4.065
0.2

hampiran selisih-mundur :

𝑓0−𝑓1
𝑓01 = + 𝑂(ℎ)

12.182−9.974
𝑓 1 (2.5) = = 11.04
0.2

7.8 Ekstrapolasi Richardson

Ekstrapolasi Richardson juga dapat diterapkan pada turunan numerik

untuk memperoleh solusi yang lebih teliti. Misalkan 𝐷(ℎ) dan 𝐷(2ℎ)

adalah hampiran 𝑓 ′ (𝑥0 ) dengan mengambil titik-titik masing-masing

sejarak ℎ dan 2ℎ. Misalkan untuk menghitung 𝑓 ′ (𝑥0 ) digunakan

rumus hampiran beda-pusat orde 𝑂(ℎ2 ) ∶

1
𝐷(ℎ) = (𝑓 − 𝑓−1 ) + 𝑂(ℎ2 )
2ℎ 1
= 𝑓0 ′ + 𝐶ℎ2 + ⋯

Metode Numerik Page 249


1
𝐷(2ℎ) = (𝑓 − 𝑓−2 ) + 𝑂(2ℎ)2
2(2ℎ) 2
= 𝑓0 ′ + 𝐶(2ℎ)2 + ⋯
= 𝑓0 ′ + 4𝐶ℎ2 + ⋯

 Kurangi persamaaan 𝐷(ℎ) − 𝐷(2ℎ)

𝐷(ℎ) − 𝐷(2ℎ) = −3𝐶ℎ2


𝐷(ℎ) − 𝐷(2ℎ)
𝐶=
−3ℎ2
𝑠𝑢𝑏𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐶 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝐷(ℎ)

Ekstrapolasi Richardson dapat diperluas penggunaannya untuk

mendapatkan nilai turunan fungsi yang lebih baik (improve).

Berdasarkan persamaan diatas dapat ditulis aturan:

Metode Numerik Page 250


Yang dalam hal ini 𝑛 adalah orde galat rumus yang dipakai. Misalnya

digunakan rumus hampiran selisih-pusat orde 𝑂(ℎ2 ) dalam

menghitung 𝐷(ℎ) 𝑑𝑎𝑛 𝐷(2ℎ), maka 𝑛 = 2, sehingga rumus

ekstrapolasi Richardsonnya adalah seperti persamaan

Catatan juga bahwa setiap perluasan ekstrapolasi Richardson akan

menaikkan orde galat dari 𝑂(ℎ𝑛 ) menjadi 𝑂(ℎ𝑛+2 ).

Contoh Soal :

Diberikan data dalam bentuk tabel sebagai berikut :

X F(x)

2.0 0.42298

2.1 0.40051

2.2 0.37507

2.3 0.34718

2.4 0.31729

2.5 0.28587

2.6 0.25337

2.7 0.22008

Metode Numerik Page 251


2.8 0.18649

2.9 0.15290

3.0 0.11963

Tentukan 𝑓 1 (2.5) dengan ekstrapolasi Richrdson bila D(h) dan D(2h)

dihitung dengan rumus hampiran selisih-pusat orde

𝑂(ℎ2 )𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎𝑖 5 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑎.

Penyelesaian :

𝐷(ℎ) selang titik yang dipakai:[2.4 ,2.6] dan h = 0.1

𝑥−1= 2.4, 𝑥0= 2.5, 𝑥1= 2.6

𝑓1 − 𝑓−1 (0.25337−0.31729)
D(h) = = = −0.31960
2ℎ 2(0.1)

D(2h) selang titik yang dipakai:[2.3 ,2.7] dan h = 0.2

𝑥−2= 2.3, 𝑥0= 2.5, 𝑥1= 2.7

𝑓2 − 𝑓−2 (0.22008−0.34718)
D(2h) = = = −0.31775
2ℎ 2(0.2)

D(4h) selang titik yang dipakai:[2.1 ,2.9] dan h = 0.4

𝑥−4= 2.1, 𝑥0= 2.5, 𝑥4= 2.9

𝑓4 − 𝑓−4 (0.40051−0.15290)
D(4h) = = = −0.30951
2ℎ 2(0.4)

Metode Numerik Page 252


𝐷(ℎ) = −0.31960 dan 𝐷(2ℎ) = −0.31775 keduanya dihitung dengan

rumus orde 0(ℎ2 ), sehingga n=2, sehingga

𝑓 1 (2.5) = 𝑓0 = 𝐷(ℎ) + 1/(22 − 1) [ 𝐷(ℎ) − 𝐷(2ℎ)]

= − 0.31960 + 1/3 (−0.31960 + 0.31775)

= −0.32022 mempunyai galat orde 0(ℎ4 )

𝐷(2ℎ) = −0.31775 dan 𝐷(4ℎ) = −0.30951 keduanya dihitung

dengan rumus orde 0(ℎ2 ), sehingga n=2, sehingga

𝑓 1 (2.5) = 𝑓0 = 𝐷(2ℎ) + 1/(22 − 1) [ 𝐷(2ℎ) − 𝐷(4ℎ)]

= − 0.31775 + 1/3 (−0.31775 + 0.30951)

= −0.32050 mempunyai galat orde 0(ℎ4 )

D(2h) = -0.32022 dan D(4h) = -0.32050 keduanya dihitung dengan

rumus orde 0(ℎ4 ), sehingga n=4, sehingga

𝑓 1 (2.5) = 𝑓0 = 𝐷(2ℎ) + 1/(24 − 1) [ 𝐷(2ℎ) − 𝐷(4ℎ)]

= − 0.32022 + 1/15 (−0.32022 + 0.32050)

= −0.32020 mempunyai galat orde 0(ℎ6 )

Tabel Richardson :

h 0(ℎ2 ) 0(ℎ4 ) 0(ℎ6 )

Metode Numerik Page 253


0.1 -0.31960

0.2 -0.31775 -0.32022

0.4 -0.30951 -0.32050 -0.32020

Jadi, 𝑓 1 (2.5) = -0.32020.

Metode Numerik Page 254


Daftar Pustaka

Munir, Rinaldi,2010. Metode Numerik. Bandung : Informatika.

http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=13&c

ad=rja&ved=0CDcQFjACOAo&url=http%3A%2F%2Faning.staff.gunadarma.

ac.id%2FDownloads%2Ffiles%2F27626%2Fnumerik.doc&ei=g2RbUpTmJMb

DrAfTwIH4Cw&usg=AFQjCNH_LP320anr6OvOfvuPLcsubLg4jQ&sig2=gwfo

NnSP3tfFdVZOOgIAnQ&bvm=bv.53899372,d.bmk

http://sainsmat.uksw.edu/2008/wp-

content/uploads/2010/03/mastermetnum.pdf

http://ilkom.starcomptechnology.com/wp-content/uploads/2013/02/Bahan-

Ajar-Metode-Numerik.pdf

http://millatulkhaniifah28.blogspot.com/2012/11/metode-secant-part-2.html

http://studentresearch.umm.ac.id/index.php/dept_of_mathematics/article/vi

ew/6070

http://id.wikipedia.org/wiki/Aljabar_linear

Metode Numerik Page 255

Anda mungkin juga menyukai