(BAHAN AJAR)
Oleh:
Email: dr.ahmad.yani@Gmail.com
Pertemuan ke-1:
BAB I ORDE DAN DEGREE ....................................................... 1
A. Tujuan Pembelajaran ...................................................... 1
B. Persamaan Diferensial .................................................... 1
C. Soal Pembahasan dan Latihan ........................................ 4
Pertemuan ke-2:
BAB II PEMBENTUKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL 8
A. Tujuan Pembelajaran ...................................................... 8
B. Pembentukan Model: Persamaan terpisah ...................... 8
C. Persamaan Diferensial Variabel-Variabel Terpisah ....... 9
D. Soal Pembahasan dan Latihan ........................................ 13
Pertemuan ke-3 dan 4:
BAB III REDUKSI MENJADI BENTUK PERSAMAAN TERPISAH
DAN PERSAMAAN DIFERENSIAL EKSAK...................... 16
A. Tujuan Pembelajaran ........................................................ 16
B. Reduksi Menjadi Bentuk Persamaan Terpisah ................ 16
C. Persamaan Diferensial Eksak........................................... 18
D. Soal Pembahasan dan Latihan ......................................... 24
Pertemuan ke-5:
BAB IV FAKTOR-FAKTOR INTEGRASI ....................................... 33
A. Tujuan Pembelajaran ...................................................... 33
B. Pengertian Diferensial Eksak ......................................... 33
C. Jenis-Jenis Faktor integrasi ............................................ 33
D. Langkah-Langkah Mendapatkan Penyelesaian Umum 33
E. Soal Pembehasan dan Latihan ........................................ 36
Pertemuan ke-6:
BAB V PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER ............................ 40
A. Tujuan Pembelajaran ...................................................... 40
B. Bentuk Standar dan Bentuk Diferensial ......................... 40
C. Pengertian dan Bentuk Umum PDL ............................... 40
D. Ciri Khas PDL................................................................. 41
E. Menentukan Rumus Untuk Mencari Penyelesaian Umum 41
F. Faktor Integrasi ................................................................. 41
G. Soal Pembahasan dan Latihan ........................................ 43
Pertemuan ke-7 :
KUIS DAN PEMBAHASAN SOAL-SOAL
Pertemuan ke-8 : UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
Pertemuan ke-9:
BAB VI PERSAMAAN DIFERENSIAL HOMOGEN ...................... 47
A. Tujuan Pembelajaran ....................................................... 47
B. Persamaan Diferensial Homogen .................................... 47
C. Soal Pembahasan dan Latihan ......................................... 52
1 Mhs
Pertemuan ke-10 dan 11:
BAB VII PDL ORDE 2 PD HOMOGEN DENGAN KOEF. KONSTAN 54
A. Tujuan Pembelajaran ................................................... 54
B. Persamaan Diferensial Linier Orde kedua ................... 54
C. Konsep Penyelesaian Superposisi ................................ 54
D. Menentukan Solusi PDL dan Tak Linier...................... 58
E. Persamaan Homogen Dengan Koefisien Konstan ....... 58
F. Solusi Persamaan Homogen ........................................ 60
G. Soal Pembahasan Dan Latihan .................................... 62
Pertemuan ke-12:
BAB VIII PENYELESAIAN UMUM BASIS DAN MNA ................ 65
A. Tujuan Pembelajaran ................................................... 65
B. Penyelesaian Umum, Basis, MNA .............................. 65
C. Akar Riil, Akar Kompleks, Akar Rangkap dari PK..... 72
D. Fungsi Eksponesial Kompleks ..................................... 75
E. Soal Pembahasan dan Latihan ..................................... 80
Pertemuan ke-13:
BAB IX OPERATOR DIFERENSIAL PERSAMAAN EULER-
CAUCHY DAN EKSESTENSI PEYELESAIAN 83
A. Tujuan Pembelajaran ................................................... 83
B. Operator Diferensial .................................................... 83
C. Persamaan Euler-Cauchy ............................................. 85
D. Eksistensi penyelesaian keunikan ................................ 88
E. Soal Pembahasan dan Latihan ....................................... 93
Pertemuan ke-14:
KUIS
Pertemuan ke-15:
MEMBAHAS SOAL-SOAL
Pertemuan ke-16 UJIAN AKHIR SEMESTER
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 95
2 Mhs
BAB I
ORDE DAN DEGREE
(Pertemuan Ke-1)
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan pengertian tentang orde dan derajat dan memberikan contohnya
2. Menyelesaikan persamaan differensial dengan orde dan derajat diketahui.
B. Persamaan Diferensial
Definisi 1 :
Persamaan diferensial adalah persamaan yang memuat turunan satu (atau beberapa)
fungsi yang tak diketahui. Suatu persamaan diferensial biasa orde n adalah satu
persamaan yang dapat ditulis dalam bentuk ( ) atau
yang menyatakan hubungan antara peubah bebas x, peubah tak
bebas y(x) dan turunannya yaitu . Suatu persamaan diferensial disebut
mempunyai orde (tingkat) n jika turunan yang tertinggi adalah turunan ke n. Suatu
persamaan diferensial mempunyai degree (derajat) k jika turunan tertinggi dalam
persamaan itu berderajat k.
Contoh :
𝑑
1. + =3 (Orde satu, derajat satu)
𝑑
𝑑
2. +5 =6 (Orde satu, derajat satu)
𝑑
2
𝑑3 𝑑2 𝑑
3. 3
+4 2
+ = sin (Orde tiga, derajat dua)
𝑑 𝑑 𝑑
2 3
d3y d2y
4. − + 2xy = 6; (Orde tiga, derajat dua)
dx 3 dx 2
P.D suatu berkas garis lengkung dapat diperoleh dengan menurunkan persamaan garis
lengkung kemudian menghilangkan parameter-parameternya. Sebaliknya jika diketahui
Persamaan Diferensial suatu garis lengkung maka dapat dicari persamaan lengkung yang
disebut persamaan pokok Mencari persamaan pokok disebut menyelesaikan persamaan
diferensial. Persamaan pokok dapat dicari dengan mengintegrasikan persamaan diferensial
yang diketahui. Penyelesaian umum Persamaan Diferensial tingkat n didapat n buah
parameter.
3 Mhs
Langkah – langkah mencari persamaan diferensial
1. Hitunglah banyaknya konstanta sembarang yang ada di dalam persamaan garis
lengkung (kurva) yang akan dicari Persamaan Diferensial
2. Hilangkan semua konstanta sembarang itu dengan cara mengeliminasi semua
konstanta sembarang jika banyaknya konstanta sembarang ada n maka untuk
mengeliminasi semua konstanta sembarang yang ada dibutuhkan n + 1 persamaan.
Untuk mendapatkan n + 1 persamaan – persamaan garis lengkung (kurva) semua
diferensialkan sampai turunan ke- n .
3. Banyaknya konstanta sembarang menyebabkan orde tertinggi dari turunan dalam
persamaan diferensial yang dicari.
Contoh 1 :
1. Carilah persamaan diferensial dari himpunan garis lengkung :
a. C adalah konstanta sembarang
Jawab :
a. Karena ada satu konstanta sembarang (c) maka dibutuhkan 2 persamaan untuk
mengeliminasi C tersebut dan orde tertinggi dari turunannya adalah satu.
Persamaan 1 : turunkan terhadap x, diperoleh
Persamaan 2 : −
4 Mhs
Pers. 1 : y = A sin 3x + B cos 3x, turunkan terhadap x diperoleh
Pers. 3 : − −
− − x1 − −
Pers. 4 :
Pers. 2 :
5 Mhs
Jadi pers diferensial yang dicari adalah − 𝑑 − 𝑑
Definisi 2:
Persamaan diferensial (PD) adalah persamaan yang didalamnya melibatkan fungsi
dan turunan atau diferensialnya. Jika fungsinya berupa fungsi satu peubah
(variabel) bebas real maka turunannya merupakan turunan biasa, sehingga
persamaannya disebut persamaan diferensial biasa (ordinary differential equation).
Definisi 3:
Jika fungsinya berupa fungsi dari dua atau lebih peubah bebas real maka
fungsinya merupakan turunan parsial dan persamaannya disebut persamaan
diferensial parsial (partial differential equation).
Suatu fungsi y = f(x) dikatakan merupakan solusi suatu persamaan diferensial jika
persamaan tersebut tetap terpenuhi dengan digantikannya y dan turunannya dalam
persamaan tersebut oleh f(x) dan turunannya.
Contoh 2:
x A2 y B2 r 2 ]
Jawab:
a. Persamaan keluarga lingkaran dengan jari-jari r tetap yang berpusat pada sumbu x
adalah x c 2 y 2 r 2 , c adalah konstanta sembarang.
6 Mhs
Karena ada 1 konstanta sembarang c maka diperlukan dua persamaan untuk
mengeliminasi c dan orde tertinggi dari turunannya adalah satu.
)2 + =
)2 + =
b. Persamaan keluarga lingkaran dengan jari-jari r berubah yang berpusat pada sumbu
x yaitu:
− , c dan adalah konstanta sembarang.
Persamaan 1 : − .
Persamaan 2 : 2 − [2y ] =0
Persamaan 3 : 2 + 2 + 2y =0
x A2 y B2 r 2
Jawab:
1) Jika r tetap, konstanta 1 maka ada 2 persamaan :
Persamaan 1 : − −
Persamaan 2 : 2 ( x – A) + 2 (y – B) =0
( x – A) + (y – B) =0
(x – A) = - (y – B) ,
(- (y – B) )2 + ( y – B)2 =
7 Mhs
(y – B)2 ( )2 + ( y – B)2 =
Persamaan 2 : 2 ( x – A) + 2 (y – B) =0
Persamaan 3 : 2 + 2 + 2y =0
Persamaan 4: 2 =0
4 = 0 atau 2 +y =0
a. c. −
b. − d.
Penyelesaian : (a)
a. c.
b. − d. −
Penyelesaian : (c)
4. Persamaan diferensial dari , dengan A dan B konstanta
sembarang adalah...
a. c.
b. d. −
Penyelesaian (b)
8 Mhs
5. Persamaan diferensial dari himpunan garis lengkung y = 2A sin 2x + 2B cos 2x
adalah …
a. 2y + =0 b.
c. 4y + =0 d. 8y + =0
Penyelesaian: (b)
Penyelesaian :
Jawab:
Jawab :
9 Mhs
13. Dapatkan persamaan diferensial yang berhubungan dengan fungsi primitive yang
diberikan, di mana A dan B adalah konstanta sembarang.
a. y = A +B
b. x = A sin ( y + B)
Jawab:
10 Mhs
BAB II
PEMBENTUKAN MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL
A. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat mengenal bentuk persamaan diferensial variabel-variabel
terpisah.
2. Mahasiswa dapat mengenal metode-metode peyelesaian persamaan diferensial.
3. Mahasiswa dapat menyelesaikan persamaan diferensial dengan metode integrasi
langsung.
4. Mahasiswa dapat menyelesaikan persamaan diferensial dengan metode pemisahan
variabel.
5. Mahasiswa dapat membedakan metode integrasi langsung dan metode pemisahan
variabel.
B. Pembentukan Model : Persamaan Terpisah
Pembentukan model berarti membentuk model matematis dari sistem yang
modelnya berbentuk persamaan diferensial yang dapat dipisahkan. Dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
1. Membentuk model matematis dari persoalan tersebut.
2. Memnentuk solusi umum (penyelesaian umum)
3. Menggunakan kondisi awal (jika diketahui).
4. Menggunakan informasi yang diketahui dari persoalan tersebut.
5. Pemeriksaan kembali.
Contoh 1: (Erwin Kreyszig, 1990:14-15)
Sebuah bola tembaga dipanaskan sampai suhu 100oC. Kemudian pada saat t = 0 bola
tersebut di rendam dalam air yang bersuhu tetap 30oC. Setelah 3 menit ternyata suhu bola
menjadi 70oC. Tentukan saat ketika suhu bola menjadi 31oC.
Penyelesaian:
1. Membentuk model matematis. Bentuk matematis dari hukum pendinginan Newton
adalah = -k ( T – 30).
Dalam hal ini tunjukkan bahwa konstanta perbandingan adalah –k supaya k > 0.
2. Penyelesaian umum.
Penyelesaian umum dari persamaan (1) diperoleh dengan pemisahan peubah,
diperoleh T(t) =
11 Mhs
3. Menggunakan kondisi awal. Kondisi awal diberikan adalah T(0) = 100.
Penyelesaian khusus yang memenuhi syarat ini adalah
T(t) =
4. Menggunakan informasi selanjutnya. Konstanta k dapat ditentukan dari informasi
T(3) = 70. Maka diperoleh
f x dx g y dy c
Contoh 1:
Selesaikan persamaan diferensial berikut :
a. 𝑑 𝑑
b. − 𝑑 − − 𝑑
c.
d. ( – )
e. −
12 Mhs
Jawab :
a. 𝑑 𝑑
∫ 𝑑 ∫ 𝑑
∫ 𝑑 − ∫ 𝑑
Misal : − 𝑑 𝑑
𝑑 𝑑
∫ 𝑑 − ∫ 𝑑
∫ 𝑑 −∫ 𝑑
∫ 𝑑 − ∫ 𝑑
| |− | |
| − |− | − |
| | atau [ ]
c.
𝑑 𝑑
−
13 Mhs
𝑑 𝑑
∫ −∫
Misalkan :
Maka:
∫ −∫
𝑑 𝑑
∫ −∫
𝑑
∫𝑑 −∫
− | |
− | |
− | |
d. −
Karena koefisien
14 Mhs
Bilangan tetap −
Maka :
𝑑 𝑑 𝑑
∫ ∫ −∫
−
− − − −
Karena koefisien
Bilangan tetap − −
Maka :
𝑑 𝑑 𝑑
∫ −∫ ∫
− −
Sehingga diperoleh:
𝑑 𝑑
∫ −∫
−
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑
∫ −∫ − (− ∫ ∫ )
−
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑
∫ −∫ ∫ −∫
−
| |− | | | |− | − |
| | | |
− −
e. −
Atau
𝑑 −
𝑑
15 Mhs
−
∫ 𝑑 ∫ 𝑑 ∫
𝑑
∫ 𝑑 ∫ 𝑑 −∫
𝑑 𝑑
−∫ 𝑑 ∫ 𝑑 –∫
− − | |
− − | |
Contoh : −
∫ − 𝑑
−
2. Dengan pemisahan variabel
Bila persamaan yang diberikan berbentuk variabel y di sisi kanan
menyebabkan persamaan tersebut tidak dapat diselesaikan dengan integrasi
langsung.
∫ 𝑑 ∫ 𝑑
16 Mhs
3. Carilah penyelesaian dari persamaan diferensia
−
Penyelesaian :
−
∫ − 𝑑
−
Jadi, sousinya adalah
−
4. Tentukan penyelesaian dari :
Penyelesaian :
5. Penyelesaian umum dari persamaan berikut adalah:
Penyelesaian :
∫ 𝑑 ∫ −
Penyelesaian ;
7. Solusi dari persamaan diferensial :
Penyelesaian :
Penyelesaian :
Penyelesaian :
Penyelesaian :
Solusi umum dari persamaan berikut:
𝑑 −
𝑑
17 Mhs
Penyelesaian :
− 𝑑
−
𝑑
Penyelesaian :
𝑑 𝑑
−
−
𝑑 𝑑
∫ −∫
−
− | − |
| − |−
18 Mhs
BAB III
REDUKSI MENJADI BENTUK PERSAMAAN TERPISAH DAN
PERSAMAAN DIFERENSIAL EKSAK
A. Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menentukan penyelesaian PD dengan reduksi menjadi pesamaan
terpisah.
2. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian Persamaan Diferensial Eksak
3. Mahasiswa dapat membedakan Persamaan Diferensial Eksak maupun Non Eksak
4. Mahasiswa dapat menjelaskan langkah-langkah dalam Menyelsaikan Persamaan
Diferensial Eksak
5. Mahasiswa dapat menentukan penyelesaian PD dengan mengubah dalam bentuk
persamaan diferensial eksak.
B. Reduksi Menjadi Bentuk Persamaan Terpisah
Persamaan diferensial orde 1 tertentu, yang bukan persamaan terpisah, dapat
diubah menjadi persamaan terpisah dengan pengubahan variabel yang sederhana. Hal ini
terjadi pada persamaan berikut:
......................(1)
Dengan g adalah suatu fungsi dari yang diberikan. Bentuk persamaan ini mengharuskan
suatu substitusi :
Ingat:
Untuk y dan u merupakan fungsi dari x, maka y = ux. Dengan deferensiasi
y' = u + u'x. ...................... ...... (2)
Dengan substitusi ini kedalam persamaan (1), diperoleh :
u + u‟x = g(u)
sekarang kita dapat memisahkan variabel x dan y di dapat:
𝑑 𝑑 𝑑
−
𝑑 −
Integralkan, kemudian hasilnya substitusikan kembali u = sehingga akan mndapatkan
19 Mhs
Contoh :
1. Tentukan solusi persamaan diferensial berikut!
−
Penyelesaian :
Bagi terlebih dahulu persamaan dengan , diperoleh:
Misalkan: , maka:
𝑑
−
𝑑
Dengan pemisahan variabel, diperoleh:
𝑑 − 𝑑
Integralkan, diperoleh: − | |
− | |
Pemakaian konstanta , untuk penyederhanaan, sehingga menjadi:
20 Mhs
1
1 dv 2dx dan
4v 11
1
v ln 4v 11 2 x c1 .
4
Karena v = x - 2y,
𝑀 𝑥 𝑦 𝑑𝑥 𝑁 𝑥 𝑦 𝑑𝑦
Dengan mengingat diferensial total dari fungsi , maka dapat disimpulkan bahwa
persamaan 𝑑 𝑑 eksak jika dan hanya jika memenuhi :
𝛿𝑀 𝛿𝑁 𝛿𝑀 𝛿𝑁
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑙𝑖𝑠𝑘𝑎𝑛 −
𝛿𝑦 𝛿𝑥 𝛿𝑦 𝛿𝑥
21 Mhs
Kelompok Faktor Differensial Eksak dengan (x,y)
Suku Pengintegrasi
𝑑 − 𝑑 𝑑 − 𝑑
− 𝑑 ( )
𝑑 − 𝑑 𝑑 − 𝑑
𝑑 ( )
𝑑 − 𝑑 𝑑 − 𝑑
− 𝑑 ( )
𝑑 − 𝑑 𝑑 − 𝑑
− 𝑑
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑
𝑑 ( )
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑 −
𝑑[ ]
−
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑
𝑑 [ ]
𝑑 𝑑 𝑑 𝑑
−
𝑑 [ ]
−
𝑑 𝑑 𝑑
𝑑 (a,b 𝑑
konstan)
Penyelesaian : Langkah-langkah untuk menyelesaikan Persamaan Diferensial
Eksak adalah sebagai berikut :
Langkah 1: Menuliskan PD dalam bentuk diferensial
𝑑 𝑑
Langkah 2: Menguji keeksakan PD (dikatakan eksak jika ruas kiri persamaan tersebut
merupakan persamaan diferensial total atau diferensial eksak)
𝑑 𝑑 𝑑
22 Mhs
Andaikan M dan N terdefinisi dan mempunyai turunan parsial pertama yang kontinu
dalam suatu daerah di bidang- xy yang dibatasi suatu kurva tertutup yang tak beririsan
dengan dirinya sendiri.
Maka dari (a) dan (b) diperoleh :
Dengan asumsi kontinuitas turunan, maka dua turunan kedua dari fungsi diatas akan sama.
Jadi :
atau −
Langkah 3 : Jika eksak, maka fungsi in dapat ditentukan dengan cara menaksir atau
cara sistematis berikut. Dengan mengintegralkan atau menginte-grasikam
M terhadap x atau N terhadap y
∫ 𝑑 ∫ 𝑑
Dalam integrasi ini, y dianggap konstan. Dan berperan sebagai suatu “kontanta”
integrasi.
Langkah 4 : Menyamakan turunan terhadap y dengan
23 Mhs
𝑑
−
𝑑
𝑑 − 𝑑
Langkah 2:
Uji keeksakan persamaan differensial ini :
diferensial eksak.
Langkah 3:
Misalkan dipilih M untuk diintegralkan, maka :
∫ 𝑑
= ∫ 𝑑
=
Langkah 4:
Menyamakan turunan terhadap y dengan
−
−
Langkah 5:
Untuk memperoleh nilai Integralkan , maka :
∫ 𝑑 ∫ − 𝑑 −
Langkah 6:
Penyelesaian umum dalam bentuk implisit
+ −
24 Mhs
2. − − −
Penyelesaian :
Langkah 1:
Bentuk umum persamaan diferensial adalah :
− − −
𝑑
− − −
𝑑
− 𝑑 − − 𝑑
− 𝑑 − 𝑑
Langkah 2:
Uji Keeksakan persamaan differensial ini :
−
diferensial eksak
Langkah 3:
Misalkan dipilih M untuk diintegralkan, maka :
∫ 𝑑
= ∫ − 𝑑
= −
Langkah 4:
Menyamakan turunan terhadap y dengan
−
−
−
−
Langkah 5:
Untuk memperoleh nilai Integralkan , maka :
25 Mhs
∫ 𝑑 ∫ − 𝑑 −
Langkah 6:
Penyelesaian umum dalam bentuk implisit
−
− −
3.
Penyelesaian:
Langkah 1:
Bentuk persamaan differensial adalah:
𝑑
𝑑
𝑑 𝑑
Langkah 2:
Uji keeksakan persamaan differensial ini:
Langkah 4:
Menyamakan turunan terhadap y dengan
26 Mhs
−
Diperoleh − yang merupakan persamaan yang bergantung
terhadap x dan y Dengan demikian tidak ada yang memenuhi persamaan
differensial
Penyelesaian:
Bagi terlebih dahulu persamaan dengan , diperoleh:
Misalkan: , maka:
Integralkan, diperoleh: | |
Substitusikan kembali: , diperoleh:
Misalkan: , maka:
Integralkan, diperoleh:
Substitusikan kembali: , diperoleh:
−
Jadi penyelesaian umum adalah −
(√ )
Penyelesaian:
Misalkan: , maka y = vx :
𝑑
𝑑
Dengan pemisahan variabel, diperoleh:
𝑑 𝑑
28 Mhs
Integralkan, diperoleh:
√
Karena nilai awal telah diketahui yaitu (√ ) substitusikan ke persamaan
umum sehingga didapat c = 0
Substitusikan c=0 ke penyelesaian umum didapat
√
−
Penyelesaian:
Misalkan: − , maka y = u+x :
Substitusikan pada persamaan, diperoleh:
𝑑
𝑑
Dengan pemisahan variabel, diperoleh:
𝑑 𝑑
Integralkan, diperoleh:
5.
Penyelesaian :
Penyelesaian :
7. Tentukan solusi persamaan diferensial berikut:
Penyelesaian :
Penyelesaian :
Penyelesaian:
10. Tentukan solusi persamaan diferensial berikut:
− −
Penyelesaian:
11.
Penyelesaian:
30 Mhs
12.
Penyelesaian:
13.
Penyelesaian :
14. − −
Penyelesaian :
Langkah 1
Bentuk umum persamaan differensial adalah
− 𝑑 − 𝑑
Langkah 2
Uji keeksakan persamaan differensial ini :
−
−
−
− −
diferensial eksak
Langkah 3
Misalkan dipilih M untuk diintegralkan, maka :
31 Mhs
∫ 𝑑
∫ −
Langkah 4
Menyamakan turunan terhadap y dengan
= −
=− −
Langkah 5
Untuk memperoleh nilai Integralkan , maka :
∫ 𝑑 ∫( − − )𝑑
− −
Langkah 6
Penyelesaian umum dalam bentuk implisit
(− − )
15.
Penyelesaian:
Langkah 1
Bentuk persamaan differensial adalah:
𝑑 𝑑
Langkah 2
Uji keeksakan persamaan differensial ini:
32 Mhs
Karena , maka persamaan differensial tersebut merupakan persamaan
Langkah 4
Menyamakan turunan terhadap y dengan
( )
33 Mhs
Langkah 1
Bentuk umum persamaan differensial adalah :
𝑑 𝑑
𝑑 𝑑
Langkah 2
Uji keeksakan persamaan differensial ini :
∫ 𝑑
= ∫ 𝑑
Langkah 4
Menyamakan turunan terhadap y dengan
Langkah 5
Untuk memperoleh nilai Integralkan , maka :
∫ 𝑑 ∫ 𝑑
Langkah 6
34 Mhs
Penyelesaian umum dalam bentuk implisit
𝑑
𝑑
Dengan pemisahan variabel, diperoleh: 𝑑 𝑑
Integralkan, diperoleh: | |
Substitusikan kembali: , diperoleh:
Misalkan: , maka:
35 Mhs
𝑑
𝑑
Integralkan, diperoleh:
Substitusikan kembali: , diperoleh:
−
Jadi penyelesaian umum adalah −
(√ )
Penyelesaian:
Misalkan: , maka y = vx :
𝑑
𝑑
Dengan pemisahan variabel, diperoleh:
𝑑 𝑑
Integralkan, diperoleh:
36 Mhs
√
Karena nilai awal telah diketahui yaitu (√ ) substitusikan ke persamaan umum
sehingga didapat c = 0
Substitusikan c=0 ke penyelesaian umum didapat
√
−
Penyelesaian:
Misalkan: − , maka y = u+x :
Substitusikan pada persamaan, diperoleh:
𝑑
𝑑
Dengan pemisahan variabel, diperoleh:
𝑑 𝑑
Integralkan, diperoleh:
−
−
𝑑
−
𝑑
Dengan pemisahan variabel, diperoleh:
𝑑 − 𝑑
Integralkan, diperoleh: −
− − −
− − −
− −
Jadi penyelesaian dari soal diatas adalah − −
Penyelesaian:
Bagi terlebih dahulu persamaan dengan diperoleh
38 Mhs
Misalkan: , maka:
𝑑
𝑑
Dengan pemisahan variabel, diperoleh:
𝑑 𝑑
Integralkan, diperoleh:
Penyelesaian:
Bagi terlebih dahulu persamaan dengan diperoleh
Misalkan: , maka:
39 Mhs
𝑑
𝑑
𝑑
𝑑
Integralkan, diperoleh:
−
√
Karena nilai awal telah diketahui yaitu substitusikan ke persamaan umum :
−
−
40 Mhs
Penyelesaian:
Bagi terlebih dahulu persamaan dengan diperoleh
Misalkan: , maka:
𝑑
𝑑
Dengan pemisahan variabel, diperoleh:
𝑑 𝑑
Integralkan, diperoleh:
−
−
Karena nilai awal telah diketahui yaitu substitusikan ke persamaan umum :
−
−
Penyelesaian:
41 Mhs
Bagi terlebih dahulu persamaan dengan diperoleh
Misalkan: , maka:
𝑑
𝑑
Dengan pemisahan variabel, diperoleh:
𝑑 𝑑
Integralkan, diperoleh:
(misalkan 2c = c)
42 Mhs
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR INTEGRASI
A. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat menyelesaikan persamaan differensial eksak dengan
menggunakan metode yang sesuai.
2. Mahasiswa dapat menyelesaikan persamaan differensial tak eksak dengan
mengubah persamaan tak eksak menjadi eksak dan mengalikannya dengan faktor
integrasi yang hanya bergantung pada satu variabel
B. Pengertian
Jika M(x, y) dx + N(x, y) dy = 0 adalah persamaan tidak eksak dan dapat
ditemukan suatu fungsi µ(x, y) sedemikian sehingga persamaan : µ(x, y) [M(x, y) dx +
N(x, y) dy] = 0 merupakan persamaan eksak maka fungsi µ(x, y) dinamakan faktor
integrasi dari persamaan di atas. Pada beberapa kasus khusus, faktor integrasi tersebut
dapat ditentukan dengan suatu cara sistematis.
C. Jenis-Jenis Faktor Integrasi
Beberapa jenis faktor integrasi sebagai berikut :
1. Jika f(x) suatu fungsi dari x saja, maka e∫f(x) dx adalah suatu faktor integrasi
persamaan itu.
2. Jika - g(y) suatu fungsi dari g saja, maka e∫g(y) dy adalah suatu faktor integrasi
dari persamaan itu.
3. Jika M(x, y) dx + N(x, y) dy = 0 merupakan persamaan homogen dan xM + yN ≠
0, maka adalah suatu faktor integrasi persamaan tersebut.
4. Jika M(x, y) dx + N(x, y) dy = 0 dapat ditulis didalam bentuk y f(xy) dx + x g(xy)
dy = 0 dimana f(xy) ≠ g(xy), maka adalah suatu faktor integrasi persamaan itu.
5. Persamaan xp yq (my dx + nx dy) + xr ys (uy dx + vxd y) = 0 dimana p, q, r, s, m,
n, u, v, adalah konstanta dan mv – nu ≠ 0 mempunyai faktor integrasi berbentuk .
6. Faktor integrasi yang lain biasanya ditentukan dengan cara mencoba-coba
sedemikian sehingga pada kelompok bagian tertentu dapat menjadi diferensial
eksak.
C. Langkah-langkah mendapatkan penyelesaian umum PD
1. Periksa dahulu apakah persamaannya merupakan persamaan eksak. Jika
merupakan persamaan eksak, maka carilah faktor integrasi yang cocok agar
persamaan semula dapat tereduksi ke persamaan eksak.
43 Mhs
2. Apabila faktor integrasi yang cocok tersebut adalah salah satu dari jenis 1 s/d 4,
maka menggunakan langkah umum penyelesaian persamaan untuk menentukan
penyelesaian.
3. Apabila menggunakan faktor integrasi jenis 5, maka ada prosedur tersendiri yaitu
mencari diferensial eksak dari kelompok bagian pertama dan kedua untuk
mendapatkan harga dan Faktor integrasi yang diperoleh yaitu setelah
disubstitusikan akan mereduksi persamaan semula (tidak eksak) menjadi
persamaan eksak.
4. Apabila menggunakan faktor integrasi coba-coba, maka tidak ada prosedur tertentu
hanya pada dasarnya persamaan semula menjadi lebih sederhana dan mudah
diselesaikan.
Contoh 1:
Faktor Integrasi
Selesaikan
𝑑 − 𝑑 .
Penyelesaian:
Persamaan differensial ini tidak eksak. Dengan faktor integrasi F= , maka di peroleh
𝑑 − 𝑑 𝑑 y = cx.
Contoh 2:
Faktor Pengintegralan
Carilah faktor integrasi dari persamaan x dy – y dx = 0, dengan membandingkan contoh 1.
Penyelesaian:
Karena
𝑑 𝑑 𝑑
yang semuanya sama, karena masing-masing menggambarkan suatu rumpun garis lurus
yang melalui titik asal.
Urauan ini mengilustrasikan penyelesaian berikut. Jika mempunyai satu faktor
integrasi F untuk P(x,y) dx + Q(x,y) dy = 0, maka selalu dapat memperoleh banyak faktor
44 Mhs
integrasi karena FP dx + FQ dy merupakan hasil diferensial du dari beberapa fungsi u, dan
untuk sebarang H(u) akan menghasilkan persamaan diferensial lainnya yaitu
𝑑 𝑑 𝑑
Persamaan ini menunjukkan bahwa H(u) F(x,y) merupakan faktor integrasi lainnya untuk
persamaan P(x,y) dx + Q(x,y) dy = 0.
Jika F(x,y) merupakan faktor integrasi persamaan P(x,y) dx + Q(x,y) dy = 0, maka
𝑑 𝑑
merupakan suatu persamaan eksak. Dengan demikian, syarat agar eksak adalah M/ y =
N/ x sekarang menjadi
Persamaan ini lebih rumit dari persamaan yang diberikan yang akan diselesaikan tersebut
sehingga secara praktis tidak digunakan. Tetapi marilah kita lihat, apakah kita akan
memperoleh sesuatu yang menarik dengan mencari suatu faktor integrasi F yang hanya
menjadi
− .
Teorema 1 :
[Faktor integrasi yang hanya bergantung pada satu peubah]
Jika persamaan P(x,y) dx + Q(x,y) dy = 0 adalah sedemikian rupa sehingga ruas kanan
0 akan mempunyai satu faktor integrasi F(x), yang diperoleh dengan cara menyelesaikan
− .
Contoh 3:
Faktor Integrasi F[x]
Selesaikanlah
𝑑 𝑑
Penyelesaian:
Sehingga diperoleh P = 4x + 3y2 , P/ y = 6y, Q = 2xy, dan Q/ x = 2y.
45 Mhs
Karena P/ y Q/ x, maka persamaan ini tidak eksak. Ruas kanan persamaan
− ,
| | | |,
- =1
- =2
F(y) =( )
=-
∫
U =
=
=y
U(x,y)M(x,y)dx + U(x,y)N(x,y)dy = 0
y (y) dx + y(y +2x)dy = 0
y2 dx + (y2 + 2xy) dy = 0
Jadi persamaan eksak dari persamaan diatas adalah y2 dx + (y2 + 2xy) dy = 0
46 Mhs
2. Selesaikan peramaan berikut dalam bentuk persamaan eksak : 2y dx + x dy = 0
- =2
- =1
F(y) =( )
∫
U =
=
=x
U(x,y)M(x,y)dx + U(x,y)N(x,y)dy = 0
x (2y) dx + x(x)dy = 0
2xy dx + x2 dy = 0
Jadi persamaan eksak dari persamaan di atas adalah 2xy dx + x2 dy = 0
Selanjutnya mencari faktor integrasi yang dapat meredaksi persamaan tidak eksak
menjadi persamaan eksak
Faktor integrasinya adalah e∫ dx = eln|x| = x
Selanjutnya persamaan semula tereduksi menjadi x[(2y – x3) dx + x dy] = 0
⇔ (2xy – x4) dx + x2 dy = 0
Dari persamaan ini, berarti bahwa :
M = 2xy – x4,
N = x 2,
eksak.
Untuk mendapatkan solusi umum persamaan ini dapat digunakan langkah
47 Mhs
F(x, y) = c
F(x, y) = ∫x (2xy – x4) dx
= x2y - x5 + (y)
Fungsi (y) dicari dengan mendeferensialkan parsil fungsi f(x, y) ini terhadap y
maka x2 + = x2
⇔ =0
⇔ = k (konstanta)
Sehingga f(x, y) = x2y - x5 + k
⇔c
Solusi umum persamaan eksak ini adalah merupakan solusi umum persamaan semula
yang direduksi ke persamaan eksak
Penyelesaian umum persamaan semula adalah x2y - x5 = c
= 4x + 6y
= 2x + 2y
( − )
∫
maka FI adalah = x2
sehingga diperoleh persamaan eksak
x2 (4 xy + 3y2 – x) dx + x3 (x + 2y) dy = 0
dx + dy = 0
Karena persamaan diatas sudah berbentuk persamaan eksak, sehingga untuk mencari
solusinya digunakan penyelesaian persamaan eksak.
ambil = x2 (4 xy + 3y2 – x)
48 Mhs
= 4x3y + 3x2y2 – x3
F(x, y) = ∫ –
= x4 + 2x3y + g'(y)
Solusi umum persamaan eksak ini adalah merupakan solusi umum persamaan semula yang
direduksi ke persamaan eksak
Penyelesaian umum persamaan semula adalah : x4y + x3y2 – x4 + c.
Penyelesaian :
Penyelesaian :
Penyelesaian :
49 Mhs
BAB V
PERSAMAAN DIFERENSIAL LINIER
A. Tujuan Pembelajaran :
1. Mahasiswa dapat mengetahui bentuk standar dan bentuk diferensial.
2. Mahasiswa dapat megetahui pengertian dan bentuk umum Persamaan Diferensial
Linier.
3. Mahasiswa dapat mengetahui ciri khas Persamaan Diferensial Linier.
4. Mahasiswa dapat menentukan rumus untuk mencari penyelesaian umum dari
Persamaan Diferensial Linier.
5. Mahasiswa dapat mengetahui tentang Faktor Integrasi.
6. Mahasiswa dapat mengerjakan contoh-contoh latihan soal tentang Persamaan
Diferensial Linier.
B. Bentuk Standar dan Bentuk Diferensial
Bentuk standar dari persamaan diferensial orde-pertama dalam fungsi y(x) yang
dicari adalah
y‟ = f(x,y) (1)
dimana turunan y’ muncul hanya di sisi kiri dari persamaan (1). Walaupun tidak semua,
banyak persamaan diferensial orde-pertama dapat dituliskan dalam bentuk satndar melalui
penyelesaian y’ secara aljabar dan menetapkan f(x,y) sama dengan sisi kanan dari
persamaan yang dihasilkan.
Sisi kanan dari (1.1) selalu dapat ditulis sebagai pembagian dua fungsi lainnya
yaitu M(x,y) dan –N(x,y). Dengan demikian (1.1) menjadi dz/dy = M(x,y)/–N(x,y), yang
ekuivalen dengan bentuk diferensial
M(x,y) dx + N(x,y) dy = 0 (2)
Perhatikan sebuah persamaan diferensial dalam bentuk standar (1). Jika f(x,y) dapat
dituliskan sebagai f(x,y) = –p(x)y + r(x) (yang artinya: sebagai fungsi dari x dikalikan y,
ditambah lagi dengan satu fungsi dari x), persamaan diferensial tersebut adalah linier.
Bentuk umum persamaan diferensial orde-pertama dapat dituliskan sebagai
y‟ + p(x) y = r(x)
50 Mhs
Singkatnya, suatu persamaan diferensial orde-pertama dikatakan linier jika
persamaan tersebut dapat ditulis kan sebagai
karenanya ln | | = – ∫ 𝑑
atau y(x) = ∫ (c = ± bila y ≥ 0); 5)
dapat diambil c = 0 dan didapat penyelesaian trivial y 0.
Untuk menyelesaikan persamaan tak homogen (3), maka ditulis persamaan tersebut dalam
bentuk
(py – r) dx + dy = 0
Persamaan ini menjadi P dx + Q dy = 0, dengan P = py – r dan Q = 1. Maka (5) yang
terdapat menjadi lebih sederhana
= p(x)
Teorema 1:
Persamaan memiliki faktor integrasi F(x) yang hanya bergantung pada x. Kita peroleh F
ln | | = ∫ 𝑑 .
Maka
51 Mhs
F(x) = dengan h(x) = ∫ 𝑑
Dari persamaan ini, h‟ = p. Sehingga (1.3) dikalikan dengan F = dan dapat
dituliskan sebagai
Tetapi melalui aturan hasil kali dan rantai, sehingga kita peroleh
∫ 𝑑
Bagilah kedua ruas dengan , akhirnya kita dapatkan rumus ynag diinginkan
yang merupakan penyelesaian umum dari persamaan (3) dalam bentuk integral.
F. Faktor Integrasi
Kita perhatikan kembali persamaan differensial orde pertama sebagai berikut:
+ p(x) = g(x)
Analogi dengan cara di atas, maka dipilih fungsi µ(x) sehingga jika persamaan (3)
dikalikan dengan µ(x), ruas kiri persamaan dapat ditulis dalam bentuk turunan fungsi
µ(x). .
∫
Akhirnya: µ(x) =
Kembali pada persamaan (3), kemudian kalikan dengan µ(x), di peroleh:
52 Mhs
Integrasikan, di peroleh: µ(x)y = ∫ µ(t) g(t)dt + c
Persamaan (7) adalah Solusi Eksplisit dari bentuk umum persamaan diferensial linier orde
1 [persamaan (3)] dengan p dan g adalah fungsi kontinu. Dua integrasi di perlukan ,
pertama pada saat menentukan µ(x), dan kedua, pada saat menentukan .
2. Selesaikan xy’ + y + 4 = 0
Penyelesaian :
Kita tuliskan persamaan ini dalam bentuk (3), yaitu
y’ + =– .
h = ∫ 𝑑 = ln | |, , =
y(x) = [ ∫ − ]= − ,
53 Mhs
Penyelesaian :
Jika persamaan ini dalam bentuk (xy)’ = sin x dan dengan mengintegrasikan kedua
Jadi y(x) = −
Catatan :
Penyelesaian dari persamaan diferensial di dalam penerapan teknik (rekayasa), bukan
merupakan fungsi elementer. Misalnya, bentuk integral (6) tidak elementer. Jika
fungsi tersebut bukan fungsi yang didaftarkan, maka integralnya dapat kita bangun
dalam deret pangkat dan mengintegrasikan suku demi suku, atau dapat kita gunakan
metode dari integrasi numeric atau metode numerik untuk menyelesaikan persamaan
diferensial orde pertama.
54 Mhs
6. Selesaikan persamaan diferensial linear
+ y = 2 + 2x
Penyelesaian :
+ y=2 (1 + x)
y = 2(1 + x)
y = ∫ (1 + x) dx
= 2x +C
y=C + 2x
7. Selesaikan persamaan diferensial linear
+ 3r = 2
Penyelesaian :
+3 r=2
r=2
r=∫ d
r= +C
r= +C
x - 2y = (x – 2)
- y = (1 - )
=∫ − dx =
y= +c
55 Mhs
9. Selesaikan persamaan diferensial linear
y (1 + ) dx = 2 (1 – 2x )d
Penyelesaian :
dx = dy
dx = dy - dy
+ x=
∫ 𝑑 ∫ dy = ln
+ 4y ( x=
x = 2 (y + )
x =∫ dy
x = c + 2 ln y +
10. Selesaikan persamaan diferensial linear
( dx – ) dy = 0
Penyelesaian :
Linier dengan x sebagai peubah tak bebas.
dx - x dy = y dy
-∫ dy = - ½ ln
dx – y dx = y dy
∫ 𝑑 =∫ y dy
x = +c
x =2+ +c
56 Mhs
BAB VII
PERSAMAAN DIFERENSIAL HOMOGEN
A. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan persamaan diferensial homogen tingkat satu dan derajat satu.
2. Menentukan penyelesaian umum dan khusus dari persamaan diferensial homogen
tingkat satu dan derajat satu.
B. Persamaan Diferensial Homogen
Persamaan diferensial tingkat satu derajat satu M(x,y) dx + N(x,y) dy = 0
disebut persamaan diferensial homogen jika M(x,y) dan N(x,y) fungsi homogen
berderajat sama.
Definisi 1:
x y
1. F(x,y) disebut fungsi homogen jika F(x,y) = G( ) atau F(x,y) = H( )
y x
2. Fungsi F(x,y) disebut fungsi homogen berderajat-n jika memenuhi syarat F(tx,ty) =
tn
F(x,y).
Jika M(x,y) dx + N(x,y) dy = 0 diketahui sebagai persamaan diferensial homogen,
maka penyelesaian umum dapat ditentukan dengan cara menyatakan M(x,y) dan dan
y x
N(x,y) dalam bentuk M( ) atau M( ). Demikian pula untuk N(x,y). Dengan kata lain
x y
M(x,y) dan N(x,y) dibagi dengan koefisien differensial yang berpangkat tertinggi.
M(x,y) dx + N(x,y) dy = 0
x x y y
M( ) dx + N( ) dy = 0 atau M( ) dx + N( ) dy = 0.
y y x x
57
Dengan memilih transformasi dy = x dv + v dx maka
y y
M( ) dx + N( )(x dv + v dx) = 0.
x x
M(v) dx + N(v)(x dv + v dx) = 0.
Bentuk terakhir persamaan di atas adalah persamaan differensial yang dapat
direduksi ke persamaan variabel terpisah. Setelah variabelnya dipisahkan dan dengan
mengintergralkan masing-masing bagian didapat selesaian umum persamaan yang dicari.
Contoh 1:
1. (y2 – x2) dx + xy dy = 0
Persamaan di atas adalah persamaan diferensial homogen, karena M(x,y) dan N(x,y)
adalah persamaan homogen yang berderajat sama yaitu dua.
y2 xy
( 2
- 1) dx + 2 dy = 0
x x
(x4(2v2-1)) = C
2 y2 x2
(x4( )=C
x2
2x2y2 – x4 = C
dy
2. (3x – 2y) - 3y = 0, y(1) = 1
dx
Persamaan di atas adalah persamaan diferensial homogen, karena M(x,y) dan N(x,y)
adalah fungsi homogen berderajat sama yaitu satu.
58
(3x – 2y) dy – 3y dx = 0
3y dx – (3x-2y) dy = 0
x
(3 – 2) dy – 3 dx = 0
y
(3u – 2 – 3u) dy – 3y du = 0
dy
2 + 3 du = 0
y
dy
2
y
+ 3 du = C
2 ln │y│+ 3u = C
ln y2 = C-3u
y2 = ec-3y/x
khusus yaitu y2 =
y y2
2 dx dy 0
x x
y
Transformasi s = sehingga dy = s dx + x ds
x
(s + s 2 )dx – (s dx + x ds) = 0
s 2 dx - x ds = 0
dx ds
=0
x s2
59
dx ds
x
2 c
s
1
ln x + =C
s
Persamaan Diferensial :
Misalkan y = ux maka dari kalkulus kita peroleh derivatif total dari y diberikan oleh
dy = u dx + x du (2 )
Teorema:
Jika koefisien-koefisien persamaan (2) homogen orde n, maka dengan
mensubstitusikan y = ux akan menghasilkan persamaan diferensial dengan variabel
terpisah.
Bukti.
Dengan hipotesis P dan Q merupakan fungsi homogen berorde n. Perdefinisi, dengan
u=y/x, masing-masing dapat dinyatakan dalam bentuk
(3)
Dengan substitusi (1) menjadi
𝑑 𝑑 𝑑 (4)
( )𝑑 𝑑 (5)
𝑑 𝑑 , (6)
60
Dengan , . Persamaan (6) melengkapi bukti teorema diatas.
Contoh:
− 𝑑 𝑑 (7)
− (8)
Perdefinisi, kita peroleh bahwa persamaan diferensial (7) adalah persamaan diferensial
homogen. Substitusikanlah y = ux dan (2) ke (7) untuk mendapatkan persamaan diferensial
dengan variabel terpisah
− 𝑑 𝑑 (9)
lnx - ln 1 - , (10)
− (11)
(1)
memiliki sifat dapat ditransformasikan menjadi persamaan yang
dapat dipisah dengan memasukan
(2)
Bersamaan dengan turunannya
(3)
61
Persamaan yang dihasilkan dalam variabel v dan x diselesaikan sebagai persamaan
yang dapat dipisahkan; solusi yang dicari untuk persamaan (1) diperoleh dengan
melakukan subtitusi balik.
Dengan cara lain, solusi untuk (1) dapat diperoleh dengan menulis ulang
persamaan deferensial tersebut sebagai
𝑑 (4)
𝑑
dan kemudian memasukan
(5)
dan turunanya
(6)
Kedalam persamaan (4). Setelah melakukan peyerderhnaan, persamaan diferensial
yang dihasilkan memiliki veriabel yang dapat yang dapat dipisahkan (kali ini u dan y).
C. Soal Pembahasan dan Latihan
Penyelesaian :
, homogen.
𝑑 − 𝑑
𝑑 𝑑 𝑑
𝑑 − 𝑑 𝑑
𝑑 𝑑 − 𝑑 − 𝑑
𝑑 − 𝑑
∫ 𝑑 − ∫𝑑 ∫
| |− − −
:
| |− − | |
| |− − | |
| | | |
| | | |
62
| |
Jadi, solusi persamaan diferensial dari adalah | |
𝑑 − 𝑑 …
7. Selesaikan 𝑑 𝑑
8. Selesaikan − 𝑑 𝑑
9. Selesaikan 𝑑 − 𝑑
10. Selesaikan 𝑑 𝑑
Kunci:
1. Solusi persamaan diferensial dari adalah | |
5.
6. | |
7.
63
BAB VIII
PDL ORDE 2 DAN PERSAMAAN DIFERENSIAL HOMOGEN DENGAN
KOEFISIEN KONSTAN
A. Tujuan Pembelajaran :
Mahasiswa dapat:
1. Memahami persamaan diferensial linear dan tak linear orde 2
2. Memahami persamaan diferensial homogen orde 2
3. Menentukan solusi persamaan differensial linear dantak linear orde 2
4. Menentukan solusi persamaan diferensial homogen dengan koefisien konstan
5. Menentukan persamaan differensial homogen jika diketahui solusinya
6. Membuktikan bahwa y1 dan y2 merupakan solusi dari persamaan diferensial
homogen
B. Persamaan Diferensial Linear Orde Kedua
Persamaan diferensial biasa terbagi menjadi 2 kelompok yaitu persamaan linear
dan tak linear. Pada bagian ini akan membahas persamaan linear orde kedua.
Suatu persamaan diferensial orde kedua dikatakan linear, jika persamaan itu dapat
dituliskan dalam bentuk
(1) 𝑦 𝑝 𝑥 𝑦 𝑞 𝑥 𝑦
𝑟 𝑥
Ciri khas persamaan ini adalah linear dalam fungsi y yang tak diketahui dan turunan-
turunannya, sedangkan p, q, maupun r dapat merupakan sebarang fungsi dari x yang
diberikan jika suku pertamanya berupa f(x)y” maka harus membaginya dengan f(x) untuk
memperoleh “bentuk standar” (1), dengan y” sebagai suku pertama, yang mudah
dilaksanakan.
Persamaan diferensial biasa disebut linear, jika memenuhi kriteria sebagai berikut.
1. Tidak terdapat fungsi transenden dalam peubah tak bebas (y)
2. Tidak terdapat perkalian antara peubah tak bebas dengan turunannya
3. Peubah tak bebas dan turunannya paling tinggi berpangkat 1
4. an(x) adalah fungsi kontinu
Sebaliknya persamaan diferensial biasa yang tidak memenuhi kriteria tersebut,
disebut persamaan diferensial tak linear.
Jika r(x) = 0 pada persamaan linear maka (1) menjadi
64
(2) 𝑦 𝑝 𝑥 𝑦 𝑞 𝑥 𝑦
dan dikatakan homogen. Jika r(x) 0, maka persamaan diferensial (1) dikatakan tak
homogen.
Contoh :
dan
√
Persamaan diferensial linear orde kedua mempunyai peranan utama dalam banyak
masalah teknik, seperti fungsi Bessel dan fungsi hipergeometrik.
dinamakan penyelesaian dari suatu persamaan diferensial orde kedua (linear atau taklinear)
pada suatu selang (yang mungkin tak berhingga), jika didefinisikan dan dapat
didiferensiasikan dua kali pada seluruh selang itu, sehingga persamaan itu menjadi suatu
identitas kesamaan dimana fungsi y yang tak diketahui dan turunannya diganti dengan ,
dengan turunannya yang sesuai.
Penyelesaian dari persamaan diferensial linear homogen
Contoh 1:
Fungsi y = cos x dan y = sin x adalah penyelesaian dari persamaan diferensial linear
homogen
65
−
Berlaku juga untu semua x , untuk y = sin x. Jika dikalikan penyelesaian pertama dengan
konstanta, misalnya 3, maka fungsi yang dihasilkan, adalah y = 3 cos x, juga merupakan
suatu penyelesaian karena
Bahkan dapat mengalikan cos x dan sin x dengan konstanta yang berbeda, katakanlah
masing-masing dengan 2 dan -8 dan menambahkan kedua fungsi yang dihasilkan untuk
memperoleh
−
dan fungsi ini juga merupakan suatu penyelesaian dari persamaan homogen kita untuk
semua x, sebab kita memperoleh
− −
−
Contoh ini menggambarkan kenyataan yang sangat penting, bahwa di dalam kasus
persamaan linear homogen (2), maka dapat memperoleh penyelesaian baru dari beberapa
penyelesaian yang diketahui dengan perkalian dan penjumlahan konstanta. Tentu saja
merupakan suatu keuntungan praktis dan teoretis yang besar, sebab sifat ini memberi
kesanggupan untuk menghasilkan penyelesaian yang lebih rumit, yang terdiri dari
beberapa penyelesaian yang sedehana. Hal ini dinamakan prinsip superposisi (prinsip
kelinearan) dan dapat dinyatakan sebagai berikut.
Teorema Dasar 1 : Untuk persamaan homogen
Jika suatu penyelesaian dari persamaan diferensial linear homogen pada suatu selang I
dikalikan dengan sebarang konstanta, maka fungsi yang dihasilkan juga meupakan
penyelesaian dari (2) pada selang I jumlah kedua penyelesaian (2) pada selang I juga
merupakan penyelesaian dari (2) pada selang tersebut.
Bukti.
Diasumsikan bahwa merupakan penyelsaian dari (2) pada selang I dan
memperlihatkan bahwa juga merupakan penyelesaian dari (2) pada selang I
tersebut. Jika disubstitusikan ke dalam (2), maka ruas kiri menjadi
66
Karena memenuhi (2), maka ungkapan dalam tanda kurung siku adalah nol, dan terbukti
pernyataan pertama di dalam teorema itu.
Suatu persamaan berbentuk :
(3) c1, c2 adalah konstanta sebarang)
Disebut kombinasi linear dari y1 dan y2. Dengan menggabungkan kedua penyataan
dalam Teorema 1, maka dapat disimpulkan bahwa kombinasi linear dari penyelesaian
persamaan (2) pada selang I merupakan penyelesaian persamaan (2) pada selang I.
67
(2) Untuk persamaan diferensial orde 2 yang mempunyai bentuk ,
Dengan demikian (2) merupakan suatu penyelesaian dari (1), jika λ merupakan
penyelesaian dari persamaan kuadrat
(3) 𝜆 𝑎𝜆 𝑏
Persamaan ini dinamakan persamaan karakteristik (atau persamaan pembantu) dari (1).
Akar-akarnya adalah
(4) ( √ ) ( √ )
68
Dari aljabar elementer kita mengetahui bahwa, karena a dan b merupakan bilangan
riil, maka persamaan karakteristik mungkin mempunyai sebagai berikut:
(Kasus I) dua akar riil yang berbeda
(Kasus II) dua akar komplek konjugat, atau
(Kasus III) suatu akar lipat dua yang riil
Ketiga kasus ini akan dibahas secara rinci setiap kasus dengan suatu contoh sederhana.
Kasus I : Akar riil yang berbeda
Contoh 1:
Tentukan penyelesaian dari persamaan
−
Penyelesaian:
Persamaan Karakteristiknya adalah
−
Akar-akarnya adalah 1 dan -2. Karenanya kita peroleh kedua penyelesaian
dan
Penyelesaian;
Persamaan Karakteristiknya adalah
Akar-akarnya adalah i(= √− ) dan –i, sehingga kita memperoleh dua penyelesaian
dan
69
Yang mempunyai akar rangkap yang riil adalah 1, dan memperoleh satu penyelesaian saja
yaitu
Operator linier L sering ditulis sebagai : L = D2+pD +q, di mana D adalah operator
differensial.
Besarnya fungsi pada titik x adalah:
Sebagai contoh, jika p(x) = x2, q(x) = 1 + x, dan f(x) = sin 3x, maka:
−
−
Teorema 3:
Jika y = y1(x) dan y = y2(x) adalah solusi persamaan diferensial homogen: L(y) = y” +
p(x) y’ + q(x) y = 0, maka kombinasi linier y = (x) + (x) juga merupakan
solusi persamaan di atas.
Bukti.
jika dan ,
maka:
( ) ( )
Suatu operator yang memenhi sifat di atas dinamakan operator linier, oleh karena itu
operator L dinamakan operator diferensial linier orde 2.
70
Kombinasi linier solusi persamaan linier, mengarah pada prinsip superposisi.
Contoh :
Buktikan dengan perhitungan langsung bahwa adalah solusi
persamaan differensial:
Jawab:
Substitusikan , diperoleh:
+ = (c1 cos x+c2 sin x )
− −
− −
+ = 0, substitusikan kembali , diperoleh:
(terbukti)
Contoh :
Buktikan bahwa adalah solusi persamaan differensial:
, tetapi bukan merupakan solusi.
Jawab:
1) Misal
Keadaan ini tidak melanggar teorema 3.3, karena persamaan differensial tidak homogen.
71
Persamaan di atas dapat dituliskan dalam bentuk
sehingga persamaan di atas merupakan persamaan linear homogen. Karena persamaan
mempunyai bentuk maka digunakan cara reduksi ke satu.
Substitusi v = y‟ sehingga v‟ = y‟‟, persamaan menjadi atau dv = v dx
∫ 𝑑 ∫𝑑
−
−
Substitusi v = y‟ diperoleh
∫ 𝑑
∫ 𝑑
−
Dengan cara pemisahan variabel diperoleh:
𝑑
−
𝑑
72
𝑑
− 𝑑
𝑑
𝑑
−
𝑑
𝑑 − 𝑑
−
−
Substitusikan kembali
𝑑
𝑑
𝑑 𝑑
∫ 𝑑 ∫ 𝑑
Jadi,
solusi dari persamaan adalah − dengan k dan c adalah konstanta.
73
8. Tentukan persamaan diferensial yang sesuai untuk solusi , .
Penyelesaian :
Cara 1 : 𝑦 𝑐 𝑦 𝑐 𝑦
−
− −
−
Dari persamaan di atas terlihat bahwa − . Jadi, persamaan diferensial
yang sesuai untuk solusi dan adalah − atau
−
Cara 2
Diketahui :
dan −
Sehingga
= 1 + (-3) = -2
= 1 . (-3) = -3
Dengan rumus jumlah dan hasil kaliakar-akar persamaan kuadrat diperoleh
−
− − −
−
Persamaan karakteristik diatas mewakili persamaan differensial
−
Jadi, penyelesaian untuk dan adalah −
9. Tentukan persamaan differensial yang sesuai untuk solusi 1 ,
10. Buktikan bahwa 𝑑 dan kombinasi linear adalah solusi
persamaan diferensial −
74
BAB IX
OPERATOR DIFERENSIAL, PERSAMAAN EULER-CAUCHY DAN
EKSISTENSI PENYELESAIAN DAN KEUNIKAN
A. Tujuan Pembelajaran:
1. Mahasiswa dapat menjelaskan penggunaan operator diferensial
2. Mahasiswa dapat menjelaskan menyelesaikan persamaan Euler-Cauchy
3. Mahasiswa dapat mengetahui eksistensi dan keunikan penyelesaian dari persamaan
homogen umum.
B. Operator Diferensial
Operator adalah suatu transformasi yang memetakan suatu fungsi menjadi fungsi
lain. Operator dan teknik yang berkaitan dengannya, dinamakan metode operasional,
peranan yang besar di dalam matematika terapan.
Pengarahan diferensiasi pada suatu operator sebagai berikut. Misalkan D
menyatakan diferensiasi terhadap x, jadi dituliskan:
75
Untuk konstanta sebarang dan dan fungsi sebarang dan yang dapat
didiferensiasikan dua kali. Persamaan diferensial linear homogen
sekarang dapat dituliskan sebagai
Sebagai contoh,
− −
Sehingga
[ ] [ ]
diperoleh dari (2) dan (3)
(5) [ ]
Untuk memperkuat hasil diperoleh dalam hal ini, bahwa adalah penyelesaian dari
(3) jika dan hanya jika adalah penyelesaian dari persamaan karakteristik .
Jika mempunyai dua akar yang berbeda, maka memperoleh suatu basis. Jika
mempunyai akar rangkap, memerlukan penyelesaian bebas kedua. Untuk memperoleh
penyelesaian itu didiferensiasikan
[ ]
76
Suatu penyelesaian dari adalah dan penyelesaian dari −
adalah . Penyelesaian ini merupakan suatu basis dari pada
sebarang selang. Hasil ini bukan tak diharapkan, karena memfaktorkan dalam cara
yang sama seperti memfaktorkan polinom karakteristik −
Metode operasional dapat digunakan untuk operator dengan
koefisien peubah dan tetapi lebih sukar. Sebagai contoh, sebab
tetapi .
C. Persamaan Euler-Cauchy
Bentuk umum persamaan Euler-Cauchy orde 2 adalah
* − + [ ]
−
[ −
[ −
Sehingga persamaan karakteristiknya :
−
Akar –akar PK adalah :
− − √ − −
Dengan mengembaikan , yang tidak sama dengan nol bila , maka kita peroleh
persamaan pembantu
(3) 𝑚 𝑎− 𝑚 𝑏
Jika akar-akar dan dari persamaan ini berbeda, maka kedua fungsi
dan
membentuk suatu basis untuk himpunan penyelesaian persamaan differensial (1) untuk
semua x di mana fungsi-fungsi ini didefinisikan. Penyelesaian umum yang berkaitan adalah
(3) 𝑦 𝑐 𝑥𝑚 𝑐 𝑥𝑚 ( , adalah sebarang)
78
Jika akar-akar dan dari persamaan (3) adalah bilangan kompleks, maka akar-
akar ini bersifat konjugat, misalnya − . ditetapkan bahwa dalam
kasus ini, basis himpunan penyelesaian Persamaan (1) untuk semua harga x positif adalah
(5)
Sebenarnya, bahwa basis penyelesaian ini diikuti oleh diferensiasi dan penyulihan, dan dari
kasus kebebasan linier tersebut kedua fungsi ini tidak sebanding. Penyelesaian umum yang
sesuai adalah
(6)
Ini membuktikan semua persoalannya dan mengakhiri kasus tersebut.
Pertanyaan lainnya adalah bagaimana kita memperoleh gagasan bahwa basis
penyelesaian (5) tersebut merupakan penyelesaian. Untuk menjawabnya, ditetapkan bahwa
rumus berlaku baik untuk bil. riil maupun bilangan kompleks k = iv
dan bersama-sama dengan rumus Euler akan menghasilkan
−
Dengan mengalikan dengan , selanjutnya ditambahk dan kurangkan. Berturut-turut akan
menghasilkan dan . Hasil ini dibagi dengan 2 dan 2i, diperoleh (5).
Penyelesaian umum dalam kasus akar kompleks yang konjugat
Contoh 2:
Selesaikanlah
Penyelesaian:
Persamaan pembantu (3) adalah . Akar-akar persamaan adalah
− √ −
Dengan menggunakan (6) penyelesaiannya adalah
79
(7) dan
Merupakan penyelesaian persamaan (1) untuk kasus akar rangkap m dari pers (3).
Karena penyelesaian ini bebas linier, maka fungsi ( dan ) membentuk basis
penyelesaian riil dari (1) untuk semua x positif dan penyelesaian umum. Persamaan (1)
yang sesuai adalah
(8) (sebarang , )
Penyelesaian umum untuk kasus akar rangkap
Contoh 3:
Selesaikan −
Penyelesaian;
Persamaan pembantu memiliki akar rangkap m = 2. Maka kasus penyelesaian riil
untuk semua x positif adalah
80
Dan dua syarat awal
(1b)
Misalkan x0 merupakan nilai x yang diberikan, dan K0 , K1 merupakan konstanta yang
diberikan. Maka persamaan (1) dalam (1a) dan (1b). hasil pentingnya akan menunjukan
kontinuitas dari koefisien dan adalah tahap untuk menentukan eksistensi
(keberadaan) dan keunikan penyelesaian dari masalah (1), sebagai berikut.
[Teorema Eksistensi Dan Keunikan]
Teorema 1:
Jika p(x) dan q(x) adalah dua fungsi kontinu pada suatu selang terbuka I dan x0
di dalam selang I, maka masalah nilai awal (1) mempunyai suatu penyelesaian
unik y(x) pada selang I.
Bukti : (coba sendiri)
81
khususnya tidah dapat diperoleh dengan cara memasukkan harga konstanta tertentu ke
dalam penyelesaian umum.
Untuk menentukan sifat bebas linear dan bergantung linear dari suatu penyelesaian.
Maka menggunakan determinan wronski12 atau secara singkat , wronskian, dari dua
penyelesaian y1 dan y2 dari persamaan (1a), yang didefinisikan oleh
(4) | | −
82
k1y1 + k2y2 ≡ 0
pada I. Karena k1 dan k2 tidak sama dengan nol, hal ini berarti y1 dan y2 bergantung linier
pada selang I.
c. Jika W = 0 pada x0 dalam selang I, akan memperoleh y1 dan y2 yang bergantung linier
pada selang I menurut bagian (b), maka W ≡ 0 menurut bagian (a) dari bukti ini (bukti
teorema tersebut). Sehingga untuk x1 dalam selang I pada kasus yang bergantung linier
W ≠ 0 tidak dapat terjadi, dengan demikian W ≠ 0 pada x1 dapat terjadi pada kasus yang
bebas linier
Penerapan Teorema 2:
Contoh 1:
Tunjukkan bahwa y1 = cos ωx , y2 = sin ωx membentuk basis penyelesaian dari y” + ω2y =
0, ω ≠ 0, pada sebarang selang.
Penyelesaian:
Cara substitusi menunjukkan bahwa y1 dan y2 tersebut merupakan penyelesaian dan bebas
linier sesuai dengan Teorema 2, karena
| |
−
Contoh 2:
Tunjukkan bahwa y = (c1 + c2x)ex merupakan penyelesaian umum dari y” – 2y‟ + y = 0
pada sebarang selang.
Penyelesaian:
Substitusi menunjukkan bahwa y1 = ex dan y2 = xex merupakan penyelesaiannya, dan
Teorema 2 menyatakan bebas linier karena
| | −
83
y1(x0) = 1, y1‟(x0) = 0
dan penyelesaian y2(x) pada I memenuhi syarat awal
y2(x0) = 0, y2‟(x0) = 1
Perhatikan bahwa Wronskian W(y1,y2) mempunyai nilai 1 pada x0. Maka y1, y2 adalah
bebas linier pada I, menurut Teorema 2 ; harga – harga tersebut membentuk basis
penyelesaian dari (1a) pada I, dan y = c1y1 + c2y2 untuk sebarang c1,c2 merupakan
penyelesaian umum (1a) pada I.
Penyelesaian umum (1a) mencakup semua penyelesaian
Penyelesaian umum
Teorema 4:
Anggaplah bahwa (1a) memiliki koefisien p(x) dan q(x) yang kontinu pada selang
terbuka I. Maka setiap penyelesaian y= Y(x) dari persamaan (1a) pada I adalah
berbentuk
(6) Y(x) = C1y1(x) + C2y2(x),
Dimana y1, y2 membentuk basis penyelesaian (1a) pada I dan C1 , C2merupakan
konstanta yang sesuai.
Bukti.
Menurut Teorema 3, Persamaan tersebut memiliki penyelesaian umum
(7) y(x) = c1y1(x) + c2y2(x)
pada I. Kita perlu menentukan nilai c1 , c2yang sesuai sehingga y(x) = Y(x) pada I. Dipilih
sebarang x0 pada I, dan terlebih dahulu ditunjukkan bahwa dapat memperoleh c1 , c2
sehingga
y(x0) = Y(x0), y‟(x0) = Y‟(x0)
dituliskan
(8) c1y1(x0) + c2y2(x0) = Y(x0)
c1y1‟(x0) + c2y2‟(x0) = Y‟(x0)
Ternyata, ini merupakan sistem persamaan linier dimana c1 dan c2 tidak diketahui.
Determinannya adalah Wronskian dari y1 dan y2 pada x = x0. Karena (7) merupakan
penyelesaian umum, maka y1 dan y2 adalah bebas linier pada I ; dan dari Teorema 2 terlihat
bahwa Wronskiannya tidak sama dengan nol. Dengan demikian, sistem tersebut
mempunyai penyelesaian yang unik c1 = C1 , c2 = C2 yang dapat diperoleh melalui aturan
Cramer, dengan menggunakan konstanta ini memperoleh penyelesaian khusus dari
Persamaan (7).
84
y*(x) = C1y1(x) + C2y2(x).
Karena C1, C2 adalah penyelesaian Persamaan (8), maka dari (8) sekarang kita ketahui
bahwa
y*(x0) = Y(x0), y*‟(x0) = Y‟(x0)
dari teorema keunikan (Teorema 1) dapat simpulkan bahwa y* harus sama dengan Y pada
I, dan bukti tersebut telah lengkap.
{ }
Gunakan teorema 3.9 diperoleh { }
Jadi, solusi umumnya adalah
{ }
{ }
{ }
mengalikan dengan , diperoleh :
{ }
−
{ }
− −
{ }
−
85
−
Jadi, solusi umumnya adalah
−
5. Tentukan persamaan karakteristik pada persamaan Euler-Cauchy jika a=1 dan b=0!
( )
Maka [ ]
86
DAFTAR PUSTAKA
Richard Bronson, Gabriel Costa. 2007. Schaum’s Outlines Persamaan Diferensial Edisi
Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Ross, S.L. (1984). Differensial Equations . Third Edition. USA : John Wiley & Sons.
87