PENANGGULANGAN PENYAKIT
MALARIA
SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA
Selain jenis gigitan nyamuk, parasit malaria dapat ditularkan melalui transfusi darah
yang mengandung parasit atau ditularkan pada janin oleh ibu yang menderita malaria,
Nyamuk Anopheles yang dapat menularkan malaria adalah jenis betina saja, karena
untuk dapat bertelur membutuhkan darah, sedangkan nyamuk jantan hanya makan
cairan gula yang berasal dari bunga dan tidak menggigit manusia maupun hewan.
Darah yang diperlukan nyamuk betina dapat berasal dari manusia maupun hewan.
3. Tanda/Gejala Malaria
a. Demam menggigil yang berkala disertai sakit kepala
b. Penderita pucat karena kurang darah
c. Badan merasa lemah
d. Mengingat gejala pokok penyakit malaria berupa demam, sulit dibedakan dengan
gejala demam pada penyakit lainnya, maka untuk menentukan penyakit malaria,
darahnya perlu diperiksa di bawah mikroskop.
e. Dengan pemeriksaan darah ini, diketahui jenis parasitnya, lalu dapat ditentukan
pengobatan yang tepat sehingga sembuh sempurna dan tidak kambuh
• Membakar obat pengusir nyamuk atau menyemprot kamar dengan obat semprot
• Tidak berada di luar rumah setelah hari gelap
• Menjauhkan kandang ternak dari tempat tinggal
• Memasang kawat kasa pada lubang angin rumah dan jendela.
b. Membunuh nyamuk
• Nyamuk dewasa dengan obat semprot. Menyemprot dinding rumah bagian dalam dengan
racun serangga, misalnya DDT atau Fenitrothion.
• Hanya dinding bagian dalam yang disemprot racun, karena nyamuk yang masuk rumah
akan hinggap di dinding. Racun akan masuk ke dalam tubuh nyamuk sewaktu nyamuk
hinggap di dinding.
• Nyamuk anopheles akan mati dengan cara ini dalam waktu 1-2 hari, sehingga tidak
sempat menularkan penyakit malaria kepada orang lain.
e. Akibat Malaria
• Menyebabkan kekurangan darah pada penderita malaria karena sel-sel darah merah
banyak yang hancur karena dirusak/dimakan oleh Plasmodium.
• Akibat kurang darah akan menyebabkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terkena infeksi lain dan daya kerja kurang. Dan pertumbuhan otak pada anak-anak
terhambat sehingga menyebabkan terganggunya perkembangan kecerdasan dengan
akibat anak-anak menjadi bodoh.
• Pada ibu hamil penyakit malaria dapat menyebabkan keguguran.Pada penderita penyakit
malaria tropika yang berat dan tidak diobati, pembuluh darah otaknya dapat tersumbat,
sehingga dapat menyebabkan kematian atau menjadi gila.
IV. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA
Di samping mendapat SKK dan melatih adik Pramuka atau anggota masyarakat, maka
perlu ditambah pengetahuan sebagai berikut:
1. Siklus Parasit Malaria dalam Tubuh Manusia dan dalam Tubuh Nyamuk.
a. Dalam tubuh manusia
1). Perkembangan dalam jaringan :
Parasit yang berasal dari nyamuk (disebut:Sporozoit) masuk ke dalam sel-sel
jaringan hati untuk tumbuh menjadi sizon jaringan yang kemudian menjadi
merozit yang menyebar dalam peredaran darah. Sebagian merozoit jaringan
pada Plasmodium vivax dapat bertahan dalam hati dan menyebabkan penyakit
malaria menahun (sering kambuh)
2). Perkembangan dalam peredaran darah :
a). Dalam sel-sel darah merah :
Parasit yang berasal dari hati (merozoit jaringan) kemudian menyerang
dan memakan sel-sel darah merah sambil berkembang biak di dalam sel-
sel tersebut, yang disebut bentuk Skizon.
Skizon kemudian pecah dan menghasilkan merozoit eritrositer yang akan
kembali menyerang sel-sel darah merah lainnya.
Siklus ini terjadi berulang-ulang sehingga menyebabkan banyak sel-sel
darah merah yang rusak, menyebabkan penderita menjadi pucat dan
lemah.
Pada waktu sel darah merah pecah mengeluarkan merozoid, timbulah
serangan demam pada diri penderita.
Serangan demam tersebut terjadi secara berkala (lihat grafik 1).
GAMBAR / GRAFIK
1. Pengobatan Malaria
Karena siklus hidup parasit malaria terdiri dari beberapa tahap/bentuk, maka
diperlukan obat yang berlainan sesuai denagn tahapan/bentuk parasitnya.
Penyakit malaria yang menahun yang disebabkan oleh plasmodium vivax akan lebih
sulit diobati karena parasitnya dapat bersembunyi di dalam hati
c. Pengobatan radikal
Diberikan kepada penderita malaria yang sudah dapat dipastikan jenis penyakitnya
melalui pemeriksaan darah.
Tujuan pengobatan ini adalah membasmi segala bentuk parasit malaria di dalam tubuh,
sehingga penderita menjadi sembuh sempurna (tidak kambuh). Tujuan ini hanya dapat
dicapai manakala obat diminum sesuai petunjuk yang diberikan oleh Puskesmas atau
petugas kesehatan lainnya.
Pramuka Penegak dan Pandega harus dapat meberikan pengobatan profilaksis,
pengobatan klinis dan penyuluhan tentang pentingnya pengobatan sesuai jadwal yang
ditentukan oleh Puskesmas.
Meskipun tidak perlu mengerjakan sendiri Pramuka Penegak dan Pandega perlu
mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a. Dapat menyebarluaskan pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan darah
malaria.
b. Jumlah darah yang diperlukan untuk pemeriksaan hanya sedikit hingga diambil
dari ujung jari.
c. Untuk dapat diperiksa darah tersebut harus diwarnai lebih dahulu.
d. Pemeriksaan selanjutnya dikerjakan di bawah mikroskop oleh petugas
kesehatan/Puskesmas.
e. Semua orang harus hadir pada saat dilakukan pengembilan darah untuk
pemeriksaan malaria agar supaya tidak ada penderita yang terlewat dari
pemeriksaan dan pengobatan.
f. Selama masih ada penderita malaria di masyarakat tanpa diobati selama itu pula
penderita tersebut menjadi sumber penularan bagi anggota masyarakat lainnya.
Di samping mendapat SKK penanggulangan penyakit malaria, seorang Pramuka Penegak dan
Pandega harus telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau anggota masyarakat dan
mengetahui serta dapat melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
C. Kegiatan pemberantasan.
1). Penanganan penyakit
a) Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan
(1) Penemuan Penderita
(a) Pencarian penderita secara aktif oleh petugas malaria desa
dengan kunjungan rumah ke rumah.
(b) Penemuan secara pasif:
* Terhadap semua pengunjung unit pelayanan kesehatan
(Puskesmas, Pustu, Poliklinik pemerintah maupun swasta)
* Melalui peran serta masyarakat, misalnya perorangan,
keluarga atau masyarakat, kader, Pramuka, guru
UKS,PKK, tokoh masyarakat, dukun penyembuh.
(2) Pemenuhan hak atas semua penduduk daerah endemis untuk
mendapatkan pengobatan malaria.
Buku Pedoman Pemberantasan Malaria, yang diterbitkan oleh Dit. Jen PPM & PLP yang terdiri
dan 10 jilid.
Jilid 1 : Epidemiologi
Jilid 2 : Program Pmberantasan
Jilid 3 : Pengobatan
Jilid 4 : Penyemprotan Rumah
Jilid 5 : Tindakan Anti Larva
Jilid 6 : Survey Malariometrik
Jilid 7 : Pemeriksaan Parasit Malaria secara Mikroskopik
Jilid 8 : Pengenalan wabah (GR)
Jilid 9 : Tes Resistensi In-vivo dan In-vitro untuk P. Fassiparum
Jilid 10: Entomologi
KRIDA PENANGGULANGAN
PENYAKIT
SKK
Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit endemis dengan
angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sejak ditemukan kasus DBD
pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, kejadian dan daerah terjangkit DBD terus meningkat
hampir di semua wilayah Indonesi. Sampai dengan tahun 2009 DBD sudah sudah menjangkiti
427 kabupaten/kota.
Sebagian besar propinsi masih menunjukkan angka kesakitan (Inciden Rate)yang tinggi di atas
25 per 100.000 penduduk walaupun angka kematian (Case Fatality Rate) sudah dapat
diturunkan di bawah satu persen Sejak tahun 2004 sampai tahun 2009 terjadi peningkatan
kasus yang signifikan. Kasus yang dilaporkan pada tahun 2004 sebanyak 79.462 penderita (IR=
37.01) dengan kematian sebanyak 957 orang (CFR = 1.2 %) dan pada tahun 2009 terjadi
kematian 1420 orang (CFR=0,89 %) dari jumlah kasus sebanyak 158.901 penderita (IR=
68,22).
Langkah-langkah antisipasi dan upaya penanggulangan telah dilakukan mulai dari tingkat
Pusat, Propinsi, Kab/Kota hingga Puskesmas diantaranya ; surveilens kasus (memperkuat
jejaring sistem pelaporan), surveilens vektor, pemutusan rantai penularan dengan
penanggulangan fokus (Penyelidikan Epidemiologi dan Fogging Fokus), penatalaksanaan
kasus terhadap penderita.
Strategi pengendalian DBD selanjutnya lebih difokuskan pada upaya preventif dengan
pemutusan mata rantai penularan melalui gerakan PSN-DBD, walaupun kegiatan ini telah
diintensifkan sejak tahun 1992 dalam bentuk gerakan 3M (menutup, menguras, mengubur),
namun masih belum juga mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian secara signifikan.
Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut belum juga berhasil menurunkan angka kesakitan
di beberapa propinsi maupun di kabupaten/kota yang endemis DBD.
Pramuka sebagai salah satu komponen masyarakat yang potensial sebagai agen perubahan
perilaku masyarakat dalam pengendalian DBD. Pramuka merupakan suatu organisasi
pendidikan kepanduan yang memiliki anggota terbesar di dunia dan sebagai organisasi non-
formal terbesar di Indonesia yang memiliki segmen peserta didik dari anak-anak, remaja dan
orang dewasa.
Melalui pemberdayaan pramuka diharapkan dapat menjadi suritauladan bagi masyarakat dalam
mendorong pembangunan bidang kesehatan serta berperan dalam peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui kegaiatan saka bakti husada.
I. PRAMUKA SIAGA ( 7 – 10 Tahun)
– Penyebab DBD adalah virus dengue
– Penular DBD adalah nyamuk Aedes aegypty
– Ciri-ciri nyamuk penular DBD adalah nyamuk Aedes aegypty dewasa berukuran
lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai
warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.
– Tanda/gejala DBD
Panas tinggi tanpa sebab jelas yang timbul mendadak, terus-menerus selama 2-
7 hari, badan terasa lemah/lesu, disertai nyeri pada ulu hati selanjutnya akan
timbul bintik-bintik merah pada kulit.
POTONGAN
POHON
BAMBU
VAS BUNGA
DRUM TEMPAT
PENAMPUNG PERINDUKAN LUBANG KAYU
AIR
NYAMUK
TELUR
1-2 hari LAR
VA
5-7
HR
PUP
A
BETI 1-2
NA HR
2-8
MGG
Siklus Aedes aegypti
– Mengetahui cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus
PSN DBD dilakukan dengan cara ‘3M-Plus’, 3M yang dimaksud yaitu:
1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak
mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong
air/tempayan, dan lain-lain (M2)
3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3).
Bila penderita DBD digigit nyamuk penular (nyamuk betina), maka virus dalam
darah akan ikut terisap masuk ke dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus
akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk
termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 (satu) minggu setelah mengisap
darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain
(masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk
sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah
mengisap virus Dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya.
Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum
mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya
(proboscis), agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah
virus Dengue dipindahkan dari nyamuk ke manusia.
– Mampu menjelaskan cara pencegahan DBD
Pencegahan DBD yang tepat sampai saat ini adalah dengan memutus rantai
penularan yaitu dengan pengendalian vektornya (contohnya PSN), karena
vaksin dan obatnya masih dalam proses penelitian.
Metode pengendalian vektor DBD bersifat spesifik lokal, dengan
mempertimbangkan faktor–faktor lingkungan fisik (cuaca/iklim, pemukiman,
habitat perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya (Pengetahuan Sikap dan
Perilaku) dan aspek vektor.
Pada dasarnya metode pengendalian vektor DBD yang paling efektif adalah
dengan melibatkan peran serta masyarakat (PSM). Sehingga berbagai metode
pengendalian vektor cara lain merupakan upaya pelengkap untuk secara cepat
memutus rantai penularan.
Berbagai metode PengendalianVektor (PV) DBD, yaitu:
a. Kimiawi
b. Biologi
c. Manajemen lingkungan
d. Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN
e. Pengendalian Vektor Terpadu
PUPA
1-2
BETIN HR
A
2-8
MGG
Siklus Aedes aegypti
– PSN 3M Plus adalah
B. TANDA-TANDA
TANDA RABIES PADA ANJING (HPR)
1. Permulaan:
a. Malas makan
b. Lebih jinak
c. Mata merah
GAMBAR
2. Gila:
a. Lari tanpa tujuan
b. Mengejar dan Menggigit apa saja yang bergerak
c. ”Lupa” pulang/ linglung
d. Berkelahi tak mau kalah
e. Tidak kenal tuannya lagi
f. Makan semuan benda yg masuk ke mulutnya seperti batu beling dll.
g. Air liur menetes terus tanpa henti
h. Takut angin,suara,cahaya,air
n,suara,cahaya,air ,dll
3. Lumpuh:
a. Berjalan terseok
terseok-seok
b. Ekor terjepit di kedua kaki belakang
c. Lidah menjulur
d. Rahang bawah menggantung/menganga terus
e. diakhiri dengan kematian
C. PENYEBAB
1. Bibit penyakit yang disebut virus rabies
2. Terdapat pada air liur hewan penderita rabies
3. Bentuknya seperti peluru
4. Ukurannya sangat kecil
5. Tak dapat dilihat oleh mata biasa (harus pake mikroskop)
D. CARA PENULARAN
GAMBAR
E. PENGOBATAN
1. Bila digigit anjing, kucing, kera atau hewan penular rabies lain, cucilah
luka dengan sabun dan air bersih yang mengalir sekitar 15 menit
2. Sesudah kering, obatilah dengan obat merah atau alkohol 70% atau
bathadin
3. Selanjutnya berobatlah ke dokter/sarana kesehatan terdekat
4. Hewannya jangan dibunuh/diobservasi 14 hari
F. PENCEGAHANNYA.
1. Peliharalah anjing, kucing dan kera dengan baik/ dirawat.
2. Suntikan vaksin anti rabies secara teratur ke dokter hewan.
3. Pakailah berongsong kalau anjingnya dibawa berjalan.
4. Ikatlah anjing dengan tali 2 meter.
II. PRAMUKA PENGGALANG
GAMBAR
Daerah yang rabies ialah provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau,
Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat,
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara.
C. SEJARAH
D. GEJALA RABIES
Pada anjing dan pada orang ada 4 stadium, yaitu :
1. Stadium permulaan = Prodomal
2. Stadium kedua = Sensoris
3. Stadium ketiga = Exitasi/gila
4. Stadium akhir = Paralyse/lumpuh
E. DIAGNOSE RABIES
Diagnosa rabies pada penderita biasanya tidak tertolong lagi . Diagnosa rabies sangat perlu
untuk menentukan apakah si penderita gigitan perlu mendapat vaksin atau campuran vaksin
dan serum anti rabies.
Oleh karena itu hewan penggigit JANGAN dibunuh tetapi ditangkap untuk diamati selama
10 hari.
Jikalau mati otaknya diambil lalu diperiksa dengan mikroskop, maupun secara biologis
memakai tikus putih.
F. PERAN SERTA
1. Melatih Pramuka Siaga dan Penggalang untuk mencapai SKK
2. Melatih memasang tali dan berongsong anjing.
3. Melatih memegangi anjing waktu divaksinasi rabies
4. Membantu menangkap anjing liar.
5. Membantu mengirim spesimen hewan yang menggigit pada manusia .
6. Membantu melaporkan kasus gigitan ke Puskesmas dan ke Dinas Peternakan.
GAMBAR
G. PRINSIP PEMBERANTASAN
a. Vaksinasi hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera
b. Penangkapan anjing liar dan dibunuh
c. Mentaati undang-undang dan peraturan rabies.
d. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang rabies.
SKK
PENANGGULANGAN DIARE
Pramuka Siaga:
Pramuka Penggalang:
- Menjelaskan penyakit yang sering menimbulkan wabah
- Menjelaskan penyakit yang bisa menyebabkan diare
- Menjelaskan gejala diare dan akibat diare
- Menjelaskan manfaat oralit dan cara membuatnya
- Menjelaskan cara pencegahannya
I. PRAMUKA SIAGA
A. PENGERTIAN DIARE
GAMBAR
Diare adalah berak encer atau bahkan berupa air saja (mencret) yang terjadi lebih
sering dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam 1 hari. Penyakit ini sering timbul sebagai
wabah, karena dalam waktu singkat memakan banyak korban.
B. GEJALA POKOK PENYAKIT DIARE
Gejala utama penyakit diare adalah siring berak-berak encer lebih dari biasanya bahkan
dapat berupa air. Kadang-kadang disertai dengan muntah, panas dan lain-lain.
C. PENYEBAB DIARE
Diare dpat diseabkan oleh bermacam-macam hal, diantaranya adalah:
1. Karena peradangan usus (infeksi kuman)
2. Karena keracunan makanan dan minuman
3. Karena tidak tahan terhadap makanan tertentu
4. Karena kekurangan Gizi
D. AKIBAT DIARE
Apabila seorang anak penderita diare tidak segera ditolong, maka anak tersebut akan
kekurangan CAIRAN TUBUH dan ZAT GARAM-GARAMAN yang sangat berguna bagi
kelangsungan hidup manusia. Anak tersebut menjadi lemas dan akhirnya meninggal.
Hal ini dapat diibaratkan sebatang pohon yang kekurangan air, lama-kelamaan akan
layu dan mati.
ORALIT adalah bubuk garam gula, yang selalu dilarutkan dalam air masak dan
diminumkan pada orang diare dapat mencegah bahaya kehabisan cairan tubuh.
ZINC merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan
pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar
ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan Zinc yang hilang selama diare, anak
dapat diberikan Zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar
anak tetap sehat.
GAMBAR
Cara penularan penyakit diare secara lintas dubur – mulut: airtinya kuman dikeluarkan melalui
kotoran manusia dan masuk ke dalam tubuh manusia bersama-sama makanan dan minuman
yang tercemari melalui mulut.
GAMBAR
3. Cara memberikan Larutan Oralit dan Zinc kepada Penderita :
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dalam menolong penderita diare, perlu
diketahui cara-cara memberikan larutan oralit yang benar.
a. Berikanlah larutan oralit tersebut sedikit demi sedikit, walaupun sedikit tapi sering,
dapat dipergunakan sendok. Pemberian sebanyak-banyaknya sampai anak tidak
haus lagi.
b. Apabila penderita muntah, istirahat sebentar dan diteruskan lagi. Sebaiknya air
yang dipergunakan untuk melarutkan oralit air yang hangat-hangat kuku.
c. Setelah habis satu gelas buatlah larutan lagi. Dan berikan seperti cara di atas.
Pada saat diare, anak akan kehilangan Zinc dalam tubuhnya. Pemberian Zinc mampu
menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan mempercepat
penyembuan diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan tubuh sehingga dapat
mencegah risiko terulangnya diare selma 2-3 bulan setelah anak sembuh dari diare.
Pemberian zinc selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut:
a. Balita umur <6 bulan : ½ tablet (10mg) perh hari.
b. Balita umur > b bulan : 1 tablet (20 mg) per hari.
PERHATIAN:
Walaupun anak muntah, pemberian ORALIT tidak boleh dihentikan. Zinc aman
dikonsumsi bersamaan dengan Oralit. Saat ini Zinc tersedia di pasaran atau fasilitas
pelayanan kesehatan berupa tablet dispersible, sirup, serbuk dalam saset. Tablet Zinc
akan larut segera dalam waktu sekitar 30 detik. Mintalah nasehat kepada Seorang
Kader Kesehatan atau petugas Kesehatan terdekat.
GAMBAR
e. Buang air besar di jamban atau kakus yang sehat. Jangan mebiasakan membuang
air besar di sembarang tempat, misalnya di kebun, di kali dan lain-lain.
f. Membudayakan kebersihan perirangan seperti menggunting kuku, mencuci tangan
sebelum makan dan sesudah buag air besar, mandi.
g. Membudayakan menjaga kebersihan alat-alat rumah tangga , seperti mencuci
peralatan makan dan minum dengan sabun. Dan meletakkan di rak piring, serta
menjemurnya di panas matahari.
h. Memberikan makanan yang bergizi
Dengan memberikan makanan yang bergizi dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap diare.
Makanan bergizi bukan berarti makanan mahal. Dapat berupa: tahu, tempe, ikan ,
daging, sayur-mayur, buah-buahan.
i. Menjaga lingkungan agar tetap sehat, dengan :
- Menjaga kebersihan halaman dan sampah dan kotoran.
- Jika memelihara hewan, misalnya anjing, babi dan sebagainya, dibuatkan
kandang tersendiri sedemikian rupa sehingga kotoran tidak terjamah oleh anak-
anak.
- membuat jarak jamban dengan sumber air minum paling sedikit 10 meter
j. memberikan imunisasi campak pada bayi umur 9 bulan
1. Bila anak menderita diare, tanda-tanda yang paling awal adalah haus, maka:
- Berilah cairan apa saja yang ada di rumah tangga, misalnya air teh, air susu, air
buah, air sop, air tajin dan sebainya.
- Kalau dia masih menyusui, agar diberikan ASI tambahan lebih dari biasanya.
- Makanan yang biasa diberikan dapat diteruskan.
2. Bila anak diare disertai slah satu gejala dari: nafsu makan berkurang, kelincahan
menurun, panas, muntah, maka carilah ORALIT pada kader kesehatan.
3. Aturan pemberian larutan pada penderita diare :
- Anak dibawah 1 tahun : 2 jam pertama harus habis 2 gelas, selanjutnya ½
gelas setiap kali berak.
- Anak 1 - 5 tahun : : 2 jam pertama harus habis 4 gelas, selanjutnya 1 gelas
setiap kali berak
- Anak di atas 5 tahun dan dewasa : 2 jam pertama harus habis 6 gelas,
selanjutnya setiap kali berak.
4. Untuk mempercepat proses penyembuhan penderita diharuskan istirahat yang cukup.
Sebaiknya diberikan makanan yang bergizi, seperti: tempe, tahun, ayam, daging, buah-
buahan.
5. Tidak dianjurkan memberikan obat-obatan lain kepada penderita.
6. Bila penderita sudah ditolong dengan oralit belum teratasi bawalah ke Puksesmas
terdekat.
Rasa haus dan cubitan kulit merupakan tanda kunci (penting). Untuk menentukan
derajat kedehidrasian minimal harus ada satu tanda kunci ditambah minimal satu tanda
lainnya (bukan tanda kunci).
2. Bahaya penderita Diare yang jatuh dalam keadaan Dehidrasi.
Ada 2 bahaya yang ditimbulkan oleh diare yang jatuh dalam keadaan dehigrasi, yaitu:
Kekurangan Gizi dan kematian.
3. Manfaat Air Susu ibu (ASI) Bagi GAMBAR
Penderita Diare.
Disamping ASI mengandung zat gizi yang
Sangat bermanfaat bagi pertumbuhan bayi
Atau anak ASI juga mengandung zat ANTI
INFEKSI.
ASI juga lebih steril dibandingkan dengan
Susu botol
Bagi penderita diare:
- Apabila anak yang menyusu menderita
diare, berikanlah ASI tersebut lebih
banyak dari biasanya.
- Pemberian ASI diteruskan berselang-
Seling dengan pemberian ORALIT.
Di samping harus memahami pengetahuan yang telah diuraikan, harus telah melatih sedikitnya
seorang atau anggota masyarakat sehingga dapat mencapai SKK (memperoleh TKK)
Penanggulangan Penyakit Diare.
Juga harus memahami pengetahuan di bawah ini agar dapat membantu melakukan tindkan
yang tetap apabila menghadapi penderita diare.
1. Tindakan Bila Menghadapi Penderita Diare.
GAMBAR
Dalam menolong penderita diare, yang penting adalah:
a. Mencegah agar tidak terjadi dehidrasi (kekurangan cairan)
b. Kalau telah jatuh dalam keadaan dehidrasi ditolong secepatnya agar tidak menjadi berat.
Caranya yaitu dengan menggantikan cairan tubuh yang hilang karna diare dengan memberikan
cairan apa saja yang ada di rumah atau dengan oralit. Tindakan ini disebut: REHIDRASI.
Jadi dpat dikatakan tindakan rehidrasi diberikan berdasarkan tingkat-tingkat DEHIDRASI.
Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200cc). Anak kurang dari
1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali berak. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-
200cc cairan oraliit setiap berak.
a. Tanyakan kapan mulai diare, apakah tinjanya ada darahnya, apakah disertai
penyakit lain.
b. Mengadakan pemeriksaan pada penderita .
Untuk menentukan derajat dehidarasi perlu melihat dan melakukan pemeriksaan.
Lihatlah:
- Bagaimana keadaan umum anak tersebut?
* Apakah dia baik dan gesit?
* Apakah dia sakit, mengantuk atau cengeng?
* Apakah dia sangat mengantuk, tidak berbahaya atau tidak sadar?
- Apakah anak mengeluarkan air mata waktu menangis?
- Apakah matanya normal, cekung atau sangat kering dan cekung?
- Apakah mulut dan lidahnya basah, kering atau sangat kering?
- Saat saudara memberikan minum, apakah anak:
* Minum biasa atau tampak tidak haus?
* Minum banyak dan tempak haus?
* Minum sedikit atau tampak tidak bisa minum?
Periksalah:
- Sewaktu kulitnya ditarik/dicubit, apakah kembali cepat, lambat atau sangat
lambat (lebih lama dari 2 detik).
Catatan : Penarikan kulit dapat memberikan keterangan yang salah.
* Pada penderita yang gizinya sangat buruk, kulitnya mungkin saja
kembali dengan lambat, walaupun dia tidak dehidrasi.
* Pada penderita yang obesitas (terlalu gemuk) kulitnya mungkin saja
kembali dengan cepat walaupun penderita mengalami dehidrasi.
c. Menetapkan pengobatan yang cocok
Menetapkan pengobatan yang cocok
- (Seperti yang telah diuraikan terdahulu)
- Kapan dapat ditolong dengan cairan yang ada di rumah.
- Kapan harus dngan oralit
- Kapan harus mengirim ke Puksesmas atau ke Rumah sakit.
Kriteria penderita dirujuk:
- Muntah-muntah terus
- Mencret terus dan banyak
- Rasa haus yang nyata
- Tidak mau makan dan minum
- Panas Tinggi
- Tinjanya berdarah
Kalau di kirim ke Puskesmas, penderita tetap diberi minum larutan Oralit selama
dalam perjalanan.
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia,
hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakita diare dari tahun ke tahun. Di dunia,
sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi
di negara berkembang (Parashar, 2003). Menurut WHO, di negara berkembang pada tahun
2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 6 dari 10 kematian tersebut
pada umur <2 tahun. Rata-rata anak usia <3 tahun di negara berkembang mengalami episode
diare 3 kali dalam setahun (WH), 2005)
Hasil survei Subdit Diare angka kesakitan diare semua umur tahun 2000, angka kesakitan diare
semua umur 301 per 1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374 per 1000 penduduk, tahun 2006
adalah 423 per 1000 penduduk. Kematian diare pada balita 75,3 per 100.000 balita dan semua
umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur (Hasil SKRT 2001). Diare merupakan penyebab
kematian no.4 (13,2%) pada semua umur dalam kelompok peyakit menular. Proporsi diare
sebagai penyabab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita
(25,3%) (Hasil Riskesdas 2007)
Disamping itu, di Indonesia penyakit diare ini masih sering timbul sebagai wabah yang sering
menghebohkan masyarakat atau sosial politik, karena dalam waktu yang singkat dapat
memakan banyak korban.
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah
satu unsur kesejahteraan umur dan Tujuan Nasional.
Dewasa ini, dengan masih tingginya angka kematian bayi dan Balita menggambarkan belum
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal serta merupakan tantangan
pembangunan kesehatan yang utama. Maka untuk menghadapi tantangan tersebut
penanggulangan diare merupakan salah satu masalah yang prioritas.
PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DIARE
KEPUSTAKAAN
2. Buku penuntun Kader Pembangunan Desa Dalam penanggulangan Penyakit Diare. Ditjen
P3M, 1983
3. Diare dan Upaya Pemberantasannya, Ditjen P3M, 1981
4. Rehidrasi Oral, Pemantapan dan Pembudayaan dalam upaya Penanggulangan Diare,
Ditjen PPM & PLP, 1984.
5. Pedoman Supervisor tentang ”Pengobatan Penderita Diare”, Ditjen PPM & PLP 1983.
SKK PENANGGULANGAN
PENYAKIT TB PARU
TUJUAN SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT TB PARU
I. Pramuka Siaga
- Mengetahui penyebab, cara penularan dan gejala TB Paru
- Mengetahui jenis TB
- Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan secara teratur
I. PRAMUKA SIAGA
Seorang Pramuka harus mengerti hal-hal sebagai berikut:
A. PENYEBAB
Tuberkulosis (TB) yang dulu dikenal dengan TBC adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobarterium tuberculosis).
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
atau bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). TB dapat
menyerang siapa saja, terutama usia produktif/masih aktif bekerja (15-50 tahun)
dan anak-anak.
B. GEJALA TB
Gejala utama TB adalah :
- Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih
Gejala lainnya:
- Batuk bercampur darah
- Sesak nafas dan nyeri dada
- Nafsu makan berkurang
- Berat badan turun
- Rasa kurang enak badan (lemas)
- Demam/meriang berkepanjangan
- Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan
D. CARA PENULARAN TB
- Sumber penularan adalah pasien TB yang dahaknya mengandung kuman
TB BTA Positif.
- Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menyebarkan 3.000 kuman dalam
percikan dahak.
- Penularan terjadi melalui percikan dahak yang dapat bertahan selama
beberapa jam dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan lembab.
- Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam tubuh pasien berarti semakin
besar kemungkinan menularkan kepada orang lain.
- TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien yang sudah
dibersihkan, seperti: peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang
digunakan pasien TB.
E. JENIS TB
1. TB Paru : Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
paru
2. TB Ekstra Paru : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya: selaput otak, selaput jantung (pericardium), tulang, persendian,
kelenjar getah bening, kulit, ginjal, usus, dll.
Selain hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penegak dan Pandega harus
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mampu menggerakkan masyarakat/organisasi masyarakat untuk turut
melaksanakan pengawasan dan pengendalian pengobatan penyakit.
2. Dapat memberikan penyuluhan tentang Penanggulangan TB paru kepada
kelompok Pramuka atau anggota masyarakat.
3. Telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau anggota masyarakat,
sehingga mencapai SKK (memperoleh TKK) Penanggulangan penyakit TB
paru.
KEPUSTAKAAN
Pramuka Siaga:
- Mengetahui penyebab, cara penularan dan tanda penyakit cacingan
- Mengetahui cara pencegahan penyakit cacingan
- Mengetahui cara pengobatan penyakit cacingan
Pramuka Penggalang:
- Menjelaskan penyebab, cara penularan dan tanda penyakit cacingan
- Menjelaskan cara pencegahan penyakit cacingan
- Menjelaskan cara pengobatan penyakit cacingan
I. PRAMUKA SIAGA
A. PENGERTIAN
Seorang dikatakan cacingan, bila dalam pemeriksaan tinjanya terdapat telur
cacing.
B. TANDA-TANDA CACINGAN
1. Pucat, kurang darah
2. Lesu, kurus, malas
3. Mual, kurang nafsu makan
4. Perut buncit
5. Mata cembung
6. Rambut jarana
7. Keluar cacing dari dubur atau mulut
GAMBAR
C. PENYEBAB CACINGAN
Penyebab cacingan disebabkan oleh jenis cacing tanah yang terdapat pada
usus, adalah:
- Cacing gelang
- Cacing cambur
- cacing tambang
D. CARA PENULARAN
1. Apabila penderita cacingan Luang air besar sembarangan.
Tinja yang mengandung telur cacing mengotori tanah.
GAMBAR
2. Di tanah lembab dengan suhu dan waktu tertentu telur menjadi matang dan
Siap menulari orang lain.
3. penularan dapat melalui makanan dan minutan yang dikotori oleh telur cacing
yang telah matang tadi atau melalui tangan yang kotor.
GAMBAR
4. Dapat juga penularan melalui digitan tempayak pada kulit kaki yang tidak
memakai alas kaki.
GAMBAR
3. Memotong dan membersihkan kuku
4. Memakai alas kaki sewaktu diluar rumah
GAMBAR
5. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum makan.
GAMBAR
GAMBAR
7. Menjaga kebersihan, menutup makanan dengan tudung saji.
II. PRAMUKA PENGGALANG
1. Cara pencegahan penyakit cacingan
a. Mencegah pengotoran sungai dan saluran air
b. Menjaga kebersihan rumah.
c. Menjaga kebersihan lingkungan
d. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum dan mandi
e. Memasak air minum
GAMBAR
Orang sehat yang makan makanan Telur-telur terbawa angin air, debu
dan minuman minuman yang dan terselip dikuku dan sebagainya,
mengandung telur cacing. kemudian hinggap pada: makanan
dan minuman
GAMBAR
Hal ini sangat penting dan erat hubungan dengan kebersihan badani, bahkan
oleh agama disebutkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari pada iman.
Pokoknya semua bersih, lingkungan, badan, hati dan cita-cita.
6. Pengetahuan Lain:
Daerah-daerah yang mempunyai angka kesakitan tinggi
Daerah yang mempunyai angka kesakitan cacingan (prevalensi) tinggi adalah
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Letak daerah dengan iklim yang panas dan lembab yang cocok dengan
pertumbuhan cacing perut.
b. Penduduk padat
c. Sarana penunjang lingkungan (air bersih, jamban, keberhasilan makanan
dan minuman) belum memenuhi syarat kesehatan atau belum dimanfaatkan.
d. pendidikan masyarakat masih rendah.
e. Sosial ekonomi masih rendah.
Pramuka golongan Penegak dan Pandega diharapkan dapat menjelaskan dan
menjadi contoh tauladan terhadap sekelompok Pramuka golongan Siaga dan
Penggalang atau masyarakat dalam penyuluhan pencegahan dan pengobatan
penyakit cacing.
Khusus Pramuka Penegak dan Pandega, di samping hal-hal tersebut di atas,
juga harus :
- Dapat membantu atau bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam
pelaksanaan program. Misalnya dalam pelaksanaan penyuluhan, pengobatan
melalui program terpadu baik lintas program maupun lintas sektoral.
- Telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau seorang anggota masyarkaat
sehingga TKK Penangulangan penyakit Cacingan tingkat madya.
KEPUSTAKAAN.
1. Mengenal cacing perut dan cara pencegahannya, Sub Dit. Cacing Tambang
dan Parasit Perut lainnya, Ditjen P3M Departemen Kesehatan RI, 1981.
2. Keluarga sehat karena bebas dari cacing, Departemen Kesehatan Jakarta,
1983.
3. Program Pelita IV Subdit Penanggulangan Diare, Kecacingan dan Parasit
Perut, Ditjen PPM & PLP.
Pedoman Program pemberantasan Penyakit Cacingan, Ditjen PKM & PLP,
1998.
Marilah memberantas dan mencegah cacingan, Depkes 1992.
SKK PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN INFEKSI
MENULAR SEKSUAL LAINNYA
PRAMUKA PENEGAK
A. SKK tentang IMS
- Mengetahui dan dapat menjelaskan pengertian IMS.
- Mengetahui dan dapat menjelaskan gejala dan akibat IMS yang diobati tidak menular.
- Mengetahui dan dapat menjelaskan cara penularan IMS
- Mengetahui dan dapat menjelaskan bagaimana cara pencegahan IMS.
- Mengetahui dan menjelaskan hubungan IMS dan HIV/AIDS.
- Mengetahui dimana dapat memperoleh pengobatan dan akibat IMS yang diobati tidak
teratur.
- Mengetahui perilaku dan faktor yang mepengaruhi penyebaran IMS.
- Dapat memberi tahu kepada teman sebaya dikelompoknya
1. Pengertian HIV
HIV adalah kependekan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Orang yang mengidap HIV di dalam
tubuhnya disebut HIV positif atau pengidap HIV.
Orang yang telah terinfeksi HIV dalam beberapa tahun pertama belum menunjukkan
gejala apapun, secara fisik kelihatan tidak berbeda dengan orang lain yang sehat.
Namun dia mempunyai potensi sebagai sumber penularan, artinya dia dapat
menularkan virus pada orang lain.
2. Pengertian AIDS
Untuk memahami gejala HIV dan AIDS, perlu dipahami sistem kekebalan tubuh sebagai
mana digambarkan dalam komik berikut
Penjelasan :
• Komik kekebalan tubuh menggambarkan tentang fungsi darah putih dalam tubuh
seseorang sebagai sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi serangan kuman, virus,
dan lainnya.
• Bila virus masuk ke dalam tubuh, maka sel darah putih akan berusaha melumpuhkan
virus tersebut. Misalnya, virus influenza, diare dan batuk akan dilumpuhkan oleh sel
darah putih.
• Berbeda dengan virus lainnya, HIV adalah virus yang tidak mudah dilumpuhkan oleh sel
darah putih. Apabila masuk ke dalam tubuh kita justru akan melumpuhkan sel darah
putih, terutama menyerang CD 4 dan menggunakannya untuk memperbanyak HIV
dalam tubuh yang bersangkutan sehingga tubuh tidak mampu melawan penyakit dan
infeksi.
Tahapan perkembangan perjalanan HIV secara umum dibagi dalam beberapa tahapan:
1. Tahap Primer
HIV positif dimana seseorang positif terkena HIV, namun belum menunjukkan gejala
berarti. Gejala-gejala yang timbul adalah mirip dengan gejala flu (pusing, lemas, agak
demam, dan lain-lain) sehingga sering terabaikan. Tahap ini biasanya terjadi antara 2-4
minggu setelah seseorang terinfeksi HIV. Dengan kata lain, setelah HIV masuk tubuh
untuk pertama kalinya, apabila orang tersebut melakukan tes HIV, maka hasil tes
mungkin negatif.
4. Tahapan Akhir
Pada tahapan ini, seseorang telah menunjukkan gejala-gejala penuh AIDS. Ini
menyangkut tanda-tanda yang khas AIDS, yaitu adanya penyakit-penyakit oportunistik
seperti: Pneumocytis Carinii (PCP), Candidiasis, Sarkoma Kaposis, Tuberkulosis (TB),
berat badan menurun drastis, diare tanpa henti, dan penyakit lainnya yang berakibat
fatal. Gangguan syaraf juga sering dilaporkan, diantaranya: hilangnya ketajaman daya
ingat, timbulnya gejala gangguan mental (dementia), dan perubahan perilaku secara
progresif (umumnya akibat encephalopathy). Disfungsi kognitif sering terjadi, dengan
tanda awal diantaranya adalah tremor (gemetar tubuh) serta kelambanan bergerak.
Hilangnya kemampuan melihat dan paraplegia (kelumpuhan kaki) juga bisa timbul di
tahapan akhir.
Menurut WHO, awalnya diperkirakan hanya sebagian kecil dari mereka terinfeksi HIV
akan menunjukkan gejala AIDS. Namun, kini ditemukan bahwa sekitar 20% dari mereka
yang HIV positif akan berkembang menjadi AIDS dalam waktu 5 tahun setelah terinfeksi.
Sedangkan 50% lainnya, dalam waktu 10 tahun setelah pertama kali tertular. Setelah
dalam tahap fullblown, harapan untuk bertahan hidup menipis secara drastis.
Berdasarkan keterangan di atas, seseorang bisa saja terkena HIV dan tidak
menunjukkan gejala apapun (Asymptomatic) dalam waktu yang cukup lama (3-10
tahun). Karenanya, kita sering tidak mampu mendeteksi apakah seseorang HIV positif
atau tidak berdasarkan penampilan saja. Meskipun seseorang tidak menunjukkan
gejala apapun, ia sudah dapat menularkan HIV pada orang lain. Seringkali orang
tersebut tidak menyadari dirinya sudah terkena HIV bila gejalanya belum tampak. Lebih
jauh lagi, meskipun ia sudah tahu dirinya HIV positif, mungkin ia tidak bisa membuka
statusnya dengan mudah karena tidak yakin terhadap reaksi orang lain.
C. Cara Penularan HIV
Sehubungan dengan penularan, perlu diketahui tentang
periode jendela (window period) yaitu masa seseorang telah
terinfeksi HIV tetapi bila dilakukan pemeriksaan darah maka
belum menunjukkan hasil (negatif) yang berarti antibodi
terhadap HIV belum dapat dideteksi dengan pemeriksaan
laboratorium. Periode jendela ini biasanya berlangsung antara
3-6 bulan sejak dimulainya infeksi. Hal yang perlu diingat
adalah sejak masuknya virus HIV, seseorang telah mengidap
HIV dan dapat menularkan HIV sepanjang hidupnya.
Sehingga walaupun dalam masa periode jendela, orang
tersebut sudah menjadi sumber penularan.
Penularan HIV dapat terjadi bila ada kontak atau masuknya cairan tubuh yang mengandung
HIV, yaitu :
1. Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV yang dapat terjadi
melalui perilaku seksual dengan lawan jenis atau sesama jenis.
2. Melalui tranfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar HIV. Transfusi darah yang
tercemar HIV secara langsung membuat orang yang menerima darah tersebut tertular
HIV karena virus langsung masuk ke dalam sistem peredaran darah penerima.
3. Melalui alat/jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tatto) yang tercemar
oleh HIV. Oleh sebab itu pemakaian jarum suntik secara bersama-sama oleh para
pecandu narkotika akan mempermudah penularan HIV di antara mereka bila salah satu
di antara mereka merupakan pengidap HIV.
4. Pemindahan dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin yang dikandungnya, anak
yang dilahirkan dan melalui pemberian ASI.
5. Mengingat pola penularan HIV seperti disebutkan di
atas, maka terdapat orang-orang yang memiliki
perilaku risiko tinggi untuk terinfeksi HIV, yaitu :
• Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti
pasangan hubungan seksual, beserta pasangan
mereka.
• Penjaja seks, serta pelanggannya.
• Laki-laki dan perempuan yang melakukan hubungan
seksual anal.
• Pengguna narkotika dengan suntik yang
menggunakan jarum suntik secara bersama.
Hal-Hal yang Tidak Menularkan HIV.
HIV mudah mati di luar tubuh manusia, oleh sebab itu HIV
tidak dapat ditularkan melalui kontak sosial sehari-hari
seperti:
1. Bersentuhan dengan pengidap HIV.
2. Berjabat tangan.
3. Bersentuhan dengan pakaian dan barang-barang bekas pakai orang dengan HIV atau
sudah AIDS.
4. Bersin atau batuk-batuk orang dengan HIV atau sudah AIDS di depan kita.
5. Berciuman kering.
6. Melalui makanan dan minuman.
7. Berenang bersama di kolam renang.
8. Menggunakan WC yang sama dengan pengidap HIV.
9. Melalui gigitan nyamuk atau serangga lain.
Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-hati dalam berbagai
tindakan yang berhubungan dengan darah, produk darah dan plasma:
a. Transfusi Darah
Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk transfusi tidak tercemar
HIV. Perlu dianjurkan pada seseorang yang HIV positif agar tidak menjadi donor
darah. Begitu pula mereka yang berperilaku risiko tinggi, misalnya sering
melakukan hubungan seks dengan ganti-ganti pasangan.
b. Penggunaan Produk Darah dan Plasma
Sama halnya dengan darah yang digunakan untuk transfusi, maka produk darah
dan plasma harus dipastikan tidak tercemar HIV.
c. Penggunaan alat suntik dan alat-alat lain yang dapat melukai kulit
Penggunaan alat-alat seperti jarum, jarum suntik, alat cukur dan alat tusuk untuk
tindik perlu diperhatikan sterilisasinya. Tindakan mensterilkan dengan
pemanasan atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat penting.
Janin dari orangtua terinfeksi HIV berrisiko tertular HIV penularan cukup besar
sekitar 25 %. Risiko akan semakin besar bila orangtua telah berada dalam tahap
AIDS, oleh karena itu orangtua yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untuk
mempertimbangkan kembali tentang rencana kehamilan. Risiko bayi terinfeksi HIV
melalui ASI kecil, sehingga tetap dianjurkan bagi si ibu untuk memberikan ASI pada
bayinya.
Dalam epidemiologi, epidemi (dari bahasa Yunani epi- penyakit + demos rakyat) adalah
penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam
suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang melampaui laju "estimasi" (dugaan), yang
didasarkan pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang
terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga.
Epidemi AIDS adalah kejadian wabah AIDS yang terjadi secara cepat dari yang diduga
dalam suatu periode waktu tertentu pada suatu masyarakat. Epidemi AIDS merupakan
distribusi dan determinant (penentu) dari kejadian AIDS yang terjadi di masyarakat.
Sehubungan hal tersebut, maka epidemi AIDS terkini pada suatu wilayah
menggambarkan jumlah kasus, pola penyebaran, faktor risiko, kelompok risiko,
pengendalian dan perkembangan AIDS tersebut. Oleh karena itu situasi epidemi AIDS di
setiap daerah akan berbeda.
Pada umumnya, penggambaran suatu epidemi AIDS tidak hanya terbatas pengungkapan
fakta kejadian wabah saja, akan tetapi fakta tersebut dianalisis dan dikembangkan
kebijakan dalam rangka penanggulangannya.
Seorang manajer program dan petugas lapangan sangat penting memahami suatu
epidemi AIDS yang ada di daerahnya. Memahami epidemi akan mempermudah mereka
untuk menguasai situasi dan permasalahan serta rencana strategi yang akan
dikembangkan.
Salah satu dari penanggulangan HIV dan AIDS adalah penyediaan layanan-layanan
masyarakat selain Komunikasi Informasi dan Edukasi. Pelayanan HIV dan AIDS,
diantaranya kita mengenal Voluntary Counseling and Testing (VCT)), Prevention from
Parent To Child Transmission (PPTCT), Provider Initiated Test and Counseling (PITC) and
Care Support and Treatment (CST).
VCT adalah konseling dan tes HIV yang dilakukan secara sukarela untuk mengetahui status
HIV seseorang, dikenal juga sebagai Konseling Testing secara Sukarela (KTS). Tes ini
merupakan pengambilan darah dan pemeriksaan laboratorium yang harus disertai konseling.
KTS merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke
seluruh layanan kesehatan HIV dan AIDS.
PPTCT atau Pencegahan penularan dari orangtua ke anak merupakan pelayanan yang
dikhususkan terhadap para ibu yang terinfeksi HIV. Setiap ibu berstatus HIV yang hamil
menjadi perhatian dari pelayanan ini. Seorang ibu hamil dengan HIV positif rentan
menularkan terhadap janinnya. Penularan ini mungkin terjadi saat kehamilan sampai proses
kelahiran, sehingga sangat perlu pendampingan dan penanganan khusus melalui pelayanan
PPTCT. Diantara pelayanan yang didapat adalah konseling, pemeriksaan rutin kehamilan,
terapi ARV, proses kelahiran dan penanganan Ibu dan anak dari pasca kelahiran termasuk
gizi dan nutrisi bayi dan pemeriksaan untuk kepentingan status HIV bayi.
PITC merupakan layanan pemeriksaan darah untuk mengetahui status HIV seseorang,
dimana pasien yang datang dengan simptom atau penyakit terkait HIV, diagnosis dan
tatalaksana klinik berdasarkan diagnosis HIV. Tes HIV ditawarkan sebagai bagian dari
evaluasi klinis di tempat dimana prevalensi HIV menonjol.
Layanan PITC adalah :
• Individu mencari layanan medis.
• Konseling HIV diberikan dan tes ditawarkan oleh petugas kesehatan.
• Hasil tes digunakan petugas kesehatan untuk melakukan diagnosis dan memberikan
terapi yang tepat.
• Layanan yang diberikan bersifat kerahasiaan dan status didokumentasikan di status
catatan medik agar dapat dilakukan tindak lanjut.
• Prinsip dari PITC adalah sama dengan VCT, seperti : kerahasiaan, konseling dan
informed-consent.
CST merupakan pelayanan terkait dengan pemberian dukungan kepada orang yang
berstatus HIV positif. Pelayanan ini akan diberikan setelah orang melalui proses tes darah
atau ketika seseorang tersebut HIV positif. Pasca tes, seseorang yang HIV positif akan
dirujuk ke CST dan manajer kasus di CST akan menawarkan beberapa dukungan dan
layanan, misalnya: pemeriksaan laboratorium terkait dengan tingkat CD4, viral load, SGPT,
SGOT dan lain-lain. Dukungan terapi ARV (antiretroviral) akan diberikan dalam pelayanan
CST. Selain dukungan medis, bila yang bersangkutan membutuhkan, dapat memperoleh
dukungan sosial, ekonomi, atau spiritual beserta layanan-layanan lain yang ada di
masyarakat.
G. Tes HIV
Tes antibodi HIV adalah tes darah yang dipakai untuk memastikan apakah seseorang telah
terinfeksi HIV atau tidak.
Manfaat tes ini adalah :
a. Membantu melindungi persediaan darah di bank darah. Adanya skrining darah donor
untuk antibodi HIV terbukti telah menurunkan secara drastis risiko penularan HIV melalui
tranfusi darah.
b. Menggambarkan besarnya masalah epidemi HIV dan AIDS di masyarakat.
c. Mengetahui status HIV secara dini, sehingga memberikan kesempatan pada orang
tersebut segera memulai pengobatan dan konseling.
Tes HIV dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap HIV di dalam darah.
Antibodi adalah reaksi tubuh terhadap kehadiran virus tertentu di dalam tubuh. Oleh sebab
itu tes semacam ini secara lengkap disebut tes antibodi HIV, walaupun kadang-kadang
orang sering menyebut tes HIV saja. Tes jenis inilah yang sering dipakai untuk penapisan
atau skrining darah donor sebelum digunakan.
Selain itu ada pula tes untuk mengetahui keberadaan HIV itu sendiri, atau disebut antigen.
Perlu diketahui bila tubuh kemasukan suatu bibit penyakit, baik bakteri, virus, atau lainnya
(ini semua disebut antigen) maka tubuh kita akan membuat antibodi sebagai reaksi
terhadap antigen tersebut. Zat ini disebut antibodi, yang keberadaannya di dalam darah
dapat dideteksi dengan pemeriksaan yang menggunakan zat-zat tertentu (yang disebut
reagens). Tubuh membutuhkan waktu tertentu untuk membentuk antibodi agar dapat
terdeteksi dengan pemeriksaan laboratorium.
Pada HIV, keberadaan antibodi yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium
dalam waktu 3-6 bulan setelah seseorang terpapar HIV. Sebelum jangka waktu ini,
pemeriksaan darah tidak akan menunjukkan adanya antibodi HIV. Walaupun pemeriksaan
darahnya masih negatif, orang tersebut sudah dapat menularkan NIV kepada orang lain.
Saat ini tersedia beberapa jenis tes darah yang dapat membantu memastikan apakah
seseorang, yang mungkin nampak sehat, sudah terkena HIV. Beberapa tes darah yang
tersedia saat ini diantaranya:
a. ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay). Tes yang dilakukan untuk mencari
antibodi yang ada dalam darah. Tes ini bersifat sensitif membaca kelainan darah.
b. Western Blot. Tes ini juga untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV. Tes ini
lebih akurat dan lebih mahal dibandingkan dengan ELISA dan lebih spesifik dalam
mendiagnosis kelainan dalam darah.
c. DIPSTICK HIV (En Te Be). Tes ini adalah tes cepat yang murah dan pelaksanaannya
cepat. Tes yang dikembangkan oleh PATH ini sudah diproduksi di NTB, Indonesia.
Sifatnya cukup sensitif dan spesifik dalam melihat kelainan dalam darah.
Agar KD bersedia melakukan tes HIV, PL harus mampu memotivasi KD melalui pendekatan
lapangan, konseling serta memberikan informasi lain yang diperlukan.
Stigma sering kali menyebabkan diskriminasi dan dapat mendorong munculnya pelanggaran
HAM bagi ODHA dan keluarganya. Stigma dan diskriminasi dapat memperparah epidemi
HIV dan AIDS karena dapat menghambat usaha pencegahan dan perawatan dengan
memelihara kebisuan dan penyangkalan tentang HIV dan AIDS seperti juga mendorong
keterpinggiran ODHA dan mereka yang rentan terhadap infeksi HIV. Mengingat HIV dan
AIDS sering dikaitkan dengan perilaku seksual, penggunaan narkoba dan kematian sehingga
banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima dan takut terhadap penyakit ini.
Stigma dan diskriminasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja baik di keluarga,
masyarakat, sekolah, tempat peribadatan, tempat kerja, juga tempat layanan hukum dan
kesehatan. Orang dapat melakukan diskriminasi, baik dalam kapasitas pribadi maupun
profesional, sementara lembaga bisa melakukan diskriminasi melalui kebijakan dan kegiatan
yang dilakukan.
Bentuk lain dari stigma berkembang melalui internalisasi oleh ODHA dengan persepsi negatif
tentang diri mereka sendiri. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan penyakit
menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri mereka
sendiri. Hal ini dapat mendorong terjadinya depresi, harga diri rendah dan putus asa. Stigma
dan diskriminasi dapat menghambat upaya pencegahan karena membuat orang tidak berani
untuk mencari tahu status mereka, atau bisa pula menyebabkan mereka yang telah terinfeksi
HIV tetap melakukan perilaku seksual dan non seksual yang tidak aman karena takut orang-
orang akan curiga terhadap status HIV mereka. Akhirnya, ODHA dilihat sebagai "masalah"
bukan sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi epidemi ini.
Pramuka Siaga:
- Mengetahui tentang imunisasi secara sederhana
- Mengetahui manfaat imunisasi
- Mengetahui bahaya bila tidak diimunisasi
- Mengetahui penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
Pramuka Penggalang:
- Dapat menjelaskan kerugian bila tidak diimunisasi
- Dapat menjelaskan siapa yang perlu diimunisasi
- Dapat menjelaskan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
I. PRAMUKA SIAGA
Seorang Pramuka Siaga harus mengetahui :
A. Apakah Imunisasi Itu ?
- Imunisasi ialah upaya pemberian kekebalan dengan pemberian vaksinasi untuk
mencegah timbulnya penyakit-penyakit berbahaya, seperti : TB, Difteri, Pertusis,
Tetanus, Polio, Campak dan Hepatitis B.
Banyak lagi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi namun belum masuk ke
dalam program imunisasi (yang ditanggung oleh pemerintah) oleh karena
keterbatasan dana.
1. TB (Tuberkulosis)
Tuberkulosis (TB) atau yang dulu dikenal TBC adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). TB bukan
disebabkan oleh guna-guna atau kutukan. TB juga bukan penyakit keturunan.
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
atau bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll).
TB dapat menyerang siapa saja, terutama menyerang usia produktif/masih aktif
bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak. TB dapat menyebabkan kematian. Apabila
tidak diobati, 50% dari pasien akan meninggal setelah 5 tahun.
2. Difteri (Indrak)
Penyakit tenggorokan dan hidung yang sangat berbahaya yang kadang-kadang
menyumbat pernafasan sehingga anak dapat meninggal.
1. TB (TUBERKULOSIS)
Penyebab: Basil tuberkulosa (Mycobactrium tuberculosis)
Gejala utama:
∗ Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih
Gejala lainnya:
∗ Batuk bercampur darah
∗ Sesak nafas dan nyeri dada
∗ Badan lemah
∗ Nafsu makan berkurang
∗ Berat badan turun
∗ Rasa kurang enak badan (lemas)
∗ Demam meriang berkepanjangan
∗ Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan
Jenis TB:
1. TB Paru : Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang
menyerang jaringan paru
2. TB Ekstra Paru : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya : selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar getah bening, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan
lain-lain.
Cara penularan:
Sumber penularan adalah pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB BTA
Positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menye-barkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak. Sekali batuk dapat menyebarkan 3.000 kuman dalam percikan
dahak.
Penularan terjadi melalui percikan dahak yang dapat bertahan selama beberapa
jam dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan lembab.
Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam tubuh pasien berarti semakin besar
kemungkinan menularkan kepada orang lain.
TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien yang sudah dibersihkan,
seperti: peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan pasien TB.
Tindakan:
∗ Rujuklah ke Puskesmas untuk dicari kepastian diagnosa penyakit dan untuk
mendapatkan pengobatan serta nasehat-nasehat.
∗ Vitamin-vitamin, obat cacing, zat besi.
Pencegahan :
Imunisasi BCG pada bayi (terutama untuk mencegah TB selaput otak)
2. DIFTERI
Penyebab : Kuman
Terutama menyerang anak-anak kecil
Masa inkubasi : 2 – 4 hari
Penularan:
Secara kontak langsung maupun tidak langsung, misal dari pakaian/barang-
barang milik penderita/alas tidur. Penderita (yang tidak diobati) sangat menular
selama 2 – 4 minggu.
Gejala:
Gejala umumnya adalah sumeng, malas, sakit kepala, badan linu.
Jenis:
1) Difteri hidung
- Pilek-pilek beberapa hari yang tidak sembuh-sembuh, hingga kulit di atas
bibir dapat lecet.
- Sesaat kemudian pileknya bercampur darah dan bau.
- Tampak semacam selaput kotor di hidung.
2) Difteri Pharynx (tenggorokan)
- Sakit waktu menelan, kadang-kadang suara bindeng/sengau
- Bila sudah lanjut, maka leher anak membengkak macam Bullneck
- Dalam pharinx tampak semacam selaput putih kotor, kadang kala
berdarah (ini bila anak disuruh buka mulut).
3). Difteri Larinx.
- Terutama terdapat pada anak kecil gelisah karena biasanya sesak
yang makin lama makin bertambah sesaknya.
- Berbunyi waktu menarik napas (stidor)
- Penarikan otot-otot pernapasan.
4). Difteri di lain tempat (mata, kulit, vagina)
Pencegahan :
• Isolasi penderita sampai sembuh (hasil pemeriksaan pulasan 2 - 3 x
berturut-turut negatif).
• Untuk anak-anak/orang yang kontak dengan penderita harus diamati dan
dilakukan pemeriksaan pulasan kuman
• Desinfeksi barang-barang milik penderita
• Imunisasi dengan Difteri Tetanus (DT) / Difteri Pertusis-Tetanus (DPT).
Pengobatan :
• Harus dirawat di Rumah Sakit untuk Sakit untuk pemberian antitoksin (A.D.S)
• Penicilin atau
• Erytromycin 40 mg/kg/BB/hari selama 7-10 hari
• Istirahat
• Makan/minum yang bergizi
• Bila jalan nafas tersumbat dibuat lubang untuk nafas.
Penyakit ini bisa terjadi pada segala umur. Tetapi yang merupakan masalah cukup
besar di Indonesia adalah banyaknya penderita Tetanus pada bayi yang baru lahir
(Tetanus neonatorum) yang sering menyebabkan kematian.
Penyebab:
Penyebab tetanus adalah kuman tetanus (clostiridium tetani) yang dapat
mengeluarkan racun yang sangat berbahaya.
Cara penularan :
• Pada bayi
Melalui luka waktu pemotongan tali pusat dengan pisau yang tidak steril atau
diberi bobok/ramuan yang tidak steril atau diberi bobok/ramuan yang tidak
bersih.
• Pada anak:
Spora tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit ataupun melalui lubang
pada gedung telinga dari penderita radang telinga.
Gejala-gejala :
• Kejang/kaku di seluruh tubuh (sukar membuka mulut, muka dan punggung
kaku). Kejang ini dirasakan sangat sakit oleh karena kesadaran penderita tetap
baik. Rangsangan yang sangat ringan sudah dapat menimbulkan kesakitan
seperti sentuhan suara dan sinar.
• Pada bayi yang baru lahir (usia 5 – 28 hari) mendadak tidak mau menetek lagi,
karena, mulutnya kaku dan mencucu seperti mulut ikan. kematian umunya
disebabkan oleh kegagalan pernafasan akibat kejang otot pernafasan.
Pencegahan :
1. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada wanita usia subur (15-39 tahun)
termasuk ibu hamil.
2. Imunisasi DPT pada bayi
3. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada anak sekolah (SD kelas I-III).
5. Polio (kelumpuhan).
Penyakit yang ditandai dengan gejala dengan kaki lemas dan anak menjadi lumpuh
seumur hidup.
Penyebab:
• Merupakan penyakit menular pada anak yang disebabkan oleh virus Polio.
• Sebagian besar penderita terserang pada waktu berusia di bawah 3 tahun.
Kadang-kadang bisa pula menyerang anak yang lebih besar.
Cara penularan:
• Virus polio masuk tubuh seseorang melalui saluran pencernakan. Virus berasal
dari kotoran penderita yang dikeluarkan di sembarang tempat. Apabila keadaan
sanitasi lingkungan kurang baik, maka penularan terjadi melalui
tangan/makanan/minuman yang tercemar, kemudian masuk ke mulur anak lain.
• Kadang-kadang penularan bisa terjadi melalui titik ludah penderita yang
dibatukkan dan terhirup oleh anak lain.
Gejala-gejala:
• Biasanya didahului dngan panas badan.
• Bisa disertai batuk-batuk atau diare atau leher kaku.
• Selanjutnya disusul dengan kelumpuhan anggota badan yang sifatnya lemas,
tanpa adanya gangguan rasa raba dan biasanya hanya satu sisi pada kaki atau
lengan.
Yang sering menimbulkan masalah adalah kelumpuhan yang terjadi biasanya
nenetap (sukar sembuh sempurna) terutama apabila tidak dilakukan fisioterapi
secara teratur.
Penyakit ini bisa menimbulkan kematian, yaitu apabila virus penyerang pusat
pernafasan.
Pencegahan:
Cara terebaik untuk mencegah agar anak tak terserang penyakit polio, adalah
dengan memberikan vaksinasi Polio melalui mulutnya. Setelah anak mendapatkan
vaksinasi Polio sebanyak 3 kali, haruslah tubuhnya akan mampu melawan
penyakit polio.
Penyebab : Virus
Masa inkubasi : 10 - 12 hari
Penularan:
Secara droplet infection.
pnderita sangat menular pada 5 hari dari masa tunas sampai 4 hari sesudah
timbulnya bercak merah di kulit.
Gejala:
• Badan mula-mula panas, pilek, batuk
• Mata merah berair dan takut sinar
• Mulut dan bibir kering dan merah
• Beberapa hari kemudian mulai keluar bercak-bercak merah kulit, dimulai di
belakang telinga. leher, muka, dahi untuk seterusnya ke dada dan seluruh
badan.
• Penderita dapat meningkat karena komplikasinya, yaitu Pneumonia (radang
paru-paru) dan Encephalitis (radang otak)
Pencegahan:
• Isolasi penderita mulai saat diketahui sakit (diagnosa) hingga 7 hari setelah
timbulnya bercak-bercak di kulit.
• Desinfeksi alat-alat/barang-barang dari penderita.
• Imunisasi campak pada bayi
Pengobatan:
• Untuk mengurangi panas dapat diberikan Asetosal.
• Istirahat
• Minuman dan makanan harus cukup mengandung gizi sebaiknya makan
makanan lunak-lunak selama sakit
• Kebersihan badan/kulit, untuk gatalnya dapat diberikan bedak Salisil atau
Calamin Lotion.
• Bila ada penyakit ikutan (komplikasi) dapat diberikan obat-obatan dari petugas
kesehatan.
7. Hepatitis B
Penyakit ini ditandai dengan badan lemah, nafsu makan kurang, terkadang kulit dan
mata menjadi kuning.
Penyebab : Virus Hepatitis B
Masa inkubasi : Melalui suntikan, transfusi darah, hubungan seksual.
Gejala:
• Badan lemah kadang-kadang merasa demam
• Mual. tidak nafsu makan
• Mata dan kulit kadang-kadang berwarna kuning (icterus)
• Penderita dapat menjadi pengidap kronik, selanjutnya menjadi sirosis dan kanker
hati yang dapat menyebabkan penderita meninggal.
Pencegahan:
• Hindari penggunaan jarum suntik beramai-ramai
• Hindari hubungan seks di luar nikah
• Hindari penggunaan darah dari donor pengidap kronis.
• Imunisasi Hepatitis B.
KEPUSTAKAAN
1. Gunawan S ”Memasyarakatkan program Imunisasi dalam rangka Menurunkan
Angka Kematian Bayi dan Anak”
2. Ditjen PPM &PLP Departemen Kesehatan RI ”pedomanImunisasi di Indonesia”
3. Departemen Kesehatan, ”Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Program
Imunisasi”.
SKK
GAWAT DARURAT
TUJUAN SKK GAWAT DARURAT
Pramuka Siaga
- Mengetahui alamat Puskesmas, Rumah Sakit, Pos P3K, Dokter, Perawat, Pelayanan
Ambulans
- Mengetahui cara melaporkan dalam keadaan gawat darurat
- Mengetahui cara menilai pernafasan dan nadi
- Mengetahui cara membalut luka dan menghentikan perdarahan
Pramuka Penggalang:
- Dapat menjelaskan alamat Puskesmas, Rumah Sakit, Pos P3K, Dokter, Perawat,
Pelayanan Ambulans
- Dapat menjelaskan cara melaporkan dalam keadaan gawat darurat
- Dapat menjelaskan cara menilai pernafasan dan nadi
- Dapat menjelaskan cara membalut luka dan menghentikan perdarahan
- Dapat menjelaskan Penanganan Syok
- Dapat menjelaskan Penilaian awal pasien Gawat Darurat
- Dapat Menjelaskan Resusitasi Jantung Paru
- Dapat Menjelaskan cara bidai
- Dapat Menjelaskan transport penderita gawat darurat
- Dapat melaporkan secara lisan melalui telepon
- Dapat menggunakan cara rujukan melalui morse.
Pramuka Penegak :
- Dapat mengaplikasikan tanda-tanda SKK Gawat Darurat untuk tingkat Penggalang
- Mengetahui alamat serta nomor telepon Dinas Kesehatan dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah serta menghubungi 2 institusi tersebut jika terjadi
bencana
- Dapat melaporkan kepada Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah mengenai jenis kejadian bencana, lokasi bencana, waktu kejadian dan luas
dampak bencana
- Berperan serta dalam memberikan pertolongan pertama dan mengevakuasi korban
bencana yang selamat, mencegah supaya keadaan korban tidak memburuk serta
mencegah timbulnya korban tambahan
Pramuka Pandega :
Selain menguasai persyaratan Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang dan Pramuka
Penegak, seorang Pramuka Pandega dituntut untuk lebih banyak penanggulangan gawat
darurat lain, seperti:
A. Keadaan keracunan, kebakaran dan pingsan.
B. Memperagakan cara mempimpin regu Pramuka dalam mengatasi gawat darurat di
jalan raya.
C. Melakukan penyuluhan tentang gawat darurat kepada anggota Pramuka dan
masyarakat
I. PRAMUKA SIAGA
A. ALAMAT:
Puskesmas, Rumah Sakit dan lain-lain yang terdekat dengan rumah dan sekolah perlu
diketahui agar dapat segera dihubungi bilamana diperlukan pertolongan dibidang
kesehatan, juga perlu mengetahui alamat ambulens.
Nadi yang perlu diperiksa, pada orang yang tidak sadar adalah nadi Karotis yang
diraba pada daerah leher bagian bawah samping di bawah rahang. Jumlah
pernafasan dan denyutan nadi setiap menit dicatat.
Meraba nadi karotis
Perdarahan dan luka dapat dihentikan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Menekan dengan jari tangan pembuluh darah bawah kulit yang dekat dengan luka.
2. menekan langsung pada luka dengan kain atau sapu tangan yang bersih, yang
dapat dianggap bersih adalah lipatan bagian dalam kain yang sudah diseterika.
3. menekan langsung pada luka dengan kain kasa steril, kemudian diletakkan benda
keras di atasnya lalu dibalut secara erat.
4. Pemakaian torniket, yang hanya dilakukan pada keadaan
keadaan putusnya salah satu
anggota badan. Luka dibalut dan jangan lupa untuk memasukkan bagian yang
putus ke dalam kantong plastik berisi es untuk dibawa bersama penderita ke
Rumah Sakit.
Cara mengatasi perdarahan nadi
E. MEMBALUT LUKA
Agar Anda dapat memberikan pertolongan dengan cepat, tepat dan aman dalam
keadaan atau situasi darurat. Anda harus memahami dengan benar apa yang
harus dilakukan.
Contoh kasus :
Jika Anda berjalan menyusuri jalan raya, tiba-tiba Anda melihat sekumpulan orang
di tepi jalan sedang menyaksikan korban kecelakaan lalu-lintas yang tergeletak
berlumuran darah.
4. Cari bantuan
• Lebih cepat lebih baik
• Mintalah seseorang untuk menghubungi rumah sakit atau mencari
kendaraan jika dibutuhkan
5. Setelah kejadian
• Bersihkan tempat kejadian kecelakaan
• Jika memungkinkan hilangkan penyebab kecelakaan atau cari tenaga
profesional untuk melakukannya
• Lengkapi kembali peralatan Pertolongan Pertama (PP), jika tersedia .
Jika Anda mampu menguasai keadaan, maka selanjutnya pikirkan cara untuk
menolong si korban. Langkah-langkah sederhana ini merupakan tindakan yang
harus dilakukan. Perhatikanlah kata kunci:
DRs A-B-C
DANGER (Bahaya)
• Lakukan penilaian apakah lokasi tempat kita melakukan pertolongan aman
dan tidak berbahaya bagi kita penolong maupun korban. Utamakan
keselamatan diri penolong maupun korban.
• Singkirkan benda-benda berbahaya disekitar korban dan di lokasi tempat
melakukan pertolongan, jika diperlukan, pindahkan korban untuk menjauh dari
tempat yang membahayakan.
Tolooong..
.. panggil
ambulans!!
Tidak
menjawab
Tidak
bergerak
Bila tidak ada ambulans maka Andalah yang harus melakukan pertolongan
pertama SEGERA .
Perhatian!
Jika ambulans tidak tersedia pilihlah kendaraan yang cukup lebar dan
memungkinkan untuk membawa korban pada posisi pemulihan
Bila anda harus melakukan pertolongan pertama, maka ikuti tahap-tahap
penanganan sebagai berikut;
BREATHING (PERNAPASAN)
1. Pertahankan posisi kepala (posisi menengadah)
2. Letakkan pipi anda didekat muka, di antara mulut dan hidung korban
3. Lihat bagian dada korban apakah ada gerakan napas (gerakan dada turun naik),
perhatikan apakah gerakannya teratur, apakah gerakan dada sebelah kiri dan
kanan sama (simetris)
Jika korban tidak bernapas mulai lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) segera.
CIRCULATION
(SIRKULASI)
• Bila terjadi perdarahan maka Anda harus menghentikan perdarahan secepat mungkin
karena kehilangan darah yang cukup banyak akan menyebabkan kekurangan oksigen di
jaringan dan mengancam terjadinya kematian.
• Bila Jantung mulai berhenti berdenyut maka Anda harus mengembalikan fungsi jantung
dengan melakukan pijat jantung .
Untuk mengetahui baik atau tidaknya pompa jantung, kita dapat memeriksa detak jantung
dengan meraba dengan sedikit tekanan didaerah pembuluh nadi leher atau nadi di tangan
selama 10 detik.
Untuk menyelamatkan nyawa korban, diperlukan tindakan yang dikenal dengan sebutan
Resusitasi Jantung Paru (RJP) yaitu mengembalikan fungsi jantung dan paru pada
keadaan semula atau keadaan normal.
RESPONS ? ada/tidak
( panggil, tepuk tulang selangka, cubit lengan atas)
BERNAFAS ? YA /TIDAK
(Lihat, Dengar, dan Rasakan )
TIDAK BERNAPAS
(Pastikan bantuan atau kendaraan
untuk kerumah sakit )
Pada bayi pijat jantung dengan menggunakan dua jari tangan. Terlebih dahulu minta izin
pada orang tua korban
RESPONS ada/tidak?
(pada bayi sentuh telapak
kaki)
BERNAPAS Ya / tidak ?
(Lihat, Dengar, dan
Rasakan)
TIDAK BERNAPAS
Beri 5 napas buatan(awal)
30 kompresi dada
(dengan dua jari)
2 napas buatan
RJP pada anak usia 1(satu) tahun keatas akan disesuaikan dengan postur tubuhnya.
Ketika melakukan kompresi dada gunakan satu tangan.
5. BIDAI
6. TRANSPORTASI PENDERITA
III.PRAMUKA PENEGAK
Selain menguasai persyaratan bagi penggalang seorang penegak dituntut untuk
menyebarluaskan pengetahuan yang telah dimilikinya kepada anggota Pramuka lain dan
masyarakat luas:
Bagi masyarakat umum yang perlu disampaikan adalah
A. Cara miminta pertolongan segera
B. Cara mengamankan penderita/korban dan tidak memperberat keadaannya.
Tindakan penanggulangan Gawat Darurat barulah dibenarkan untuk dilakukan
apabila pengetahuan tentang Resusitasi
Resusitasi telah dikuasai dengan baik.
C. Mengetahui alamat serta nomor telepon Dinas Kesehatan dan Badan
Penanggulangan Bencana Daerah serta menguhubungi 2 institusi tersebut jika terjadi
bencana
D. Dapat melaporkan kepada Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah mengenai jenis kejadian bencana, lokasi bencana, waktu kejadian dan luas
dampak bencana
E. Berperan serta dalam memberikan pertolongan pertama dan mengevakuasi korban
bencana yang selamat, mencegah supaya keadaan korban tidak memburuk dan
mencegah timbulnya korban tambahan
IV.PRAMUKA PANDEGA
Selain menguasai persyaratan Pramuka Siaga, Penggalang dan Penegak, seorang
Pramuka Pandega dituntut untuk lebih banyak penanggulangan gawat darurat lain,
seperti:
A. Keadaan keracunan, kebakaran dan pingsan.
B. Memperagakan cara mempimpin regu Pramuka dalam mengatasi gawat darurat di
jalan raya.
C. Melakukan penyuluhan tentang gawat darurat kepada anggota Pramuka dan
masyarakat
1. LUKA BAKAR
Luka bakar adalah salah satu jenis cedera yang meliputi kerusakan pada
permukaan kulit paling atas dan dapat sampai mengenai lapisan dalam, akibat
paparan suhu yang tinggi. Penyebabnya: api, uap panas, benda panas, bahan
kimia, listrik, kilat, serta radiasi.
3. Derajat tiga, kerusakan mengenai jaringan bawah kulit yang lebih dalam, antara
lain dapat mengenai otot dan bagian diantaranya (kedalaman penuh).
• Pucat dan mengkilap
• Jaringan menghitam atau gosong
• Mati rasa karena kerusakan saraf
Pertolongan Pertama pada luka bakar:
1. Lakukan penilaian DRsABC
2. Hentikan proses luka bakar
3. Siram dengan air selama 10 menit atau lebih
4. Secara perlahan buka pakaian, perhiasan, jam, dll yang
ada di daerah yang mengalami luka bakar
5. Jika perlu balut longgar dengan penutup steril
6. Bawa ke fasilitas kesehatan
JANGAN!
• gunakan material yang berserat atau menempel sebagai penutup
• memecah lepuh
• memberikan krim, lotion, lemak atau minyak pada luka
• menyentuh bagian yang terluka
2. KERACUNAN
Racun dapat berupa suatu zat (padat, cair, gas) yang jika masuk ke dalam tubuh akan
menyebabkan kerusakan jaringan yang menganggu fungsi organ tubuh sehingga
mempengaruhi kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.
3. PINGSAN
Pingsan merupakan kejadian yang umum dan sederhana untuk diatasi oleh seseorang
dengan pengetahuan Pertolongan Pertama. Hal ini terjadi ketika otak, untuk jangka waktu
yang singkat, tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup disebabkan karena berdiri
untuk waktu yang lama, lapar, bangkit dan berdiri terlalu cepat, lingkungan yang panas, dll.
Pingsan mungkin juga terjadi di masa awal kehamilan.