5 - KRIDA Penanggulangan Penyakit Idis
5 - KRIDA Penanggulangan Penyakit Idis
SKK
PENANGGULANGAN PENYAKIT
2. Tanda/gejala Malaria
Demam berkala (Trias Malaria) : Dingin/menggigil (15 - 60 menit), Panas (1 - 2 jam) dan
Berkeringat
Sakit kepala
Mual & muntah, nyeri ulu hati
–
Makluk kecil (parasit) yang disebut Plasmodium yang hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Plasmamodium adalah parasit yang hidupnya merusak dan memakan sel-sel
darah merah
Ada 4 macam Plasmodium , yaitu:
a. Plasmodium falciparum (malaria tropika)
b. Plasmodium vivax (malaria tertiana)
c. Plasmodium malariae (malaria kuartana)
d. Plasmodium ovale (jarang, umumnya di Afrika)
Selain jenis gigitan nyamuk, parasit malaria dapat ditularkan melalui transfusi darah
yang mengandung parasit atau ditularkan pada janin oleh ibu yang menderita malaria,
Nyamuk Anopheles yang dapat menularkan malaria adalah jenis betina saja, karena
untuk dapat bertelur membutuhkan darah, sedangkan nyamuk jantan hanya makan
cairan gula yang berasal dari bunga dan tidak menggigit manusia maupun hewan.
Darah yang diperlukan nyamuk betina dapat berasal dari manusia maupun hewan.
Tanda/Gejala Malaria
a. Demam menggigil yang berkala disertai sakit kepala
b. Penderita pucat karena kurang darah
–
c. Badan merasa lemah
d. Mengingat gejala pokok penyakit malaria berupa demam, sulit dibedakan dengan
gejala demam pada penyakit lainnya, maka untuk menentukan penyakit malaria,
darahnya perlu diperiksa di bawah mikroskop.
e. Dengan pemeriksaan darah ini, diketahui jenis parasitnya, lalu dapat ditentukan
pengobatan yang tepat sehingga sembuh sempurna dan tidak kambuh
• Membakar obat pengusir nyamuk atau menyemprot kamar dengan obat semprot
• Tidak berada di luar rumah setelah hari gelap
• Menjauhkan kandang ternak dari tempat tinggal
• Memasang kawat kasa pada lubang angin rumah dan jendela.
b. Membunuh nyamuk
–
• Nyamuk dewasa dengan obat semprot. Menyemprot dinding rumah bagian dalam dengan
racun serangga, misalnya DDT atau Fenitrothion.
• Hanya dinding bagian dalam yang disemprot racun, karena nyamuk yang masuk rumah
akan hinggap di dinding. Racun akan masuk ke dalam tubuh nyamuk sewaktu nyamuk
hinggap di dinding.
• Nyamuk anopheles akan mati dengan cara ini dalam waktu 1-2 hari, sehingga tidak
sempat menularkan penyakit malaria kepada orang lain.
Gambar penyemprotan dinding dalam rumah
c. Membasmi Jentik
• Membunuh jentik nyamuk dengan obat pembasmi jentik, menebarkan ikan pemakan jentik dan
menghilangkan/mengurangi genangan air dengan cara menimbun atau mengalirkan airnya.
Akibat Malaria
• Menyebabkan kekurangan darah pada penderita malaria karena sel-sel darah merah
banyak yang hancur karena dirusak/dimakan oleh Plasmodium.
• Akibat kurang darah akan menyebabkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terkena infeksi lain dan daya kerja kurang. Dan pertumbuhan otak pada anak-anak
terhambat sehingga menyebabkan terganggunya perkembangan kecerdasan dengan
akibat anak-anak menjadi bodoh.
• Pada ibu hamil penyakit malaria dapat menyebabkan keguguran.Pada penderita penyakit
malaria tropika yang berat dan tidak diobati, pembuluh darah otaknya dapat tersumbat,
sehingga dapat menyebabkan kematian atau menjadi gila.
Di samping mendapat SKK dan melatih adik Pramuka atau anggota masyarakat, maka
perlu ditambah pengetahuan sebagai berikut:
1. Siklus Parasit Malaria dalam Tubuh Manusia dan dalam Tubuh Nyamuk.
a. Dalam tubuh manusia
1). Perkembangan dalam jaringan :
Parasit yang berasal dari nyamuk (disebut:Sporozoit) masuk ke dalam sel-sel
jaringan hati untuk tumbuh menjadi sizon jaringan yang kemudian menjadi
merozit yang menyebar dalam peredaran darah. Sebagian merozoit jaringan
pada Plasmodium vivax dapat bertahan dalam hati dan menyebabkan penyakit
malaria menahun (sering kambuh)
2). Perkembangan dalam peredaran darah :
a). Dalam sel-sel darah merah :
Parasit yang berasal dari hati (merozoit jaringan) kemudian menyerang
dan memakan sel-sel darah merah sambil berkembang biak di dalam selsel
tersebut, yang disebut bentuk Skizon.
Skizon kemudian pecah dan menghasilkan merozoit eritrositer yang akan
kembali menyerang sel-sel darah merah lainnya.
Siklus ini terjadi berulang-ulang sehingga menyebabkan banyak sel-sel
darah merah yang rusak, menyebabkan penderita menjadi pucat dan
lemah.
Pada waktu sel darah merah pecah mengeluarkan merozoid, timbulah
serangan demam pada diri penderita.
–
Serangan demam tersebut terjadi secara berkala (lihat grafik 1).
–
b. Dalam tubuh nyamuk.
Gametosit jantan dan betina yang terhisap melalui nyamuk, kemudian bersatu dan
berkembang menjadi Ookinet.
Ookinet kemudian menerobos dinding lambung nyamuk dan berkembang menjadi
Ookista, yang akan menghasilkan ribuan sporozoit.
Sporozoit-sporozoit tersebut kemudian bergerak menuju kelenjar ludah nyamuk
dan siap ditularkan melalui gigitan berikutnya.
1. Pengobatan Malaria
Karena siklus hidup parasit malaria terdiri dari beberapa tahap/bentuk, maka diperlukan
obat yang berlainan sesuai denagn tahapan/bentuk parasitnya.
Penyakit malaria yang menahun yang disebabkan oleh plasmodium vivax akan lebih
sulit diobati karena parasitnya dapat bersembunyi di dalam hati
c. Pengobatan radikal
Diberikan kepada penderita malaria yang sudah dapat dipastikan jenis penyakitnya
melalui pemeriksaan darah.
Tujuan pengobatan ini adalah membasmi segala bentuk parasit malaria di dalam tubuh,
sehingga penderita menjadi sembuh sempurna (tidak kambuh). Tujuan ini hanya dapat
dicapai manakala obat diminum sesuai petunjuk yang diberikan oleh Puskesmas atau
petugas kesehatan lainnya.
Pramuka Penegak dan Pandega harus dapat meberikan pengobatan profilaksis,
pengobatan klinis dan penyuluhan tentang pentingnya pengobatan sesuai jadwal yang
ditentukan oleh Puskesmas.
Meskipun tidak perlu mengerjakan sendiri Pramuka Penegak dan Pandega perlu
mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a. Dapat menyebarluaskan pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan darah
malaria.
b. Jumlah darah yang diperlukan untuk pemeriksaan hanya sedikit hingga diambil dari
ujung jari.
c. Untuk dapat diperiksa darah tersebut harus diwarnai lebih dahulu.
d. Pemeriksaan selanjutnya dikerjakan di bawah mikroskop oleh petugas
kesehatan/Puskesmas.
e. Semua orang harus hadir pada saat dilakukan pengembilan darah untuk
pemeriksaan malaria agar supaya tidak ada penderita yang terlewat dari
pemeriksaan dan pengobatan.
f. Selama masih ada penderita malaria di masyarakat tanpa diobati selama itu pula
penderita tersebut menjadi sumber penularan bagi anggota masyarakat lainnya.
Di samping mendapat SKK penanggulangan penyakit malaria, seorang Pramuka Penegak dan
Pandega harus telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau anggota masyarakat dan
mengetahui serta dapat melaksanakan hal-hal sebagai berikut:
C. Kegiatan pemberantasan.
1). Penanganan penyakit
a) Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan
(1) Penemuan Penderita
(a) Pencarian penderita secara aktif oleh petugas malaria desa
dengan kunjungan rumah ke rumah.
(b) Penemuan secara pasif:
* Terhadap semua pengunjung unit pelayanan
kesehatan
(Puskesmas, Pustu, Poliklinik pemerintah maupun swasta)
* Melalui peran serta masyarakat, misalnya perorangan,
keluarga atau masyarakat, kader, Pramuka, guru
UKS,PKK, tokoh masyarakat, dukun penyembuh.
(2) Pemenuhan hak atas semua penduduk daerah endemis untuk
mendapatkan pengobatan malaria.
–
2) Pencegahan Penyakit.
Pencegahan penyakit dimaksudkan untuk melindungi seseorang terhadap:
Pencegahan perkembangan penyakit dalam diri penderita:
Cara ini menekan angka kesakitan tanpa mencegah inteksi dilakukan dengan
pengobatan profilaksis (kemoprofilaksis).
Kegiatan ini sasarannya terbatas pada kelompok penduduk non-imun yang
berada di daerah indemis. Dilakukan untuk jangka waktu terbatas. Obat yang
digunakan adalah obat standar klorokuin.
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara:
* Pengobatan profilaksis (kemoprofilaksis)
Sasaran:
(1) Secara terprogram (bagian dari kegiatan program P2 malaria) :
Transmigrasi baru (12 minggu), pekerja musiman ibu hamil di daerah
endemis.
(2) Secara individual: Turis, anggota ABRI/Polri, pegawai pindahan,
pendatang baru.
Termasuk dalam kegiatan pencegahan infeksi adalah:
(1) Pencegahan gigitan nyamuk (personal
protection) * Kelambu, repelent, dan lain-lain: (2)
Kegiatan pemberantasan vektor (a) terhadap
nyamuk dewasa:
* Pemakaian kelambu celup untuk mencegah gigitan nyamuk
* Penyemprotan rumah
(b) Terhadap jentik (larva)
* Larvaciding: menutup permukaan air dengan semprotan
minyak solar atau racun jentik
* Biological control: menebarkan ikan pemakan jentik, mina
padi.
(c) Penataan lingkungan :
- Sources reduction (SR)
- Site-selection
- Zooprofilaksis
- Pengaturan pola tanam padi
- Membersihkan lumut, membersihkan tebing sungai-sungai
kecil dan lumut/semak belukar
- Menanam hutan bakau
3). Wabah (Kejadian Luar Biasa) Malaria
a). Penanggulangan KLB.
b). Pencegahan KLB
c). Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) 4).
Pelatihan.
5). Penyuluhan Malaria
–
a).Tujuan penyuluhan adalah untuk meluruskan pengetahuan masyarakat
di daerah endemis malaria tentang penyakit malaria dan termotivasi
dalam mendukung program.
b). Materi penyuluhan terdiri dari: mengenai gejala,penularan dan
pencegahannya; cara pengobatan penderita klinis dengan obat standar
secara benar, dan mengenai gejala penyakit malaria yang perlu dirujuk
dan ditolong oleh petugas sarkes; menerima pengobatan yang
diberikan petugas sarkes dalam penanggulangan wabah.
c). Sasaran penyuluhan dalah penduduk, pemilik toko obat, apotik, dukun
penyembuh (healer), tokoh masyarakat, kader, ibu-ibu PKK, guru,
pengambil keputusan proyek pembangunan yang rawan malaria, dan
lain-lain. Penyuluhan malaria diprioritaskan di daerah yang
merencanakan meperluas jangkauan pelayanan pengobatan malaria
oleh kader.
KEPUSTAKAAN :
Buku Pedoman Pemberantasan Malaria, yang diterbitkan oleh Dit. Jen PPM & PLP yang terdiri
dan 10 jilid.
Jilid 1 : Epidemiologi
Jilid 2 : Program Pmberantasan
Jilid 3 : Pengobatan
Jilid 4 : Penyemprotan Rumah
Jilid 5 : Tindakan Anti Larva
Jilid 6 : Survey Malariometrik
Jilid 7 : Pemeriksaan Parasit Malaria secara Mikroskopik
Jilid 8 : Pengenalan wabah (GR)
Jilid 9 : Tes Resistensi In-vivo dan In-vitro untuk P. Fassiparum
Jilid 10: Entomologi
SKK
Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit endemis dengan
angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sejak ditemukan kasus DBD
pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, kejadian dan daerah terjangkit DBD terus meningkat
hampir di semua wilayah Indonesi. Sampai dengan tahun 2009 DBD sudah sudah menjangkiti
427 kabupaten/kota.
Sebagian besar propinsi masih menunjukkan angka kesakitan (Inciden Rate)yang tinggi di atas
25 per 100.000 penduduk walaupun angka kematian (Case Fatality Rate) sudah dapat
diturunkan di bawah satu persen Sejak tahun 2004 sampai tahun 2009 terjadi peningkatan kasus
yang signifikan. Kasus yang dilaporkan pada tahun 2004 sebanyak 79.462 penderita (IR= 37.01)
dengan kematian sebanyak 957 orang (CFR = 1.2 %) dan pada tahun 2009 terjadi kematian
1420 orang (CFR=0,89 %) dari jumlah kasus sebanyak 158.901 penderita (IR= 68,22).
Langkah-langkah antisipasi dan upaya penanggulangan telah dilakukan mulai dari tingkat Pusat,
Propinsi, Kab/Kota hingga Puskesmas diantaranya ; surveilens kasus (memperkuat jejaring
sistem pelaporan), surveilens vektor, pemutusan rantai penularan dengan penanggulangan
fokus (Penyelidikan Epidemiologi dan Fogging Fokus), penatalaksanaan kasus terhadap
penderita.
Strategi pengendalian DBD selanjutnya lebih difokuskan pada upaya preventif dengan
pemutusan mata rantai penularan melalui gerakan PSN-DBD, walaupun kegiatan ini telah
diintensifkan sejak tahun 1992 dalam bentuk gerakan 3M (menutup, menguras, mengubur),
namun masih belum juga mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian secara signifikan.
Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut belum juga berhasil menurunkan angka kesakitan di
beberapa propinsi maupun di kabupaten/kota yang endemis DBD.
–
melalui gerakan PSN-3M dapat memutus siklus penularan nyamuk Aedes Aegypty secara
efektif. Sehingga perlu dilakkan upaya pemberdayaan masyarakat secara terus menerus dan
berkesinambungan.
Pramuka sebagai salah satu komponen masyarakat yang potensial sebagai agen perubahan
perilaku masyarakat dalam pengendalian DBD. Pramuka merupakan suatu organisasi
pendidikan kepanduan yang memiliki anggota terbesar di dunia dan sebagai organisasi
nonformal terbesar di Indonesia yang memiliki segmen peserta didik dari anak-anak, remaja dan
orang dewasa.
Melalui pemberdayaan pramuka diharapkan dapat menjadi suritauladan bagi masyarakat dalam
mendorong pembangunan bidang kesehatan serta berperan dalam peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui kegaiatan saka bakti husada.
I. PRAMUKA SIAGA ( 7 – 10 Tahun)
– Penyebab DBD adalah virus dengue
– Penular DBD adalah nyamuk Aedes aegypty
– Ciri-ciri nyamuk penular DBD adalah nyamuk Aedes aegypty dewasa berukuran
lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai
warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.
–
II. PRAMUKA PENGGALANG ( 11 – 15 Tahun)
– Tanda/gejala DBD
Panas tinggi tanpa sebab jelas yang timbul mendadak, terus-menerus selama 27
hari, badan terasa lemah/lesu, disertai nyeri pada ulu hati selanjutnya akan
timbul bintik-bintik merah pada kulit.
–
Apabila keluarga/masyarakat menemukan gejala dan tanda di atas, maka
pertolongan pertama oleh keluarga adalah sebagai berikut:
1. Berikan minum 4-6 gelas per hari (1-2 liter/hari), air putih yang sudah dimasak,
teh manis, sirup, jus buah atau larutan oralit
2. Kompres dengan air hangat
3. Berikan obat penurun demam bila diperlukan
–
Anak dengan gejala DBD
Bila penderita DBD digigit nyamuk penular (nyamuk betina), maka virus dalam
darah akan ikut terisap masuk ke dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus akan
memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di
dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 (satu) minggu setelah mengisap darah
penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa
inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang
hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus
Dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi
karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap darah akan
mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis), agar darah yang
diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus Dengue dipindahkan dari
nyamuk ke manusia.
–
– Mampu menjelaskan cara pencegahan DBD
Pencegahan DBD yang tepat sampai saat ini adalah dengan memutus rantai
penularan yaitu dengan pengendalian vektornya (contohnya PSN), karena vaksin
dan obatnya masih dalam proses penelitian.
Metode pengendalian vektor DBD bersifat spesifik lokal, dengan
mempertimbangkan faktor–faktor lingkungan fisik (cuaca/iklim, pemukiman,
habitat perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya (Pengetahuan Sikap dan
Perilaku) dan aspek vektor.
Pada dasarnya metode pengendalian vektor DBD yang paling efektif adalah
dengan melibatkan peran serta masyarakat (PSM). Sehingga berbagai metode
pengendalian vektor cara lain merupakan upaya pelengkap untuk secara cepat
memutus rantai penularan.
dokter atau ke unit pelayanan kesehatan untuk segera mendapat pemeriksaan dan
pertolongan.
– Mampu melakukan survei jentik dan menghitung ABJ
– Mampu membina dan memberikan penyuluhan kepada anggota pramuka dan
masyarakat tentang pengendalian DBD.
SKK
PENANGGULANGAN RABIES
SKK PENANGGULANGAN RABIES
TUJUAN SKK PENANGGULANGAN RABIES
2. Gila:
a. Lari tanpa tujuan
b. Mengejar dan Menggigit apa saja yang bergerak
c. ”Lupa” pulang/ linglung
d. Berkelahi tak mau kalah
e. Tidak kenal tuannya lagi
f. Makan semuan benda yg masuk ke mulutnya seperti batu beling dll.
g. Air liur menetes terus tanpa henti
h. Takut angin,suara,cahaya,air ,dll 3. Lumpuh:
a. Berjalan terseok-seok
b. Ekor terjepit di kedua kaki belakang
c. Lidah menjulur
d. Rahang bawah menggantung/menganga terus
e. diakhiri dengan kematian
C. PENYEBAB
1. Bibit penyakit yang disebut virus rabies
2. Terdapat pada air liur hewan penderita rabies
3. Bentuknya seperti peluru
4. Ukurannya sangat kecil
5. Tak dapat dilihat oleh mata biasa (harus pake mikroskop)
D. CARA PENULARAN
GAMBAR
E. PENGOBATAN
1. Bila digigit anjing, kucing, kera atau hewan penular rabies lain, cucilah luka
dengan sabun dan air bersih yang mengalir sekitar 15 menit
2. Sesudah kering, obatilah dengan obat merah atau alkohol 70% atau
bathadin
3. Selanjutnya berobatlah ke dokter/sarana kesehatan terdekat
4. Hewannya jangan dibunuh/diobservasi 14 hari
F. PENCEGAHANNYA.
1. Peliharalah anjing, kucing dan kera dengan baik/ dirawat.
2. Suntikan vaksin anti rabies secara teratur ke dokter hewan.
3. Pakailah berongsong kalau anjingnya dibawa berjalan.
4. Ikatlah anjing dengan tali 2 meter.
GAMBAR
5. Filipina
6. Indonesia
7. Srilangka
Daerah yang rabies ialah provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau,
Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat,
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara.
C. SEJARAH
D. GEJALA RABIES
Pada anjing dan pada orang ada 4 stadium, yaitu :
1. Stadium permulaan = Prodomal
2. Stadium kedua = Sensoris
3. Stadium ketiga = Exitasi/gila
4. Stadium akhir = Paralyse/lumpuh
E. DIAGNOSE RABIES
Diagnosa rabies pada penderita biasanya tidak tertolong lagi . Diagnosa rabies sangat perlu
untuk menentukan apakah si penderita gigitan perlu mendapat vaksin atau campuran vaksin dan
serum anti rabies.
Oleh karena itu hewan penggigit JANGAN dibunuh tetapi ditangkap untuk diamati selama 10
hari.
Jikalau mati otaknya diambil lalu diperiksa dengan mikroskop, maupun secara biologis memakai
tikus putih.
F. PERAN SERTA
1. Melatih Pramuka Siaga dan Penggalang untuk mencapai SKK
2. Melatih memasang tali dan berongsong anjing.
3. Melatih memegangi anjing waktu divaksinasi rabies
4. Membantu menangkap anjing liar.
GAMBAR
G. PRINSIP PEMBERANTASAN
a. Vaksinasi hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera
b. Penangkapan anjing liar dan dibunuh
c. Mentaati undang-undang dan peraturan rabies.
d. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang rabies.
SKK
PENANGGULANGAN DIARE
Pramuka Siaga:
Pramuka Penggalang:
- Menjelaskan penyakit yang sering menimbulkan wabah
- Menjelaskan penyakit yang bisa menyebabkan diare
- Menjelaskan gejala diare dan akibat diare
- Menjelaskan manfaat oralit dan cara membuatnya
- Menjelaskan cara pencegahannya
I. PRAMUKA SIAGA
A. PENGERTIAN DIARE
Diare adalah berak encer atau bahkan berupa air saja (mencret) yang terjadi lebih sering
dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam 1 hari. Penyakit ini sering timbul sebagai wabah,
karena dalam waktu singkat memakan banyak korban.
Gejala utama penyakit diare adalah siring berak-berak encer lebih dari biasanya bahkan dapat
berupa air. Kadang-kadang disertai dengan muntah, panas dan lain-lain.
C. PENYEBAB DIARE
Diare dpat diseabkan oleh bermacam-macam hal, diantaranya adalah:
1. Karena peradangan usus (infeksi kuman)
2. Karena keracunan makanan dan minuman
3. Karena tidak tahan terhadap makanan tertentu
4. Karena kekurangan Gizi
D. AKIBAT DIARE
Apabila seorang anak penderita diare tidak segera ditolong, maka anak tersebut akan
kekurangan CAIRAN TUBUH dan ZAT GARAM-GARAMAN yang sangat berguna bagi
kelangsungan hidup manusia. Anak tersebut menjadi lemas dan akhirnya meninggal.
Hal ini dapat diibaratkan sebatang pohon yang kekurangan air, lama-kelamaan akan layu
dan mati.
ORALIT adalah bubuk garam gula, yang selalu dilarutkan dalam air masak dan diminumkan
pada orang diare dapat mencegah bahaya kehabisan cairan tubuh.
ZINC merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan
anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami
diare. Untuk menggantikan Zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan Zinc yang
akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.
PRAMUKA PENGGALANG
1. Lingkungan Penularan Penyakit Diare.
- membuat jarak jamban dengan sumber air minum paling sedikit 10 meter
b. memberikan imunisasi campak pada bayi umur 9 bulan
1. Bila anak menderita diare, tanda-tanda yang paling awal adalah haus, maka:
- Berilah cairan apa saja yang ada di rumah tangga, misalnya air teh, air susu, air
buah, air sop, air tajin dan sebainya.
- Kalau dia masih menyusui, agar diberikan ASI tambahan lebih dari biasanya. -
Makanan yang biasa diberikan dapat diteruskan.
2. Bila anak diare disertai slah satu gejala dari: nafsu makan berkurang, kelincahan menurun,
panas, muntah, maka carilah ORALIT pada kader kesehatan.
3. Aturan pemberian larutan pada penderita diare :
- Anak dibawah 1 tahun : 2 jam pertama harus habis 2 gelas, selanjutnya ½ gelas
setiap kali berak.
- Anak 1 - 5 tahun : : 2 jam pertama harus habis 4 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap
kali berak
- Anak di atas 5 tahun dan dewasa : 2 jam pertama harus habis 6 gelas, selanjutnya
setiap kali berak.
4. Untuk mempercepat proses penyembuhan penderita diharuskan istirahat yang cukup.
Sebaiknya diberikan makanan yang bergizi, seperti: tempe, tahun, ayam, daging,
buahbuahan.
5. Tidak dianjurkan memberikan obat-obatan lain kepada penderita.
6. Bila penderita sudah ditolong dengan oralit belum teratasi bawalah ke Puksesmas terdekat.
Rasa haus dan cubitan kulit merupakan tanda kunci (penting). Untuk menentukan derajat
kedehidrasian minimal harus ada satu tanda kunci ditambah minimal satu tanda lainnya
(bukan tanda kunci).
Di samping harus memahami pengetahuan yang telah diuraikan, harus telah melatih sedikitnya
seorang atau anggota masyarakat sehingga dapat mencapai SKK (memperoleh TKK)
Penanggulangan Penyakit Diare.
Juga harus memahami pengetahuan di bawah ini agar dapat membantu melakukan tindkan
yang tetap apabila menghadapi penderita diare.
GAMBAR
Dalam menolong penderita diare, yang penting adalah:
a. Mencegah agar tidak terjadi dehidrasi (kekurangan cairan)
b. Kalau telah jatuh dalam keadaan dehidrasi ditolong secepatnya agar tidak menjadi
berat.
Caranya yaitu dengan menggantikan cairan tubuh yang hilang karna diare dengan
memberikan cairan apa saja yang ada di rumah atau dengan oralit. Tindakan ini disebut:
REHIDRASI. Jadi dpat dikatakan tindakan rehidrasi diberikan berdasarkan tingkat-tingkat
DEHIDRASI.
Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200cc). Anak kurang dari 1
tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali berak. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100200cc
cairan oraliit setiap berak.
Untuk mendapatkan TKK, Pramuka Penegak dan Pandega harus memahami bahan-bahan
untuk memperoleh TKK, di samping itu harus:
- Dapat mendemontrasikan cara merawat penderita diare yang mengalami dehidrasi ringan
sampai sembuh.
- Dapat menjelaskan kepada kelompok Pramuka atau masyarkaat tentang penyebab
penyakit diare, cara penularan, gejala, bahayanya, cara pertolongan da cara
pencegahanya.
a. Tanyakan kapan mulai diare, apakah tinjanya ada darahnya, apakah disertai penyakit
lain.
b. Mengadakan pemeriksaan pada penderita .
Untuk menentukan derajat dehidarasi perlu melihat dan melakukan pemeriksaan.
Lihatlah:
- Bagaimana keadaan umum anak tersebut?
* Apakah dia baik dan gesit?
* Apakah dia sakit, mengantuk atau cengeng?
* Apakah dia sangat mengantuk, tidak berbahaya atau tidak sadar?
- Apakah anak mengeluarkan air mata waktu menangis?
- Apakah matanya normal, cekung atau sangat kering dan cekung?
- Apakah mulut dan lidahnya basah, kering atau sangat kering?
- Saat saudara memberikan minum, apakah anak:
* Minum biasa atau tampak tidak haus?
* Minum banyak dan tempak haus?
* Minum sedikit atau tampak tidak bisa minum?
Periksalah:
- Sewaktu kulitnya ditarik/dicubit, apakah kembali cepat, lambat atau sangat lambat
(lebih lama dari 2 detik).
Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia,
hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakita diare dari tahun ke tahun. Di dunia,
sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi
di negara berkembang (Parashar, 2003). Menurut WHO, di negara berkembang pada tahun
2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 6 dari 10 kematian tersebut
pada umur <2 tahun. Rata-rata anak usia <3 tahun di negara berkembang mengalami episode
diare 3 kali dalam setahun (WH), 2005)
Hasil survei Subdit Diare angka kesakitan diare semua umur tahun 2000, angka kesakitan diare
semua umur 301 per 1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374 per 1000 penduduk, tahun 2006
adalah 423 per 1000 penduduk. Kematian diare pada balita 75,3 per 100.000 balita dan semua
umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur (Hasil SKRT 2001). Diare merupakan penyebab
kematian no.4 (13,2%) pada semua umur dalam kelompok peyakit menular. Proporsi diare
sebagai penyabab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita
(25,3%) (Hasil Riskesdas 2007)
Disamping itu, di Indonesia penyakit diare ini masih sering timbul sebagai wabah yang sering
menghebohkan masyarakat atau sosial politik, karena dalam waktu yang singkat dapat
memakan banyak korban.
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah
satu unsur kesejahteraan umur dan Tujuan Nasional.
Dewasa ini, dengan masih tingginya angka kematian bayi dan Balita menggambarkan belum
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal serta merupakan tantangan
pembangunan kesehatan yang utama. Maka untuk menghadapi tantangan tersebut
penanggulangan diare merupakan salah satu masalah yang prioritas.
KEPUSTAKAAN
SKK PENANGGULANGAN
PENYAKIT TB PARU
I. Pramuka Siaga
- Mengetahui penyebab, cara penularan dan gejala TB Paru
- Mengetahui jenis TB
- Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan secara teratur
I. PRAMUKA SIAGA
Seorang Pramuka harus mengerti hal-hal sebagai berikut:
A. PENYEBAB
Tuberkulosis (TB) yang dulu dikenal dengan TBC adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobarterium tuberculosis). Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ atau bagian
tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). TB dapat menyerang siapa saja,
terutama usia produktif/masih aktif bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak.
B. GEJALA TB
Gejala utama TB adalah :
- Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih Gejala lainnya:
- Batuk bercampur darah
- Sesak nafas dan nyeri dada
- Nafsu makan berkurang
- Berat badan turun
E. JENIS TB
1. TB Paru : Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru
2. TB Ekstra Paru : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya: selaput otak, selaput jantung (pericardium), tulang, persendian,
kelenjar getah bening, kulit, ginjal, usus, dll.
a. OAT Kategori 1
Diberikan kepada pasien baru TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA
negatif Rontgen positif, dan paien TB ekstra paru. Lama pengobatan 6-8
bulan, terbagi dalam 2 tahap, berupa obat yang diminum (oral).
b. OAT Kategori 2
Diberikan kepada pasien TB BTA positif yang telah diobati sebelumnya
(pasien kambuh, pasien gagal, dan pasien pengobatan setelah putus
berobat). Lama pengobatan 8 bulan, terbagi dalam 2 tahap, dan obat yang
diberikan selain berupa suntikan (hanya 2 bulan pertama) juga berupa
obat yang diminum/oral (8 bulan).
c. Kategori Anak
Diberikan kepada pasien TB Anak. Lama pengobatan 6 bulan, terbagi
dalam 2 tahap, berupa obat yang diminum (oral).
5.Seorang Pramuka diharapkan dapat membantu petugas kesehatan untuk
memotivasi penderita TB Paru. Sehingga penderita berobat secara teratur
hingga sembuh. (Dinyatakan sembuh oleh dokter)
Selain mengetahui hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penegak dan Pandega
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
Masalah TB di Indonesia
1. Penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit
jantung dan penyakit saluran pernapasan, dan nomor satu (1) dari golongan
penyakit infeksi.
2. Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja (15 s/d 50
tahun)
Selain hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penegak dan Pandega harus
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Integrasi pelayanan TB di desa melalui UKBM (Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat).
Upaya untuk memandirikan masyarakat dalam bidang kesehatan melalui
kegiatan pemberdayaan masyarakat. Petugas kesehatan, LSM lokal, Tokoh
masyarakat dan kader melibatkan pelayanan TB di desa melalui Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Hal ini diharapkan agar upaya
terobosan dalam mendekatkan layanan TB kepada masyarakat sebagai salah
satu strategi pengendalian TB dapat meraih hasil yang optimal.
A. Tujuan Umum
Memberikan akses pelayanan TB bagi masyarakat di daerah yang sulit
dijangkau dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat yang peduli dan
tanggap terhadap permasalahan TB di wilayahnya.
B. Khusus
1. Meningkatkan angka penemuan suspek TB
2. Menurunkan angka putus berobat
3. Meningkatkan peran lembaga desa dan perangkatnya dalam program
penanggulangan TB
4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat, organisasi kemasyarakatan, LSM
dan dunia usaha dalam penanggulangan TB
5. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TB
Selain hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penegak dan Pandega harus
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mampu menggerakkan masyarakat/organisasi masyarakat untuk turut
melaksanakan pengawasan dan pengendalian pengobatan penyakit.
2. Dapat memberikan penyuluhan tentang Penanggulangan TB paru kepada
kelompok Pramuka atau anggota masyarakat.
3. Telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau anggota masyarakat, sehingga
mencapai SKK (memperoleh TKK) Penanggulangan penyakit TB paru.
KEPUSTAKAAN
SKK PENANGGULANGAN
PENYAKIT KECACINGAN
Pramuka Siaga:
- Mengetahui penyebab, cara penularan dan tanda penyakit cacingan
- Mengetahui cara pencegahan penyakit cacingan
- Mengetahui cara pengobatan penyakit cacingan
Pramuka Penggalang:
- Menjelaskan penyebab, cara penularan dan tanda penyakit cacingan
- Menjelaskan cara pencegahan penyakit cacingan
- Menjelaskan cara pengobatan penyakit cacingan
I. PRAMUKA SIAGA
A. PENGERTIAN
Seorang dikatakan cacingan, bila dalam pemeriksaan tinjanya terdapat telur cacing.
B. TANDA-TANDA CACINGAN
1. Pucat, kurang darah
2. Lesu, kurus, malas
3. Mual, kurang nafsu makan
4. Perut buncit
5. Mata cembung
6. Rambut jarana
7. Keluar cacing dari dubur atau mulut
GAMBAR
C. PENYEBAB CACINGAN
Penyebab cacingan disebabkan oleh jenis cacing tanah yang terdapat pada usus,
adalah:
- Cacing gelang
- Cacing cambur
- cacing tambang
D. CARA PENULARAN
1. Apabila penderita cacingan Luang air besar sembarangan.
Tinja yang mengandung telur cacing mengotori tanah.
GAMBAR
2. Di tanah lembab dengan suhu dan waktu tertentu telur menjadi matang dan Siap
menulari orang lain.
3. penularan dapat melalui makanan dan minutan yang dikotori oleh telur cacing
yang telah matang tadi atau melalui tangan yang kotor.
GAMBAR
4. Dapat juga penularan melalui digitan tempayak pada kulit kaki yang tidak
memakai alas kaki.
GAMBAR
2. Mandi dan membersihkan badan paling sedikt 2 kali setiap hari
GAMBAR
3. Memotong dan membersihkan kuku
4. Memakai alas kaki sewaktu diluar rumah
GAMBAR
5. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum makan.
GAMBAR
GAMBAR
7. Menjaga kebersihan, menutup makanan dengan tudung saji.
II. PRAMUKA PENGGALANG
1. Cara pencegahan penyakit cacingan
GAMBAR
Orang sehat yang makan makanan dan Telur-telur terbawa angin air, debu
minuman minuman yang mengandung dan terselip dikuku dan sebagainya,
telur cacing. kemudian hinggap pada: makanan
dan minuman
GAMBAR
Hal ini sangat penting dan erat hubungan dengan kebersihan badani, bahkan oleh
agama disebutkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari pada iman. Pokoknya
semua bersih, lingkungan, badan, hati dan cita-cita.
6. Pengetahuan Lain:
Daerah-daerah yang mempunyai angka kesakitan tinggi
Daerah yang mempunyai angka kesakitan cacingan (prevalensi) tinggi adalah
dengan kriteria sebagai berikut:
a. Letak daerah dengan iklim yang panas dan lembab yang cocok dengan
pertumbuhan cacing perut.
b. Penduduk padat
c. Sarana penunjang lingkungan (air bersih, jamban, keberhasilan makanan dan
minuman) belum memenuhi syarat kesehatan atau belum dimanfaatkan.
d. pendidikan masyarakat masih rendah.
e. Sosial ekonomi masih rendah.
Pramuka golongan Penegak dan Pandega diharapkan dapat menjelaskan dan
menjadi contoh tauladan terhadap sekelompok Pramuka golongan Siaga dan
Penggalang atau masyarakat dalam penyuluhan pencegahan dan pengobatan
penyakit cacing.
Khusus Pramuka Penegak dan Pandega, di samping hal-hal tersebut di atas, juga
harus :
- Dapat membantu atau bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam
pelaksanaan program. Misalnya dalam pelaksanaan penyuluhan, pengobatan
melalui program terpadu baik lintas program maupun lintas sektoral.
- Telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau seorang anggota masyarkaat
sehingga TKK Penangulangan penyakit Cacingan tingkat madya.
KEPUSTAKAAN.
1. Mengenal cacing perut dan cara pencegahannya, Sub Dit. Cacing Tambang dan
Parasit Perut lainnya, Ditjen P3M Departemen Kesehatan RI, 1981.
2. Keluarga sehat karena bebas dari cacing, Departemen Kesehatan Jakarta,
1983.
3. Program Pelita IV Subdit Penanggulangan Diare, Kecacingan dan Parasit Perut,
Ditjen PPM & PLP.
Pedoman Program pemberantasan Penyakit Cacingan, Ditjen PKM & PLP,
1998.
Marilah memberantas dan mencegah cacingan, Depkes 1992.
PRAMUKA PENEGAK
A. SKK tentang IMS
- Mengetahui dan dapat menjelaskan pengertian IMS.
- Mengetahui dan dapat menjelaskan gejala dan akibat IMS yang diobati tidak menular.
- Mengetahui dan dapat menjelaskan cara penularan IMS
- Mengetahui dan dapat menjelaskan bagaimana cara pencegahan IMS.
- Mengetahui dan menjelaskan hubungan IMS dan HIV/AIDS.
- Mengetahui dimana dapat memperoleh pengobatan dan akibat IMS yang diobati tidak
teratur.
- Mengetahui perilaku dan faktor yang mepengaruhi penyebaran IMS.
- Dapat memberi tahu kepada teman sebaya dikelompoknya
1. Pengertian HIV
HIV adalah kependekan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. Orang yang mengidap HIV di dalam tubuhnya disebut
HIV positif atau pengidap HIV.
Orang yang telah terinfeksi HIV dalam beberapa tahun pertama belum menunjukkan
gejala apapun, secara fisik kelihatan tidak berbeda dengan orang lain yang sehat. Namun
dia mempunyai potensi sebagai sumber penularan, artinya dia dapat menularkan virus
pada orang lain.
2. Pengertian AIDS
Untuk memahami gejala HIV dan AIDS, perlu dipahami sistem kekebalan tubuh sebagai mana
digambarkan dalam komik berikut
Penjelasan :
• Komik kekebalan tubuh menggambarkan tentang fungsi darah putih dalam tubuh
seseorang sebagai sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi serangan kuman, virus,
dan lainnya.
• Bila virus masuk ke dalam tubuh, maka sel darah putih akan berusaha melumpuhkan virus
tersebut. Misalnya, virus influenza, diare dan batuk akan dilumpuhkan oleh sel darah
putih.
• Berbeda dengan virus lainnya, HIV adalah virus yang tidak mudah dilumpuhkan oleh sel
darah putih. Apabila masuk ke dalam tubuh kita justru akan melumpuhkan sel darah
putih, terutama menyerang CD 4 dan menggunakannya untuk memperbanyak HIV dalam
tubuh yang bersangkutan sehingga tubuh tidak mampu melawan penyakit dan infeksi.
Tahapan perkembangan perjalanan HIV secara umum dibagi dalam beberapa tahapan:
1. Tahap Primer
HIV positif dimana seseorang positif terkena HIV, namun belum menunjukkan gejala
berarti. Gejala-gejala yang timbul adalah mirip dengan gejala flu (pusing, lemas, agak
demam, dan lain-lain) sehingga sering terabaikan. Tahap ini biasanya terjadi antara 2-4
minggu setelah seseorang terinfeksi HIV. Dengan kata lain, setelah HIV masuk tubuh
untuk pertama kalinya, apabila orang tersebut melakukan tes HIV, maka hasil tes mungkin
negatif.
4. Tahapan Akhir
Pada tahapan ini, seseorang telah menunjukkan gejala-gejala penuh AIDS. Ini
menyangkut tanda-tanda yang khas AIDS, yaitu adanya penyakit-penyakit oportunistik
seperti: Pneumocytis Carinii (PCP), Candidiasis, Sarkoma Kaposis, Tuberkulosis (TB),
berat badan menurun drastis, diare tanpa henti, dan penyakit lainnya yang berakibat fatal.
Gangguan syaraf juga sering dilaporkan, diantaranya: hilangnya ketajaman daya ingat,
timbulnya gejala gangguan mental (dementia), dan perubahan perilaku secara progresif
(umumnya akibat encephalopathy). Disfungsi kognitif sering terjadi, dengan tanda awal
diantaranya adalah tremor (gemetar tubuh) serta kelambanan bergerak. Hilangnya
kemampuan melihat dan paraplegia (kelumpuhan kaki) juga bisa timbul di tahapan akhir.
Menurut WHO, awalnya diperkirakan hanya sebagian kecil dari mereka terinfeksi HIV
akan menunjukkan gejala AIDS. Namun, kini ditemukan bahwa sekitar 20% dari mereka
yang HIV positif akan berkembang menjadi AIDS dalam waktu 5 tahun setelah terinfeksi.
Sedangkan 50% lainnya, dalam waktu 10 tahun setelah pertama kali tertular. Setelah
dalam tahap fullblown, harapan untuk bertahan hidup menipis secara drastis.
Berdasarkan keterangan di atas, seseorang bisa saja terkena HIV dan tidak menunjukkan
gejala apapun (Asymptomatic) dalam waktu yang cukup lama (3-10 tahun). Karenanya,
kita sering tidak mampu mendeteksi apakah seseorang HIV positif atau tidak berdasarkan
penampilan saja. Meskipun seseorang tidak menunjukkan gejala apapun, ia sudah dapat
menularkan HIV pada orang lain. Seringkali orang tersebut tidak menyadari dirinya sudah
terkena HIV bila gejalanya belum tampak. Lebih jauh lagi, meskipun ia sudah tahu dirinya
HIV positif, mungkin ia tidak bisa membuka statusnya dengan mudah karena tidak yakin
terhadap reaksi orang lain.
HIV mudah mati di luar tubuh manusia, oleh sebab itu HIV
tidak dapat ditularkan melalui kontak sosial sehari-hari
seperti:
1. Bersentuhan dengan pengidap HIV.
2. Berjabat tangan.
3. Bersentuhan dengan pakaian dan barang-barang
bekas pakai orang dengan HIV atau sudah AIDS.
4. Bersin atau batuk-batuk orang dengan HIV atau sudah
AIDS di depan kita.
5. Berciuman kering.
6. Melalui makanan dan minuman.
7. Berenang bersama di kolam renang.
8. Menggunakan WC yang sama dengan pengidap HIV.
9. Melalui gigitan nyamuk atau serangga lain.
Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-hati dalam berbagai tindakan
yang berhubungan dengan darah, produk darah dan plasma:
a. Transfusi Darah
Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk transfusi tidak tercemar HIV.
Perlu dianjurkan pada seseorang yang HIV positif agar tidak menjadi donor darah.
Begitu pula mereka yang berperilaku risiko tinggi, misalnya sering melakukan
hubungan seks dengan ganti-ganti pasangan.
b. Penggunaan Produk Darah dan Plasma
Sama halnya dengan darah yang digunakan untuk transfusi, maka produk darah
dan plasma harus dipastikan tidak tercemar HIV.
c. Penggunaan alat suntik dan alat-alat lain yang dapat melukai kulit
Penggunaan alat-alat seperti jarum, jarum suntik, alat cukur dan alat tusuk untuk
tindik perlu diperhatikan sterilisasinya. Tindakan mensterilkan dengan pemanasan
atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat penting.
Janin dari orangtua terinfeksi HIV berrisiko tertular HIV penularan cukup besar sekitar
25 %. Risiko akan semakin besar bila orangtua telah berada dalam tahap AIDS, oleh
karena itu orangtua yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untuk mempertimbangkan
kembali tentang rencana kehamilan. Risiko bayi terinfeksi HIV melalui ASI kecil,
sehingga tetap dianjurkan bagi si ibu untuk memberikan ASI pada bayinya.
Dalam epidemiologi, epidemi (dari bahasa Yunani epi- penyakit + demos rakyat) adalah
penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam
suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang melampaui laju "estimasi" (dugaan), yang
didasarkan pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang
terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga.
Epidemi AIDS adalah kejadian wabah AIDS yang terjadi secara cepat dari yang diduga
dalam suatu periode waktu tertentu pada suatu masyarakat. Epidemi AIDS merupakan
distribusi dan determinant (penentu) dari kejadian AIDS yang terjadi di masyarakat.
Sehubungan hal tersebut, maka epidemi AIDS terkini pada suatu wilayah menggambarkan
jumlah kasus, pola penyebaran, faktor risiko, kelompok risiko, pengendalian dan
perkembangan AIDS tersebut. Oleh karena itu situasi epidemi AIDS di setiap daerah akan
berbeda.
Pada umumnya, penggambaran suatu epidemi AIDS tidak hanya terbatas pengungkapan
fakta kejadian wabah saja, akan tetapi fakta tersebut dianalisis dan dikembangkan
kebijakan dalam rangka penanggulangannya.
Seorang manajer program dan petugas lapangan sangat penting memahami suatu epidemi
AIDS yang ada di daerahnya. Memahami epidemi akan mempermudah mereka untuk
menguasai situasi dan permasalahan serta rencana strategi yang akan dikembangkan.
Salah satu dari penanggulangan HIV dan AIDS adalah penyediaan layanan-layanan
masyarakat selain Komunikasi Informasi dan Edukasi. Pelayanan HIV dan AIDS, diantaranya
kita mengenal Voluntary Counseling and Testing (VCT)), Prevention from Parent To Child
Transmission (PPTCT), Provider Initiated Test and Counseling (PITC) and Care Support and
Treatment (CST).
VCT adalah konseling dan tes HIV yang dilakukan secara sukarela untuk mengetahui status
HIV seseorang, dikenal juga sebagai Konseling Testing secara Sukarela (KTS). Tes ini
merupakan pengambilan darah dan pemeriksaan laboratorium yang harus disertai konseling.
KTS merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke
seluruh layanan kesehatan HIV dan AIDS.
PPTCT atau Pencegahan penularan dari orangtua ke anak merupakan pelayanan yang
dikhususkan terhadap para ibu yang terinfeksi HIV. Setiap ibu berstatus HIV yang hamil
menjadi perhatian dari pelayanan ini. Seorang ibu hamil dengan HIV positif rentan
menularkan terhadap janinnya. Penularan ini mungkin terjadi saat kehamilan sampai proses
kelahiran, sehingga sangat perlu pendampingan dan penanganan khusus melalui pelayanan
PPTCT. Diantara pelayanan yang didapat adalah konseling, pemeriksaan rutin kehamilan,
terapi ARV, proses kelahiran dan penanganan Ibu dan anak dari pasca kelahiran termasuk
gizi dan nutrisi bayi dan pemeriksaan untuk kepentingan status HIV bayi.
PITC merupakan layanan pemeriksaan darah untuk mengetahui status HIV seseorang,
dimana pasien yang datang dengan simptom atau penyakit terkait HIV, diagnosis dan
tatalaksana klinik berdasarkan diagnosis HIV. Tes HIV ditawarkan sebagai bagian dari
evaluasi klinis di tempat dimana prevalensi HIV menonjol.
Layanan PITC adalah :
• Individu mencari layanan medis.
• Konseling HIV diberikan dan tes ditawarkan oleh petugas kesehatan.
• Hasil tes digunakan petugas kesehatan untuk melakukan diagnosis dan memberikan terapi
yang tepat.
• Layanan yang diberikan bersifat kerahasiaan dan status didokumentasikan di status catatan
medik agar dapat dilakukan tindak lanjut.
• Prinsip dari PITC adalah sama dengan VCT, seperti : kerahasiaan, konseling dan informed-
consent.
CST merupakan pelayanan terkait dengan pemberian dukungan kepada orang yang berstatus
HIV positif. Pelayanan ini akan diberikan setelah orang melalui proses tes darah atau ketika
seseorang tersebut HIV positif. Pasca tes, seseorang yang HIV positif akan dirujuk ke CST
dan manajer kasus di CST akan menawarkan beberapa dukungan dan layanan, misalnya:
pemeriksaan laboratorium terkait dengan tingkat CD4, viral load, SGPT, SGOT dan lain-lain.
Dukungan terapi ARV (antiretroviral) akan diberikan dalam pelayanan CST. Selain dukungan
medis, bila yang bersangkutan membutuhkan, dapat memperoleh dukungan sosial, ekonomi,
atau spiritual beserta layanan-layanan lain yang ada di masyarakat.
G. Tes HIV
Tes antibodi HIV adalah tes darah yang dipakai untuk memastikan apakah seseorang telah
terinfeksi HIV atau tidak.
Manfaat tes ini adalah :
a. Membantu melindungi persediaan darah di bank darah. Adanya skrining darah donor untuk
antibodi HIV terbukti telah menurunkan secara drastis risiko penularan HIV melalui tranfusi
darah.
b. Menggambarkan besarnya masalah epidemi HIV dan AIDS di masyarakat.
c. Mengetahui status HIV secara dini, sehingga memberikan kesempatan pada orang tersebut
segera memulai pengobatan dan konseling.
Tes HIV dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap HIV di dalam darah.
Antibodi adalah reaksi tubuh terhadap kehadiran virus tertentu di dalam tubuh. Oleh sebab itu
tes semacam ini secara lengkap disebut tes antibodi HIV, walaupun kadang-kadang orang
sering menyebut tes HIV saja. Tes jenis inilah yang sering dipakai untuk penapisan atau
skrining darah donor sebelum digunakan.
Selain itu ada pula tes untuk mengetahui keberadaan HIV itu sendiri, atau disebut antigen.
Perlu diketahui bila tubuh kemasukan suatu bibit penyakit, baik bakteri, virus, atau lainnya
(ini semua disebut antigen) maka tubuh kita akan membuat antibodi sebagai reaksi terhadap
antigen tersebut. Zat ini disebut antibodi, yang keberadaannya di dalam darah dapat
dideteksi dengan pemeriksaan yang menggunakan zat-zat tertentu (yang disebut reagens).
Tubuh membutuhkan waktu tertentu untuk membentuk antibodi agar dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan laboratorium.
Pada HIV, keberadaan antibodi yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium
dalam waktu 3-6 bulan setelah seseorang terpapar HIV. Sebelum jangka waktu ini,
pemeriksaan darah tidak akan menunjukkan adanya antibodi HIV. Walaupun pemeriksaan
darahnya masih negatif, orang tersebut sudah dapat menularkan NIV kepada orang lain.
Saat ini tersedia beberapa jenis tes darah yang dapat membantu memastikan apakah
seseorang, yang mungkin nampak sehat, sudah terkena HIV. Beberapa tes darah yang
tersedia saat ini diantaranya:
a. ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay). Tes yang dilakukan untuk mencari
antibodi yang ada dalam darah. Tes ini bersifat sensitif membaca kelainan darah.
b. Western Blot. Tes ini juga untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV. Tes ini lebih
akurat dan lebih mahal dibandingkan dengan ELISA dan lebih spesifik dalam
mendiagnosis kelainan dalam darah.
c. DIPSTICK HIV (En Te Be). Tes ini adalah tes cepat yang murah dan pelaksanaannya
cepat. Tes yang dikembangkan oleh PATH ini sudah diproduksi di NTB, Indonesia.
Sifatnya cukup sensitif dan spesifik dalam melihat kelainan dalam darah.
Agar KD bersedia melakukan tes HIV, PL harus mampu memotivasi KD melalui pendekatan
lapangan, konseling serta memberikan informasi lain yang diperlukan.
Stigma sering kali menyebabkan diskriminasi dan dapat mendorong munculnya pelanggaran
HAM bagi ODHA dan keluarganya. Stigma dan diskriminasi dapat memperparah epidemi
HIV dan AIDS karena dapat menghambat usaha pencegahan dan perawatan dengan
memelihara kebisuan dan penyangkalan tentang HIV dan AIDS seperti juga mendorong
keterpinggiran ODHA dan mereka yang rentan terhadap infeksi HIV. Mengingat HIV dan
AIDS sering dikaitkan dengan perilaku seksual, penggunaan narkoba dan kematian
sehingga banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima dan takut terhadap penyakit ini.
Stigma dan diskriminasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja baik di keluarga,
masyarakat, sekolah, tempat peribadatan, tempat kerja, juga tempat layanan hukum dan
kesehatan. Orang dapat melakukan diskriminasi, baik dalam kapasitas pribadi maupun
profesional, sementara lembaga bisa melakukan diskriminasi melalui kebijakan dan kegiatan
yang dilakukan.
Bentuk lain dari stigma berkembang melalui internalisasi oleh ODHA dengan persepsi
negatif tentang diri mereka sendiri. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan
penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri
mereka sendiri. Hal ini dapat mendorong terjadinya depresi, harga diri rendah dan putus
asa. Stigma dan diskriminasi dapat menghambat upaya pencegahan karena membuat
orang tidak berani untuk mencari tahu status mereka, atau bisa pula menyebabkan mereka
yang telah terinfeksi HIV tetap melakukan perilaku seksual dan non seksual yang tidak
aman karena takut orangorang akan curiga terhadap status HIV mereka. Akhirnya, ODHA
dilihat sebagai "masalah" bukan sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi epidemi ini.
1. Memberikan motivasi pada lingkungan teman-teman sesamanya dan pasangannya yang non
reaktif untuk melakukan tes darah.
2. Saling memberikan dukungan antara sesama ODHA dalam melakukan hidup yang sehat.
3. Melakukan penyebaran informasi dan advokasi terkait untuk menghapus diskriminasi dan
stigmatisasi terhadap ODHA.
4. Memperluas jaringan pelayanan dalam untuk memudahkan dukungan dan pemberian
layanan terkait dengan kebutuhan ODHA.
5. Pemutusan mata rantai penularan terhadap pasangan melalui pencegahan dan perilaku
aman.
REFERENSI
SKK IMUNISASI
TUJUAN SKK IMUNISASI
Pramuka Siaga:
- Mengetahui tentang imunisasi secara sederhana
- Mengetahui manfaat imunisasi
- Mengetahui bahaya bila tidak diimunisasi
- Mengetahui penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
Pramuka Penggalang:
- Dapat menjelaskan kerugian bila tidak diimunisasi
- Dapat menjelaskan siapa yang perlu diimunisasi
- Dapat menjelaskan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
I. PRAMUKA SIAGA
Seorang Pramuka Siaga harus mengetahui : A.
Apakah Imunisasi Itu ?
- Imunisasi ialah upaya pemberian kekebalan dengan pemberian vaksinasi untuk mencegah
timbulnya penyakit-penyakit berbahaya, seperti : TB, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio,
Campak dan Hepatitis B.
Banyak lagi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi namun belum masuk ke
dalam program imunisasi (yang ditanggung oleh pemerintah) oleh karena
keterbatasan dana.
1. TB (Tuberkulosis)
Tuberkulosis (TB) atau yang dulu dikenal TBC adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). TB bukan
disebabkan oleh guna-guna atau kutukan. TB juga bukan penyakit keturunan.
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ atau
bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll).
TB dapat menyerang siapa saja, terutama menyerang usia produktif/masih aktif
bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak. TB dapat menyebabkan kematian. Apabila
tidak diobati, 50% dari pasien akan meninggal setelah 5 tahun.
2. Difteri (Indrak)
Penyakit tenggorokan dan hidung yang sangat berbahaya yang kadang-kadang
menyumbat pernafasan sehingga anak dapat meninggal.
1. TB (TUBERKULOSIS)
Penyebab: Basil tuberkulosa (Mycobactrium tuberculosis) Gejala
utama:
∗ Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih
Gejala lainnya:
∗ Batuk bercampur darah
∗ Sesak nafas dan nyeri dada
∗ Badan lemah
∗ Nafsu makan berkurang
∗ Berat badan turun
∗ Rasa kurang enak badan (lemas)
∗ Demam meriang berkepanjangan
∗ Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan
Jenis TB:
1. TB Paru : Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
paru
2. TB Ekstra Paru : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya : selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar getah bening, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
Cara penularan:
Sumber penularan adalah pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB BTA
Positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menye-barkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak. Sekali batuk dapat menyebarkan 3.000 kuman dalam percikan dahak.
Penularan terjadi melalui percikan dahak yang dapat bertahan selama beberapa jam
dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan lembab.
Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam tubuh pasien berarti semakin besar
kemungkinan menularkan kepada orang lain.
TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien yang sudah dibersihkan, seperti:
peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan pasien TB.
Tindakan:
∗ Rujuklah ke Puskesmas untuk dicari kepastian diagnosa penyakit dan untuk
mendapatkan pengobatan serta nasehat-nasehat.
∗ Vitamin-vitamin, obat cacing, zat besi.
Pencegahan :
Imunisasi BCG pada bayi (terutama untuk mencegah TB selaput otak)
2. DIFTERI
Penyebab : Kuman
Terutama menyerang anak-anak kecil
Masa inkubasi : 2 – 4 hari Penularan:
Secara kontak langsung maupun tidak langsung, misal dari pakaian/barangbarang
milik penderita/alas tidur. Penderita (yang tidak diobati) sangat menular selama 2 –
4 minggu.
Gejala:
Gejala umumnya adalah sumeng, malas, sakit kepala, badan linu.
Jenis:
1) Difteri hidung
- Pilek-pilek beberapa hari yang tidak sembuh-sembuh, hingga kulit di atas
bibir dapat lecet.
- Sesaat kemudian pileknya bercampur darah dan bau.
- Tampak semacam selaput kotor di hidung.
2) Difteri Pharynx (tenggorokan)
- Sakit waktu menelan, kadang-kadang suara bindeng/sengau
- Bila sudah lanjut, maka leher anak membengkak macam Bullneck
- Dalam pharinx tampak semacam selaput putih kotor, kadang kala
berdarah (ini bila anak disuruh buka mulut). 3). Difteri Larinx.
- Terutama terdapat pada anak kecil gelisah karena biasanya sesak yang
makin lama makin bertambah sesaknya. - Berbunyi waktu
menarik napas (stidor) - Penarikan otot-otot pernapasan.
4). Difteri di lain tempat (mata, kulit, vagina)
Pencegahan :
• Isolasi penderita sampai sembuh (hasil pemeriksaan pulasan 2 - 3 x berturut-
turut negatif).
• Untuk anak-anak/orang yang kontak dengan penderita harus diamati dan
dilakukan pemeriksaan pulasan kuman
4. Tetanus
Penyakit ini bisa terjadi pada segala umur. Tetapi yang merupakan masalah cukup
besar di Indonesia adalah banyaknya penderita Tetanus pada bayi yang baru lahir
(Tetanus neonatorum) yang sering menyebabkan kematian.
Penyebab:
Penyebab tetanus adalah kuman tetanus (clostiridium tetani) yang dapat
mengeluarkan racun yang sangat berbahaya.
Cara penularan :
• Pada bayi
Melalui luka waktu pemotongan tali pusat dengan pisau yang tidak steril atau diberi
bobok/ramuan yang tidak steril atau diberi bobok/ramuan yang tidak bersih.
• Pada anak:
Spora tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit ataupun melalui lubang
pada gedung telinga dari penderita radang telinga.
Gejala-gejala :
• Kejang/kaku di seluruh tubuh (sukar membuka mulut, muka dan punggung kaku).
Kejang ini dirasakan sangat sakit oleh karena kesadaran penderita tetap baik.
Rangsangan yang sangat ringan sudah dapat menimbulkan kesakitan seperti
sentuhan suara dan sinar.
• Pada bayi yang baru lahir (usia 5 – 28 hari) mendadak tidak mau menetek lagi,
karena, mulutnya kaku dan mencucu seperti mulut ikan. kematian umunya
disebabkan oleh kegagalan pernafasan akibat kejang otot pernafasan.
Pencegahan :
1. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada wanita usia subur (15-39 tahun) termasuk
ibu hamil.
2. Imunisasi DPT pada bayi
3. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada anak sekolah (SD kelas I-III).
5. Polio (kelumpuhan).
Penyakit yang ditandai dengan gejala dengan kaki lemas dan anak menjadi lumpuh
seumur hidup.
Penyebab:
• Merupakan penyakit menular pada anak yang disebabkan oleh virus Polio.
• Sebagian besar penderita terserang pada waktu berusia di bawah 3 tahun. Kadang-
kadang bisa pula menyerang anak yang lebih besar.
Cara penularan:
• Virus polio masuk tubuh seseorang melalui saluran pencernakan. Virus berasal dari
kotoran penderita yang dikeluarkan di sembarang tempat. Apabila keadaan sanitasi
lingkungan kurang baik, maka penularan terjadi melalui tangan/makanan/minuman
yang tercemar, kemudian masuk ke mulur anak lain.
• Kadang-kadang penularan bisa terjadi melalui titik ludah penderita yang dibatukkan
dan terhirup oleh anak lain.
Gejala-gejala:
• Biasanya didahului dngan panas badan.
• Bisa disertai batuk-batuk atau diare atau leher kaku.
• Selanjutnya disusul dengan kelumpuhan anggota badan yang sifatnya lemas, tanpa
adanya gangguan rasa raba dan biasanya hanya satu sisi pada kaki atau lengan.
Yang sering menimbulkan masalah adalah kelumpuhan yang terjadi biasanya nenetap
(sukar sembuh sempurna) terutama apabila tidak dilakukan fisioterapi secara teratur.
Penyakit ini bisa menimbulkan kematian, yaitu apabila virus penyerang pusat
pernafasan. Pencegahan:
Cara terebaik untuk mencegah agar anak tak terserang penyakit polio, adalah dengan
memberikan vaksinasi Polio melalui mulutnya. Setelah anak mendapatkan vaksinasi
Polio sebanyak 3 kali, haruslah tubuhnya akan mampu melawan penyakit polio.
Penyebab : Virus
Masa inkubasi : 10 - 12 hari Penularan:
Secara droplet infection.
pnderita sangat menular pada 5 hari dari masa tunas sampai 4 hari sesudah timbulnya
bercak merah di kulit.
Gejala:
• Badan mula-mula panas, pilek, batuk
• Mata merah berair dan takut sinar
• Mulut dan bibir kering dan merah
• Beberapa hari kemudian mulai keluar bercak-bercak merah kulit, dimulai di belakang
telinga. leher, muka, dahi untuk seterusnya ke dada dan seluruh badan.
• Penderita dapat meningkat karena komplikasinya, yaitu Pneumonia (radang paru-
paru) dan Encephalitis (radang otak)
Pencegahan:
• Isolasi penderita mulai saat diketahui sakit (diagnosa) hingga 7 hari setelah
timbulnya bercak-bercak di kulit.
• Desinfeksi alat-alat/barang-barang dari penderita. • Imunisasi campak pada bayi
Pengobatan:
• Untuk mengurangi panas dapat diberikan Asetosal.
• Istirahat
• Minuman dan makanan harus cukup mengandung gizi sebaiknya makan makanan
lunak-lunak selama sakit
• Kebersihan badan/kulit, untuk gatalnya dapat diberikan bedak Salisil atau Calamin
Lotion.
• Bila ada penyakit ikutan (komplikasi) dapat diberikan obat-obatan dari petugas
kesehatan.
7. Hepatitis B
Penyakit ini ditandai dengan badan lemah, nafsu makan kurang, terkadang kulit dan
mata menjadi kuning.
Penyebab : Virus Hepatitis B
Masa inkubasi : Melalui suntikan, transfusi darah, hubungan seksual.
Gejala:
• Badan lemah kadang-kadang merasa demam
• Mual. tidak nafsu makan
• Mata dan kulit kadang-kadang berwarna kuning (icterus)
• Penderita dapat menjadi pengidap kronik, selanjutnya menjadi sirosis dan kanker
hati yang dapat menyebabkan penderita meninggal.
Pencegahan:
• Hindari penggunaan jarum suntik beramai-ramai
• Hindari hubungan seks di luar nikah
• Hindari penggunaan darah dari donor pengidap kronis.
• Imunisasi Hepatitis B.
- Mneginformasikan kepada ibu-ibu bahwa seorang bayi harus diimunisasi BCG 1 kali,
DPT 3 kali, Polio 4 kali, Campak 1 kali dan hepatitis B 3 kali.
- mencatat ibu/bayi yang datang, yang belum datang dan mentatat vaksinasi yang
diperolehnya.
- memanggil ibu-ibu yang belum datang untuk membawa bayinya ke Pos
Vaksinasi/Posyandu.
- Membantu pencatatan dalam vaksinasi DT, TT dan campak di Sekolah dasar.
KEPUSTAKAAN
1. Gunawan S ”Memasyarakatkan program Imunisasi dalam rangka Menurunkan Angka
Kematian Bayi dan Anak”
2. Ditjen PPM &PLP Departemen Kesehatan RI ”pedomanImunisasi di Indonesia”
3. Departemen Kesehatan, ”Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Program
Imunisasi”.
Pramuka Penggalang:
- Dapat menjelaskan alamat Puskesmas, Rumah Sakit, Pos P3K, Dokter, Perawat,
Pelayanan Ambulans
- Dapat menjelaskan cara melaporkan dalam keadaan gawat darurat
- Dapat menjelaskan cara menilai pernafasan dan nadi
- Dapat menjelaskan cara membalut luka dan menghentikan perdarahan
- Dapat menjelaskan Penanganan Syok
- Dapat menjelaskan Penilaian awal pasien Gawat Darurat
- Dapat Menjelaskan Resusitasi Jantung Paru
- Dapat Menjelaskan cara bidai
- Dapat Menjelaskan transport penderita gawat darurat
Pramuka Penegak :
- Dapat mengaplikasikan tanda-tanda SKK Gawat Darurat untuk tingkat Penggalang
- Mengetahui alamat serta nomor telepon Dinas Kesehatan dan
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah serta menghubungi 2 institusi tersebut jika terjadi
bencana
- Dapat melaporkan kepada Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah mengenai jenis kejadian bencana, lokasi bencana, waktu kejadian dan luas
dampak bencana
- Berperan serta dalam memberikan pertolongan pertama dan mengevakuasi korban
bencana yang selamat, mencegah supaya keadaan korban tidak memburuk serta
mencegah timbulnya korban tambahan
Pramuka Pandega :
Selain menguasai persyaratan Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang dan Pramuka
Penegak, seorang Pramuka Pandega dituntut untuk lebih banyak penanggulangan gawat
darurat lain, seperti:
A. Keadaan keracunan, kebakaran dan pingsan.
B. Memperagakan cara mempimpin regu Pramuka dalam mengatasi gawat darurat di jalan
raya.
C. Melakukan penyuluhan tentang gawat darurat kepada anggota Pramuka dan masyarakat
I. PRAMUKA SIAGA
A. ALAMAT:
Puskesmas, Rumah Sakit dan lain-lain yang terdekat dengan rumah dan sekolah perlu
diketahui agar dapat segera dihubungi bilamana diperlukan pertolongan dibidang
kesehatan, juga perlu mengetahui alamat ambulens.
Sebelum pernafasan dinilai dan diperiksa, dilakukan tindakan membebaskan jalan nafas
pada penderita dengan menidurkan penderita terlentang dan mengangkat leher serta
Nadi yang perlu diperiksa, pada orang yang tidak sadar adalah nadi Karotis yang diraba
pada daerah leher bagian bawah samping di bawah rahang. Jumlah pernafasan dan
denyutan nadi setiap menit dicatat.
Perdarahan dan luka dapat dihentikan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Menekan dengan jari tangan pembuluh darah bawah kulit yang dekat dengan luka.
2. menekan langsung pada luka dengan kain atau sapu tangan yang bersih, yang dapat
dianggap bersih adalah lipatan bagian dalam kain yang sudah diseterika.
3. menekan langsung pada luka dengan kain kasa steril, kemudian diletakkan benda
keras di atasnya lalu dibalut secara erat.
4. Pemakaian torniket, yang hanya dilakukan pada keadaan putusnya salah satu anggota
badan. Luka dibalut dan jangan lupa untuk memasukkan bagian yang putus ke dalam
kantong plastik berisi es untuk dibawa bersama penderita ke Rumah Sakit.
E. MEMBALUT LUKA
Bertujuan untuk menghindari atau memecah terjadinya pencemaran kuman ke dalam suatu
luka. Alat yang dipakai adalah kain segi perban dan pembalut cepat. Tata cara membalut
dengan alat-alat ini perlu dilatih pada kepala,tangan, lengan, kaki, tungkai serta dada. Cara
terbaik untuk belajar membuat adalah dengan contoh langsung oleh pelatih.
Selain menguasai bahan-bahan TKK Gawat Darurat untuk Pramuka Siaga, seorang
Pramuka Penggalang harus menguasai :
1. SYOK
a. Pengertian :
Syok terjadi karena kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang disebabkan
turunnya volume darah atau turunnya tekanan darah dan dapat menyebabkan
kematian.
Syok terjadi sering disebabkan perdarahan yang banyak, luka bakar yang berat dan
kehilangan cairan tubuh antara lain disebabkan muntah dan diare yang berat .
b. Gejala dan tanda :
Agar Anda dapat memberikan pertolongan dengan cepat, tepat dan aman dalam
keadaan atau situasi darurat. Anda harus memahami dengan benar apa yang harus
dilakukan.
Contoh kasus :
Jika Anda berjalan menyusuri jalan raya, tiba-tiba Anda melihat sekumpulan orang di
tepi jalan sedang menyaksikan korban kecelakaan lalu-lintas yang tergeletak
berlumuran darah.
4. Cari bantuan
• Lebih cepat lebih baik
• Mintalah seseorang untuk menghubungi rumah sakit atau mencari
kendaraan jika dibutuhkan
5. Setelah kejadian
• Bersihkan tempat kejadian kecelakaan
• Jika memungkinkan hilangkan penyebab kecelakaan atau cari tenaga
profesional untuk melakukannya
• Lengkapi kembali peralatan Pertolongan Pertama (PP), jika tersedia .
Jika Anda mampu menguasai keadaan, maka selanjutnya pikirkan cara untuk menolong
si korban. Langkah-langkah sederhana ini merupakan tindakan yang harus dilakukan.
Perhatikanlah kata kunci:
DRs A-B-C
DANGER (Bahaya)
• Lakukan penilaian apakah lokasi tempat kita melakukan pertolongan aman dan
tidak berbahaya bagi kita penolong maupun korban. Utamakan keselamatan diri
penolong maupun korban.
• Singkirkan benda-benda berbahaya disekitar korban dan di lokasi tempat
melakukan pertolongan, jika diperlukan, pindahkan korban untuk menjauh dari
tempat yang membahayakan.
Tolooong..
.. panggil
ambulans!!
Tidak
menjawab
Tidak
bergerak
Jika pertolongan belum juga datang, telpon/ panggil ambulans untuk membawanya
ke Puskesmas/Rumah Sakit SAAT ITU JUGA.
Bila tidak ada ambulans maka Andalah yang harus melakukan pertolongan pertama
SEGERA .
Perhatian!
Jika ambulans tidak tersedia pilihlah kendaraan yang cukup lebar dan
memungkinkan untuk membawa korban pada posisi pemulihan
Bila anda harus melakukan pertolongan pertama, maka ikuti tahap-tahap
penanganan sebagai berikut;
5. Bila tidak ada aliran udara yang terasa melalui hidung, maka perbaiki
posisi kepala dengan cara menengadahkan kepala dengan cara sebagai
berikut, angkat dagu keatas, dorong dahi kebelakang (lihat gambar), semua
tindakan tersebut lakukan dengan perlahan
6. Cara membuka jalan napas
BREATHING (PERNAPASAN)
1. Pertahankan posisi kepala (posisi menengadah)
2. Letakkan pipi anda didekat muka, di antara mulut dan hidung korban
3. Lihat bagian dada korban apakah ada gerakan napas (gerakan dada turun naik),
perhatikan apakah gerakannya teratur, apakah gerakan dada sebelah kiri dan kanan
sama (simetris)
Jika korban tidak bernapas mulai lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) segera.
Pemulihan . CIRCULATION
(SIRKULASI)
Sirkulasi atau peredaran darah diperlukan diseluruh bagian tubuh untuk memenuhi kebutuhan
jaringan antara lain membawa oksigen. Gangguan sirkulasi dapat terjadi karena gangguan
pompa jantung atau kekurangan volume darah yang disebabkan oleh terjadinya perdarahan.
Kehilangan darah ini dapat mempengaruhi kekurangan peredaran oksigen ke seluruh tubuh:
• Bila terjadi perdarahan maka Anda harus menghentikan perdarahan secepat mungkin
karena kehilangan darah yang cukup banyak akan menyebabkan kekurangan oksigen di
jaringan dan mengancam terjadinya kematian.
• Bila Jantung mulai berhenti berdenyut maka Anda harus mengembalikan fungsi jantung
dengan melakukan pijat jantung .
Untuk mengetahui baik atau tidaknya pompa jantung, kita dapat memeriksa detak jantung
dengan meraba dengan sedikit tekanan didaerah pembuluh nadi leher atau nadi di tangan
selama 10 detik.
Untuk menyelamatkan nyawa korban, diperlukan tindakan yang dikenal dengan sebutan
Resusitasi Jantung Paru (RJP) yaitu mengembalikan fungsi jantung dan paru pada keadaan
semula atau keadaan normal.
Untuk menentukan diperlukan atau tidaknya RJP maka ikuti langkah-langkah pemeriksaa
sebagai berikut.
RESPONS ? ada/tidak
( panggil, tepuk tulang selangka, cubit lengan
atas)
BERNAFAS ? YA /TIDAK
(Lihat, Dengar, dan Rasakan )
TIDAK BERNAPAS
(Pastikan bantuan atau kendaraan
untuk kerumah sakit )
2 kali
KOMPRESI DADA
(Pijat jantung) 30 kali Gunakan
pangkal telapak
tangan untuk
Perbandingan RJP pada orang Dewasa pijat jantung
30 : 2 (per siklus)
Pada bayi pijat jantung dengan menggunakan dua jari tangan. Terlebih dahulu minta izin
pada orang tua korban
RESPONS ada/tidak?
(pada bayi sentuh telapak
kaki)
minta pertolongan
Dahi )
BERNAPAS Ya / tidak ?
Rasakan)
TIDAK BERNAPAS
Beri 5 napas buatan(awal)
30 kompresi dada
(dengan dua jari)
2 napas buatan
RJP pada anak usia 1(satu) tahun keatas akan disesuaikan dengan postur tubuhnya. Ketika
melakukan kompresi dada gunakan satu tangan.
5. BIDAI
Tujuan pemasangan bidai adalah untuk mempertahankan kedudukan tulang yang patah.
Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang yang terdekat dengan
tulang yang patah, dan tidak boleh terlalu kencang/ketat karena akan merusan jaringan
tubuh. Alat yang dipakai dapat:
a. Anggota badan penderita sendiri
b. papan, bambu dahan
c. karton, majalah, kain
d. bantal, guling, selimut dan lain-lain.
6. TRANSPORTASI PENDERITA
III.PRAMUKA PENEGAK
Selain menguasai persyaratan bagi penggalang seorang penegak dituntut untuk
menyebarluaskan pengetahuan yang telah dimilikinya kepada anggota Pramuka lain dan
masyarakat luas:
IV.PRAMUKA PANDEGA
Selain menguasai persyaratan Pramuka Siaga, Penggalang dan Penegak, seorang
Pramuka Pandega dituntut untuk lebih banyak penanggulangan gawat darurat lain, seperti:
A. Keadaan keracunan, kebakaran dan pingsan.
B. Memperagakan cara mempimpin regu Pramuka dalam mengatasi gawat darurat di jalan
raya.
C. Melakukan penyuluhan tentang gawat darurat kepada anggota Pramuka dan masyarakat
1. LUKA BAKAR
Luka bakar adalah salah satu jenis cedera yang meliputi kerusakan pada permukaan
kulit paling atas dan dapat sampai mengenai lapisan dalam, akibat paparan suhu
yang tinggi. Penyebabnya: api, uap panas, benda panas, bahan kimia, listrik, kilat,
serta radiasi.
• Penampakan kasar
3. Derajat tiga, kerusakan mengenai jaringan bawah kulit yang lebih dalam, antara lain
dapat mengenai otot dan bagian diantaranya (kedalaman penuh).
• Pucat dan mengkilap
• Jaringan menghitam atau gosong
• Mati rasa karena kerusakan saraf
Pertolongan Pertama pada luka bakar:
1. Lakukan penilaian DRsABC
2. Hentikan proses luka bakar
3. Siram dengan air selama 10 menit atau lebih
4. Secara perlahan buka pakaian, perhiasan, jam, dll yang
ada di daerah yang mengalami luka bakar
5. Jika perlu balut longgar dengan penutup steril
6. Bawa ke fasilitas kesehatan
JANGAN!
• gunakan material yang berserat atau menempel sebagai penutup
• memecah lepuh
• memberikan krim, lotion, lemak atau minyak pada luka
• menyentuh bagian yang terluka
2. KERACUNAN
Racun dapat berupa suatu zat (padat, cair, gas) yang jika masuk ke dalam tubuh akan
menyebabkan kerusakan jaringan yang menganggu fungsi organ tubuh sehingga
mempengaruhi kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.
3. PINGSAN
Pingsan merupakan kejadian yang umum dan sederhana untuk diatasi oleh seseorang
dengan pengetahuan Pertolongan Pertama. Hal ini terjadi ketika otak, untuk jangka waktu
yang singkat, tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup disebabkan karena berdiri untuk
waktu yang lama, lapar, bangkit dan berdiri terlalu cepat, lingkungan yang panas, dll. Pingsan
mungkin juga terjadi di masa awal kehamilan.
• Limbung
• Pandangan gelap, dunia serasa berputar
• Kulit pucat dan berkeringat
• Nadi pelan tapi kuat
• Kehilangan kesadaran sesaat