Anda di halaman 1dari 101

KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT

Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

SKK
PENANGGULANGAN PENYAKIT

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA


TUJUAN SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA

I. PRAMUKA SIAGA ( 7 – 10 Tahun)


1. Mengetahui penyebab penyakit Malaria
2. Mengetahui penular penyakit Malaria
3. `Mengetahui ciri-ciri nyamuk penular penyakit Malaria
4. Mengetahui perilaku nyamuk penular penyakit Malaria
5. Mengetahui tempat perkembang biakan nyamuk penular penyakit Malaria

II. PRAMUKA PENGGALANG ( 11 – 15 Tahun)


1. Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan penyakit Malaria untuk Pramuka Siaga
2. Mengetahui cara penularan penyakit Malaria
3. Mengetahui tanda/gejala penyakit Malaria
4. Mengetahui cara pencegahan penyakit Malaria
5. Mengetahui cara pemberantasan tempat perindukan nyamuk
6. Mampu melakukan pemberantasan tempat perindukan nyamuk di lingkungan sekolah
dan rumah
7. Mengetahui ciri-ciri telur, jentik nyamuk penular penyakit Malaria

III. PRAMUKA PENEGAK ( 16 – 20 Tahun)


1. Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan penyakit Malaria untuk Pramuka
Penggalang
2. Mampu menjelaskan penyebab penyakit Malaria
3. Mampu menjelaskan cara penularan penyakit Malaria
4. Mampu menjelaskan tanda/gejala penyakit Malaria
5. Mampu menjelaskan cara pencegahan penyakit Malaria
6. Mampu menjelaskan akibat penyakit Malaria
7. Mampu menemukan kasus demam di daerah endemis Malaria sebagai kasus
tersangkapenyakit Malaria
8. Mampu mengajak penderita untuk mencari pengobatan di sarana pelayanan kesehatan
9. Mengetahui Jenis Obat Anti Malaria yang digunakan

IV. PRAMUKA PANDEGA ( 21– 25 Tahun)


1. Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan penyakit Malaria untuk Pramuka
Penegak
2. Mampu membina dan memberikan penyuluhan kepada anggota pramuka dan masyarakat
tentang pengendalian Malaria

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

MATERI SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT MALARIA

I. PRAMUKA SIAGA ( 7 – 10 Tahun)

1. Penyebab penyakit Malaria adalah parasit Plasmodium,


2. Penular penyakit Malaria adalah nyamuk Anopheles betina
3. Ciri-ciri nyamuk penular Malaria
Gambar

Nyamuk Anopheles Betina

4. Perilaku nyamuk Anopheles :


• Tempat hinggap atau istirahat : suka di luar rumah dan di dalam rumah
• Tempat menggigit : suka di luar rumah dan di dalam rumah
• Obyek yang digigit : manusia dan hewan : sapi, kerbau, kambing dll • Waktu menggigit :
mulai senja sampai fajar

5. Tempat perkembangbiakan nyamuk penular Malaria :


Tempat perkembangbiakan utama Anopheles adalah tempat-tempat berupa genangan air
maupun yang mengalir perlahan. Nyamuk ini biasanya berkembang biak di genangan air
yang langsung berhubungan dengan tanah di luar rumah, seperti selokan yang tersumbat,
rawa, danau dan lagun.

II. PRAMUKA PENGGALANG ( 11 – 15 Tahun)

1. Cara Penularan Malaria:


Orang Sakit Nyamuk Orang sehat Orang sakit
Penularan yang lain :
- Malaria bawaan, terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita malaria.
- Secara mekanik, penularan melalui transfusi darah atau jarum suntik.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

2. Tanda/gejala Malaria
Demam berkala (Trias Malaria) : Dingin/menggigil (15 - 60 menit), Panas (1 - 2 jam) dan
Berkeringat
Sakit kepala
Mual & muntah, nyeri ulu hati

3. Cara pencegahan Malaria


a. Hindarilah gigitan nyamuk dengan cara:
Tidur memakai kelambu berinsektisida
Menggunakan kassa atau kawat nyamuk untuk menutup lubang-lubang ventilasi rumah
Menggunakan obat anti nyamuk oles/repellent
Menggunakan obat nyamuk bakar
Menyemprot kamar dengan obat semprot nyamuk
Tidak berada di luar setelah hari gelap atau menggunakan penutup seperti baju lengan
panjang
b. Membunuh jentik nyamuk dengan menggunakan obat pembunuh jentik, menebar ikan
pemakan jentik serta menimbun atau mengalirkan genangan air

Gambar ikan pemakan jentik nyamuk Malaria

4. Ciri-ciri telur, jentik dan nyamuk penular Malaria


Gambar

Telur nyamuk Anopheles Jentik nyamuk Anopheles Nyamuk Anopheles Betina

III. PRAMUKA PENEGAK ( 16 – 20 Tahun)


1. Penyebab Malaria

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)


Makluk kecil (parasit) yang disebut Plasmodium yang hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Plasmamodium adalah parasit yang hidupnya merusak dan memakan sel-sel
darah merah
Ada 4 macam Plasmodium , yaitu:
a. Plasmodium falciparum (malaria tropika)
b. Plasmodium vivax (malaria tertiana)
c. Plasmodium malariae (malaria kuartana)
d. Plasmodium ovale (jarang, umumnya di Afrika)

2. Penjelasan Penularan Malaria

Selain jenis gigitan nyamuk, parasit malaria dapat ditularkan melalui transfusi darah
yang mengandung parasit atau ditularkan pada janin oleh ibu yang menderita malaria,
Nyamuk Anopheles yang dapat menularkan malaria adalah jenis betina saja, karena
untuk dapat bertelur membutuhkan darah, sedangkan nyamuk jantan hanya makan
cairan gula yang berasal dari bunga dan tidak menggigit manusia maupun hewan.
Darah yang diperlukan nyamuk betina dapat berasal dari manusia maupun hewan.

Gambar Siklus Penularan

Tanda/Gejala Malaria
a. Demam menggigil yang berkala disertai sakit kepala
b. Penderita pucat karena kurang darah

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)


c. Badan merasa lemah
d. Mengingat gejala pokok penyakit malaria berupa demam, sulit dibedakan dengan
gejala demam pada penyakit lainnya, maka untuk menentukan penyakit malaria,
darahnya perlu diperiksa di bawah mikroskop.
e. Dengan pemeriksaan darah ini, diketahui jenis parasitnya, lalu dapat ditentukan
pengobatan yang tepat sehingga sembuh sempurna dan tidak kambuh

Gambar orang dengan gejala Malaria

4. Cara Pencegahan Malaria


a. Hindari gigitan nyamuk dengan cara:
• Tidur di dalam kelambu berinsektisida

Gambar kelambu berinsektisida

• Membakar obat pengusir nyamuk atau menyemprot kamar dengan obat semprot
• Tidak berada di luar rumah setelah hari gelap
• Menjauhkan kandang ternak dari tempat tinggal
• Memasang kawat kasa pada lubang angin rumah dan jendela.

b. Membunuh nyamuk

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)


• Nyamuk dewasa dengan obat semprot. Menyemprot dinding rumah bagian dalam dengan
racun serangga, misalnya DDT atau Fenitrothion.
• Hanya dinding bagian dalam yang disemprot racun, karena nyamuk yang masuk rumah
akan hinggap di dinding. Racun akan masuk ke dalam tubuh nyamuk sewaktu nyamuk
hinggap di dinding.
• Nyamuk anopheles akan mati dengan cara ini dalam waktu 1-2 hari, sehingga tidak
sempat menularkan penyakit malaria kepada orang lain.
Gambar penyemprotan dinding dalam rumah

c. Membasmi Jentik
• Membunuh jentik nyamuk dengan obat pembasmi jentik, menebarkan ikan pemakan jentik dan
menghilangkan/mengurangi genangan air dengan cara menimbun atau mengalirkan airnya.

d. Minum obat anti malaria


– Sebagai pencegahan
– Sebagai pengobatan saat sakit dan sudah dilkukan pemeriksaan darah, pasien yang
diduga sakit Malaria harus dilakukan pemeriksaan darah sebelum diberikan obat anti
malaria. Contoh obat anti Malaria : ACT (Artemisinin Combination Therapy), Kina dan
Primakuin.
- Obat untuk kedua keperluan tersebut di atas selalu tersedia di Puskesmas.

Gambar Obat Anti Malaria

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Akibat Malaria
• Menyebabkan kekurangan darah pada penderita malaria karena sel-sel darah merah
banyak yang hancur karena dirusak/dimakan oleh Plasmodium.
• Akibat kurang darah akan menyebabkan daya tahan tubuh kurang sehingga mudah
terkena infeksi lain dan daya kerja kurang. Dan pertumbuhan otak pada anak-anak
terhambat sehingga menyebabkan terganggunya perkembangan kecerdasan dengan
akibat anak-anak menjadi bodoh.
• Pada ibu hamil penyakit malaria dapat menyebabkan keguguran.Pada penderita penyakit
malaria tropika yang berat dan tidak diobati, pembuluh darah otaknya dapat tersumbat,
sehingga dapat menyebabkan kematian atau menjadi gila.

IV. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA

Di samping mendapat SKK dan melatih adik Pramuka atau anggota masyarakat, maka
perlu ditambah pengetahuan sebagai berikut:
1. Siklus Parasit Malaria dalam Tubuh Manusia dan dalam Tubuh Nyamuk.
a. Dalam tubuh manusia
1). Perkembangan dalam jaringan :
Parasit yang berasal dari nyamuk (disebut:Sporozoit) masuk ke dalam sel-sel
jaringan hati untuk tumbuh menjadi sizon jaringan yang kemudian menjadi
merozit yang menyebar dalam peredaran darah. Sebagian merozoit jaringan
pada Plasmodium vivax dapat bertahan dalam hati dan menyebabkan penyakit
malaria menahun (sering kambuh)
2). Perkembangan dalam peredaran darah :
a). Dalam sel-sel darah merah :
Parasit yang berasal dari hati (merozoit jaringan) kemudian menyerang
dan memakan sel-sel darah merah sambil berkembang biak di dalam selsel
tersebut, yang disebut bentuk Skizon.
Skizon kemudian pecah dan menghasilkan merozoit eritrositer yang akan
kembali menyerang sel-sel darah merah lainnya.
Siklus ini terjadi berulang-ulang sehingga menyebabkan banyak sel-sel
darah merah yang rusak, menyebabkan penderita menjadi pucat dan
lemah.
Pada waktu sel darah merah pecah mengeluarkan merozoid, timbulah
serangan demam pada diri penderita.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)


Serangan demam tersebut terjadi secara berkala (lihat grafik 1).

Siklus Hidup di Nyamuk dan di Tubuh Manusia

Siklus Parasit Malaria.

Dalam tubuh manusia dan dalam tubuh nyamuk.

Dalam tubuh nyamuk Dalam tubuh manusia:


b. Gametotosit e. Sporozoit
c. Ookinet f. Merozoit jaringan
d. Ookista g. Merozoit eritrositer
h. Sizon

Limpa membengkak karena harus bekerja lebih keras mengganti sel-sel


darah merah dan membersihkannya.
b). Di luar sel-sel darah merah
Sebagian dari merozoit darah berkembang menjadio gametosit jantan dan
betina (keduanya disebut bentuk seksual).

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)


b. Dalam tubuh nyamuk.
Gametosit jantan dan betina yang terhisap melalui nyamuk, kemudian bersatu dan
berkembang menjadi Ookinet.
Ookinet kemudian menerobos dinding lambung nyamuk dan berkembang menjadi
Ookista, yang akan menghasilkan ribuan sporozoit.
Sporozoit-sporozoit tersebut kemudian bergerak menuju kelenjar ludah nyamuk
dan siap ditularkan melalui gigitan berikutnya.

1. Pengobatan Malaria
Karena siklus hidup parasit malaria terdiri dari beberapa tahap/bentuk, maka diperlukan
obat yang berlainan sesuai denagn tahapan/bentuk parasitnya.
Penyakit malaria yang menahun yang disebabkan oleh plasmodium vivax akan lebih
sulit diobati karena parasitnya dapat bersembunyi di dalam hati

Dikenal 3 macam pengobatan malaria:


a. Pengobatan profilaksis
Diberikan sebagai cara untuk mencegah berkembang biaknya parasit sebagai
akibat dari penularan pertama kali.
1). Obat diminum setiap hari sekali satu tablet.
2). Obat mulai diminum seminggu sebelum masuk daerah malaria dan diteruskan
sampai 2 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut.
3). Jenis obatnya adalah doksisiklin yang setiap tabletnya berisi 100 mg.

b. Pengobatan malaria klinis


Diberikan kepada penderita tersangka malaria yang diagnosanya berdasarkan
gejala klinis, yaitu:
1) Malaria akut (diagnosa oleh petugas kesehatan/kader):
- Demam menggigil yang berkala dan sakit kepala
- Penderita demam yang ditemukan di daerah non endemis dengan
riwayat kunjungan ke daerah malaria. 2). Malaria kronis (hanya
petugas kesehatan)
- Ada riwayat malaria akut ditambah adanya anemia akut dan adanya
anemia, pembesaran limpa, dan lain-lain.

c. Pengobatan radikal
Diberikan kepada penderita malaria yang sudah dapat dipastikan jenis penyakitnya
melalui pemeriksaan darah.
Tujuan pengobatan ini adalah membasmi segala bentuk parasit malaria di dalam tubuh,
sehingga penderita menjadi sembuh sempurna (tidak kambuh). Tujuan ini hanya dapat
dicapai manakala obat diminum sesuai petunjuk yang diberikan oleh Puskesmas atau
petugas kesehatan lainnya.
Pramuka Penegak dan Pandega harus dapat meberikan pengobatan profilaksis,
pengobatan klinis dan penyuluhan tentang pentingnya pengobatan sesuai jadwal yang
ditentukan oleh Puskesmas.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

2. Pengambilan Darah untuk Pemeriksaan

Meskipun tidak perlu mengerjakan sendiri Pramuka Penegak dan Pandega perlu
mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a. Dapat menyebarluaskan pengetahuan tentang pentingnya pemeriksaan darah
malaria.
b. Jumlah darah yang diperlukan untuk pemeriksaan hanya sedikit hingga diambil dari
ujung jari.
c. Untuk dapat diperiksa darah tersebut harus diwarnai lebih dahulu.
d. Pemeriksaan selanjutnya dikerjakan di bawah mikroskop oleh petugas
kesehatan/Puskesmas.
e. Semua orang harus hadir pada saat dilakukan pengembilan darah untuk
pemeriksaan malaria agar supaya tidak ada penderita yang terlewat dari
pemeriksaan dan pengobatan.
f. Selama masih ada penderita malaria di masyarakat tanpa diobati selama itu pula
penderita tersebut menjadi sumber penularan bagi anggota masyarakat lainnya.

Di samping mendapat SKK penanggulangan penyakit malaria, seorang Pramuka Penegak dan
Pandega harus telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau anggota masyarakat dan
mengetahui serta dapat melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

1. Program Pengendalian Penyakit Malaria

A. Secara operasional pelaksanaan program pemberantasan penyakit malaria di


Indonesia dibagi menjadi program di Jawa-Bali dan di luar Jawa-Bali.
Program di Jawa-Bali telah mencakup semua daerah, sedang kegiatan di
Jawa-Bali dititik beratkan di daerah prioritas, yaitu :
1) Daerah transmigrasi
2) Daerah pembangunan ekonomi (pertambangan dan perkebunan).
3) Daerah perbatasan dngan negara tetangga
4) Daerah Hankamnas yang malarious
5) Daerah yang terkena wabah malaria.

B. Tujuan program pada Pelita VI.


1) Jawa-Bali, menurunkan jumlah kecamatan yang bermalaria tinggi (dengan
jumlah penderita malaria positif 5 orang atau lebih per 1000 penduduk
setahun), menjadi < 15 kecamatan pada akhir Pelita Vi dan angka penderita
malaria menjadi kurang dari 0,08 penderita per 1000 penduduk setahun.
2) Luar Jawa-Bali, mengurangi prevalensi (persentase sediaan darah positif
terhadap sediaan darah yang diperiksa) menjadi 3 persen di daerah
prioritas dan angka kesakitan 170 per 1000 penduduk di daerah lainnya
pada akhir Pelita VI.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

C. Kegiatan pemberantasan.
1). Penanganan penyakit
a) Peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan
(1) Penemuan Penderita
(a) Pencarian penderita secara aktif oleh petugas malaria desa
dengan kunjungan rumah ke rumah.
(b) Penemuan secara pasif:
* Terhadap semua pengunjung unit pelayanan
kesehatan
(Puskesmas, Pustu, Poliklinik pemerintah maupun swasta)
* Melalui peran serta masyarakat, misalnya perorangan,
keluarga atau masyarakat, kader, Pramuka, guru
UKS,PKK, tokoh masyarakat, dukun penyembuh.
(2) Pemenuhan hak atas semua penduduk daerah endemis untuk
mendapatkan pengobatan malaria.

b). Diagnosa malaria


Diagnosa klinis malaria menjadi unsur utama tercapainya diagnosis
cepat dan pemberian pengobatan dini dalam upaya pelayanan penderita
untuk menekan kesakitan dan mencegah kematian.
Diagnosa cepat dan pengobatan dini adalah: identitas penderita
secepatnya agar dapat diobati sedini mungkin untuk mengurangi
penderitaan dan mencegah terjadinya sumber penularan.

Pemeriksaan laboratorium: dalam penanganan penderita


* Laboratorium malaria harus ada setiap Rumah Sakit rujukan,
Puskesmas dengan perawatan di daerah endemis dan Puskesmas di
daerah resisten.
* Survey epidemiologi: Malariometrik Survey, kejadian Luar Biasa, tes
resistensi.

c). Pengobatan : dalam penanganan penderita


(1) Pengobatan malaria klinis
Diberikan kepada penderita suspek malaria berdasarkan gejala
klinis, obat yang digunakan adalah obat standar, yaitu klorokuin
dosis 3 hari dan primakuin dosis tunggal hari pertama. Primakuin
tidak diberikan kepada ibu hamil dan anak < 1 tahun serta
pengobatan malaria klinis oleh kaser.
(2) Pengobatan radikal
Diberikan sesuai dengan spesies parasit berdasarkan pemeriksaan
laboratorium, pengobatan ini digunakan di daerah yang sudah
rendah penularannya (dengan obat standar) atau di daerah malaria
resisten (dengan obat alternatif).

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)


2) Pencegahan Penyakit.
Pencegahan penyakit dimaksudkan untuk melindungi seseorang terhadap:
Pencegahan perkembangan penyakit dalam diri penderita:
Cara ini menekan angka kesakitan tanpa mencegah inteksi dilakukan dengan
pengobatan profilaksis (kemoprofilaksis).
Kegiatan ini sasarannya terbatas pada kelompok penduduk non-imun yang
berada di daerah indemis. Dilakukan untuk jangka waktu terbatas. Obat yang
digunakan adalah obat standar klorokuin.
Pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara:
* Pengobatan profilaksis (kemoprofilaksis)
Sasaran:
(1) Secara terprogram (bagian dari kegiatan program P2 malaria) :
Transmigrasi baru (12 minggu), pekerja musiman ibu hamil di daerah
endemis.
(2) Secara individual: Turis, anggota ABRI/Polri, pegawai pindahan,
pendatang baru.
Termasuk dalam kegiatan pencegahan infeksi adalah:
(1) Pencegahan gigitan nyamuk (personal
protection) * Kelambu, repelent, dan lain-lain: (2)
Kegiatan pemberantasan vektor (a) terhadap
nyamuk dewasa:
* Pemakaian kelambu celup untuk mencegah gigitan nyamuk
* Penyemprotan rumah
(b) Terhadap jentik (larva)
* Larvaciding: menutup permukaan air dengan semprotan
minyak solar atau racun jentik
* Biological control: menebarkan ikan pemakan jentik, mina
padi.
(c) Penataan lingkungan :
- Sources reduction (SR)
- Site-selection
- Zooprofilaksis
- Pengaturan pola tanam padi
- Membersihkan lumut, membersihkan tebing sungai-sungai
kecil dan lumut/semak belukar
- Menanam hutan bakau
3). Wabah (Kejadian Luar Biasa) Malaria
a). Penanggulangan KLB.
b). Pencegahan KLB
c). Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) 4).
Pelatihan.
5). Penyuluhan Malaria

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)


a).Tujuan penyuluhan adalah untuk meluruskan pengetahuan masyarakat
di daerah endemis malaria tentang penyakit malaria dan termotivasi
dalam mendukung program.
b). Materi penyuluhan terdiri dari: mengenai gejala,penularan dan
pencegahannya; cara pengobatan penderita klinis dengan obat standar
secara benar, dan mengenai gejala penyakit malaria yang perlu dirujuk
dan ditolong oleh petugas sarkes; menerima pengobatan yang
diberikan petugas sarkes dalam penanggulangan wabah.
c). Sasaran penyuluhan dalah penduduk, pemilik toko obat, apotik, dukun
penyembuh (healer), tokoh masyarakat, kader, ibu-ibu PKK, guru,
pengambil keputusan proyek pembangunan yang rawan malaria, dan
lain-lain. Penyuluhan malaria diprioritaskan di daerah yang
merencanakan meperluas jangkauan pelayanan pengobatan malaria
oleh kader.

D. Membantu Petugas Kesehatan (malaria)

1. Membantu petugas penyemprotan rumah.


1). Memberikan penyuluhan tentang kegunaan penyemprotan rumah.
2). Membantu menyioapkan rumah-rumah yang disemprot dlam hal:
a). Mengeluarkan alat-alat rumah tangga seperti: kasus, bantal, tikar dan lain-
lain.
b). Mengeluarkan alat-alat makan minum dari dapur
c). Melepaskan/mengeluarkan gambar-gambar dan hiasan dinding yang
menempel di dinding.
3). Memberi penyuluhan pada penduduk agar tidak menghapus bekas
semprotan. Bila akan mengapur, kerjakan sebelum penyemprotan 4). Membantu
mengamankan racun serangga :
Bendiocarb, L-Sihalotrion dan Fenitrothion serta racun serangga lainnya
adalah bahan kimia yang berbahaya dn dapat menimbulkan keracunan.
Jangan digunakan untuk keperluan dari racun serangga tersebut.
Memperjual-belikan bahan-bahan tersebut di atas dapat dihukum.
2. Membantu penebaran ikan pemakan jentik
Jenis ikan ini dapat dikenal dari sifatnya yang suka berenang pada permukaan
air tempat jentik-jentik hidup.
Misalnya ikan kepala timah (depan titik putih di kepalanya)gupi (wader cendol),
mujair, nila dan gambusia.
Penebaran ikan dimulai pada musin kering dan diulangi setiap kali musim hujan
berakhir.
3. Membantu menjaga lingkungan dari nyamuk malaria
Selain menghindarkan adanya genangan-genangan air, pohon-pohon yang
terlalu rimbun di sekitar rumah perlu dihindari, saluran-saluran air disekitar
4. Membantu memishkan kandang ternak besar dari rumah tinggal agar nyamuk
tidak sempat menggigit manusia karena sudah kenyang darah hewan/ternak.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

KEPUSTAKAAN :

Buku Pedoman Pemberantasan Malaria, yang diterbitkan oleh Dit. Jen PPM & PLP yang terdiri
dan 10 jilid.

Jilid 1 : Epidemiologi
Jilid 2 : Program Pmberantasan
Jilid 3 : Pengobatan
Jilid 4 : Penyemprotan Rumah
Jilid 5 : Tindakan Anti Larva
Jilid 6 : Survey Malariometrik
Jilid 7 : Pemeriksaan Parasit Malaria secara Mikroskopik
Jilid 8 : Pengenalan wabah (GR)
Jilid 9 : Tes Resistensi In-vivo dan In-vitro untuk P. Fassiparum
Jilid 10: Entomologi

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

SKK
Penanggulangan Penyakit Demam
Berdarah

TUJUAN SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH

I. PRAMUKA SIAGA ( 7 – 10 Tahun)


– Mengetahui penyebab DBD
– Mengetahui penular DBD
– Mengetahui ciri-ciri nyamuk penular DBD
– Mengetahui tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD

II. PRAMUKA PENGGALANG ( 11 – 15 Tahun)


– Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan DBD Pramuka Siaga
– Mengetahui cara penularan DBD
– Mengetahui tanda/gejala DBD
– Mengetahui cara pertolongan pertama pada penderita DBD
– Mengetahui cara pencegahan DBD
– Mengetahui jenis tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD
– Mengetahui prilaku dan siklus nyamuk penular DBD
– Mengetahui cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
– Mampu melakukan PSN di lingkungan sekolah dan rumah

III. PRAMUKA PENEGAK ( 16 – 20 Tahun)


– Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan DBD Pramuka Penggalang
– Mampu menjelaskan penyebab DBD
– Mampu menjelaskan cara penularan DBD
– Mampu menjelaskan tanda/gejala DBD
– Mampu menjelaskan cara pencegahan DBD
– Mampu menjelaskan prilaku dan siklus nyamuk Aedes aegypty
– Mampu menjelaskan PSN 3M Plus
– Mampu menjelaskan cara survei jentik dan cara menghitung Angka Bebas Jentik
(ABJ)
– Mampu melakukan cara pertologan pertama pada penderita DBD
– Mampu melakukan PSN di lingkungan sekolah, rumah dan tempat-tempat umum

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

IV. PRAMUKA PANDEGA ( 21– 25 Tahun)


– Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan DBD Pramuka Penegak
– Mampu melakukan uji torniquet
– Mampu melakukan pertolongan pertama pada penderita DBD
– Mampu melakukan survei jentik dan menghitung ABJ
– Mampu membina dan memberikan penyuluhan kepada anggota pramuka dan
masyarakat tentang pengendalian DBD

MATERI SKK PENANGGULANGAN DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit endemis dengan
angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Sejak ditemukan kasus DBD
pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, kejadian dan daerah terjangkit DBD terus meningkat
hampir di semua wilayah Indonesi. Sampai dengan tahun 2009 DBD sudah sudah menjangkiti
427 kabupaten/kota.

Sebagian besar propinsi masih menunjukkan angka kesakitan (Inciden Rate)yang tinggi di atas
25 per 100.000 penduduk walaupun angka kematian (Case Fatality Rate) sudah dapat
diturunkan di bawah satu persen Sejak tahun 2004 sampai tahun 2009 terjadi peningkatan kasus
yang signifikan. Kasus yang dilaporkan pada tahun 2004 sebanyak 79.462 penderita (IR= 37.01)
dengan kematian sebanyak 957 orang (CFR = 1.2 %) dan pada tahun 2009 terjadi kematian
1420 orang (CFR=0,89 %) dari jumlah kasus sebanyak 158.901 penderita (IR= 68,22).
Langkah-langkah antisipasi dan upaya penanggulangan telah dilakukan mulai dari tingkat Pusat,
Propinsi, Kab/Kota hingga Puskesmas diantaranya ; surveilens kasus (memperkuat jejaring
sistem pelaporan), surveilens vektor, pemutusan rantai penularan dengan penanggulangan
fokus (Penyelidikan Epidemiologi dan Fogging Fokus), penatalaksanaan kasus terhadap
penderita.

Strategi pengendalian DBD selanjutnya lebih difokuskan pada upaya preventif dengan
pemutusan mata rantai penularan melalui gerakan PSN-DBD, walaupun kegiatan ini telah
diintensifkan sejak tahun 1992 dalam bentuk gerakan 3M (menutup, menguras, mengubur),
namun masih belum juga mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian secara signifikan.
Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut belum juga berhasil menurunkan angka kesakitan di
beberapa propinsi maupun di kabupaten/kota yang endemis DBD.

Mengingat masih tersebarluasnya nyamuk penular DBD dan kecenderungan mobilitas


masyarakat yang tinggi serta kepadatan penduduk yang meningkat, sementara partisipasi
masyarakat dalam upaya PSN-DBD masih rendah. Belum seluruh masyarakat menyadari bahwa

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)


melalui gerakan PSN-3M dapat memutus siklus penularan nyamuk Aedes Aegypty secara
efektif. Sehingga perlu dilakkan upaya pemberdayaan masyarakat secara terus menerus dan
berkesinambungan.

Pramuka sebagai salah satu komponen masyarakat yang potensial sebagai agen perubahan
perilaku masyarakat dalam pengendalian DBD. Pramuka merupakan suatu organisasi
pendidikan kepanduan yang memiliki anggota terbesar di dunia dan sebagai organisasi
nonformal terbesar di Indonesia yang memiliki segmen peserta didik dari anak-anak, remaja dan
orang dewasa.

Melalui pemberdayaan pramuka diharapkan dapat menjadi suritauladan bagi masyarakat dalam
mendorong pembangunan bidang kesehatan serta berperan dalam peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui kegaiatan saka bakti husada.
I. PRAMUKA SIAGA ( 7 – 10 Tahun)
– Penyebab DBD adalah virus dengue
– Penular DBD adalah nyamuk Aedes aegypty
– Ciri-ciri nyamuk penular DBD adalah nyamuk Aedes aegypty dewasa berukuran
lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai
warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.

– Tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD :


Tempat perkembangbiakan utama ialah tempat-tempat penampungan air berupa
genangan air yang tertampung disuatu tempat atau bejana di dalam atau sekitar
rumah atau tempat-tempat umum, biasanya tidak melebihi jarak 500 meter dari
rumah. Nyamuk ini biasanya tidak dapat berkembang biak di genangan air yang
langsung berhubungan dengan tanah.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)


II. PRAMUKA PENGGALANG ( 11 – 15 Tahun)

– Cara penularan DBD


DBD ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty betina. Nyamuk ini mendapatkan
virus dengue sewaktu menggigit/menghisap darah orang yang sakit DBD atau
orang yang tidak sakit , tetapi dalam darahnya sudah terdapat virus dengue. Bila
nyamuk tersebut menggigit/menghisap kembali seseorag, maka orang tersebut
dapat tertular/terkena DBD

– Tanda/gejala DBD
Panas tinggi tanpa sebab jelas yang timbul mendadak, terus-menerus selama 27
hari, badan terasa lemah/lesu, disertai nyeri pada ulu hati selanjutnya akan
timbul bintik-bintik merah pada kulit.

– Cara pertolongan pertama pada penderita DBD

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)


Apabila keluarga/masyarakat menemukan gejala dan tanda di atas, maka
pertolongan pertama oleh keluarga adalah sebagai berikut:
1. Berikan minum 4-6 gelas per hari (1-2 liter/hari), air putih yang sudah dimasak,
teh manis, sirup, jus buah atau larutan oralit
2. Kompres dengan air hangat
3. Berikan obat penurun demam bila diperlukan

– Cara pencegahan DBD


Pencegahan DBD yang tepat sampai saat ini adalah dengan memutus rantai
penularan yaitu dengan pengendalian vektornya (contohnya PSN), karena
vaksin dan obatnya masih dalam proses penelitian.

Jenis tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD


Jenis tempat perkembang-biakan nyamuk Aedes aegypti dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1. Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari, seperti: drum,
tangki reservoir, tempayan, bak mandi/wc, dan ember.
2. Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari seperti: tempat
minum burung, vas bunga, perangkap semut dan barang-barang bekas (ban,
kaleng, botol, plastik dan lain-lain).
3. Tempat penampungan air alamiah seperti: lobang pohon, lobang batu, pelepah
daun, tempurung kelapa, pelepah pisang dan potongan bambu.

– Perilaku dan siklus nyamuk penular DBD


1. Nyamuk Aedes aegypti hidup di dalam dan sekitar rumah, juga ditemukan
ditempat-tempat umum, seperti tempat ibadah, sekolah dan pasar
2. Nyamuk betina aktif mengigigit/menghisap darah pada pagi hari sampai sore
hari. Sedangkan nyamuk jantan hanya menghisap sari bunga/tumbuhan yang
mengandung gula
3. Tempat hinggap yang disenangi adalah benda-benda yang tergantung ( misal :
pakian yang tergantung)

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Siklus Aedes aegypti


Mengetahui cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus PSN DBD
dilakukan dengan cara ‘3M-Plus’, 3M yang dimaksud yaitu:
1. Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak
mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1)
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air, seperti gentong
air/tempayan, dan lain-lain (M2)
3. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air hujan (M3).

III. PRAMUKA PENEGAK ( 16 – 20 Tahun)


– Mampu menerapkan semua SKK Pengendalian DBD Pramuka Penggalang
– Mampu menjelaskan penyebab DBD
Penyebab penyakit Dengue adalah Arthrophod borne virus, genus flavivirus dan
terdiri dari 4 serotipe yaitu serotipe 1,2,3 dan 4. Ke empat serotipe virus ini telah
ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan
merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2,
Dengue-1 dan Dengue -4. Di Indonesia beredar ke-4 serotipe virus Dengue dengan
serotipe yang dominan adalah serotipe Den-3.
– Mampu menjelaskan tanda/gejala DBD
Pada awal perjalanan DBD gejala dan tanda tidak spesifik, oleh karena itu
masyarakat/keluarga diharapkan waspada jika terdapat gejala dan tanda yang
mungkin merupakan awal perjalanan penyakit tersebut. Gejala dan tanda awal
DBD dapat berupa :
1. Panas tinggi tanpa sebab jelas yang timbul mendadak, terus-menerus selama
2-7 hari,
2. Badan lemah/lesu,
3. Ulu hati terasa nyeri,
4. Timbul bintik-bintik merah pada kulit (seperti bekas gigitan nyamuk disebabkan
pecahnya pembuluh darah kapiler di kulit. Untuk membedakannya kulit
diregangkan bila bintik merah itu hilang, bukan tanda penyakit DBD)

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)


Anak dengan gejala DBD

Mampu menjelaskan cara penularan DBD


Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus Dengue merupakan
sumber penular Demam Berdarah Dengue (DBD). Virus Dengue berada dalam
darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam.

Bila penderita DBD digigit nyamuk penular (nyamuk betina), maka virus dalam
darah akan ikut terisap masuk ke dalam lambung nyamuk, selanjutnya virus akan
memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk di
dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 (satu) minggu setelah mengisap darah
penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa
inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang
hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus
Dengue menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi
karena setiap kali nyamuk menusuk (menggigit), sebelum mengisap darah akan
mengeluarkan air liur melalui saluran alat tusuknya (proboscis), agar darah yang
diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus Dengue dipindahkan dari
nyamuk ke manusia.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)


– Mampu menjelaskan cara pencegahan DBD
Pencegahan DBD yang tepat sampai saat ini adalah dengan memutus rantai
penularan yaitu dengan pengendalian vektornya (contohnya PSN), karena vaksin
dan obatnya masih dalam proses penelitian.
Metode pengendalian vektor DBD bersifat spesifik lokal, dengan
mempertimbangkan faktor–faktor lingkungan fisik (cuaca/iklim, pemukiman,
habitat perkembangbiakan); lingkungan sosial-budaya (Pengetahuan Sikap dan
Perilaku) dan aspek vektor.
Pada dasarnya metode pengendalian vektor DBD yang paling efektif adalah
dengan melibatkan peran serta masyarakat (PSM). Sehingga berbagai metode
pengendalian vektor cara lain merupakan upaya pelengkap untuk secara cepat
memutus rantai penularan.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Berbagai metode PengendalianVektor (PV) DBD, yaitu: a.


Kimiawi
b. Biologi
c. Manajemen lingkungan
d. Pemberantasan Sarang Nyamuk/PSN
e. Pengendalian Vektor Terpadu

– Perilaku dan siklus nyamuk Aedes aegypty


Setelah lahir (keluar dari kepompong), nyamuk istrirahat di kulit kepompong untuk
sementara waktu. Beberapa saat setelah itu sayap meregang menjadi kaku,
sehingga nyamuk mampu terbang mencari makanan.
Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk
keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini
lebih menyukai darah manusia dari pada binatang (bersifat antropofilik). Darah
(proteinnya) diperlukan untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma
nyamuk jantan, dapat menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
perkembangan telur mulai dari nyamuk mengisap darah sampai telur dikeluarkan
biasanya bervariasi antara 3-4 hari. Kondisi ini disebut satu siklus gonotropik
(gonotropic cycle) .
Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit
biasanya mulai pagi sampai petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul
09.00 -10.00 dan 16.00 -17.00. Tidak seperti nyamuk lain, Aedes aegypti mempunyai
kebiasaan mengisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus
gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian
nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.
Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-
kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya
di tempat yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu
proses pematangan telurnya.
Setelah beristirahat dan proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akan
meletakkan telurnya di dinding tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas
permukaan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ±2
hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat
mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu di tempat yang kering (tanpa air)
dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -2ºC sampai 42ºC, dan bila tempat-
tempat tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur
dapat menetas lebih cepat.
Siklus perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti seperti juga nyamuk lainnya
mengalami metamorfosis sempurna, yaitu: telur - jentik - kepompong - nyamuk.
Stadium telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan
menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air. Stadium
jentik biasanya berlangsung 5-7 hari, dan stadium kepompong (Pupa) berlangsung
antara 1-2 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari.
Umur nyamuk betina dapat mencapai 2-8 minggu.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Siklus Aedes aegypti


– PSN 3M Plus adalah

PSN DBD dilakukan dengan cara ‘3M-Plus’, selain melakukan gerakan 3M


(menguras, menutup dan mengubur , juga dilakukan kegiatan tambahan (plus)
dengan cara lainnya, seperti:
a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya
yang sejenis seminggu sekali.
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
c. Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain (dengan
tanah, dan lain-lain)
d. Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras atau
di daerah yang sulit air
e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air
f. Memasang kawat kasa
g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar
h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
i. Menggunakan kelambu
j. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
k. Cara-cara spesifik lainnya di masing-masing daerah.
– Cara survei jentik dan menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ) Metode survei jentik: a.
Single larva
Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat genangan air
yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut. b. Visual
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap
tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya.
Biasanya dalam program DBD mengunakan cara visual.
Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes aegypti adalah
Angka Bebas Jentik (ABJ), dengan rumus perhitungan sebagai berikut : 1) Angka
Bebas Jentik (ABJ):

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan jentik


x 100%
Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa

– Mampu melakukan cara pertologan pertama pada penderita DBD


– Mampu melakukan PSN di lingkungan sekolah, rumah dan tempat-tempat umum

IV. PRAMUKA PANDEGA ( 21– 25 Tahun)

– Mampu menerapkan semua SKK Penanggulangan DBD Pramuka Penegak


– Mampu melakukan uji torniquet
Penyebab perdarahan pada pasien DBD ialah vaskulopati, trombositopenia dan
gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Jenis
perdarahan yang terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji Tourniguet (uji
Rumple Leede/uji bendung) positif, petekie, purpura, ekimosis dan perdarahan
konjungtiva. Petekia merupakan tanda perdarahan yang tersering ditemukan.
Petekie dapat muncul pada hari-hari pertama demam tetapi dapat pula dijumpai
pada hari ke 3,4,5 demam.
Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk, untuk
membedakannya: lakukan penekanan pada bintik merah yang dicurigai dengan
kaca obyek atau penggaris plastik transparan, atau dengan meregangkan kulit.
Jika bintik merah menghilang berarti bukan petekie. Perdarahan lain yaitu
epitaksis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis. Pada anak yang belum
pernah mengalami mimisan, maka mimisan merupakan tanda penting.
Kadangkadang dijumpai pula perdarahan konjungtiva atau hematuria.
Tanda perdarahan seperti tersebut diatas tidak semua terjadi pada seorang pasien
DBD. Perdarahan yang paling ringan adalah uji Tourniquet positif berarti fragilitas
kapiler meningkat. Perlu diingat bahwa hal ini juga dapat dijumpai pada penyakit
virus lain (misalnya, campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (tifus
abdominalis) dan lain-lain. Uji Tourniquet positif akan banyak kegunaannya apabila
secara klinis diduga DBD, oleh karena pada awal perjalanan penyakit 70,2% kasus
DBD mempunyai hasil uji Tourniquet positif. Uji tourniquet dinyatakan positif jika
terdapat lebih dari 10 petekia pada area 1 inci persegi (2,8 cm x 2,8 cm) di lengan
bawah bagian depan (volar) termasuk pada lipatan siku (fossa cubiti).

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Gambar 4.A Gambar 4.B


Cara menghitung hasil uji Torniquet Bintik-bintik perdarahan di bawah kulit
di area seluas 1 inci persegi.

Cara melakukan uji Tourniquet sebagai berikut :


a) Pasang manset anak pada lengan atas (ukuran manset sesuaikan dengan umur
anak, yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas)
b) Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik dan tekanan diastolik
c) Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara sistolik dan
diastolik (rata-rata tekanan sistolik dan diastolik) selama 5 menit. (Bila telah
terlihat adanya bintik-bintik merah ≥ 10 buah, pemben-dungan dapat dihentikan).
d) Lihat pada bagian bawah lengan depan (daerah volar) dan atau daerah lipatan siku
(fossa cubiti), apakah timbul bintik-bintik merah, tanda perdarahan
(petekie)
e) Hasil Uji Tourniquet dinyatakan positif (+) bila ditemukan ≥ 10 bintik perdarahan
(petekia), pada luas 1 inci persegi ( 2,8 cm2.)
– Mampu melakukan pertolongan pertama pada penderita DBD
Apabila keluarga/masyarakat menemukan gejala dan tanda di atas, maka pertolongan
pertama oleh keluarga adalah sebagai berikut:
1. Baringkan selama demam
2. Berikan minum 4-6 gelas per hari (1-2 liter/hari), air putih yang sudah dimasak, teh
manis, sirup, jus buah atau larutan oralit
3. Kompres dengan air hangat
4. Berikan obat penurun panas antipiretik (parasetamol) 3 kali 1 tablet untuk dewasa,
10-15 mg/kgBB/kali untuk anak. Asetosal, salisilat, ibuprofen jangan dipergunakan
karena dapat menyebabkan gastritis atau perdarahan.
5. Bila terjadi kejang:
Jaga lidah agar tidak tergigit
Kosongkan mulut
Longgarkan pakaian
Tidak memberikan apapun lewat mulut selama kejang
Jika dalam 2 hari panas tidak turun atau panas turun disertai timbulnya gejala dan
tanda lanjut seperti perdarahan di kulit (seperti bekas gigitan nyamuk),
muntahmuntah, gelisah, mimisan dianjurkan segera dibawa berobat/periksakan ke

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

dokter atau ke unit pelayanan kesehatan untuk segera mendapat pemeriksaan dan
pertolongan.
– Mampu melakukan survei jentik dan menghitung ABJ
– Mampu membina dan memberikan penyuluhan kepada anggota pramuka dan
masyarakat tentang pengendalian DBD.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

SKK
PENANGGULANGAN RABIES
SKK PENANGGULANGAN RABIES
TUJUAN SKK PENANGGULANGAN RABIES

Pramuka Siaga: (7-10 tahun)


- Mengetahui secara sederhana penyebab, cara penularan dan gejala penyakit anjing
gila pada manusia dan Hewan Penular Rabies/HPR (terutama anjing) - Mengetahui
cara pencucian luka gigitan HPR (anjing).
- Mengetahui pentingnya memberikan suntikan vaksin rabies pada manusia dan hewan
peliharaan (anjing, kucing, kera dan hewan bertaring lainnya).

Pramuka Penggalang ( 11-15 tahun )


- Menjelaskan secara sederhana penyebab, cara penularan dan gejala penyakit
Rabies/anjing gila pada manusia dan HPR (terutama anjing).
- Menjelaskan cara pencucian luka gigitan HPR (anjing).
- Menjelaskan pentingnya memberikan suntikan vaksin rabies pada manusia/hewan
peliharaan (anjing, kucing, kera dan hewan bertaring lainnya).

Pramuka Penegak dan Pandega ( 16 – 20 tahun )


- Mengaplikasikan/membuat contoh secara sederhana penyebab, cara penularan dan
gejala penyakit rabies pada manusia dan HPR (terutama anjing).
- Mengaplikasikan/membuat contoh cara pencucian luka gigitan HPR (anjing).
- mengaplikasikan/membuat contoh cara memberikan suntikan vaksin rabies pada
hewan peliharaan (anjing, kucing, kera dan hewan bertaring lainnya) - Memberikan
penyuluhan tentang penyakit Rabies/anjing gila.

I. PRAMUKA SIAGA ( 7 – 10 tahun )

A. TANDA-TANDA RABIES PADA MANUSIA


1. Phase awal (Prodromal):
a. Demam
b. Lesu
c. Mual
d. Nyeri di tenggorokan 2. Pashe kedua (Sensorik):
a. Merasa Nyeri tidak jelas
b. Rasa panas pada bekas luka
c. Cemas
d. gelisah

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

3. Phase ketiga (Exitasi/Gila)


a. Berteriak-teriak
b. Menjambak-jambak rambut
c. Berlari-lari dan melompat-lompat
d. Takut air
e. Takut Angin
f. takut Cahaya
g. Takut Suara
4. Phase Akhir (Lumpuh):
a. Mulut menganga, air liur banyak/hiper salifasi
b. Lumpuh mulai dari kaki
c. Susah bernafas
d. Diakhiri dengan meninggal

B. TANDA-TANDA RABIES PADA ANJING (HPR)


1. Permulaan:
a. Malas makan
b. Lebih jinak
c. Mata merah

2. Gila:
a. Lari tanpa tujuan
b. Mengejar dan Menggigit apa saja yang bergerak
c. ”Lupa” pulang/ linglung
d. Berkelahi tak mau kalah
e. Tidak kenal tuannya lagi
f. Makan semuan benda yg masuk ke mulutnya seperti batu beling dll.
g. Air liur menetes terus tanpa henti
h. Takut angin,suara,cahaya,air ,dll 3. Lumpuh:
a. Berjalan terseok-seok
b. Ekor terjepit di kedua kaki belakang
c. Lidah menjulur
d. Rahang bawah menggantung/menganga terus
e. diakhiri dengan kematian

C. PENYEBAB
1. Bibit penyakit yang disebut virus rabies
2. Terdapat pada air liur hewan penderita rabies
3. Bentuknya seperti peluru
4. Ukurannya sangat kecil
5. Tak dapat dilihat oleh mata biasa (harus pake mikroskop)

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

D. CARA PENULARAN

GAMBAR

Melalui Kasus gigitan Hewan Penular Rabies/Anjing , segera


mendapat vaksin

E. PENGOBATAN
1. Bila digigit anjing, kucing, kera atau hewan penular rabies lain, cucilah luka
dengan sabun dan air bersih yang mengalir sekitar 15 menit
2. Sesudah kering, obatilah dengan obat merah atau alkohol 70% atau
bathadin
3. Selanjutnya berobatlah ke dokter/sarana kesehatan terdekat
4. Hewannya jangan dibunuh/diobservasi 14 hari

F. PENCEGAHANNYA.
1. Peliharalah anjing, kucing dan kera dengan baik/ dirawat.
2. Suntikan vaksin anti rabies secara teratur ke dokter hewan.
3. Pakailah berongsong kalau anjingnya dibawa berjalan.
4. Ikatlah anjing dengan tali 2 meter.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

II. PRAMUKA PENGGALANG

GAMBAR

Anjing yang sudah kena rabies/tidak nafsu


makan

Selain bahan pengetahuan SKK-Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang perlu ditambah


pengetahuan bahwa:
1. Anjing penggigit jangan dibunuh tetapi diobservasi di Dinas Peternakan.
2. Korban tergigit dibawa ke puskesmas, dokter praktek atau rumah sakit.
3. Kalau anjingnya terbunuh, kepalanya dibawa ke Dinas Peternakan untuk pemeriksaan
rabiesnya.
4. Penyebab rabies adalah virus rabies.
Virus Rabies dari golongan rhabdovirus, bersifat neurotrop (merusak Jaringan syaraf).
Virus yang masuk ke luka akan menuju otak melalui tali syaraf.
Virus dapat ditemukan juga di air liur,
air mata, dan cairan tubuh lainnya dari penderita.
5. Masa inkubasi rabies berkisar Antara 2 minggu hingga 2 tahun, tergantung dari letak
gigitan, parahnya luka dan pokok virus.
6. Selain lewat gigitan, penular rabies juga dapat lewat pencangkokan kornea mata yang
donornya kebetulan menderita rabies, ataupun secara aerobic/udara pada keadaan khusus

III. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA


Selain harus mengetahui dan memahami bahan SKK-Pramuka Siaga dan Penggalang, Pramuka
Penegak dan Pandega perlu juga mengetahui tentang:
A. SYNONIM RABIES
1. Anjing gila 6. Lissa (Yunani)
2. Rage (Perancis) 7. Rabiosa (Spanyol)
3. Tollwut (Jerman) 8. Rabere (Romawi)
4. Canine madness (Inggris) 9. Kyo Kem Ryo (jepang)
5. Rabbia (Italia) 10. Hydrophobia (Latin)
B. PENYEBARAN
1. Seluruh daratan Eropa
2. Seluruh daratan Asia kecuali Semenanjung Malaysia 3. Seluruh Afrika
4. Seluruh Amerika

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

5. Filipina
6. Indonesia
7. Srilangka

Daerah penyebaran di Indonesia terdiri atas 20 provinsi

Daerah yang rabies ialah provinsi : Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Riau,
Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat,
Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Maluku Utara.

C. SEJARAH

1. Abad ke X sebelum Masehi Democritus sudah mengetahui penyakit ini.


2. Tanggal 6 Juli 1885 Luis Pasteur berhasil mencegah kematian korban gigitan hewan rabies
dengan vaksin rabies.
3. Tahun 1884 Esses melaporkan rabies pertama kali di Indonesia pada hewan.
4. Pada tahun 1894 De Haan, melaporkan rabies pada orang pertama kali di Indonesia.
5. Pada tanggal 18 Mei 1895, vaksinasi pada orang pertama kali di Indonesia.
6. Tahun 1926 keluar Hondsdolheit Ordonante dalam Staablat No. 451 (Undang-undang
Pemberantasan Rabies di Indonesia).

D. GEJALA RABIES
Pada anjing dan pada orang ada 4 stadium, yaitu :
1. Stadium permulaan = Prodomal
2. Stadium kedua = Sensoris
3. Stadium ketiga = Exitasi/gila
4. Stadium akhir = Paralyse/lumpuh

E. DIAGNOSE RABIES
Diagnosa rabies pada penderita biasanya tidak tertolong lagi . Diagnosa rabies sangat perlu
untuk menentukan apakah si penderita gigitan perlu mendapat vaksin atau campuran vaksin dan
serum anti rabies.
Oleh karena itu hewan penggigit JANGAN dibunuh tetapi ditangkap untuk diamati selama 10
hari.
Jikalau mati otaknya diambil lalu diperiksa dengan mikroskop, maupun secara biologis memakai
tikus putih.

F. PERAN SERTA
1. Melatih Pramuka Siaga dan Penggalang untuk mencapai SKK
2. Melatih memasang tali dan berongsong anjing.
3. Melatih memegangi anjing waktu divaksinasi rabies
4. Membantu menangkap anjing liar.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

5. Membantu mengirim spesimen hewan yang menggigit pada manusia .


6. Membantu melaporkan kasus gigitan ke Puskesmas dan ke Dinas Peternakan.

GAMBAR

Pemberian vaksin rabies pada kasus gigitan anjing

G. PRINSIP PEMBERANTASAN
a. Vaksinasi hewan penular rabies terutama anjing, kucing dan kera
b. Penangkapan anjing liar dan dibunuh
c. Mentaati undang-undang dan peraturan rabies.
d. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang rabies.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

SKK
PENANGGULANGAN DIARE

TUJUAN SKK PENANGGULANGAN DIARE:

Pramuka Siaga:

- Mengetahui apakah diare itu


- Mengetahui penyebab yang dapat mengakibatkan diare
- Mengetahui gejala diare dan akibat diare
- Mengetahui manfaat oralit dan cara membuatnya.
- Mengetahui pencegahannya secara sederhana

Pramuka Penggalang:
- Menjelaskan penyakit yang sering menimbulkan wabah
- Menjelaskan penyakit yang bisa menyebabkan diare
- Menjelaskan gejala diare dan akibat diare
- Menjelaskan manfaat oralit dan cara membuatnya
- Menjelaskan cara pencegahannya

Pramuka Penegak dan Pandega :


- Dapat mengaplikasikan diare secara sederhana dan cara pengobatannya.
- Dapat mengaplikasikan tentang gejala-gejala dan akibatnya
- Dapat memberikan penyuluhan/contoh akibat diare termasuk pencegah.

I. PRAMUKA SIAGA

A. PENGERTIAN DIARE

Diare adalah berak encer atau bahkan berupa air saja (mencret) yang terjadi lebih sering
dari biasanya (3 kali atau lebih) dalam 1 hari. Penyakit ini sering timbul sebagai wabah,
karena dalam waktu singkat memakan banyak korban.

B. GEJALA POKOK PENYAKIT DIARE

Gejala utama penyakit diare adalah siring berak-berak encer lebih dari biasanya bahkan dapat
berupa air. Kadang-kadang disertai dengan muntah, panas dan lain-lain.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

C. PENYEBAB DIARE
Diare dpat diseabkan oleh bermacam-macam hal, diantaranya adalah:
1. Karena peradangan usus (infeksi kuman)
2. Karena keracunan makanan dan minuman
3. Karena tidak tahan terhadap makanan tertentu
4. Karena kekurangan Gizi

D. AKIBAT DIARE
Apabila seorang anak penderita diare tidak segera ditolong, maka anak tersebut akan
kekurangan CAIRAN TUBUH dan ZAT GARAM-GARAMAN yang sangat berguna bagi
kelangsungan hidup manusia. Anak tersebut menjadi lemas dan akhirnya meninggal.

Hal ini dapat diibaratkan sebatang pohon yang kekurangan air, lama-kelamaan akan layu
dan mati.

E. CARA MENOLONG PENDERITA DIARE.


Apabila orang diare, jangan sampai kehausan. Maka berilah minum air apa saja yang ada
di rumah, misalnya air teh encer, air buah, air sop dan lain sebaginya. Yang paling baik
adalah memberikan minum larutan ORALIT dan ZINC.

ORALIT adalah bubuk garam gula, yang selalu dilarutkan dalam air masak dan diminumkan
pada orang diare dapat mencegah bahaya kehabisan cairan tubuh.

ZINC merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan
anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami
diare. Untuk menggantikan Zinc yang hilang selama diare, anak dapat diberikan Zinc yang
akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.

Perhatikan gambar dibawah ini :


Pohon layu dan diberi air:

PRAMUKA PENGGALANG
1. Lingkungan Penularan Penyakit Diare.

- membuat jarak jamban dengan sumber air minum paling sedikit 10 meter
b. memberikan imunisasi campak pada bayi umur 9 bulan

III. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA


Dismping harus memahami pengetahuan yang telah diuraikan diatas, Pramuka golongan
Penegak dan Pandega juga harus telah melatih sedikitnya seorang Pramuka Penggalang atau
anak seusia itu, sehingga mencapai TKK Penanggulangan Diare. Ditambah ketrampilan
menolong/merawat penderita siare, membuat oralit dan memberikan pada penderita sesuai
dengan aturan.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Memberi pertolongan/merawat penderita diare.

Prinsip menolong penderita diare adalah:


- Mencegah terjadinya dehidrasi
- Mengobatan dehidrasi (ORALIT)
- Mempercepat kesembuhan (Obat ZINC)
- Memberikan makanan pada anak
- Mengobati Masalah lain

1. Bila anak menderita diare, tanda-tanda yang paling awal adalah haus, maka:
- Berilah cairan apa saja yang ada di rumah tangga, misalnya air teh, air susu, air
buah, air sop, air tajin dan sebainya.
- Kalau dia masih menyusui, agar diberikan ASI tambahan lebih dari biasanya. -
Makanan yang biasa diberikan dapat diteruskan.
2. Bila anak diare disertai slah satu gejala dari: nafsu makan berkurang, kelincahan menurun,
panas, muntah, maka carilah ORALIT pada kader kesehatan.
3. Aturan pemberian larutan pada penderita diare :
- Anak dibawah 1 tahun : 2 jam pertama harus habis 2 gelas, selanjutnya ½ gelas
setiap kali berak.
- Anak 1 - 5 tahun : : 2 jam pertama harus habis 4 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap
kali berak
- Anak di atas 5 tahun dan dewasa : 2 jam pertama harus habis 6 gelas, selanjutnya
setiap kali berak.
4. Untuk mempercepat proses penyembuhan penderita diharuskan istirahat yang cukup.
Sebaiknya diberikan makanan yang bergizi, seperti: tempe, tahun, ayam, daging,
buahbuahan.
5. Tidak dianjurkan memberikan obat-obatan lain kepada penderita.
6. Bila penderita sudah ditolong dengan oralit belum teratasi bawalah ke Puksesmas terdekat.

MENENTUKAN DERAJAT DEHIDRASI


1. Tanda-tanda Dehidrasi
Penderita deiara yang tidak segera mendapatkan pertolongan akan mengalami kekurangan
cairan tubuh. Kekurangan cairan tubuh ini disebut DEHIDRASI. Menurut derajat dihidrasinya,
diare dibedakan dalam 3 (tiga) tingkatan : a. Tanpa Dehidrasi
- Keadaan umum baik dan sadar
- Tidak haus
- mata normal
- Air mata ada
- Mulut dan lidah basah
- Kulit kalau dicubit cepat kembali.
b. Dehidrasi Ringan/sedang
- Merasa haus (minum banyak)
- Keadaan umum gelisah, rewel
- Air mata tidak ada

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

- Mulut dan lidah kering


- Mata cekung
- Kulit dicubit kembali lambat
c. Dehidrasi Berat
- Tiak bisa minum atau malas minum
- Tidak sadar atau lesu
- Air mata tidak ada
- Mata sangat cekung
- Mulut dan lidah sangat kering
- Kulit dicubit kembali sangat lambat

Rasa haus dan cubitan kulit merupakan tanda kunci (penting). Untuk menentukan derajat
kedehidrasian minimal harus ada satu tanda kunci ditambah minimal satu tanda lainnya
(bukan tanda kunci).

2. Bahaya penderita Diare yang jatuh dalam keadaan Dehidrasi.


Ada 2 bahaya yang ditimbulkan oleh diare yang jatuh dalam keadaan dehigrasi, yaitu:
Kekurangan Gizi dan kematian.
3. Manfaat Air Susu ibu (ASI) Bagi Penderita Diare.
Disamping ASI mengandung zat gizi yang
Sangat bermanfaat bagi pertumbuhan bayi Atau
anak ASI juga mengandung zat ANTI INFEKSI.
ASI juga lebih steril dibandingkan dengan
Susu botol
Bagi penderita diare:
- Apabila anak yang menyusu menderita
diare, berikanlah ASI tersebut lebih banyak
dari biasanya.
- Pemberian ASI diteruskan berselang-
Seling dengan pemberian ORALIT.

4. Manfaat Makanan yang Bergizi pada Penderita Diare.


Diare dpat menyebabkan kurang gizi, karena zat-zat makanan hilang dari tubuh waktu diare.
Kebiasaan ibu-ibu, bila anaknya diare maka memberhentikan makanan anaknya. Ini sangat
meperburuk kekurangan gizi. Semua anak umur 4 bulan agar tetap diberikan makanan
padat selama diare. Makanan yang baik adalah: ”yangmudah dicerna”, seperti nasi, bubur
havermounth, sop, produk-produk susu, daging l;embut, telur ikan. Makanan-makanan yang
mengandung kekuatan: sari nanas, jeruk, pisang, sntan kelapa, beberapa jenis lemak dan
minyak dapat diberikan.
Jnagan memberikan makanan yang pedas, makanan yang banyak seratnya, buahbuahan
yang berserat, sayuran atau kupasan buah buahan atau serat butir gandum. Anak diare
agar diberikan makanan lebih sering (6 kali setiap hari), selama diare dn paling sedikit 1
kali makanan tambahan tiap hari selama 2 minggu setelah diare berhenti.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

KHUSUS PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA

Di samping harus memahami pengetahuan yang telah diuraikan, harus telah melatih sedikitnya
seorang atau anggota masyarakat sehingga dapat mencapai SKK (memperoleh TKK)
Penanggulangan Penyakit Diare.
Juga harus memahami pengetahuan di bawah ini agar dapat membantu melakukan tindkan
yang tetap apabila menghadapi penderita diare.

1. Tindakan Bila Menghadapi Penderita Diare.

GAMBAR
Dalam menolong penderita diare, yang penting adalah:
a. Mencegah agar tidak terjadi dehidrasi (kekurangan cairan)
b. Kalau telah jatuh dalam keadaan dehidrasi ditolong secepatnya agar tidak menjadi
berat.

Caranya yaitu dengan menggantikan cairan tubuh yang hilang karna diare dengan
memberikan cairan apa saja yang ada di rumah atau dengan oralit. Tindakan ini disebut:
REHIDRASI. Jadi dpat dikatakan tindakan rehidrasi diberikan berdasarkan tingkat-tingkat
DEHIDRASI.

a. Kalau penderita Diare Tidak ada Tanda-Tanda


Dehidrasi 1). Berikanlah cairan lebih banyak dari biasanya
- Apabila anak minum ASI, berikanlah ASI lebih banyak. Bila tidak minum ASI,
berikanlah susu buatan lebih banyak dari biasanya.
- Berikanlah pada penderita :minuman atau cairan yang tersedia di rumah, misalnya:
air tajin, sop, air teh encer, air kelapa, sari buah dan sebagainya.
2). Teruskanlah memberi makan pada penderita diare.
- Jangan mempuasakan penderita. Ini akan menambah penderita lebih parah.
- Berikanlah makanan yang biasa diberikan. Sesua anak umur di atas 4 bulan agar tetap
diberikan makanan padat selama diare : nasi, bubur havermouth, sop, produkproduk
susu, telur, ikan, daging lembut, sari nanas, jeruk, pisang, santan kelapa.
- Anak agar diberikan makan lebih sering ( 6 kali sehari) selama diare, dan agar diberikan
maknaan tambahan paling sedikit 1 kali tiap hari selama 2 minggu setelah diare
berhenti.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

b. Kalau penderita diare menunjukan tanda-tanda


dehidrasi. - Berikanlah ORALIT kalau anda
mempunyainya.
- Bawalah ke kader kesehatan atau Puskesmas terdekat

2. Cara Pemberian ORALIT dan ZINC

Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang (200cc). Anak kurang dari 1
tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali berak. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100200cc
cairan oraliit setiap berak.

Pemberian zinc selama 10 hari berturut-turut dengan dosis sebagai berikut: a.


Balita umur <6 bulan : ½ tablet (10mg) perh hari.
b. Balita umur > b bulan : 1 tablet (20 mg) per hari.

Untuk mendapatkan TKK, Pramuka Penegak dan Pandega harus memahami bahan-bahan
untuk memperoleh TKK, di samping itu harus:
- Dapat mendemontrasikan cara merawat penderita diare yang mengalami dehidrasi ringan
sampai sembuh.
- Dapat menjelaskan kepada kelompok Pramuka atau masyarkaat tentang penyebab
penyakit diare, cara penularan, gejala, bahayanya, cara pertolongan da cara
pencegahanya.

1. Langkah-langkah dalam melakukan pertolongan/perawatan penderita diare.

a. Tanyakan kapan mulai diare, apakah tinjanya ada darahnya, apakah disertai penyakit
lain.
b. Mengadakan pemeriksaan pada penderita .
Untuk menentukan derajat dehidarasi perlu melihat dan melakukan pemeriksaan.
Lihatlah:
- Bagaimana keadaan umum anak tersebut?
* Apakah dia baik dan gesit?
* Apakah dia sakit, mengantuk atau cengeng?
* Apakah dia sangat mengantuk, tidak berbahaya atau tidak sadar?
- Apakah anak mengeluarkan air mata waktu menangis?
- Apakah matanya normal, cekung atau sangat kering dan cekung?
- Apakah mulut dan lidahnya basah, kering atau sangat kering?
- Saat saudara memberikan minum, apakah anak:
* Minum biasa atau tampak tidak haus?
* Minum banyak dan tempak haus?
* Minum sedikit atau tampak tidak bisa minum?
Periksalah:
- Sewaktu kulitnya ditarik/dicubit, apakah kembali cepat, lambat atau sangat lambat
(lebih lama dari 2 detik).

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Catatan : Penarikan kulit dapat memberikan keterangan yang salah.


* Pada penderita yang gizinya sangat buruk, kulitnya mungkin saja kembali
dengan lambat, walaupun dia tidak dehidrasi.
* Pada penderita yang obesitas (terlalu gemuk) kulitnya mungkin saja kembali
dengan cepat walaupun penderita mengalami dehidrasi.
c. Menetapkan pengobatan yang cocok
Menetapkan pengobatan yang cocok
- (Seperti yang telah diuraikan terdahulu)
- Kapan dapat ditolong dengan cairan yang ada di rumah.
- Kapan harus dngan oralit
- Kapan harus mengirim ke Puksesmas atau ke Rumah sakit. Kriteria penderita
dirujuk:
- Muntah-muntah terus
- Mencret terus dan banyak
- Rasa haus yang nyata
- Tidak mau makan dan minum
- Panas Tinggi
- Tinjanya berdarah
Kalau di kirim ke Puskesmas, penderita tetap diberi minum larutan Oralit selama dalam
perjalanan.

2. Melakukan Penyuluhan Di kalangan Pramuka atau Kelompok Masyarakat.


- Dalam menjelaskan tentang pemberantasan penyakit diare ini dapat dengan ceramah,
diskusi atau demontrasi, misalnya demontrasi pembuatan larutan Oralit dan
sebagainya.
Di samping harus memahami bahan-bahan tersebut di atas, Pramuka Penegak dan
Pandega harus telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau anggota masyarakat,
sehingga mencapai SKK penanggulangan pengakit diare. Juga dapat mengetahui dan
menganalisa situasi penyakit diare, atau dapat membantu program pemerintah.

SITUASI PENYAKIT DIARE DI INDONESIA

Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia,
hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakita diare dari tahun ke tahun. Di dunia,
sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi
di negara berkembang (Parashar, 2003). Menurut WHO, di negara berkembang pada tahun
2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 6 dari 10 kematian tersebut
pada umur <2 tahun. Rata-rata anak usia <3 tahun di negara berkembang mengalami episode
diare 3 kali dalam setahun (WH), 2005)

Hasil survei Subdit Diare angka kesakitan diare semua umur tahun 2000, angka kesakitan diare
semua umur 301 per 1000 penduduk, tahun 2003 adalah 374 per 1000 penduduk, tahun 2006
adalah 423 per 1000 penduduk. Kematian diare pada balita 75,3 per 100.000 balita dan semua
umur 23,2 per 100.000 penduduk semua umur (Hasil SKRT 2001). Diare merupakan penyebab

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

kematian no.4 (13,2%) pada semua umur dalam kelompok peyakit menular. Proporsi diare
sebagai penyabab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada anak balita
(25,3%) (Hasil Riskesdas 2007)

Disamping itu, di Indonesia penyakit diare ini masih sering timbul sebagai wabah yang sering
menghebohkan masyarakat atau sosial politik, karena dalam waktu yang singkat dapat
memakan banyak korban.
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah
satu unsur kesejahteraan umur dan Tujuan Nasional.
Dewasa ini, dengan masih tingginya angka kematian bayi dan Balita menggambarkan belum
terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal serta merupakan tantangan
pembangunan kesehatan yang utama. Maka untuk menghadapi tantangan tersebut
penanggulangan diare merupakan salah satu masalah yang prioritas.

PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DIARE

Kegiatan pokok penanggulangan penyakit diare adalah:


1. memberikan tata laksana yang tepat dan efektif kepada penderita diare yang
ditemukan, baik sarana kesehatan maupun apotik, toko obat dan kader.
2. Mencegah terjadinya penyakit diare melalui keiatan lintas program dan lintas sektor.
Pelaksanaan program dilakukan secara terpadu, baik lintas program maupun lintas sektoral,
dengan pendekatan PKMD, yaitu dengan melibatkan peranserta masyarakat, melalui kader-
kader pembangunan bidang kesehatan.

Sejak Pelita IV:


Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Diare dilakukan dengan
kegiatan terpadu Keluaraga Berencana Kesehatan (KB, KIA,GIZI
IMUNISASI dan DIARE

KEPUSTAKAAN

2. Buku penuntun Kader Pembangunan Desa Dalam penanggulangan Penyakit Diare.


Ditjen P3M, 1983
3. Diare dan Upaya Pemberantasannya, Ditjen P3M, 1981
4. Rehidrasi Oral, Pemantapan dan Pembudayaan dalam upaya Penanggulangan Diare,
Ditjen PPM & PLP, 1984.
5. Pedoman Supervisor tentang ”Pengobatan Penderita Diare”, Ditjen PPM & PLP 1983.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

SKK PENANGGULANGAN
PENYAKIT TB PARU

TUJUAN SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT TB PARU

I. Pramuka Siaga
- Mengetahui penyebab, cara penularan dan gejala TB Paru
- Mengetahui jenis TB
- Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan secara teratur

II. Pramuka Penggalang:


- Dapat menjelaskan tentang cara penularan dan gejala TB Paru
- Dapat menjelaskan cara pencegahan dan pengobatan secara teratur

III. Pramuka Penegak dan Pandega :


- Dapat mengaplikasikan/memberi contoh cara pencegahan TB Paru
- Dapat mengaplikasikan/memberi contoh cara pengobatan secara teratur
- Dapat memberikan penyuluhan tentang pencegahan TB Paru
- Dapat memberikan contoh pencegahan TB Paru (rumah harus ada jendela, jangan
meludah di sembarang tempat)
- Dapat memberikan penyuluhan tentang pentingnya TB Paru

I. PRAMUKA SIAGA
Seorang Pramuka harus mengerti hal-hal sebagai berikut:
A. PENYEBAB
Tuberkulosis (TB) yang dulu dikenal dengan TBC adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobarterium tuberculosis). Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ atau bagian
tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll). TB dapat menyerang siapa saja,
terutama usia produktif/masih aktif bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak.
B. GEJALA TB
Gejala utama TB adalah :
- Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih Gejala lainnya:
- Batuk bercampur darah
- Sesak nafas dan nyeri dada
- Nafsu makan berkurang
- Berat badan turun

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

- Rasa kurang enak badan (lemas)


- Demam/meriang berkepanjangan
- Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan
D. CARA PENULARAN TB
- Sumber penularan adalah pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB
BTA Positif.
- Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menyebarkan 3.000 kuman dalam
percikan dahak.
- Penularan terjadi melalui percikan dahak yang dapat bertahan selama
beberapa jam dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan lembab.
- Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam tubuh pasien berarti semakin
besar kemungkinan menularkan kepada orang lain.
- TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien yang sudah dibersihkan,
seperti: peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan pasien TB.

E. JENIS TB
1. TB Paru : Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru
2. TB Ekstra Paru : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya: selaput otak, selaput jantung (pericardium), tulang, persendian,
kelenjar getah bening, kulit, ginjal, usus, dll.

F. TB PARU DAPAT DISEMBUHKAN .


Apabila terdapat gejala-gejala TB paru pada diri kita atau keluarga kita, bawalah
secepat mengkin ke Puskesmas atau dokter untuk memastikan bahwa yang
bersangkutan benar-benar terserang penyakit TB paru.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

G. CARA PENCEGAHAN TBC.


Seorang Pramuka Siaga diharapkan dapat melakukan tindakan pencegahan TB
paru bagi dirinya sendiri dan bagi keluarga serta teman sebaya, antara lain dapat
menjaga kebersihan diri, kebersihan lingkungan (tidak meludah di sembarang
tempat), kalau batuk (menutup mulut, menjauhkan diri dari orang yang sedang
batuk dan mengupayakan olah raga yang teratur serta makan malam yang bergizi
(menu seimbang).

II. PRAMUKA PENGGALANG


Selain hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penggalang harus mengetahui
hal-hal sebagai berikut:
1. Hal-hal yang dapat mematikan kuman TB: Kuman TB dapat mati bila :
- Terkena sinar matahari langsung
- Terkena panas api atau air mendidih - Terkena sabun, lisol (obat sejenis
lisol).
2. Cara Pencegahan Penularan TB
Untuk mencegah penularan kepada orang sehat, seorang penderita TB Paru
hendaknya:
- Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin
- Penderita tidur terpisah dari keluarga
- Ventilasi rumah yang cukup, sehingga udara segar dapat masuk ke dalam
rumah.
- Mengusahakan sinar matahari masuk ke ruang tidur.
Menjemur alat-alat tidur sesering mungkin, karena kuman TB mati oleh sinar
matahari.
- Tidak meludah disembarang tempat, tetapi meludah di tempat tertentu
seperti tempolong atu kaleng yang sudah diisi dengan sabun, karbol atau
lisol, karena kuman TB mati oleh zat-zat tersebut.
3. Mampu menjelaskan mengenai usaha-usaha pencegahan penularan TB paru
pada penderita TB paru, sehingga penderita tersebut mau melakukan usaha-
usaha tersebut.
Selain hal tersebut di atas seorang Pramuka Penggalang juga harus mengetahui
hal-hal sebagai berikut: 1. Penderita tersangka TB Paru
Penderita tersangka TB Paru yaitu penderita yang mempunyai gejala-gejala
menyerupai TB paru.
2. Apa yang harus dilakukan terhadap Penderita tersangka TB Paru.
Melaporkan kepada petugas kesehatan atau Puskesmas setempat, sehingga
petugas Puskesmas dapat mengunjungi rumah penderita tersebut untuk diteiti
lebih lanjut.
Selain hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penggalang juga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1. Mengetahui perlunya penderita tersangka TB Paru memeriksakan dahaknya,
yakni untuk memastikan apakah penderita tersebut benar menderita TB.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

2. Dapat memotivasi penderita tersangka TB Paru untuk segera memeriksakan


dahaknya (sebaiknya dahak pagi hari).
3. Dahak yang diperiksa adalah cairan yang keluar dari rongga paru ( bukan air
ludah). Sebelum dahak ditampung terlebih dahulu mulut harus dibersihkan
dengan berkumur-kumur/gosok gigi tanpa odol.
4. Mengetahui cara pengobatan penyakit TB Paru yang mutakhir menurut panduan
pengobatan yang digunakan oleh Program Nasional
Penanggulangan TB di Indonesia.

a. OAT Kategori 1
Diberikan kepada pasien baru TB paru BTA positif, pasien TB paru BTA
negatif Rontgen positif, dan paien TB ekstra paru. Lama pengobatan 6-8
bulan, terbagi dalam 2 tahap, berupa obat yang diminum (oral).
b. OAT Kategori 2
Diberikan kepada pasien TB BTA positif yang telah diobati sebelumnya
(pasien kambuh, pasien gagal, dan pasien pengobatan setelah putus
berobat). Lama pengobatan 8 bulan, terbagi dalam 2 tahap, dan obat yang
diberikan selain berupa suntikan (hanya 2 bulan pertama) juga berupa
obat yang diminum/oral (8 bulan).
c. Kategori Anak
Diberikan kepada pasien TB Anak. Lama pengobatan 6 bulan, terbagi
dalam 2 tahap, berupa obat yang diminum (oral).
5.Seorang Pramuka diharapkan dapat membantu petugas kesehatan untuk
memotivasi penderita TB Paru. Sehingga penderita berobat secara teratur
hingga sembuh. (Dinyatakan sembuh oleh dokter)

III. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA

Selain mengetahui hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penegak dan Pandega
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:

Sejak tahun 1995, program pemberantasan Tuberkolosis Paru, telah dilaksanakan


dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse therapy), yang
direkomendasikan oleh WHO. Penanggulangan dengan strategi DOTS yang
merupakan pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung dapat memberi
angka kesembuhan yang tinggi, dan merupakan strategi dengan biaya paling efektif.
Komponen Strategi DOTS
1. Komitmen politis dari pengambil keputusan, termasuk dukungan dana.
2. Pemeriksaan TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
3. Pengobatan dengan panduan Obat Anti Tuberkolosis (OAT) jangka pendek
dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO).
4. Kesinambungan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin.
5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk
memudahkan pemantauan dan evaluasi program penanggulangan TB.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Masalah TB di Indonesia
1. Penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit
jantung dan penyakit saluran pernapasan, dan nomor satu (1) dari golongan
penyakit infeksi.
2. Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja (15 s/d 50
tahun)

Selain hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penegak dan Pandega harus
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Integrasi pelayanan TB di desa melalui UKBM (Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat).
Upaya untuk memandirikan masyarakat dalam bidang kesehatan melalui
kegiatan pemberdayaan masyarakat. Petugas kesehatan, LSM lokal, Tokoh
masyarakat dan kader melibatkan pelayanan TB di desa melalui Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Hal ini diharapkan agar upaya
terobosan dalam mendekatkan layanan TB kepada masyarakat sebagai salah
satu strategi pengendalian TB dapat meraih hasil yang optimal.
A. Tujuan Umum
Memberikan akses pelayanan TB bagi masyarakat di daerah yang sulit
dijangkau dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat yang peduli dan
tanggap terhadap permasalahan TB di wilayahnya.
B. Khusus
1. Meningkatkan angka penemuan suspek TB
2. Menurunkan angka putus berobat
3. Meningkatkan peran lembaga desa dan perangkatnya dalam program
penanggulangan TB
4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat, organisasi kemasyarakatan, LSM
dan dunia usaha dalam penanggulangan TB
5. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang TB

2. Telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau anggota masyarakat, sehingga


mencapai SKK (memperoleh TKK) Penanggulangan Penyakit TB paru.

Selain hal-hal tersebut di atas, seorang Pramuka Penegak dan Pandega harus
memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Mampu menggerakkan masyarakat/organisasi masyarakat untuk turut
melaksanakan pengawasan dan pengendalian pengobatan penyakit.
2. Dapat memberikan penyuluhan tentang Penanggulangan TB paru kepada
kelompok Pramuka atau anggota masyarakat.
3. Telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau anggota masyarakat, sehingga
mencapai SKK (memperoleh TKK) Penanggulangan penyakit TB paru.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

KEPUSTAKAAN

1. Departemen Kesehatan RI aku tekun aku Sembuh. Yakarta 1983, Sub.Dit


P2TB Paru. Ditjen P3M dan Dit. PKM
2. Departemen Kesehatan RI, Buku Pedoman Perawat Pelaksana Pengobatan
dalam program pemberantasan Penyakit TB Paru, Jakarta 1983, Ditjen P3M.
3 Departemen Kesehatan RI, Tuberkulosa Paru, Jakarta, Pusat penyuluhan
Kesehatan Masyarakat, Depkes RI, 1984.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

SKK PENANGGULANGAN
PENYAKIT KECACINGAN

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

TUJUAN SKK PENANGGULANGAN PENYAKIT KECACINGAN

Pramuka Siaga:
- Mengetahui penyebab, cara penularan dan tanda penyakit cacingan
- Mengetahui cara pencegahan penyakit cacingan
- Mengetahui cara pengobatan penyakit cacingan

Pramuka Penggalang:
- Menjelaskan penyebab, cara penularan dan tanda penyakit cacingan
- Menjelaskan cara pencegahan penyakit cacingan
- Menjelaskan cara pengobatan penyakit cacingan

Pramuka Penegak dan Pandega:


- Dapat mengaplikasikan cara pencegahan penyakit cacingan
- Dapat mengaplikasikan cara pengobatan penyakit cacingan
- Dapat memberikan penyuluhan tentang pencegahan penyakit cacingan,
mengetahui cara pengobatan penyakit cacingan.

I. PRAMUKA SIAGA

A. PENGERTIAN
Seorang dikatakan cacingan, bila dalam pemeriksaan tinjanya terdapat telur cacing.

B. TANDA-TANDA CACINGAN
1. Pucat, kurang darah
2. Lesu, kurus, malas
3. Mual, kurang nafsu makan
4. Perut buncit
5. Mata cembung
6. Rambut jarana
7. Keluar cacing dari dubur atau mulut

GAMBAR

C. PENYEBAB CACINGAN
Penyebab cacingan disebabkan oleh jenis cacing tanah yang terdapat pada usus,
adalah:
- Cacing gelang
- Cacing cambur
- cacing tambang

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

D. CARA PENULARAN
1. Apabila penderita cacingan Luang air besar sembarangan.
Tinja yang mengandung telur cacing mengotori tanah.

GAMBAR

2. Di tanah lembab dengan suhu dan waktu tertentu telur menjadi matang dan Siap
menulari orang lain.
3. penularan dapat melalui makanan dan minutan yang dikotori oleh telur cacing
yang telah matang tadi atau melalui tangan yang kotor.

GAMBAR

4. Dapat juga penularan melalui digitan tempayak pada kulit kaki yang tidak
memakai alas kaki.

E. BAHAYA DAN KERUGIAN BAGI PENDERITA CACINGAN


- Cacing menghisap makanan dalam usus sehingga penderita kurang gizi
- Cacing menghisap darah dalam usus sehingga penderita kurang darah
- Pertumbuhan anak terganggu
- Cacing dewasa dapat menéalas keluar usus dan merusak alat-alat tubuh
sehingga menumbuhkan penyakit lain.
- Jika jumlah cacing banyak dapat menyumbat usus sehingga penderita dapat
meninggal.
- Anak yang menderita cacingan mudah terserang penyakit lain dan sukar
mencerna pelajaran.
- Penderita cacingan pada orang dewasa dapat menurunkan kemampuan kerja.

F. CARA MENCEGAH PENYAKIT CACINGAN


1. Mencuci tangan bersih-bersih dengan sabun sebelum makan dan sesudah
buah air besar serta saat mau menyuapi anak.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

GAMBAR
2. Mandi dan membersihkan badan paling sedikt 2 kali setiap hari

GAMBAR
3. Memotong dan membersihkan kuku
4. Memakai alas kaki sewaktu diluar rumah

GAMBAR
5. Mencuci dan memasak makanan dan minuman sebelum makan.

GAMBAR

6. Membuang tinja di jamban

GAMBAR
7. Menjaga kebersihan, menutup makanan dengan tudung saji.
II. PRAMUKA PENGGALANG
1. Cara pencegahan penyakit cacingan

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

a. Mencegah pengotoran sungai dan saluran air


b. Menjaga kebersihan rumah.
c. Menjaga kebersihan lingkungan
d. Menggunakan air bersih untuk keperluan makan, minum dan mandi
e. Memasak air minum

GAMBAR

f. Memakai alas kaki (sepatu atau sandal)


g. Mengusahakan pengaliran pembuangan air kotor/air limbah
h. Membuang sampah di tempat yang semestinya.
i. Memberantas binatang yang menyebabkan telur cacing lalat, lipas dan tikus.

IV. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA

1. Lingkaran kehidupan dan Proses Penularan cacing Gelang.

Orang sehat yang makan makanan dan Telur-telur terbawa angin air, debu
minuman minuman yang mengandung dan terselip dikuku dan sebagainya,
telur cacing. kemudian hinggap pada: makanan
dan minuman

Setelah lebih kurang 1 minggu telur


menjadi larva perkembangan telur
cacing di permukaan tanah
menandung larva.
Penderita kecacingan buang air besar di
sembarang tempat

2. Lingkaran Kehidupan dan Proses Penularan Cacing Tambang

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

GAMBAR

3. Lingkaran kehidupan dari proses penularan cacing cambuk

KHUSUS UNTUK PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA

Disamping harus memahami bahan-bahan untuk memperoleh TKK, Pramuka Penegak


dan Pandega harus telah melatih sedikitnya seorang Pramuka Siaga dan Penggalang
atau seorang anak seusia itu, sehingga memperoleh TKK Penanggulangan Penyakit
Kecacingan.

KEGIATAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT CACINGAN.

a. Penyuluhan kesehatan masyarakat tentang pencegahan penyakit cacingan


oleh petugas kesehatan maupun kader-kader pembangunan bidang kesehatan.
b. Membantu memberikan pengobatan dengan obat cacing yang dapat diperoleh
di Puskesmas atau toko-toko obat (diutamakan bagi umur di bawah 13 tahun).
c. Meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan dengan
melibatkan peran serta masyarakat.
d. Program dilakukan dengan memperhatikan program/sektor terkait.

4. Pengobatan Penderita Cacingan.


- Bila seorang sakit cacingan, maka orang tersebut perlu diberikan obat cacing.
Petunjuk pemakaian obat cacing di toko atau tanyakanlah kepada petugas
kesehatan atau kader pembangunan bidang kesehatan.
- Apabila menggunakan obat cacing pyrantel pamoat dengan dosis 10 mg/kg
berat badan dosis tunggal. Obat tidak diberikan terhadap orang yang sedang
demam, ibu hamil dan bayi berumur kurang dari 4 bulan.
- Selain obat pyrantel pamoat dapat pula digunakan obat-obatan lain:
albendazale, membendazale dan obat-obat tradisional (petai cina, temulawak,
dan lain-lain). Perhatikanlah aturan pemakaiannya.
- Untuk meyakini bahwa orang tersebut telah sembuh dari cacingan maka perlu
diperiksa tinjanya di Puskesmas. Bina ternyata orang tersebut masih cacingan,
pengobatan dapat diberikan lagi sampai tinjanya negatif. Karena angka
penularan cacing dan terinfeksi (infeksi ulang) di Indonesia pada umumnya
masih tinggi, maka membiasakan makan obat cacing secara teratur 3-4 bulan
sekali dapat dilakukan, tetapi kegiatan pencegahan lebih penting dan sangat
dianjurkan.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

5. Penyuluhan kepada masyarakat atau kelompok Pramuka.


- Menjelaskan bahwa penyakit cacingan adalah merupakan salah satu penyakit
menular yang sering dijumpai di kalangan masyarakat Indonesia.
Setiap 100 orang lebih kurang 60-80 diantaranya mengandung cacing dalam
perutnya.
- menjelaskan dengan baik dan benar tentang:
a. Kebersihan lingkungan
1). Setiap anggota keluarga agar selalu buang air besar ke dalam jamban.
Jangan buang air besar di sembarang tempat.
2). Setiap anggota keluarga agar selalu menggunakan air bersih yang
memenuhi syarat-syarat kesehatan.
3). Keluarga agar selalu memasak makanan dan minuman sebelum dimakan
dan diminum.
4). Keluarga agar selalu menggunakan tudung saji (penutup makanan) agar
makanan terhindah dari jamahan lalat dan debu.
b. Kebersihan diri pribadi
Setiap anggota keluarga agar membiasakan hidup bersih dengan cara:
1). Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan serta setelah
buang air besar.
2). Memotong kuku seminggu sekali
3). Memakai alas kaki (sandal, sepatu, dan sebagainya) 4).
Memelihara kebersihan Jiwa/rohani.

Hal ini sangat penting dan erat hubungan dengan kebersihan badani, bahkan oleh
agama disebutkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari pada iman. Pokoknya
semua bersih, lingkungan, badan, hati dan cita-cita.

Disamping bahan-bahan yang telah diuraikan, harus telah melatih sedikitnya


seorang Pramuka atau seorang anggota masyarakat sehingga memperoleh TKK
Penanggulangan Penyakit Kecacingan.
Juga harus dapat menganjurkan atau membimbing masyarakat atau keluarga dan
mengusahakan pengobatan:
a. Membimbing masyarakat (keluarga) untuk melaksanakan peranannya dengan
cara antara lain:
b. Menambah pengetahuan mengenai penyakit cacingan ini terutama tentang
pencegahan serta pemberantasannya dengan meminjam dan mempelajari,
buku pedoman pelaksana pemberantasan cacing yang ditularkan melalui tanah
dari Departemen Kesehatan.

6. Pengetahuan Lain:
Daerah-daerah yang mempunyai angka kesakitan tinggi
Daerah yang mempunyai angka kesakitan cacingan (prevalensi) tinggi adalah
dengan kriteria sebagai berikut:

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

a. Letak daerah dengan iklim yang panas dan lembab yang cocok dengan
pertumbuhan cacing perut.
b. Penduduk padat
c. Sarana penunjang lingkungan (air bersih, jamban, keberhasilan makanan dan
minuman) belum memenuhi syarat kesehatan atau belum dimanfaatkan.
d. pendidikan masyarakat masih rendah.
e. Sosial ekonomi masih rendah.
Pramuka golongan Penegak dan Pandega diharapkan dapat menjelaskan dan
menjadi contoh tauladan terhadap sekelompok Pramuka golongan Siaga dan
Penggalang atau masyarakat dalam penyuluhan pencegahan dan pengobatan
penyakit cacing.
Khusus Pramuka Penegak dan Pandega, di samping hal-hal tersebut di atas, juga
harus :
- Dapat membantu atau bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam
pelaksanaan program. Misalnya dalam pelaksanaan penyuluhan, pengobatan
melalui program terpadu baik lintas program maupun lintas sektoral.
- Telah melatih sedikitnya seorang Pramuka atau seorang anggota masyarkaat
sehingga TKK Penangulangan penyakit Cacingan tingkat madya.

KEPUSTAKAAN.

1. Mengenal cacing perut dan cara pencegahannya, Sub Dit. Cacing Tambang dan
Parasit Perut lainnya, Ditjen P3M Departemen Kesehatan RI, 1981.
2. Keluarga sehat karena bebas dari cacing, Departemen Kesehatan Jakarta,
1983.
3. Program Pelita IV Subdit Penanggulangan Diare, Kecacingan dan Parasit Perut,
Ditjen PPM & PLP.
Pedoman Program pemberantasan Penyakit Cacingan, Ditjen PKM & PLP,
1998.
Marilah memberantas dan mencegah cacingan, Depkes 1992.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

SKK PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN INFEKSI


MENULAR SEKSUAL LAINNYA

PRAMUKA PENGGALANG (usia 11 - 15 th)

- Mengetahui pengertian IMS, HIV dan AIDS


- Mengetahui gejala-gejala IMS, Infeksi HIV dan AIDS.
- Mengetahui cara-cara penularan IMS, infeksi HIV dan AIDS
- Mengetahui bagaimana cara pencegahan IMS, infeksi HIV dan AIDS
- Mengetahui hubungan IMS dan HIV/AIDS
- Mengetahui dimana virus HIV ditemukan dalam tubuh, cara HIV melemahkan kekebalan tubuh
dan siapa saja yang dapat terkena infeksi HIV/AIDS
- Dapat menyampaikan kepada teman sebaya di kelompoknya

PRAMUKA PENEGAK
A. SKK tentang IMS
- Mengetahui dan dapat menjelaskan pengertian IMS.
- Mengetahui dan dapat menjelaskan gejala dan akibat IMS yang diobati tidak menular.
- Mengetahui dan dapat menjelaskan cara penularan IMS
- Mengetahui dan dapat menjelaskan bagaimana cara pencegahan IMS.
- Mengetahui dan menjelaskan hubungan IMS dan HIV/AIDS.
- Mengetahui dimana dapat memperoleh pengobatan dan akibat IMS yang diobati tidak
teratur.
- Mengetahui perilaku dan faktor yang mepengaruhi penyebaran IMS.
- Dapat memberi tahu kepada teman sebaya dikelompoknya

B. SKK tentang HIV/AIDS


- Mengetahui dan dapat menjalaskan pengertian HIV/AIDS.
- Mengetahui dan dapat menjelaskan perjalanan penyakit dan gejala HIV/AIDS
- Mengetahui dan dapat menjelaskan cara penjularan HIV/AIDS
- Mengetahui dan dapat menjelaskan bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS - Mengetahui
perilaku dan faktor yang mempengaruhi penyebaran HIV/AIDS - Dapat memberi tahu
kepada semua sebaya dikelompoknya.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

HIV DAN AIDS

A. Pengertian HIV dan AIDS

1. Pengertian HIV

HIV adalah kependekan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. Orang yang mengidap HIV di dalam tubuhnya disebut
HIV positif atau pengidap HIV.

Orang yang telah terinfeksi HIV dalam beberapa tahun pertama belum menunjukkan
gejala apapun, secara fisik kelihatan tidak berbeda dengan orang lain yang sehat. Namun
dia mempunyai potensi sebagai sumber penularan, artinya dia dapat menularkan virus
pada orang lain.

2. Pengertian AIDS

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunedeficiency Syndrome. Syndrome, yang


bahasa Indonesianya adalah Sindroma, merupakan kumpulan gejala dan tanda penyakit.
Deficiency dalam bahasa Indonesia berarti kekurangan. Immune berarti kekebalan tubuh,
sedangkan Acquired berarti diperoleh atau didapat. Dalam hal ini, “diperoleh” mempunyai
pengertian bahwa AIDS bukan penyakit keturunan. Seseorang menderita AIDS bukan
karena ia keturunan dari penderita AIDS, tetapi karena ia terjangkit atau terinfeksi virus
penyebab AIDS. Dengan demikian AIDS dapat diartikan sebagai sekumpulan tanda dan
gejala penyakit akibat hilangnya/menurunnya sistem kekebalan tubuh seseorang. AIDS
merupakan fase terminal (akhir) dari infeksi HIV.

B. Gejala HIV & AIDS

Untuk memahami gejala HIV dan AIDS, perlu dipahami sistem kekebalan tubuh sebagai mana
digambarkan dalam komik berikut

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Penjelasan :
• Komik kekebalan tubuh menggambarkan tentang fungsi darah putih dalam tubuh
seseorang sebagai sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi serangan kuman, virus,
dan lainnya.
• Bila virus masuk ke dalam tubuh, maka sel darah putih akan berusaha melumpuhkan virus
tersebut. Misalnya, virus influenza, diare dan batuk akan dilumpuhkan oleh sel darah
putih.
• Berbeda dengan virus lainnya, HIV adalah virus yang tidak mudah dilumpuhkan oleh sel
darah putih. Apabila masuk ke dalam tubuh kita justru akan melumpuhkan sel darah
putih, terutama menyerang CD 4 dan menggunakannya untuk memperbanyak HIV dalam
tubuh yang bersangkutan sehingga tubuh tidak mampu melawan penyakit dan infeksi.

Tahapan perkembangan perjalanan HIV secara umum dibagi dalam beberapa tahapan:

1. Tahap Primer
HIV positif dimana seseorang positif terkena HIV, namun belum menunjukkan gejala
berarti. Gejala-gejala yang timbul adalah mirip dengan gejala flu (pusing, lemas, agak
demam, dan lain-lain) sehingga sering terabaikan. Tahap ini biasanya terjadi antara 2-4
minggu setelah seseorang terinfeksi HIV. Dengan kata lain, setelah HIV masuk tubuh
untuk pertama kalinya, apabila orang tersebut melakukan tes HIV, maka hasil tes mungkin
negatif.

2. Tahapan Asimptomatik atau Tanpa Gejala


Seseorang yang HIV positif tidak menunjukkan gejala sama sekali. Perlahan-lahan jumlah
CD4 dalam darah menurun. Kadang ada keluhan berkaitan dengan pembengkakan di
kelenjar getah bening, tempat dimana sel darah putih diproduksi.

3. Tahapan Simptomatik atau Bergejala


Seseorang yang sudah terkena HIV mengalami gejala-gejala ringan, namun tidak
mengancam nyawanya, seperti: demam yang bertahan lebih dari sebulan, menurunnya
berat badan lebih dari 10 %, diare selama sebulan (konsisten atau terputus-putus),
berkeringat di malam hari, batuk lebih dari sebulan dan gejala kelelahan yang
berkepanjangan (fatigue). Sering kali gejala-gejala dermatitis mulai muncul pada kulit,
infeksi pada mulut (oral thrush, hairy leukoplakia) dimana lidah sering terlihat dilapisi oleh
lapisan putih, herpes, dan lainnya. Kehadiran satu atau lebih tanda-tanda terakhir ini
menunjukkan seseorang sudah berpindah dari tahap infeksi HIV menuju AIDS. Bila
hitungan CD4 turun pesat di bawah 200 sel/mm3, umumnya gejala menjadi kian parah
sehingga membutuhkan perawatan yang lebih intensif.

4. Tahapan Akhir
Pada tahapan ini, seseorang telah menunjukkan gejala-gejala penuh AIDS. Ini
menyangkut tanda-tanda yang khas AIDS, yaitu adanya penyakit-penyakit oportunistik
seperti: Pneumocytis Carinii (PCP), Candidiasis, Sarkoma Kaposis, Tuberkulosis (TB),

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

berat badan menurun drastis, diare tanpa henti, dan penyakit lainnya yang berakibat fatal.
Gangguan syaraf juga sering dilaporkan, diantaranya: hilangnya ketajaman daya ingat,
timbulnya gejala gangguan mental (dementia), dan perubahan perilaku secara progresif
(umumnya akibat encephalopathy). Disfungsi kognitif sering terjadi, dengan tanda awal
diantaranya adalah tremor (gemetar tubuh) serta kelambanan bergerak. Hilangnya
kemampuan melihat dan paraplegia (kelumpuhan kaki) juga bisa timbul di tahapan akhir.

Perjalanan cepat atau lamanya perkembangan HIV seseorang sangatlah individual.


Setiap orang cenderung memiliki gejala yang berlainan. Secara umum, pesatnya
perkembangan penyakit dari HIV positif ke arah Fullblown AIDS tergantung pada berbagai
faktor: riwayat medis, status kekebalan tubuh atau immunitas, adanya infeksi lain,
perawatan yang diperoleh dan lain-lain. Di samping itu, gizi dan kebersihan lingkungan
hidupnya juga berpengaruh pada taraf kesehatannya secara umum. Polusi udara dan
udara yang lembab tanpa ventilasi yang memadai, dapat dengan cepat menurunkan
kesehatan paru-paru pengidap HIV. Pola makan yang kurang sehat dan gizi yang buruk
juga dapat memperburuk kesehatan dari orang yang HIV positif.

Menurut WHO, awalnya diperkirakan hanya sebagian kecil dari mereka terinfeksi HIV
akan menunjukkan gejala AIDS. Namun, kini ditemukan bahwa sekitar 20% dari mereka
yang HIV positif akan berkembang menjadi AIDS dalam waktu 5 tahun setelah terinfeksi.
Sedangkan 50% lainnya, dalam waktu 10 tahun setelah pertama kali tertular. Setelah
dalam tahap fullblown, harapan untuk bertahan hidup menipis secara drastis.

Berdasarkan keterangan di atas, seseorang bisa saja terkena HIV dan tidak menunjukkan
gejala apapun (Asymptomatic) dalam waktu yang cukup lama (3-10 tahun). Karenanya,
kita sering tidak mampu mendeteksi apakah seseorang HIV positif atau tidak berdasarkan
penampilan saja. Meskipun seseorang tidak menunjukkan gejala apapun, ia sudah dapat
menularkan HIV pada orang lain. Seringkali orang tersebut tidak menyadari dirinya sudah
terkena HIV bila gejalanya belum tampak. Lebih jauh lagi, meskipun ia sudah tahu dirinya
HIV positif, mungkin ia tidak bisa membuka statusnya dengan mudah karena tidak yakin
terhadap reaksi orang lain.

C. Cara Penularan HIV

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Sehubungan dengan penularan, perlu diketahui tentang periode


jendela (window period) yaitu masa seseorang telah terinfeksi
HIV tetapi bila dilakukan pemeriksaan darah maka belum
menunjukkan hasil (negatif) yang berarti antibodi terhadap HIV
belum dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium.
Periode jendela ini biasanya berlangsung antara 3-6 bulan
sejak dimulainya infeksi. Hal yang perlu diingat adalah sejak
masuknya virus HIV, seseorang telah mengidap HIV dan dapat
menularkan HIV sepanjang hidupnya. Sehingga walaupun
dalam masa periode jendela, orang
tersebut sudah menjadi sumber penularan.
Penularan HIV dapat terjadi bila ada kontak atau masuknya cairan tubuh yang mengandung
HIV, yaitu :
1. Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV yang dapat terjadi
melalui perilaku seksual dengan lawan jenis atau sesama jenis.
2. Melalui tranfusi darah dan transplantasi organ yang tercemar HIV. Transfusi darah yang
tercemar HIV secara langsung membuat orang yang menerima darah tersebut tertular HIV
karena virus langsung masuk ke dalam sistem peredaran darah penerima.
3. Melalui alat/jarum suntik atau alat tusuk lainnya (akupuntur, tindik, tatto) yang tercemar
oleh HIV. Oleh sebab itu pemakaian jarum suntik secara bersama-sama oleh para
pecandu narkotika akan mempermudah penularan HIV di antara mereka bila salah satu di
antara mereka merupakan pengidap HIV.
4. Pemindahan dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada janin yang dikandungnya, anak
yang dilahirkan dan melalui pemberian ASI.
5. Mengingat pola penularan HIV seperti disebutkan di
atas, maka terdapat orang-orang yang memiliki
perilaku risiko tinggi untuk terinfeksi HIV, yaitu :
• Perempuan dan laki-laki yang berganti-ganti
pasangan hubungan seksual, beserta pasangan
mereka.
• Penjaja seks, serta pelanggannya.
• Laki-laki dan perempuan yang melakukan hubungan
seksual anal.
• Pengguna narkotika dengan suntik yang
menggunakan jarum suntik secara bersama.
Hal-Hal yang Tidak Menularkan HIV.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

HIV mudah mati di luar tubuh manusia, oleh sebab itu HIV
tidak dapat ditularkan melalui kontak sosial sehari-hari
seperti:
1. Bersentuhan dengan pengidap HIV.
2. Berjabat tangan.
3. Bersentuhan dengan pakaian dan barang-barang
bekas pakai orang dengan HIV atau sudah AIDS.
4. Bersin atau batuk-batuk orang dengan HIV atau sudah
AIDS di depan kita.
5. Berciuman kering.
6. Melalui makanan dan minuman.
7. Berenang bersama di kolam renang.
8. Menggunakan WC yang sama dengan pengidap HIV.
9. Melalui gigitan nyamuk atau serangga lain.

D. Pencegahan dan Pengobatan HIV dan AIDS

Penting untuk mengetahui cara melindungi diri dari HIV


dan AIDS karena pandemi AIDS merupakan suatu
kedaan darurat. Yang dimaksud keadaan darurat adalah
suatu keadaan gawat yang memerlukan tindakan segera
untuk mencegah perkembangannya ke arah kondisi yang
lebih fatal.

Kedaruratan pandemi AIDS terletak pada kemungkinan penularannya karena sekali


tertular HIV belum ada obat yang dapat menyembuhkannya. Berdasarkan hal itulah, salah
satu cara penanggulangan HIV dan AIDS terbaik adalah dengan melakukan pencegahan.
Pencegahan tentu harus dikaitkan dengan cara-cara penularan HIV. Ada beberapa upaya
yang dapat dilakukan seseorang dalam mencegah tertularnya HIV dan AIDS, seperti
berikut:

1. Pencegahan Penularan Melalui Kontak Seksual

Sebagian besar penularan HIV di Indonesia terjadi melalui penularan seksual,


sehingga pencegahan HIV dan AIDS perlu difokuskan pada hubungan seksual yang
berisiko. Untuk itu kepada setiap orang perlu memperoleh informasi yang akurat
agar memiliki perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab, yaitu : a. Tidak
melakukan hubungan seksual.
b. Hanya melakukan hubungan seksual dengan satu orang dan saling setia.
c. Apabila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV atau tidak dapat saling setia,
gunakan kondom secara benar setiap kali berhubungan seksual.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Konsep pencegahan dikenal dengan istilah A B C (Abstinence, Be Faithfull, Condom).

2. Pencegahan Penularan melalui Darah

Penularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-hati dalam berbagai tindakan
yang berhubungan dengan darah, produk darah dan plasma:
a. Transfusi Darah
Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk transfusi tidak tercemar HIV.
Perlu dianjurkan pada seseorang yang HIV positif agar tidak menjadi donor darah.
Begitu pula mereka yang berperilaku risiko tinggi, misalnya sering melakukan
hubungan seks dengan ganti-ganti pasangan.
b. Penggunaan Produk Darah dan Plasma
Sama halnya dengan darah yang digunakan untuk transfusi, maka produk darah
dan plasma harus dipastikan tidak tercemar HIV.
c. Penggunaan alat suntik dan alat-alat lain yang dapat melukai kulit
Penggunaan alat-alat seperti jarum, jarum suntik, alat cukur dan alat tusuk untuk
tindik perlu diperhatikan sterilisasinya. Tindakan mensterilkan dengan pemanasan
atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat penting.

3. Pencegahan Penularan dari Ibu kepada Anak

Janin dari orangtua terinfeksi HIV berrisiko tertular HIV penularan cukup besar sekitar
25 %. Risiko akan semakin besar bila orangtua telah berada dalam tahap AIDS, oleh
karena itu orangtua yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untuk mempertimbangkan
kembali tentang rencana kehamilan. Risiko bayi terinfeksi HIV melalui ASI kecil,
sehingga tetap dianjurkan bagi si ibu untuk memberikan ASI pada bayinya.

Jika ibu berniat untuk memberikan ASI, maka:


1. Berikan ASI ekslusif selama 6 bulan menggunakan cangkir atau sendok.
2. Setelah 6 bulan, hentikan ASI dan berikan makanan tambahan.

E. Situasi Epidemiologi HIV dan AIDS Terkini Di


Wilayah Kerja

Dalam epidemiologi, epidemi (dari bahasa Yunani epi- penyakit + demos rakyat) adalah
penyakit yang timbul sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam
suatu periode waktu tertentu, dengan laju yang melampaui laju "estimasi" (dugaan), yang
didasarkan pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang
terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga.

Epidemi AIDS adalah kejadian wabah AIDS yang terjadi secara cepat dari yang diduga
dalam suatu periode waktu tertentu pada suatu masyarakat. Epidemi AIDS merupakan
distribusi dan determinant (penentu) dari kejadian AIDS yang terjadi di masyarakat.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Sehubungan hal tersebut, maka epidemi AIDS terkini pada suatu wilayah menggambarkan
jumlah kasus, pola penyebaran, faktor risiko, kelompok risiko, pengendalian dan
perkembangan AIDS tersebut. Oleh karena itu situasi epidemi AIDS di setiap daerah akan
berbeda.

Pada umumnya, penggambaran suatu epidemi AIDS tidak hanya terbatas pengungkapan
fakta kejadian wabah saja, akan tetapi fakta tersebut dianalisis dan dikembangkan
kebijakan dalam rangka penanggulangannya.

Seorang manajer program dan petugas lapangan sangat penting memahami suatu epidemi
AIDS yang ada di daerahnya. Memahami epidemi akan mempermudah mereka untuk
menguasai situasi dan permasalahan serta rencana strategi yang akan dikembangkan.

F. Jenis Pelayanan Yang terkait dengan HIV dan AIDS

Salah satu dari penanggulangan HIV dan AIDS adalah penyediaan layanan-layanan
masyarakat selain Komunikasi Informasi dan Edukasi. Pelayanan HIV dan AIDS, diantaranya
kita mengenal Voluntary Counseling and Testing (VCT)), Prevention from Parent To Child
Transmission (PPTCT), Provider Initiated Test and Counseling (PITC) and Care Support and
Treatment (CST).

VCT adalah konseling dan tes HIV yang dilakukan secara sukarela untuk mengetahui status
HIV seseorang, dikenal juga sebagai Konseling Testing secara Sukarela (KTS). Tes ini
merupakan pengambilan darah dan pemeriksaan laboratorium yang harus disertai konseling.
KTS merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke
seluruh layanan kesehatan HIV dan AIDS.

Pada KTS dikenal dua model layanan, diantaranya :


• KTS yang statis (klinik KTS tetap)
KTS terintegrasi dalam sarana kesehatan HIV dan AIDS, serta sarana kesehatan lainnya,
artinya bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan yang ada.
• Mobile KTS (Jemput bola dan keliling)
KTS dapat dilaksanakan oleh LSM atau layanan kesehatan yang langsung mengunjungi
kelompok dampingan dengan risiko tinggi di wilayah tertentu.

PPTCT atau Pencegahan penularan dari orangtua ke anak merupakan pelayanan yang
dikhususkan terhadap para ibu yang terinfeksi HIV. Setiap ibu berstatus HIV yang hamil
menjadi perhatian dari pelayanan ini. Seorang ibu hamil dengan HIV positif rentan
menularkan terhadap janinnya. Penularan ini mungkin terjadi saat kehamilan sampai proses
kelahiran, sehingga sangat perlu pendampingan dan penanganan khusus melalui pelayanan
PPTCT. Diantara pelayanan yang didapat adalah konseling, pemeriksaan rutin kehamilan,
terapi ARV, proses kelahiran dan penanganan Ibu dan anak dari pasca kelahiran termasuk
gizi dan nutrisi bayi dan pemeriksaan untuk kepentingan status HIV bayi.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

PITC merupakan layanan pemeriksaan darah untuk mengetahui status HIV seseorang,
dimana pasien yang datang dengan simptom atau penyakit terkait HIV, diagnosis dan
tatalaksana klinik berdasarkan diagnosis HIV. Tes HIV ditawarkan sebagai bagian dari
evaluasi klinis di tempat dimana prevalensi HIV menonjol.
Layanan PITC adalah :
• Individu mencari layanan medis.
• Konseling HIV diberikan dan tes ditawarkan oleh petugas kesehatan.
• Hasil tes digunakan petugas kesehatan untuk melakukan diagnosis dan memberikan terapi
yang tepat.
• Layanan yang diberikan bersifat kerahasiaan dan status didokumentasikan di status catatan
medik agar dapat dilakukan tindak lanjut.
• Prinsip dari PITC adalah sama dengan VCT, seperti : kerahasiaan, konseling dan informed-
consent.

CST merupakan pelayanan terkait dengan pemberian dukungan kepada orang yang berstatus
HIV positif. Pelayanan ini akan diberikan setelah orang melalui proses tes darah atau ketika
seseorang tersebut HIV positif. Pasca tes, seseorang yang HIV positif akan dirujuk ke CST
dan manajer kasus di CST akan menawarkan beberapa dukungan dan layanan, misalnya:
pemeriksaan laboratorium terkait dengan tingkat CD4, viral load, SGPT, SGOT dan lain-lain.
Dukungan terapi ARV (antiretroviral) akan diberikan dalam pelayanan CST. Selain dukungan
medis, bila yang bersangkutan membutuhkan, dapat memperoleh dukungan sosial, ekonomi,
atau spiritual beserta layanan-layanan lain yang ada di masyarakat.

G. Tes HIV

1. Tes Antibodi HIV

Tes antibodi HIV adalah tes darah yang dipakai untuk memastikan apakah seseorang telah
terinfeksi HIV atau tidak.
Manfaat tes ini adalah :
a. Membantu melindungi persediaan darah di bank darah. Adanya skrining darah donor untuk
antibodi HIV terbukti telah menurunkan secara drastis risiko penularan HIV melalui tranfusi
darah.
b. Menggambarkan besarnya masalah epidemi HIV dan AIDS di masyarakat.
c. Mengetahui status HIV secara dini, sehingga memberikan kesempatan pada orang tersebut
segera memulai pengobatan dan konseling.

2. Proses Tes Antibodi HIV

Tes HIV dilakukan untuk mendeteksi keberadaan antibodi terhadap HIV di dalam darah.
Antibodi adalah reaksi tubuh terhadap kehadiran virus tertentu di dalam tubuh. Oleh sebab itu
tes semacam ini secara lengkap disebut tes antibodi HIV, walaupun kadang-kadang orang

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

sering menyebut tes HIV saja. Tes jenis inilah yang sering dipakai untuk penapisan atau
skrining darah donor sebelum digunakan.

Selain itu ada pula tes untuk mengetahui keberadaan HIV itu sendiri, atau disebut antigen.
Perlu diketahui bila tubuh kemasukan suatu bibit penyakit, baik bakteri, virus, atau lainnya
(ini semua disebut antigen) maka tubuh kita akan membuat antibodi sebagai reaksi terhadap
antigen tersebut. Zat ini disebut antibodi, yang keberadaannya di dalam darah dapat
dideteksi dengan pemeriksaan yang menggunakan zat-zat tertentu (yang disebut reagens).
Tubuh membutuhkan waktu tertentu untuk membentuk antibodi agar dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan laboratorium.

Pada HIV, keberadaan antibodi yang dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium
dalam waktu 3-6 bulan setelah seseorang terpapar HIV. Sebelum jangka waktu ini,
pemeriksaan darah tidak akan menunjukkan adanya antibodi HIV. Walaupun pemeriksaan
darahnya masih negatif, orang tersebut sudah dapat menularkan NIV kepada orang lain.

3. Jenis tes untuk mendeteksi HIV.

Saat ini tersedia beberapa jenis tes darah yang dapat membantu memastikan apakah
seseorang, yang mungkin nampak sehat, sudah terkena HIV. Beberapa tes darah yang
tersedia saat ini diantaranya:
a. ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay). Tes yang dilakukan untuk mencari
antibodi yang ada dalam darah. Tes ini bersifat sensitif membaca kelainan darah.
b. Western Blot. Tes ini juga untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV. Tes ini lebih
akurat dan lebih mahal dibandingkan dengan ELISA dan lebih spesifik dalam
mendiagnosis kelainan dalam darah.
c. DIPSTICK HIV (En Te Be). Tes ini adalah tes cepat yang murah dan pelaksanaannya
cepat. Tes yang dikembangkan oleh PATH ini sudah diproduksi di NTB, Indonesia.
Sifatnya cukup sensitif dan spesifik dalam melihat kelainan dalam darah.

Agar KD bersedia melakukan tes HIV, PL harus mampu memotivasi KD melalui pendekatan
lapangan, konseling serta memberikan informasi lain yang diperlukan.

H. Stigma dan Diskriminasi ODHA

Stigma sering kali menyebabkan diskriminasi dan dapat mendorong munculnya pelanggaran
HAM bagi ODHA dan keluarganya. Stigma dan diskriminasi dapat memperparah epidemi
HIV dan AIDS karena dapat menghambat usaha pencegahan dan perawatan dengan
memelihara kebisuan dan penyangkalan tentang HIV dan AIDS seperti juga mendorong
keterpinggiran ODHA dan mereka yang rentan terhadap infeksi HIV. Mengingat HIV dan
AIDS sering dikaitkan dengan perilaku seksual, penggunaan narkoba dan kematian
sehingga banyak orang yang tidak peduli, tidak menerima dan takut terhadap penyakit ini.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Stigma berhubungan dengan kekuasaan dan dominasi di masyarakat. Pada puncaknya,


stigma akan menciptakan ketidaksetaraan sosial. Stigma berurat akar di dalam struktur
masyarakat, norma dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan sehari-hari. Ini menyebabkan
beberapa kelompok merasa kurang dihargai dan menjadi malu, sedangkan kelompok lainnya
merasa superior.
Diskriminasi terjadi ketika pandangan-pandangan negatif mendorong orang atau lembaga
untuk memperlakukan seseorang secara tidak adil berdasarkan atas prasangka mereka
terhadap status HIV seseorang. Contoh diskriminasi yang terjadi dalam situasi HIV dan
AIDS antara lain: sikap staf rumah sakit atau penjara yang menolak memberikan pelayanan
kesehatan kepada ODHA, atasan yang memberhentikan pegawainya berdasarkan status
atau prasangka atas status HIV mereka, keluarga/masyarakat yang menolak mereka yang
hidup dengan HIV atau dipercaya terinfeksi dengan HIV. Tindakan diskriminasi semacam
itu adalah sebuah bentuk pelanggaran hak azasi manusia.

Stigma dan diskriminasi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja baik di keluarga,
masyarakat, sekolah, tempat peribadatan, tempat kerja, juga tempat layanan hukum dan
kesehatan. Orang dapat melakukan diskriminasi, baik dalam kapasitas pribadi maupun
profesional, sementara lembaga bisa melakukan diskriminasi melalui kebijakan dan kegiatan
yang dilakukan.

Bentuk lain dari stigma berkembang melalui internalisasi oleh ODHA dengan persepsi
negatif tentang diri mereka sendiri. Stigma dan diskriminasi yang dihubungkan dengan
penyakit menimbulkan efek psikologi yang berat tentang bagaimana ODHA melihat diri
mereka sendiri. Hal ini dapat mendorong terjadinya depresi, harga diri rendah dan putus
asa. Stigma dan diskriminasi dapat menghambat upaya pencegahan karena membuat
orang tidak berani untuk mencari tahu status mereka, atau bisa pula menyebabkan mereka
yang telah terinfeksi HIV tetap melakukan perilaku seksual dan non seksual yang tidak
aman karena takut orangorang akan curiga terhadap status HIV mereka. Akhirnya, ODHA
dilihat sebagai "masalah" bukan sebagai bagian dari solusi untuk mengatasi epidemi ini.

Di banyak negara, hukum, kebijakan, dan peraturan memberikan kontribusi terhadap


lingkungan yang mendukung pencegahan, dukungan dan perawatan HIV dan AIDS.
Meskipun kebijakan dan hukum yang mendukung telah ada, upaya penegakan hukum yang
lemah menyebabkan stigma dan diskriminasi terus berlangsung. Hal ini mungkin disebabkan
oleh hanya sedikit pertanggungjawaban terhadap tindakan-tindakan diskriminasi atau ganti
rugi bagi mereka yang telah mengalami stigma dan diskriminasi. Berbagai negara dan
lembaga menciptakan dan mempersubur stigma dan diskriminasi melalui hukum, peraturan,
dan kebijakan yang mendiskriminasi ODHA atau orang-orang di sekitarnya.

I. Peran ODHA dalam Pencegahan

1. Memberikan motivasi pada lingkungan teman-teman sesamanya dan pasangannya yang non
reaktif untuk melakukan tes darah.
2. Saling memberikan dukungan antara sesama ODHA dalam melakukan hidup yang sehat.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

3. Melakukan penyebaran informasi dan advokasi terkait untuk menghapus diskriminasi dan
stigmatisasi terhadap ODHA.
4. Memperluas jaringan pelayanan dalam untuk memudahkan dukungan dan pemberian
layanan terkait dengan kebutuhan ODHA.
5. Pemutusan mata rantai penularan terhadap pasangan melalui pencegahan dan perilaku
aman.

J. Tugas Petugas Lapangan

PL mempunyai tugas sebagai berikut dalam pencegahan HIV dan AIDS:


1. Menyebarkan informasi tentang pengetahuan dasar HIV dan AIDS.
2. Melakukan promosi pencegahan.
3. Melakukan promosi layanan-layanan yang terkait dengan HIV dan AIDS.
4. Merujuk KD melakukan KTS.
5. Melakukan tindak lanjut hasil rujukan KTS sesuai dengan kewenangannya.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

REFERENSI

1. ASA-FHI Prosedur Operasional Standard, 2009, Membangun Jaringan Rujukan


Berbasis Komunitas.
2. Citra Usadha Indonesia, 2008, Mengenal Terapi ARV (Pengalaman Odha).
3. K. Tuti Parwati Merati, 2008 , Kepedulian Bersama, Tuntutan Dalam Penanggulangan
HIV dan AIDS (Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap bidang ilmu penyakit dalam).
4. Citra Usadha Indonesia,2007, Prosedur Layanan Konseling Tes HIV Sukarela dan
Terapi ARV.
5. ASA-FHI , 2004, Mengenal Konseling dan Testing HIV Sukarela.
6. ASA-FHI, 2004, Jangan Cuma Ragu? Ikut VCT , Hidup Lebih Pasti.
7. AIDSCAP-FHI, 2004, Control of Sexually Transmitted Diseases: Handbook For The
Design And Management Program.
8. Departemen Kesehatan Replubik Indonesia, Direktorat Jendral Pembrantasan
Penyeakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta, 2004, Pedoman Penatalaksanaan
Infeksi Menular Seksual.
9. Departemen Kesehatan Replubik Indonesia, PUSDIKNAKES Kerjasama dengan FF
dan Studio Driya Media ,1997, AIDS Dan Penanggulangannya.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

SKK IMUNISASI
TUJUAN SKK IMUNISASI

Pramuka Siaga:
- Mengetahui tentang imunisasi secara sederhana
- Mengetahui manfaat imunisasi
- Mengetahui bahaya bila tidak diimunisasi
- Mengetahui penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Pramuka Penggalang:
- Dapat menjelaskan kerugian bila tidak diimunisasi
- Dapat menjelaskan siapa yang perlu diimunisasi
- Dapat menjelaskan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Pramuka Penegak dan Pandega:


- Dapat mengaplikasikan tentang manfaat imunisasi
- Dapat mengaplikasikan tentang siapa yang perlu mendapatkan imunisasi
- Dapat memberikan penyuluhan tentang imunisasi
- Dapat membantu petugas dalam mengajak dan mendorong orang lain agar mau diimunisasi.

I. PRAMUKA SIAGA
Seorang Pramuka Siaga harus mengetahui : A.
Apakah Imunisasi Itu ?
- Imunisasi ialah upaya pemberian kekebalan dengan pemberian vaksinasi untuk mencegah
timbulnya penyakit-penyakit berbahaya, seperti : TB, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio,
Campak dan Hepatitis B.

B. PENYAKIT-PENYAKIT BERBAHAYA APA YANG DAPAT DICEGAH DENGAN


IMUNISASI SAAT INI ?
- Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi ialah :
1. TB
2. Difteri
3. Pertusis (Batuk Rejan)
4. Tetanus
5. Campak
6. Polio
7. Hepatitis B

Banyak lagi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi namun belum masuk ke
dalam program imunisasi (yang ditanggung oleh pemerintah) oleh karena
keterbatasan dana.

1. TB (Tuberkulosis)

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Tuberkulosis (TB) atau yang dulu dikenal TBC adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). TB bukan
disebabkan oleh guna-guna atau kutukan. TB juga bukan penyakit keturunan.
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ atau
bagian tubuh lainnya (misalnya: tulang, kelenjar, kulit, dll).
TB dapat menyerang siapa saja, terutama menyerang usia produktif/masih aktif
bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak. TB dapat menyebabkan kematian. Apabila
tidak diobati, 50% dari pasien akan meninggal setelah 5 tahun.
2. Difteri (Indrak)
Penyakit tenggorokan dan hidung yang sangat berbahaya yang kadang-kadang
menyumbat pernafasan sehingga anak dapat meninggal.

II. PRAMUKA PENGGALANG


A. Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi :

1. TB (TUBERKULOSIS)
Penyebab: Basil tuberkulosa (Mycobactrium tuberculosis) Gejala
utama:
∗ Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih
Gejala lainnya:
∗ Batuk bercampur darah
∗ Sesak nafas dan nyeri dada
∗ Badan lemah
∗ Nafsu makan berkurang
∗ Berat badan turun
∗ Rasa kurang enak badan (lemas)
∗ Demam meriang berkepanjangan
∗ Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan kegiatan

Jenis TB:
1. TB Paru : Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
paru
2. TB Ekstra Paru : Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya : selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar getah bening, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.

Cara penularan:
Sumber penularan adalah pasien TB yang dahaknya mengandung kuman TB BTA
Positif.
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menye-barkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak. Sekali batuk dapat menyebarkan 3.000 kuman dalam percikan dahak.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Penularan terjadi melalui percikan dahak yang dapat bertahan selama beberapa jam
dalam ruangan yang tidak terkena sinar matahari dan lembab.
Semakin banyak kuman yang ditemukan dalam tubuh pasien berarti semakin besar
kemungkinan menularkan kepada orang lain.
TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi pasien yang sudah dibersihkan, seperti:
peralatan makan, pakaian dan tempat tidur yang digunakan pasien TB.

Tindakan:
∗ Rujuklah ke Puskesmas untuk dicari kepastian diagnosa penyakit dan untuk
mendapatkan pengobatan serta nasehat-nasehat.
∗ Vitamin-vitamin, obat cacing, zat besi.
Pencegahan :
Imunisasi BCG pada bayi (terutama untuk mencegah TB selaput otak)

2. DIFTERI
Penyebab : Kuman
Terutama menyerang anak-anak kecil
Masa inkubasi : 2 – 4 hari Penularan:
Secara kontak langsung maupun tidak langsung, misal dari pakaian/barangbarang
milik penderita/alas tidur. Penderita (yang tidak diobati) sangat menular selama 2 –
4 minggu.
Gejala:
Gejala umumnya adalah sumeng, malas, sakit kepala, badan linu.
Jenis:
1) Difteri hidung
- Pilek-pilek beberapa hari yang tidak sembuh-sembuh, hingga kulit di atas
bibir dapat lecet.
- Sesaat kemudian pileknya bercampur darah dan bau.
- Tampak semacam selaput kotor di hidung.
2) Difteri Pharynx (tenggorokan)
- Sakit waktu menelan, kadang-kadang suara bindeng/sengau
- Bila sudah lanjut, maka leher anak membengkak macam Bullneck
- Dalam pharinx tampak semacam selaput putih kotor, kadang kala
berdarah (ini bila anak disuruh buka mulut). 3). Difteri Larinx.
- Terutama terdapat pada anak kecil gelisah karena biasanya sesak yang
makin lama makin bertambah sesaknya. - Berbunyi waktu
menarik napas (stidor) - Penarikan otot-otot pernapasan.
4). Difteri di lain tempat (mata, kulit, vagina)
Pencegahan :
• Isolasi penderita sampai sembuh (hasil pemeriksaan pulasan 2 - 3 x berturut-
turut negatif).
• Untuk anak-anak/orang yang kontak dengan penderita harus diamati dan
dilakukan pemeriksaan pulasan kuman

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

• Desinfeksi barang-barang milik penderita • Imunisasi dengan Difteri Tetanus (DT)


/ Difteri Pertusis-Tetanus (DPT). Pengobatan :
• Harus dirawat di Rumah Sakit untuk Sakit untuk pemberian antitoksin (A.D.S)
• Penicilin atau
• Erytromycin 40 mg/kg/BB/hari selama 7-10 hari
• Istirahat
• Makan/minum yang bergizi
• Bila jalan nafas tersumbat dibuat lubang untuk nafas.

3. Batuk rejan (Pertusis / Kinkhoest = Batuk 100 hari)


Batuk berbulan-bulan dengan bunyi yang khas diakhiri muntah, mata ikut membengkak.
Akibatnya anak menjadi kurus karena tidak mau makan.
Kebanyakan anak akan terserang penyakit ini, paling berat pada bayi berumur kurang dari
1 tahun.
Penyebab : kuman
Banyak menyerang pada anak-anak kecil, laki-laki atau perempuan
Masa Inkubasi : 7-14 hari
Penularan : secara langsung
Penderita sangat menular pada saat mulai sakit hingga 4 minggu kemudian. Gejala
: - mula-mula batuk/pilek bisa menyerang 7-14 hari lamanya,
- kemudian diikuti dengan batuk yang lebih khas,yaitu penderita batukbatuknya lebih
keras dan berturut-turut (menyambung terus) untuk kemudian diakhiri dengan
tarikan napas yang panjang dan berbunyi, sering kali diikuti dengan muntah. saat
serangan ini biasanya mata anak merah sampai biru dan mata berair.
- Batuk-batuk tersebut beberapa minggu kemudian akan menjadi berkurang.
Pencegahan:
- isolasi penderita sedikitnya 3 minggu mulai dari batuk-batuk yang khas. - imunisasi
DPT pada bayi Pengobatan:
- yang khusus penyakit ini tidak ada
- Eritromisin 40-50 mg/kg/bb/hari selam 7 hari atau
- Kloramfenikol / Tetrasiklin

4. Tetanus

Penyakit ini bisa terjadi pada segala umur. Tetapi yang merupakan masalah cukup
besar di Indonesia adalah banyaknya penderita Tetanus pada bayi yang baru lahir
(Tetanus neonatorum) yang sering menyebabkan kematian.

Penyebab:
Penyebab tetanus adalah kuman tetanus (clostiridium tetani) yang dapat
mengeluarkan racun yang sangat berbahaya.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Cara penularan :
• Pada bayi
Melalui luka waktu pemotongan tali pusat dengan pisau yang tidak steril atau diberi
bobok/ramuan yang tidak steril atau diberi bobok/ramuan yang tidak bersih.
• Pada anak:
Spora tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka di kulit ataupun melalui lubang
pada gedung telinga dari penderita radang telinga.
Gejala-gejala :
• Kejang/kaku di seluruh tubuh (sukar membuka mulut, muka dan punggung kaku).
Kejang ini dirasakan sangat sakit oleh karena kesadaran penderita tetap baik.
Rangsangan yang sangat ringan sudah dapat menimbulkan kesakitan seperti
sentuhan suara dan sinar.
• Pada bayi yang baru lahir (usia 5 – 28 hari) mendadak tidak mau menetek lagi,
karena, mulutnya kaku dan mencucu seperti mulut ikan. kematian umunya
disebabkan oleh kegagalan pernafasan akibat kejang otot pernafasan.
Pencegahan :
1. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada wanita usia subur (15-39 tahun) termasuk
ibu hamil.
2. Imunisasi DPT pada bayi
3. Imunisasi TT (Tetanus Toxoid) pada anak sekolah (SD kelas I-III).

5. Polio (kelumpuhan).
Penyakit yang ditandai dengan gejala dengan kaki lemas dan anak menjadi lumpuh
seumur hidup.
Penyebab:
• Merupakan penyakit menular pada anak yang disebabkan oleh virus Polio.
• Sebagian besar penderita terserang pada waktu berusia di bawah 3 tahun. Kadang-
kadang bisa pula menyerang anak yang lebih besar.
Cara penularan:
• Virus polio masuk tubuh seseorang melalui saluran pencernakan. Virus berasal dari
kotoran penderita yang dikeluarkan di sembarang tempat. Apabila keadaan sanitasi
lingkungan kurang baik, maka penularan terjadi melalui tangan/makanan/minuman
yang tercemar, kemudian masuk ke mulur anak lain.
• Kadang-kadang penularan bisa terjadi melalui titik ludah penderita yang dibatukkan
dan terhirup oleh anak lain.
Gejala-gejala:
• Biasanya didahului dngan panas badan.
• Bisa disertai batuk-batuk atau diare atau leher kaku.
• Selanjutnya disusul dengan kelumpuhan anggota badan yang sifatnya lemas, tanpa
adanya gangguan rasa raba dan biasanya hanya satu sisi pada kaki atau lengan.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Yang sering menimbulkan masalah adalah kelumpuhan yang terjadi biasanya nenetap
(sukar sembuh sempurna) terutama apabila tidak dilakukan fisioterapi secara teratur.
Penyakit ini bisa menimbulkan kematian, yaitu apabila virus penyerang pusat
pernafasan. Pencegahan:
Cara terebaik untuk mencegah agar anak tak terserang penyakit polio, adalah dengan
memberikan vaksinasi Polio melalui mulutnya. Setelah anak mendapatkan vaksinasi
Polio sebanyak 3 kali, haruslah tubuhnya akan mampu melawan penyakit polio.

6. Campak (Morbili / Gabag)

Penyebab : Virus
Masa inkubasi : 10 - 12 hari Penularan:
Secara droplet infection.
pnderita sangat menular pada 5 hari dari masa tunas sampai 4 hari sesudah timbulnya
bercak merah di kulit.
Gejala:
• Badan mula-mula panas, pilek, batuk
• Mata merah berair dan takut sinar
• Mulut dan bibir kering dan merah
• Beberapa hari kemudian mulai keluar bercak-bercak merah kulit, dimulai di belakang
telinga. leher, muka, dahi untuk seterusnya ke dada dan seluruh badan.
• Penderita dapat meningkat karena komplikasinya, yaitu Pneumonia (radang paru-
paru) dan Encephalitis (radang otak)
Pencegahan:
• Isolasi penderita mulai saat diketahui sakit (diagnosa) hingga 7 hari setelah
timbulnya bercak-bercak di kulit.
• Desinfeksi alat-alat/barang-barang dari penderita. • Imunisasi campak pada bayi
Pengobatan:
• Untuk mengurangi panas dapat diberikan Asetosal.
• Istirahat
• Minuman dan makanan harus cukup mengandung gizi sebaiknya makan makanan
lunak-lunak selama sakit
• Kebersihan badan/kulit, untuk gatalnya dapat diberikan bedak Salisil atau Calamin
Lotion.
• Bila ada penyakit ikutan (komplikasi) dapat diberikan obat-obatan dari petugas
kesehatan.

7. Hepatitis B
Penyakit ini ditandai dengan badan lemah, nafsu makan kurang, terkadang kulit dan
mata menjadi kuning.
Penyebab : Virus Hepatitis B
Masa inkubasi : Melalui suntikan, transfusi darah, hubungan seksual.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Gejala:
• Badan lemah kadang-kadang merasa demam
• Mual. tidak nafsu makan
• Mata dan kulit kadang-kadang berwarna kuning (icterus)
• Penderita dapat menjadi pengidap kronik, selanjutnya menjadi sirosis dan kanker
hati yang dapat menyebabkan penderita meninggal.
Pencegahan:
• Hindari penggunaan jarum suntik beramai-ramai
• Hindari hubungan seks di luar nikah
• Hindari penggunaan darah dari donor pengidap kronis.
• Imunisasi Hepatitis B.

B. APA MANFAAT IMUNISASI DAN BAHAYA BILA TIDAK DI IMUNISASI

- Manfaat imunisasi ialah:


∗ Akan menjadi tahan/kebal terhadap penyakit TB, Difteri, Batuk rejan (pertusis),
Tetanus, Polio, Campak dan Hepatitis, sehingga bayi/anak sehat, biaya
pengobatan tidak diperlukan.
∗ Oleh karena bayi/anak tahan terhadap beberapa penyakit berbahaya, maka ia
akan tumbuh berkembang menjadi manusia yang sehat.

- Bahaya bila tidak di imunisasi ?


∗ Anak akan mudah terserang penyakit, dengan akibat yang lebih berat dapat
menimbulkan kematian. Untuk polio akan menimbulkan cacat seumur hidup.

C. Macam-macam vaksin yang dipakai :


* BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Untuk mencegah penyakit Tubercullosa. Diberikan satu kali pada bayi muda.
* DPT (Difteri. Pertusis, Tetanus)
Untuk mencegah penyakit-penyakit Difteri, Pertusis (Batuk Rejan), Tetanus .Perlu
diberikan sebanyak 3 kali pada bayi.
* Polio
Untuk mencegah Poliomyyelitis (lumpuh anak) perlu diberikan sebanyak 4 kali pada
bayi.
* Campak Imunisasi
Untuk mencegah penyakit Campak (Gabagen, Morbili, Measles). Imunisasi rutin
diberikan 2 kali, yaitu dosis pertama pada waktu bayi setelah berumur 9 bulan,
dosis kedua diberikan pada waktu masuk Sekolah SD Kelas I.
* DT (Difteri-Tetanus)
Untuk mencegah penyakit Difteri dan Tetanus.
Diberikan pada murid SD kelas 1 sebanyak 1 kali (1 dosis)
* TT (Tetanus Toxoid)

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Untuk mencegah penyakit Tetanus


Dalam program imunisasi di Indonesia terutama ditujukan untuk mencegah tetanus
pada bayi muda dan ibunya.
Untuk itu sasaran imunisasi TT adalah anak Sekolah Dasar (kelas I-III) dan wanita
usia subur (WUS) umur 15-39 tahun termasuk di dalamnya adalah calon
penanganten dan ibu hamil. Seseorang akan berhenti mendapat imunisasi TT bila
sudah mendaptkan 5 kali dengan interval yang telah ditentukan. Sasaran
diperkerakan akan kebal selama 25 tahun atau seumur hidup.
* VAKSIN HEPATITIS B
Untuk mencegah Hepatitis B, diberikan sebanyak 3 kali kepada bayi, dosis
pertama diberikan segera setelah lahir. Seluruh propinsi di Indonesia sudah
melaksanakan Imunisasi Hepatitis B.
Akibat sampingan pemberian Imunisasi antara lain:
• Anak dapat mengalami demam ringan. Ini sebenarnya menandakan bahwa
badan si anak sedang aktif membentuk zat penolak penyakit.
• Demam ini akan sembuh dengan sendirinya.
Jika demam agak tinggi, dapat dikompres dan diberikan obat penurunan demam.
• Borok atau bisul kecil pada bekas suntikan BCG, yang akan sembuh dengan
sendirinya.

D. Kapan anak menjadi kebal terhadap penyakit-penyakit yang tersebut di atas?


- Apakah sasaran imunisasi TT diberikan imunisasi TT minimal 2 kali maksimal
5 kali dengan interval yang telah ditentukan.
- Manfaatnya supaya bayi yang dilahirkan terlindung dari serangan penyakit Tetanus
Neonatorum.
- Apabila bayi diberikan Imunisasi BCG 1 kali DPT 3 kali Polio 4 kali dan Campak
1 kali. Hepatitis B 3 kali.
- Imunisasi BCG untuk mencegah Tubercullosis diberikan 1 kali ketika bayi baru
lahir atau sedini mungkin.
- Imunisasi DPT untuk mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus, diberikan 3 kali.
Pemberiam pertama ketika bayi belajar miring, (lebih kurang 2 bulan) pemberian
kedua ketika bayi belajar duduk (lebih kurang 6 bulan), pemberian ketiga ketika
bayi belajar jalan (lebih kutang 9 bulan), dengan minimal selang waktu (interval)
4 minggu.
- Imunisasi Polio untuk mencegah penyakit Polio, diberikan 4 kali bersama-sama
dengan DPT.
- Imunisasi campak untuk mencegah penyakit Cmpak diberikan 1 kali ketika bayi
belajar jalan (lebih kurang 9 bulan).
- Imunisasi Hepatitis B, untuk mencegah penyakit Hepatitis B, diberikan 3 kali.
pemberian pertama diberikan sedini mungkin bayi umur < 7 hari, yang kedua
bersama DPT 1 dan yang ketiga bersama DPT2.

E. Dimana saja mendapatkan pelayanan Imunisasi ?

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

- Pelayanan Imunisasi dapat diperoleh di tempat-tempat pelayanan kesehatan,


seperti:
* di Pos vaksinasi/Posyandu
* di Puskesmas/ Puskesmas Pembantu
- di Rumah Sakit/Klinik bersalin/Rumah Sakit Swasta/Rumah Sakit ABRI. - Dokter
praktek, bidan praktek

F. Kepada siapa saja Imunisasi harus diberikan ?


- bayi antara umur 0 bulan - 11 bulan. Sebaiknya sebelum umur 1 tahun, sudah
lengkap mendapat imunisasi.
- Anak-anak kelas I - III Sekolah Dasar ( 6-9 tahun).
- Ibu Hamil
- Wanita Usia Subur (15-39 tahun)

G. Bagaimana cara mengetahui apakah sudah di imunisasi ?


- Dapat dilihat dari kartu Pencatatan hasil Imunisasi, misalnya: KMS, untuk BCG
terjadinya scar/jaringan parut pada lengan atas, biasanya lengan kanan atas.

II. PRAMUKA PENEGAK DAN PANDEGA


a. Yang perlu diperhatikan dalam Imunisasi :
- Imunisasi diberikan sesuai dengan anjuran, yaitu seorang anak harus mendapat Imunisasi
BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali. Campak 1 kali dan Hepatitis B 3 kali, agar
menjadi kebal terhadap penyakit.
* TBC
* Difteri
* Pertusis (Batuk rejan)
* Tetanus
* (Kelumpuhan)
* Campak
* Hepatitis B
- Harus datang untuk Imunisasi berikutnya karena skali saja belum cukup.
- Ajalah tetangga, Saudara, kenalan , Ibu hamil atau ibu yang mempunyai bayi datang ke
Pos Vaksinasi/Posyandu/Puskesmas/Rumah Sakit/Klinik Bersalin/Rumah Sakit Swasta/
Rumah Sakit ABRI dan dokter praktek untuk mendapatkan imunisasi.
- Kadang-kadang setelah divaksinasi timbul demam, tetapi tidak usah kawatir karena tidak
berbahaya.
b. Bagaimana cara pemberian Imunisasi?
Pemberian imunisasi melalui suntikan dan tetesan. Untuk BC disuntikkan di lengan kanan
atas bayi. DPT disuntikkan di lenan atas atau paha bayi. Campak disuntikan di bagian
lengan, hepatitis B disuntikkan di bagian paha bayi. Untuk TT ibu hamil dan Wanita Usia
Subur di lengan atas, paha bagian luar atau pantat (bokong).
c. Memotivasi ibu-ibu agar membawa dan menjaga semua wanita usia subur datang di Pos
Vaksinasi/Posyandu/Puskesmas/Rumah Sakit dan lain-lain pada tanggal yang telah
ditetapkan.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

- Mneginformasikan kepada ibu-ibu bahwa seorang bayi harus diimunisasi BCG 1 kali,
DPT 3 kali, Polio 4 kali, Campak 1 kali dan hepatitis B 3 kali.
- mencatat ibu/bayi yang datang, yang belum datang dan mentatat vaksinasi yang
diperolehnya.
- memanggil ibu-ibu yang belum datang untuk membawa bayinya ke Pos
Vaksinasi/Posyandu.
- Membantu pencatatan dalam vaksinasi DT, TT dan campak di Sekolah dasar.

KEPUSTAKAAN
1. Gunawan S ”Memasyarakatkan program Imunisasi dalam rangka Menurunkan Angka
Kematian Bayi dan Anak”
2. Ditjen PPM &PLP Departemen Kesehatan RI ”pedomanImunisasi di Indonesia”
3. Departemen Kesehatan, ”Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Program
Imunisasi”.

SKK GAWAT DARURAT

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

TUJUAN SKK GAWAT DARURAT


Pramuka Siaga
- Mengetahui alamat Puskesmas, Rumah Sakit, Pos P3K, Dokter, Perawat, Pelayanan
Ambulans
- Mengetahui cara melaporkan dalam keadaan gawat darurat
- Mengetahui cara menilai pernafasan dan nadi
- Mengetahui cara membalut luka dan menghentikan perdarahan

Pramuka Penggalang:
- Dapat menjelaskan alamat Puskesmas, Rumah Sakit, Pos P3K, Dokter, Perawat,
Pelayanan Ambulans
- Dapat menjelaskan cara melaporkan dalam keadaan gawat darurat
- Dapat menjelaskan cara menilai pernafasan dan nadi
- Dapat menjelaskan cara membalut luka dan menghentikan perdarahan
- Dapat menjelaskan Penanganan Syok
- Dapat menjelaskan Penilaian awal pasien Gawat Darurat
- Dapat Menjelaskan Resusitasi Jantung Paru
- Dapat Menjelaskan cara bidai
- Dapat Menjelaskan transport penderita gawat darurat

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

- Dapat melaporkan secara lisan melalui telepon


- Dapat menggunakan cara rujukan melalui morse.

Pramuka Penegak :
- Dapat mengaplikasikan tanda-tanda SKK Gawat Darurat untuk tingkat Penggalang
- Mengetahui alamat serta nomor telepon Dinas Kesehatan dan
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah serta menghubungi 2 institusi tersebut jika terjadi
bencana
- Dapat melaporkan kepada Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah mengenai jenis kejadian bencana, lokasi bencana, waktu kejadian dan luas
dampak bencana
- Berperan serta dalam memberikan pertolongan pertama dan mengevakuasi korban
bencana yang selamat, mencegah supaya keadaan korban tidak memburuk serta
mencegah timbulnya korban tambahan

Pramuka Pandega :
Selain menguasai persyaratan Pramuka Siaga, Pramuka Penggalang dan Pramuka
Penegak, seorang Pramuka Pandega dituntut untuk lebih banyak penanggulangan gawat
darurat lain, seperti:
A. Keadaan keracunan, kebakaran dan pingsan.
B. Memperagakan cara mempimpin regu Pramuka dalam mengatasi gawat darurat di jalan
raya.
C. Melakukan penyuluhan tentang gawat darurat kepada anggota Pramuka dan masyarakat
I. PRAMUKA SIAGA
A. ALAMAT:
Puskesmas, Rumah Sakit dan lain-lain yang terdekat dengan rumah dan sekolah perlu
diketahui agar dapat segera dihubungi bilamana diperlukan pertolongan dibidang
kesehatan, juga perlu mengetahui alamat ambulens.

B. CARA MENYAMPAIKAN LAPORAN


Untuk mendapatkan pertolongan perlu singkat tetapi mengandung semua keterangan
yang penting yaitu:
1. Nama dan alamat atau nomor telepon pelapor
2. Tempat kejadian
3. Jenis kejadian (kecelakaan lalu lintas, tenggelam, keracunan dan lain-lain).
4. Jumlah korban atau penderita
5. Keadaan penderita, sadar atau tidak.

C. CARA MENILAI PERNAFASAN DAN NADI

Sebelum pernafasan dinilai dan diperiksa, dilakukan tindakan membebaskan jalan nafas
pada penderita dengan menidurkan penderita terlentang dan mengangkat leher serta

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

mendorong kepala belakang. Selanjutnya dada penderita diperhatikan, serta punggung


tangan atau pipi penolong diletakkan dekat mulut dan hidung korban.

Penderita bernafas apabila:


1. Terlihat gerakan dada
2. Terdengar hirupan dan hembusan nafas
3. Terasa hembusan udara pernafasan pada punggung tangan atau pipi penolong.

Nadi yang perlu diperiksa, pada orang yang tidak sadar adalah nadi Karotis yang diraba
pada daerah leher bagian bawah samping di bawah rahang. Jumlah pernafasan dan
denyutan nadi setiap menit dicatat.

Meraba nadi karotis

D. CARA MENGHENTIKAN PERDARAHAN

Perdarahan dan luka dapat dihentikan dengan berbagai cara, antara lain:
1. Menekan dengan jari tangan pembuluh darah bawah kulit yang dekat dengan luka.
2. menekan langsung pada luka dengan kain atau sapu tangan yang bersih, yang dapat
dianggap bersih adalah lipatan bagian dalam kain yang sudah diseterika.
3. menekan langsung pada luka dengan kain kasa steril, kemudian diletakkan benda
keras di atasnya lalu dibalut secara erat.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

4. Pemakaian torniket, yang hanya dilakukan pada keadaan putusnya salah satu anggota
badan. Luka dibalut dan jangan lupa untuk memasukkan bagian yang putus ke dalam
kantong plastik berisi es untuk dibawa bersama penderita ke Rumah Sakit.

Cara mengatasi perdarahan nadi

E. MEMBALUT LUKA

Bertujuan untuk menghindari atau memecah terjadinya pencemaran kuman ke dalam suatu
luka. Alat yang dipakai adalah kain segi perban dan pembalut cepat. Tata cara membalut
dengan alat-alat ini perlu dilatih pada kepala,tangan, lengan, kaki, tungkai serta dada. Cara
terbaik untuk belajar membuat adalah dengan contoh langsung oleh pelatih.

Jenis Jenis Pembalut

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Segitiga (mitella) Kasa Gulung Pembalut elastik

II. PRAMUKA PENGGALANG

Selain menguasai bahan-bahan TKK Gawat Darurat untuk Pramuka Siaga, seorang
Pramuka Penggalang harus menguasai :
1. SYOK
a. Pengertian :
Syok terjadi karena kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang disebabkan
turunnya volume darah atau turunnya tekanan darah dan dapat menyebabkan
kematian.
Syok terjadi sering disebabkan perdarahan yang banyak, luka bakar yang berat dan
kehilangan cairan tubuh antara lain disebabkan muntah dan diare yang berat .
b. Gejala dan tanda :

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

• Kulit korban pucat atau kebiruan, dingin, lembab, gemetar


• Denyut nadi melemah
• Napas pendek dan cepat, merasa kekurangan udara (perlu udara)
• Korban merasa lemah dan pusing
• Korban mungkin merasa haus.
Pada keadaan yang lebih lanjut
• Korban merasa gelisah, tak berdaya lemah
• Tingkat kesadaran korban menurun dan menjadi tidak sadar
• Akhirnya napas akan berhenti dan jantung berhenti berdetak
Pertolongan Pertama:
1. Ingatlah untuk menilai DRsABC (lihat prinsip penanganan pasien gawat
darurat)
2. Jika terjadi cedera, baringkan korban dengan posisi kepala tetap rendah
(jangan gunakan bantal) dan angkat kaki secara perlahan posisi kaki
lebih rendah dari letak jantung.

Posisi Pemulihan untuk korban syok

3. Hal ini akan menjaga cukupnya peredaran darah di bagian-bagian vital


terutama pada otak
4. Tenangkan korban. Longgarkan pakaian yang ketat di sekitar leher,
dada dan pinggang korban
5. Cobalah untuk meletakkan selimut di bawah korban dan selimuti pula
tubuh korban. Jangan menumpuk selimut atau pakaian di atas korban;
hal ini dapat membahayakannya.
6. Panggil pertolongan (bantuan medis atau kendaraan)
7. Jangan berikan makanan atau minuman pada korban dan jangan
biarkan mereka merokok. Jika korban mengeluh haus, basahi bibir
korban
8. Periksa terus napas korban juga denyut nadi dan tingkat kesadaran ,
caranya ajak berbicara
9. Jika tidak memberi respons untuk membuka mata, atau tidak menjawab
sewaktu diberikan pertanyaan, atau tidak menunjukaan gerakan maka

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

korban tersebut berada dalam keadaan tidak sadar, maka letakkan


mereka pada posisi pemulihan. Perhatikan ABC.
10. Buat catatan mengenai temuan dan tindakan Anda untuk diberikan pada
petugas medis
11. Pada korban yang tidak bernapas, Anda mungkin perlu melakukan RJP
terhadap korban sebelum petugas medis datang.
JANGAN
• Memindahkan korban (kecuali untuk menghindari bahaya/ berada di
daerah berbahaya)
• Meninggalkan korban sendirian (kecuali jika Anda harus pergi mencari
bantuan atau merawat korban lainnya)
• Membiarkan korban makan atau minum
2. PRINSIP PENANGGULANGAN PENDERITA GAWAT DARURAT

Agar Anda dapat memberikan pertolongan dengan cepat, tepat dan aman dalam
keadaan atau situasi darurat. Anda harus memahami dengan benar apa yang harus
dilakukan.

Contoh kasus :
Jika Anda berjalan menyusuri jalan raya, tiba-tiba Anda melihat sekumpulan orang di
tepi jalan sedang menyaksikan korban kecelakaan lalu-lintas yang tergeletak
berlumuran darah.

Tindakan Anda untuk menguasai keadaan :


1. Cari tahu
• Apa yang telah terjadi?
• Apakah ada yang terluka?
• Adakah korban yang tersembunyi dari pandangan atau tergeletak di suatu
tempat?

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

ADA APA YA,...?


ADA KORBAN..?

2. Ciptakan keadaan aman


• Sebelum menolong korban, hindarkan atau kurangi segala macam bahaya
yang dapat terjadi pada Anda
• Tergantung keadaan, mungkin Anda perlu minta bantuan orang di sekitar
kejadian atau menghubungi Puskesmas, Unit Pelayanan Darurat, Ambulans
atau Polisi.
• Jika tidak mungkin untuk mengamankan lokasi, pindahkan korban ke tempat
yang lebih aman

3. Berikan Pertolongan Pertama


• Pastikan tindakan apa yang akan Anda lakukan
• Berikan pertolongan pada korban

4. Cari bantuan
• Lebih cepat lebih baik
• Mintalah seseorang untuk menghubungi rumah sakit atau mencari
kendaraan jika dibutuhkan

5. Setelah kejadian
• Bersihkan tempat kejadian kecelakaan
• Jika memungkinkan hilangkan penyebab kecelakaan atau cari tenaga
profesional untuk melakukannya
• Lengkapi kembali peralatan Pertolongan Pertama (PP), jika tersedia .

3. PENILAIAN AWAL PENDERITA GAWAT DARURAT

Jika Anda mampu menguasai keadaan, maka selanjutnya pikirkan cara untuk menolong
si korban. Langkah-langkah sederhana ini merupakan tindakan yang harus dilakukan.
Perhatikanlah kata kunci:

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

DRs A-B-C

DANGER (Bahaya)
• Lakukan penilaian apakah lokasi tempat kita melakukan pertolongan aman dan
tidak berbahaya bagi kita penolong maupun korban. Utamakan keselamatan diri
penolong maupun korban.
• Singkirkan benda-benda berbahaya disekitar korban dan di lokasi tempat
melakukan pertolongan, jika diperlukan, pindahkan korban untuk menjauh dari
tempat yang membahayakan.

RESPONSE (Tanggapan) si korban :


• Untuk mengetahui tingkat kesadaran korban, Ajukan pertanyaan “Anda
(bapak/ibu/kakak/adik) dapat mendengarkan saya”….? Bila korban memberikan
jawaban (korban sadar) lanjutkan pertanyaan “Apakah Anda memerlukan
pertolongan”..?
• Bila korban dipanggil dengan“Bu!“ / “Pak! “/ “Kak!”/ “ Dik!” tetapi tidak
memberikan jawaban atau korban tidak bergerak (tidak sadar) Lakukan tindakan
sebagai berikut;
• Tepuklah bahu atau tulang selangka korban dengan tangan Anda atau cubit
lengan bagian atas atau memberi rangsang nyeri untuk mengetahui apakah
ada reaksi/ respons dari korban berupa gerakan atau adanya suara korban.

Tolooong..
.. panggil
ambulans!!

Tidak
menjawab
Tidak
bergerak

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

SHOUT FOR HELP (meminta bantuan)


Bila korban tidak menunjukkan reaksi setelah diberikan rangsang nyeri, maka
panggilah bantuan segera,
Mintalah bantuan kepada seseorang yang berada di lokasi kejadian untuk
menghubungi ambulans atau rumah sakit terdekat dan pastikan bahwa bantuan
akan dating

Jika Anda sendirian, Anda harus mencari bantuan.

Jika pertolongan belum juga datang, telpon/ panggil ambulans untuk membawanya
ke Puskesmas/Rumah Sakit SAAT ITU JUGA.

Bila tidak ada ambulans maka Andalah yang harus melakukan pertolongan pertama
SEGERA .

Perhatian!
Jika ambulans tidak tersedia pilihlah kendaraan yang cukup lebar dan
memungkinkan untuk membawa korban pada posisi pemulihan
Bila anda harus melakukan pertolongan pertama, maka ikuti tahap-tahap
penanganan sebagai berikut;

Lakukan pemeriksaan dan penilaian tanda-tanda adanya ancaman kematian.


Periksa jalan napas (Airway), periksa fungsi pernapasan (Breathing) dan
sirkulasi/ peredaran darah (Circulation). Untuk memudahkan mengingat
tahapan penanganan ingat mulai dengan kata kunci A-B-C

AIRWAY (JALAN NAPAS)


Mulailah melakukan tindakan awal dengan melakukan pemeriksaan ada/ tidaknya
sumbatan atau gangguan jalan napas (Airway problem) pada korban .

1. Berlutut di sisi korban,


2. Periksa adakah aliran udara melalui hidung korban dengan cara meletakkan
punggung tangan kita didepan hidung korban atau dekatkan pipi kita didepan
hidung korban untuk merasakan adanya aliran udara atau dengarkan adanya
hembusan napas korban. Bila ada aliran udara yang kita rasakan, maka
korban masih bernapas dengarkan apakah suara napasnya berbunyi.
3. Bila tidak ada aliran udara, coba periksa adakah benda asing dalam rongga
mulut korban (gumpalan darah, muntahan atau benda asing lain), bila ada
keluarkan dari mulut korban gunakan dua jari untuk mengorek keluar benda
asing tersebut.
4. Korban yang tidak sadar, periksa juga pangkal lidah yang biasanya jatuh
kebelakang dan menutup jalan napas

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

5. Bila tidak ada aliran udara yang terasa melalui hidung, maka perbaiki
posisi kepala dengan cara menengadahkan kepala dengan cara sebagai
berikut, angkat dagu keatas, dorong dahi kebelakang (lihat gambar), semua
tindakan tersebut lakukan dengan perlahan
6. Cara membuka jalan napas

Mulailah melakukan tindakan awal dengan melakukan pemeriksaan ada/ tidaknya

BREATHING (PERNAPASAN)
1. Pertahankan posisi kepala (posisi menengadah)
2. Letakkan pipi anda didekat muka, di antara mulut dan hidung korban
3. Lihat bagian dada korban apakah ada gerakan napas (gerakan dada turun naik),
perhatikan apakah gerakannya teratur, apakah gerakan dada sebelah kiri dan kanan
sama (simetris)

Posisi untuk Lihat, Dengar, Rasakan Perhatikan napas korban

4. Dengarkan nafasnya, dan tetap perhatikan gerakan dadanya


5. Rasakan adanya hembusan udara pada pipi Anda dan amati selama 10 detik.
6. Dengan merasakan adanya aliran udara dan adanya gerakan dada menandakan
bahwa korban masih bernapas.

Jika korban tidak bernapas mulai lakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) segera.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Jika korban tidak sadar, tapi korban masih bernapas, maka

pindahkan korban pada Posisi

Pemulihan . CIRCULATION

(SIRKULASI)

Sirkulasi atau peredaran darah diperlukan diseluruh bagian tubuh untuk memenuhi kebutuhan
jaringan antara lain membawa oksigen. Gangguan sirkulasi dapat terjadi karena gangguan
pompa jantung atau kekurangan volume darah yang disebabkan oleh terjadinya perdarahan.
Kehilangan darah ini dapat mempengaruhi kekurangan peredaran oksigen ke seluruh tubuh:

• Bila terjadi perdarahan maka Anda harus menghentikan perdarahan secepat mungkin
karena kehilangan darah yang cukup banyak akan menyebabkan kekurangan oksigen di
jaringan dan mengancam terjadinya kematian.
• Bila Jantung mulai berhenti berdenyut maka Anda harus mengembalikan fungsi jantung
dengan melakukan pijat jantung .

Untuk mengetahui baik atau tidaknya pompa jantung, kita dapat memeriksa detak jantung
dengan meraba dengan sedikit tekanan didaerah pembuluh nadi leher atau nadi di tangan
selama 10 detik.

4. RESUSITASI JANTUNG PARU

Untuk menyelamatkan nyawa korban, diperlukan tindakan yang dikenal dengan sebutan
Resusitasi Jantung Paru (RJP) yaitu mengembalikan fungsi jantung dan paru pada keadaan
semula atau keadaan normal.

Untuk menentukan diperlukan atau tidaknya RJP maka ikuti langkah-langkah pemeriksaa
sebagai berikut.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

A. SISTEMATIKA RJP PADA ORANG DEWASA

RESPONS ? ada/tidak
( panggil, tepuk tulang selangka, cubit lengan
atas)

TIDAK ADA RESPONS


Berteriak minta pertolongan
BUKA JALAN NAPAS
(angkat dagu tekan dahi )

BERNAFAS ? YA /TIDAK
(Lihat, Dengar, dan Rasakan )

TIDAK BERNAPAS
(Pastikan bantuan atau kendaraan
untuk kerumah sakit )

BERI NAPAS BUATAN

2 kali
KOMPRESI DADA
(Pijat jantung) 30 kali Gunakan
pangkal telapak
tangan untuk
Perbandingan RJP pada orang Dewasa pijat jantung
30 : 2 (per siklus)

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

B. SISTEMATIKA RJP PADA BAYI

Pada bayi pijat jantung dengan menggunakan dua jari tangan. Terlebih dahulu minta izin
pada orang tua korban

RESPONS ada/tidak?
(pada bayi sentuh telapak
kaki)

TIDAK ADA RESPONS

minta pertolongan

BUKA JALAN NAPAS

(Angkat Dagu Tekan

Dahi )

BERNAPAS Ya / tidak ?

(Lihat, Dengar, dan

Rasakan)

TIDAK BERNAPAS
Beri 5 napas buatan(awal)

30 kompresi dada
(dengan dua jari)

2 napas buatan

RJP pada Bayi: 5 kali Napas awal 30 kompresi


dada: 2 napas buatan ( per

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

RJP pada anak usia 1(satu) tahun keatas akan disesuaikan dengan postur tubuhnya. Ketika
melakukan kompresi dada gunakan satu tangan.

5. BIDAI

Tujuan pemasangan bidai adalah untuk mempertahankan kedudukan tulang yang patah.
Bidai harus dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang yang terdekat dengan
tulang yang patah, dan tidak boleh terlalu kencang/ketat karena akan merusan jaringan
tubuh. Alat yang dipakai dapat:
a. Anggota badan penderita sendiri
b. papan, bambu dahan
c. karton, majalah, kain
d. bantal, guling, selimut dan lain-lain.

6. TRANSPORTASI PENDERITA

Sebelum penderita dipindahkan, perlu dipenuhi persyaratan-persyaratan: a.


Keadaan penderita telah stabil
b. Jalan Nafas tetap terjamin/terbuka
c. Pengawasan ketat terhadap jantung, nadi dan paru-paru tetap dapat dilaksanakan.
Pengangkutan penderita dapat memakai:
a. tenaga manusia: satu,dua, tiga atau empat orang
b. Tandu: khusus, papan, bambu/dahan, atau matras
c. Kendaraan: darat, laut atau udara.,

III.PRAMUKA PENEGAK
Selain menguasai persyaratan bagi penggalang seorang penegak dituntut untuk
menyebarluaskan pengetahuan yang telah dimilikinya kepada anggota Pramuka lain dan
masyarakat luas:

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

Bagi masyarakat umum yang perlu disampaikan adalah


A. Cara miminta pertolongan segera
B. Cara mengamankan penderita/korban dan tidak memperberat keadaannya. Tindakan
penanggulangan Gawat Darurat barulah dibenarkan untuk dilakukan apabila
pengetahuan tentang Resusitasi telah dikuasai dengan baik.
C. Mengetahui alamat serta nomor telepon Dinas Kesehatan dan
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah serta menguhubungi 2 institusi tersebut jika terjadi
bencana
D. Dapat melaporkan kepada Dinas Kesehatan dan Badan Penanggulangan Bencana
Daerah mengenai jenis kejadian bencana, lokasi bencana, waktu kejadian dan luas
dampak bencana
E. Berperan serta dalam memberikan pertolongan pertama dan mengevakuasi korban
bencana yang selamat, mencegah supaya keadaan korban tidak memburuk dan
mencegah timbulnya korban tambahan

IV.PRAMUKA PANDEGA
Selain menguasai persyaratan Pramuka Siaga, Penggalang dan Penegak, seorang
Pramuka Pandega dituntut untuk lebih banyak penanggulangan gawat darurat lain, seperti:
A. Keadaan keracunan, kebakaran dan pingsan.
B. Memperagakan cara mempimpin regu Pramuka dalam mengatasi gawat darurat di jalan
raya.
C. Melakukan penyuluhan tentang gawat darurat kepada anggota Pramuka dan masyarakat

1. LUKA BAKAR

Luka bakar adalah salah satu jenis cedera yang meliputi kerusakan pada permukaan
kulit paling atas dan dapat sampai mengenai lapisan dalam, akibat paparan suhu
yang tinggi. Penyebabnya: api, uap panas, benda panas, bahan kimia, listrik, kilat,
serta radiasi.

Luka bakar dibagi menjadi 3 derajat sebagai berikut:

1. Derajat satu, kerusakan hanya pada permukaan (superfisial).


i.Kemerahan
ii.Sakit dan lembut
iii.Sedikit terjadi Pembengkakan

2. Derajat dua, kerusakan mengenai bagian bawah kulit (kedalaman parsial).


• Kemerahan
• Lepuh
• Sangat nyeri
• Pembengkakan

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

• Penampakan kasar

3. Derajat tiga, kerusakan mengenai jaringan bawah kulit yang lebih dalam, antara lain
dapat mengenai otot dan bagian diantaranya (kedalaman penuh).
• Pucat dan mengkilap
• Jaringan menghitam atau gosong
• Mati rasa karena kerusakan saraf
Pertolongan Pertama pada luka bakar:
1. Lakukan penilaian DRsABC
2. Hentikan proses luka bakar
3. Siram dengan air selama 10 menit atau lebih
4. Secara perlahan buka pakaian, perhiasan, jam, dll yang
ada di daerah yang mengalami luka bakar
5. Jika perlu balut longgar dengan penutup steril
6. Bawa ke fasilitas kesehatan

JANGAN!
• gunakan material yang berserat atau menempel sebagai penutup
• memecah lepuh
• memberikan krim, lotion, lemak atau minyak pada luka
• menyentuh bagian yang terluka

2. KERACUNAN

Racun dapat berupa suatu zat (padat, cair, gas) yang jika masuk ke dalam tubuh akan
menyebabkan kerusakan jaringan yang menganggu fungsi organ tubuh sehingga
mempengaruhi kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.

Masuknya racun ke dalam tubuh melalui


1. Mulut (racun tertelan)
2. Hidung (racun terhirup)
3. Kulit (terserap)
4. Suntikan dan gigitan.

Gejala dan tanda keracunan umum:


• Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
• Mengantuk atau tidak sadar (penurunan respon)
• Gangguan pernapasan
• Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
• Sakit perut dan keram

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

• Mual, muntah, diare


• Nadi cepat dan lemah
• Bau khas dari mulut
• Lemas, lumpuh, kesemutan
• Pucat atau sianosis (kebiru-biruan)
• Kejang-kejang
• Syok
• Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu
• Luka pada kulit berupa bekas suntikan atau gigitan, kemerahan, nyeri dan
sebagainya
Pertolongan Pertama pada kasus keracunan:

• Lakukan penilaian DRsABC


• Pengamanan sekitar, terutama bila berhubungan dengan gigitan binatang
• Pengamanan penderita dan penolong terutama jika berada di daerah gas beracun
• Hindari penyebab keracunan. Pastikan korban mendapat udara segar
• Bila racun masuk melalui jalur kulit, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa bahan
beracun, bila ada, lalu bilaslah daerah yang terkena dengan air mengalir selama 20
menit
• Bila racun masuk melalui mulut usahakan untuk mengencerkan racun tersebut.
JANGAN memicu muntah
• Lakukan RJP bila perlu. Hati-hati pada keracunan melalui saluran napas dan mulut
• Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah
• Bila ada petunjuk seperti pembungkus, sisa muntahan dan sebagainya sebaiknya
diamankan untuk identifikasi
• Baringkan korban pada posisi pemulihan
• Bawa ke fasilitas kesehatan

3. PINGSAN

Pingsan merupakan kejadian yang umum dan sederhana untuk diatasi oleh seseorang
dengan pengetahuan Pertolongan Pertama. Hal ini terjadi ketika otak, untuk jangka waktu
yang singkat, tidak mendapatkan pasokan darah yang cukup disebabkan karena berdiri untuk
waktu yang lama, lapar, bangkit dan berdiri terlalu cepat, lingkungan yang panas, dll. Pingsan
mungkin juga terjadi di masa awal kehamilan.

Gejala dan tanda:

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010
KRIDA PENANGGULANGAN PENYAKIT
Oleh: Kak Idi Setiyobroto (SBH Kwaran Gamping)

• Limbung
• Pandangan gelap, dunia serasa berputar
• Kulit pucat dan berkeringat
• Nadi pelan tapi kuat
• Kehilangan kesadaran sesaat

Pertolongan Pertama pada pingsan:

1. Lakukan penilaian DRsABC


2. Baringkan korban
3. Tinggikan tungkai korban sekitar 20 - 30 cm
4. Longgarkan pakaian yang mengikat
5. Pastikan korban mendapat udara segar
6. Jangan diberi minum jika korban belum sadar penuh.
7. Jangan memberikan rangsangan berupa bau-bauan apapun
V. KEPUSTAKAAN
1. Panduan penanggulangan Penderita Gawat Darurat Dit. Rumah Sakit. Ditjen yanmedik,
Departemen Kesehatan RI 2009
2. Pedoman Pelatihan Pertolongan Pertama : Johanniter Unfall Hilfe 2009
3. First Aid Training, Balsibankes Unit Ambulans 119, Unit Ambulans 119 Dinkes DKI
Jakarta, , Jakarta

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang - Direktorat Jenderal PP-PL


Kementerian Kesehatan RI - Tahun 2010

Anda mungkin juga menyukai