Anda di halaman 1dari 8

BAB I

TEORI DASAR KAUM MILENIAL DAN KESELAMATAN

PENERBANGAN

2.1 Pengertian Kaum Milenial

Generasi Milenial sangat dikenal pada zaman sekarang. Ini disebabkan

generasi milenial merupakan generasi yang sangat unik dibandingkan generasi

sebelumnya. Banyak orang mengatakan generasi milenial adalah generasi penerus

kepemimpinan bangsa. Berdasarkan website resmi Kementrian Komunikasi dan

Informasi Republik Indonesia, Istilah generasi millennial memang sedang akrab

terdengar. Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar

sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa

bukunya. Millennial generation atau generasi Y juga akrab disebut generation me

atau echo boomers. Secara harfiah memang tidak ada demografi khusus dalam

menentukan kelompok generasi yang satu ini.

Menurut Agnes Winastiti dalam artikelnya di student.cnnindonesia.com pada

23 Agustus 2016 Generasi millennial adalah terminologi yang saat ini banyak

diperbincangkan. Millennials (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi

Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Peneliti sosial sering

mengelompokkan generasi yang lahir antara 1980-2000 sebagai generasi millennial.

Jadi bisa dikatakan generasi millennial adalah generasi muda masa kini yang saat ini
berusia antara 15–34 tahun. Generasi milenial adalah generasi yang berbeda jauh dari

generasi sebelumnya yaitu generasi Y. mulai dari sikap dan perilaku, kegigihan dalam

berusaha, pendidikan, penguasaan teknologi , dan sebagainya. Oleh karena itu

generasi Y sangat khawatir dengan kecerdasan kaum milenial.

2.2 Ciri-ciri dan Perilaku Kaum Milenial

Generasi milenial mudah untuk dikenali melalui ciri-ciri yang khas, terutama

penggunaan gadget. Dalam kehidupannya selalu bergantung terhadap alat komunikasi

yang satu ini. Namun generasi ini memiliki ciri-ciri lain yang patut kita ketahui.

Menurut Menteri Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia

(Kominfo), Rudiantara, S.Stat, MBA yang ditulis di website Bernas.id pada tanggal 01

Februar 2018 mengatakan bahwa ciri-ciri generasi milenial selain dilihat dari umur

adalah sebagai berikut:

Lebih toleran terhadap sesuatu

Banyaknya media sosial membuat beberapa pihak membuat komunitas untuk

menyeimbangkan keganasan media yang terkadang saling menjatuhkan satu sama

lain.

Lebih dominan dalam menggunakan teknologi

Terakhir, menjadi suatu kepastian bahwa semua orang memerhatikan hal ini. Di mana-

mana semuanya serba teknologi. Semua orang dimanjakan oleh teknologi.

Mulai handphone, laptop, pertokoan, pendidikan, semuanya diakses dengan teknologi.

Generasi millenial, sudah pasti menjadi pengguna terbanyak di antara generasi lainnya.
Arum Faiza,Sabila J Firda, dkk (2018:5) mengatakan bahwa Ketika milenial

berada ditempat umum, mereka selalu menyempatkan waktunya untuk berswafoto,

atau yang biasa disebut selfie. Dan bagi hampir semua kaum milenial wajib memiliki

sejumlah media sosial, seperti Facebook, Twitter, BBM, WhatsApp, dan lain

sebagainya.

Generasi milenial selalu memanfaatkan teknologi dengan efisien misalnya

generasi milenial suka melakukan pembayaran dengan nontunai seperti gopay dan ovo.

Dengan mudahnya teknologi pada saat ini, pada dunia penerbangan, teknologi yang

digunakan sangat canggih. Generasi milenial memanfaatkan teknologi tersebut dengan

instan, seperti memesan tiket penerbangan secara online.

2.3 Pengertian kesadaran

J.P. Chaplin (2002:450) mengatakan kesadaran diri adalah kesadaran mengenai

proses-proses mental sendiri atau mengenai eksistensi sebagai individu yang unik.

Dalam buku Emotional Intelligence Why it Can Matter More Than IQ, Goleman

(1996:58) memaparkan Kesadaran diri merupakan pondasi hampir semua unsur

kecerdasan emosional, langkah awal yang penting untuk memahami diri sendiri dan

untuk berubah. Sudah jelas bahwa seseorang tidak mungkin bisa mengendalikan

sesuatu yang tidak ia kenal.


2.4 Pengertian Penerbangan

Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah

udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan,

keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas

umum lainnya. (UU NO. 1 Tahun 2009 [TENTANG PENERBANGAN]] BAB 1

PASAL 1 AYAT 1 ) .Namun pada karya tulis ini, penerbangan yang dimaksud adalah

yang menggunakan pesawat udara.

2.5 Jenis Penerbangan

Penerbangan memiliki berbagai macam jenis tergantung tujuan, bentuk pesawat dan

penumpangnya. Jenis-jenis penerbangan antara lain :

1. Penerbangan Sipil

Penerbangan Sipil adalah salah satu dari dua kategori utama penerbangan, mewakili

semua penerbangan non-militer, baik pribadi maupun komersial. (ICAO). Artinya

pengerbangn sipil adalah penerbangan yang penumpangnya adalah masyarakat sipil.

Penerbangan sipil juga dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Penerbangan Komersial

Penerbangan Komersial adalah Penerbangan yang melibatkan pengoperasian pesawat

untuk disewakan. Jenis penerbangan ini biasanya dioperasikan oleh maskapai

penerbangan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.

b. Penerbangan Umum
Penerbangan umum atau yang biasa disingkat GA ‘General Aviation’ adalah

penerbangan dengan tujuan untuk perjalanan bisnis, melakukan pemetaan, melakukan

survey dan melakukan perjalanan bisnis. Salah satu contoh dari penerbangan yang

dilakukan menggunakan pesawat sendiri atau biasa disebut penerbangan pribadi

2. Penerbangan Militer

Penerbangan militer adalah penerbangan yang dilakukan oleh komponen pertahanan

negara. Penerbangan ini bertujuan untuk melindungi negara dari ancaman, memberikan

bantuan ataupun hal-hal lainnya yang berhubungan dengan keamanan dalam negara.

2.6 Pengertian Keselamatan Penerbangan

Menurut UU no 1 Tahun 2009 Program keselamatan penerbangan nasional

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 308 ayat (2) memuat:

a. peraturan keselamatan penerbangan;

b. sasaran keselamatan penerbangan;

c. sistem pelaporan keselamatan penerbangan;

d. analisis data dan pertukaran informasi keselamatan penerbangan (safety data

analysis and exchange);

e. kegiatan investigasi kecelakaan dan kejadian penerbangan (accident and incident

investigation);

f. promosi keselamatan penerbangan (safety promotion);

g. pengawasan keselamatan penerbangan (safety oversight); dan


h. penegakan hukum (law enforcement).

2.7 Sejarah Keselamatan Penerbangan


Keselamatan dalam penerbangan berkembang, seiring dengan berkembangnya

transportasi penerbangan itu sendiri. Pada awal mula diciptakannya transportasi udara,

yaitu pesawat terbang, walaupun masih dalam tahap percobaan dan pengembangan,

upaya untuk meningkatkan keselamatan dalam penerbangan telah dilakukan, salah satu

contohnya pada model glider yang diciptakan oleh Wright bersaudara pada awal mula

diciptakannya pesawat, berdasarkan keterangan R.G Grant (2017:24) percobaan glider

yang dilakukan oleh Wilbur Wright sempat mengalami kegagalan karena peristiwa

stall yang dialami oleh glidernya, namun hal itu justru membuktikan bahwa salah satu

komponen yang disebut front elevator mampu meningkatkan keselamatan dalam

penerbangan, karena dengan adanya komponen tersebut Wilbur Wright mampu

kembali mengendalikan pesawat dan terhindar dari kegagalan yang dapat

menyebabkan kematian.

Pada awal abad XX, pesawat mulai dikembangkan untuk kebutuhan perang,

seiring dengan terjadinya peristiwa Perang Dunia I pada rentang waktu tersebut.

Peralatan keselamatan yang digunakan pada jenis-jenis pesawat perang pada masa ini,

yang paling utama adalah persenjataan, R.G Grant (2017:72) mengatakan bahwa

pemasangan senjata pada pesawat bertujuan untuk melindungi pesawat-pesawat perang

dan menembak jatuh pesawat musuh. Pada beberapa pesawat perang pada awal abad

XX, para awak kabin memerlukan kacamata dan suplai oksigen ketika sedang
mengudara, sebagai upaya meningkatkan keselamatan para pilot, karena pada

umumnya ruangan kabin dalam pesawat masih bersifat open air atau terbuka sehingga

diperlukan alat-alat tersebut untuk dapat mengoperasikan pesawat secara baik.

Setelah pengembangan yang sangat pesat oleh berbagai perusahaan pesawat

terbang, pada tahun 1920-an penerbangan yang dapat membawa penumpang akhirnya

dimulai. Setelah berakhirnya Perang Dunia I pesawat-pesawat bekas masa perang yang

memiliki ukuran cukup besar, diubah menjadi pesawat pembawa penumpang. Pada

tahun 1925 telah terdapat aturan mengenai keselamatan pesawat pembawa penumpang

salah satunya dengan menyarankan agar pesawat pembawa penumpang menggunakan

mesin tri-motor agar jika salah satu mesin gagal, pesawat masih dapat terbang

menggunakan dua mesin lainnya. (R.G.Grant:2017).

Menurut Winarto dalam artikelnya di www.ilmuterbang.com pada 4 Januari

2015 salah satu konvensi awal yang mengawali adanya aturan keselamatan terbang

yang berlaku secara internasional adalah ICAN (International Comission for Air

Navigation). Pada 1944 dilakukan konferensi International Civil Aviation Conference

(ICAC) di Chicago dan membuahkan hasil yaitu didirikannya badan yang mengurus

aturan dan standar penerbangan secara internasional, yaitu ICAO (International Civil

Aviation Organization). Di Indonesia sendiri, lembaga yang mengatur mengenai aturan

dan standar keselamatan penerbangan adalah Ditjen Perhubungan Udara yang berdiri

pada 1952 dengan nama Djawatan Penerbangan Sipil.


2.8 Aturan Keselamatan Penerbangan di Indonesia

Berdasarkan website resmi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, di

Indonesia, keselamatan dalam penerbangan serta seluruh teknis dan standarnya diatur

oleh beberapa peraturan perundang-undangan, yaitu UU No.1 Tahun 2009 tentang

penerbangan, PP No.3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan,

Keputusan Menteri No.8/2010 tentang Program Keselamatan Penerbangan Nasional,

dan Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara KP 282 Tahun 2017 / 9

Oktober 2017, tentang. Indikator Kinerja Keselamatan (Safety Performance

Indicator/SPI) Dan Tingkat Keselamatan Yang Dapat Diterima (Acceptable Level of

Safety Performance /ALOS) Bidang Bandar Udara.

Anda mungkin juga menyukai