Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH

PANCASILA
“Nilai Keadilan dalam Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu”
Untuk memenuhi tugas Pancasila
Dosen Pengampu : Selly Rahmawati, M.Pd

Di susun oleh
Kelompok 7 :
1. Achsanul khulqi (16144600001)
2. Yoga Indra Prasetya (16144600017)
3. Siti Badingatussolikah (16144600012)
4. Yerina Swaratifani (16144600023)
5. Yuanita Widiastuti (16144600032)
6. Mela Indriyani (16144600035)

A1-16
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Awalnya ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia masih ralatif sederhana. Bangsa
Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai pancasila, karena pancasila memiliki
bermacam-macam fungsi dan kedudukan antara lain sebagai dasar negara, pandangan hidup
bangsa,ideologi negara dan kepribadian bangsa. Oleh karena itu pancasila secara normatif
dijadikan sebagai acuan atas tindakan baik dan secara filosofis dapat dijadikan perpektik kajian
atas nilai dan norma yang berkembang di masyarakat. Akal manusia telah mampu menjangkau
hal-hal yang sebelumnya merupakan sesuatu yang tidak mungkin menjadi hal yang mungkin.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasawarsa terakhir
telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.
Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan
keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada
konteks global dan lokal. Selain itu, pada abad pengetahuan ini, diperlukan masyarakat cendekia
yang yang tidak enggan untuk belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih,
sehingga diperlukan sumber nilai atau orientasi dasar yang disertai dengan kemampuan dalam
mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi yang ambigu dan
antisipatif terhadap ketidakpastian.
Pancasila sebagai ideologi bangsa harus dapat dijadikan acuan yang mengakomodir dan
mengantisipasi laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga setiap warga
negara dapat mengimbangi sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan “keadilan” ?
2. Bagaimana Penerapan nilai pancasila sila ke lima dalam pengembangan ilmu ?
3. Bagaimana implementasi dalam sila ke lima?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui arti dari sebuah keadilan.
2. Untuk mengetahui penerapan nilai pancasila dalam sila ke lima dalam pengembangan ilmu.
3. Untuk mengetahui Impementasi dalam pendidikan berdasarkan sila ke lima dalam Pancasila.

D. Manfaat
 Pembaca
Dapat mengetahui pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu sehingga dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan penuh rasa tanggung jawab
 Penulis
Dapat mengetahui cara memecahkan masalah dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dengan menerapkan dan mengembangkan ilmu berdasarkan nilai-nilai pancasila.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Keadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral, mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat
kepentingan yang besar. Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial,
sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran. Tapi, menurut kebanyakan teori, keadilan
belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang adil". Kebanyakan orang percaya bahwa
ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia
yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan
memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita
ketidakadilan. Di samping itu, pada penerapanya, keadilan sendiri harus sesuai proporsionalitas.
Sebagai contoh, akan tidak adil apabila tiga anak dengan tinggi yang berbeda diberikan satu
kursi yang sama. Dengan demikian, keadilan haruslah media yang meletakkan segala sesuatunya
pada tempatnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adil berarti tidak berat sebelah atau tidak
memihak atau sewenang-wenang. Selain itu menurut para akhli ada 5 pendapat
1. Thomas Aquinas, keadilan dibedakan menjadi 2 kelompok :
a) Keadilan Umum : keadilan menurut humum yang harus dilaksanakan demi kepentingan
bersama.
b) Keadilan distribuktif : keadilan berdasarkan kesamaan atau proposionalitas.
2. Plato, keadilan diumpamakan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang
bisa mengendalikan diri dan perasaan dengan akalnya. Keadilan hanya ada didalam hukum dan
perundang-undanganyang dibuat oleh para ahli yang khusus memikirkan hal itu.
3. Aristoteles,keadilan adalah kelayakan dalam manusia, dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Keadila Distributif : pembagian menurut hak atau jasa individu. (berperan pada individu dan
masyarakat).
b. Keadilan kumulatif : pembagian berdasarkan suka rela maupun tidak. (berperan dalam hukum
perdata, perjanjian tukar-menukar).
4. Kong Hu Chu, keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila ibu
sebagai ibu, bil raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya.
5. Notohamidjojo, keadila dibedakan menjadi 2 :
a) Keadilan kreatif : keadilan yang memberikan setiap orang kebebasan menciptakan sesuatu
sesuai dengan daya kreatifitasnya.
b) Keadilan protektif : keadilan yang memberikan
Sila Kelima dalam Dasar Negara RI mengandung makna setiap manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan perbuatannya luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu diperlukan sikap adil terhadap sesama,
menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
Nilai-nilai keadilan haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup
bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan,
mencerdaskan, dan melindungi seluruh warganya dan wilayahnya. Demikian pula nilai-nilai
keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antara negara sesama bangsa didunia dan
prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa didunia
dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta
keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial).

B. Penerapan Nilai Pancasila Sila Ke-5 dalam Pengembangan Ilmu


Tujuan diikutsertakannya nilai keadilan dalam sila kelima Pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu antara lain:
a) Mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabat manusia.
b) Ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakekatnya tidak bebas nilai, namun terikat nilai
Pancasila.
Dalam implementasi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat harus
menjaga keseimbangan kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan
dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.
Nilai-nilai Pancasila menjadi sumber motivasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi nasional dalam mencerdaskan bangsa yang mempunyai nilai-nilai Pancasila tinggi
serta menegakkan kemerdekaan secara utuh, berdaulat dan bermartabat nasional dalam wujud
negara Indonesia yang merdeka.
Nilai-nilai Pancasila merupakan dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
karena nilai-nilai ini mendorong dan mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang baik dan terarah. Dengan nilai-nilai Pancasila tersebut, masyarakat perlu menyadari bahwa
untuk meningkatakan IPTEK di Indonesia, masyarakat hendaknya memiliki dan memegang
prinsip dan tekad yang kukuh serta berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dimulai dari sejak
dini.
Teori tanpa aplikasi pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tidak patut dipelajari. Oleh
sebab itu, penerapan aplikatif Pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah hal penting
mengingat Pancasila sebagai paradigma pembangunan ilmu itu sendiri. “Keadilan Sosial”
merupakan suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat yang adil dan makmur, berbahagia
untuk semua orang, penempatan sesuai dengan proporsionalitas, dan tidak ada pencederaan
terhadap Pancasila. Nilai-nilai “Keadilan Sosial” sebagaimana tiga pilar keilmuan, Butir-Butir
Pancasila, dan Pasal-Pasal dalam UUD 1945 sepatutnya menjadi pedoman penerapan nilai-nilai
yang dimaksud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan diikutsertakannya nilai
keadilan dalam sila kelima Pancasila, masyarakat diharapkan memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi berdasarkan asas tidak bebas nilai, namun terikat pada nilai Pancasila. Akan tetapi,
pada praktiknya, masih banyak fenomena yang mencederai pelaksaan sila “Keadilan Sosial”
dalam konteks peningkatan kualitas ilmu bangsa ini.
C. Implementasi dalam Sila Kelima
Sila ini memiliki makna bahwa seluruh rakyat indonesia mendapatkan perlakuan yang adil
dalam bidang hukum, politik, ekonomi, kebudayaan dan kebutuhan spiritual rohani sehingga
tercipta masyarakat yang adil dan makmur. Implementasi sila kelima sebagai brikut :
a. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhuryang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotong-royongan. Agar setiap warga berbuat baik satu sama lain. Perbuatan
luhur seperti yang telah diprintahkan Tuhan dan menjauhi apa yang dilarang. Perbuatan baik dan
luhur dapat dilakukan pada setiap manusia dengan cara saling membantu bergotong-royong, dan
b. Bersikap adil. Menghendaki dalam melaksanakan kegiatan antar manusia untuk tidak saling pilih
kasih. Pengertian adil juga sesuai dengan kebutuhan manusia untuk hidup layak, dan tidak pilih-
pilih terhadap sesama manusia yang akan ditolong.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Menghendaki bahwa manusia indonesia
jangan hanya mendahulukan hak-haknya seperti hak hidup bebas, berserikat, perlakuan yang
sama, kepemilikan dll, tetapi menjaga kewajiban yang harus dilakukan secara seimbang.
Kewajiban yang harus dilakukan adalah berhubungan baik dengan sesama manusia, membela
yang teraniaya, memberikan nasihat yang benardan menghormati kebebasan beragama. Apabila
kewajiban dan hak berjalan seiringan, maka hidup damai dan rukun akan tercipta.
d. Menghormati hak-hak orang lain. Menghendaki setiap manusia untuk menghormatihak orang
dan memberikan peluang orang lain dalam mencapai hak, dan tidak berusaha menghalang-
halangi hak orang lain. Misalnya : Perbuatan seperti mencuri harta orang lain, menyiksa, pelit
bersedekah, merusak tempat beridah agama lain.
e. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain. Mengembangkan sikap dan budaya bangsa
yang saling tolong menolong seperti gotong royong dan menjauhkan diri dari sikap egoisdan
individualisme. Contohnya seperti membantu orang buat menyebrang jalan, memberi makan
anak yatim dan orang yang membutuhkan, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok di
sembarang tempat.
f. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain. Manusia indonesia bukanlah homo
hominilupus(manusia yang memakan manusia lain). Manusia indonesia tidak boleh memeras
oarng lain demi kepentingan sendiri. Contoh perbuatan memeras ini seperti melakukan
perampokan, memberikan bunga terlalu tinggi kepada peminjam terutama kalangan orang kecil,
serta tidak memberikan upah yang layak kepada pkerja terutama buruh dan pembantu rumah
tangga.
g. Tidak bersikap boros. Menghendaki manusia indonesia tidak memakai atau mengeluarkan uang,
barang dan sumber daya scara berlebihan. Pemborosan akan menguras sumber daya,
menimbulkan banyak utang, dan menciptakan beban berat bagi masa depan.
h. Tidak bergaya hidup mewah. Menghendaki manusia indonesia untuk tidak bergaya hidup
mewah, tetapi secukupnyasesuai dengan kebutuhan. Ukuran mewah memang relatif, namun
dapat disejajarkan dengan tingkat kehidupan dan keadilan pada setiap strata kebutuhan manusia.
Perbuatan membuang makanan, makan berlebihan, memakai pakaian, perumahan, dan mobil
yang berlebihan, juga wujud kehidupan mewah
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum. Menghendaki warna indonesia
menjaga kepentingan umum dan prasarana umum, sehingga sarana tersebut berguna bagi
masyarakat luas. perilaku yang merugikan kepentingan umum misalnya merusak telepone
umum, rambu lalu lintas, mencuri kabel kereta apiatau berkelahi antarwarga.
j. Suka bekerja keras. Menghendaki warga indonesia untuk bekerja keras, berusaha secara
maksimal dan tidak hanya pasrah terhadap takdir. Sebagai manusia yang bertaqwa kepada Tuhan,
diwajibkan berusaha dan diiringi dengan doa. Tidak seperti bolos kuliah, suka mencontek,
meminta-minta.

D. Studi Kasus
Banyak pendidik yang masih kesulitan melakukan pembelajaran di daerah 3T dikarenakan
fasilitas dan prasarananya belum memenuhi dan juga belum mencukupinya tunjangan gaji bagi
guru honorer 3T dan kadang juga guru honorer masih bekerja serabutan untuk membiayai hidup
mereka dan keluarganya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan aplikatif Pancasila dalam kehidupan sehari – hari adalah hal penting mengingat
Pancasila sebagai paradigma pembangunan ilmu itu sendiri. Nilai – nilai “Keadilan Sosial”
sebagaimana tiga pilar keilmuan. Pancasila dan pasal – pasal UUD 1945 sepatutnya menjadi
pedoman penerapan nilai – nilai yang di maksud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan diikutsertakannya nilai keadilan dalam sila kelima Pancasila masyarakat diharapkan
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan asas tidak bebas nilai, namun terikat
pada nilai Pancasila. Jadi Nilai Keadilan dalam Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
yaitu nilai yang menekankan tentang hak dan hakikat untuk seluruh masyarakat Indonesia, yang
tidak memihak atau sewenang-wenang untuk pemerataan keadilan pengembangan ilmu bagi
seluruh rakyat Indonesia.

Daftar Pustaka
https://www.scribd.com/doc/292313873/Nilai-Keadilan-Sebagai-Dasar-Pengembangan-
Ilmu
https://prezi.com/doc/Pancasila-Sebagai-Pengembangan-Ilmu

NILAI KEADILAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN ILMU

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia tidak
terlepas dari dasar Negara yaitu Pancasila. Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik
Indonesia yang secara resmi disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersama-
sama dengan batang tubuh UUD 1945. Bangsa Indonesia telah menemukan jati dirinya, yang
didalamya tersimpul ciri khas, sifat, dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, yang
oleh para pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun
mendalam.
Berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat
dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar inilah maka sangat penting bagi para generasi
penerus bangsa terutama kalangan intelektual kampus untuk mengkaji, memahami, dan
mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu
kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri.
Intelektual kampus yaitu mahasiswa yang selalu berupaya untuk mendapat ilmu yang nantinya
dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.
Tidak hanya mendapatkan ilmu, namun seorang mahasiswa juga harus berusaha untuk
dapat mengembangkan ilmu tersebut. Banyak sekali sudut pandang atau pedoman yang dapat
digunakan dalam mengembangkan ilmu, tetapi sebagai mahasiswa dan warga negara Republik
Indonesia diharapkan mampu mengembangkan ilmu serta memahami, menganalisis, dan
menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat bangsanya secara berkesinambungan
dan konsisten berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasarnya sehingga sesuai dengan cita-cita
dan tujuan bangsa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah

1. Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam sila kelima Pancasila sebagai dasar pengembangan
ilmu?
2. Bagaimana peranan sila keadilan Pancasila dalam konteks peningkatan standar keilmuan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam sila kelima Pancasila sebagai tolak ukur
pengembangan imu
2. Menyadari peranan sila kelima Pancasila dalam artian Pancasila sebagai peningkat standar
keilmuan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keadilan


Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral, mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar teori, keadilan memiliki tingkat
kepentingan yang besar. Keadilan adalah kelebihan (virtue) pertama dari institusi sosial,
sebagaimana halnya kebenaran pada sistem pemikiran. Tapi, menurut kebanyakan teori, keadilan
belum lagi tercapai: "Kita tidak hidup di dunia yang adil". Kebanyakan orang percaya bahwa
ketidakadilan harus dilawan dan dihukum, dan banyak gerakan sosial dan politis di seluruh dunia
yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan variasi teori keadilan
memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut dari keadilan dan realita
ketidakadilan. Di samping itu, pada penerapanya, keadilan sendiri harus sesuai proporsionalitas.
Sebagai contoh, akan tidak adil apabila tiga anak dengan tinggi yang berbeda diberikan satu
kursi yang sama. Dengan demikian, keadilan haruslah media yang meletakkan segala sesuatunya
pada tempatnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adil berarti tidak berat sebelah
atau tidak memihak atau sewenang-wenang.
Berikut ini beberapa pengertian keadilan menurut para filsof dan para ahli hukum :
1. Keadilan menurut Aristoteles (filsuf yang termasyur) dalam tulisannya Retorica membedakan
keadilan dalam dua macam :
a. Keadilan distributif atau justitia distributiva; Keadilan distributif adalah suatu keadilan yang
memberikan kepada setiap orang didasarkan atas jasa-jasanya atau pembagian menurut haknya
masing-masing. Keadilan distributif berperan dalam hubungan antara masyarakat dengan
perorangan.
b. Keadilan kumulatif atau justitia cummulativa; Keadilan kumulatif adalah suatu keadilan yang
diterima oleh masing-masing anggota tanpa mempedulikan jasa masing-masing. Keadilan ini
didasarkan pada transaksi (sunallagamata) baik yang sukarela atau tidak. Keadilan ini terjadi
pada lapangan hukum perdata, misalnya dalam perjanjian tukar-menukar.
2. Keadilan menurut Thomas Aquinas (filsuf hukum alam), membedakan keadilan dalam dua
kelompok :
a. Keadilan umum (justitia generalis); Keadilan umum adalah keadilan menururt kehendak
undang-undang, yang harus ditunaikan demi kepentingan umum.
b. Keadilan khusus; Keadilan khusus adalah keadilan atas dasar kesamaan atau proporsionalitas.
Keadilan ini debedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
 Keadilan distributif (justitia distributiva) adalah keadilan yang secara proporsional yang
diterapkan dalam lapangan hukum publik secara umum.
 Keadilan komutatif (justitia cummulativa) adalah keadilan dengan mempersamakan antara
prestasi dengan kontraprestasi.
 Keadilan vindikativ (justitia vindicativa) adalah keadilan dalam hal menjatuhkan hukuman atau
ganti kerugian dalam tindak pidana. Seseorang dianggap adil apabila ia dipidana badan atau
denda sesuai dengan besarnya hukuman yang telah ditentukan atas tindak pidana yang
dilakukannya.
3. Keadilan menurut Notohamidjojo (1973: 12), yaitu :
a. Keadilan keratif (iustitia creativa); Keadilan keratif adalah keadilan yang memberikan kepada
setiap orang untuk bebas menciptakan sesuatu sesuai dengan daya kreativitasnya.
b. Keadilan protektif (iustitia protectiva); Keadilan protektif adalah keadilan yang memberikan
pengayoman kepada setiap orang, yaitu perlindungan yang diperlukan dalam masyarakat.
4. Keadilan menurut John Raws (Priyono, 1993: 35), adalah ukuran yang harus diberikan untuk
mencapai keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan bersama. Ada tiga prinsip
keadilan yaitu :
a. kebebasan yang sama yang sebesar-besarnya
b. perbedaan
c. persamaan yang adil atas kesempatan

Pada kenyataannya, ketiga prinsip itu tidak dapat diwujudkan secara bersama-sama karena
dapat terjadi prinsip yang satu berbenturan dengan prinsip yang lain. John Raws
memprioritaskan bahwa prinsip kebebasan yang sama yang sebesar-besarnya secara leksikal
berlaku terlebih dahulu dari pada prinsip kedua dan ketiga.
5. Keadilan dari sudut pandang bangsa Indonesia disebut juga keadilan sosial, secara jelas
dicantumkan dalam pancasila sila ke-2 dan ke-5 , serta UUD 1945. Keadilan adalah penilaian
dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan apa yang menjadi haknya, yakni dengan
bertindak proposional dan tidak melanggar hukum. Keadilan berkaitan erat dengan hak, dalam
konsepsi bangsa Indonesia hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Dalam konteks
pembangunan bangsa Indonesia keadilan tidak bersifat sektoral tetapi meliputi ideologi,
EKPOLESOSBUDHANKAM. Untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Adil
dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.
6. Keadilan menurut Ibnu Taymiyyah (661-728 H) adalah memberikan sesuatu kepada setiap
anggota masyarakat sesuai dengan haknya yang harus diperolehnya tanpa diminta; tidak berat
sebelah atau tidak memihak kepada salah satu pihak; mengetahui hak dan kewajiban, mengerti
mana yang benar dan mana yang salah, bertindak jujur dan tetap menurut peraturan yang telah
ditetapkan. Keadilan merupakan nilai-nilai kemanusiaan yang asasi dan menjadi pilar bagi
berbagai aspek kehidupan, baik individual, keluarga, dan masyarakat. Keadilan tidak hanya
menjadi idaman setiap insan bahkan kitab suci umat Islam menjadikan keadilan sebagai tujuan
risalah samawi.

2.2 Nilai-Nilai Sila Kelima Pancasila dalam Konteks Pengembangan Ilmu


PANCASILA adalah Dasar Negara Kesatun Republik Indonesia. Proses lahirnya Pancasila
menjadi sejarah yang tidak akan pernah terlupakan oleh bangsa Indonesia dan tentu saja tidak
terlepas dari peran para tokoh perjuangan bangsa yang telah melahirkan Pancasila sebagai Dasar
Negara. Pancasila merupakan hasil kesepakatan bersama para Pendiri Bangsa yang kemudian
sering disebut sebagai sebuah “Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia.
Pancasila berarti Lima Prinsip atau Lima Asas atau Lima Dasar atau Lima Sila. Lima Sila
tersebut adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kata
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Panca berarti lima dan Sila berarti prinsip atau asas.
Pancasila berarti Lima Prinsip atau Lima Asas atau Lima Dasar atau Lima Sila. Lima Sila
tersebut adalah: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Masing-masing
sila mengandung nilai-nilai yang menjadi pedoman bagi bangsa Indonesia untuk mengamalkan
Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ada 36 butir pengamalan Pancasila seperti
yang tertuang dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) pada TAP MPR No.
II/MPR/1978.
Menurut TAP MPR No. II/MPR/1978, Pancasila disebut EKAPRASETIA
PANCAKARSA. Ekaprasetia Pancakarsa berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya “TEKAD
TUNGGAL UNTUK MELAKSANAKAN LIMA KEHENDAK”. Sungguh indah bahasa
tersebut. Namun kemudian Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia
Pancakarsa) dalam TAP MPR No. II/MPR/1978 dinyatakan tidak berlaku lagi setelah
dikeluarkannya TAP MPR No. XVIII/MPR/1998. Dalam TAP MPR No. XVIII/MPR/1998 ini
terdapat 45 butir pengamalan Pancasila. Berikut ini Butir-Butir Pengamalan Pancasila yang patut
diamalkan dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat untuk Sila Kelima yakni
Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:
1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan
dan kegotongroyongan.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

9. Suka bekerja keras.

10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.

Sila Kelima dalam Dasar Negara RI mengandung makna setiap manusia Indonesia
menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan
masyarakat Indonesia. Untuk itu dikembangkan perbuatannya luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan gotong royong. Untuk itu diperlukan sikap adil terhadap sesama,
menjaga kesinambungan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.

Nilai-nilai keadilan haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup
bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan,
mencerdaskan, dan melindungi seluruh warganya dan wilayahnya. Demikian pula nilai-nilai
keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antara negara sesama bangsa didunia dan
prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa didunia
dengan berdasarkan suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta
keadilan dalam hidup bersama (keadilan sosial).

Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu negara
berkebangsaan, mengharuskan negara untuk menciptakan suatu peraturan perundang-undangan.
Dalam pengertian inilah maka negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus merupakan
suatu negara yang berdasarkan atas hukum. Konsekuensi sebagai suatu negara hukum yang
berkeadilan sosial yakni negara Indonesia harus mengakui dan melindungi hak-hak asasi
manusia yang tercantum dalam tiga ayat Pasal 31 UUD 1945, yakni:

(1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.

(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

Nilai keadilan Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu haruslah diikuti:


a. Keseimbangan antarkepentingan individu dan masyarakat. Individualitas merupakan landasan
yang memungkinkan timbulnya kreativitas dan inovasi

b. Pengembangan berorientasi Pancasila

c. Pancasila yang terbuka namun kritis

Landasan nilai keadilan untuk pengembangan ilmu antara lain:


a. Objektif yaitu memandang masalah apa adanya, terlepas dari perasaan, keinginan, emosi, sistem
keyakinan.
b. Rasional yaitu menggunakan akal sehat yang dapat dipahami dan diterima oleh orang lain.
c. Logis yaitu berfikir dengan menggunakan azas logika, konsisten, implikatif.

d. Metodologis yaitu cara khas berfikir dan bertindak (induktif, dekutif, sintesis, hermeneutik,
intuitif).

e. Sistematis yaitu tahapan langkah prioritas yang jelas dan saling terkait satu sama lain. Memiliki
target dan arah tujuan yang jelas.

2.3 Peranan Sila Kelima Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu


Tujuan diikutsertakannya nilai keadilan dalam sila kelima Pancasila sebagai dasar
pengembangan ilmu antara lain:
a. Mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan martabat manusia.

b. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakekatnya tidak bebas nilai, namun terikat nilai
Pancasila.

Dalam implementasi pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat harus


menjaga keseimbangan kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan
dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan
masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.
Pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi harus sejauh mungkin
memenuhi kriteria ketepatgunaan dari berbagai segi antara lain:
a. Segi teknis dapat dilaksanakan

b. Segi sosial acceptable

c. Segi ekonomi dapat dipertanggungjawabkan

d. Segi ekologi tidak menurunkan kualitas hidup

Untuk aspek aksiologi, dengan menggunakan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
sebagai metode berpikir, maka pemanfaatan dan efek pengembangan ilmu pengetahuan secara
positif tidak bertentangan dan bahkan mendukung dan memfasilitasi idealisme Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila menjadi sumber motivasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi nasional dalam mencerdaskan bangsa yang mempunyai nilai-nilai Pancasila tinggi
serta menegakkan kemerdekaan secara utuh, berdaulat dan bermartabat nasional dalam wujud
negara Indonesia yang merdeka.
Nilai-nilai Pancasila merupakan dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
karena nilai-nilai ini mendorong dan mendasari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang baik dan terarah. Dengan nilai-nilai Pancasila tersebut, masyarakat perlu menyadari bahwa
untuk meningkatakan IPTEK di Indonesia, masyarakat hendaknya memiliki dan memegang
prinsip dan tekad yang kukuh serta berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila dimulai dari sejak
dini.

2.4 Krisis Penerapan Pancasila


Dekonstruksi moral yang menjangkit para pelaku pendidikan adalah salah satu amsal yang
menyebabkan semrawutnya pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia. Minimnya kesadaran
dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan, pada akhirnya mengubah prioritas dan
fungsi pendidikan sebagai medium pencerdasan rakyat menjadi lahan pasar modal. Lambat laun,
kualitas pendidikan Indonesia semakin menurun. Dalam indeks pembangungan Pendidikan
Untuk Semua atau Education For All (EFA), tercatat bahwa Indonesia selalu mengalami
penurunan tiap tahunnya. Pada tahun 2011 Indonesia berada di peringkat 69 dari 127 negara dan
merosot 4 posisi bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang berada pada posisi 65. Indeks yang
dikeluarkan pada tahun 2011 oleh UNESCO ini lebih rendah bila dibandingkan dengan Brunei
Darussalam (34), serta terpaut empat peringkat dari Malaysia (65).
Berbagai faktor yang melatarbelakanginya. Mulai dari masalah kualitas guru yang masih
rendah, kualitas kurikulum yang belum standar, kualitas infrastruktur yang belum memadai
hingga biaya pendidikan yang mahal. Kemunculan hasil observasi tersebut sejak lama memang
telah menjadi perbincangan publik. Namun tidak juga menemukan solusi yang tepat. Dengan
kata lain, kualitas fasilitas belajar masih rendah. Sebaliknya, angka koruptor pendidikan kian
meninggi. Indonesian Corruption Watch (ICW) menyatakan sepanjang 2012, terjadi 40 kasus
tindak korupsi, dengan perkiraan kerugian negara sebesar Rp 138,97 miliar. Dari puluhan kasus
itu, angka kasus korupsi terbesar terjadi di Dinas Pendidikan sebanyak 20 kasus, dengan
kerugian sebesar Rp 44,80 miliar. Kemudian di perguruan tinggi sembilan kasus, sekolah delapan
kasus, kanwil Kemenag dua kasus, dan DPRD sebanyak satu kasus. Adapun jenis kasus korupsi
yang terjadi didominasi oleh kasus penggelapan dana senilai Rp 44,30 miliar. Kasus lainnya
yaitu penyelewengan, pungli, pengadaan dana fiktif dan mark up anggaran.
Kasus-kasus serupa kian menggurita. Dana APBN yang seharusnya disalurkan untuk
penyelenggaraan pendidikan berubah menjadi ladang pemasukan sejumlah kalangan. Akhirnya,
pendidikan yang semestinya menjadi hak setiap warga negara beralih menjadi komoditi dagang.
UUD 1945 khususnya Pasal 28 C Ayat (1) yang menyatakan, “Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak memperoleh pendidikan
dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.” Pasal 31 ayat (2) UUD
1945 (pasca perubahan) juga merumuskan bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti
pendidikan dasar, sedangkan pemerintah wajib membiayainya. Pasal 31 ayat (3) dan (4)
menegaskan bahwa pemerintah memiliki kewajiban untuk mengusahakan penyelenggaraan
pengajaran nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memprioritaskan
anggaran sekurang-kurangnya 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Demikian pula ketentuan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
menegaskan jaminan hak atas pendidikan. Serta pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak terdapat penegasan bahwa negara — dalam hal ini
pemerintah — memiliki tanggung jawab memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-
cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu, anak terlantar, dan anak yang
bertempat tinggal di daerah terpencil, tinggal wacana semata.
Pendidikan adalah barang mahal. Biaya keperluan pendidikan yang semakin hari semakin
tinggi mengakibatkan rakyat golongan menengah ke bawah tidak mampu menjangkaunya. Data
pendidikan tahun 2010 menyebutkan 1,3 juta anak usia 7-15 tahun terancam putus sekolah.
Bahkan, laporan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan menunjukan bahwa setiap menit ada
empat anak yang putus sekolah.
Apabila bangsa Indonesia benar-benar mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila, tentunya degradasi moral masyarakat dalam pelaksanaan peningkatan taraf pendidikan
dapat diminimalisir. Terlebih lagi, penjarahan kualitas pendidikan oleh para kapitalis global dapat
diberantas mungkin.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teori tanpa aplikasi pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tidak patut dipelajari. Oleh
sebab itu, penerapan aplikatif Pancasila dalam kehidupan sehari-hari adalah hal penting
mengingat Pancasila sebagai paradigma pembangunan ilmu itu sendiri. “Keadilan Sosial”
merupakan suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat yang adil dan makmur, berbahagia
untuk semua orang, penempatan sesuai dengan proporsionalitas, dan tidak ada pencederaan
terhadap Pancasila. Nilai-nilai “Keadilan Sosial” sebagaimana tiga pilar keilmuan, Butir-Butir
Pancasila, dan Pasal-Pasal dalam UUD 1945 sepatutnya menjadi pedoman penerapan nilai-nilai
yang dimaksud dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan diikut sertakannya nilai
keadilan dalam sila kelima Pancasila, masyarakat diharapkan memanfaatkan ilmu pengetahuan
dan teknologi berdasarkan asas tidak bebas nilai, namun terikat pada nilai Pancasila. Akan tetapi,
pada praktiknya, masih banyak fenomena yang mencederai pelaksaan sila “Keadilan Sosial”
dalam konteks peningkatan kualitas ilmu bangsa ini.

3.2 Saran
Tidak ada gading yang tidak retak. Namun dari keretakan itulah nampak keasliannya. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah Pancasila ini, masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan sebagai tolak ukur motivasi
dalam pembuatan makalah yang lebih baik lagi dikemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA
Jakarta45. 2012. Ideologi : 45 Butir Pengamalan Pancasila. Online:
http://jakarta45.wordpress.com/2012/07/24/ideologi-45-butir-pengamalan-pancasila/
https://www.scribd.com/doc/292313873/Nilai-Keadilan-Sebagai-Dasar-Pengembangan-Ilmu
Pustaka Indonesia. 2013. Nilai Dasar Sila Kelima dalam Pancasila. Online:
http://www.pusakaindonesia.org/nilai-dasar-sila-kelima-dalam-pancasila/
Wikipedia. 2014. Keadilan. Online: http://id.wikipedia.org/wiki/Keadilan

Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengkomplementasikan pengembangan Iptek haruslah
menjaga keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya,
manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan
alam lingkungannya (T. Jacob, 1986)

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, IPTEK didasarkan pada keseimbangan keadilan dalam
kehidupan kemanusiaan. (T. Jacob, 2000;156)

Contoh dari sila kelima ini adalah ditemukannya varietas bibit unggul padi Cilosari dari teknik radiasi.
Penemuan ini adalah hasil buah karya anak bangsa. Diharapkan dalam perkembangan swasembada
pangan ini nantinya akan mensejahterakan rakyat Indonesia dan memberikan rasa keadilan setelah
ditingkatkannya jumlah produksi sehingga pada perjalanannya rakyat dari berbagai golongan dapat
menikmati beras berkualitas dengan harga yang terjangkau.

Anda mungkin juga menyukai