Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan bipolar, yang sering disebut dengan gangguan manik depresi,
adalah suatu gangguan mood yang dikarakterisasikan oleh adanya fluktuasi
mood yang ekstrim dari euforia menjadi depresi berat, dan diperantarai oleh
periode mood yang normal (eutimik). Gangguan bipolar merupakan salah satu
masalah kesehatan mental yang penting, yang terjadi hampir 2% - 4% dari
populasi. Hal ini mungkin disebabkan seringnya terjadi kekambuhan dan
banyaknya dampak yang merugikan yang dapat disebabkan olehnya, dimana
gangguan bipolar mengakibatkan dampak yang berat untuk pasien, keluarga,
dan masyarakat.
Depresi inilah yang sangat berbahaya karena orang yang menderita depresi
akan sulit berfungsi secara sosial dan berisiko tinggi untuk mengakhiri
hidupnya atau bunuh diri. Sering kali diagnosis psikiatri baru muncul setelah
seorang individu melakukan bunuh diri. Analisis tingkah laku,suasana hati,
dan pikiran individu yang melakukan bunuh diri didasarkan atas laporan dari
keluarga dan temanteman inidividu tersebut serta tulisan atau catatan-catatan
individual.
Prevalensi gangguan bipolar bervariasi, 1-4 persen. Episode pertama yang
muncul pada laki-laki biasanya mania dan pada perempuan depresi. Prevalensi
gangguan bipolar di Indonesia hanya sekitar 2% sama dengan prevalensi
skizofrenia. Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan
bipolar adalah dari masa anak-anak (usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau
lebih. Usia pertama depresi pada lelaki lebih muda (22 tahun) dibandingkan
dengan perempuan (26-27 tahun). Rata-rata usia yang terkena adalah usia 30
tahun. Gangguan bipolar cenderung mengenai semua ras.
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang
signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data WHO (2016),
terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21

1
juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia,
dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan
keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus
bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang.
Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi ganggunan mental
emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan
untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari
jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau
sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. DEFINISI
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan
suasana perasaan yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-
kurangnya dua episode) dimana afek 3 pasien dan tingkat aktivitas jelas
terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai
penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu
lain berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas
(depresi).
Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorders-Text Revision edisi ke-4 (DSM-IV-TR) adalah gangguan mood
yang terdiri dari paling sedikit satu episode manik, hipomanik atau campuran
yang biasanya disertai dengan adanya riwayat episode depresi mayor.
Gangguan bipolar menurut and Statistical Manual of Mental Disorders-5
(DSM-5) merupakan gangguan yang tersifat berulang (sekurang-kurangnya
dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas
terganggu,pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai
penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania),dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi).

II. KLASIFIKASI BIPOLAR


Berdasarkan DSM-5 klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
a. Gangguan Afektif bipolar,episode kini hipomanik.
 Episode yang terjadi sekarang harus memenuhi kriteria untuk
hipomania
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manik, depresif, atau campuran) di masa lampau.

3
b. Gangguan afektif bipolar,episode kini manik tanpa gejala psikotik.
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa
gejala psikotik
 Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manik,depresif atau campuran) di masa lampau.
c. Gangguan Afektif bipolar,episode kini manik dengan gejala psikotik.
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik.
 Harus ada Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manik,depresif atau campuran) di masa lampau.
d. Gangguan afektif bipolar,episode kini depresif ringan atau sedang
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif ringan ataupun sedang.
 Harus ada Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manik,depresif atau campuran) di masa lampau.
e. Gangguan afektif bipolar,episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik.
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat tanpa gejala psikotik.
 Harus ada Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manik,depresif atau campuran) di masa lampau.
f. Gangguan afektif bipolar,episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik.
 Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk depresif berat
dengan gejala psikotik.
 Harus ada Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manik,depresif atau campuran) di masa lampau.
g. Gangguan afektif bipolar,episode kini campuran.
 Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manic,hipomanik
dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala
mania/hipomania,dan depresi sama-sama mencolok selama masa

4
terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung
sekurang-kurangnya dua minggu).
 Harus ada Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manik,depresif atau campuran) di masa lampau.
h. Gangguan afektif bipolar,kini dalam remisi.
 Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa
bulan terakhir ini,tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu
episode afektif hipomanik,manic, atau campuran di masa lampau dan
ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manik,depresif atau campuran).
i. Gangguan afektif bipolar lainnya
j. Gangguan afektif bipolar YTT.

III. ETIOLOGI
Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan
pasti. Banyak faktor yang mempengaruhi dalam gangguan bipolar yaitu
faktor genetik, faktor biokimia, faktor neurofisiologi, faktor psikodinamik,
dan faktor lingkungan. Faktor yang mempengaruhi bipolar secara umum
dibagi menjadi :
a) Faktor biologis
Adanya gangguan disebabkan oleh kelainan zat kimiawi pada sel saraf
otak dan faktor genetik. Individu yang salah satu orang tuanya menderita
bipolar memiliki resiko 15-30% untuk juga menderita gangguan bipolar.
Apabila kedua orang tuanya menderita bipolar maka kemungkinan
anaknya 50-75% akan mengalami gangguan yang sama. Pada kembar
indentik resiko 33-90% saudara kembar kemungkinan mengalami bipolar.
Sebanyak 10-15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar
pernah mengalami satu episode ganagguan afek / mood. Selain faktor
biologis genetic gangguan bipolar juga dipengaruhi oleh neurokimia yang
mengalami gangguan reseptor neurotransmitter. penurunan sensitivitas
terhadap dopamine erat hubungannya dengan depresi,sebaliknya jika

5
terjadi peningkatan sesitivitas terhadap dopamine maka memungkinkan
untuk meningkatkan rasa bahagia yang berlebihan atau mania. Penurunan
serotonin dan norephineprine bisa menyebabkan depresi.
b) Faktor psikososial
Peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental yang lain
ditenggarai bisa menyebabkan perubahan biologis pada otak dan signal
terhadap saraf. Informasi yang dialami akan disimpan didalam otak yang
akan terpanggil kembali pada suatu kejadian yang membangkitkan
memori. Proses memori juga bisa terjadi walaupun tidak ada sesuatu
rangsangan pemicu dari luar.

IV. MANIFESTASI KLINIS


 Tanda Perilaku
- Memiliki energi yang sangat besar setelah tidur singkat
- Tidak memerlukan tidur lama
- Mengalami insomnia
- Peningkatan atau penurunan nafsu makan
- Tidak memperhatikan hygiene, kerapihan atau kesehatan
- Bertingkah laku impulsive
- Berpakaian mencolok
 Tanda Kognitif
- Klien melaporkan bahwa pikiran mereka saling berkejaran, menunjukan
penilaian yang buruk.
- Tingkat kewaspadaan tinggi
- Mudah distraksi
- Memiliki ide yang tidak praktis
 Tanda Emosional
- Mengalami alam perasaan yang labil yang dapat berubah secara cepat,
mulai dari elasi atau eforia hingga iritabilitas, marah atau amuk. Afek
mungkin berpindah dari bahagia hingga depresi, negative, atau
permusuhan. Biasanya menunjukan perasaan sangat bersemangat dan

6
sangat percaya diri. Episode mania yaitu pada kelompok ini terdapat efek
yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan
aktivitas fisik mental,dalam berbagai derajat keparahan. Sedangkan
episode depresi ditandai dengan gejala utama yaitu:afek depresi,
kehilangan minat dan kegembiraan,serta kekurangan energy yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya aktivitas. Hipomania
yaitu derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek meninggi atau
berubah disertai peningkatan aktivitas menetap selama sekurang-
kurangnya beberapa hari berturur-turut, pada suatu derajat intensitas dan
bertahan melebihi siklotimia serta tidak ada halusinasi atau waham
(Mansjoer, 1999).

V. STRATEGI KOMUNIKASI
 Komunikasi dengan cara yang konsisten, dan dengan harapan yang
sesuai
 Bantu klien untuk tetap berfokus pada topic tunggal
 Buat batasan pada keluhan bermusuhan dan komentar sarkatik
 Jangan dorong klien untuk menggunakan lelucon atau sindiran seksual
 Jangan kuatkan ekspresi perasaan klien yang dramatis
 Batasi keinginan klien untuk campur tangan kedalam interaksi orang
lain
 Jangan kuatkan pikiran waham atau euforia klien
 Gunakan konfrontasi yang lembut

VI. TERAPI
1. Terapi individual
 Tingkatkan pemahaman tentang gangguan dan gejala perilaku
 Eksplorasi perasaan tidak nyaman
 Identifikasi dan berusaha mengurangi perilaku manipulative

7
 Bantu pengembangan hubungan yang baru dan keterampilan
social
 Dorong pembelajaran dan penggunaan keterampilan dalam
penyelesaian masalah
2. Terapi Keluarga
 Kaji fungsi keluarga, pola komunikasi dan peran yang diharapkan
 Tentukan bagaimana perilaku ekstrim atau krisis klien yang
ditangani
 Kaji derajat kedekatan dan pengabaian anggota keluarga
 Mengidentifikasi kekhawatiran dan masalah yang dilihat keluarga
 Atasi perasaan malu keluarga atau kondisi yang menyalahkan
gangguan kronis klien

PENGOBATAN
 Litium karbonat, obat anti manik : obat gangguan bipolar
 Pengobatan anti psikotik, digunakan untuk klien yang mengalami
hiperaktivitas hebat dan untuk menangani perilaku manik
 Antikonvulsan kadang diberikan karena keefektifannya dalam anti manik
 Pengobatan anti ansietas misalnya Clonazepam (Clonopin), Lorazepam
(Ativan), digunakan untuk klien yang mengalami episode manik akut dan
untuk klien yang sulit ditangani
 Kombinasi litium dan anti konvulsan sudah digunakan untuk gangguan
bipolar siklus cepat
ASUHAN KELUARGA
 Bantu keluarga untuk memahami gangguan bipolar dan pengaruhnya
pada pasangan dan hubungan keluarga
 Dorong anggota keluarga untuk mendiskusikan rasa takut dan perasaan
mereka
 Ajarkan keluarga untuk menangani konflik tanpa konfrontasi/ adu
kekuatan

8
 Bantu keluarga untuk mengkaji kebutuhan mereka dan mengembangkan
cara-cara melindungi diri dari episode manik klien
 Ajarkan keluarga tentang kebutuhan pengobatan
 Ajarkan keluarga tentang keterampilan berkomunikasi
 Ajarkan keluarga untuk mengetahui tanda-tanda prodromal dan gejala
kambuhnya gangguan bipolar
 Diskusikan metode- metode untuk memperoleh dukungan

9
BAB IV
KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Gangguan bipolar atau gangguan manik depresi adalah gangguan alam
yang ekstrem dari perasaan europia berubah menjadi depresi berat ataupun
sebaliknya dan diperantarai oleh mood yang normal. Gangguan ini hampir
terjadi pada 2% - 4% dari populasi.Untuk penyebab pasti gangguan bipolar
sampai saat ini belum terungkap secara jelas namun dimungkinkan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi. Dimungkinkan faktor genetik,
biokimia, neurofisiologi, psikodinamik dan faktor lingkungan berpengaruh
terhadap terjadinya gangguan bipolar. Masalah interpersonal, peristiwa
kehidupan, managemen stres, karakteristik bipolar dan stresor sangat
berpengaruh besar terhadap gangguan bipolar.
Penatalaksanaan gangguan bipolar dapat dilakukan dengan
psikososialterapi yang meliputi psikoedukasi, terapi kognitif-perilaku, terapi
terfokus-keluarga, dan terapi ritme interpersonal dan sosial.Tantangan
terberat dalam pengobatan gangguan bipolar ini adalah kepatuhan pasien
meminum obat secara teratur, sehingga diperlukan pengawasan dandukungan
keluarga yang baik. Pada masa pengobatan, perawat berperan sangat penting
dalam memastikan berjalannya pengobatan sesuai yang diharapkan. Pada
tahap awal, perawat harus memenegement pemberian obat pada pasien
sekaligus juga memberikan edukasi kepada keluarga tentang tata cara minum
obat dan pentingnya minum obat secara teratur.

10
BAB III
PEMBAHASAN

Gangguan jiwa secara umum dibagi menjadi dua kategori yaitu gangguan
jiwa ringan dan gangguan jiwa berat. Gangguan jiwa ringan seperti cemas,
depresi,psikosomatis dan kekerasan. Sedangkan gangguan jiwa berat seperti
skizofrenia,manik depresi dan psikotik lainnya. Gangguan bipolar juga sering
disebut dengan gangguan manik depresi merupakan suatu gangguan mood (alam
perasaan) yang ekstrim dari euphoria menjadi depresi berat,dan diperantarai oleh
periode mood yang normal (eutimik).
Gangguan bipolar merupakan salah satu masalah kesehatan mental
yang penting yang terjadi hampir 2%-4% dari populasi. Setiap orang pada
umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik dan suasana hati yang tidak
baik. Tetapi pada orang dengan gangguan bipolar disorder memiliki suasana hati
yang ekstrim yaitu berupa pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Pada
saat tertentu orang yang mengalami bipolar disorder bisa merasa sangat antusias
dan bersemangat (mania). Namun ketika alam perasaannya berubah buruk, ia bisa
sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai punya keinginan untuk bunuh
diri. Didalam jurnal A Review oí Evidence-Based Therapeutic Interventions for
Bipolar Disorder yang disusun oleh Andrea Steinkuller dan Jane E. Rheineck
tahun 2009, Bipolar merupakan penyebab keenam kecacatan di Amerika serikat,
penyebab kelima kecacatan pada rentang usia 15 – 44 tahun. Secara global bipolar
merupakan penyebab kesembilan kecacatan dan kematian (WHO,2001).
Orang yang mengalami gangguan afektif bipolar diperkirakan 60 kali
lebih tinggi kecenderungan untuk melakukan bunuh diri dibanding populasi
umum (Baldessarini,Pompili dan Tondo,2006). Woods (2000) memperkirakan
biaya sosial dari gangguan bipolar sekitar 45 miliar dollar setiap tahun di Amerika
serikat. Statistik ini menunjukkan bahwa gangguan bipolar merupakan masalah
kesehatan masyarakat. Bipolar merupakan sebuah kecacatan yang kompleks.
Murray dan Michalak (2007) menyatakan bahwa “jika gangguan bipolar
berkembang pada wanita umur 25 tahun ia mungkin akan kehilangan 9 tahun

11
harapan hidup (karena masalah medis), 14 tahun produktivitas, dan 12 tahun
kesehatan yang baik. Sebagai konsekuensi dari penyakit bipolar yang mereka
alami hal ini menyebabkan masalah yang kompleks, seperti jarang masuk
kerja,upah menjadi rendah,meningkatkan penggangguran, ketidakstabilan
hubungan ditandai dengan peningkatan perceraian,tingkat pendidikan yang
rendah, cacat dan kematian dini.
Klasifikasi gangguan bipolar menurut DSM-5 terdapat 10 jenis gangguan.
Secara umum menurut DSM-5 untuk menegakkan diagnosa gangguan bipolar
pada pasien itu harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain
(hipomanik,manic,depresif, atau campuran) pada masa lampau. Untuk itu
diperlukan pengkajian yang mendalam dan tentunya diperlukan keterbukaan dari
keluarga pasien. Untuk menentukan klasifikasi bipolar kita terlebih dahulu harus
mengerti teori tentang mania (hipomania, mania dengan gejala psikotik, dan
mania tanpa gejala psikotik) dan depresi (depresi ringan, depresi sedang, depresi
berat tanpa gejala psikotik dan depresi berat dengan gejala psikotik).
Penyebab pasti dari gangguan bipolar sampai sekarang belum dapat
diketahui. Kemungkinan banyak faktor yang mempengaruhi gangguan bipolar
yaitu faktor genetik,biokimia,neurofisiologi,psikodinamik dan lingkungan. Hal ini
bisa digambarkan oleh sebuah jurnal keperawatan yang membahas tentang pasien
laki-laki berusia 39 tahun dengan bipolar episode mania disertai gejala psikotik.
Setelah dilakukan pengkajian oleh penulis riwayat keluarga yang mengalami
gangguan jiwa disangkal,riwayat penggunaan obat terlarang disangkal, riwayat
minum alkohol diakui, riwayat tidak sadarkan diri diakui, riwayat demam tinggi
diakui, riwayat kejang diakui, riwayat trauma kepala diakui, riwayat CT-scan
kepala namun tidak ditemukan adanya kelainan dan riwayat sakit kepala/nyeri
kepala hebat disangkal. Faktor biologis terutama genetik sangat berperan
meningkatkan resiko gangguan bipolar, Di dalam jurnal clinical characteristics
and correlates of late life bipolar disorder yang disusun oleh Ali Javadpour,
Mina Dehghani, Arash Mani, dan Mohamad Reza Shenavar (universitas ilmu
pengetahuan kesehatan Shiraz, Iran) gangguan bipolar pada lansia dibagi dalam
dua tipe yaitu onset awal dan onset akhir, onset akhir terjadi setelah berumur lebih

12
dari 50 tahun. Menurut jurnal tersebut riwayat keluarga lebih dominan sebagai
faktor resiko terjadinya gangguan bipolar pada onset awal, kerusakan pembuluh
darah otak seperti pada stroke merupakan faktor resiko pada onset akhir. Tetapi
menurut beberapa sumber bipolar disebabkan oleh peristiwa hidup yang penuh
stress atau trauma mental lainnya (DSM 5).
Penatalaksanaan bipolar meliputi penatalaksanaan psikofarmaka
(medikasi) dan psikoterapi. Obat-obatan yang sering dipakai dalam
penatalaksanaan bipolar meliputi penstabil mood, anti psikotik dan anti depresan.
Masalah interpersonal, peristiwa kehidupan, manajemen stress, karakteristik
gangguan bipolar dan stressor sangat berpengaruh dan bisa memperburuk
gangguan bipolar (Basco, Ladd, Myers, & Tyler, 2007). Biasanya farmakologi
sangat penting untuk mengelola gangguan bipolar (Miklowitz &Ofto, 2006).
Namun obat saja sering tidak memadai untuk memulihkan dan menjaga kesehatan
fisik dan kualitas hidup. Sebagai contoh satu studi menemukan bahwa 60%
penderita bipolar tidak mendapatkan kembali pekerjaannya dan tidak aktif dalam
kegiatan sosial kemasyarakatan (MacQueen, Young, & Joffe, 2001). Tantangan
terberat pengobatan gangguan bipolar adalah kepatuhan dalam minum obat secara
teratur, sehingga sangat diperlukan pengawasan dan dukungan keluarga.
Psikososial terapi meliputi lingkungan dan dukungan keluarga.
Lingkungan yang bising bisa mengganggu tidur dan waktu istirahat ini ada
hubungannya dengan prilaku manic. Psikososial terapi meliputi psikoedukasi,
terapi kognitif-prilaku, terapi terfokus-keluarga, dan terapi interpersonal dan
irama sosial.
1. Psikoedukasi ditujukan untuk memberikan informasi tentang kesehatan
mental untuk pasien,mengajarkan pengakuan gejala dan memfasilitasi
perkembangan manajemen individual terhadap penyakit. Psikoedukasi
terdiri dari mengajarkan pasien bagaimana menggunakan alat manajemen
diri seperti buku kerja perawatan diri,pendidikan melalui kaset atau video
tentang manajemen gangguan bipolar,pengobatan dan menyusun rencana
untuk pencegahan kekambuhan (Miklowitz et al., 2007). Psikoedukasi

13
telah menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan sikap pasien dalam
kepatuhan terhadap regimen obat (Miklowitz et al., 2007).
2. Terapi prilaku-kognitif, ditujukan untuk mengubah pola pikir atau prilaku
yang menyebabkan berbagai masalah dalam hidup seseorang. Terapi ini
adalah gabungan dari psikoterapi dan terapi prilaku yang dijalankan
dengan cara konseling. Langkah-langkah dalam terapi ini meliputi,
mendeteksi masalah,menyadari perasaan dan pikiran yang
muncul,mengelola pola pikir yang salah atau negatif, dan membentuk
kembali pola pikir yang salah atau negatif.
3. Terapi keluarga-terfokus, terdiri dari psikoeducation,pelatihan
keterampilan komunikasi, pemecahan masalah dan keterampilan
manajemen penyakit (Morris, Miklowitz, & Waxmonsky, 2007). Menurut
morris et al.,2007 ada enam elemen penting dalam terapi keluarga-
terfokus,meliputi :
 Membantu klien dan keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman mereka tentang gangguan alam perasaan.
 Menerima kemungkinan terjadinya kekambuhan.
 Menerima pentingnya obat untuk mengontrol gejala.
 Membedakan antara keadaan normal dan gangguan.
 Mengenali dan mengatasi stressor yang dapat memicu
kekambuhan.
 Membangun kembali hubungan kekeluargaan setelah episode akut.
4. Terapi rytme interpersonal dan sosial, terapi ini didasarkan pada gagasan
bahwa gangguan dalam rutinitas sehari-hari dan masalah dalam hubungan
interpersonal dapat menyebabkan kambuhnya episode manic dan depresi
yang menjadi ciri gangguan bipolar. Selama perawatan terapis
mengarahkan pasien untuk memahami perubahan dalam rutinitas sehari-
hari dan kualitas hubungan sosial serta peran sosial mereka, seperti sebagai
orang tua,pasangan atau pengasuh sehingga dapat mempengaruhi suasana
hati (mood) mereka. Setelah mengidentifikasi situasi yang dapat memicu

14
depresi atau mania terapis mengajarkan individu bagaimana cara
mengelola stress dan memelihara hubungan yang positif.
Peran perawat pada pasien dengan gangguan afektif bipolar antara lain,
sebagai care giver perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
dalam episode akut sesuai dengan kondisi yang terjadi dan kebutuhan pasien yang
tidak terpenuhi. Masalah-masalah keperawatan yang berhubungan dengan respon
emosional antara lain: ketidakberdayaan, berduka disfungsional, keputusasaan,
resiko tinggi terhadap cidera, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,
defisit perawatan diri, gangguan pola tidur dan resiko menciderai diri. Sebagai
educator / pendidik perawat berperan untuk menjelaskan kepada pasien dan
keluarga tentang gangguan alam perasaan bipolar, bagaimana mengidentifikasi
gangguan alam perasaan, pentingnya dukungan keluarga dan pentingnya
kepatuhan dalam regimen obat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Steinkuller. A. & Jane. E. R .(2009).A review oí evidence-based therapeutic


interventions for bipolar disorder.Journal of Mental Health Counseling.31.4.338-
350.http://scholar.google.co.id.download 5 november 2017.
Javadpour. A. Mina. D. Arash. M. & Mohamad R.S.( 2015).clinical
characteristics and correlates of late life bipolar disorder.Research Paper
Medical science. 1. http://scholar.google.co.id.download 5 november 2017.
Furi.M.L.(2014).Bipolar Affektive Disorder and Manic Episode With Psychotic
Symptoms In A 39 Years Old Man. http://scholar.google.co.id.download 5
november 2017.
Maslim,Rusdi.(2013).Buku Saku PPDGJ-III dan DSM-5.Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa FK-Unika Atmajaya : Jakarta.
O’brien P.G,Kennedy W.Z,Ballard K.A.(2014).Keperawatan Kesehatan Jiwa
Psikiatrik.EGC : Jakarta.
Copel,Linda Carman.(2007).Kesehatan Jiwa dan Psikiatri: Pedoman Klinis
Perawat,Ed 2.EGC:Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai