Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan

Gangguan skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai dengan


adanya gejala kombinasi antara gejala skizofrenia dan gejala gangguan afektif.
Pada gangguan skizoafektif, gejala klinis berupa gangguan episodik gejala
gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila
gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,
gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.1

Kriteria diagnostik gangguan skizoafektif berdasarkan DSM-IV-TR,


merupakan suatu produk beberapa revisi yang mencoba mengklarifikasi beberapa
diagnosis, dan untuk memastikan bahwa diagnosis memenuhi kriteria baik
episode manik maupun depresif dan menentukan lama setiap episode secara
tepat.1

Pada setiap diagnosis banding gangguan psikotik, pemeriksaan medis


lengkap harus dilakukan untuk menyingkirkan penyebab organik. Semua kondisi
yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood perlu
dipertimbangkan. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif
mempunyai prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia
dan prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien
dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang lebih buruk daripada
pasien dengan gangguan depresif maupun gangguan bipolar, tetapi memiliki
prognosis yang lebih baik daripada pasien dengan skizofrenia.1

Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon baik terhadapat

1
pengobatan dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat mood
stabilizer atau pengobatan dengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan
skizoafektif dengan tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood
stabilizer cenderung bekerja dengan baik. Karena pengobatan yang konsisten
penting untuk hasil terbaik, psiko-edukasi pada penderita dan keluarga, serta
menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari pengobatan pada
gangguan skizoafektif.3

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Gangguan Skizoafektif mempunyai gambaran baik skizofrenia maupun


gangguan afektif. Gangguan skizoafektif memiliki gejala khas skizofrenia yang
jelas dan pada saat bersamaan juga memiliki gejala gangguan afektif yang
menonjol. Gangguan skizoafektif terbagi dua yaitu, tipe manik dan tipe depresif.1

Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan gejala psikotik yang


persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-sama dengan masalah
suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode campuran.3

2.2 Epidemiologi

Prevalensi seumur hidup dari gangguan skizoafektif adalah kurang dari 1


persen, kemungkinan dalam rentang 0,5 sampai 0,8 persen. Namun, angka
tersebut adalah angka perkiraan, karena di dalam praktik klinis diagnosis
gangguan skizoafektif sering kali digunakan jika klinisi tidak yakin akan
diagnosis. Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki
dibandingkan para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk
wanita adalah lebih lanjut daripada usia untuk laki-laki seperti juga pada
skizofrenia. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan menunjukkan
perilaku antisosial dan memiliki pendataran atau ketidaksesuaian afek yang
nyata.2

Statistik umum gangguan ini yaitu kira-kira 0,2% di Amerika Serikat dari
populasi umum dan sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit karena
gangguan ini. Gangguan skizoafektif diperkirakan terjadi lebih sering daripada
gangguan bipolar. Prevalensi pada pria lebih rendah daripada wanita. Onset umur
pada wanita lebih besar daripada pria, pada usia tua gangguan skizoafektif tipe
3
depresif lebih sering sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan
skizoafektif tipe bipolar. Laki-laki dengan gangguan skizoafektif kemungkinan
menunjukkan perilaku antisosial.3

2.3 Etiologi

Sulit untuk menentukan penyebab penyakit yang telah berubah begitu


banyak dari waktu ke waktu. Dugaan saat ini bahwa penyebab gangguan
skizoafektif mungkin mirip dengan etiologi skizofrenia. Oleh karena itu teori
etiologi mengenai gangguan skizoafektif juga mencakup kausa genetik dan
lingkungan.4

Beberapa data menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia dan gangguan


afektif mungkin berhubungan secara genetik. Ada peningkatan resiko terjadinya
gangguan skizofrenia diantara keluarga dengan gangguan skizoafektif.4

Penyebab gangguan skizoafektif adalah tidak diketahui, tetapi empat


model konseptual telah diajukan.

1. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe skizofrenia atau


suatu tipe gangguan mood.4

2. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan ekspresi bersama-sama dari


skizofrenia dan gangguan mood.4

3. Gangguan skizoafektif mungkin merupakan suatu tipe psikosis ketiga yang


berbeda, tipe yang tidak berhubungan dengan skizofrenia maupun suatu
gangguan mood.4

4. Kemungkinan terbesar adalah bahwa gangguan skizoafektif adalah


kelompok gangguan yang heterogen yang meliputi semua tiga
kemungkinan pertama. Sebagian besar penelitian telah menganggap pasien
dengan gangguan skizoafektif sebagai suatu kelompok heterogen.4

4
2.4 Tanda dan Gejala

Pada gangguan Skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala


gangguan mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit
yang sama, baik secara simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari. Bila
gejala skizofrenik dan manik menonjol pada episode penyakit yang sama,
gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik. Dan pada gangguan
skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.2

Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi,


perubahan dalam berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala
gangguan suasana perasaan baik itu manik maupun depresif.2

Suatu gangguan psikotik dengan gejala-gejala skizofrenia dan manik yang


sama-sama menonjol dalam satu episode penyakit yang sama. Gejala-gejala
afektif diantaranya yaitu elasi dan ideide kebesaran, tetapi kadang-kadang
kegelisahan atau iritabilitas disertai oleh perilaku agresif serta ide-ide kejaran.
Terdapat peningkatan enersi, aktivitas yang berlebihan, konsentrasi yang
terganggu, dan hilangnya hambatan norma sosial. Waham kebesaran, waham
kejaran mungkin ada. Gejala skizofrenia juga harus ada, antara lain merasa
pikirannya disiarkan atau diganggu, ada kekuatan-kekuatan yang sedang berusaha
mengendalikannya, mendengar suara-suara yang beraneka beragam atau
menyatakan ide-ide yang bizarre. Onset biasanya akut, perilaku sangat terganggu,
namun penyembuhan secara sempurna dalam beberapa minggu.4

Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan


jiwa (PPDGJ-III):5 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas
(dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang
jelas):

a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau


bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau “thought
insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu
5
dari luar dirinya (withdrawal); dan “thought broadcasting”= isi
pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;5

b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivitiy” = waham
tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari
luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh /
anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus).
“delusional perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.5

c) Halusinasi Auditorik: Suara halusinasi yang berkomentar secara terus


menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien
pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu
bagian tubuh.5

d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat


dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan
di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain).5

e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai


baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi
setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.5

f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan


(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.5
6
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor.5

h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,


dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan
menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.5

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
(prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.5

2.5 Diagnosis

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala


definitif adanya skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada
saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu
sesudah yang lain, dalam episode penyakit yang sama, dan bila mana, sebagai
konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia
maupun episode manik atau depresif.5

Konsep gangguan skizoafektif melibatkan konsep diagnostik baik


skizofrenia maupun gangguan mood, beberapa evolusi dalam kriteria diagnostik
untuk gangguan skizoafektif mencerminkan perubahan yang telah terjadi di dalam
kriteria diagnostik untuk kedua kondisi lain.7

Kriteria diagnostik utama untuk gangguan skizoafektif (Tabel 1) adalah


bahwa pasien telah memenuhi kriteria diagnostik untuk episode depresif berat
7
atau episode manik yang bersama-sama dengan ditemukannya kriteria diagnostik
untuk fase aktif dari skizofrenia. Disamping itu, pasien harus memiliki waham
atau halusinasi selama sekurangnya dua minggu tanpa adanya gejala gangguan
mood yang menonjol. Gejala gangguan mood juga harus ditemukan untuk
sebagian besar periode psikotik aktif dan residual. Pada intinya, kriteria dituliskan
untuk membantu klinisi menghindari mendiagnosis suatu gangguan mood dengan
ciri psikotik sebagai suatu gangguan skizoafektif.7

Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)

Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif

A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu.

Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan

gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.

Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi.

B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama

sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.

C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk sebagian

bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.

D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat

yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Sebutkan tipe:

Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran (atau suatu manik

suatu episode campuran dan episode depresif berat)

Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.

Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ed. 4.

8
DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien
menderita gangguan skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe
depresif. Seorang pasien diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang
ada adalah dari tipe manik atau suatu episode campuran dan episode depresif
berat. Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe depresif.7

Tabel 2.2 Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-


III.5

 Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya


skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada
saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang
lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini,
episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau
depresif.

 Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan
afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.

 Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu
episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa
pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0)
maupun depresif (F25.1) atau campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami
satu atau dua episode manik atau depresif (F30-F33)

Gangguan skizoafektif yaitu gejala skizofrenia dan gangguan afektif sama-


sama menonjol atau dalam beberapa hari sesudah yang lain, tetapi dalam satu
episode penyakit (tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia maupun
gangguan afektif). Pedoman diagnosis gangguan skizoafektif tipe manic
berdasarkan PPDGJ-III yaitu 1). Kategori ini digunakan baik untuk episode
skizofrenia tipe manik yang tunggal maupun untuk gangguan berulang dengan
sebagian besar episode skizoafektif tipe manik. 2). Afek harus meningkat secara
menonjol atau ada peningkatan afek yang tidak begitu menonjol dikombinasi
dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak. 3). Dalam episode yang
9
sama harus jelas ada sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizorenia
yang khas. Pemeriksaan status psikiatri pada pasien ditemukan didapatkan
penampilan wajar, roman muka tampak gembira, kontak verbal dan visual cukup,
mood euforia, afek inappropriate, bentuk pikir logis realis, arus pikir koheren, isi
piker waham kebesaran dan curiga ada , pada dorongan instingtual didapatkan ada
riwayat insomnia dan raptus. Dari gejala di atas, pasien memenuhi kriteria
skizoprenia yaitu adanya waham kebesaran dan curiga, afek yang inappropiate
sehingga dapat digolongkan skizoprenia. Disamping itu, juga tampak adanya
gejala gangguan mood yaitu muka tampak gembira, mood euforia, berpakaian
yang aneh sehingga berdasarkan PPDGJ-III tampak adanya gejala skizofrenia
bersamaan dengan gangguan mood sehingga didiagnosis sebagai “Skizoafektif
Tipe Manik” (F25.0).5

2.6 Diagnosis Banding

Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan


gangguan mood perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan
skizoafektif. Pasien yang diobati dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin dan
phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien dengan epilepsi lobus temporalis secara
khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik dan gangguan mood yang
bersama-sama. Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua kemungkinan
yang biasanya dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood. Di dalam
praktik klinis, psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala
gangguan mood pada masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi
boleh menunda diagnosis psikiatrik akhir sampai gejala psikosis yang paling akut
telah terkendali.1

10
2.7 Tatalaksana

Skizoafektif, Episode Manik atau Campuran (Fase Akut)9

Kriteria Akut yaitu:

1. Total skor Positive and Negative Symptom Scale Excited Component


(PANSS-EC) yaitu P4= gaduh gelisah; P7= Permusuhan; G4=ketegangan;
G8=ketidakkooperatifan; G14=buruknya pengendalian impuls, minimal satu
butir skornya 4 atau lebih.8
2. Kategori nilai the Agitation-Calmness Evaluation Scale (ACES) adalah 1
atau 2 (1=Agitasi berat yaitu meningkatkannya aktifitas fisik, banyaknya
pembicaraan, dapat terjadi kekerasan fisik, bila diminta diam, pasien tidak
bisa mengontrol tanda- tanda aditasinya, memerlukan perhatian atau
supervise terus-menerus atau perlu pengikatan. 2=Agitasi sedang yaitu
peningkatan akitivitas fisik derajat sedang, banyak bicara dan mungkin
mengancam secara verbal, tidak ada kekerasan fisik, dapat mengontrol
tanda-tanda agitasi bila diminta, memerlukan supervise atau perawatan
standar).8
3. Nilai Young Mania Rating Scale (YMRS) adalah 20 dan dua butir skornya 4
yaitu Iritabilitas, Pembicaraan, Isi, dan Perilaku agresif.8
4. Nilai 4 pada Clinical Global Impression- Severity of Illness (CGI-SI)
psikofarmaka.8

Tabel 2.3 Obat-obatan Skizoafektif Episode Manik atau Campuran


Injeksi

1. Olanzapin 5- 10 mg 2x/ hari

2. Diazepam 10 mg 2x/ hari

Oral :
Terapi Kombinasi:

1. Olanzapin atau 10-30mg 1x/hari


Risperidone atau 1-3 mg 2x/hari
Quetiapin hari I 200 mg 1x/hari

11
Quetiapin hari II 400 mg 1x/hari
Quetiapin hari III atau 600 mg 1x/hari
Aripirazol 10-30 mg 1x/hari

2. Litium karbonat (fungsi ginjal


400 mg 2x/hari
normal)
Divalproat 250 mg 3x/hari

3. Lorazepam 1-2 mg 3x/hari

Buku Ajar Psikiatri edisi kedua; FK UI; 2013

Skizoafektif Episode Depresi Mayor (Fase Akut)

Evaluasi risiko bunuh diri yaitu :8

1. adanya ide, keinginan yang kuat. Atau rencana bunuh diri.


2. Aksesnya ke sarana-sarana bunuh diri tersebut atau letalitasnya.
3. Adanya halusinasi komando, gejala psikotik lain atau ansietas yang berat.
4. Adanya penyalahgunaan zat atau alcohol
5. Riwayat atau pernah melakukan usaha-usaha bunuh diri sebelumnya.
6. Riwayat bunuh diri dalam keluarga.

Kriteria akut yaitu :


1. Total Montgomery Asberg Depression Rating Scale (MADRS) minimal 20
dan skor 4 atau lebih pada butir; perasaan sedih yang terllihat,
ketidakmampuan merasakan (hilngnya minat), dan pikiran-pikiran bunuh
diri.8
2. Total skor PANSS minimal adalah 70 dengan minimal satu butir mempunya
nilai 4 atau lebih yaitu P1,P3,P6,N2,G3,G6,G7,G13.8

Tabel 2.4 obat-obatan pada Skizoafektif episode Depresi Mayor


Injeksi

1. Olanzapine 5-10 mg 2x/hari

2. Diazepam 10 mg 2x/hari

Oral

12
Terapi kombinasi

1. Litium 400mg 2x/hari


Divalproat 250 mg 3x/hari
Karbamazepin 300-800 mg 1x/hari
Lamotrigin 200-400 mg 1x/hari

2. Anti depresan, SSRI


Fluoksetin 10-20 mg 1x/hari

3. Anti psikotik generasi 2


Olanzapine atau 10-30 mg 1x/hari
Risperidone 1-3 mg 2x/hari
Quetiapin hari I 200 mg 1x/hari
Quetiapin hari II 400 mg 1x/hari
Quetiapin hari III atau 600 mg 1x/hari
Aripirazol 10-30 mg 1x/hari

Buku Ajar Psikiatri edisi kedua; FK UI; 2013

Skizoafektif (Fase Lanjutan)


Pasien dikatakan remisi bila :8
1. Total skor YMRS 8 disertai satu skor 2 pada butir Iritabilitas, Pembicaraan,
Isi, dan Perilaku agresif
2. Total skor MADRS ≤ 10
3. Total skor PANNS adalah ≤ 40
4. Skor masing-masing butir PANSS-EC adalah ≤3.
5. Skor ACES adalah 8 yaitu tidak ada aktivitas verbal dan fidik dan dapat tidur
nyenyak.
6. CGI-SI adalah ≤2

13
Tabel 2.5 obat-obatan pada skizoafektif fase lanjutan
Monoterapi

1. Litium karbonat atau 900-1200 mg 1x/hari (malam)


Divalproat atau 500 mg 1x/hari
Olanzapine atau 10 mg 1x/hari
Quentiapin atau 450-600 mg 1x/hari
Risperidone 1-4 mg 1x/hari
Aripirazol 10-20 mg 1x/hari
Klozapin (pasien refrakter) 300-750 mg 1x/hari

Buku Ajar Psikiatri edisi kedua; FK UI; 2013

Edukasi Keluarga
Penting dilakukan agar keluarga siap menghadapi deteriorasi yang mungkin
dapat terjadi. Diskusi dapat tentang problem sehari-hari, hubungan dalam keluarga, dan
hal-hal khusus lainnya, misalnya tentang rencana pendidikan, atau pekerjaan pasien.

2.8 Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai


prognosis di pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan
prognosis pasien dengan gangguan mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan
gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang jauh lebih buruk daripada pasien
dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih buruk daripada pasien
dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik daripada pasien
dengan skizofrenia. Generalitas tersebut telah didukung oleh beberapa penelitian
yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang
ditunjuk dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan
gangguan itu sendiri.2

14
BAB 3

KESIMPULAN

Gangguan skizoafektif merupakan suatu gangguan jiwa yang gejala


skizofrenia dan gejala afektif terjadi bersamaan dan sama-sama menonjol.
Prevalensi gangguan telah dilaporkan lebih rendah pada laki-laki dibandingkan
para wanita; khususnya wanita yang menikah; usia onset untuk wanita adalah
lebih lanjut daripada usia, untuk laki-laki seperti juga pada skizofrenia. Teori
etiologi mengenai gangguan skizoafektif mencakup kausa genetik dan lingkungan.
Tanda dan gejala klinis gangguan skizoafektif adalah termasuk semua tanda dan
gejala skizofrenia, episode manik, dan gangguan depresif. Diagnosis gangguan
skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya skizofrenia dan
gangguan afektif bersama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau dalam
beberapa hari sesudah yang lain, dalam episode yang sama. Sebagian diantara
pasien gangguan skizoafektif mengalami episode skizoafektif berulang, baik yang
tipe manik, depresif atau campuran keduanya. Untuk orang gangguan skizoafektif
dengan tipe manik, menggabungkan obat antipsikotik dengan mood stabilizer
cenderung bekerja dengan baik. Karena pengobatan yang konsisten penting untuk
hasil terbaik, psiko-edukasi pada penderita dan keluarga, serta menggunakan obat
long acting bisa menjadi bagian penting dari pengobatan pada gangguan
skizoafektif. Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya maka
pronosisnya buruk, dan sebaliknya semakin persisten gejala-gejala gangguan
afektifnya, prognosis diperkirakan akan lebih baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Maramis, W.S. 1994. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga


University Presss.
2. Kaplan, H.I, Sadock, B.J, Grebb J.A. 1997. Sinopsis Psikiatri. Edisi Ketujuh.
Terjemahan Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.
3. Melissa Conrad Stöppler. 2013. Schizoaffective disorder.
4. Jibson MD. 2011. Schizophrenia: Clinical presentation, epidemiology, and
pathophysiology.
5. Rusdi Maslim. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
6. Ken Duckworth, M.D., and Jacob L. Freedman, M.D. 2012. Schizoaffective
disorder.
7. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of
Mental disorders (DSM IV TM). American Psychological Association
(APA): Washington DC. 1996.
8. Wibisono sasanto. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Edisi Kedua. Jakarta: FK
Universitas Indonesia

16

Anda mungkin juga menyukai