Anda di halaman 1dari 13

PAPER

GANGGUAN PANIK

OLEH :

AGUNG PUTRA
102117136
PEMBIMBING :
DR. dr. Elmeida Effendy, M.Ked.KJ, Sp.KL (K)
Gangguan panik merupakan salah satu jenis
gangguan cemas kronik yang ditandai oleh
serangan panik parah yang berulang dan tak
terduga
Penelitian epidemiologi telah melaporkan prevalensi
seumur hidup untuk gangguan panik adalah 1,5-5
%.
Satu penelitian terakhir pada lebih dari 1.600 orang
dewasa yang dipilih secara acak di Texas
menemukan bahwa angka prevalensi seumur hidup
adalah 3,8 % untuk gangguan panik.
Jenis kelamin wanita 2-3 kali lebih sering terkena
dari pada laki-laki.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
etiologi dan patogenesis :
a. Faktor biologis

b. Faktor genetik

c. Faktor psikososial
Penelitian tentang dasar biologis untuk
gangguan panik telah menghasilkan berbagai
temuan satu interpretasi adalah bahwa gejala
gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai
kelainan biologis di dalam struktur otak dan
fungsi otak. penelitian tersebut dan penelitian
lainnya telah menghasilkan hipotesis yang
melibatkan disregulasi sistem saraf perifer dan
pusat di dalam patofisiologi gangguan panik.
Gangguan panik memiliki keterlibatan komponen
genetika yang jelas. Angka prevalensi tinggi pada
anak dengan orang tua yang menderita gangguan
panik. Berbagai penelitian telah menemukan adanya
peningkatan resiko gangguan panik sebesar 4-8 kali
lipat pada sanak saudara derajat pertama pasien
dengan gangguan panik dibandingkan dengan
sanak saudara derajat pertama dari pasien dengan
gangguan psikiatrik lainnya
Teori psikoanalitik memandang gangguan panik
sebagai akibat dari pertahanan yang tidak berhasil
dalam melawan impuls yang menyebabkan
kecemasan. Apa yang sebelumnya merupakan suatu
sinyal kecemasan ringan menjadi suatu perasaan
ketakutan yang melanda, lengkap dengan gejala
somatik.
Serangan panik adalah periode kecemasan atau ketakutan yang kuat dan
relatif singkat dan disertai gejala somatik. Suatu serangan panik secara tiba-
tiba akan menyebabkan minimal 4 dari gejala-gejala somatik berikut:
 Palpitasi
 Berkeringat
 Gemetar
 Sesak napas
 Perasaan tercekik
 Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman
 Mual dan gangguan perut
 Pusing, bergoyang. melayang. atau pingsan
 Derealisasi atau depersonalisasi
 Ketakutan kehilangan kendali atau menjadi gila
 Rasa takut mati
 Parastesi atau mati rasa
 Menggigil atau perasaan panas
Serangan panik pertama seringkali sama sekali spontan, walaupun serangan
panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik,
aktivitas seksual, atau trauma emosional sedang. DSM-IV menekankan
bahwa sekurangnya serangan pertama harus tidak diperkirakan (tidak
memiliki tanda) untuk memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan panik
Menurut PPDGJ-III gangguan panik baru ditegakkan
sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya
gangguan ansietas fobik. Untuk diagnosis pasti, harus
ditemukan adanya beberapa kali serangan ansietas berat dalam
masa kira-kira satu bulan.
Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak
ada bahaya.
Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat
diduga sebelumnya (unpredictable situation)
Dengan keadaan yang relatif dari gejala-gejala ansietas pada
Periode diantara serangan-serangan panik (meskipun demikian
Umumnya dapat terjadi juga “ansietasantipsikotik” yaitu ansietas
yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan
akan terjadi.
Diagnosis banding untuk seorang pasien dengan
gangguan panik adalah sejumlah gangguan medis
dan juga gangguan mental. Untuk gangguan medis
misalnya infark miokard, hipertiroid, hipoglikemi,
dan feokromositoma. Sementara itu, diagnosis
banding gangguan mental untuk gangguan panik
adalah pura-pura, gangguan buatan, fobia sosial dan
spesifik, gangguan stress pasca traumatik, dan
gangguan depresi.
 Respon yang lebih baik terhadap pengobatan akan terjadi jika
penderita memahami bahwa penyakit panik melibatkan proses
biologis dan psikis. Obat-obatan dan terapi perilaku biasanya
bisa mengendalikan gejala-gejalanya. Selain itu, psikoterapi
bisa membantu menyelesaikan berbagai pertentangan psikis
yang mungkin melatarbelakangi perasaan dan perilaku cemas.
 Farmakoterapi
 Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati gangguan panik
adalah obat antidepresi dan anticemas:1,3
 Golongan Trisiklik
 Di antara obat trisiklik, data yang paling kuat menyatakan
bahwa clorpromazin dan imipramin adalah efelktif dalam
pengobatan panik.
 Monoamin Oxidase Inhibitors
 Obat yang biasa digunakan adalah fenelzin.
 Selective Seratonin Reuptake Inhibitors/SSRIs ( Misalnya
fluoksetin).
 Digunakan terutama pada pasien gangguan panik yang disertai
dengan depresi.
 Benzodiazepin
 Bekerja lebih cepat daripada antidepresi, tetapi
bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan
menimbulkan beberapa efek samping, misalnya
rasa mengantuk. gangguan koordinasi dan
perlambatan waktu reaksi.
 Terapi Kognitif dan Perilaku
 Terapi kognitif dan perilaku merupakan terapi
yang efektif untuk gangguan panik. Dua pusat
utama terapi kognitif untuk gangguan panik
adalah instruksi tentang kepercayaan salah dari
pasien dan informasi tentang serangan panik.
 PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS
Gangguan panik biasanya memiliki onsetnya selama masa
remaja akhir atau masa dewasa awal, walaupun onset selama
masa anak-anak, remaja awal, dan usia pertengahan dapat terjadi.
Biasanya kronik dan bervariasi tiap individu. Frekuensi dan
kepasrahan serangan panik mungkin berfluktuasi. Serangan panik
dapat terjadi beberapa kali sehari atau kurang dari satu kali dalam
sebulan. Penelitian follow up jangka panjang gangguan panik sulit
diinterpretasikan. Namun demikian kira-kira 30-40% pasien
tampaknya bebas dari gejala follow up jangka panjang, kira-kira
50% memiliki gejala yang cukup ringan yang tidak
mempengaruhi kehidupannya secara bermakna dan kira-kira 10-
21 % terus memiliki gejala yang bermakna.1,2
Depresi dapat mempersulit gambaran gejala pada kira-kira 40-
80 % dari semua pasien. Pasien dengan fungsi premorbid yang
baik dan lama gejala singkat cenderung memiliki prognosis yang
baik.1

Anda mungkin juga menyukai