Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena atas rahmat, hidayah
dan karuni-Nya sehingga kegiatan dan laporan Rapat Kerja Terpadu Ditjen Perikanan Tangkap
Tahun 2018 Direktorat jenderal perikanan tangkap kementerian kelautan dan perikanan tahun
2018 dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Laporan ini disusun sebagai bentuk pertanggung jawaban kami selaku peserta Rapat
Kerja Terpadu Ditjen Perikanan Tangkap di Bogor Tahun 2018. Laporan ini dibuat sedapat
mungkin sehingga bisa menjalaskan kegiatan yang telah dilaksanakan, namun kekurangan dan
kelemahan dalam pelaksanaan maupun pelaporan kegiatan ini tampa disengaja atau disadari
oleh kami mungkin saja terjadi. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan laporan ini sangat diharapkan agar kedepan kegiatan yang dilaksanakan
dapat lebih baik lagi.

Akhirnya kami harapkan, kiranya laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.

Ambon, April 2018


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kelautan dan perikanan diarahkan untuk mewujudkan sektor kelautan


dan perikanan indonesia yang mandiri, maju, kuat dan berbasis kepentingan nasional. Visi
tersebut dijabarkan dalam 3 misi pembangunan, yaitu: kedaulatan (sovereignity),
keberlanjutan (sustainabillity), dan kesehjateraan (prosperity).
Terkait dengan sub sektor perikanan tangkap, kebijakan utama pembangunan
diarahkan untuk mewujudkan misi keberlanjutan, dengan tetap memberikan dukungan
penuh untuk mewujudkan visi kedaulatan dan kesejahteraan. Misi keberlanjutan
diorientasikan untuk mewujudkan keberlanjjutan sumber daya ikan dan keberlanjutan usaha
perikanan tangkap.
Untuk mewujudkan misi dimaksud, kebijakan pembanngunan dibibang perikanan
tangkap difokuskan untuk penguatan stakeholder utama, yakni masyarakat nelayan. Untuk
mendukung upaya dimaksud, alokasi anggaran pembangunan tahun 2018 sebagian besar
diprioritaskan Untuk mendukung keberlanjutan usaha perikanan tangkap, yaitu meliputi
bantuan sarana penangkapan ikan dan perbengkelan nelayan, asiransi nelayan,
pembangunan TPI Higienis dan penguatan manajemen pelabuhan perikanan, operasional
kantor lembaga wilayah pengelolaan perikanan (WPP) dan pengelolaan perikanan tangkap di
perairan darat, pengembangan kedai nelayan serta penataan kampung nelayan.
Disadar bahwa kegiatan tersebut merupakan kegiatan strategis berskala besar sehingga
sangat diperlukan sinerkitas pelaksanaan maupun persiapan yang matang untuk
meminimalkan persoalan dan resiko yang akan timbul serta untuk menjamin pelaksanaannya
dapat berjalan sesuai dengan target dan tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dalam
rangka pembahasan teknis percepatan pelaksanaan kegiatan dan anggaran tahun 2018 serta
perencanaan pembangunan tahun 2019, ditjen perikanan tangkap menyelanggarakan rapat
kerja terpadu ditjen perikanan tangkap TA. 2018.

TUJUAN

Rapat kerja terpadu Ditjen perikanan tangkap 2018 bertujuan untuk:


1) Melakukan pembahasan teknis untuk percepatan pelaksanaan kegiatan dan aggaran
tahun 2018.
2) Melakukan pembahasan perencanaan pembagunan perikanan tangkap tahun 2019.
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. WAKTU DAN TEMPAT


Kegiatan ini dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Minggu s.d kamis, 8 s.d 12 April 2018
Tempat : Padjajaran Suites Resort & convention
Jl.Bogor Inner Ringroad, Bogor
Jawa Barat Telp: (022) 7569000
B. RINCIAN KEGIATAN
Rapat Kerja DJPT akan mengintegrasikan seluruh kegiatan pertemuan teknis di
lingkup Ditjen perikanan tangkap, meliputi:
1) Penyusunan terget dan usulan pembaguanan perikanan tangkap 2019 serta Evaluasi
Bantuan Pemerintah 2016-2017.
2) Kompilasi dan Verifikasi Data Statistik Perikanan tangkap Tahun 2017.
3) Inisiasi Penetapan/Peningkatan Kelas Pelabuhahan Perikanan yang akan Dikelola
Menjadi UPT Pusat.
4) Pembahasan Teknis Pembagunan TPI Higienis dan Perencanaan Pembagunan
Pelabuhan Perikanan UPTD Tahun 2018.
5) Evaluasi Operasional TPI Higienis tang Dibangun Tahun 2017 dan Pengusahaan
Fasilitas Pelabuhan Perikanan Di UPT Pusat.
6) Pembahasan Operasionalisasi Kantor lembagapengelola WPPNRI dan Pengelolaan
perikanan tangkap di perairan darat.
7) Sosialisasi dan Verifikasi Kebutuhan Bantuan Sarana Pengangkapan Ikan dan
Perbengkelan Nelayan Tahun 2018.
8) Sosialisasi dan Verifikasi Bantuan Premi Asuransi Perbaikan Kampung Nelayan, dan
Pegembangan kedai Nelayan serta Sosialisasi Juknis dan Pembahasan Alokasi SeHAT
Nelayan.
9) Pembahasan Teknis SKPT Ditjen Perikanan Tangkap.

C. PESERTA
Peserta Rapat Kerja Terpadu Ditjen Perikanan Tangkap Tahun 2018 terdiri dari
perwakilan.
1. Ditjen Perikanan Tangkap.
2. Unit Pelaksana Teknis Lingkup Ditjen Perikanan Tangkap
3. Dinas kelautan dan perikanan provinsi
4. Dinas perikanan kab/kota
5. Unit pelaksana teknis daerah (UPTD) pelabuhan perikanan
6. Penanggung jawab pengelola SKPT/Pelabuhan perikanan perintis
E. CENTATIVE AGENDA
Tentative agenda rapat kerja terpadu ditjen perikanan tangkap tahun 2018 adalah
sebagai berikut:

WAKTU (WIB) KEGIATAN

Pembukaan:
a. Pembukaan dan arahan oleh direktur jenderal perikanan
tangkap
Minggu,
b. Penanyangan video profil kegiatan 2018-04-16
8 April 2018
c. Penandatangan PK (Penatapan kinerja) 2018 antara
direktur jenderal perikanan tangkap dengan eselon II,
Kepala UPT, dan kepala dinas KP Provinsi
Rapat kerja teknis:
a. Paparan bappenas terkait arah pembangunan perikanan
tangkap dalam kebijakan nasional tahun 2019
b. Paparan dirjen anggaran kemenkeu terkait kebijakan
penganggaran tahun 2019
c. Paparan sekretariat jenderal KKP terkait kebijakan dan
program pembangunan kelautan dan perikanan tahun
2019
d. Paparan inspektorat jenderal KKP terkait reviu
pelaksanaan pembangunan 2017, percepatan 2018 dan
upaya peningkatan kinerja 2019
e. Paparan sekretariat jenderal kementrian pekerjaan
umum dan perumahan raknyat terkait program dan
kegiatan kementrian pekerjaan umum dan perumahan
rakyat tahun 2018 dan 2019 dalam mendukung
Senin, pembangunan perikanan tangkap dan kampung nelayan
9 april 2018 f. Paparan sekretariat jenderal kementrian dalam negeri
terkait pembagian kewenangan pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota bidang perikanan tangkap sesuai UU
No. 33 tentang pemerintahan daerah
g. Paparan sekretariat jenderal kementrian komunikasi dan
informatika terkait program kegiatan kementrian
komunikasi dan informatikatahun 2018 dan 2019 dalam
mendukung pembangunan bidang perikanan tangkap
h. Paparan sekretariat jenderal kementrian desa,
pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi
terkait program dan kegiatan kementrian desa,
pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi tahun
2018 dan 2019 dalam memdukung pembangunan
perikanan tangkap dan pemberdanyaan nelayan
i. Paparan direktur pengelolaan kekayaan negara dan
sistem informasi kementrian keuangan terkait
pengelolaan dan proses pelimpahan aset barang milik
negara
j. Paparan setditjen PT dan direktur lingkup DJPT terkait
penjelasan detail kegiatan dan anggaran 2017 serta
perencanaan 2018
Selasa-rabu Rapar teknis yanh terdiri dari 9 pertemuan teknis unit eselon II
(10-11 april 2018) DJPT
Kamis
Rumusan penutupan
(12 april 2018)
Agenda tentative lengkap sebagaimana lampiran 1.

HASIL/ KESIMPULAN

Dirumuskan hal-hal sebagai berikut:

I. EVALUASI KEGIATAN PERIKANAN TANGKAP TAHUN 2017


1. Pelaksanaan Data Statistik Perikanan Tangkap Melalui Satu Data KKP Tahun 2017
a. Pelaksanaan satu data KKP tahun 2017 di seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota
hasilnya belum maksimal dari mulai pengumpulan, pengolahan, validasi dan
penyajian.
b. Sampai saat ini data statistik yang dihasilkan oleh Satu Data KKP hanya
menghasilkan data agregat produksi tanpa menghasilkan data produksi per jenis
ikan, nilai produksi, trip, menurut WPP dan alat penangkapan ikan hingga ketingkat
Kabupaten/Kota. Satu Data KKP juga tidak menghasilkan data statistik perikanan
tangkap lainnya yang selama ini dipublikasikan seperti : Jumlah RTP (Rumah Tangga
Perikanan), Jumlah Nelayan, Jumlah Kapal Penangkapan Ikan dan Jumlah alat
penangkapan ikan.
c. Data agregat produksi yang dihasilkan oleh Satu Data KKP masih sangat bersifat
sementara. Setelah disandingkan dengan data yang disampaikan oleh Provinsi pada
saat sidang kelompok tidak sinkron.
d. Sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi tersebut peserta mengusulkan :
(1) Sistem validasi data statistik perikanan tangkap dikembalikan seperti
sebelumnya yaitu dilakukan secara berjenjang dimulai dari Kabupaten/Kota,
Provinsi dan Pusat.
(2) Pusdatin agar mengakomodasi data produksi jenis ikan, nilai, trip menurut
WPP dan alat penangkapan ikan hingga ke tingkat Kabupaten/Kota
(3) Pusdatin agar menghasilkan juga data rumah tangga perikanan (RTP), Nelayan,
Kapal dan Unit Penangkapan Ikan hingga level Kabupaten/Kota.
(4) Pusdatin agar memberikan akses kepada Dinas Kabupaten/Kota dan Provinsi
untuk melihat kinerja pengolah data di wilayah kerjanya.
(5) Dalam rangka sinkronisasi pengumpulan data statistik di Pelabuhan Perikanan
UPT Pusat, diminta agar Pusdatin menggunakan data yang tersedia dalam
aplikasi PIPP
(6) Pengolah data Satu Data agar selalu berkoordinasi dengan Kabupaten/Kota di
wilayah kerjanya baik dalam pengumpulan maupun pelaporan ke dalam
aplikasi Satu Data KKP.
2. TPI Higienis
a. Pada tahun 2017 telah dibangun 20 TPI Higienis yang terdiri dari 16 lokasi UPT Pusat
dan 4 (empat) lokasi UPT Daerah. Tingkat operasional TPI Higienis dimaksud
sebagai berikut :
(1) Sebanyak 13 TPI Higienis telah operasional (sudah terdapat aktifitas di TPI
Higienis dan sesuai dengan kententuan SOP yang telah diatur), yaitu : PPS
Kendari, PPS Cilacap, PPN Sibolga, PPN Sungailiat, PPN Tanjungpandan, PPN
Karangantu, PPN Palabuhanratu, PPN Prigi, PPN Pemangkat, PPN Kwandang,
PPN Ternate, PPP Teluk Batang, PP Lempasing
(2) Sebanyak 4 (empat) TPI Higienis sudah operasional namun belum optimal
(sudah ada aktifitas namun belum sesuai dengan kaidah dan SOP TPI Higienis),
yaitu : PPN Brondong, PP Sodohoa, PPP Bajomulyo, PP Paotere.
(3) Sebanyak 3 (tiga) TPI Higienis belum operasional (belum ada aktifitas), yaitu :
PPS Bitung, PPN Kejawanan, PPN Pengambengan,
b. Dalam rangka mengoptimalkan operasionalisasi TPI Higienis yang dibangun tahun
2017 disarankan dilakukan langkah – langkah sebagai berikut :
(1) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota berkomitmen untuk
mengoperasionalkan TPI higienis yang telah dibangun. Dalam mengoptimalkan
operasionalisasinya, Dinas yang membidangi Perikanan Kab/Kota dapat
bekerjasama dengan pihak ketiga. Adapun bentuk kerjasama dirumuskan
sesuai dengan kondisi dan peraturan daerah pada masing-masing lokasi.
(2) TPI Higienis yang fasilitasnya mengalami kerusakan selama masa pemeliharaan
agar segera menghubungi pihak penyedia untuk dilakukan perbaikan;
(3) Penambahan fasilitas/peralatan penunjang di beberapa TPI higenis seperti alat
pengangkut, selasar/kanopi, conveyor, pakaian kerja, dan keranjang;
(4) Peningkatan kebersihan kawasan pelabuhan perikanan serta kesadaran
pengguna pelabuhan perikanan terhadap kebersihan dalam menunjang
operasionalisasi TPI higenis yang sesuai dengan SOP;
(5) Dilakukan kegiatan pengerukan pada kolam dan alur pelabuhan perikanan agar
kapal perikanan dapat melakukan bongkar di dermaga TPI higenis;
(6) Setiap TPI higenis yang sudah selesai dibangun, agar segera dioperasionalkan
tanpa harus menunggu seremonial peresmiannya.
(7) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi/Kabupaten/Kota berkomitmen untuk
mengoperasionalkan TPI higienis yang telah dibangun yang berlokasi di
pelabuhan perikanan UPT daerah.
3. Penetapan/Peningkatan Kelas Pelabuhan Perikanan
Berdasarkan dokumen persyaratan penetapan kelas pelabuhan perikanan dengan
memperhatikan kriteria teknis dan operasional pelabuhan perikanan sebagaimana
tercantum dalam PERMEN KP No. 08 Tahun 2012 tentang Kepelabuhan Perikanan,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
(1) Pelabuhan perikanan yang mengusulkan penetapan/peningkatan kelas
pelabuhan perikanan sebanyak 73 lokasi, terdiri dari :
1. Jumlah usulan penetapan kelas pelabuhan perikanan 72 lokasi
2. Jumlah usulan peningkatan kelas pelabuhan perikanan 1 (satu) lokasi
(2) Jumlah pelabuhan perikanan yang memenuhi kelengkapan persyaratan
penetapan/peningkatan kelas pelabuhan perikanan dan akan diusulkan
penetapan kelas pelabuhan perikanan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan
sebanyak 13 lokasi
(3) Pelabuhan perikanan yang belum lengkap dokumen persyaratan
penetapan/peningkatan kelas pelabuhan perikanan akan segera melengkapinya
dan disampaikan ke Direktorat Pelabuhan Perikanan
4. Fasilitasi SeHAT Nelayan
a. Program SeHAT nelayan merupakan program dari Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL) Kementerian ATR/BPN yang merupakan program nasional serta
salah satu penerjemahaan Nawa Cita Presiden.
b. Kegiatan SeHAT Nelayan telah dirintis sejak tahun 2008 merupakan salah satu
program inovatif yang mendapatkan respon / antusias yang luar biasa dari
masyarakat nelayan, dan sampai saat ini menjadi salah satu kegiatan prioritas
Direktorat Jenderal Perikan
c. Selama kurun waktu kurang lebih 10 tahun, realisasi kegiatan SeHAT Nelayan
sebanyak 121.162 bidang (dari target 136.500 bidang) di 33 Provinsi. Keberhasilan
kegiatan perlu didukung melalui koordinasi dan komunikasi yang intensif antara
pusat dengan provinsi dan kabupaten/kota, sehingga semua hal yang berpotensi
menjadi peluang maupun kendala dapat segera ditindaklanjuti secara tepat.
d. Keberhasilan kegiatan SeHAT Nelayan harus kita tingkatkan, untuk mewujudkan
target tahun 2018 yaitu sertipikasi sebanyak 20.000 bidang dan identifikasi
sebanyak 15.000 bidang.
e. Kegiatan pasca sertifikasi tidak hanya pemanfaatan sertifikat sebagai agunan
peningkatan permodalan tetapi juga melalui kegiatan pemberdayaan nelayan
seperti pengembangan usaha melalui pelatihan diversifikasi usaha.
5. Peningkatan Kelompok Usaha Nelayan Menjadi Koperasi
a. Kementerian Koperasi dan UKM memberikan dukungan dalam rangka peningkatan
kapasitas kelembagaan KUB menjadi pra koperasi/koperasi melalui sinergi data,
kegiatan pasar ikan dan sertifikasi gratis bagi koperasi nelayan.
b. Pengurusan pembentukan koperasi termasuk pengurusan notaris dapat dilakukan
secara online dan Dinas Koperasi Kabupaten/Kota sudah menyediakan operator
sebagai perpanjangan tangan.
6. Kartu KUSUKA
a. Kartu KUSUKA merupakan kartu Integrasi semua kartu identitas pelaku usaha KP di
KKP menjadi satu kartu yang dapat digunakan lintas eselon dan K/L.
b. Kartu KUSUKA dijadikan prasyarat pengajuan permohonan ijin yang dikeluarkan
oleh semua eselon teknis pengelola perijinan di KKP.
c. Kartu Nelayan yang masih berlaku, masih bisa digunakan selama belum kadaluarsa,
dan dapat digunakan untuk pengurusan asuransi nelayan.
d. Kartu KUSUKA akan dicetak oleh Bank BNI dengan nol iuran awal dan KKP sedang
melakukan penjajakan dengan bank-bank daerah sehingga nantinya KUSUKA dapat
dilakukan di semua wilayah.
e. Diupayakan sinkronisasi sistem kartu KUSUKA dengan sistem aplikasi kartu nelayan
sehingga proses pencetakan kartu KUSUKA akan dilakukan dengan memanfaatkan
printer kartu nelayan yang sudah ada.
7. Bantuan Sarana penangkapan Ikan dan Perbengkelan Nelayan
a. Pada tahun 2017 telah dibangun 755 unit kapal dengan rincian kapal berukuran 3
GT sebanyak 220 unit, 5 GT sebanyak 381 unit, 10 GT sebanyak 133 unit, 20 GT
sebanyak 15 unit dan 30 GT sebanyak 6 unit.
b. Sebanyak 444 unit kapal telah terbangun di tahun 2017 dan 311 unit dilanjutkan di
tahun 2018.
c. Penyebab tidak selesainya pembangunan 755 unit kapal dengan tepat waktu
dikarenakan ketidakmampuan galangan dalam melaksanakan pembangunan
seperti minimnya modal yang dimiliki oleh galangan, belum terstandarisasinya
galangan kapal, jumlah galangan di e-katalog terbatas, sebaran galangan yang tidak
merata, kapasitas produksi yang dimiliki belum dapat memenuhi permintaan,
tenaga kerja (jumlah dan memiliki keterampilan terbatas serta sebaran yang tidak
merata), keterlambatan ketersediaan mesin dan pasokan material yang terbatas
(bergantung pada import) dan keterlambatan pembayaran dikarenakan dokumen
pengajuan pembayaran yang ditolak oleh KPPN.
8. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
a. SKPT Natuna
(1) Status aset tanah dan bangunan perlu segera diselesaikan sehingga tidak akan
menjadi masalah dalam pecatatan BMN serta pengelolaan aset ke depan.
(2) Kapal bantuan masih ada yang belum memiliki surat-surat sehingga perlu
segera diselesaikan.
(3) Perlu menggali potensi lain selain perikanan tangkap seperti perikanan
budidaya dan pengolahan.
(4) Spesifikasi alat penangkap ikan yang menjadi satu kesatuan dengan kapal
maupun terpisah agar benar-benar sesuai dengan kebutuhan nelayan.
b. SKPT Sebatik
(1) Lahan terbatas sehingga pengembangan infrastruktur juga terbatas.
(2) Akses air bersih tersedia namun terbatas sehingga beberapa fasilitas belum
termanfaatkan maksimal.
(3) Pelaksanaan pekerjaan DAK Provinsi 2017-2018 di lokasi SKPT Sebatik menjadi
permasalahan mengingat status aset masih milik kabupaten sehingga perlu
revisi penjelasan pada Juknis DAK untuk pelaksanaan pekerjaan DAK tahun
2018.
c. SKPT Merauke
(1) Status lahan yang dihibahkan masih milik Pemda sehingga perlu dilakukan
pinjam pakai aset dengan Pemda.
(2) Aktivitas yang semakin ramai membutuhkan tambahan dermaga, khususnya
untuk kapal skala kecil.
d. SKPT Saumlaki
(1) Pelaksanaan pengembangan diutamakan terlebih dahulu pada prasarana
pendukung pengoperasian pelabuhan perikanan seperti penyediaan bahan
bakar minyak (SPDN), air bersih, dan daya listrik.
(2) Penataan tanah di wilayah pelabuhan perikanan sebagai akibat dari perbedaan
levelling kontur tanah pada area pengembangan.
(3) Menitikberatkan pada upaya penyelesaian status tanah/bangunan yang ada
dalam wilayah pelabuhan perikanan.
(4) Perlunya melaksanakan reklamasi lahan seluas 28.500 m2 (100 x 285 m) di
kolam pelabuhan perikanan sebagai antisipasi terhadap titik surut terendah
agar dapat digunakan untuk bersandar kapal.

II. PEMANTAPAN DAN PERCEPATAN KEGIATAN PERIKANAN TANGKAP TAHUN 2018


1. Pengelolaan Perikanan Tangkap di Perairan Darat
a. Dalam rangka pengelolaan perikanan tangkap di perairan darat dengan
pendekatan wilayah sungai, maka telah ditetapkan 10 wilayah sungai yang akan
dijadikan pilot project dalam mengoperasionalkan kelompok kerja pengelolaan
perikanan tangkap di perairan darat (Pokja P3D).
b. DKP Provinsi atau Kabupaten/Kota akan melibatkan peran aktif masyarakat dalam
mengoptimalkan pengumpulan informasi pemanfaatan sumber daya ikan perairan
darat, untuk mewujudkan pengelolaan perikanan partisipatif
c. Dinas Perikanan Kab/Kota penerima bantuan pemerintah berupa TPI di perairan
darat akan mengoperasionalkan bantuan melalui pembiayaan dari APBD Kab/Kota
pada tahun berikutnya.
2. Operasionalisasi Kantor Lembaga Pengelola WPPNRI
a. Penguatan data perikanan tangkap diperlukan masing – masing WPPNRI sebagai
basis dalam pengelolaan sumber daya ikan yang berkelanjutan.
b. Pendataan di sekretariat lembaga pengelola perikanan WPPNRI berkoordinasi
dengan sistem Satu Data KKP untuk dapat mengakses aplikasi Satu Data KKP agar
dapat melihat dan merekapitulasi data perikanan tangkap di seluruh provinsi yang
ada di WPPNRI masing – masing untuk analisis dan pembahasan lebih lanjut.
c. Pemerintah daerah (DKP Provinsi) telah mengidentifikasi dan menetapkan spesies
prioritas yang akan menjadi fokus pengelolaan perikanan tangkap di masing-
masing WPPNRI, sebagai berikut :
No WPPNRI Spesies Prioritas yang Dikelola
1 571 Ikan kerapu, cumi-cumi, ikan teri, ikan kuro/senangin
2 572 Ikan teri, ikan kakap merah, ikan kerapu, ikan kembung
3 573 Lemuru, cumi-cumi, layur, Kakap, Kerapu
No WPPNRI Spesies Prioritas yang Dikelola
4 711 Ikan kerapu, cumi-cumi, ikan tembang, ikan japuh
5 712 Rajungan, ikan kakap merah, ikan kerapu
Ikan kakap, ikan kerapu, ikan terbang, kepiting bakau,
6 713
rajungan
7 714 Cumi-cumi, gurita, rajungan, ikan
8 715 Ikan kakap, ikan kerapu, cumi-cumi, dan udang
9 716 Kerapu, julung-julung, kepiting bakau
10 717 Ikan kakap, ikan kerapu, rajungan
11 718 Udang, ikan demersal, dan kepiting bakau

d. Hasil dari spesies prioritas yang telah disepakati akan dibahas lebih lanjut oleh
panel ilmiah di masing-masing WPPNRI sehingga dapat dilakukan pemetaan habitat
dan siklus hidup dari spesies prioritas ikan tersebut.
3. Bantuan Sarana Penangkapan Ikan dan Perbengkelan Nelayan
a. Sebanyak 364 proposal dari 172 Kabupaten/Kota (34 Provinsi) telah mengusulkan
BSPI untuk 522 calon penerima baik koperasi maupun non koperasi (usulan Maret
– Desember 2017);
b. Terhadap usulan tersebut dilaksanakan seleksi awal (seleksi terhadap kelembagaan
koperasi dan usulan bantuan) yang menghasilkan 137 koperasi yang memiliki NIK
(61 sudah bersertifikat dan 76 belum bersertifikat)
c. Sesuai dengan mekanisme penetapan calon penerima bahwa akan dilaksanakan
kunjungan ke lapangan untuk koperasi calon penerima BSPI dengan melakukan
konfirmasi terlebih dahulu dengan Dinas Perikanan Kabupaten/Kota untuk
spesifikasi kapal perikanan, alat penangkapan ikan dan mesin kapal.
d. Kunjungan ke lapangan akan melibatkan Dinas Perikanan Kabupaten/Kota terkait.
e. Hasil kunjungan ke lapangan akan ditindaklanjuti dalam rapat pleno untuk
menetapkan penerima BSPI tahun 2018.
f. Untuk proposal bantuan yang masuk tahun 2018, hanya akan dapat diakomodasi
untuk tahun selanjutnya dengan tetap berdasarkan pada ketentuan yang
tercantum pada Petunjuk Teknis Bantuan Sarana Penangkapan Ikan
4. Bantuan Premi Asuransi Nelayan (BPAN)
a. Sesuai amanat UU no. 7 tahun 2016 tentang perlindungan dan pemberdayaan
nelayan, pembudidaya ikan dan petambak garam, KKP telah melaksanakan
program Bantuan Premi Asuransi Nelayan (BPAN) sejak tahun 2016 dengan
realisasi total tahun 2016 dan 2017 sebanyak 909.948 nelayan. Pada tahun 2018
BPAN ditargetkan sebanyak 500.000 nelayan terasuransi.
b. KKP telah bersinergi dengan Otoritas Jasa Keuangan dan Perusahaan asuransi untuk
melaksanakan program asuransi nelayan mandiri untuk keberlanjutan jaminan
perlindungan asuransi bagi nelayan pasca BPAN atau nelayan yang masa polisnya
sudah habis dan untuk fasilitasi asuransi nelayan /ABK yang bekerja di atas kapal
ukuran lebih dari 10 GT.
c. Target BPAN ditentukan berdasarkan data kartu nelayan yang belum menerima
premi asuransi pada tahun 2016 – 2017 ditambahkan dengan data nelayan yang
belum memiliki kartu nelayan/KUSUKA.
d. Pemerintah daerah memiliki keinginan untuk mengadopsi program BPAN dengan
mengadopsi aturan pusat untuk dijadikan landasan peraturan Gubernur.
5. Kedai Nelayan
a. Kedai Nelayan dengan Konsep “Layarmart” bertujuan untuk memudahkan nelayan
mendapatkan barang kebutuhan melaut dan kebutuhan sehari-hari dengan harga
terjangkau.
b. Toko tersebut rencananya akan dioperasikan oleh koperasi nelayan setempat
bekerjasama dengan mitra investor melalui skema kerjasama social preneunership-
economic sharing kombinasi CSR (dukungan investasi yang produktif dari sosial
perusahaan untuk pemberdayaan nelayan)
c. Pilot project Kedai Nelayan “Layarmart” Tahun 2018 berlokasi di PPN Karangantu
dengan pertimbangan memiliki potensi strategis dalam menjalankan usaha
6. Integrasi Perizinan Pusat dan Daerah
a. Blanko dokumen perizinan diharapkan seragam secara nasional dengan
mencantumkan logo/identitas instansi yang mengeluarkan dokumen tersebut.
b. Pengurusan dokumen perizinan kapal ukuran diatas 30 GT diharapkan dapat
didelegasikan kepada UPT Ditjen Perikanan Tangkap dengan persyaratan yang
sama.
c. Perlu peningkatan aplikasi Sistem Informasi Perizinan Kapal Daerah (SIMKADA)
untuk mengakomodasi beberapa hal yang menjadi kendala dalam penginputan
data kapal dan membutuhkan pendampingan operator di daerah.
7. Penataan Kampung Nelayan
a. Penataan kampung nelayan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan
kawasan/lingkungan kampung nelayan yang bersih, sehat dan nyaman serta dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat nelayan dan menumbuhkan kesadaran
dan partisipasi masyarakat nelayan dalam melaksanakan kegiatan penataan di
lingkungan kawasan kampung nelayan.
b. Target lokasi Penataan Kampung Nelayan tahun 2018 ditetapkan sebanyak 10
lokasi dengan sumber pendanaan dari APBN.
c. Fasilitasi penataan kampung nelayan melalui Corporate Social Responsibility (CSR)
dari perusahaan BUMN atau swasta nasional lainnya diharapkan dapat
memfasilitasi target 100 lokasi kampung nelayan lainnya.
d. Kegiatan penataan kampung nelayan akan dilaksanakan dengan swakelola padat
karya berkoordinasi dan bersinergi dengan Kementerian PUPR sebagai induk Dinas
Permukiman dan SDA.
8. Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT)
a. Detail kegiatan 2018 SKPT Ditjen Perikanan Tangkap perlu dimatangkan kembali
dan akan dibahas ulang bersama Direktur Jenderal Perikanan Tangkap yang
rencananya akan dilaksanakan tanggal 19 April 2018 di Jakarta.
b. Rencana Pelindo 4 melakukan investasi di SKPT Merauke diharapkan dapat
direalisasikan di tahun 2018.
c. Rencana pembangunan kapal penangkapan ikan sebanyak 60 unit dan pelatihan
100 nelayan lokal di SKPT Merauke sebagai tindak lanjut arahan Menteri Kelautan
dan Perikanan pada kunjungan kerja di Merauke pada bulan Maret 2018, diminta
agar segera direalisasikan di tahun 2018.
III. PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN TANGKAP TAHUN 2019
1. Pembangunan perikanan tangkap tahun 2019 diarahkan bagi peningkatan
produktivitas dan kesejahteraan stakeholder utama perikanan tangkap yakni nelayan
serta kelestarian sumber daya ikan, dengan menyinergikan seluruh sumber daya baik
itu pemerintah, swasta, dan para pihak lainnya, untuk mewujudkan tujuan dan
sasaran pembangunan nasional sebagaimana telah tercantum dalam RPJMN 2015-
2019.
2. Pembangunan perikanan tangkap tahun 2019 dilaksanakan untuk mewujudkan tema
RKP 2019 yaitu ”Pemerataan Pembangunan untuk Pertumbuhan Berkualitas”
khususnya mendukung 4 (empat) Prioritas Nasional, yaitu:
a. Pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan
pelayanan dasar;
b. Pengurangan kesenjangan antarwilayah melalui penguatan konektivitas dan
kemaritiman;
c. Peningkatan nilai tambah ekonomi melalui pertanian, industri, dan jasa produktif;
dan
d. Pemantapan ketahanan energi, pangan, dan sumber daya air.
3. Rancangan indikatif kegiatan utama Ditjen Perikanan Tangkap tahun 2019 adalah
sebagai berikut:
(2) Kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Ikan
(1) Pembangunan TPI Perairan Darat;
(2) Pengembangan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Sebatik.
(3) Kegiatan Pengelolaan Kapal Perikanan dan Alat Penangkapan Ikan
(1) Bantuan kapal perikanan;
(2) Bantuan alat penangkapan ikan;
(3) Bantuan mesin kapal perikanan;
(4) Bengkel maritim;
(5) Pengembangan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Saumlaki.
(4) Kegiatan Pengelolaan Pelabuhan Perikanan
(1) Revitalisasi TPI higienis;
(2) Pengembangan pelabuhan perikanan prioritas;
(3) Pengembangan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Merauke.
(5) Kegiatan Pengelolaan Perizinan dan Kenelayanan
(1) Penataan kampung/sentra nelayan;
(2) Kedai nelayan;
(3) Bantuan premi asuransi nelayan;
(4) Pengembangan Sentra Kelautan dan PerikananTerpadu (SKPT) Natuna.
4. Dalam rangka penyusunan kegiatan dan alokasi anggaran tahun 2019, Ditjen
Perikanan Tangkap menjaring usulan dari 23 (dua puluh tiga) Satker UPT Pusat lingkup
Ditjen Perikanan Tangkap dan 22 (dua puluh dua) Satker DKP Provinsi, sebagai
berikut:
a. Satker UPT Pusat lingkup Ditjen Perikanan Tangkap
(1) Usulan kegiatan pembangunan fisik, peningkatan prasarana pelabuhan dan
rehabilitasi dengan anggaran sebesar Rp 360.069.891.089,-
(2) Usulan kegiatan pendukung berupa anggaran operasional satker, belanja
pegawai dan anggaran untuk pelaksanaan tugas dan fungsi dengan
anggaran sebesar Rp 284.197.285.935,-
b. Satker DKP Provinsi
(1) Usulan kegiatan pembangunan fisik berupa bantuan kapal perikanan,
bantuan alat penangkapan ikan, TPI higienis, pembangunan Konstruksi
Pelabuhan, serta penataan kampung nelayan melalui alokasi APBN Satker
Pusat sebesar Rp. 108.635.000.000,-;
(2) Usulan kegiatan pembangunan fisik berupa bantuan kapal perikanan,
bantuan alat penangkapan ikan, TPI higienis, pembangunan Konstruksi
Pelabuhan, serta pengadaan rumah ikan melalui alokasi Tugas Perbantuan
(TP) Provinsi sebesar Rp 660.759.168.000. Provinsi yang menyatakan
sanggup melaksanakan dan mengusulkan satker TP sebanyak 18 satker,
yaitu:
a) Kepulauan Riau
b) Bangka Belitung
c) Banten
d) DI Yogyakarta
e) Kalimantan Selatan
f) Kalimantan Tengah
g) Nusa Tenggara Barat
h) Nusa Tenggara Timur
i) Maluku
j) Maluku Utara
k) Sulawesi Utara
l) Sulawesi Barat
m) Sulawesi Selatan
n) Sulawesi Tengah
o) Sulawesi Tenggara
p) Gorontalo
q) Papua
r) Papua Barat
(3) Usulan kegiatan pendukung untuk melaksanakan tugas dan fungsi anggaran
operasional satker, belanja pegawai dan anggaran untuk pelaksanaan tugas
dan fungsi dengan anggaran sebesar Rp. 34.655.242.000,-.

c. SKPT
(1) SKPT Natuna
Mengusulkan anggaran sebesar Rp 25,27 milyar berupa pendukung
operasional pelabuhan perikanan, pembangunan fasilitas dan pembebasan
lahan docking kapal, sentra kuliner, dermaga apung, pengadaan truk mini
crane, speed boat, prasarana pemasaran hasil perikanan, sarana
penangkapan ikan, rehabilitasi TPI, dan perlengkapan sarana bantuan kapal
perikanan tahun 2017
(2) SKPT Sebatik
Mengusulkan anggaran sebesar Rp 55,07 miliar berupa pendukung
operasional pelabuhan, reklamasi lahan seluas 2.100 m2, pembangunan
trestle, dermaga, menara pengawas, laboratorium pemeriksaan ikan,
tempat ibadah, pengadaan sarana budidaya rumput laut, speed boat, IFM,
container coldstorage mobile, crane mobile, IPAL, penambahan daya listrik,
dan konservasi kepiting bakau.
(3) SKPT Merauke
Mengusulkan anggaran sebesr Rp 88,23 milyar berupa pendukung
operasional pelabuhan perikanan, timbunan lahan, pembangunan dermaga
untuk kapal di bawah 10 GT, revetment, jalan rigid beton, shelter nelayan,
pagar pengaman, dan kios perbekalan.
(4) SKPT Saumlaki
Masih dalam proses penyusunan usulan.
IV. DUKUNGAN LINTAS K/L
1. Kementerian Komunikasi dan Informatika
a. Pengembangan dan pemberdayaan TIK bagi petani dan nelayan melalui program
nasional 1.000.000 petani & nelayan go digital;
b. Program Nelayan Go Online yang mengintegrasikasi informasi aset, keuangan,
kegiatan penangkapan ikan, kegiatan penyimpanan dan pengolahan hasil
tangkapan, serta pemasaran;
2. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
a. Program Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (PRUKADES) dibentuk untuk
membuat sebuah klasterisasi pada produk unggulan di suatu wilayah dengan
tujuan menarik minat investor untuk berinvestasi pada pengembangan produk
terkait;
b. Pengembangan BUM Desa sebagai upaya untuk memangkas jalur rente, melalui
pembentukan Lembaga Keuangan Mikro (LKM), sehingga dapat memberikan
kemudahan akses modal dalam bentuk pinjaman ‘lunak’ kepada nelayan; dan
c. Pemanfaatan dana desa dalam pengembangan desa nelayan dan desa lain di
wilayah pesisir.
3. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
a. Program pembangunan sejuta rumah untuk rakyat, dimana Kementerian PUPR
akan membangun 10 kawasan nelayan kumuh di seluruh Indonesia untuk
dijadikan proyek percontohan;
b. Program pembangunan sejuta rumah untuk rakyat tersebut terdiri atas: 1)
Pembangunan Rumah Khusus Nelayan; 2) Pembangunan/Penataan Jalan
Akses/Lingungan; 3) Penyediaan Air Bersih; 4) Penyediaan Sanitasi Dasar (MCK
Komunal, TPST 3R); 5) Pembangunan/Penataan Ruang Terbuka Publik;
V. HAL PENTING LAINNYA
1. Percepatan pelaksanaan program/kegiatan tahun 2018 dengan memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a. Pelaksanaan program/kegiatan pada tahun 2018 harus sesuai dengan
perencanaan agar target IKU, fisik dan realisasi keuangan tercapai;
b. Melakukan sosialisasi program/kegiatan pembangunan perikanan tangkap
kepada stakeholder, agar stakeholder mengetahui dan dapat menyampaikan
usulan permintaan bantuan sesuai dengan kebutuhannya, sehingga tujuan dari
program/kegiatan tersebut tepat sasaran;
c. Pusat bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dalam mengidentifkasi dan
inventarisasi calon penerima bantuan pemerintah;
d. Segera melakukan invetarisir aset bermasalah, yakni: 1) Aset in aktif Pusat yang
dioperasionalkan oleh Satker Daerah segera dilakukan proses hibah; 2)
Melakukan sertifikasi terhadap aset tanah yang belum tersertifikat; dan 3)
Melakukan penghapusan terhadap BMN yang rusak berat;
e. Segera melakukan penyelesaian administrasi maupun pengembalian keuangan ke
kas negara atas hasil temuan BPK-RI.
2. Perencanaan pembangunan perikanan tangkap 2019 dilaksanakan dengan mengikuti
rambu-rambu sebagai berikut:
a. Perencanaan tahun 2019 tetap berprinsip money follow programme dengan
fokus pada kegiatan prioritas yang bersentuhan langsung dengan stakeholder
utama perikanan tangkap yaitu nelayan;
b. Perencanaan kegiatan dan anggaran yang lebih baik dari segi sasaran, manfaat
maupun secara administratif
c. Tahun 2019 merupakan tahun terakhir RPJM III 2015-2019. Oleh karena itu tahun
2019 diharapkan dapat mencapai target dan tidak terdapat catatan buruk untuk
pemerintahan periode berikutnya;
d. Penguatan kegiatan padat karya yang melibatkan langsung masyarakat dalam
proses pembangunan;
e. Pelaksanaan kegiatan dan anggaran yang lebih baik dengan penguatan terhadap
monitoring dan evaluasi, sehingga diharapkan pada tahun 2019 tidak ada temuan
aparat pengawas/pemeriksa dan laporan keuangan mendapatkan predikat WTP;
f. Peningkatan peran tenaga fungsional dalam proses pembangunan di instansi
pusat maupun daerah.
3. Daerah diharapkan dapat memberikan dukungan terhadap pembangunan perikanan
tangkap dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Melakukan identifikasi lokasi dan calon penerima bantuan, penyiapan lahan dan
pengurusan perizinan terhadap kegiatan fisik, melakukan pembinaan terhadap
stakeholder, serta proses penyerahan aset bagi lokasi yang akan menjadi UPT
Pusat;
b. Melakukan pengawalan terhadap distribusi dan evaluasi terhadap pemanfaatan
bantuan pemerintah yang telah diserahterimakan;
c. Melakukan sinergitas antara program/kegiatan Pemerintah Pusat dengan Daerah,
termasuk dalam pengalokasian anggaran (APBD, DAK dan Dana Desa); dan
d. Membantu sosialisasi dan penyebaran informasi kegiatan pembangunan sub
bidang perikanan tangkap kepada para stakeholder di wilayahnya.

Anda mungkin juga menyukai