Akuntansi secara garis besar terbagi menjadi 2 tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi
manajemen. Sedangkan akuntansi biaya merupakan bagian dari kedua tipe akuntansi tersebut.
Akuntansi Biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen
Akuntansi biaya adalah : proses pencatatan penggolongan peringkasan dan penyajian biaya
pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya.
Akuntansi mempunyai tiga tujuan pokok : Penentuan harga pokok, pengendalian biaya dan
pengambilan keputusan.o
Biaya (arti luas) : pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi
atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada 4 unsur yang terkandung dalam
definisi tersebut yaitu:
1
Biaya (arti sempit) : - Pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.
i. Pengorbanan Harga Pokok aktiva untuk tujuan tertentu
Biaya dalam perusahaan manufaktur dapat dibagi menjadi 3 fungsi pokok yaitu : Biaya Produksi,
Biaya Pemasaran dan Biaya Administrasi & Umum.
2
METODE HARGA POKOK PESANAN – FULL COSTING
Siklus kegiatan perusahaan manufaktur dimulai dengan pengolahan bahan baku di bagian produksi
dan berakhir dengan dengan penyerahan produk jadi ke bagian gudang. Siklus akuntansi biaya
dimulai dengan mencatat harga pokok bahan baku yang dimasukkan ke dalam proses produksi,
dilanjutkan dengan pencatatan biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang
dikunsumsi untuk produksi, serta berakhir dengan disajikannya harga pokok produk jadi yang
diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang.
Siklus akuntansi biaya dalam perusahaan manufaktur digunakan untuk mengikuti proses
pengolahan produk, sejak dari dimasukkannya bahan baku ke dalam proses produksi hingga
dihasilkannya produk jadi dari proses tersebut.
3
SIKLUS AKUNTANSI BIAYA
penentuan harga
pokok bahan baku
yang dibeli
Pengumpulan
biaya produksi
Penentuan
harga pokok
produk jadi
4
Karakteristik usaha perusahaan dengan Metode Harga Pokok Pesanan :
1. Proses pengolahan Produk terjadi secara terputus-putus.
2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh Pelanggan
3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memnuhi persediaan gudang.
Rekening control dan rekening pembantu dalam metode harga pokok pesanan.
2. Pencatatan yang sesungguhnya terjadi pertama kali dengan mendebit rekening BOP
sesungguhnya , kemudian rekening BOP dibebankan ditutup ke rekening BOP
sesungguhnya untuk menghitung kelebihan / kekurangan pembebanan BOP.
c. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi.
Pesanan yang telah selesai dan ditransfer ke gudang. Harga pokok pesanan yang telah selesai
diproduksi dapat dihitung dari informasi biaya yang dikumpulkan dalam kartu harga pokok
pesanan yang bersangkutan. Dan dijurnal dengan mendebit rek Persediaan Produk jadi dan
mengkredit Rekening Barang dalam proses
5
d. Pencatatan Harga Pokok Produk dalam proses
Pada akhir periode kemungkinan ada pesanan yang belum selesai di produksi, yang mana
harus diakui sebagai persediaan produk dalam proses dengan cara mendebit rek Persediaan
produk dalam proses dang mengkredit rek barang dalam proses.
e. Pencatatan Harga Pokok produk yang dijual
Harga pokok produk yang dijual dicatat dalam rekening harga pokok Penjualan dan
rekening persediaan produk jadi
f. Pencatatan Penjualan Produk
Pendapatan dari penjualan produk dicatat dengan mendebit rek Piutang/kas dan mengkredit
rek penjualan
g. Pencatatan Biaya non Produksi (Biaya Administrasi &umum dan Biaya Pemasaran)
Biaya adum dan biaya pemasaran dicatat pada saat terjadinya dengan mendebit rek biaya
adum/biaya pemasaran.
Kartu harga pokok sangat penting dalam metode harga pokok pesanan, karena berfunsi sebagai
rekening pembantu, yang digunakan untuk mengumpilkan biaya produksi tiap pesanan produk.
Biaya produksi untuk mengerjakan pesanan tertentu dicatat secara rinci di dalam kartu harga pokok
pesanan yang bersangkutan.
Biaya produksi langsung, dicatat ke dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan
sesuai biaya yang sebenarnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung, dicatat ke dalam
kartu harga pokok pesanan berdasarkan suatu tarip tertentu.
6
Contoh pengumpulan biaya produksi dengan metode harga pokok pesanan dengan
pendekatan full costing dalam penentuan harga pokok produksi.
Pada bulan Nopember 2010, PT. Eliona mendapat pesanan untuk mencetak undangan sebanyak
1.500 lembar dari PT. Rimendi. Harga yang dibebankan kepada pemesan tersebut adalah
Rp.3.000,00 per lembar. Pada bulan yang sama perusahaan juga menerima pesanan untuk mencetak
pamflet iklan sebanyak 20.000 lembar dari PT. Oki, dengan harga jual sebesar Rp.1.000,00 per
lembar. Pesanan dari PT. Rimendi diberi nomor 101 dan pesanan dari PT. Oki diberi nomor 102.
Berikut ini adalah kegiatan produksi dan kegiatan lain untuk memenuhi pesanan tersebut.
Pembelian bahan baku dan bahan penolong tersebut dijurnal sebagai berikut
Jurnal # 1
7
2. Pemakaian bahan baku dan bahan penolong dalam produksi.
Bahan baku untuk pesanan No. 101:
Kertas jenis X 85 ream @ Rp.10.000,00 Rp.
Tinta jenis A 5 kg @ Rp.100.000,00 Rp.
Jumlah bahan baku untuk pesanan No. 101 Rp.
Bahan baku untuk pesanan No. 102:
Kertas jenis Y 10 roll @ Rp.350.000,00 Rp.
Tinta jenis B 25 kg @ Rp.25.000,00 Rp.
Jumlah bahan baku untuk pesanan No.102 Rp.
Jumlah bahan baku yang dipakai Rp.
Jurnal # 2
Barang dalam proses biaya bahan baku...........5.475.000
Persediaan bahan baku......................................5.475.000
8
3. Pencatatan biaya tenaga kerja.
Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi adalah sebagai berikut:
Jurnal # 4
Jurnal # 5
Jurnal # 6
9
Kas........................................................20.400.000
Jurnal # 7
Barang Dalam Proses BOP.........................8.850.000
Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan.................8.850.000
Umpama biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi (selain biaya bahan penolong
Rp.300.000,00 dan biaya tenaga kerja tidak langsung sebesar Rp.3.000.000,00) juga termasuk
biaya-biaya seperti tertera berikut:
Biaya depresiasi mesin Rp.1.500.000
Biaya depresiasi gedung pabrik Rp. 2.000.000
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin Rp. 700.000
Biaya pemeliharaan mesin Rp. 1.000.000
Biaya pemeliharaan gedung Rp. 500.000
Jumlah Rp.
10
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi tersebut adalah
Jurnal # 8
Saldo rekening Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan ditutup ke rekening Biaya Overhead
Pabrik Sesungguhnya. Jurnal tersebut adalah sebagai berikut:
Jurnal # 9
BOP yang di bebankan............ Rp 8.850.000
BOP yang sesungguhnya........................Rp 8.850.000
Selisih biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk dengan biaya overhead pabrik
yang sesungguhnya terjadi dipindahkan ke rekening Selisih Biaya Overhead Pabrik, pada
contoh di atas jumlah biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah:
Biaya bahan penolong Rp.
Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp.
Biaya depresiasi mesin Rp.
Biaya depresiasi gedung pabrik Rp.
Biaya asuransi gedung pabrik dan mesin Rp.
Biaya pemeliharaan mesin Rp.
Biaya pemeliharaan gedung Rp.
11
Jumlah biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi Rp.
Dengan demikian jika rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya dibukuan, maka saldo
debet akan menunjukkan jumlah Rp. 9.000.000
Saldo kredit akan menunjukkan jumlah (BOP yg dibebankan) Rp. 8.850.000
Selisih pembebanan kurang (underapplied) Rp. 150.000
Selisih biaya overhead pabrik tersebut dipindahkan ke rekening Selisih Biaya Overhead pabrik,
Jika terjadi selisih pembenanan kurang, maka jurnalnya adalah:
Jurnal # 10
Pesanan yang sudah selesai diproduksi ditransfer ke Gudang, selanjutnya dihitung Harga Pokok
Pesanan yang telah selesai diproduksi dengan cara, mengambil informasi biaya yang
dikumpulkan dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan, misalnya pesanan No.101
telah selesai diproduksi, maka dari kartu harga pokoknya akan dapat dihitung biaya produksi
yang telah dikeluarkan untuk pesanan yang bersangkutan.
Harga pokok pesanan No.101 (telah selesai di produksi) dihitung sebagai berikut:
12
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi (101 )tersebut adalah sebagai berikut
Jurnal # 11
Harga pokok pesanan No.102 (belum selesai di kerjakan) dihitung sebagai berikut:
13
Jurnal # 12
Jurnal # 13
HPP..............................3.600.000
Jurnal # 14
Piutang dagang.....................4.500.000
Penjualan/Pendapatan.............4.500.000
14
METODE HARGA POKOK PESANAN YANG PRODUKNYA DIOLAH MELALUI
BEBERAPA DEPARTEMEN PRODUKSI
Jika pabrik dibagi menjadi beberapa departemen dan produk diolah melalui beberapa tahap
pengolahan, maka di dalam buku besar dibentuk rekening Barang Dalam Proses untuk masing-
masing departemen produksi.
Contoh : Perusahaan mengolah produksinya melalui dua departemen produksi, yaitu departemen A
dan departemen B. Maka dalam buku besar disediakan rekening kontrol untuk
menampung biaya produksi sebagai berikut :
Rekening Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya yang digunakan untuk menampung biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya terjadi juga dipecah menjadi dua :
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Departemen A
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Departemen B
Metode harga pokok pesanan yang diterapkan pada perusahaan kontraktor dikenal dengan
nama metode harga pokok kontrak (contract costing atau multiple job costing).
a. Setiap jenis pekerjaan dalam suatu kontrak, dibuat kartu perincian biaya proyek, yang
mencatat biaya bahan, biaya tenaga kerja langsung dan biaya-biaya lain yang berhubungan
dengan pekerjaan tersebut.
b. Setiap kontrak dibuat kartu rekapitulasi biaya proyek, dan digunakan untuk :
- meringkas biaya tiap pekerjaan yang telah selesai.
- Biaya-biaya yang tidak dapat langsung dibebankan kepada pekerjaan tertentu.
- Mencatat harga pokok bahan yang tidak habis dipakai untuk proyek tertentu. Dan
dikembalikan ke gudang kantor pusat.
- Mencatat beban biaya overhead kantor pusat.
c. Didalam buku besar disediaan rekening kontrol Proyek Dalam Proses untuk menampung
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengerjaan proyek.
SOAL LATIHAN
15
1. Menurut daftar gaji dan upah yang dibuat Bagian Personalia, biaya tenaga kerja yang harus
dibayar oleh perusahan terdiri atas unsur berikut ini:
Atas dasar data tersebut buatlah jurnal untuk mencatat Utang gaji dan upah, Distribusi gaji dan
upah serta pembayaran gaji dan upah.
Pada akhir bulan Januari 1996, pesanan No.B-109 telah selesai dikerjakan dan diserahkan
kepada pemesan dengan harga jual Rp.5.000.000,00
4. PT. Ol-ol berproduksi berdasarkan pesanan, menghitung tarip biaya overhead pabriknya
sebesar Rp.150,00 per jam mesin. Dalam suatu bulan perusahaan memproduksi 3 pesanan
dengan waktu pengerjaan sebagai berikut:
Dalam bulan tersebut jumlah biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi adalah sebagai
berikut:
Biaya tenaga kerja tidak langsung Rp. 370.000,00
Biaya bahan penolong Rp. 350.000,00
Biaya depresiasi gedung pabrik Rp. 200.000,00
Biaya depresiasi mesin Rp. 150.000,00
Jumlah Rp.1.070.000,00
Atas dasar data tersebut:
b. Hitunglah pembebanan lebih atau kurang biaya overhead pabrik dan buatlah jurnalnya
16
17
METODE HARGA POKOK PROSES
Perbedaan Metode Harga Pokok proses dan Metode Harga Pokok Pesanan terletak pada :
1. Pengumpulan biaya produksi
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi berdasarkan pesanan
sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi perdepartemen
produksi per periode akuntansi.
2. Perhitungan harga pokok produksi per satuan
Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi persatuan dengan cara
membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah produk yang
dihasilkan dalam pesanan yang dihasilkan saat pesanan selesai diproduksi sedangkan metode
harga pokok proses menghitung harga pokok produksi persatuan dengan cara membagi total
biaya produksi yang dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan selama periode yang bersangkutan (akhir periode akuntansi/akhir bulan).
3. Penggolongan biaya produksi
Dalam Metode harga pokok pesanan biaya produksi harus dipisahkan antara biaya produksi
langsung dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung dibebankan kepada
produk berdaasrkan biaya yang sesungguhnya terjadi sedangkan biaya produksi tidak
langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Sedangkan
dalam metode harga pokok proses pembedaan biaya produksi langsung dan biaya produksi
tidak langsung seringkali tidak diperlukan, umumnya BOPdibebankan kepada produk atas
dasar biaya yang sesungguhnya terjadi.
4. Unsur biaya yang dikelompokkan dalam biaya overhead pabrik
Dalam Metode harga pokok pesanan BOP terdiri dari Biaya Bahan Penolong, biaya tenaga
kerja tidak langsung dan biaya produksi lain selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung (BOPdibebankan atas dasar tarif ditentukan dimuka). Dalam metode harga pokok
proses BOP terdiri dari biaya produksi selaian Biaya Bahan Baku, Bahan penolong dan
Biaya tenaga kerja (Langsung dan tidak langsung), BOP dibebankan atas biaya yang
sesungguhnya terjadi.
18
METODE HARGA POKOK PROSES (TANPA MEMPERHITUNGKAN PERSEDIAAN
PRODUK DALAM PROSES AWAL)
PT. ABC
Laporan Biaya Produksi Bulan Januari 2010
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 2.500
Produk selesai ditransfer ke gudang 2.000
Produk dalam proses akhir 500
Produk yang dihasilkan 2.500
19
Biaya Bahan Baku 5.000.000 2.000
Biaya Bahan Penolong 7.500.000 3.000
Biaya Tenaga Kerja 11.250.000 5.000
Biaya Overhead Pabrik 16.125.000 7.500
Jumlah 39.875.000 17.500
Perhitungan Biaya :
Harga Pokok Produk jadi yang ditransfer ke Gudang 35.000.000
(2.000 x 17.500)
Harga Pokok Persediaan Produk dalam proses Akhir :
Biaya Bahan Baku 1.000.000
Biaya Bahan Penolong 1.500.000
Biaya Tenaga Kerja 1.250.000
Biaya Overhead Pabrik 1.125.000
4.875.000
Jumlah Biaya Produksi yang dibebankan bulan Januari 2010 39.875.000
Quis
PT. Angkasa mengolah produknya secara massal melalui satu departemen produksi. Data
produksi dan biaya produksi bulan Januari 2010 sbb :
Biaya Bahan Baku 6.000.000
Biaya Bahan Penolong 8.500.000
Biaya Tenaga Kerja 12.250.000
Biaya Overhead Pabrik 17.125.000
Total Biaya Produksi 43.875.000
Data Produksi
Dimasukkan dalam Proses 3.500 Kg
Produk Jadi 3.000 Kg
Produk dalam Proses Akhir
(BB 100%, BP 100%, BTK 50%, BOP 30%) 500 kg
]
20
Jurnal pencatatan Biaya Produksi :
- Mencatat Biaya Bahan Baku
Barang dalam Proses – Biaya Bahan Baku 5.000.000
Persediaan Bahan Baku 5.000.000
21
B. Metode Harga Pokok Proses (Produk diolah lebih dari satu departemen produksi)
Jika produk diolah lebih dari satu departemen produksi maka untuk biaya departemen produksi
pertama sama dengan contoh diatas, Tetapi untuk perhitungan biaya produksi persatuan produk
yang dihasilkan setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat
komulatif. Karena produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah
merupakan produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari
departemen produksi sebelumnya tersebut, maka HP produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama terdiri dari :
1. Biaya Produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya.
2. Biaya Produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama.
Contoh :
PT. XYZ mengolah produknya melalui dua departemen produksi yaitu departemen A dan
Departemen B. Data dan biaya produksi kedua departemen tersebut dalam bulan Maret 2010
adalah :
Departemen A Departemen B
Dimasukkan dalam Proses 35.000 kg
Produk selesai ditransfer ke Dep B 30.000 kg
Produk selesai ditransfer ke Gudang 24.000 kg
Produk dalam Proses Akhir :
BB 100%, BTK 20%,BOP 20% 5.000 kg
BTK50%, BOP 50% 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Maret 2010
Biaya Bahan Baku 70.000 -
Biaya Tenaga Kerja 155.000 270.000
Biaya Overhead Pabrik 248.000 405.000
22
Penyelesaian :
Departemen A
Harga Pokok Perunit :
Unsur Biaya Total Biaya Unit Ekuivalen By prod/unit
Biaya Bahan Baku 70.000 (30.000 + 100% x 5.000) = 35.000 2
Biaya Tenaga Kerja 155.000 (30.000 + 20% x 5.000) = 31.000 5
Biaya Overhead Pabrik 248.000 (30.000 + 20% x 5.000) = 31.000 8
473.000 15
PT. XYZ
Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 2006
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 35.000
Produk selesai ditransfer ke Dep. B 30.000
Produk dalam Proses Akhir 5.000
Jumlah Produk yang dihasilkan 35.000
23
Harga Pokok Persediaan Produk dalam proses akhir :
Biaya Bahan Baku 10.000
Biaya Tenaga Kerja 5.000
Biaya Overhead Pabrik 8.000
23.000
Jumlah Biaya Produksi yang dibebankan Dep A dalam bulan Januari 2006 473.000
B Departemen B
24
PT. XYZ
Laporan Biaya Produksi Departemen B Bulan Januari 2006
Data Produksi
Dimasukkan dalam proses 30.000
Produk selesai ditransfer ke Gudang 24.000
Produk dalam Proses Akhir 6.000
Jumlah Produk yang dihasilkan 30.000
Dalam proses produksi tidak semua produk yang diolah dapat menjadi produk yang baik yang
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. Adakalanya produk yang dihasilkan lebih kecil
dari produk/unit yang dimasukkan dalam proses, pada kondisi ini berarti ada produk yang hilang
dalam proses produksi. Ditinjau dari saat terjadinya produk dapat hilang pada awal proses,
sepanjang proses atau pada akhir proses. Untuk kepentingan perhitungan harga pokok produk
persatuan produk yang hilang sepanjang proses harus dapat ditentukan pada tingkat mana
produk tersebut hilang. Untuk menyederhanakan perhitungan harga pokok persatuan produk
yang hilang sepanjang proses diperlakukan sebagai produk yang hilang pada awal atau akhir
proses.
Pengaruh terjadinya produk hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga pokok
produk persatuan
Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikiut menyerap biaya produk yang
dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga tidak diikutsertakan dalam
perhitungan unit ekuivalensi dalam departemen tersebut. Akibat dari produk dalam awal proses
adalah :
a. Menaikkan harga pokok produksi persatuan produk yang diterima dari departemen
sebelumnya
25
b. Menaikkan harga pokok produksi persatuan yang ditambahkan dalam departemen produksi
setelah departemen produksi yang pertama.
Contoh :
PT. Mama memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya : Departemen A
dan Departemen B. data produksi dan biaya produksi untuk bulan Januari 2010 :
Departemen A Departemen.B
Produk dimasukkan dalam proses 1.000 -
Produk jadi yang ditransfer ke Dep B 700 -
Produk selesai ditransfer ke gudang - 400
Produk dlm Proses Akhir :
- BB &BP 100%, BK 40% 200 -
- BP 60%, BK 50% - 100
Produk yang hilang pada awal proses 100 200
Biaya Produksi :
Biaya Bahan Baku 22.500 -
Biaya Bahan Penolong 26.100 16.100
Biaya Tenaga Kerja 35.100 22.500
Biaya Overhead Pabrik 46.800 24.750
Jumlah Biaya Produksi 130.500 63.350
Penyelesaian :
Departemen A
Perhitungan Biaya Produksi per unit
Jenis Biaya Biaya Produksi Unit Ekuivalensi By Prod/Unit
By Bahan Baku 22.500 (700 + 200x100%)=900 25
By Bahan Penolong 26.100 (700 + 200x100%)=900 29
By Tenaga Kerja 35.100 (700 + 200x 40%)=780 45
By Overhead Pabrik 46.800 (700 + 200x 40%)=780 60
130.500 159
PT. Mama
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 2006
Data Produksi
26
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000 Kg
Produk selesai ditransfer ke Dep B 700 Kg
Produk dalam Proses Akhir (BB&BP 100%, BK 40%) 200 Kg
Produk Hilang pada Awal Proses 100 Kg
1.000 Kg
Biaya Yang dibebankan dalam Departemen A
Total Per Kg
Biaya Bahan Baku 22.500 25
Biaya Bahan Penolong 26.100 29
Biaya Tenaga Kerja 35.100 45
Biaya Overhead pabrik 46.800 60
Jumlah Biaya Produksi Departemen A 130.500 159
Perhitungan Biaya
Harga Pokok Produk selesai ditransfer ke Dep B: (700 x 159) 111.300
Harga Pokok Persediaan Produk dalam Proses pada Akhir bulan
Biaya Bahan Baku 5.000
Biaya Bahan Penolong 5.800
Biaya Tenaga kerja 3.600
Biaya overhead Pabrik 4.800
19.200
Jumlah biaya produksi Departemen A 130.500
Produk yang hilang pada awal proses di departemen setelah departemen pertama
Mempunyai akibat :
a. Harga Pokok Persatuan Produkyang berasal dari departemen sebelumnya
b. Harga Pokok Produksi persatuan yang ditambahkan dalam departemen dimana produk
yang hilang tersebut terjadi.
Departemen B
27
Perhitungan Biaya Produksi per unit
Jenis Biaya Biaya Produksi Unit Ekuivalensi By Prod/Unit
Yang ditambahkan di Dep B yang ditambahkan di Dep B
By Bahan Penolong 16.100 (400 + 100x 60%)=460 35
By Tenaga Kerja 22.500 (400 + 100x 50%)=450 50
By Overhead Pabrik 24.750 (400 + 100x 50%)=450 55
63.350 140
Pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan harga
pokok produksi per satuan.
Produk yang hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan dalam
departemen yang bersangkutan. Sehingga harus diperhitungkan dalam penentuan unit ekuivalensi
produk yang dihasilkan oleh departemen tersebut.
Baik di dalam departemen produksi pertama maupun departemen-departemen produksi setelah
departemen produksi pertama, harga pokok yang hilang pada akhir proses harus dihitung dan harga
pokok ini diperlakukan sebagai tambahan harga pokok produk selesai di transfer ke departemen
berikutnya atau ke gudang.
Hal ini akan mengakibatkan harga pokok per satuan produk selesai yang di transfer ke departemen
berikutnya atau ke gudang menjadi lebih tinggi.
Contoh:
PT. Ponti Jaya memproduksi barang melalui dua departemen yaitu dep. A dan Dep. B data
produksi dan biaya produksi kedua departemen bulan desember th 2010 sbb:
28
BB & BP 100 %, BK 40% 200 -
BP 60%, BK 50% - 100
Produk yang hilang pada akhir proses 100 200
Biaya produksi
Dep. A (unit) Dep. B(unit)
Biaya Bahan Baku (BBB) 22.500 -
Biaya Bahan Penolong (BBP) 26.100 16.100
Biaya Tenaga kerja (BTK) 35.100 22.500
Biaya Overhead Pabrik (BOP) 46.800 24.750
DEPARTEMEN .A
P erhitungan harga pokok produk selesai yg ditransfer ke dep B dan Persediaan produk dalam
proses dep A sbb :
Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke dep B (700 x Rp. 141,67) 99.169
Penyesuaian Harga Pokok Produk selesai karena adanya produk yang hilang
Pada akhir proses (100 x 141,67) 14.167
Harga Pokok produk selesai dep A yang ditransfer ke dep B setelah disesuaikan
( 700 x 161,9) 113.336
Harga Pokok Persediaan produk dalam proses akhir bulan (200 unit)
BBB 200 x 100% x 22,5 = 4.500
BBP 200 x 100% x 26,1 = 5.220
BTK 200 x 40% x 39,89 = 3.191,2
BOP 200 x 40% x 53,18 = 4.254,4
17.165,6
Jumlah Biaya Produksi Dep A 130.501,6
*selisih sebesar Rp 1,6 terjadi karena pembulatan
Sehingga Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Desember 2005 akan tampak sbb:
Perhitungan Biaya
Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke dep B (700 x Rp. 141,67) 99.169
Penyesuaian Harga Pokok Produk selesai karena adanya produk yang hilang
Pada akhir proses (100 x 141,67) 14.167
Harga Pokok produk selesai dep A yang ditransfer ke dep B setelah disesuaikan
( 700 x 161,9) 113.336
Harga Pokok Persediaan produk dalam proses akhir bulan (200 unit)
BBB 200 x 100% x 22,5 = 4.500
BBP 200 x 100% x 26,1 = 5.220
BTK 200 x 40% x 39,89 = 3.191,2
BOP 200 x 40% x 53,18 = 4.254,4
17.165,6
Jumlah Biaya Produksi Dep A 130.501,6
DEPARTEMEN B
Perhitungan harga pokok produk selesai yg ditransfer ke Gudang dan Persediaan produk dalam
proses dep B sbb :
Harga Pokok Persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 unit)
Harga Pokok dari Departemen A (100 x 161,91) = 16.191
BBP 100 x 60% x 24,39 = 1.463,4
BTK 100 x 50% x 34,62 = 1.731
BOP 100 x 50% x 38,08 = 1.904
21.289,4
Jumlah Biaya Komulatif dalam Departemen B 176.689,4
30
Laporan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Desember 2005
Data Produksi
Produk yang diterima dari Dep A 700
Perhitungan Biaya
Harga Pokok produk selesai di transfer ke gudang :
Harga pokok dari dep A (400 x 161,91) 64.764
Harga Pokok yang ditambahkan di dep B (400 x 97,09) 38.836
Harga Pokok Produk yang hilang pada akhir proses 51.800
{200 x (161,91 + 97,09)
Harga Pokok produk jadi nyang ditransfer ke gudang (400 x 388,5) 155.400
Harga Pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 unit)
Harga Pokok Produk dari dep A (100 x 161,91) 16.191
Harga Pokok yang ditambahkan dalam Dep B :
Biaya Bahan Penolong (100 x 60% x 24,39) 1.463,4
Biaya Tenaga Kerja (100 x 50% x 34,62) 1.731
Biaya Overhead Pabrik (100 x 50% x 38,08) 1.904
21.289,4
Jumlah biaya produksi komulatif dalam Dep B 176.689,4
Contoh soal :
PT Lisa memproduksinya melalui dua departemen produksi yaitu dep 1 dan dep 2 data produksi dan
biaya produksi bulan desember 2005 adalah sbb :
Data Produksi Dep. 1 Dep. 2
Produk dlm proses awal
BBB 100%, BK 40% 4.000 kg -
BTK 20%, BOP 60% 6.000 Kg
Dimasukkan dalam Proses 40.000 kg -
Produk di transfer ke dep 2 35.000 kg
Produk yg diterima dari dep 1 35.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Prodduk dlm proses akhir :
31
BB 100% BK 70% 9.000 kg
BTK 40% , BOP 80% 3.000 kg
Harga Pokok Produk dlm proses awal :
Harga Pokok dr dep 1 Rp. 11.150.000
BBB Rp. 1.800.000
BTK Rp. 1.200.000 Rp. 1.152.000
BOP Rp. 1.920.000 Rp. 4.140.000
Biaya Produksi
BBB Rp. 20.200.000
BTK Rp. 29.775.000 Rp. 37.068.000
BOP Rp. 37.315.000 Rp. 44.340.000
Metode masuk pertama keluar pertama mang anggap biaya produksi periode sekarang pertama
kali digunakan untuk menyelesaiakan produk dalam proses awal periode yang masih dalam
proses. Baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam
proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimasukkan dalam
proses periode sekarang. Oleh karena itu dalam perhitungan unit ekuivalensi tingkat
penyelesaian persediaan produk dalam proses awal harus diperhitungkan.
Contoh soal : seperti pada contoh soal metode rata-rata tertimbang dimana data produksi bulan
Desember 2010 adalah sbb :
32
Data Produksi Dep.1 Dep.2
Produk dalam proses awal
Biaya Bahan Baku 100%, BK 40% 4000 Kg -
Biaya tenaga kerja 20%, BOP 60% - 6.000 Kg
Dimasukkan dalam proses 40.000 kg -
Produk ditransfer ke dep 2 35.000 kg -
Produk jadi yang ditransfer ke gudang - 38.000 kg
Produk dalam proses akhir
BBB 100%, BK 70% 9.000 kg -
BTK 40%, BOP 80% - 3.000 kg
Harga Pokok Produk dalam proses awal
Harga pokok dr dep 1 - 11.150.000
BBB 1.800.000 -
BTK 1.200.000 1.152.000
BOP 1.920.000 4.140.000
Biaya Produksi
BBB 20.200.000 -
BTK 29.775.000 37.068.000
BOP 39.315.000 44.340.000
PT. …………
Laporan Biaya Produksi departemen 1
Bulan Desember 2005
33
Data Produksi
Produk dalam proses awal 4.000 kg
Dimasukkan dalam proses 40.000 kg
Jumlah Produk yang diolah dalam bulan Desember 2005 44.000 kg
Perhitungan Biaya :
Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke Dep.2
Harga Pokok Produk dalam proses awal Rp. 4.920.000
Biaya Penyelesaian Produk dalam Proses awal:
Biaya Tenaga Kerja Rp. 1.800.000
Biaya Overhead Pabrik Rp. 2.256.000
Rp 8.976.000
Harga Pokok mProduk dari produk bulan ini (31.000 x 2.195) Rp. 68.045.000
Rp. 77.021.000
Pada departemen produksi setelah departemen pertama produk teleh membawa harga pokok dari
departemen sebelumnya. Produk dalam proses yang membawa harga pokok dari periode
sebelumnya digunakan pertama kali untuk menentukan harga pokok produk ditransfer ke
departemen berikutnya atau ke gudang.
Perhitungan Harga Pokok Produk jadi dan Produk dalam proses Dep. 2
*Seharusnya sebesar Rp. 174.871.000 terjadi selisih sebesar Rp 1.320 karena pembulatan
PT. …………
Laporan Biaya Produksi departemen 2
Bulan Desember 2005
Data Produksi
Produk dalam proses awal 6.000 kg
Produk yg diterima dr dep 1 35.000 kg
Jumlah Produk yang diolah dalam bulan Desember 2005 41.000 kg
Perhitungan Biaya :
Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke Gudang
Harga Pokok Produk dalam proses awal Rp. 16.442.000
Biaya Penyelesaian Produk dalam Proses awal:
Biaya Tenaga Kerja Rp. 4.682.460
Biaya Overhead Pabrik Rp. 2.891.760
Rp 24.016.160
Harga Pokok Produk dari produk bulan ini (32.000 x 4.381) Rp. 140.192.000
Rp. 164.208.160
Harga Pokok produk dalam proses akhir
Harga Pokok Dari Dep. 1 (3.000 x 2.200.6) Rp. 6.601.800
Biaya Tenaga Kerja (3.000 x 40% x 975,5) Rp. 1.170.600
Biaya overhead Pabrik (3.000 x 80% x 1.204,9) Rp. 2.891.760
Rp. 10.664.160
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam dep 2 Rp. 174.872.320*
Tambahan Bahan Baku dalam departemen produksi setelah departemen produksi pertama
Pada umumnya bahan baku diolah pertama kali pada departemen pertama. Departemen produksi
berikutnya hanya mengolah lebih lanjut produksi hasil departemen pertama dengan mengeluarkan
biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Namun sering kali dalam proses produksi bahan
35
baku ditambahkan dalam departemen setelah departemen pertama. Tambahan bahan baku ini
mempunyai dua kemungkinan :
1. Tidak menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang
mengkonsumsi tambahan bahan baku tersebut. Pada kondisi ini maka tambahan biaya bahan
baku tidak mempengaruhi unit ekuivalen produk yang dihasilkan serta tidak mempengaruhi
harga pokok produksi persatuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
2. Menambah jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen produksi yang mengkonsumsi
tambahan bahan baku tersebut. Pada kondisi ini akan berakibat diadakannya penyesuaian
harga pokok produksi persatuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya.
Penyesuaian ini dilakukan karena total harga pokok produk yang berasal dari departemen
sebelumnya yang semula di pikul oleh jumlah tertentu sekarang harus dipikul oleh jumlah
yang lebih banyak akibat tambahan bahan baku tersebut. hal ini mengakibatkan harga pokok
produksi persatuan yang berasal dari departemen sebelumnya menjadi lebih kecil.
Contoh
PT. Oki memproduksi produknya melalui dua departemen produksi: Departemen. 1 dan Departemen
2. Bahan baku tidak hanya di proses di departemen 1 saja tetapi juga ditambahkan dalam proses
produksi departemen 2. tambahan bahan baku ini mengakibatkan jumlah unit produk yang dipakai
sebagai penyebut dalam perhitungan harga pokok produk yang berasal dari departemen 1
bertambah, sehingga harga pokok per satuan produk yang diterima dari departemen 1 menjadi lebih
rendah. Data produksi dan biaya produksi departemen 2 bulan januari 1998 adalah :
Harga Pokok Produk yang diterima dari dep 1 dlm bln ini 77.035.000
(35.000 x 2.201)
Penyelesaian :
36
BOP 44.340.000 1.109
190.835.000 4.405
Perhitungan Harga Pokok Produk jadi dan Produk dalam proses Dep. 2
Harga Pokok Produk selesai di transfer ke gudang:
Harga Pokok persediaan produk dalam proses awal 17.392.000
Biaya Penyelesaian Produk dlm proses awal :
BTK 80% x 6.000 x 936 4.492.800
BOP 40% x 6.000 x 1.109 2.661.600
24.546.400
Harga Pokok Produk dari produksi skrg(32.000 x 4.405) 140.960.000
165.506.400
Harga Pokok Produk dlm proses akhir :
Harga Pokok dr Dep 1 (7.000 x 1.975) 13.825.000
BBB (7.000 x 100% x 385) 2.695.000
BTK (7.000 x 40% x 936) 2.620.800
BOP (7.000 x 80% x 1.109) 6.210.400
25.351.200
Jumlah Biaya Yang dibebankan dalam Departemen 2 190.857.600*
*Jumlah yang sesungguhnya adalah Rp. 190.835.000 selisih sebesar Rp. 22.600 karena pembulatan
saat penentuan harga pokok proses persatuan.
PT Oki
Laporan Biaya Produksi departemen 2
Bulan Desember 2005
Data Produksi
Produk dalam proses awal 6.000 kg
Produk yg diterima dr dep 1 35.000 kg
Tambahan Produk karena tambahan bahan baku 4.000 kg
Jumlah Produk yang diolah dalam bulan Desember 2005 45.000 kg
Perhitungan Biaya :
Harga Pokok Produk selesai yang ditransfer ke Gudang
Harga Pokok Produk dalam proses awal Rp. 17.392.000
Biaya Penyelesaian Produk dalam Proses awal:
Biaya Tenaga Kerja Rp. 4.492.800
Biaya Overhead Pabrik Rp. 2.661.600
37
Rp 24.546.400
Harga Pokok Produk dari produk bulan ini (32.000 x 4.405) Rp. 140.960.000
Rp. 165.506.400
38