Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN DARI HASIL LIMBAH RUMAH SAKIT

DOSEN PENGAMPU:

ASPARIAN

DISUSUN OLEH :

1. ANGGITA PUTRI ASMARANI (N1A117014)


2. DINI EKA MARYANI (N1A117015)
3. FITRI DWI NURHAYATI . S (N1A117020)
4. TESSA LEVY MARCELLY (N1A117022)
5. ALLIFA TESSA PERTIWI (N1A117037)
6. AFRILIANDRA PRATAMA (N1A117039)

KELAS :

3A

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehahirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
sehingga atas tuntunan-NYA penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang berjudul
“PENCEMARAN LINGKUNGAN DARI HASIL LIMBAH RUMAH SAKIT”.

Tujuan dari penulis makalah ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan. Keberhasilan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan, bimbingan, usaha dan petunjuk yang berasal dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi kepada para pembaca.

Jambi, 1 Desember 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
A. Latar Belakang ...................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................. 7
C. Tujuan ................................................................................................................................................... 7
D. Manfaat ................................................................................................................................................. 7
BAB II........................................................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 9
A. Teori Hukum Kesehatan Masyarakat tentang pencemaran lingkungan. ............................................... 9
B. Pelanggaran etika dan hukum yang dilakukan oleh rumah sakit yang dapat mempengaruhi kesehatan
lingkungan..................................................................................................................................................... 9
C. Pasal yang mengatur tentang hukum kesehatan lingkungan pengelolaan limbah medis rumah sakit. 14
D. Solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan lingkungan akibat limbah rumah
sakit. ............................................................................................................................................................ 14
BAB III ....................................................................................................................................................... 15
PENUTUP .................................................................................................................................................. 15
A. Kesimpulan ......................................................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan pembangunan pada berbagai sektor di Indonesia, nantinya dapat
memberikan dampak positif (keuntungan) maupun dampak negative (merugikan) pada
lingkungan yang akhirnya memberikan dampak negative pada kesehatan maupun
kerusakan lingkungan. Rumah sakit adalah sarana pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan
tenaga kesehatan dan penelitian (PERMENKES RI NO: 986/MENKES/PER/1992).
Salah satu sektor penghasil limbah bahan beracun berbahaya adalah sektor
kesehatan yakni Rumah Sakit, dimana rumah sakit sebagai sarana perbaikan kesehatan dan
dapat dimanfaatkan pula sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan rumah sakit berupa kegiatan penyembuhan penderita
dan pemulihan keadaan cacat badan serta jiwa. Proses kegiatan di dalam rumah sakit dapat
mempengaruhi lingkungan sosial, budaya dan dalam menyelenggarakan upaya dimaksud
dapat mempergunakan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar terhadap
lingkungan. (Suci Kusumaningtyas. 2007. Pelaksanaan pengelolaan limbah rumah
sakit umum daerah dr. Moewardi surakarta (kajian implementasi undang-undang
nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup). Fakultas Hukum
Universitas Sebelasmaret. Surakarta.)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
menyatakan bahwa limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari rumah
sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. Hal ini dapat memberikan konsekuensi akan
perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian dari kegiatan penyehatan
lingkungan rumah sakit yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari limbah rumah sakit.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun telah menetapkan bahwa limbah
hasil kegiatan rumah sakit dan laboratorium klinis termasuk dalam daftar Limbah B3.
4
Uraian limbahnya adalah limbah klinis, produk farmasi kadaluarsa, peralatan laboratorium
terkontaminasi, kemasan produk farmasi, limbah laboratorium, residu dari proses
insinerasi.
Limbah medis atau limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis,
perawatan, farmasi, laboratorium, radiografi, penelitian. Limbah ini bersifat
membahayakan dan perlu dilakukan pengamanan terhadapnya. Limbah ini dapat
digolongkan menjadi:
1. Limbah benda tajam yaitu dapat berupa jarum, pipet, pecahan kaca, pisau bedah.
Kesemuanya berbahaya dan mempunyai potensi menularkan penyakit.
2. Limbah infeksius yaitu limbah yang dihasilkan oleh laboratorium, kamar isolasi,
kamar perawatan, yang sangat berbahaya dapat menularkan penyakit.
3. Limbah jaringan tubuh berupa darah, anggota badan hasil amputasi, cairan tubuh,
plasenta. Plasenta sering diminta keluarga parturien untuk dibawa pulang.
4. Limbah farmasi berupa obat atau bahan-bahan yang telah kadaluarsa, obatobat yang
terkontaminasi, obat yang dikembalikan oleh pasien atau tidak digunakan.
5. Limbah kimia, ada yang berbahaya dan ada yang tidak berbahaya. Adapula limbah
kimia yang dapat meledak, membuat korosi pada saluran. Limbah B3 harus dikelola
dengan benar sesuai dengan petunjuk.
6. Limbah radioaktif, adalah bahan yang tekontaminasi dengan radioisotop.
Pengelolaan limbah radioaktif harus memenuhi peraturan yang di wajibkan.
Limbah-limbah tersebut akan menjadi sangat mengkhawatirkan ketika pada
akhirnya dibuang begitu saja ke lingkungan sekitar tanpa melalui pengelolaan dan
pengolahan yang benar dan sesuai dengan standar. Limbah cair yang dihasilkan rumah
sakit, apabila dibuang begitu saja ke sumber air masyarakat sekitar seperti sungai, hal ini
dapat menimbulkan masalah pencemaran pada air sungai. Penggunaan air sungai tersebut
dikhawatirkan akan dapat menimbulkan bahaya atau gangguan kesehatan yang dapat
ditularkan melalui media air ini. Begitu pula dengan limbah jenis lain yang dihasilkan oleh
rumah sakit.
Selain limbah padat medis, rumah sakit juga menghasilkan limbah padat non-
medis. Berdasarkan Permenkes No. 1204 tahun 2004 tentang persyaratan kesehatan
lingkungan rumah sakit disebutkan bahwa limbah padat non-medis di rumah sakit yang

5
merupakan limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang
berasal dariperkantoran, taman dan halaman yang dimanfaatkan kembali apabila ada
teknologinya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1999 tentang pengelolaan
limbah bahan bahaya dan beracun , limbah padat rumah sakit dikelompokkan dalam
limbah bahan beracun dan berbahaya yang dapat berpotensi menimbulkan penyakit infeksi
(limbah infeksius).Oleh karenanya sangat diperlukan perhatian dalam pengelolaan limbah
padat rumah sakit ini dengan lebih serius.
Pengelolaan limbah rumah sakit di Indonesia menunjukan hanya 53,4% rumah
sakit yang melaksanakan pengelolaan limbah cair dari rumah sakit yang mengeola limbah
tersebut 51, 1 % melakukan dengan instalasi IPAL ( Instalasi Pengelolaan Air Limbah) dan
Septic Tanc Tank (Tangki Septik). (Hasil penelitian yang dilakukan oleh badan riset
universitas Indonesia).
Dalam profil kesehatan Indonesia, Departement Kesehatan, 1997 diungkapkan
seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996 tempat tidur. Hasil kajian
terhadap 100 Rumah Sakit di Jawa dan Bali menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah
sebesar 3,2 kg pertempat tidur perhari. Analisa lebih jauh menunjukkan produksi
sampah (Limbah Padat) berupa limbah domestic sebesar 76,8 persen dan berupa limbah
infeksius sebesar 23,2 persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (Limbah
Padat) Rumah Sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar
48.985,70 ton per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi
Rumah Sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan
kecelakaan serta penularan penyakit.
Rumah Sakit menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, beberapa diantaranya
membahayakan kesehatan dilingkungannya. Di negara maju, jumlahnya diperkirakan 0,5-
0,6 kg per tempat tidur rumah sakit perhari. Pembuangan limbah yang berjumlah cukup
besar ini paling baik jika dilakukan dengan memilah-milah limbah kedalam kategori untuk
masing-masing jenis kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip
umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko
kontaminasi antrauma (Injuri). (KLMNH, 1995 dalam Jais Ahmad. 2009. Pengelolaan
limbah medis rumah sakit. E-jurnal lingkungan hidup ).

6
Dikarenakan banyak sekali permasalahan kesehatan lingkungan yang
disebabkan oleh pengelolaan limbah rumah sakit yang buruk, maka makalah ini
akan membahas tentang bagaimaan hukum yang mengatur dan menjelaskan serta
menyelesaikan masalah kesehatan lingkungan yang disebabkan oleh limbah rumah
sakit.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah
““Bagaimanakah hukum kesehatan yang mengatur serta efektif untuk menyelesaikan
permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh limbah rumah sakit?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hukum kesehatan yang mengatur dan efektif untuk menyelesaikan
permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh limbah rumah sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui Teori Hukum Kesehatan Masyarakat yang tentang pencemaran
lingkungan.
b. Mengetahui Pelanggaran etika dan hukum yang dilakukan oleh rumah sakit yang
dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan.
c. Mengetahui pasal yang mengatur tentang hukum kesehatan lingkungan
pengelolaan limbah medis rumah sakit.
d. Mengetahui Solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan
lingkungan akibat limbah rumah sakit.

D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pemerintah
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan bagi pemerintah dalam membentuk
kebijakan dan hukum tentang kesehatan lingkungan terutama yang disebabkan oleh
limbah hasil rumah sakit dan aktifitas medis lainnya.
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

7
Sebagai bahan masukan serta pelajaran bagi seluruh petugas kesehatan dalam pengelolaan
limbah dari kegiatan medis seperti limbah rumah sakit agar tidak mencemari lingkungan dan
menyebabkan kesehatan masyarakat menjadi terganggu.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber informasi dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi masyarakat
tentang salah satu penyebab kerusakan kesehatan lingkungan dan bagaimana hukum dan
cara penanggulangannya.

8
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Hukum Kesehatan Masyarakat tentang Pencemaran Lingkungan.


Sebagaimana diperlihatkan pada zaman sekarang ini, kepastian hubungan sebab akibat
antara setiap aspek tersebut dan perkembangan hukum itu sendiri, satu sama lain karena sejumlah
besar faktor kemasyarakatan ini bekerja secara bersamaan. Perkembangan hukum dan kesehatan
dapat dilihat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sendirinya hukum harus
bisa membiasakan dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan tersebut, dari abad ke
abad kehidupan manusia sering mengalami perubahan yang sangat cepat demikian halnya dengan
kesehatan memasuki zaman modern sekarang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan begitu cepat berdampak pada perubahan kondisi sosial masyarakat serta peran serta hukum
dalam mengatur kehidupan masyarakat. Semakin meningkatnya peranan hukum dalam pelayanan
kesehatan antara lain disebabkan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan, meningkatnya perhatian terhadap hak yang dimiliki manusia untuk memperoleh
pelayanan kesehatan, pertumbuhan yang sangat cepat dibidang ilmu teknologi kedokteran
dihubungkan dengan kemungkinan penanganan secara lebih luas dan mendalam terhadap manusia,
adanya spesialisasi dan pembagian kerja yang telah membuat pelayanan kesehatan itu lebih
merupakan kerjasama dengan pertanggungjawaban di antara meningkatnya pembentukan lembaga
pelayanan kesehatan.

Pada dasarnya setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan serta melakukan pemulihan
lingkungan hidup.

Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilakukan dengan:


a. pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup kepada
masyarakat;
b. pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
c. penghentian sumber pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup; dan/atau
d. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

9
Sedangkan pemulihan fungsi lingkungan hidup dilakukan dengan tahapan:
a. penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;
b. remediasi (upaya pemulihan pencemaran lingkungan hidup untuk memperbaiki mutu
lingkungan hidup);
c. rehabilitasi (upaya pemulihan untuk mengembalikan nilai, fungsi, dan manfaat lingkungan
hidup termasuk upaya pencegahan kerusakan lahan, memberikan perlindungan, dan memperbaiki
ekosistem);
d. restorasi (upaya pemulihan untuk menjadikan lingkungan hidup atau bagian-bagiannya
berfungsi kembali sebagaimana semula); dan/atau
e. cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jadi, seharusnya perusahaan yang mengakibatkan pencemaran lingkungan melakukan


penanggulangan pencemaran, yang salah satunya adalah memberikan informasi peringatan
pencemaran kepada masyarakat. Adanya informasi peringatan dapat mencegah adanya masyarakat
yang meminum air sungai yang sudah tercemar. Selain itu, perusahaan juga wajib melakukan
pemulihan terhadap pencemaran yang terjadi pada sungai tersebut.

 Ancaman Pidana Bagi Perusahaan Pelaku Pencemaran Lingkungan

Berdasarkan pernyataan Anda pencemaran sungai oleh perusahaan tersebut mengakibatkan warga
meninggal dan menimbulkan kerugian materiil yaitu matinya ikan pada kerambah warga.

Berdasarkan peristiwa tersebut ada beberapa ancaman pidana terhadap pencemar lingkungan
menurut UU PPLH. Dumping (pembuangan) adalah kegiatan membuang, menempatkan, dan/atau
memasukkan limbah dan/atau bahan dalam jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu dengan
persyaratan tertentu ke media lingkungan hidup tertentu.

Selain pidana karena pembuangan limbah, ada beberapa pidana lain yang bisa dikenakan kepada
perusahaan tersebut:
1. Jika pencemaran lingkungan tersebut terjadi karena perusahaan sengaja melakukan perbuatan
(misalnya membuang limbah) yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku
mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, yang mana hal

10
tersebut mengakibatkan orang mati maka diancam pidana dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling sedikit Rp5 miliar dan paling banyak Rp15
miliar.
2. Jika pencemaran lingkungan tersebut terjadi karena perusahaan lalai sehingga mengakibatkan
dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku
kerusakan lingkungan hidup, yang mana hal tersebut mengakibatkan orang mati, maka dipidana
dengan pidana penjara paling singkat paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 9 (sembilan)
tahun dan denda paling sedikit Rp3 miliar dan paling banyak Rp9 miliar.[6]

Pertanggungjawaban Pidana
Anda menyebutkan bahwa tindakan pencemaran ini dilakukan oleh perusahaan. Jika tindak pidana
lingkungan hidup dilakukan oleh, untuk, atau atas nama badan usaha, tuntutan pidana dan sanksi
pidana dijatuhkan kepada:
a. badan usaha; dan/atau
b. orang yang memberi perintah untuk melakukan tindak pidana tersebut atau orang yang
bertindak sebagai pemimpin kegiatan dalam tindak pidana tersebut.

Jika tuntutan pidana diajukan kepada pemberi perintah atau pemimpin tindak pidana dalam huruf
b di atas, ancaman pidana yang dijatuhkan berupa pidana penjara dan denda diperberat dengan
sepertiga.

Jika tuntutan pidana dan sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha sebagaimana dalam huruf
a di atas, sanksi pidana dijatuhkan kepada badan usaha yang diwakili oleh pengurus yang
berwenang mewakili di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan selaku pelaku fungsional.

Gugatan Ganti Kerugian Terhadap Akibat dari Pencemaran Lingkungan


Prinsipnya, setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang melakukan perbuatan
melanggar hukum berupa pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan
kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup wajib membayar ganti rugi dan/atau melakukan
tindakan tertentu.

11
Selain diharuskan membayar ganti rugi, pencemar dan/atau perusak lingkungan hidup dapat pula
dibebani oleh hakim untuk melakukan tindakan hukum tertentu, misalnya perintah untuk:[11]
a. memasang atau memperbaiki unit pengolahan limbah sehingga limbah sesuai dengan baku
mutu lingkungan hidup yang ditentukan;
b. memulihkan fungsi lingkungan hidup; dan/atau
c. menghilangkan atau memusnahkan penyebab timbulnya pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup.
Mengenai kerugian yang diderita warga yaitu ikan di kerambah yang mati, masyarakat bisa
mengajukan gugatan perwakilan kelompok untuk kepentingan dirinya sendiri dan/atau untuk
kepentingan masyarakat apabila mengalami kerugian akibat pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup.
Gugatan dapat dilakukan jika memenuhi syarat yaitu adanya terdapat kesamaan fakta atau
peristiwa, dasar hukum, serta jenis tuntutan di antara wakil kelompok dan anggota kelompoknya.
Jadi warga masyarakat dapat melakukan gugatan perwakilan kelompok dengan tujuan untuk
meminta ganti rugi atas ikan di kerambah yang mati karena pencemaran lingkungan. Di samping
itu perusahaan juga dapat dipidana karena pencemaran tersebut mengakibatkan orang meninggal
dunia.
B. Pelanggaran etika dan hukum yang dilakukan oleh rumah sakit yang dapat
mempengaruhi kesehatan lingkungan.

Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 petugas pengelola sampah harus


menggunakan alat pelindung diri yang terdiri dari topi/ helm, masker, pelindung mata,
pakaian panjang, apron untuk industry, sepatu boot, serta sarung tangan khusus.

Pengaruh limbah rumah sakit terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan dapat
menimbulkan berbagai masalah seperti:

1. Gangguan kenyamanan dan estetika, berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan,
bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organic, yang menyebabkan estetika
lingkungan menjadi kurang sedap dipandang.

12
2. Kerusakan harta benda, dapat disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif dan
karat) air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan
disekitar rumah sakit.

3. Gangguan/ kerusakan tanaman dan binatang, dapat disebabkan oleh virus, senyawa
nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrient tertentu dan fosfor.

4. Gangguan terhadap kesehatan manusia, dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri,
virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam berat seperti Hg, Pb dan Cd yang bersal
dari bagian kedokteran gigi.

5. Gangguan genetic dan reproduksi.

6. Pengelolaan sampah rumah sakit yang kurang baik akan menjadi tempat yang baik bagi
vector penyakit seperti lalat dan tikus.

7. Kecelakaan kerja pada pekerja atau masyarakat akibat tercecernya jarum suntik atau
benda tajam lainnya.

8. Insiden penyakit demam berdarah dengue meningkat karena vector penyakit hidup dan
berkembangbiak dalam sampah kaleng bekas atau genangan air.

9. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan gas-gas tertentu


yang menimbulkan bau busuk.

10. Adanya partikel debu yang berterbangan akan mengganggu pernafasan, menimbulkan
pencemaran udara yang akan menyebabkan kuman penyakit mengkontaminasi peralatan
medis dan makanan rumah sakit.

11. Apabila terjadi pembakaran sampah rumah sakit yang tidak saniter asapnya akan
mengganggu pernafasan, penglihatan dan penurunan kualitas udara

13
C. Pasal yang mengatur tentang hukum kesehatan lingkungan pengelolaan limbah
medis rumah sakit.
Stgshftkugh;lijli

D. Solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan lingkungan akibat


limbah rumah sakit.
Solusi yang dapat diberikan untuk menyelesaikan permasalah tersebut tentu saja dengan jalur
hukum. Karena pelaku pembuangan limbah sudah melanggar pasal 104 juncto Pasal 60 UU RI
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dan untuk
penanganan pencemaran lingkungan bisa dilakukan :

a. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yangtercemar. Ada dua jenis
remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ(atau off-site). Pembersihan on-site adalah
pembersihan di lokasi. Pembersihanini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan,venting (injeksi), danbioremediasi.Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah
yang tercemar dan kemudiandibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah
tersebutdibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan dibak/tanki yang
kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangkitersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudiandiolah dengan instalasi pengolah air limbah.
Pembersihan off-site ini jauh lebihmahal dan rumit.
b. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah denganmenggunakan mikroorganisme
(jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untukmemecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi
bahan yang kurangberacun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Judhbdeydhwebgehdei

B. Saran
a. Bagi Institusi Pemerintah
Pemerintah lebih memperkuat hukum tentang pembuangan limbah Rumah Sakit, agar
oknum-oknum yang melakukan pelanggaran menerima akibatnya sesuai dengan hukum
yang belaku.
b. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Untuk pelayanan kesehatan lebih tepatnya untuk tenaga kesehatan atau tenaga medis,
sebaiknya membuang alat-alat bekas rumah sakit atau puskesmas ditempat yang benar.
c. Bagi Masyarakat
Untuk masyarakat jika ada menemukan limbah rumah sakit yang dibuang sembarangan,
segeralah melaporkan. Agar pemerintah lebih cepat menangani kasus tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Suci Kusumaningtyas. 2007. Pelaksanaan pengelolaan limbah rumah sakit umum daerah dr.
Moewardi surakarta (kajian implementasi undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup). Fakultas Hukum Universitas Sebelasmaret. Surakarta.

KLMNH, 1995 dalam Jais Ahmad. 2009. Pengelolaan limbah medis rumah sakit. E-jurnal
lingkungan hidup.

15

Anda mungkin juga menyukai