Anda di halaman 1dari 19

Analisis Risiko Bencana

Disusun oleh kelompok III :

Adinda Desma Mulyani (G1D11G029)

Defa Prianto (G1D116026)

Yeni Diorita (G1D116032)

Dosen Pengampuh :drg. Willia Novita Eka Rini, M. Kes


Mata kuliah : Manajemen Bencana

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AKADEMIK

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan wawasan bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki masih
sangat kurang.oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberi masukan
dan kritikan untuk makalah saya.

Jambi, 5 Januari 2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Risiko bencana diartikan perkiraan kerugian pada satu atau lebih aset
penghidupan akibat suatu kejadian ancaman/bahaya. Bentuk risiko bencana dapat
berupa kematian, luka-luka, sakit, kehilangan rumah dan harta benda, serta gangguan
pada kegiatan masyarakat. Risiko bencana dapat diketahu dengan mengkaji faktor (1)
ancaman, (2) kelemahan, dan (3) kekuatan. Faktor ancaman, berupa kejadian
alamiah, dampak kegiatan manusia atau gabungan keduanya. Ancaman alamiah
seperti gempa bumi, letusan gunungapi, tsunami, wabah, hama, banjir dan longsor.
Ancaman dampak kegiatan manusia meliputi konflik sosial, pencemaran, kegagalan
teknologi dan kecelakaan transportasi. Ancaman seperti banjir, longsor, wabah, hama,
dan kecelakaan transportasi juga sering diartikan sebagai kombinasi antara peristiwa
alamiah dan kesalahan manusia. Faktor kelemahan, yakni kondisi-kondisi negatif
penyebab masyarakat dapat terpapar ancaman. Tinggal di kawasan rawan bencana,
miskin, tidak paham tanda-tanda ancaman, masa bodoh, korupsi, kebijakan
pembangunan tidak sensitif bencana adalah contoh-contoh kelemahan paling umum di
Indonesia. Faktor kekuatan, yakni bentuk-bentuk sumberdaya pada masyarakat dan
parapihak (misalnya biaya, tenaga, alat, pengetahuan, kebijakan, sikap) untuk
mencegah atau mengurangi ancaman, menghindari ancaman serta mengurangi
kelemahan-kelemahan.

Mengurangi risiko bencana dapat dilakukan dengan mengubah nilai faktor-


faktor ancaman, kelemahan dan kekuatan. Risiko bencana akan menjadi rendah/kecil
apabila; 1) ancaman dikurangi atau dicegah, 2) kelemahan diturunkan atau 3)
kekuatan ditingkatkan. Tidak semua jenis ancaman dapat dicegah atau dikurangi
intensitasnya seperti misalnya gempa bumi, tsunami dan letusan gunungapi.
Mengurangi risiko bencana pada jenis ancaman tersbut dapat dilakukan dengan
mengurangi kelemahan-kelemahan serta meningkatkan kemampuan. Membentuk tim
siaga bencana kampung, merancang jalur evakuasi tsunami, menentukan tanda
bahaya, merupakan bentuk kegiatan mengurangi risiko bencana dengan mengurangi
kelemahan sekaligus meningkatkan kemampuan. Pengelolaan risiko bencana pada
intinya merupakan serangkaian kegiatan bertujuan memperkecil kemungkinan
kerugian akibat suatu kejadian. Agar efektif, pengelolaan risiko bencana harus
didahului dengan pengkajian risiko bencana. Dari pengkajian tersebut akan diperoleh
informasi-informasi detil tentang ancaman, kerentanan dan kekuatan. Selanjutnya
informasi-informasi tersebut dapat disusun dan dianalisis. Hasil analisis kemudian
dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan tindakan pengelolaan risiko bencana.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana kajian risiko bencana ?
b. Apa saja komponen kewaspadaan menghadapi bencana?
c. Apa saja langkah untuk mengurangi risiko dan dampak bencana ?
d. Bagaimana penilaian kerawanan bencana?
e. Bagaimana cara menyusun rencana darurat?

1.3 Tujuan

a. Untuk dapat mengetahui kajian risiko bencana.


b. Untuk dapat mengetahui komponen kewaspadaan menghadapi bencana.
c. Untuk mengetahui langkah – langkah untuk mengurangi risiko dan dampak
bencana.
d. Untuk mengetahuipenilaian kerawanan bencana.
e. Untuk mengetahuicara menyusun rencana darurat.

Bab II

Tinjauan Pustaka
2.1 Kajian Risiko Bencana

Pengkajian risiko bencana merupakan kegiatan tahap awal dalam pengelolaan


risiko bencana.Kajian risiko bencana adalah suatu proses bagaimana menilai bahaya,
kerentanan dan kapasitas terhadap suatu bencana dengan sebuah pendekatan untuk
memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi
bencana yang melanda.Pendekatan kajian resiko bencana terdiri dari kajian bahaya,
kajian kerentanan, kajian kapasitas.
Tujuan kajian risiko bencana adalah sebagai berikut :
a. Bertujuan untuk menemukenali faktor-faktor risiko dan aset-aset penghidupan
berisiko.
b. Selanjutnya dijadikan dasar rencana aksi pengelolaan risiko bencana.

2.2 Komponen Kewaspadaan Menghadapi Bencana


kewaspadaan/kesiapsiagaan bencana (preparedness) adalah upaya-upaya yang
memungkinkan masyarakat (individu, kelompok, organisasi) dapat mengatasi bahaya
peristiwa alam, melalui pembentukan struktur dan mekanisme tanggap darurat yang
sistematis. Tujuan (1) Untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana
umum. (2) Kesiapsiagaan bencana meliputi upaya mengurangi tingkat resiko,
formulasi Rencana Darurat Bencana (Disasters Plan), pengolahan sumber daya
masyarakat, pelatihan warga di lokasi bencana ( Deutsche Humanitare, 2015).
Kesiapsiagaan tahap pra bencana memerlukan perencanaan skenario atas berbagai
kemungkinan tidak terduga, seperti: gempa bumi, vulkano, tsunami, banjir, longsor,
gunung TPA sampah longsor, topan, angin puyuh, kebakaran (hutan), perubahan
iklim, kecelakaan pesawat, kerusuhan, bencana kompleks, bencana industri,
kontaminasi kimia, nuklir, KLB penyakit menular, serangan teroris, bom, biologis,
kimia, fisik (Pusat Kajian Pembangunan Kesehatan SekJen Depkes, 2009).

Upaya kesiapsiagaan bencana meliputi: rencana kontigensi, penyiapan sarana


dan prasarana kesehatan, penyiapan dana operasional, pembentukan tim reaksi cepat
(brigade siaga bencana), pengembangan sistem peringatan dini, penyebaran informasi
masalah kesehatan akibat bencana, upaya penyelamatan, cara menolong, rencana
bantuan, cara bertahan sebelum bantuan datang (Pusat Kajian Pembangunan
Kesehatan SekJen Depkes, 2009).
Unsur kegiatan PRB (Pengurangan Resiko Bencana) dalam hal kesiapsiagaan
menghadapi bencana sebagai berikut:
a) Keperluan untuk keadaan darurat, seperti barang pasokan kebutuhan dasar untuk
darurat bencana
b) Pengetahuan tentang prosedur tetap dalam keadaan darurat yang meliputi:
1. Lokasi evakuasi, jalur ke lokasi evakuasi, papan tanda menuju lokasi evakuasi,
dan peta jalan menuju lokasi evakuasi serta komponen evakuasi lainnya
2. Perlengkapan dan fasilitas di lokasi evakuasi
3. Prosedur evakuasi pada saat bencana
4. Tim SAR
5. Sistem keamanan pada saat bencana
6. Layanan medis di lokasi evakuasi
7. Kendaraan transportasi menuju lokasi evakuasi
8. Sarana mandi, cuci, kakus (MCK) di lokasi evakuasi
9. Air bersih di lokasi evakuasi
10. Makanan di lokasi evakuasi
11. Pertolongan pertama, pengobatan darurat dan obat-obatan penting di lokasi
evakuasi

c) Peringatan dini yang meliputi:


1. Pengelolaan peringatan dini
2. Pengamatan gejala bencana secara sederhana
3. Penyebaran informasi peringatan dini.
4. Ketersediaan alat penyebaran informasi peringatan dini (telepon, radio baterai,
handy talky)
5. Uji coba dan latihan sistem peringatan dini

d) Manajemen informasi bencana yang meliputi:


1. Sistem informasi yang mudah diakses, dimengerti dan disebarluaskan dimana
informasinya akurat, tepat waktu, dapat dipercaya dan mudah
dikomunikasikan
2. Informasi penting terkini berkaitan dengan kesiapsiagaan bencana, seperti
daftar nama, alamat, nomor telepon orang-orang penting dan keluarga,
lembaga, Kantor Polisi, Tim SAR, Palang Merah, Rumah Sakit, Pemadam
Kebakaran, relawan yang bisa dihubungi pada saat bencana

e) Geladi atau Simulasi (simulation), khususnya tentang peringatan dini dan evakuasi
yang dilakukan secara berkala dan rutin di lapangan untuk menguji tingkat
kesiapsiagaan dan membiasakan diri para petugas dan masyarakat (Pusat Kajian
Pembangunan Kesehatan SekJen Depkes, 2009).
Unsur kegiatan PRB dalam hal kesiapsiagaan menghadapi bencana bagi
pemerintah daerah sebagai berikut:
a. Pemerintah daerah yang melakukan, mempunyai, menyediakan dan menyebarkan
data dan informasi
b. Penilaian resiko bencana dengan memperhatikan kearifan lokal yang meliputi:
pengidentifikasian ancaman bencana, penentuan tingkat resiko bencana, dan pemetaan
wilayah resiko bencana
c. Penilaian kemampuan dan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di daerah rentan
bencana
d. Pemerintah daerah yang melakukan, membentuk dan mempunyai:
1. Perencanaan siaga (contigency planning) dengan membuat skenario kejadian
untuk tiap jenis bencana yang dibuat kebijakan penanganannya, dikaji
kebutuhannya, diinventarisasi sumber dayanya di mana setiap sektor membuat
perencanaan masing-masing yang kemudian diuji kaji dan selalu
dimutakhirkan
2. Mobilisasi sumber daya di mana setiap sektor melakukan inventarisasi sumber
daya yang dimilikinya dan siap digunakan serta sumber daya dari luar yang
bisa dimobilisasi untuk keperluan darurat, seperti: barang pasokan kebutuhan
dasar untuk darurat bencana dan bahan, barang, perlengkapan dan peralatan
untuk pemulihan rumah, sarana dan prasarana publik
3. Pendidikan di sekolah-sekolah dan pelatihan manajerial dan teknis operasional
kebencanaan secara berkelanjutan. Forum koordinasi yang menyelenggarakan
pertemuan berkala secara rutin, saling bertukar informasi dan menyusun
rencana terpadu
4. Manajemen Darurat (response mechanism) yang menyiapkan posko dan
pemimpinnya, menyiapkan tim reaksi cepat dan prosedur tetap evakuasi, yang
meliputi:
a. Lokasi evakuasi, jalur ke lokasi evakuasi, papan tanda menuju lokasi
evakuasi, dan peta jalan menuju lokasi evakuasi
b. Perlengkapan dan fasilitas di lokasi evakuasi
c. Prosedur evakuasi pada saat bencana
d. Tim SAR
e. Sistem keamanan pada saat bencana
f. Layanan medis di lokasi evakuasi
g. Kendaraan transportasi menuju lokasi evakuasi
h. Sarana mandi, cuci, kakus (MCK) di lokasi evakuasi
i. Air bersih di lokasi evakuasi
j. Makanan di lokasi evakuasi
k. Pertolongan pertama, pengobatan darurat dan obat-obatan penting di
lokasi evakuasi
5. Peringatan Dini yang meliputi:
a. Pengelolaan peringatan dini
b. Pembangunan, pemasangan dan pengoperasian peralatan untuk
mengamati gejala bencana
c. Metode untuk menganalisa hasil pengamatan gejala bencana
d. Proses pembuatan keputusan status bencana berdasar hasil analisa
e. Sistim penyebaran informasi hasil keputusan status bencana
f. Ketersediaan alat penyebaran informasi peringatan dini (telepon, radio
baterai, handy talky)
g. Uji coba dan latihan sistem peringatan dini

2.3 Langkah Untuk Mengurangi Risiko dan Dampak Bencana


Pengurangan risiko bencana adalah konsep dan praktik mengurangi risiko-
risiko bencana melalu upaya-upaya sistematis untuk menganalisis dan mengelola
faktor-faktor penyebab bencana, termasuk melalui pengurangan keterpaparan
terhadap ancaman bahaya, pengurangan kerentanan penduduk dan harta benda,
pengelolaan lahan dan lingkungan secara bijak, dan peningkatan kesiapsiagaan
terhadap peristiwa-peristiwa yang merugikan.
Jadi pada intinya kita bisa melihat bahwa ada empat aktivitas yang harus dilakukan
dalam PRB ini :
1. Identifikasi risiko dan tingkat kerentanan.

Yang perlu diidentifikasi antara lain jenis atau sifat bencana, lokasi, berapa
besar tingkat kekuatannya (intensitas), jangka waktu dari bencana-bencana
sebelumnya untuk bisa melihat tingkat probabilitas atau frekuensi timbulnya ancaman
atau risiko bencana. Keadaan dan tingkat kerentanan dari masyakarat dan sumber
daya lainnya termasuk infrastruktur juga harus diidentifikasi.

2. Mengkaji risiko dan tingkat kerentanan.

Dalam tahapan ini risiko yang ada harus dianalisa untuk melihat berapa besar
tingkat bahayanya, begitu pula tingkat kerentanannya harus dianalisa untuk dapat
mengetahui kapasitas dari masyarakat dan sumber daya yang tersedia untuk
mengurangi risiko atau dampak dari bencana.

3. Evaluasi.

Risiko dan tingkat kerentanan tersebut harus dievaluasi untuk menentukan


risiko mana yang memerlukan prioritas dan penanggulangan.

4. Pelaksanaan PRB berdasarkan evaluasi yang dibuat.

Langkah untuk mengurangi dampak bencana adalah sebagai berikut :

1. Mengelola SDA secara Bijaksana

Manusia memanfaatkan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,


artinya manusia boleh bertindak sewenang – wenang terhadap alam atau
lingkungannya. Tetapi jika sumber daya alam tidak di manfaatkan dengan sebaik –
baiknya akan mengakibatkan kerusakan alam. Maka dari itu SDA harus dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik , cara memanfaatkan dan mengelola SDA tersebut
diantaranya :

a. Tidak membuang sampah sembarangan

Sampah yang menumpuk dapat menyebabkan aliran air tersumbat.


Akibatnya  saat musim hujan dapat mengakibatkan terjadinya banjir

b. Tidak melakukan penebangan pohon secara liar


Penebangan liar akan membuat hutan gundul sehingga dapat menyebabkan
banjir dan tanah longsor

c. Lakukan reboisasi atau penghijauan agar hutan berfungsi dengan baik

Dengan melakukan reboisasi akan mencegah terjadi tanah longsor dan banjir
di kawasan hutan.

d. Tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar hutan/ membersihkan


lahan dengan cara membakarnya.

Saat musim kemarau akan menyebabkan hutan mudah terbakar secara cepat

e. Berhati – hati dan tidak ceroboh saat melakukan aktivitas di dalam hutan

Tindakan kecerobohan seperti membuang putung rokok sembarangan atau


mematikan api di dalam hutan dapat menyebabkan kebakaran hutan

f. Penanaman hutan bakau di sepanjang pesisir pantai

Selain untuk mencegah abrasi pantai, hutan bakau berfungsi pula untuk sebagai
beteng untuk mengurangi hantaman gelombang tsunami ke daratan.

      2. Membuat Sistem Peringatan dini

Bencana alam bisa datang tanpa diduga – duga sebelumnya. Untuk


mencegah dampak buruk / kerugian yang lebih besar, manusia perlu mengetahui
secara dini tanda – tanda/ gejala terjadinya bencana alam.Untuk itulah dilakukan
usaha – usaha untuk membuat peringatan dini umtuk menghadapi bensana yang
datang sewaktu – waktu. Misalnya membuat:

a. Sistem peringatan dini tsunami, yaitu membuat sistem yang dirancang untuk
membuat tsunami, memberi peringatan kepada masyarakat untuk mencegah
jatuhnya korban. Sistem ini terdiri atas 2 bagian :

 Peralatan sensor yang dipasang dipantai untuk mendeteksi adanya tsunami


 Jaringan komunikasi untuk memberikan peringatan dini  adanya bahaya
tsunami kepada masyarakat diwilayah yang terancam bahaya. Semakin cepat
informasi yang diterima, maka semakin cepat pula proses evakuasi di lakukan.

b. Sistem peringatan dini gunung merapi


Gunung yang masih aktif selalu dipantau aktivitasnya oleh [os pengamatan
gunung berapi yang terletak beberapa kilometer dari gunung tersebut. Pos
pengamaytan tersebut memiliki peralatan khususyang dapat memberika
informasimengenai aktifitas gunung api. Petugas yang bertugas di pos pengamatan
akan memberikan laporan ke daerah – daerah yang terancam bahaya mengenai
status gunung api tersebut serta tindakan – tindakan yang harus dilakukan untuk
mengantisipasinya. Status gunung api dan tindakan yang dilakukan adalah sebagai
berikut :

Status Makna Tindakan


Awas Gunung api akan segera atau Wilayah yang
sedang meletus, atau dalam terancam behaya
keadaan kritis yang dapat dikosongkan ,
menimbulkan bencana koordinasi dan piket
penuh
Siaga Gunung api sedang bergerak ke Penyuluhan di
arah letusan atau menimbulkan wilayah bahaya,
bencana penyiapan sarana
darurat, koordinasi
harian, dan piket
penuh
Waspad Ada aktivitas apapun bentuknya Penyuluhan kepada
a dan terdapat kenaikan aktivitas di masyarakat ,
atas tingkat normal penilaian bahaya,
pengecekan sarana,
pelaksanaan piket
terbatas
Normal Tidak ada gejala aktivitas tekanan Pengamatan rutin
magma

c. BMG ( Badan Meteorologi dan Geofisika )

Badan Meteorologi dan Geofisika atau BMG adalah salah satu Lembaga
Pemerintah Non-Departemen yang berfungsi untuk melaksanakan tugas – tugas
pemerintah di bidang meteorologi, klimatologi, kualitas udara, dan geofisika. Salah
satu tugasnya adalah melakukan pengamatan cuaca di wilayah Indonesia. BMG
dapat membuat prakiraan cuaca pada suatu hari berdasar data – data yang diperoleh
dari satelit. Perkiraan cuaca dapat dijadikan acuan bagi lembaga atau masyarakat
yang membutuhkan informasi. Lalu masyarakat atau lembaga tersebut dapat
mengantisipasi agar terhindar dari bahaya atau bencana alam akibat cuaca yabf
buruk.

d. Penyuluhan dan penyebarluasan Informasi

Masyarakat Indonesia harisnya mengetahui bahwa negara kita terletak di


daerah yang rawan bencana. Informasi dan pengetahuan yang benar mengenai
bencana alam dan langkah – langkah penyelamatannya sangat diperlukan
masyarakat. Hal ini berfungsi untuk menyelamatkan diri dan mengurangi kerugian
yang ada akibat bencana alam. Misalnya informasi tentang surutnya air laut secara
tiba – tiba sebagai tanda awal tsunami . Penyuluhan dan penyebarluasan informasi
dapat juga melalui desa, kelurahanatau melalui media cetak maupun media
elektronik,

 3. Pembangunan fisik yang direncanakan dengan baik

a. Pembangunan berwawasan lingkungan, artinya pembangunan dilakukan dan


direncanakan secara baik dengan memperhatikan kondisi lingkungan alam serta
dampak yang ditimbulkan dari pembangunan itu. Usaha yang dapat dilakukan antara
lain penataan bengunan perumahan di daerah pegunungan, sehingga tidak
menimbulkan longsor

b. Pendirian Bangunan tahan gempa

Di daerah yang rawan gempa , pembangunan rumah dan bangunan lainnya dibuat
dengan konstruksi khusus tahan gempa. Di jepang, kebanyakan rumahnya di buat
tahan gempa. Hal ini disebabkan karena di sana Jepang merupakan negara yang
rawan akan gempa bumi, sehingga diperlukan bangunan yang tahan gempa dan
selalu mengembangkan teknologinya untuk membuat bangunan yang tahan gempa.
2.4 Penilaian Kerawanan Bencana

Tujuan penilaian kerawanan bencana adalah untuk menyusun prioritas risiko


bencana yang mungkin terjadi.

Definisi Operasionalnya adalah sebagai berikut :

a. Risiko (Risk)

 Besarnya kemungkinan bencana akan terjadi

b. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

 Evaluasi terhadap semua unsur yang berhubungan dng pengenalan bahaya


serta dampaknya

c. Bahaya (Hazard)

 Faktor-faktor yang dpt mengganggu kehidupan manusia  Kerentanan

d. (Vulnerability)

 Kondisi dlm masy. yg menggambarkan tk ketidakmampuan utk


menanggulangi masalah kedaruratan

2.4.1 Lingkup Kegiatan

Meliputi : Pengumpulan, pengolahan dan analisa data , Penetapan variabel


penilaian risiko ,Pelaksanaan penilaian risiko.

2.4.2 Langkah-langkah Penilaian Risiko Bencana


2.5 Cara Menyusun Rencana Darurat

Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan


pertolongan untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari
bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat meliputi: 1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi,
kerusakan, kerugian, dan sumber daya; 2. Penentuan status keadaan darurat bencana;

3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;

4. Pemenuhan kebutuhan dasar;

5. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan

6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Prinsip Pengkajian Risiko Bencana

Pengkajian risiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip pengkajian.
Pengkajian dilaksanakan berdasarkan :

a. Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada;


b. Integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari para ahli
dengan kearifan lokal masyarakat;
c. Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar, kerugian harta
benda dan kerusakan lingkungan;
d. Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan risiko bencana

3.2 Prinsip

Besar atau kecilnya dampak dalam sebuah bencana diukur dari korban jiwa,
kerusakan, atau biaya–biaya kerugian yang ditimbulkannya. Namun demikian, dalam
upaya pengurangan risiko bencana, dampak sebuah bencana dapat diprediksi dengan
mengidentifikasi beberapa hal di bawah ini.

a. Ancaman/bahaya
(Hazard Apakah beda antara ancaman/bahaya dengan bencana? Ancaman atau
bahaya adalah f menyebabkan gangguan atau kerusakan terhadap orang, harta
benda, fasilitas, maupun lingkungan. Sebaliknya, bencana merupakan suatu
peristiwa, baik akibat ulah manusia maupun alam, tiba – tiba maupun bertaha
materi, maupun lingkungan. Menurut United Nations International Strategy for
Disaster Reduction bahaya terdiri atas bahaya alam dan bahaya karena ulah
manusia, yang dapat dikelompokkan menjadi ba bahaya teknologi, dan penurunan
kualitas lingkungan.

b. Kerentanan (Vulnaribility

Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menurunkan kemampuan seseorang atau


komunitas masyarakat untuk menyiapkan di potensi bahaya. Kerentanan masyarakat
secara kultur dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kemiskinan, pendidikan, sosial
dan budaya. Selanjutnya aspek infrastruktur yang juga berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya keren

b. Kapasitas (Capacity)
= C Kapasitas adalah kekuatan dan sumber daya yang ada pada tiap individu dan
lingkungan yang mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi dan
pulih dari akibat bencana dengan cepat
c. Risiko bencana (Risk)
= R Risiko bencana merupakan interaksi tingkat kerentanan dengan bahaya yang
ada. Ancaman bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika proses
alami, sedangkan tingkat kerentanan dapat dikurangi sehingga kemampuan dalam
menghadapi ancaman bencana semakin men Prinsip atau konsep yang digunakan
dalam Hazard) = H pakah beda antara ancaman/bahaya dengan bencana?
Ancaman atau bahaya adalah fenomena atau situasi yang memiliki potensi untuk
menyebabkan gangguan atau kerusakan terhadap orang, harta benda, fasilitas,
Sebaliknya, bencana merupakan suatu peristiwa, baik akibat ulah manusia
maupun tiba maupun bertahap, menyebabkan kerugian yang luas pada manusia,
materi, maupun lingkungan. United Nations International Strategy for Disaster
Reduction bahaya terdiri atas bahaya alam dan bahaya karena ulah manusia, yang
dapat dikelompokkan menjadi bahaya geologi, bahaya hidrometeorologi, bahaya
biologi, bahaya teknologi, dan penurunan kualitas lingkungan.

Vulnaribility) = V Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menurunkan


kemampuan seseorang atau komunitas masyarakat untuk menyiapkan diri, bertahan
hidup, atau merespon potensi bahaya. Kerentanan masyarakat secara kultur
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kemiskinan, pendidikan, sosial dan budaya.

Selanjutnya aspek infrastruktur yang juga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya


keren ) = C Kapasitas adalah kekuatan dan sumber daya yang ada pada tiap individu
dan lingkungan yang mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi dan
pulih dari akibat bencana dengan cepat

. ) = R bencana merupakan interaksi tingkat kerentanan dengan bahaya yang ada.


Ancaman bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika proses alami,
sedangkan tingkat kerentanan dapat dikurangi sehingga kemampuan dalam
menghadapi ancaman bencana semakin meningkat. Prinsip atau konsep yang
digunakan dalampenilaian risiko bencana 20 enomena atau situasi yang memiliki
potensi untuk menyebabkan gangguan atau kerusakan terhadap orang, harta benda,
fasilitas, Sebaliknya, bencana merupakan suatu peristiwa, baik akibat ulah manusia
maupun kerugian yang luas pada manusia, United Nations International Strategy for
Disaster Reduction (UN – ISDR), bahaya terdiri atas bahaya alam dan bahaya karena
ulah manusia, yang dapat haya geologi, bahaya hidrometeorologi, bahaya biologi,
Kerentanan merupakan suatu kondisi yang menurunkan kemampuan seseorang ri,
bertahan hidup, atau merespon potensi bahaya. Kerentanan masyarakat secara kultur
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kemiskinan, pendidikan, sosial dan budaya.
Selanjutnya aspek infrastruktur yang juga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya
kerentanan. Kapasitas adalah kekuatan dan sumber daya yang ada pada tiap individu
dan lingkungan yang mampu mencegah, melakukan mitigasi, siap menghadapi dan
pulih bencana merupakan interaksi tingkat kerentanan dengan bahaya yang ada.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kajian risiko bencana adalah suatu proses bagaimana menilai bahaya,


kerentanan dan kapasitas terhadap suatu bencana dengan sebuah pendekatan untuk
memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi
bencana yang melanda.Pendekatan kajian resiko bencana terdiri dari kajian bahaya,
kajian kerentanan, kajian kapasitas.
Tujuan kajian risiko bencana adalah sebagai berikut :
c. Bertujuan untuk menemukenali faktor-faktor risiko dan aset-aset penghidupan
berisiko.
d. Selanjutnya dijadikan dasar rencana aksi pengelolaan risiko bencana.
Kewaspadaan/kesiapsiagaan bencana (preparedness) adalah upaya-upaya yang
memungkinkan masyarakat (individu, kelompok, organisasi) dapat mengatasi bahaya
peristiwa alam, melalui pembentukan struktur dan mekanisme tanggap darurat yang
sistematis. Tujuan (1) Untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana
umum. (2) Kesiapsiagaan bencana meliputi upaya mengurangi tingkat resiko, formulasi
Rencana Darurat Bencana (Disasters Plan), pengolahan sumber daya masyarakat, pelatihan
warga di lokasi bencana ( Deutsche Humanitare, 2015).

Langkah untuk mengurangi risiko dan dampak bencana ,yaitu

1. Identifikasi risiko dan tingkat kerentanan.

2. Mengkaji risiko dan tingkat kerentanan.


3. Pelaksanaan PRB berdasarkan evaluasi yang dibuat.
4. Evaluasi

4.1 Saran

Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu
iklim musim (muson), iklim tropica (iklim panas), dan iklim laut. dengan adanya 3 iklim di
indonesia akan adanya bencana seperti banjir, tsunami, gempa bumi, dll. Adanya banjir besar
yang melanda banyak mengganggu aktivitas warga. Dengan mengetahui intensitas curah
hujan atau ramalan cuaca dari BMKG, seharusnya pemerintah mau menangani hal tersebut
lebih dini sehingga saat terjadi banjir besar tersebut tidak lagi menelan korban. peningkatan
anggota pada sektor team SAR dan aksi cepat tanggap sangat membantu ketika bencana
melanda.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57093/Chapter%20II.pdf?sequence=4

http://www.cs.unsyiah.ac.id/~frdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/penilaian-risiko-
bencana.pdf

http://aceh.tribunnews.com/2013/11/27/pentingnya-kajian-risiko-bencana

Anda mungkin juga menyukai