Anda di halaman 1dari 3

Sumber Internet :

Thohari, Afandi.2014 “Sampling, Quatizing, Encoding Pada Signal Digital”,


https://afandinat.blogspot.com/2014/04/sampling-quatizing-encoding-pada-signal.html/, diakses
pada 29 September 2018 pukul 15.34

Representasi Audio

Proses sampling dan kuantisasi

Pada dasarnya semua suara audio, baik vokal maupun bunyi tertentu merupakan suatu bentukan
dari getaran. Ini menandakan semua audio memiliki bentuk gelombangnya masing-masing.
Umumnya bentukan gelombangnya disebut dengan sinyal analog. Sinyal analog adalah sinyal
data dalam bentuk gelombang yang kontinyu, yang membawa informasi dengan mengubah
karakteristik gelombang . Namun sebuah teknik memungkinkan sinyal ini diubah dan diproses
sehingga menjadi lebih baik. Teknik ini memungkinkan perubahan sinyal analog menjadi bit-bit
digital. Teknik itu disebut teknik sampling. Jika telah menjadi sinyal digital maka sinyal ini jauh
lebih baik, sedikit noisenya dan juga dapat diproses / ditransmisikan dengan mudah.

Sampling

Pada proses ini terjadi suatu pencuplikan dari bentukan sinyal analog. Pencuplikan dilakukan
pada bagian-bagian sinyal analog. Ini dilakukan dengan sinyal-sinyal sample. Bentukan sinyal
sample dapat dilihat pada Gambar berikut:
Ada suatu aturan tertentu dari sinyal ini. Teori Shannon menyatakan frekuensi sinyal ini paling
sedikit adalah 2 kali frekuensi sinyal yang akan disampling (sinyal analog).

Dimana frekuensi sampling (Fs) minimum adalah 2 kali frekuensi sinyal analog yang akan
dikonversi (Finmax). Misalnya bila sinyal analog yang akan dikonversi mempunyai frekuensi
sebesar 100Hz maka frekuensi sampling minimum dari ADC adalah 200Hz.

Gambar diatas adalah bentukan proses pencuplikan. Setelah dilakukan proses ini maka
terbentuklah suatu sinyal analog-diskrit yang bentuknya menyerupai aslinya namun hanya
diambil diskrit-diskrit saja.

Kuantisasi

Adalah proses untuk mengelompokan elemen-elemen yang nilainya kontinyu. Level-level tiap
diskrit sinyal hasil sampling dengan tetapan level tertentu. Level-level ini adalah tetapan angka-
angka yang dijadikan menjadi bilangan biner. Sinyal-sinyal diskrit yang ada akan disesuaikan
levelnya dengan tetapan yang ada. Jika lebih kecil akan dinaikkan dan jika lebih besar akan
diturunkan. Prosesnya hampir sama dengan pembulatan angka. Tetapan level yang ada
tergantung pada resolusi dari alat, karena tetapan level merupakan kombinasi angka biner, maka
jika bitnya lebih besar kombinasinya akan lebih banyak dan tetapan akan lebih banyak. Ini
membuat pembulatan level sinyal diskrit menjadi tidak jauh dengan level aslinya. Dan bentukan
sinyal akan lebih bervariasi sehingga akan terbentuk seperti aslinya. Proses ini membuat sinyal
lebih baik karena bentukkannya lebih tetap. Proses ini juga mengecilkan error dari suatu sinyal.
Sinyal juga akan dikecilkan atau dibesarkan mengikuti besar Quantisasinya.
Kualitas hasil kuantisasi diukur dengan SQNR (Signal to Quantization Noise Ratio), yang
menyatakan perbandingan antara daya signal dengan daya derau (noise).

Encoding

Setelah diquantisasi maka tiap-tiap diskrit yang ada telah memiliki tetapan tertentu. Tetapan ini
dapat dijadikan kombinasi bilangan biner, maka terbentuklah bilangan-bilangan biner yang
merupakan informasi dari sinyal. Setelah menjadi sinyal digital maka proses-proses
perekayasaan dapat dilakukan. Yang harus dilakukan adalah merubah informasi digital tersebut
dengan proses digital sehingga menjadi suara-suara yang kita inginkan. Proses dapat dilakukan
dengan berbagai macam alat-alat digital (komputer). Sample-sample yang ada juga digunakan
sebagai informasi untuk menciptakan suara dari berbagai macam alat elektronik (keyboard dan
syntitizer). Penyimpanan suara juga akan lebih baik karena informasinya adalah digital.
Contoh Jika Dikuantisasi 8 Bit maka pada Perubahan Digitalnya akan menjadi 8 bit biner.
Jika sinyal yang menempel pada sumbu Y bernilai 5 maka akan menjadi 00000101

Anda mungkin juga menyukai