Edisi Kesatu
Cetakan pertama, Juni 2005 Cetakan keenam, September 2013
Cetakan kedua, Oktober 2005 Cetakan kedelapan, Juni 2014
Cetakan ketiga, Maret 2006 Cetakan kesepuluh, Juni 2015
Cetakan keempat, April 2010 Cetakan kesebelas, September 2015
Cetakan kelima, Januari 2013 Cetakan kedua belas, Mei 2016
540
MAT MATERI pokok kimia dasar 1, 1 - 9; KIMD4110/ 3 sks/
Sri Listyarini, dkk. -- Cet.12; Ed 1--. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2016.
377 hal ; ill.; 21cm
ISBN: 979-689-816-0
1. kimia dasar
I. Listyarini, Sri, dkk.
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2: Ikatan Kimia Primer dan Ikatan Kimia Sekunder 5.23
Latihan ................................................................................................... 5.37
Rangkuman ............................................................................................. 5.38
Tes Formatif 2 ........................................................................................ 5.39
lebih rinci dari materi tersebut dapat dipelajari melalui perangkat lunak dan
CD (compact disk) yang menyertai modul tercetak ini. Program CAI ini dapat
digunakan dengan komputer yang mempunyai fasilitas minimum XT-486
yang memiliki Windows versi 3.1 dan monitor VGA serta CD player.
Diharapkan dengan selesainya Anda mempelajari mata kuliah ini,
pemahaman Anda mengenai Kimia akan bertambah dan Anda akan lebih
mengenal dan menyenangi Kimia.
xii
Peta Kompetensi
Kimia Dasar I/KIMD4110/3 sks
Modul 1
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
B. CABANG-CABANG KIMIA
D. PENGERJAAN KIMIA
Untuk memahami hal di atas, Anda dapat melihat perkaratan yang terjadi
dimana-mana dari waktu ke waktu. Terjadinya perkaratan ini dapat
diobservasi dengan adanya perubahan warna pada logam hitam yang berubah
menjadi coklat. Hasil observasi menyimpulkan bahwa terjadi reaksi antara
unsur pembentuk logam dengan O2 dan H2O. Ini adalah proses yang terjadi
pada dunia makroskopis, dimana kita berhubungan dengan sesuatu yang
dapat dilihat, dipegang, ditimbang dan sebagainya. Lalu Anda melanjutkan
dengan mempresentasikannya melalui reaksi kimia. Langkah selanjutnya
adalah menuliskan proses ini dengan persamaan kimia pembentukan karat
dari besi, gas oksigen, dan air pada kondisi tertentu. Akhirnya Anda akan
sampai pada jawaban “mengapa besi berkarat?” Untuk menjawab pertanyaan
di atas, Anda harus mengetahui sifat dan dasar senyawa yang bereaksi, yang
1.6 Kimia Dasar I
berupa atom atau molekul. Karena atom dan molekul sangat kecil
dibandingkan dengan objek makroskopis, maka interpretasi fenomena yang
diamati terjadi dalam skala mikroskopis.
Dengan demikian dalam mempelajari kimia Anda diajak untuk
mengamati secara makroskopis dan mikroskopis. Selamat mempelajari dua
skala pengamatan kimia tersebut! Selanjutnya, untuk mempermudah Anda
mempelajari kimia, maka akan diberikan definisi dasar kimia.
Dalam modul ini Anda akan diperkenalkan pada istilah-istilah yang biasa
digunakan dalam kimia. Istilah-istilah tersebut sangat penting, sehingga harus
benar-benar dimengerti.
1. Materi
Materi adalah sesuatu yang membutuhkan tempat dan mempunyai
massa. Jangan lupa, materi tidak hanya meliputi segala sesuatu yang dapat
dilihat dan dipegang (air, tanah, dan pohon), tetapi juga sesuatu yang tidak
dapat dilihat atau dipegang, seperti udara dan gas LPG.
1,2% Hidrogen, 14,3% Karbon, dan 27,4% Oksigen. Sampel akan larut
dalam air. Apabila dipanaskan hingga 270 0C, sampel akan terurai menjadi
Karbon Dioksida, uap air, dan meninggalkan residu Natrium Karbonat.
Dengan demikian, soda kue yang memiliki sifat-sifat di atas merupakan
substansi murni karena mempunyai komposisi tetap dan sifat yang unik.
Campuran adalah kombinasi 2 atau lebih substansi. Masing-masing
substansi pembentuk campuran tetap membawa ciri sendiri. Contoh yang
umum adalah udara, susu, ataupun semen. Campuran tidak mempunyai
komposisi yang konstan, misalnya sampel udara pada kota yang berbeda,
mungkin akan mempunyai komposisi yang berbeda, sebagai akibat dari
perbedaan ketinggian, polusi, dan sebagainya.
Ada 2 macam campuran yaitu campuran heterogen dan campuran
homogen. Sebagai contoh adalah, apabila 1 sendok gula dimasukkan ke
dalam air dan diaduk, maka akan terjadi campuran homogen. Sebaliknya
apabila pasir dicampur dengan bubuk besi, akan terjadi campuran heterogen,
yaitu komponennya secara fisik saling terpisah. Pada campuran homogen,
komponen-komponen yang berbeda tidak tampak misalnya udara, air laut,
atau paduan logam.
Materi
dipisahkan
Campuran Campuran Senyawaa Unsur
dengan
Homogen Heterogen n metode
kimia
Materi yang terdiri dari campuran dan substansi murni dapat dipisahkan
dengan metode fisika, misalnya penyaringan, penyulingan, pengendapan atau
distilasi. Metode fisika ini tidak mengubah komposisi materi. Sedangkan
substansi murni yang terdiri dari senyawa dan unsur dapat dipisahkan dengan
metode kimia, misalnya pelarutan. Komposisi senyawaan dan unsur pasti
akan berbeda.
KIMD4110/MODUL 1 1.9
6. Reaksi Kimia
Reaksi kimia atau perubahan kimia merupakan suatu peristiwa
bergabungnya zat pereaksi atau reaktan menghasilkan produk sebagai hasil
reaksi. Sebagai contoh adalah terjadinya reaksi antara molekul A dan B
menghasilkan C dan D, yang dapat ditulis sebagai berikut:
aA + bB cC + dD
a, b, c, d = koefisien reaksi
7. Mol
Mol yaitu suatu besaran dalam ilmu Kimia yang menyatakan jumlah
tertentu sesuatu. Satu mol suatu unsur atau senyawa mengandung suatu
jumlah tertentu banyaknya atom atau molekul. Sesuai dengan ketetapan SI
(Standar Internasional), jumlah partikel dalam satu mol disebut sebagai
Tetapan Avogadro yaitu 6,022.1023 partikel. Pengertian mol ini akan
dijelaskan lebih detail pada modul Stoikiometri.
8. Rumus Kimia
Rumus kimia merupakan simbol untuk penamaan unsur dan senyawa.
Rumus kimia memperlihatkan simbol dan perbandingan atom unsur dalam
senyawa. Rumus suatu senyawa menggambarkan unsur yang bergabung atau
dikomposisikan dan menyatakan banyaknya atom tiap unsur yang ada dalam
rumus itu. Misal, molekul asam sulfat H 2SO4, terkomposisi dari 2 atom
Hidrogen, 1 atom Sulfur dan 4 atom Oksigen. Senyawaan tersebut dapat pula
dinyatakan sebagai SHHOOOO, atau SH2O4, tetapi rumus kimia yang umum
untuk asam sulfat adalah H2SO4.
1.10 Kimia Dasar I
9. Satuan Pengukuran
Beberapa satuan ukuran yang akan sering Anda temui dalam modul-
modul selanjutnya adalah:
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
C. radio kimia
D. biokimia
3) Peristiwa di bawah ini yang bukan merupakan peristiwa fisika dari air
adalah….
A. membeku
B. tidak berwarna
C. bereaksi dengan besi menghasilkan karat
D. tidak larut dalam bensin/minyak
Kegiatan Belajar 2
Pernahkah Anda memikirkan bahwa ada reaksi kimia dalam tubuh kita?
Kenyataannya banyak. Cairan intrasel dalam tubuh kita mengandung
senyawa organik dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan
terjadinya reaksi kimia dalam sel. Disamping itu, terdapat pula elektrolit
antara lain K+, Mg2+, dan fosfat. Sedangkan cairan ekstrasel juga
mengandung unsur-unsur N+, Ca2+, dan Cl– jauh lebih besar dari cairan
intrasel. Pada pernafasan, reaksi kimia terjadi pada saat perpindahan oksigen
dari udara dalam atmosfer sampai masuk ke dalam sel. Reaksi terjadi pada
waktu oksigen terikat pada Haemoglobin dalam sel darah. Pada transfer
karbondioksida, terjadi reaksi oksidasi dalam sel yang dihasilkan CO 2 dalam
jumlah banyak. Sedangkan pada pencernaan makanan, reaksi kimia dimulai
dari pencernaan dalam mulut hingga hasil akhir pencernaan. Sebagai contoh
dalam mulut, enzim ptialin dalam air ludah (saliva) adalah enzim amilase
yang berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan
proses hidrolisis; atau reaksi pembentukan asam HCl dalam lambung yang
dihasilkan dari sel-sel parietal untuk membuat pH antara1, 0–2, 0 agar proses
KIMD4110/MODUL 1 1.15
pemecahan molekul protein oleh enzim pepsin dengan cara hidrolisis berjalan
dengan baik.
B. MAKANAN
D. KOSMETIK
untuk segala sesuatu yang berhubungan dengan kosmetik. Pasta gigi adalah
salah satu produk kosmetik yang mempunyai komponen utama detergen dan
komponen tambahan sebagai bahan penggosok. Bahan penggosok yang ideal
harus dapat membersihkan gigi, tetapi tidak merusak email gigi. Sabun dan
Natrium Bikarbonat adalah senyawa yang baik digunakan tetapi tidak
nyaman.
Kosmetik lain yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik terbuat dari
minyak (oil) dan lemak (wax). Minyak yang digunakan biasanya castor oil
dan lemaknya adalah bees wax, carnauba, dan candelilla. Dyes dan pigmen
dibutuhkan pula untuk warna. Parfum biasa ditambahkan pula untuk
menghilangkan bau yang tidak sedap dari lemak dan minyak. Selain itu,
antioksidan digunakan untuk menghambat ketengikan (retard rancidity).
Karena mengandung minyak maka lipstik dapat melindungi bibir dari
kekeringan.
E. INDUSTRI KERTAS
G. INDUSTRI PLASTIK
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Kehidupan ini tidak lepas dari perubahan-perubahan kimia dan
fisika. Kimia tidak dapat lepas dari pengetahuan-pengetahuan lain.
Industri kimia adalah industri yang berkembang dengan pesat dan
dibutuhkan oleh seluruh manusia. Contoh-contoh dari penggunaan kimia
1.20 Kimia Dasar I
TES F OR M AT I F 2
Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 1991. Chemistry. 4th ed. Toronto: Mc. Graw Hill. Inc.
Hill, John W. 1988. Chemistry for Changing Times. 5th ed. USA: Macmillan
Publishing Company.
Teori Atom
Dra. Sri Listyarini, M.Ed.
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
S udah dikenal sejak dahulu, bahwa zat terdiri atas partikel-partikel kecil
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Demokritus (Yunani) menyatakan
bahwa atom adalah partikel-partikel yang kecil, keras, berbentuk, berukuran,
dan mempunyai berat. Teori ini diperkuat oleh John Dalton (1804) yang
mengembangkan teori tentang atom, yang disebut teori atom Dalton. Bagian
terpenting dari teori atom Dalton adalah:
1. Materi terdiri atas partikel yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, tidak dapat
diciptakan atau dimusnahkan, yang disebut atom.
2. Atom-atom dalam suatu unsur adalah identik, artinya memiliki berat,
ukuran, dan sifat-sifat yang sama.
3. Atom dari unsur yang berbeda akan memiliki berat, ukuran, dan sifat
yang berbeda.
4. Jika atom-atom bergabung membentuk senyawa, penggabungan atom-
atom ini menurut perbandingan bilangan yang bulat dan sederhana.
A. ELEKTRON
Gambar.2.2
Tabung Sinar Katoda yang Dimodifikasi
Sinar dari katoda dipercepat dan melalui celah anoda lalu jatuh pada
pelat yang dilapisi phospor pada titik B. Jika pelat beraliran listrik yang
berbeda muatannya diletakkan di atas (muatan +) dan di bawah (muatan )
tabung, maka sinar akan dipendarkan ke arah pelat bermuatan positif di titik
2.6 Kimia Dasar I
A (ke atas). Dari arah perpendaran sinar katoda ke arah listrik yang
bermuatan +, kembali dapat disimpulkan bahwa sinar katoda bermuatan .
Apabila tabung sinar katoda diberi medan magnet di kiri magnet utara
(U) dan di kanan magnet Selatan (S), maka sinar dari katoda akan dibelokkan
ke titik C. Seperti kita ketahui, medan magnet juga menghasilkan arus listrik,
sehingga mampu membelokkan sinar katoda.
Jumlah partikel sinar katoda yang dipendarkan akan sebanding dengan
muatannya. Apabila muatan listrik diperbesar, maka arah belokan atau
perpendaran sinar katoda (jarak B ke A) makin besar. Sebaliknya jumlah
partikel yang dipendarkan berbanding terbalik dengan massanya, karena
partikel yang lebih berat akan lebih sedikit dipengaruhi oleh gaya listrik
dibandingkan dengan partikel yang massanya lebih kecil. Hal ini terjadi
karena arus listrik pada partikel yang massanya besar harus melawan gaya
gravitasi.
Jadi perpendaran ini bergantung pada perbandingan antara muatan dan
massa (e/m) dari partikel. Berdasarkan percobaan di atas Thomson berhasil
membuktikan bahwa harga e/m dari sinar katoda adalah 1,76 1011
Coulomb kg-1, harga ini tetap dan tidak bergantung pada jenis gas yang
terdapat dalam tabung sinar katoda.
Percobaan Thomson tidak memungkinkan untuk menentukan muatan
atau massa elektron. Robert Millikan (1908) berhasil menetukan muatan
elektron dengan alat seperti pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3.
Percobaan Tetesan Minyak Millikan
KIMD4110/MODUL 2 2.7
Alat ini terdiri dari sebuah tabung berisi udara yang tekanannya dapat
diatur. Tabung ini dilengkapi dengan penyemprot dan kondensator serta 2
buah pelat yang dihubungkan dengan sumber arus searah bertegangan ~ 1000
Volt. Jika butir-butir minyak masuk ke dalam tabung melalui penyemprot,
maka butir-butir ini akan diionisasi oleh sinar-x. Lalu beda potensial di antara
kedua pelat diatur sehingga butiran minyak yang bermuatan dapat dibuat
tidak bergerak. Dalam keadaan ini besarnya gaya gravitasi sama dengan gaya
listrik. Dengan menggunakan persamaan dimana kedua gaya ini sama, maka
dapat dihitung muatan pada butiran minyak. Muatan pada minyak yang
diperoleh merupakan kelipatan dari muatan terkecil yang diamati. Millikan
menyimpulkan bahwa muatan terkecil adalah muatan dari 1 elektron. Dari
hasil percobaan diperoleh bahwa muatan satu elektron = 1,60 10-19
Coulomb. Dengan menggunakan harga e/m dari sinar katoda 1,76 1011
Coulomb kg-1 massa elektron dapat dihitung, yaitu sebesar 9,11 10-31 kg.
Contoh perhitungan muatan elektron yang dihasilkan dari percobaan
Millikan, misalkan dari percobaan tetesan minyak yang diulang-ulang
didapatkan contoh angka-angka berikut ini: 3,20 10-19 Coulomb; 5,60
10-19 Coulomb; 6,40 10-19 Coulomb; 2,40 10-19 Coulomb; dan 7,20
10-19 Coulomb. Masing-masing hasil percobaan tersebut dibagi dengan
bilangan yang sama sehingga menghasilkan bilangan bulat (integer), maka
bilangan pembagi tersebut dianggap merupakan muatan satu elektron. Dalam
contoh ini muatan elektron yang didapat adalah 8,00 10-20 Coulomb.
Artinya pada urutan percobaan tersebut bilangan integer yang menyatakan
jumlah elektron dalam tiap tetesan adalah 4, 7, 8, 3, dan 9.
B. PROTON
Gambar 2.4.
Sinar Terusan
Pada pengamatannya terlihat bahwa ada sinar terang keluar dari lubang-
lubang tersebut dan bergerak lurus berlawanan arah dengan gerak sinar
katoda. Ternyata sinar ini terdiri atas partikel-partikel bermuatan positif,
karena dibelokkan oleh medan magnet dan medan listrik ke arah yang
berlawanan dengan arah belokan sinar katoda. Semula sinar ini disebut sinar
terusan (canal ray), karena menerobos lubang dalam katoda, tetapi kemudian
oleh Thomson (1907) disebut sinar positif. Goldstein dan Wein
menjelaskan bahwa terbentuknya partikel positif itu disebabkan oleh adanya
tabrakan antara partikel gas dalam tabung dengan elektron berenergi besar
yang bergerak dari katoda ke anoda.
Rutherford, dengan cara yang sama seperti Thomson, menentukan
perbandingan muatan terhadap massa (e/m) dan menghasilkan bahwa sinar
positif ini jauh lebih besar massanya dibandingkan elektron. Partikel yang
paling ringan kira-kira sama beratnya dengan atom Hidrogen (H).
Perbandingan e/m dari ion Hidrogen adalah +9,63 107 Coulomb kg-1. Ini
adalah e/m terbesar yang berhasil diamati di antara ion-ion positif, sehingga
diasumsikan bahwa ion Hidrogen adalah partikel dasar atom yang bermuatan
positif, dan disebut proton. Atom netral Hidrogen terdiri dari satu elektron
dan satu proton. Jika kita bandingkan e/m dari elektron dan proton, maka
dihasilkan massa proton adalah 1836 kali lebih berat dibandingkan massa
elektron.
KIMD4110/MODUL 2 2.9
C. NEUTRON
Meskipun sifat proton sudah diketahui, peranan partikel positif ini dalam
struktur materi masih kurang jelas pada masa itu. Model dari susunan partikel
positif dan negatif dalam atom akhirnya diperoleh dari hasil percobaan
Rutherford (1911) yang dikenal dengan percobaan hamburan sinar (sinar
alfa). Pada percobaan ini sinar dijatuhkan pada lempeng emas. Emas
dipilih karena logam ini dapat ditempa menjadi lempeng yang sangat tipis
sampai setebal ~ 100 atom. Ada tiga hal yang diamati dalam percobaan ini
(Gambar 2.5) yaitu hampir semua partikel alfa dapat menembus lempeng
emas (sebagian besar partikel sinar bergerak lurus), hanya sebagian kecil
dari sinar yang dibelokkan dan sejumlah kecil dari partikel alfa dipantulkan
kembali.
Gambar 2.5.
Percobaan Hamburan Sinar-
Tabel 2.1.
Muatan dan Massa Partikel Penyusun Atom
Partikel Massa Muatan
Elektron 9,11 10-28 g 1
Proton 1,67 10-24 g 1+
Neutron 1,67 10-24 g 0
LAT IH A N
1) Monomer heksa metilen diamin dan asam adipat, merupakan salah satu
penemuan kimia yang bertentangan dengan Teori Atom Dalton. Postulat
keberapa dari teori tersebut yang terkoreksi dengan penemuan nylon-66,
jelaskan!
2) Tentukan massa elektron seandainya dari hasil percobaan J.J. Thomson
didapat harga e/m adalah 1,76 108 Coulomb/gram, sedangkan dari
percobaan Millikan dihasilkan muatan elektron adalah 1,6 10-19
Coulomb!
3) Terangkan bagaimana J. Chadwick membuktikan adanya neutron dalam
atom!
sama dengan massa proton tetapi muatannya netral sebagai bagian dari
atom. J. Chadwick membuktikan ini dengan menembakkan partikel
sinar- pada Be (Berillium), ternyata ada partikel tidak bermuatan
dengan energi tinggi yang diemisikan. Partikel ini mempunyai massa
sedikit lebih besar daripada massa proton dan diberi nama neutron.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
1) Teknetium (Tc) adalah unsur buatan yang mempunyai dua jenis atom,
yaitu 98Tc dan 99Tc. Penemuan unsur ini oleh Perries dan Segre pada
tahun 1937 di Berkeley membantah Teori Atom Dalton, yaitu ….
A. postulat pertama
B. postulat kedua
C. postulat ketiga
D. postulat keempat
KIMD4110/MODUL 2 2.13
Kegiatan Belajar 2
Struktur Atom
Pada dasarnya model atom Böhr (1913) masih sesuai dengan model
atom Rutherford, yaitu atom merupakan suatu inti yang dikelilingi oleh
elektron. Untuk mengatasi kekurangan teori atom Rutherford, Böhr berhasil
menerangkan struktur atom dengan menggunakan teori kuantum Planck
(1900) yang menyatakan bahwa atom hanya dapat memancarkan atau
KIMD4110/MODUL 2 2.17
hc
E = h = (2.1)
Dimana:
E = energi [Joule]
h = konstanta/tetapan Planck = 6,625 10-34 J.s. = 6,625 10-27 erg.s.
= panjang gelombang
= frekuensi radiasi = c/
c = kecepatan cahaya = 3 108 m/s
dimana:
m = massa elektron
v = kecepatan
h = tetapan Planck
n = bilangan bulat = 1, 2, 3, 4, 5, ...
2. Pada keadaan 1 atau keadaan dasar, yaitu pada keadaan stasioner atau
keadaan ground state elektron tidak memancarkan radiasi. Energi dari
elektron pada keadaan tertentu dapat dihitung dengan persamaan:
2p 2 me4 Z2
E=-
h 2 n 2
(2.3)
dimana:
m = massa elektron
e = muatan elektron
Z = muatan inti
h = tetapan Planck
2.18 Kimia Dasar I
E2 - E1 = h (2.4)
Gambar 2.6.
Energi Orbit Böhr
Contoh:
Hitunglah panjang gelombang dari radiasi yang diperlukan untuk
mengeksitasikan elektron dalam atom Hidrogen dari lintasan n = 1 ke
lintasan n = 4.
Penyelesaian:
Mula-mula hitunglah energi yang diperlukan dengan rumus (2.3)
KIMD4110/MODUL 2 2.19
2p 2 me4 Z2
E=- 2 2
h n
dimana:
h = tetapan Planck
m = massa partikel
v = kecepatan partikel
= panjang gelombang
Contoh:
Hitung panjang gelombang sebuah elektron yang bergerak dengan
kecepatan 2,20 106 m det-1.
Jawab:
h
=
mv
h = 6,625 10-34 J.det
m = 9,11 10-31 kg
= 0,33 10-9 m = 3,3 Å
h = tetapan Planck
Asas ini menyatakan bahwa tidak mungkin pada waktu yang bersamaan
dapat diketahui dengan tepat momentum dan kedudukan suatu partikel
KIMD4110/MODUL 2 2.21
Gambar 2.7.
Distribusi awan elektron Hidrogen
2.22 Kimia Dasar I
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
1) Teori atom yang menyatakan bahwa proton dan elektron tersebar secara
merata dalam atom dikemukakan oleh ….
A. De Broglie
B. Böhr
C. Rutherford
D. Thomson
3) Dalam model atom Böhr elektron yang berada dalam keadaan tidak
memancarkan radiasi disebut dalam keadaan ….
A. Stasioner
B. Tereksitasi
C. Grounding
D. Statik
Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 1991. Chemistry. 4th ed. Toronto: Mc. Graw Hill Inc.
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Susunan Berkala
A. SUSUNAN BERKALA
1. Unsur-unsur Kimia
Jika kita melihat sekeliling kita akan terlihat bahwa segala sesuatu
terbentuk dari satu atau lebih dari 109 unsur kimia yang telah kita ketahui
hingga saat ini. Unsur adalah zat fundamental yang secara kimia tidak dapat
diubah atau dipecah menjadi lebih sederhana. Perak, emas dan besi adalah
contoh unsur kimia yang telah kita kenal dan mudah dijumpai. Hanya sekitar
90 dari 109 unsur-unsur yang kita kenal sekarang dapat diperoleh dari alam,
sedangkan sisanya didapat dengan cara buatan memakai proses nuklir.
Ternyata, tidak seluruh unsur-unsur yang berjumlah 90 tersebut terdapat
secara merata di alam sekitar kita. Misalnya, oksigen, karbon dan hidrogen
bersama-sama membentuk 90% dari tubuh manusia. Untuk nama simbol dan
informasi lainnya mengenai unsur-unsur dapat dipelajari dari susunan berkala
yang sedang kita bahas bersama.
3.4 Kimia Dasar I
1 2
H He
3 4 5 6 7 8 9 10
Li Be B C N O F Ne
11 12 13 14 15 16 17 18
Na Mg Al Si P S C Ar
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe
55 56 57 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
Cs Ba La Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn
87 88 89 104 105 106 107 108 109
Fr Ra Ac Db Jl Rf Bh Hn Mt
58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb Lu
90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103
Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No Lr
Gambar 3.1.
Susunan Berkala
menjadi suatu yang mempunyai arti, sehingga dapat dibuat menjadi suatu
hipotesis.
Hipotesis Mendeleev tentang apa dan bagaimana unsur kimia telah diuji
dan diakui kebenarannya. Dia tidak hanya dapat menyusun data-data dalam
susunan berkala yang sangat berguna dan dengan cara yang konsisten dalam
menerangkan fakta-fakta yang telah diketahui mengenai kimia, tetapi juga
dapat memperkirakan unsur-unsur yang akan diketemukan dan kini telah
terbukti kebenarannya. Dengan memusatkan perhatian pada penyusunan
unsur-unsur kimia, Mendeleev membuat daftar unsur-unsur kimia yang telah
diketahui berdasarkan kenaikkan massa atom relatif dan unsur-unsur tersebut
dikelompokkan berdasarkan reaktifitasnya. Pada saat membuat susunan
unsur-unsur kimia tersebut dia menyadari bahwa ternyata ada beberapa
tempat kosong yang masih belum terisi oleh unsur-unsur kimia, seperti
terlihat pada Gambar 3.2.
H=1
Li = 7 Be = 9,4 B = 11 C=12 N =14 O=16 F =19
Na = Mg = 24 Al = 7,3 Si = P = 31 S=32 Cl =35,5
23 28
K = 39 Ca = 40 ?, Ti, V, Cr, Mn, ? = 68 ?= As=75 Se=78 Br = 80
Fe, Co, Ni, Zn 72
Gambar 3.2.
Susunan Berkala oleh Mendeleev berdasarkan kenaikan massa atom relatif
dan seterusnya dengan beberapa tempat yang masih kosong
Mari kita perhatikan Gambar 3.2 di atas, aluminium (Al), dengan massa
atom relatif 27.3 mempunyai kemiripan sifat kimia dengan boron (B) yang
mempunyai massa atom relatif 11. Tetapi pada saat itu masih belum
diketahui unsur apa yang sesuai menempati kotak di bawah aluminium,
begitu juga dengan silikon (Si), dengan massa atom relatif 28 mempunyai
kemiripan dengan karbon (C) yang mempunyai massa atom relatif 12 dan
juga belum diketahui unsur apa yang sesuai dengan untuk mengisi kotak
yang terletak di bawah silikon.
Melihat kotak-kotak yang masih kosong tersebut Mendeleev,
memprediksi bahwa kedua unsur yang belum diketahui itu ada dan akan
diketemukan dikemudian hari. Lebih jauh lagi dia dapat memperkirakan
KIMD4110/MODUL 3 3.7
atau disebut golongan atau grup. Mari kita perhatikan pada golongan, di
dalam susunan berkala ini, unsur-unsur di dalam satu golongan mempunyai
sifat yang mirip satu dengan lainnya, sebagai contoh, unsur litium (Li),
natrium (Na), kalium (K), dan unsur lainnya di dalam golongan IA
mempunyai sifat yang mirip, yaitu lunak dan titik leburnya rendah.
Sedangkan berilium (Be), magnesium (Mg), kalsium (Ca), dan unsur lainnya
di dalam golongan IIA mempunyai kemiripan satu dengan lainnya. Demikian
pula sifat unsur-unsur di dalam golongan VIIA yaitu flor (F), klor (Cl), brom
(Br) dan lainnya mempunyai kemiripan satu dengan lainnya. Mengenai
kemiripan unsur-unsur akan dibahas lebih lanjut.
Periode
IA VIIIA
1 1 2
H IIA IIIA IVA VA VIA VIIA He
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Li Be B C N O F Ne
3 11 12 13 14 15 16 17 18
Na Mg IIIB IVB VB VIB VIIB VIIIB IB IIB Al Si P S C Ar
4 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr
5 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe
6 55 56 57 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
Cs Ba La Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn
7 87 88 89 104 105 106 107 108 109
Fr Ra Ac Db Jl Rf Bh Hn Mt
Lantanida 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71
Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb Lu
Aktinida 90 91 92 93 94 95 96 97 98 199 100 101 102 105
Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No Lr
Gambar 3.3.
Periode dan Golongan dalam Susunan Berkala
Keterangan
Logam
Bukan Logam
Semilogam
Mari kita perhatikan, Gambar 3.3, yaitu pada periode, susunan berkala
terdiri dari 7 periode, kita perhatikan periode pertama, periode 1 hanya
mempunyai dua unsur, yaitu hidrogen (H) dan helium (He), untuk periode 2
KIMD4110/MODUL 3 3.9
3) Golongan IIIA
Unsur-unsur yang termasuk dalam golongan ini ialah, boron (B),
aluminium (Al), galium (Ga), indium (In), dan talium (Ti). Di dalam
golongan ini boron bersifat semimetal (metaloid), sedang unsur lainnya
adalah metal atau logam. Sifat semimetal boron terlihat jelas pada molekul
BCl3 yang pada temperatur kamar berbentuk gas. Sebaliknya AlCl 3, GaCl3,
InCl3, dan TiCl3 kesemuanya berbentuk padat pada temperatur yang sama. Di
samping itu, boron tidak reaktif terhadap gas oksigen dan air, sedangkan
aluminium jika kena udara akan langsung membentuk aluminium oksida.
4) Golongan IVA
Termasuk dalam golongan ini ialah, karbon (C), silikon (Si), germanium
(Ge), timah putih (Sn), dan timah hitam atau timbal (Pb). Unsur-unsur
golongan ini merupakan transisi atau peralihan dari sifat bukan logam yaitu
C, menuju sifat semimetal yaitu Si dan Ge, dan sifat logam yaitu Sn dan Pb.
Unsur Sn dan Pb tidak bereaksi dengan air, tetapi bereaksi dengan asam
(misalnya asam klorida) akan mengeluarkan gas hidrogen (H 2). Karbon akan
banyak kita temukan dalam kimia organik yang akan kita pelajari pada
Modul 8. Berlian dan pensil hitam untuk menulis adalah contoh dari unsur
karbon.
KIMD4110/MODUL 3 3.11
5) Golongan VA
Unsur-unsur yang termasuk dalam golongan ini ialah, nitrogen (N),
fosfor (P), arsenik (As), antimoni (Sb), dan bismut (Bi). Nitrogen yang
berbentuk gas dan fosfor yang bersifat bukan logam sudah lama dipakai
sebagai pupuk tanaman. Arsenik dan atimoni adalah semimetal sedangkan
bismut bersifat logam. Nitrogen adalah gas diatomik (N2) yang dapat
membentuk sejumlah oksida seperti: NO, NO2, dan N2O5. dari oksida-oksida
tersebut hanya N2O5 yang berbentuk padat. Perlu diketahui pula bahwa gas
nitrogen tidak berwarna dan tidak berbau.
6) Golongan VIA
Termasuk dalam golongan ini ialah, oksigen (O), sulfur (S), selenium
(Se), telurium (Te), dan polonium (Po). Tiga unsur golongan ini yaitu O, S,
dan Se adalah bukan logam, sedangkan Te dan Po semimetal. Polonium
adalah unsur radioaktif. Karena oksigen dapat bereaksi dengan seluruh unsur,
kecuali dengan unsur-unsur dalam golongan VIIIA, gas mulia (gas Nobel),
maka oksigen adalah unsur yang paling reaktif dalam golongan ini.
Disamping gas mulia sangat rendah reaktivitasnya, seluruh gas mulia tidak
berwarna dan tidak berbau. Salah satu contoh pemakaian gas mulia adalah
neon (Ne) yang dipakai dalam lampu neon, dan helium yang dipakai dalam
penelitian bahan pendingin.
3) Semimetal ( Metaloid )
Unsur semimetal yang berjumlah tujuh unsur, terletak didekat garis
zigzag, diantara unsur logam dan unsur bukan logam. Unsur tersebut adalah,
boron (B), silikon (Si), geranium (Ge), arsenik (As), antimony (Sb), telurium
(Te), dan astatine (As). Kita pasti sudah memperkirakan bahwa mereka
mempunyai sifat diantara logam dan bukan logam. Unsur ini seperti perak,
KIMD4110/MODUL 3 3.13
rapuh dan merupakan penghantar panas dan arus listrik yang buruk. Satu sifat
penting dari semimetal merupakan semikonduktor yang banyak dipakai
dalam kalkulator, komputer dan alat-alat elektronik lainnya.
Tabel 3.1.
Unsur-unsur penting dalam tubuh manusia
No. Unsur Simbol Didapat di
Air, karbohidrat, lemak,
1. Oksigen O
protein
2. Karbon C Karbohidrat, lemak, protein
Air, karbohidrat, lemak,
3. Hidrogen H
protein
4. Nitrogen N Protein, DNA, RNA
5. Kalsium Ca Tulang, gigi
6. Fosfor P Tulang, gigi, DNA, RNA
7. Kalium K Di dalam sel
8. Sulfur S Pada beberapa asam amino
9. Natrium Na Pada cairan tubuh
10. Magnesium Mg Tulang
11. Klor Cl Di luar sel
Unsur kalsium (Ca) dan stronsium (Sr), yang termasuk dalam satu
golongan, yaitu golongan alkali tanah atau golongan IIA menjadi perhatian
para ahli kimia, hal ini disebabkan sifat kimia stronsium sangat mirip dengan
kalsium. Perbedaannya adalah stronsium bersifat radioaktif, sedangkan
kalsium bukan radioaktif. Jika stronsium tertelan oleh makhluk hidup maka
unsur ini akan menggantikan sebagian kalsium di dalam tulang dan gigi.
Keadaan ini dijadikan sebagai petunjuk para ahli untuk mengetahui seberapa
jauh suatu zat radioaktif telah masuk ke dalam tubuh makhluk hidup.
3.14 Kimia Dasar I
a. Besi (Fe)
Jumlah asupan zat besi yang disarankan per hari (RDA, recommended
daily allowance), 10 - 18 mg sedang fungsi dalam tubuh untuk, membentuk
enzim dan hemoglobin. Jika kekurangan zat besi kita akan kekurangan
hemoglobin, anemia, dan kulit menjadi kering. Zat besi ini diantaranya dapat
diperoleh dari: daging sapi, hati, kuning telur, dan bayam.
b. Tembaga (Cu)
Jumlah asupan yang disarankan per hari untuk unsur tembaga adalah,
2,0-5,0 mg, tembaga di dalam tubuh berfungsi untuk, pertumbuhan,
membantu pembentukan sel darah merah dan kolagen dan penting untuk
sistem enzim. Jika kita menderita kekurangan zat ini diantaranya dapat
mengakibatkan, anemi dan gangguan pada tulang. Unsur ini diantaranya
dapat diperoleh dari: kacang, telur, dan sayuran hijau.
c. Seng (Zn)
Jumlah asupan zat seng yang disarankan per hari adalah 15 mg, unsur
ini berfungsi untuk memproduksi enerji, membantu metabolisme asam
amino, dan membantu fungsi enzim. Akibat yang ditimbulkan jika kita
kekurangan unsur ini adalah, akan mengganggu pertumbuhan dan susunan
tulang, gangguan pada kulit, dan dapat mengurangi kemampuan indra
pengecap dan indra penciuman kita. Makanan yang mengandung Zn,
diantaranya adalah, susu, ikan laut, telur dan keju.
d. Mangan (Mn)
Jumlah asupan mangan yang dibutuhkan per hari adalah 2,5 - 5.0 mg,
unsur mangan berfungsi untuk, beberapa sistem enzim, pembentukan tulang
dan kolagen, susunan syaraf pusat, dan untuk metabolisme karbohidrat dan
lemak. Jika kita kekurangan unsur mangan, maka pertumbuhan tulang
tengkorak kita tidak sempurna dan dapat pula menyebabkan gangguan pada
KIMD4110/MODUL 3 3.15
susunan syaraf pusat. Unsur ini dapat diperoleh diantaranya dari, biji-bijian,
kacang-kacangan, daging, telur dan ikan laut.
e. Iod (I)
Walaupun dalam jumlah yang sangat kecil yaitu dalam hitungan m atau
mikro gram (1/1000 mg), tetapi iod diperlukan untuk aktivitas kelenjar
gondok, jumlah asupan yang dibutuhkan per hari adalah 150 m atau 0,15
mg. Kekurangan iod sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan
pada kelenjar gondok dan dapat mengakibatkan pertumbuhan otak dan tubuh
menjadi terganggu, hal yang terakhir itu dapat mengakibatkan keadaan yang
dikenal dengan istilah kretin yaitu cebol dan keterbelakangan mental. Oleh
karena itu pemerintah sangat gencar menganjurkan masyarakat untuk
mengonsumsi garam yang mengandung iodium (program iodisasi garam),
karena kekurangan iodium dapat mengakibatkan keterbelakangan mental
terutama untuk anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa. Di
samping garam yang mengandung iodium, makanan lain yang mengandung
iodium adalah ikan laut.
f. Fluor (F)
Kita sering medengar iklan pasta gigi yang mengandung fluor, kita tentu
bertanya apa hubungannya fluor dengan gigi, ternyata fluor adalah unsur
yang diperlukan untuk mencegah kerusakan gigi. Jumlah asupan yang
diperlukan per hari adalah 1,5 - 4.0 mg, sedang makanan yang mengandung
fluor diantaranya adalah, teh, ikan laut, susu dan telur.
Contoh Soal
1. Perhatikanlah tiga kelompok unsur di bawah ini, termasuk dalam
golongan atau periode berapakah unsur-unsur berikut?
a. F, Cl, Br, I
b. Na, Al, P
c. K, Al, O
Penyelesaian:
a. Perhatikan kelompok unsur F, Cl, Br, I, di dalam susunan berkala, unsur-
unsur tersebut terdapat di dalam golongan VIIA yaitu golongan halogen.
b. Sekarang kita perhatikan kelompok unsur Na, Al, P, unsur ini terdapat
di dalam periode 3 di dalam susunan berkala.
3.16 Kimia Dasar I
Penyelesaian:
Nomor periode diperoleh dengan cara menghitung kolom horizontal yang
memuat unsur-unsur di dalam susunan berkala, sedangkan nomor golongan
dapat dilihat diatas kolom vertikal, yang memuat unsur-unsur. Dengan
memperhatikan hal diatas maka kita dapat menentukan nomor periode dan
nomor golongan dari kalsium dan nikel,
a. kalsium (Ca) terletak di periode 4 dan dalam golongan IIA
b. air raksa (Hg) terletak di periode 6 dan dalam golongan IIB
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Susunan berkala pertama kali dikembangkan oleh John Newland,
Dmitri Mendeleve, dan Lothar Meyer, mereka menemukan bahwa sifat
unsur-unsur akan berulang secara berkala sesuai dengan kenaikan massa
atom relatifnya, hal inilah yang dikenal dengan nama Hukum Berkala
yang merupakan dasar dari penyusunan unsur-unsur yang dikenal
dengan nama Susunan Berkala. Susunan Berkala terdiri dari tujuh
Periode dan delapan belas Golongan. Untuk memahami sifat fisik
maupun sifat kimia, unsur-unsur dibuat tiga kategori: metal (logam),
nonmetal (bukan logam) dan semimetal (metaloid), di samping itu dilihat
dari kemiripan sifat unsur-unsurnya maka unsur-unsur di dalam susunan
berkala dibagi menjadi delapan golongan yaitu: golongan IA, Logam
Alkali, golongan IIA, Logam Alkali Tanah, golongan VIIA, Halogen,
dan golongan VIIIA, Gas Mulia (Gas Nobel). Dibahas juga beberapa
unsur yang berhubungan dengan kehidupan.
TES F OR M AT IF 1
3) Hukum berkala yang merupakan dasar dari susunan berkala yang kita
kenal sekarang disusun berdasarkan kenyataan bahwa….
A. jika unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya,
sifat-sifatnya akan mirip satu dengan lainnya
B. unsur-unsur kimia yang disusun berdasarkan kenaikan massa atom
relatifnya, sifat- sifatnya akan berulang secara berkala
C. jika unsur-unsur disusun berdasarkan kemiripan sifatnya, maka
unsur-unsur dapat disusun menjadi tiga kelompok
D. unsur-unsur yang disusun berdasarkan kenaikan massa atom
relatifnya, unsur tersebut dapat dikelompokkan menjadi delapan
kelompok
6) Unsur-unsur: Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra, termasuk dalam golongan
logam….
A. alkali
B. alkali tanah
C. transisi
D. transisi bagian dalam
8) Unsur-unsur: He, Ne, Ar, Kr, Xe, dan Rn, termasuk dalam golongan ….
A. halogen
B. gas mulia
C. metal
D. nonmetal
9) Sifat kimia stronsium yang mirip dengan sifat kimia kalsium, menarik
perhatian para ahli karena stronsium dan kalsium ….
A. terletak pada golongan alkali tanah
B. sama sama bersifat radioaktif
C. termasuk dalam golongan halogen
D. termasuk dalam golongan gas mulia
Kegiatan Belajar 2
Konfigurasi Elektron
A. KONFIGURASI ELEKTRON
elektron maka tingkat enerji orbitalnya tergantung dari dua bilangan kuantum
yaitu n dan l. Orbital dikelompokkan menurut bilangan kuantum utamanya
(n), yang disebut shell atau kulit. Sebagai contoh orbital n = 3, berarti orbital
tersebut berada dikulit yang ketiga.
bilangan kuantum l : 0 1 2 3 4 . . .
nama sub kulit : s p d f g. . .
1 1
ms ms
2 2
Gambar 3.4.
Arah Rotasi Elektron
KIMD4110/MODUL 3 3.23
2. Bentuk Orbital
Telah dibahas bahwa suatu daerah atau ruangan di mana kita mungkin
mendapatkan elektron disebut orbital, dengan kata lain yang dimaksud orbital
ialah yang menggambarkan suatu ruang di mana kita dapat menemukan
elektron. Bentuk orbital ditentukan oleh bilangan kuantum azimut atau l,
yang mempunyai subkulit-subkulit, s, p, d, f, orbital-orbital tersebut
memberikan gambaran tentang arah dalam ruang, dan bentuk dari orbital-
orbital tersebut. Sekarang mari kita bahas satu demi satu bentuk orbital
tersebut.
a. Orbital s
Pada saat kita membahas orbital kuantum azimut atau l telah
dibicarakan bahwa
bilangan kuantum l : 0 1 2 3 4 . . .
nama subkulit :s p d f g. . .
Jadi semua orbital dengan nilai l = 0 adalah orbital s, jika orbital s berada
di kulit utama pertama (n = 1), maka diberi nama orbital 1s, jika berada di
kulit utama kedua, diberi nama 2s dan seterusnya. Awan elektron atau
penyebaran peluang mendapatkan elektron dari orbital s berbentuk bulat
simetris, yaitu bentuk bola dengan inti dipusatnya. Atau dengan kata lain
untuk orbital s, kemungkinan mendapatkan elektron hanya tergantung dari
jarak elektron ke inti. Gambar orbital s dapat dilihat pada Gambar 3.5.
berikut ini.
3.24 Kimia Dasar I
Gambar 3. 5
Orbital s
b. Orbital p
Untuk orbital dengan nilai l = 1 maka nama orbital tersebut adalah
orbital p, jika lupa kita dapat melihat kembali nama nama subkulit pada
bilangan kuantum l. Tadi sudah kita bahas bersama bahwa apabila harga l = 1
maka ada tiga nilai bilangan kuantum magnetik atau m yaitu - 1, 0, + 1, oleh
karena itu orbital p juga ada tiga macam. Dengan demikian ada tiga macam
orbital p dalam subkulit p yaitu px, py, dan pz, seperti dapat dilihat pada
Gambar 3.6. di bawah ini
px py pz
Gambar 3.6.
Orbital p
c. Orbital d dan f
Orbital d yang terdiri dari lima macam, berbeda dengan orbital s dan p.
Empat dari orbital d mempunyai bentuk lonjong yang hampir sama tetapi
terletak pada sumbu yang berbeda, sedangkan orbital yang kelima mirip
dengan orbital pz tetapi mempunyai tambahan berupa bentuk seperti kue
donat ditengahnya, yaitu disumbu xy. Semua dapat Anda lihat pada Gambar
3.7. Untuk orbital f bentuknya lebih kompleks seperti terlihat digambar 3.7.
Karena sebagian besar unsur yang akan kita bahas tidak akan
KIMD4110/MODUL 3 3.25
mempergunakan orbital f, maka Anda tidak usah terlalu kawatir jika kita
tidak membahas orbital f lebih jauh lagi.
Gambar 3.7.
Orbital d dan f
3. Konfigurasi Elektron
Setelah membahas bentuk-bentuk orbital, kita sekarang dapat
membayangkan atau mempunyai ide mengenai apa itu orbital dan bagaimana
bentuknya. Sekarang mari kita bahas bersama mengenai konfigurasi elektron.
Yang dimaksud dengan konfigurasi elektron adalah susunan elektron didalam
suatu orbital atom. Konfigurasi elektron suatu atom penting untuk diketahui
karena, sifat unsur kimia ditentukan oleh susunan elektron dalam orbitalnya.
Untuk mengetahui bagaimana susunan elektron didalam suatu atom, terlebih
dahulu kita harus mengetahui aturan-aturan mengenai pengisian elektron
dalam orbital atom. Ada tiga aturan atau prinsip yang berlaku dalam
penentuan konfigurasi elektron suatu atom, aturan tersebut yaitu, aturan atau
Prinsip Aufbau, Prinsip Larangan Pauli, dan aturan atau Prinsip Hund.
menempati orbital 1s, kemudian 2s, 2p, dan seterusnya. Untuk mengingat
urutan pengisian elektron maka dapat dilihat dan dipelajari metode di bawah
ini yang ditunjukkan dalam Gambar 3.8. Dengan mengikuti tanda panah dari
atas ke bawah maka akan diperoleh urutan pengisian elektron sesuai dengan
aturan Aufbau.
Gambar 3.8.
Urutan Pengisian Elektron
1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p 5s 4d 5p 6s
4f 5d 6p 7s 5f 6d
Sebagai contoh adalah unsur hidrogen mempunyai nomor atom satu, ini
berarti hanya mempunyai satu elektron. Elektron ini akan mengisi orbital
yang tingkat enerjinya paling rendah, yaitu orbital 1s. Konfigurasi elektron
hidrogen adalah
H 1s1
1
H ls atau
ls
Tanda panah ke atas menunjukkan bilangan kuantum spin + 1/2, jika tanda
panah arahnya ke bawah menunjukkan bilangan kuantum spin - 1/2.
Sekarang akan kita bahas contoh atom helium yang bernomor atom dua,
yang berarti mempunyai dua buah elektron. Kedua elektron ini akan
menempati orbital yang tingkat enerjinya paling rendah yaitu orbital 1s,
pengisian orbitalnya adalah:
2
He ls atau
ls
Sedang untuk unsur litium yang mempunyai nomor atom tiga, maka dua
buah elektronnya akan mengisi orbital terendah yaitu 1s, sedangkan elektron
ketiga akan mengisi orbital terendah yang berikutnya yaitu orbital atom 2s.
Jadi konfigurasi elektron untuk litium adalah
2p 2p
elektron kelima tersebut dapat mengisi salah satu dari tiga orbital tersebut.
Secara kusus untuk menggambarkan konfigurasi elektron orbital 2p, maka
orbital 2p terdiri dari tiga orbital yang tingkat enerjinya sama yaitu, 2px, 2py
atau 2pz.
ls 2s 2p
Sedangkan untuk unsur-unsur oksigen nomor atom adalah 8 sampai
dengan neon yang bernomor atom adalah 10, tiga orbital 2p terisi elektron.
Untuk flor yang bernomor atom adalah 9 dan neon yang bernomor atom 10,
kita dapat menuliskan 2px dan 2py dan 2p2.
ls 2s 2p
Gambar 3.9
Konfigurasi Elektron Kulit Terluar dari Unsur-unsur
Tabel 3.1.
Konfigurasi Elektron Kulit Valensi untuk Unsur-unsur Golongan Utama
Gambar 3.10.
Pembagian Susunan Berkala Berdasarkan Pengisian Orbital
KIMD4110/MODUL 3 3.33
Urutan pengisian orbital telah kita bahas pada saat kita membahas
Prinsip atau Peraturan Aufbau. Jika kita perhatikan susunan berkala seperti
yang digambarkan pada Gambar 3.10, maka gambar tersebut memudahkan
kita untuk mengingat urutan pengisian orbital, seperti yang telah kita bahas
pada cara penempatan elektron menurut prinsip Aufbau. Dimulai dari ujung
sebelah kiri atas susunan berkala hingga ke deret disebelah kanan orbital
akan terisi secara otomatis. Deret pertama sebagai contoh, hanya memuat dua
unsur blok s yaitu H dan He, jadi kita dapat mengisi orbital yang pertama
dapat diisi yaitu orbital s (1s). Deret kedua dimulai dengan dua unsur blok s
(Li dan Be), kemudian dilanjutkan dengan enam unsur blok p (B sampai Ne),
jadi kita mengisi orbital s yang berikutnya (2s) kemudian mengisi orbital p
yang enerjinya terendah yaitu 2p.
Deret ketiga mirip dengan deret kedua kita dapat mengisi orbital 3s dan
orbital 3p. Untuk deret keempat dimulai dengan mengisi dua unsur blok s (K
dan Ca). Untuk deret keempat ini, coba Anda perhatikan. Setelah mengisi
orbital s dilanjutkan dengan mengisi sepuluh unsur blok d (Sc sampai Zn),
kemudian mengisi enam unsur blok p (Ga sampai Kr). Dengan demikian
urutan pengisian adalah 4s diikuti orbital d (3d) kemudian 4p. Dengan
demikian urutan pengisian orbital pada susunan berkala, seperti pada Gambar
3.8
Setelah mempelajari pengisian orbital diatas tentu kita dapat lebih
memahami sehingga akan memudahkan kita untuk mengingat urutan
pengisian orbital berdasarkan prinsip Aufbau, dengan demikian kita tentu
dapat dengan mudah membahas contoh soal di bawah ini:
Contoh Soal
Nomor atom besi (Fe) adalah 26. Buatlah konfigurasi elektron dan diagram
orbitalnya, disamping itu hitunglah elektron yang tidak berpasangan.
Penyelesaian
Untuk membuat konfigurasi elektron kita berpedoman dengan gambar 4.7.
Urutan Pengisian Orbital, jadi kita dapat mengetahui urutan enerji terendah
yang akan ditempati oleh elektron yaitu, 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d. Kulit s
dapat ditempati oleh 2 elektron, kulit p ditempati oleh 6 elektron sedangkan
kulit d ditempati oleh 10 elektron. Dengan demikian konfigurasi elektronnya
adalah, 1s2 2s2 2 p2 3s2 3 p6 4 s2 3d 6 . Sedangkan diagram orbitalnya adalah,
3.34 Kimia Dasar I
Fe
Untuk mencari elektron yang tidak berpasangan, maka kita lihat bahwa
kulit 3d mempunyai 6 elektron maka dengan mengacu pada aturan Hunds
kita dapatkan ada 4 elektron yang tidak berpasangan.
Sifat sifat unsur telah kita bahas pada Kegiatan Belajar 1, Pada topik
sifat berkala atom kita akan pelajari bahwa ternyata, sifat-sifat unsur
tergantung dari sifat alamiah atom unsur-unsur yang bersangkutan. Sifat
atom-atom tersebut memperlihatkan bagaimana hubungan atom satu dengan
yang lain. Sifat sifat tersebut adalah: jari-jari atom, enerji potensial,
elektronegativitas, dan afinitas elektron, yang ternyata berhubungan dengan
letak unsur-unsur tersebut didalam susunan berkala. Sekarang mari kita
pelajari satu demi satu sifat-sifat tersebut.
1. Jari-jari Atom
Jika Anda mendengar kata jari-jari atom, tentu Anda akan bertanya
bagaimana kita dapat mengukur atom? Selama ini yang telah kita ketahui
adalah bahwa jari-jari atom atau radius atom adalah setengah dari jarak
antara dua inti atom yang sejenis yang berikatan secara kovalen. Misalnya
didalam molekul Cl, jarak diantara dua inti atom klor (Cl) adalah 198 pm;
satuan pm adalah singkatan dari pikometer (1 A = 100 pm). Di dalam intan
atau unsur karbon (C) jarak diantara dua inti atom karbon adalah 154 pm.
Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa jari-jari atom klor adalah
setengah jarak antara ClCl, atau 99 pm, dan jari-jari atom karbon adalah
setengah dari jarak antara CC, yaitu 77 pm.
Tentu kita akan bertanya apakah mungkin kita mengecek jari-jari atom?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita lihat kembali bahwa jari-jari
atom Cl adalah 99 pm dan jari-jari atom C adalah 77 pm, jadi jarak antara
atom Cl dan C jika kedua atom tersebut terikat bersama adalah 99 pm + 77
pm, yaitu 176 pm. Pada kenyataannya jarak antara karbon dengan klorin
didalam molekul kloroform (CHCl) yang berhasil diukur adalah 178 pm, jadi
KIMD4110/MODUL 3 3.35
Gambar 3.11.
Jari-jari Atom Cl dan C
Gambar 3.11.
Jari-jari Atom
Jika kita perhatikan Gambar 3.11. Jari-jari Atom, akan terlihat pola turun
- naiknya jari-jari atom unsur-unsur kimia dalam susunan berkala. Didalam
hal ini maka pola atau kecenderungan turun naiknya jari-jari atom dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu:
3.36 Kimia Dasar I
Li Be B C N O F
152 112 83 77 70 66 72
Turunnya jari-jari atom dari sisi kiri ke sisi sebelah kanan dalam susunan
berkala disebabkan karena, muatan inti semakin besar sehingga elektron
dikulit terluar mengalami daya tarik ke inti yang lebih besar.
Li Na K Rb Cs
152 186 227 248 263
2) Ukuran Orbital
Semakin besar bilangan kuantum utama, n, akan semakin banyak kulit
elektron dalam suatu atom, makin besar ukuran atom tersebut, sehingga
makin besar jari-jari atomnya.
2. Jari-jari Ion
Setelah kita membahas jari-jari atom, maka sekarang akan kita pelajari
bersama mengenai jari-jari ion. Ternyata ada perbedaan ukuran antara jari-
jari atom yang bermuatan netral dengan jari-jari ion yang bermuatan negatif.
Ion positif selalu lebih kecil daripada atom netral, sedangkan ion negatif lebih
besar dari pada atom. Mengapa demikian? Ini disebabkan ion positif (kation)
terbentuk dari atom yang kehilangan sebuah elektronnya sehingga ukuran
atom akan mengecil. Demikian pula sebaliknya untuk atom negatif. Mari kita
lihat atom Na. Jari-jari atom Na adalah 186 pm, sedangkan jari-jari kation
Na+ menjadi 102 pm, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut, pada saat atom
Na kehilangan sebuah elektronnya untuk membentuk kation Na +, maka
kation Na+ mempunyai kulit valensi yang lebih kecil daripada kulit valensi
atom Na sehingga jari-jari kation Na+ lebih kecil dari pada jari-jari atom Na.
Demikian pula halnya dengan atom Mg, jari-jari atom Mg adalah 160 pm,
sedang jari-jari kation Mg+ adalah 72 pm.
Seperti halnya dengan ukuran atom yang mengecil pada saat melepaskan
elektron, maka ukuran atom akan membesar pada saat atom memperoleh
sebuah elektron dan berubah menjadi ion negatif (anion), hal ini dapat dilihat
pada golongan VIIA, golongan Halogen. Sebagai contoh atom Cl,
mempunyai jari-jari atom 99 pm, pada saat atom tersebut mendapat sebuah
elektron untuk membentuk anion, maka jari-jari ion negatif (anion)
membesar menjadi 184 pm. Tambahan elektron pada sebuah atom
menyebabkan peningkatan gaya tolak-menolak di antara elektron-elektron,
yang menyebabkan ukuran atom bertambah besar, sehingga mudah
dimengerti mengapa jari-jari anion lebih besar daripada jari-jari atom.
3.38 Kimia Dasar I
H H+ e
Gambar 3.13.
Enerji Ionisasi atom Hidrogen
besar jari-jari atom akan menyebabkan gaya tarik terhadap elektron semakin
lemah sehingga enerji ionisasi akan semakin rendah.
Enerji ionisasi tidak hanya terbatas untuk memindahkan satu elektron
dari sebuah atom tetapi dapat pula dua, tiga atau lebih elektron dapat
dipindahkan dari sebuah atom, dengan enerji yang tertentu.
Anda tentu sudah dapat memperkirakan bahwa, enerji ionisasi yang
diperlukan untuk setiap langkah akan bertambah besar. Hal ini disebabkan
lebih sulit untuk melepaskan elektron dari ion bermuatan positif daripada
melepaskan elektron dari atom yang bermuatan netral atau atom yang tidak
bermuatan.
Contoh Soal
Dengan mempergunakan susunan berkala, manakah yang lebih mudah
terionisasi, magnesium atau stronsium?
Penyelesaian
Magnesium dan stronsium keduanya berada dalam golongan IIA, nomor
atom Mg adalah 12, sedangkan nomor atom Sr adalah 38, karena Sr
mempunyai nomor atom lebih besar daripada Mg, maka atom Sr akan
lebih mudah melepaskan elektronnya, ini berarti enerji ionisasinya lebih
rendah. Jadi Sr lebih mudah terionisasi daripada Mg.
Tabel 3.2.
Harga Afinitas Elektron Unsur Halogen
Penambahan elektron kedua sulit dilakukan karena ada gaya tolak dari
ion bermuatan negatif terhadap penambahan elektron, prosesnya dapat dilihat
di bawah ini:
5. Keelektronegativan (En)
Elektronegativitas (En), adalah kemampuan suatu atom untuk menarik
elektron lain dari suatu atom untuk digunakan bersama sehingga membentuk
suatu ikatan kimia (Ikatan Kimia akan dibahas tersendiri pada Modul 4).
Elektronegativitas dalam susunan berkala, bertambah dari sisi kiri ke kanan,
dan pada umumnya berkurang dari atas ke bawah. Fluor (F) adalah unsur
yang paling elektronegativ (4,0) sedangkan fransium (Fr) merupakan unsur
yang paling rendah elektronegativitasnya (0,7). Gas mulia yang dianggap
sebagai unsur yang paling stabil, mempunyai harga elektronegativitas sama
dengan nol.
Contoh Soal
1) Apa yang Anda ketahui mengenai empat bilangan kuantum?
Penyelesaian
Terlebih dahulu kita akan menjawab apa itu bilangan kuantum, bilangan
kuantum menerangkan suatu bentuk atau arah di dalam suatu ruang di
mana elektron kemungkin-an besar dapat diperoleh. Bilangan kuantum
ada empat yaitu:
a) Bilangan kuantum utama (n), menunjukkan besarnya orbital,
misalnya orbital 2 s dan orbital 3 p lebih besar daripada orbital 1 s
dan orbital 2 p, bilangan kuantum ini hanya mempunyai bilangan
bulat bukan nol dan bernilai positif, n = 1, 2, 3, 4, . . .
b) Bilangan kuantum orbital atau azimut (l), menunjukkan bentuk tiga
dimensi dari orbital. Bilangan kuantum ini tidak pernah negatif dan
tidak pernah lebih besar dari n - 1 (n adalah bilangan kuantum
utama). l = 0, 1, 2, 3, . . . dan orbital-orbital tersebut dibedakan
sebagai orbital s, p, d, f, . . .
c) Bilangan kuantum magnetik (m), menggambarkan arah orbital
dalam ruangan. Nilai bilangan kuantum ini dapat positif, nol, dan
berkisar dari - l sampai + l (l adalah bilangan kuantum azimut). m
= - 2, - 1, - 0, + 1, + 2, . . .
d) Bilangan kuantum spin (s), menggambarkan bahwa elektron dapat
berotasi menurut sumbunya dalam dua arah yaitu searah jarum jam
yang diberi nilai + 1/2 (diberi tanda panah ke atas) dan yang
berlawanan dengan arah jarum jam yang bernilai - 1/2 (diberi tanda
panah ke bawah). Tidak seperti tiga bilangan kuantum yang diatas
3.42 Kimia Dasar I
Penyelesaian
Konfigurasi elektron atom Fe, yang bernomor atom 26 adalah 1s2 2s2
6
2p6 3s2 3p6 3d 4s2. Untuk membentuk ion Fe3+ maka tiga elektron
harus dihapuskan, yaitu dua elektron berasal dari 4s dan satu elektron
dari 3d. Sehingga konfigurasi elektron sekarang berubah menjadi 1s2 2s2
5
2p6 3s2 3p6 3d . Sesuai dengan aturan Hund (elektron akan mengisi
orbital kosong yang enerjinya sama sebelum elektron-elektron itu
membentuk pasangan), maka lima elektron akan mengisi orbital 3d.
Dapat kita temukan bahwa ada lima elektron yang tidak berpasangan.
Sedangkan elektron-elektron lainnya mengisi kulit secara penuh atau
berpasangan.
3d
3) Tulislah konfigurasi arsenik, As yang bernomor atom = 33.
Gambarkan pula pengisian diagram orbitalnya!
Penyelesaian
Untuk melihat ini, mari kita bayangkan bahwa unsur-unsur dalam
susunan berkala dibedakan dalam golongan orbital, s, p, d, dan f, seperti
kita lihat pada gambar 3.10. tentang pembagian susunan berkala
berdasarkan pengisian orbital. Dimulai dari unsur hidrogen di sisi kiri
sebelah atas, kemudian mengisi orbital sampai 33 elektron yaitu elektron
dari unsur As. Kita harus ingat bahwa hanya dua elektron yang dapat
mengisi sebuah orbital dan untuk orbital yang tingkat enerjinya sama
maka elektron akan mengisi semua orbitalnya setengah penuh, setelah
seluruhnya terisi baru tambahkan elektronnya membentuk pasangan
elektron atau orbital terisi penuh.
KIMD4110/MODUL 3 3.43
As: 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p3. atau Ar: 4s2 3d10 4p3.
Untuk pengisian diagram orbitalnya digambarkan elektron sebagai
sepasang anak panah. Sedangkan untuk orbital 4p, elektronnya mempunyai
bilangan kuantum spin yang sama (tidak berpasangan).
As: [Ar]
1s 4s 3d 4p
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Daerah atau ruang yang mempunyai kemungkinan dapat
menemukan elektron, disebut orbital. Setiap orbital mempunyai empat
variabel yang dinamakan bilangan kuantum. Bilangan kuantum utama n,
menjelaskan besarnya orbital atau tingkat enerji; bilangan kuantum
azimut l, menerangkan tentang bentuk tiga dimensi orbital; bilangan
kuantum magnetik m, menjelaskan mengenai arah atau orientasi dari
orbital; sedangkan bilangan kuantum spin s, menerangkan perputaran
elektron. Berdasarkan bilangan kuantum utama n, orbital dikelompokkan
di dalam kulit orbital, sedangkan di dalam kulit orbital maka orbital
dikelompokkan dalam subkulit: s, p, d, dan f, yang keseluruhannya
tergantung dari bilangan kuantum azimut l. Konfigurasi elektron diatur
dalam tiga ketentuan yaitu: Prinsip Aufbau mengatakan bahwa pengisian
elektron harus dari orbital yang enerjinya terendah terlebih dahulu.
Prinsip Larangan Pauli mensyaratkan bahwa dua elektron dalam orbital
harus mempunyai spin atau perputaran yang berbeda, sedangkan prinsip
3.44 Kimia Dasar I
TES F OR M AT IF 2
B. [Ne]
C. [Ne]
D. [Ne]
A. [Ne]
B. [Ne]
C. [Ne]
D. [Ne]
C. Si > N > C
D. Si > C > N
10) Perbandingan antara jari-jari atom Fe, ion Fe, ion Fe, dari yang terbesar
ke yang terkecil adalah ….
A. Fe > Fe2+ > Fe3+
B. Fe < Fe2+ < Fe3+
C. Fe > Fe2+ > Fe
D. Fe < Fe2+ < Fe2+
Daftar Pustaka
Boikess cs. & Edelson E. 1985. Chemical Principles. 3 ed. New York: Harper
& Row Pub., Inc.
Mc Murry & Fay Robert C. 1995. Chemistry. New Yersey: Prentice- Hall,
Inc.
Mastertan WL, Slowinski EJ & Stanitski CL. 1981. Chemical Principles. 5th
ed. Philadelphia: Saunders, Call Pub.
Stoikiometri
Dra. Lina Warlina, M.Ed.
PEN D A HU L UA N
dahulu. Rumus senyawa kimia diperoleh oleh para ahli melalui penelitian
yang panjang. Dari penelitian-penelitian itu, secara bertahap diketahui bahwa
senyawa kimia dan reaksi kimia mengikuti kaidah-kaidah hukum dasar kimia
tertentu. Hukum-hukum tersebut hanya akan dijelaskan secara singkat dalam
modul ini. Dalam rumus senyawa, selain hukum-hukum dasar kimia, ada
besaran-besaran kuantitatif yang perlu Anda pahami agar dapat mengerti
rumus senyawa antara lain konsep mol, massa atom relatif, massa molekul
relatif, dan lain-lain. Semua ini akan dijelaskan dalam Kegiatan Belajar 1.
Pada Kegiatan Belajar 2, Anda akan benar-benar mempelajari mengenai
reaksi kimia sebagai dasar dari perhitungan-perhitungan dalam stoikiometri
ini. Juga akan dijelaskan mengenai besaran-besaran yang mendukung dalam
perhitungan tersebut, yaitu bilangan oksidasi, kemolaran dan ekivalen.
Diharapkan setelah mempelajari modul ini Anda akan benar-benar
mengerti stoikiometri kimia dan aplikasinya dalam kehidupan. Sedangkan
secara khusus setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan mampu:
1. menyebutkan dengan kata-kata sendiri dan mengerti hukum-hukum
dasar Kimia;
2. membuktikan dengan perhitungan hukum-hukum dasar Kimia;
3. menghitung massa molekul relatif senyawa, massa ekivalen dan % berat
komposisi unsur;
4. mengetahui rumus senyawa dan rumus molekul berdasarkan konsep mol;
5. menyetarakan reaksi kimia;
6. menghitung dan memahami bilangan oksidasi;
7. mengerti kemolaran dan ekivalen;
8. menghitung perhitungan-perhitungan stoikiometri; dan
9. mengerti aplikasi stoikiometri dalam kehidupan.
KIMD4110/MODUL 4 4.3
Kegiatan Belajar 1
Rumus Senyawa
Contoh:
1. Senyawa air yang murni selalu terjadi atas unsur tertentu yaitu hidrogen
dan oksigen yang bergabung dengan perbandingan tertentu yaitu 11,19%
buat hidrogen dan 88,81% buat oksigen atau dengan perbandingan 1 : 8.
Perbandingan ini selalu tetap, yaitu 1 : 8.
2. Garam dapur murni dari Madura atau Australia selalu terdiri dari unsur-
unsur natrium dan khlor dengan perbandingan tertentu. Berdasarkan
analisis dua cuplikan garam tersebut, dihasilkan data sebagai berikut:
Percobaan 1 Percobaan 2
Massa tembaga 6,42 9,48
Massa oksigen (8,04 – 6,42 = 1,62 g) (11,87 – 9,48 = 2, 39 g)
Massa tembaga 6,42 3,96 9,48 3,96
Massa oksigen 1,62 1 2,39 1
Contoh:
1) Nitrogen dan Oksigen dapat membentuk 5 macam senyawaan dengan
komposisi sebagai berikut:
Perbandingan
Perbandingan
Senyawa berat :
berat Oksigen
Nitrogen
I 63,7 : 36,3 = 1,75 : 1
II 46,7 : 53,3 = 1,75 : 2
III 36,9 : 63,1 = 1,75 : 3
IV 30,5 : 69,5 = 1,75 : 4
V 25,9 : 74,1 = 1,75 : 5
Oksida I II III
% oksigen 22,5 30,4 36,8
% mangan (100 – 22,50) = 77,5 (100 – 30,4) = 69,6 (100 – 36,8) = 63,2
22,5 30,4 36,8
Massa tembaga 77,5 69,6 63,2
Massa oksigen 0,29 0,44 0,58
1 1 1
b. Hukum Avogadro
“Pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama, volume yang sama
berbagai macam gas mempunyai jumlah molekul yang sama”. Pada
temperatur dan tekanan standar (STP, Standar Temperature and Presure),
volume suatu gas adalah 22,4 L.
Contoh:
Pembakaran sempurna gas propan dengan oksigen akan menghasilkan
gas karbon dioksida dan air. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa
untuk membakar sempurna 40 ml gas propan diperlukan 200 ml oksigen
dan dihasilkan 120 ml gas karbon dioksida dan 160 ml air. Perbandingan
volum gas-gas yang terlibat reaksi ini adalah:
Propan : oksigen : karbon dioksida = 40 : 200 : 120 : 160 = 1 : 5 : 3 : 4
Massa atom relatif merupakan suatu istilah yang digunakan untuk berat
atom (BA). Tentunya Anda telah mengenal berat atom, semasa di SMU
bukan? Istilah ini telah ditetapkan oleh IUPAC (International Union Of Pure
and Applied Chemistry) dan dalam buku-buku kimia modern, Anda akan
menjumpai massa atom relatif dengan singkatan Ar. Ar tidak mempunyai
satuan.
Massa atom relatif suatu unsur adalah massa rata-rata atom-atom relatif
terhadap massa satu atom Karbon-12 yang ditetapkan tepat 12, misalnya Ar
Na = 23,0, Ar Cl = 35,5. Anda dapat melihat daftar Ar pada Tabel Periodik.
Untuk suatu molekul yang merupakan gabungan dari atom-atom, maka
massa molekul relatif suatu senyawa adalah jumlah massa atom relatif dari
semua atom dalam molekul senyawa itu, yang diberi lambang Mr. Mr ini
dikenal pula dengan berat molekul (BM). Misalnya Mr (BM) dari NaCl
adalah Ar Na + Ar Cl = 23,0 + 35,5 = 58,5.
Setelah ada data mengenai Ar dari masing-masing unsur, yaitu N = 14, H
= 1, O = 16, Na = 23 dan seterusnya, maka kita perhatikan kembali rumus
senyawa yang belum sempurna yang dinyatakan dalam perbandingan berat
misalnya N1O0,57, H1O8, dan seterusnya. Maka rumus senyawa tersebut dapat
dinyatakan dalam perbandingan atom, misalnya:
N1O0,57 N1 14O0,57 16 = NO
H 1O 8 H1 1O8 16 =H2O
KIMD4110/MODUL 4 4.9
1. Konsep mol
Anda telah mengenal apa yang disebut mol pada Modul 1. Hal yang
sangat penting dari konsep mol adalah bahwa dalam suatu reaksi kimia,
perbandingan atom-atom yang bersenyawa tepat sama dengan perbandingan
mol atom yang bersenyawa. Besarnya mol atom atau senyawa sama dengan
massa atom relatif atau massa molekul relatifnya. Ini dapat terlihat, misalnya
dalam pembentukan H2O, yaitu diperlukan 2 atom Hidrogen untuk tiap atom
oksigen. Massa molekul relatif H2O (Mr H2O) tersebut adalah 18 (2 Ar H + 1
Ar O). Maka berdasarkan konsep mol, massanya dalam gram secara numerik
sama dengan Mr H2O tersebut sama dengan mol atom yang bersenyawa,
sehingga:
1 mol H2O = Mr H2O = 18 gr.
Jadi misalnya Anda mempunyai 9 gr H2O, maka H2O tersebut adalah: 918
mol atau 0,5 mol.
Jumlah partikel dalam 1 mol disebut tetapan Avogadro (), yang
berharga 0,002 1023. Massa satu mol suatu unsur atau senyawa disebut
massa molar unsur atom senyawa itu, jadi massa molar H2O = 18 g mol-1.
Contoh:
1) Hitung massa 1 mol
a. natrium
b. magnesium
c. timbal
Jawab:
Berdasarkan konsep mol, massa 1 mol atom sama dengan massa relatif atom
tersebut (Ar) (Ar : Na = 23, Mg = 24, Pb = 207), jadi:
a. Massa 1 mol Na = 23 g
b. Massa 1 mol Mg = 24 g
c. Massa 1 mol Pb = 207 g
4.10 Kimia Dasar I
Jawab:
1 mol atom adalah gram Ar atom tersebut, maka apabila diketahui g atom,
maka mol atom adalah g/Ar. (Ar Al = 27, Ag = 108, Fe = 56, Zn = 65). Jadi:
a. 54 g Al = 54/27 = 2 mol
b. 54 g Ag = 54/108 = 0,5 mol
c. 42 g Fe = 42/56 = 0,75 mol
d. 13 g Zn = 65/13 = 5 mol
Jawab:
Jumlah atom 1 mol = 6.1023 mol-1, jadi apabila diketahui x mol, maka
banyaknya atom = 6.1023/x. Ar : Cl = 35,5
Fe = 56
O = 16
Zn = 108
Mr Cl2 = 2 35.5 = 71
Mr O2 = 2 16 = 32
35,5
a. 35,5 g Cl2 = = 0,5 mol Cl2 = 0,5 x 6 1023 = 3 1023 atom
71
0,4 1 1
b. 0,4 g O2 = = mol O2 = 6 1023 = 0,075 1023 atom
32 80 80
KIMD4110/MODUL 4 4.11
336
c. 336 g Fe = = 6 mol Fe = 6 x 6 x 1023 = 3,6 1024 atom
56
216
d. 216 g Ag = = 2 mol Ag = 2 6 x 1023 = 1,2 1024 atom
108
Jawab:
Ar : C = 12
1 mol atom C = 6 1023 atom = 12 g
21021 1
2 1021 atom = = 10-2 mol atom C =
610 23 3
1
10-2 12 g = 0,04 g
3
C. RUMUS SENYAWA
Rumus empiris biasa digunakan untuk zat-zat yang tidak terdiri dari
molekul-molekul diskrit seperti CaCO3 dan NaCl. Berdasarkan rumus, massa
setiap unsur dapat dihitung dari sejumlah massa senyawa. Sebaliknya dari
massa setiap unsur dalam cuplikan senyawa, rumus senyawa, dapat
ditentukan. Rumus empiris, yang menunjukkan jumlah relatif atom-atom
setiap unsur dalam satuan rumus dapat ditentukan dari data persen komposisi
senyawa murni. Sedangkan data yang diperlukan untuk menentukan rumus
molekul adalah rumus empiris dan massa molekul relatif. Cara menentukan
rumus empiris dan rumus molekul adalah:
1. Mengukur massa setiap unsur dalam senyawa yang massanya diketahui.
Jika massa senyawa 100 g maka akan diperoleh persen massa setiap
unsur.
2. Mengubah massa setiap unsur menjadi mol yaitu membagi massa dengan
massa atom relatif sehingga akan diperoleh perbandingan mol atom dari
unsur-unsur.
3. Mengubah perbandingan yang diperoleh pada (2) menjadi bilangan bulat
terkecil dengan membagi dengan angka terkecil.
4. Jika hasil pada (3) bukan merupakan bilangan bulat, lalu ubah
perbandingan ini menjadi bilangan bulat.
5. Menulis angka bulat ini sebagai subskrip setiap unsur dalam rumus
empiris.
6. Menghitung berapa kali massa rumus empiris yang diperlukan untuk
memperoleh massa molekul relatif. Lalu faktor ini untuk mengalikan
jumlah atom dalam rumus empiris agar diperoleh jumlah atom setiap
unsur dalam rumus.
3) Jika persentase air dalam kristal tembaga sulfat 36%, tentukan pada
rumus CuSO4.nH2O
Jawab:
Persentase air dalam kristal tembaga sulfat 36% artinya setiap 100g
kristal mengandung 36 g air.
massa atom relatif yang diperoleh dari eksperimen 179. Hitung massa
molekul relatif yang tepat.
Jawab:
Untuk menentukan rumus molekul diperlukan data, rumus empiris dan
massa molekul relatif kira-kira. Setelah mengetahui rumus molekul
massa realtif dapat dihitung dengan tepat.
LAT IH A N
1) Berdasarkan reaksi:
2H2S (g) + 3O2 (g) 2H2O + 2SO2 (g)
Hitunglah volume oksigen yang diperlukan untuk membakar 100 L H2S.
Hitung pula volume SO2 yang terbentuk!
2) Flour (F) dapat membentuk 2 macam senyawaan dengan xenon (Xe).
Senyawa pertama merupakan penggabungan 0,312 g F dengan 1,08 g
Xe. Sedangkan senyawa lainnya merupakan penggabungan 0,312 g F
dengan 0,736 g Xe. Buktikanlah bahwa data tersebut sesuai dengan
hukum kelipatan perbandingan!
KIMD4110/MODUL 4 4.15
5) Suatu gas yang merupakan polusi udara mengandung 2,34 g N dan 5,34
g O. Bagaimanakah rumus senyawanya?
6) Tulislah rumus empiris suatu senyawaan yang terdiri dari 43,7% P dan
56,3% O.
2) Dalam soal ini akan dihitung massa F yang bergabung dengan Xe pada
tiap senyawaan. Lalu dimisalkan 1 g Xe pada tiap senyawaan sehingga
x g F 0,312 g F
Senyawa I:
1,00 g Xe 1,08 g Xe
(0,312 g F) (1,00 g Xe)
x g F 0,289 g F
1,08 g Xe
Lalu Anda dapat menghitung dengan cara yang sama untuk senyawa 2,
F
jadi senyawa 1: 0,289 . Senyawa 2: F
= 0,579. Kelipatan
Xe Xe
4.16 Kimia Dasar I
6) Soal ini dapat Anda jawab seperti soal No. 8, tetapi Anda harus
memahami definisi dari rumus empiris. Akan didapat rumus empirisnya
Anda dapat mengambil berat dari gas menjadi perbandingan mol,
sehingga PO2,5 atau P2O5.
R A NG KU M AN
Hukum-hukum dasar Kimia yang penting untuk diketahui adalah:
1. Hukum kekekalan massa: Pada setiap reaksi kimia, massa zat-zat
yang bereaksi adalah sama dengan massa zat-zat hasil reaksi.
2. Hukum perbandingan tetap: Dalam suatu senyawa, unsur-unsur
yang bersenyawa selalu berada dalam perbandingan massa yang
tetap.
KIMD4110/MODUL 4 4.17
Massa atom relatif (Ar) suatu unsur adalah massa rata-rata atom
relatif terhadap massa atom karbon -12. Sedangkan untuk suatu molekul
yang merupakan gabungan dari atom-atom, maka massa molekul relatif
suatu senyawa (Mr) adalah jumlah massa atom relatif semua atom dalam
molekul senyawa tersebut.
Hal yang juga penting dalam stoikiometri ini adalah konsep mol dan
rumus senyawa. Dalam konsep mol yang harus diperhatikan adalah
dalam suatu reaksi kimia perbandingan atom-atom yang bersenyawa
tepat sama dengan perbandingan mol atom yang bersenyawa. Untuk
rumus senyawa ada 3 macam yaitu rumus struktur, rumus empiris dan
rumus molekul. Dalam menentukan rumus empiris, data yang diperlukan
adalah macam unsur dalam senyawa, persen komposisi unsur dan massa
atom unsur-unsur yang bersangkutan. Sedangkan untuk menentukan
rumus-rumus molekul harus diketahui rumus empiris dan massa molekul
relatif.
Jika Anda mempunyai m gram suatu zat dengan massa molar atau
massa molekul relatif, M, maka jumlah mol zat, n, adalah:
m(g)
n (mol) = yang juga harus Anda ingat adalah tetapan Avogadro
M
yaitu 6,022 1023 yang menyatakan jumlah partikel dalam tiap mol.
TES F OR M AT IF 1
5) Suatu bahan bakar roket sebanyak 13,8 g yang mengandung hanya boron
dan hidrogen di bakar di udara menghasilkan air sebanyak 27,0 g.
Rumus empiris bahan bakar roket ini ialah ….
(Ar : O = 16, B = 10,8, H =1)
A. BH
B. BH2
KIMD4110/MODUL 4 4.19
C. BH3
D. BH4
10) Massa 0,250 ekivalen M(OH)2 sama dengan 19,09 gram. Massa atom
relatif M sama dengan (H = 1 ; O = 16).
A. 76
B. 113
C. 119
D. 125
Kegiatan Belajar 2
A. REAKSI KIMIA
Pada saat SMA Anda tentu telah mengenal reaksi kimia seperti telah
dijelaskan dalam Modul 1. Reaksi kimia sudah banyak kita temukan dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya reaksi perkaratan antara besi dengan
oksigen, reaksi pada peragian singkomg menjadi tape, dan sebagainya.
Sebenarnya reaksi kimia adalah penyusunan ulang atom dalam reaktan
sehingga membentuk produk. Agar dapat memanfaatkan lebih baik, perlu
mempelajarinya secara kuantitatif.
Langkah pertama adalah menyatakan molekul secara kuantitatif dan ini
sudah kita pelajari dalam Kegiatan Belajar 1 modul ini, yaitu menyatakan
senyawa kimia dalam simbol dan rumus molekul. Langkah selanjutnya
adalah menyatakan reaksi kimia secara kuantitaif. Sebagai contoh adalah
campuran butana dan propana yang biasa digunakan sebagai LPG, atau korek
api gas yang sebenarnya memanfaatkan reaksi antara butana (C4H10) dan
oksigen (O2) menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) serta panas
(api).
Contoh di atas tersebut, apabila dinyatakan dengan rumus senyawa
reaktan dan produk, persamaan reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
C4H10 + O2 CO2 + H2O
reaktan produk
4.22 Kimia Dasar I
Tidak ada teknik khusus untuk penyetaraan reaksi ini, yang terpenting
adalah Anda harus memperbanyak latihan untuk menentukan koefisien
reaksi.
Selanjutnya akan dijelaskan mengenai bilangan oksidasi, kemolaran dan
ekivalen
1. Bilangan Oksidasi
Bilangan oksidan perlu diketahui agar Anda dapat memperkirakan hasil
reaksi apabila suatu unsur bergabung dengan unsur lainnya. Bilangan oksidan
atau valensi yaitu bilangan yang menyatakan satuan afinitas suatu unsur yaitu
daya gabung unsur tersebut dengan unsur lain. Sebagai contoh adalah valensi
untuk Sulfur adalah 2, 4 dan 6. Sehingga apabila bergabung dengan unsur
Oksigen akan membentuk SO42-, SO2 dan SO3 yang masing-masing bilangan
oksidasinya 2, 4, dan 6. Pada saat sekarang ini pengertian valensi dapat pula
disebut sebagai bilangan oksidasi.
Untuk menghitung bilangan oksidasi, ada aturan-aturan dasar yang harus
dipenuhi, yaitu:
1. Bagaimanapun struktur suatu unsur, maka bilangan oksidasi unsur bebas
adalah nol. Contoh: Ne, P4, F2, Fe, O2, H2, dan S8.
2. Bilangan oksidasi pada ion sederhana (satu atom) adalah sama dengan
muatan ion tersebut. Contoh: Ion-ion Na+1, Al3+, dan S2- mempunyai
bilangan oksidasi +1, +3, dan 2.
3. Jumlah aljabar bilangan oksidasi unsur-unsur dalam senyawaan netral
adalah nol. Contoh: pada senyawa NaCl, jumlah aljabar bilangan
oksidasinya adalah nol, sehingga bilangan oksidasi Na adalah +1, dan Cl
adalah 1. Disamping aturan-aturan dasar di atas, Anda dapat
menggunakan unsur-unsur tertentu sebagai patokan yang mempunyai
bilangan oksidasi sama pada berbagai senyawaannya.
4. Flour selalu mempunyai bilangan oksidasi –1 pada senyawaannya.
5. Unsur-unsur pada golongan I A (kecuali Hidrogen) selalu mempunyai
bilangan oksidasi +1.
6. Unsur-unsur pada golongan II A selalu mempunyai bilangan oksidasi +2.
7. Unsur-unsur golongan VII A mempunyai bilangan oksidasi –1 pada
senyawa biner (senyawa yang hanya mengandung 2 unsur berbeda)
4.26 Kimia Dasar I
Contoh:
1. Bilangan oksidasi Mn dalam KMnO4:
bilangan oksidasi K = +1
bilangan oksidasi O = 4 (2) = -8
K Mn O4
+1 ? 8
Total bilangan oksidasi harus = 0, sehingga Mn adalah +7.
2. Bilangan oksidasi Cr dalam K2Cr2O7 :
bilangan oksidasi K = 2 (+1) = +2
bilangan oksidasi O = 7 (-2) = -14
K2 Cr2 O7
+2 14
Cr2 +12
sehingga bilangan oksidasi Cr = +6.
2. Kemolaran
Apa yang dimaksud dengan kemolaran? Anda pasti masih ingat ketika
Anda di SMU. Kemolaran adalah banyaknya zat dalam mol yang terlarut
KIMD4110/MODUL 4 4.27
dalam satu liter larutan. Jadi satuan kemolaran adalah mol/liter disingkat M.
Kemolaran merupakan satuan yang sering dijumpai dalam stoikiometri, atau
dapat ditulis sebagai berikut:
Contoh:
1. Hitung kemolaran 49 gr H2SO4 dalam 4 L larutan. Massa molekul relatif
H2SO4 adalah 98.
Jawab:
49g
Mol H2SO4 = 0,50mol
98g / mol
0,50mol
Kemolaran = 0,125mol / Liter 0,125M
4L
Atau dapat pula Anda hitung secara langsung yaitu:
gramzat terlarut 49g
Kemolaran = = = =0,125mol/Liter
Mr zat terlarut×Liter larutan 98g/mol× 4L
Jawab:
a. volume 84 ml = 0,084 L
mol 3,66 102
Kemolaran = 0,436M
L 0,084
b. Mr CH3COOH = 60,1
gramzat terlarut 4
Kemolaran= = = 0,444M
Mr zat terlarut×liter larutan 6,01×0,150
3. Ekivalen
Ekivalen adalah besaran yang biasa digunakan dalam perhitungan
persamaan reaksi. Ada 2 macam ekivalen, yaitu ekivalen asam basa dan
ekivalen redoks (reduksi dan oksidasi).
4.28 Kimia Dasar I
b. Ekivalen Redoks
Ekivalen redoks digunakan dalam suatu reaksi kimia yang berlangsung
reaksi reduksi dan oksidasi (reaksi redoks). Reaksi redoks adalah reaksi di
mana terjadi peritiwa reduksi dan oksidasi secara bersamaan. Oksidasi adalah
proses dimana substansi pada reaksi kimia kehilangan satu atau lebih
elektron. Dan reduksi adalah proses dimana substansi pada reaksi kimia
menerima satu atau lebih elektron. Pada prinsipnya reaksi redoks adalah
proses perpindahan elektron dari satu reaktan ke reaktan lainnya.Satu
ekivalen oksidator (zat pengoksidasi) adalah banyaknya zat tersebut yang
dapat menerima satu mol elektron (6,02 1023 elektron). Sedangkan satu
ekivalen reduktor (zat pereduksi) adalah banyaknya zat yang dapat
melepaskan satu mol elektron.
Contoh reaksi redoks adalah:
Mg (s) + Cu2+ O (s) Mg O (s) + Cu (s)
0 2+ reduksi 2+ 0
Oksidasi
Contoh:
1. Berapa berat 1 ekivalen Fe, jika Fe dioksidasi menjadi Fe2O3?
(Ar Fe = 55,85)
Jawab:
berubah
Fe menjadi Fe2O3 atau Fe Fe3+ atau Fe Fe3+ + 3e-
0 -3
3e
+7 +7
-2 +6
4.30 Kimia Dasar I
Jawab:
Berdasarkan reaksi : Fe2+ + MnO4- Fe3+ + Mn2+
+2 +3
+7 +2
C. PERHITUNGAN-PERHITUNGAN STOIKIOMETRI
2. Massa – volume
Hitung volume gas Oksigen diukur pada STP yang dihasilkan dari
pemanasan 56,0 g kalium nitrat (KNO3), (Mr KNO3 = 101,1).
4.32 Kimia Dasar I
Jawab:
2 KNO3 2 KNO2 + O2
Diketahui : 56 g KNO3
Ditanya : volume O2 pada STP
56
Tahap 1 : 56 g KNO3 = mol = 0,554 mol
101,1
Tahap 2 : 2 mol KNO3 ~ 1 mol O2
0,554 mol KNO3 ~ ½ 0,554 mol O2 = 0,227 mol O2
Tahap 3 : pada STP 1 mol O2 = 22,4 L
3. Volume-volume
Perhitungan volume–volume didasarkan atas hukum Gay Lussac. Pada
umumnya tahap 1 dan 3 tidak diperlukan, cukup tahap 2 saja.
Contoh:
Hitung volume oksigen yang diperlukan, volume karbon dioksida dan uap air
yang terbentuk jika 3,0 L etana terbakar sempurna. Semua diukur pada suhu
dan tekanan yang sama.
Jawab:
2 C2H6 (g) + 7 O2 (g) 4CO2 (g) + 6 H2O (g)
Diketahui : 3 L C2H6
Ditanya : volume O2, CO2, dan H2O
a. Berdasarkan persamaan reaksi C2H6 : O2 : CO2 : H2O = 2 : 7 : 4 : 6
7
b. Jadi volume O2 = 3 L = 10,5 L
2
4
c. volume CO2 = 3 L = 6,0 L
2
4
d. volume H2O = 3 L = 9,0 L
2
Agar Anda lebih jelas lagi, berikut ini akan diberikan contoh-contoh soal
untuk melatih Anda memahami stoikiometri ini.
KIMD4110/MODUL 4 4.33
8e
3e
34,076
Massa 1 ekivalen H2S = = 4,259 g
8
158,03
Massa 1 ekivalen KMnO4 = = 52,676 g
3
12,64
b. 12,64 g KMnO4 = ekivalen = 0,240 ekivalen
52,68
c. Jumlah ekivalen H2S yang bereaksi dengan 0,240 ekiv KMnO 4
adalah 0,240 ekiv H2S
d. Jadi banyaknya H2S adalah = 0,240 4,259 g = 1,022 g
b. Karena diperlukan tepat 0,100 ekiv asam, maka jumlah ekiv basa
yang diperlukan juga = 0,100 ekiv basa
c. Misalkan dalam campuran ada X gram KOH, maka Ca(OH) 2 =
4,221 g – X.
4.34 Kimia Dasar I
Perbandingan mol:
C : H : N = 4,93 . 10-3 : 4,94 . 10-3 : 9,92 . 10-4 : = 5 : 5 : 1
Jadi rumus empirisnya = C5H5N
Jawab:
100 1000
a. 1 kg oktana = mol = 8,771 mol
Mr oktana 114,008
b. 2 mol C8H18 ~ 25 mol O2 ~ 16 mol C O2 ~ 18 mol H2O
25
c. Banyaknya O2 = 8,771 mol = 109,637 mol = 2455,88 L (pada
2
STP 1 mol = 22,4 L).
D. APLIKASI STOIKIOMETRI
(NH3) harus diubah dahulu menjadi nitrat dengan adanya bakteri tanah.
Bahan dasar nitrogen adalah ammonia yang terjadi dari reaksi hidrogen dan
nitrogen
2 NH3 (aq) + CO2 (aq) + H2O (l) → (NH4)2 CO3 (aq) (1)
(NH4)2CO3 (aq) + CaSO4 (aq) → (NH4)2 SO4 (aq) + CaCO3 (s) (2)
CH4 (metana) diperoleh dari gas alam. Gas alam umumnya mengandung
sekitar 80 – 90% CH4. Dengan demikian dapat dihitung kebutuhan gas alam
(gas bumi) untuk menghasilkan urea tersebut.
Reaksi-reaksi yang telah dijelaskan untuk menyiapkan pupuk,
merupakan reaksi-reaksi yang sederhana. Seperti yang telah disebutkan,
dibutuhkan kuantitas yang besar untuk memproduksi pupuk. Untuk itu perlu
dikembangkan penelitian-penelitiannya. Para ahli kimia industri
mengembangkan percobaan-percobaannya dalam skala laboratium dahulu.
Pada saat inilah dibutuhkan perhitungan-perhitungan stoikiometri yang telah
di butuhkan.
LAT IH A N
Begitu pula untuk menjawab soal 6, C12 H22 O11 yang dihasilkan adalah
0,28 mol.
7) a) Untuk menentukan reaktan yang habis terpakai, maka Anda harus
menghitung mol untuk Fe dan S.
1mol Fe
mol Fe = 7,62 g Fe = 0,136 mol Fe
55,85g Fe
1molS
mol S = 8,67 g S = 0,270 mol S
32,07gS
Berdasarkan persamaan reaksi, maka mol Fe ~ mol S, sehigga
banyaknya mol S yang dibutuhkan adalah 0,136 mol. Kenyataanya
mol S yang ada 0,270 mol, sehingga S merupakan reaktan yang
berlebih dan Fe merupakan reaktan yang habis terpakai.
b) Untuk menghitung massa FeS yang terbentuk, Anda harus
mengetahui mol FeS yaitu: mol Fe ~ 0,136 mol.
c) Dengan demikian kelebihan reagen S adalah = 0,270 mol – 0,136
mol = 0,134 mol. Jadi massa S yang berlebih = 0,134 x 32,07 g S =
4,30 g S.
8) Anda dapat mengerjakan soal ini sama seperti pada soal no. 7. Untuk
memeriksa pekerjaan Anda, maka
a) massa (NH2) 2CO yang terbentuk adalah 1124 g (NH2)2 CO
b) kelebihan reagen CO2 adalah= 319 g CO2
9) Pertama-tama hitung mol C2H4 dan mol O2 yaitu 0.0689 mol C2H4 dan
0,185 mol O2. Berdasarkan persamaan reaksi terlihat bahwa 1 mol C 2H2
~ 3 mol O2, sehingga O2 yang dibutuhkan untuk membakar 0,0689 mol
C2H2 adalah 3 0,0689 mol ≈ 0,207 mol O2. tetapi O2 yang tersedia
hanya 0,185 mol sehingga O2 adalah reagan yang menentukan (habis
terpakai). Dengan demikian produk yang dihasilkan bergantung pada
mol reaksi yang menentukan (mol O2). Jadi CO2 yang terbentuk = 2 3
mol O2 = 2 3 0,185 mol O2 x Mr CO2 yaitu 5,43 g CO2.
10) Anda harus ingat perumusan molar, yaitu mol/L, sehingga ubah dahulu
kristal NaOH ke dalam mol, lalu ubah kembali ke dalam L, sehingga
didapat
5,050mol NaOH
= 0,250 mol/dm3 = 0,250 M
0,200dm3
KIMD4110/MODUL 4 4.41
R A NG KU M AN
Stoikiometri merupakan pengungkapan reaksi kimia secara
kuantitatif. Dalam penulisannya, perlu dituliskan wujud zat dari pereaksi
(reaktan) dan hasil reaksi (produk). Wujud zat tersebut dapat berupa
padat (s), cair (l) dan gas (g). Perbandingan molekul atau mol zat-zat
dalam suatu reaksi ditentukan oleh koefisien dalam persamaan reaksi
tersebut. Koefisien tersebut harus disetarakan. Satuan-satuan yang biasa
digunakan dalam stoikiometri adalah:
1. Bilangan oksidasi/valensi yaitu bilangan yang menyatakan satuan
afinitas suatu unsur. Untuk menghitungnya ada aturan-aturan dasar
yang harus dipenuhi.
2. Kemolaran yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan
sehingga:
gram zat terlarut
kemolaran (M) =
Mr zat terlarut × Llarutan
3. Ekivalen atau kesetaraan yaitu suatu besaran yang biasa digunakan
dalam persamaan reaksi. Ada 2 ekivalen, yaitu ekivalen asam basa
dan ekivalen redoks (reduksi dan oksidasi).
a. Satu ekivalen asam adalah banyaknya asam yang diperlukan
untuk menghasilkan 1 mol H3O+. Sedangkan ekivalen basa
adalah banyaknya basa yang diperlukan untuk menghasilkan
1 mol OH- atau dapat menerima 1 mol H3O+.
b. Satu ekivalen oksidator (zat pengoksidasi) adalah banyaknya
zat tersebut yang dapat menerima 1 mol elektron (6,02 1023
elektron). Sedangkan satu ekivalen reduktor (zat pereduksi)
adalah banyaknya zat yang dapat melepaskan 1 mol elektron.
TES F OR M AT IF 2
4) Banyaknya KOH 0,555 M yang dibuat dari 224 g KOH adalah (Ar H = 1
O = 16 K = 39)
A. 2,2 L
B. 4,00 L
C. 5,60 L
D. 7,20 L
6) Banyaknya H2SO4 yang terdapat dalam 0,50 L H2SO4 0,50 M (Mr H2SO4
= 98) adalah ….
A. 12,25 g
B. 9,80 g
C. 4,90 g
D. 2,45 g
KIMD4110/MODUL 4 4.43
7) Jika Mn O4 direduksi dalam suasana basa, maka akan terbentuk MnO 2,
sehingga dalam 1 mol M n O4 akan terdapat ….
A. 3 ekivalen
B. 4 ekivalen
C. 5 ekivalen
D. 7 ekivalen
Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 1991. Chemistry. Fourth edition. United States: Mc. Graw
Hill. Inc.
J.E. Brady dan G.E. Huniston. 1982. General Chemistry Principles and
Structure. Canada: John Willy and Sons.
Modul 5
Ikatan Kimia
Dra. Sri Listyarini, M.Ed.
PEN D A HU L UA N
sekunder dapat berupa ikatan dwi kutub induksi, ikatan Van der Waals, dan
ikatan Hidrogen. Jenis ikatan kimia yang terdapat dalam suatu senyawa
menentukan kekuatan ikatan antar atom atau antar molekulnya. Setelah
mempelajari modul ini Anda diharapkan mampu:
1. menggunakan simbol Lewis untuk menggambarkan ikatan kimia;
2. membandingkan keelektronegatifan suatu unsur terhadap unsur lain
dengan mengetahui letaknya pada susunan berkala;
3. memperkirakan panjang ikatan, orde ikatan, dan energi ikatan suatu
senyawa jika salah satu dari ketiga parameter ikatan tersebut diketahui;
4. menentukan jenis ikatan primer yang dimiliki suatu senyawa, apakah
ikatan ion, ikatan kovalen, atau ikatan logam;
5. menentukan ikatan dalam suatu senyawa yang merupakan gabungan
diantara ikatan-ikatan primer tersebut;
6. membedakan beberapa ikatan yang terjadi antar molekul yaitu ikatan dwi
kutub induksi, ikatan Van der Waals, atau ikatan Hidrogen yang terdapat
dalam suatu materi.
Dengan mengetahui jenis ikatan kimia yang terdapat diantara atom atau
molekul, maka sifat fisik dan sifat kimia suatu materi dapat diprediksi.
Pengetahuan tentang sifat-sifat suatu materi sangat penting, baik dalam
menggunakan materi tersebut, maupun dalam mereaksikan antar materi.
Dengan kata lain pengetahuan tentang jenis ikatan kimia yang terdapat dalam
suatu materi akan sangat berguna dalam menentukan perilaku reaksi antara
satu materi dengan materi lainnya.
KIMD4110/MODUL 5 5.3
Kegiatan Belajar 1
A. SIMBOL LEWIS
Tabel 5.1.
Simbol Lewis untuk unsur-unsur Golongan A
Golongan IA IIA IIIA IVA VA VIA VIIA
O O O O O OO O OO O OO O OO O
Simbol X X O
X X OX O XO OX O
O O O OO
IIA, IIIA, dan IVA tidak sesuai dengan yang diperkirakan jika Anda
menuliskan konfigurasi elektronnya. Pada saat menulis konfigurasi elektron
untuk unsur golongan IIA kedua elektron terluar dari unsur tersebut
digambarkan saling berpasangan, sedangkan simbol Lewis menggambarkan
elektron-elektron tersebut tidak berada pada sisi yang sama. Demikian juga
unsur-unsur Golongan IIIA dan IVA. Simbol Lewis hanya dapat ditulis
dengan cara ini, karena apabila atom membentuk ikatan maka ikatan yang
terjadi sesuai dengan banyaknya elektron yang tidak berpasangan seperti
pada simbol Lewisnya.
Lewis menganggap atom terdiri dari bagian dalam yang merupakan
suatu “butir” positif (inti dan elektron dalam) dan kulit elektron terluar (kulit
valensi) yang maksimal dapat diisi oleh delapan elektron. Menurut Lewis
elektron terluar terdapat pada pojok kubus yang mengelilingi “butir”. Dalam
hal Na, satu-satunya elektron di kulit terluar menempati salah satu pojok
kubus, sedangkan untuk gas mulia kedelapan pojok kubus ditempati oleh
elektron. Kedelapan elektron ini atau oktet merupakan susunan elektron yang
stabil. Aturan ini disebut aturan oktet.
Gambar 5.1.
Kubus yang Kedelapan Pojoknya Ditempati Elektron
terdapat pada molekul NaCl dapat digambarkan dengan simbol Lewis dengan
cara:
Molekul yang terdiri dari 2 atom yang unsurnya sejenis seperti H 2 dapat
dengan mudah digambarkan dengan simbol Lewis:
HH H : H H - H
O H
H O N, atau H O O N O , atau O N O
O O
Untuk menentukan atom pusat dari suatu molekul dapat diperkirakan
berdasarkan jumlah elektron terluar yang terbanyak. Dalam menentukan
struktur Lewis HNO3, dari ketiga kemungkinan di atas ternyata setelah
digambarkan struktur Lewisnya secara lengkap, yang paling mungkin
adalah struktur HNO3 yang paling kiri. Cobalah keenam tahap berikut ini
untuk latihan menentukan struktur Lewis HNO3.
b. Hitung semua elektron valensi dari atom. Jika dalam bentuk ion, maka
tambahkan elektron sebanyak muatan negatif dan kurangi jumlah
elektron sebesar muatan positif.
O- C- O H- -H
H
d. Lengkapi oktet dari atom yang terikat pada ion pusat (kecuali 2 elektron
untuk Hidrogen), seperti:
.. ..
O -C- O
..
..
H-N-H
H
e. Tambahkan jika perlu pasangan elektron pada
.. atom pusat, seperti:
:O - C - O: H - N- H
H
f. Jika pada atom pusat masih belum mencapai oktet, maka harus dibentuk
ikatan rangkap agar memenuhi oktet, seperti:
.. ..
O = C= O
..
..
2. HF adalah
3.
B. KEELEKTRONEGATIFAN
Pada waktu atom dari unsur yang sama saling berikatan, seperti molekul
H2, maka kedua atom mempunyai keelektronegatifan yang sama. Kedua atom
mempunyai kemampuan yang sama untuk menarik pasangan elektron dalam
ikatan kimia, sehingga masing-masing atom Hidrogen dalam H2 mempunyai
muatan listrik nol.
Ada beberapa cara untuk mendapatkan nilai kuantitatif
keelektronegatifan. Salah satu pendekatan dikemukakan oleh R. S. Mulliken
(1934) yang menggunakan rata-rata dari energi ionisasi dan afinitas elektron.
Perbedaan () antara energi ikatan nyata (terukur) dengan energi ikatan yang
diperkirakan adalah:
= E(H-X)nyata - E(H-X) hitung
KIMD4110/MODUL 5 5.9
H-X
+ -
Tarik-menarik elektrostatik diantara sebagian muatan atom H dan X
menyebabkan kekuatan ikatan menjadi lebih besar. Jadi E(H-X)nyata akan
lebih besar daripada E(H-X)hitung. Makin besar perbedaan keelektronegatifan
antara atom yang berikatan dalam molekul akan lebih besar komponen ionik
dari ikatan dan lebih besar nilai . Sehingga harga keelektronegatifan relatif
dari atom H dan X dapat ditentukan dari nilai .
Harga keelektronegatifan ditentukan melalui proses ini untuk seluruh
unsur golongan representatif dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Perhatikan bahwa keelektronegatifan umumnya naik dari kiri ke kanan dalam
satu periode dan turun dari atas ke bawah dalam satu golongan untuk unsur-
unsur golongan representatif. Harga keelektronegatifan berkisar antara 0,7
untuk cesium (Cs) sampai dengan 4,0 untuk fluor (F).
5.10 Kimia Dasar I
Tabel 5.2.
Harga Kelektronegatifan menurut Pauling
Keelektronegatifan Meningkat
Li Be B C N O F
Keelektronegatifan Berkurang
1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
Na Mg Al Si P S Cl
K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br
0.8 1.0 1.3 1.5 1.6 1.6 1.5 1.8 1.9 1.9 1.9 1.6 1.6 1.8 2.0 2.4 2.8
Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I
0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 1.9 2.2 2.2 2.2 1.9 1.7 1.7 1.8 1.9 2.1 2.5
Cs Ba La- Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At
0.7 0.9 Lu 1.3 1.5 1.7 1.9 2.2 2.2 2.2 2.4 1.9 1.8 1.9 1.9 2.0 2.2
1.0-
1.2
Fr Ra Ac Th Pa U Np-
1.4-
1.3
Pengertian mengenai ikatan ion dan ikatan kovalen akan dibahas lebih detail
pada kegiatan belajar berikutnya.
Tabel 5.3.
Perbedaan Keelektronegatifan yang Membedakan Jenis Ikatan
Persentasi karakter ikatan ionik
Perbedaan keelektronegatifan
Jika molekul hidrogen fluorida (HF) diletakkan pada medan listrik, maka
orientasinya akan teratur seperti terlihat pada Gambar 5.1.
5.12 Kimia Dasar I
Gambar 5.1.
Efek Medan Listrik pada Molekul HF
a. Pada saat tidak ada medan listrik, orientasi molekul HF acak
b. Pada waktu dialiri medan listrik molekul HF cenderung berorientasi
dengan ujung negatif (F/-) ke arah kutub positif dan ujung positif
(H/+) ke kutub negatif.
--|------>
+ -
Tentu saja molekul diatom yang mempunyai ikatan polar juga akan
memiliki momen dipol. Molekul poliatom (banyak atom) juga akan
memperlihatkan sifat dipolar. Contohnya, karena atom O dalam air
mempunyai keelektronegatifan lebih besar daripada atom H, maka distribusi
muatan dalam molekulnya dapat dilihat pada Gambar 5.2. Karena adanya
distribusi muatan ini, molekul air dalam medan listrik bersifat seolah-olah ion
KIMD4110/MODUL 5 5.13
Gambar 5.2.
Distribusi muatan dalam molekul air
a. Tanpa medan listrik
b. Dalam medan listrik
Gambar 5.3.
a. Distribusi Muatan dalam Molekul CO2
b. Polaritas ikatan yang berlawanan saling meniadakan, sehingga
molekul CO2 tidak mempunyai momen dipol
Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa sifat ikatan atom dalam
molekul selain ditentukan oleh keelektronegatifannya juga oleh sudut ikatan
dan panjang ikatan.
5.14 Kimia Dasar I
Sifat ikatan kimia antar atom dapat dipelajari melalui panjang ikatan,
orde ikatan, dan energi ikatan. Ketiga parameter ikatan kimia tersebut akan
dibahas berikut ini.
Gambar 5.4.
Gerakan-gerakan Atom dalam Molekul
KIMD4110/MODUL 5 5.15
Gerakan atom ini dapat dibagi menjadi dua tipe dasar, yaitu:
1. Gerakan vibrasi ialah gerakan pasangan atom yang bergerak satu sama
lain pada sumbu yang menghubungkan inti atom, seperti 2 bola yang
dihubungkan oleh pegas (lihat Gambar 5.4.a).
2. Gerakan tekuk (bending motion) adalah gerakan dimana sudut antara 3
atom bertambah dan berkurang (lihat Gambar 5.4.b).
Dalam modul ini pembahasan akan dibatasi pada gerakan vibrasi.
Gambar 5.5.
Interaksi antara 2 atom Hidrogen
Lihat Gambar 5.5, sumbu x menyatakan jarak antar 2 atom Hidrogen dan
sumbu y menggambarkan energi potensial yang dimiliki oleh kedua atom
Hidrogen tersebut. Pada saat 2 atom hidrogen saling mendekati satu sama
lain (dari sisi kanan sumbu x menuju titik nol atau sumbu y), 2 gaya yang
berlawanan akan berperan, yaitu gaya tolak-menolak antara proton dengan
proton dan elektron dengan elektron di satu sisi, serta gaya tarik-menarik
antara proton dengan elektron. Jika jarak antar kedua atom cukup jauh, maka
energi potensial yang dimiliki adalah nol. Pada saat kedua atom saling
mendekat energi potensialnya mulai turun, karena gaya tarik-menarik antara
proton dengan elektron mulai terjadi. Energi potensial minimum yang
dimiliki kedua atom (-458 kJ/mol) diperoleh pada saat jarak antar kedua atom
adalah 0,074 nm, yaitu jarak antar atom dalam molekul H 2. Jarak dimana
energi tersebut minimum dikatakan sebagai panjang ikatan. Jika atom-atom
H tersebut makin mendekat lagi maka gaya tolak-menolak antara proton
dengan proton dan antara elektron dengan elektron dari masing-masing atom
menjadi lebih besar daripada gaya tarik-menarik antara elektron dan
protonnya, sehingga energi potensial yang dimiliki akan naik. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pembentukan ikatan ini adalah:
a. Energi total dari sistem ini merupakan fungsi dari jarak antar inti atom
Hidrogen.
KIMD4110/MODUL 5 5.17
b. Energi yang terlibat dalam sistem ini adalah energi potensial yang
merupakan hasil penjumlahan dari gaya tarik-menarik dan tolak-menolak
di antara muatan partikel-partikel pembentuknya.
c. Titik nol dari energi didefinisikan sebagai energi pada saat atom-atom
saling terpisah.
d. Pada jarak atom yang sangat dekat, energi potensialnya naik cukup
tinggi sebab gaya tolak-menolak dari proton yang cukup besar.
e. Panjang ikatan adalah jarak antar inti atom pada saat sistem mempunyai
energi minimum.
Jadi pada saat dikatakan bahwa ikatan kimia telah terbentuk antara 2
atom atau lebih, artinya molekul dari atom-atom tersebut lebih stabil daripada
atom-atom dalam keadaan terpisah. Kestapabilan ini dinyatakan dengan
jumlah energi tertentu dan disebut sebagai energi ikatan.
2. Energi Ikatan
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa panjang ikatan sangat erat
kaitannya dengan energi ikatan. Energi ikatan adalah energi yang diperlukan
untuk memutuskan 1 mol ikatan kimia, atau sebaliknya energi yang
dilepaskan jika 1 mol ikatan kimia terbentuk. Makin besar energi ikatan
makin kuat ikatan kimianya dan makin kecil panjang ikatan.
Beberapa harga panjang ikatan dan energi ikatan dapat dilihat pada
Tabel 5.4.
Tabel 5.4.
Harga Panjang Ikatan dan Energi Ikatan Beberapa Senyawa
Energi Ikatan Frekuensi
Panjang Ikatan
Orde Rata-rata Vibrasi
Ikatan Rata-rata
Ikatan (kkal/mol) Rata-rata
(Å)
(kJ/mol) (Hz)
CC 1 1.54 88 370 3.0 1013
CC 2 1.37 167 699 4.9 1013
CC 3 1.20 230 960 6.6 1013
CO 1 1.43 83 350 3.2 1013
CO 2 1.23 180 750 5.2 1013
CN 1 1.47 71 300 3.7 1013
CN 3 1.16 175 730 6.8 1013
5.18 Kimia Dasar I
LAT IH A N
1) 1)
2) 2)
Lewis melambangkan elektron terluar (elektron valensi) yang digunakan
suatu unsur untuk berikatan dengan unsur lain. Jumlah elektron valensi
sama dengan nomor/urutan Golongan dalam Susunan Berkala bagi
unsur-unsur representatif. Cl dan Br berada pada golongan yang sama,
yaitu VIIA. Berarti Cl dan Br mempunyai simbol Lewis yang sama.
R A NG KU M AN
Dalam kegiatan belajar di atas telah dibahas cara penulisan struktur
molekul dengan menggunakan simbol Lewis. Elektron kulit terluar suatu
unsur yang digunakan untuk membentuk ikatan kimia, dinotasikan oleh
Lewis dengan sejumlah titik atau tanda x atau bulatan. Jumlah elektron
valensi ini sebanding dengan nomor Golongan unsur tersebut dalam
Susunan Berkala. Pembentukan ikatan kimia yang digambarkan oleh
Lewis sedapat mungkin mengikuti kaidah oktet, dimana unsur tersebut
berusaha mempunyai elektron terluar sebanyak delapan untuk mencapai
konfigurasi elektron gas mulia yang stabil.
Keelektronegatifan adalah kemampuan atom suatu unsur yang
berikatan membentuk molekul, untuk menarik pasangan elektron yang
digunakan untuk berikatan. Meskipun afinitas elektron juga menyatakan
kemampuan atom unsur tertentu untuk menarik elektron, tetapi dalam
afinitas elektron atomnya tidak berikatan. Ada 2 cara untuk menghitung
harga keelektronegatifan suatu unsur, yaitu metode Mulliken dan metode
Pauling. Yang umum digunakan adalah metode Pauling.
Perbedaan keelektronegatifan yang ada diantara atom-atom dalam
suatu molekul menyebabkan adanya distribusi muatan listrik yang tidak
merata dalam molekul tersebut. Keadaan ini mengakibatkan adanya
momen dipol. Molekul yang mempunyai momen dipol dikatakan bersifat
polar.
Selain ditentukan oleh keelektronegatifan atom-atomnya, ikatan
kimia juga dipengaruhi oleh beberapa sifat atau parameter ikatan yaitu:
1. Panjang ikatan, adalah jarak antara dua inti atom yang saling
berikatan. Jarak ini dicapai pada saat energi potensial sistem
gabungan atom tersebut mempunyai nilai minimum. Meskipun
atom-atom dalam molekul selalu bergerak, panjang ikatannya dapat
ditentukan dengan menggunakan difraksi sinar-x dan spektroskopi
molekul.
2. Orde ikatan, adalah jumlah pasangan elektron yang digunakan oleh
pasangan atom untuk berikatan secara kovalen. Makin besar orde
ikatan makin pendek ikatannya. Tetapi ikatan rangkap 2, panjangnya
tidak setengah dari ikatan dengan orde 1 dari pasangan atom yang
sama.
3. Energi ikatan, adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan 1
mol ikatan kimia. Makin besar energi ikatan makin kuat ikatan
kimia tersebut dan makin kecil panjang ikatannya. Meskipun
demikian ikatan berorde 2 energi ikatannya tidak dua kali lipat
ikatan berorde 1.
5.20 Kimia Dasar I
TES F OR M AT IF 1
1) Jumlah titik pada simbol Lewis suatu unsur sama dengan nomor ….
A. atom
B. golongan
C. perioda
D. massa
2) Unsur yang mempunyai simbol Lewis sama dengan natrium adalah ....
A. kalium
B. magnesium
C. klorida
D. kalsium
3) Untuk menggambarkan struktur Lewis yang benar, maka ion dari atom
yang bermuatan 2 positif, elektronnya harus ....
A. ditambah 2
B. ditambah 6
C. dikurangi 2
D. dikurangi 6
6) Jika diketahui energi ikatan Na-Na adalah 71 kJ/mol dan Cl-Cl adalah
242 kJ/mol, maka dapat diperkirakan energi ikatan Na-Cl adalah ...
A. 85,5 kJ/mol
B. 156,5 kJ/mol
C. 171 kJ/mol
D. 313 kJ/mol
10) Panjang ikatan adalah jarak antara 2 inti atom yang berikatan pada saat
energi potensialnya ...
A. positif
B. negatif
C. minimum
D. maksimum
Kegiatan Belajar 2
P ada awal kegiatan belajar ini kita akan mempelajari ikatan kimia antar
atom yang terdapat dalam molekul, yaitu ikatan ion, ikatan kovalen, dan
ikatan logam. Sebenarnya secara umum ikatan kimia antar atom dibagi
menjadi dua kategori yaitu ikatan ionik atau ikatan elektrovalen dan ikatan
kovalen. Namun dalam modul ini juga akan dibahas ikatan logam, karena
ikatan ini terjadi antar atom dalam molekul sehingga termasuk ikatan primer.
Di akhir kegiatan belajar ini akan dibahas mengenai ikatan kimia sekunder,
atau ikatan kimia antar molekul, yaitu: ikatan dwi kutub induksi, ikatan Van
der Waals, dan ikatan Hidrogen.
A. IKATAN ION
Ikatan ion terjadi jika satu atau lebih elektron dipindahkan dari kulit
terluar atom suatu unsur ke kulit terluar atom unsur lain yang lebih
elektronegatif. Atom yang kehilangan elektron menjadi ion positif (kation)
sedangkan atom yang menerima elektron akan bermuatan negatif (anion).
Ikatan ion terjadi sebagai akibat adanya gaya tarik-menarik antar ion-ion
yang muatannya berlawanan. Contoh pembentukan senyawa ionik adalah
reaksi antara atom litium (Li) dan fluor (F). Struktur elektronik dari unsur-
unsur ini adalah:
Li 1s2 2s1
F 1s2 2s2 2p5
Tabel 5.5.
Daftar beberapa kation dan anion yang umum
..
Cl
..
..
.
2+ .. -
Ca: + Ca , 2[ Cl
.. ]
..
..
. atau
Cl CaCl2
..
....
Terlihat bahwa 2 atom Cl harus bereaksi dengan 1 atom Ca
menghasilkan 1 ion Ca2+ dan 2 ion Cl-. Senyawa netral yang terbentuk,
kalsium klorida, mempunyai rumus CaCl2.
Dengan alasan yang sama dapat diterangkan pembentukan senyawa
litium oksida (Li2O) dari Li dan O.
Contoh
Bagaimana rumus senyawa ionik yang terbentuk antara Mg dan P?
Jawab:
Mg berada pada golongan IIA, sehingga akan kehilangan 2 elektron untuk
mencapai konfigurasi gas mulia. Ion yang terbentuk Mg 2+. Pospor berada
pada golongan VA dan harus menangkap 3 elektron untuk mencapai struktur
gas mulia dan membentuk ion P3-. Untuk menjadikan senyawa netral, total
muatan positif dan muatan negatif harus dikalikan dengan 2 + dan 3-.
Besarnya angka terkecil yang dapat dibagi 2 dan 3 adalah 6, sehingga:
(2+) 3 = 6+
(3-) 2 = 6-
Total = 0
Rumus senyawa adalah: Mg3P2
Tabel 5.6.
Daftar Ion Poliatom yang Umum
(a) Kation
+
NH4 Amonium
H 3O + Hidronium
(b) Anion
CO32- Karbonat
HCO3- Hidrogen karbonat
(bikarbonat)
C2O42- Oksalat
NO3- Nitrat
NO2- Nitrit
OH- Hidroksida
SO42- Sulfat
HSO4- Hidrogen sulfat
(bisulfit)
SO32- Sulfit
HSO3- Hidrogen sulfat
(bisulfit)
ClO4- Perklorat
ClO3- Khlorat
ClO2- Klorit
ClO-(OCl-) Hipoklorit
PO43- Ortofosfat (fosfat)
HPO42- Hidrogen ortofosfat
(hidrogen fosfat)
H2PO4- Dihidrogen ortofosfat
(dihidrogen fosfat)
CrO42- Kromat
Cr2O72- Dikromat
MnO4- Permanganat
C2H3O2- Asetat
Contoh : Bagaimana rumus zat ionik yang mengandung ion Na+ dan
CO32-?
Jawab : Agar senyawa netral, banyaknya muatan positif harus sama
dengan muatan negatif. Ini membutuhkan 2 ion Na + untuk tiap
ion CO32-. Sehingga senyawa ini mempunyai rumus Na2CO3
(disebut natrium karbonat)
Contoh : Kalsium fosfat adalah senyawa ionik yang penting untuk
pupuk, mengandung ion Ca2+ dan PO43-. Bagaimana
rumusnya?
Jawab : Total muatan positif dan negatif dalam rumus harus dapat
dibagi 2 dan 3. Bilangan terkecil yang memenuhi adalah 2 x 3
= 6. Sehingga ada 6 muatan positif dan 6 muatan negatif
dalam rumus. Ini dapat dicapai dengan mengambil 3 ion Ca 2+
dan 2 ion PO43-, sehingga rumus kalsium fosfat adalah
Ca3(PO4)2. Kita mendapatkan rumus yang sama dengan
menukarkan superscript untuk subscript.
Ikatan ion terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antara ion yang
bermuatan positif dan ion yang bermuatan negatif. Secara umum ciri-ciri
ikatan ion adalah:
1. Ikatan ion terbentuk karena adanya perpindahan elektron antara sebuah
atom logam dan sebuah atom bukan logam. Kategori logam dan bukan
logam dapat Anda lihat kembali dalam Modul Susunan Berkala. Dalam
perpindahan ini atom logam menjadi ion positif (kation) dan atom bukan
logam menjadi ion negatif (anion).
2. Atom bukan logam memperoleh sejumlah elektron untuk menghasilkan
anion dengan konfigurasi elektron gas mulia.
3. Kecuali dalam keadaan gas, senyawa ion tidak tersusun dari pasangan
ion sederhana atau sekelompok kecil ion. Dalam keadaan padat setiap
ion dikelilingi oleh ion-ion yang muatannya berlawanan, membentuk
susunan terjejal yang disebut kristal.
5.30 Kimia Dasar I
1s22s22p63s1 1s22s22p6
Cl + e ------> Cl-
1s22s22p63s23s23p5 1s22s22p63s23s23p6
Dalam hal ini dapat dikatakan tidaklah tepat untuk menyebut “molekul”
pada senyawa ion. Senyawa ion atau senyawa elektrovalen adalah gabungan
atau agregasi ion yang bermuatan dan bergabung karena adanya tarikan
elektrostatik dalam struktur terjejal yang disebut kristal, dan tidak terdapat
dalam molekul yang diskrit.
KIMD4110/MODUL 5 5.31
B. IKATAN KOVALEN
Gambar 5.6.
Struktur Lewis HCl
Gambar 5.7.
Struktur Lewis untuk menggambarkan ikatan Kovalen
Struktur ini tidak sesuai dengan kaidah oktet. Atom N hanya memiliki 6
elektron pada kulit terluarnya. Keadaan ini dapat diperbaiki jika dianggap
bahwa lebih dari sepasang elektron dapat dipakai bersama antara atom-atom,
dengan struktur Lewis sebagai berikut:
Contoh
Tulislah struktur Lewis yang masuk akal untuk molekul hidrogen sianida
(HCN)
Jawab
Banyaknya elektron valensi dalam struktur Lewis harus ada 10 ( 1 dari H, 4
dari C, dan 5 dari N). Semua elektron dihitung dalam struktur Lewis untuk
melengkapi elektron valensi dari H, C, dan N.
H – C – N: (tidak benar)
Struktur yang ditulis di atas tidak benar. Atom C pusat tidak memenuhi
aturan oktet. Struktur ini dapat diperbaiki dengan cara memindahkan 2
pasangan elektron mandiri dari atom N untuk membentuk ikatan kovalen
rangkap/ganda tiga antara atom C dan N.
H:C:::N: atau H – C N:
5.34 Kimia Dasar I
C. IKATAN LOGAM
Selain ikatan ion dan ikatan kovalen, yang termasuk ikatan primer atau
ikatan kimia antar atom adalah ikatan logam. Ikatan logam tidak akan
dibahas terlalu detail dalam modul ini.
Logam adalah penghantar panas dan penghantar listrik yang baik, pada
umumnya keras, dapat ditempa, direnggangkan, memiliki titik leleh dan titik
didih yang tinggi. Sifat-sifat zat seperti ini tidak dapat diterangkan dengan
teori ikatan ion maupun teori ikatan kovalen. Sifat hantaran listrik logam
dapat dijelaskan dengan anggapan bahwa setiap atom memberikan beberapa
elektronnya untuk membentuk suatu “kabut elektron” yang terdelokalisasi.
Ion positif logam terdapat dalam kabut tersebut, karena adanya gaya
elektrostatik maka ion logam tidak berpindah dari tempatnya.
Elektron yang dilepaskan oleh atom logam dapat bergerak melalui kristal
jika diberikan beda potensial. Sedangkan “kabut elektron” relatif bebas
bergerak, hal inilah yang menyebabkan adanya ikatan dalam kristal suatu
logam, yang disebut ikatan logam.
Berikut ini akan dibahas ikatan kimia sekunder atau ikatan kimia yang
terjadi antar-kumpulan atom atau molekul.
Jika molekul terdiri dari 2 unsur yang berbeda, unsur yang lebih
elektronegatif lebih kuat menarik pasangan elektron ikatan. Oleh karena itu
salah satu ujung ikatan relatif lebih negatif dari ujung yang lainnya, ikatan
demikian disebut ikatan dwikutub induksi. Misalnya pada molekul-molekul
hidrogen halida yang perbedaan keelektronegatifannya berturut-turut: HF =
1,9; HCl = 0,9; HBr = 0,7; HI = 0,4 oleh karena itu ikatan antara hidrogen
dan fluor lebih polar dibandingkan dengan ikatan hidrogen dengan unsur
KIMD4110/MODUL 5 5.35
halida lainnya. Sebagai akibat adanya ikatan dwikutub induksi, salah satu
bagian molekul bermuatan positif yang sangat kecil, d+, sedangkan pada
bagian lain bermuatan negatif, d-, yang sama besar. Dikatakan molekul ini
adalah molekul polar, atau molekul dipol, atau molekul dwikutub dan
mempunyai momen dipol. Apabila harga momen dipol suatu molekul besar
maka ikatan dwikutub induksinya makin besar sehingga ikatannya makin
kuat.
Ikatan yang disebabkan oleh antaraksi yang sangat lemah oleh dipol-
dipol dalam atom disebut ikatan Van der Waals. Ikatan ini terjadi karena
adanya elektron yang berada lebih lama di satu bagian atom daripada bagian
atom lainnya. Oleh karena itu untuk sesaat terbentuk dipol yang kecil. Dipol
ini terimbas pada saat atom yang saling berdekatan dan pengaruhnya cepat
tersebar. Antaraksi dipol-dipol ini menyebabkan adanya tarikan elektrostatik
yang lemah antara atom-atom. Makin banyak elektron di sekitar inti, makin
kuat ikatan ini. Meskipun energi ikatan Van der Waals sangat kecil (sekitar 4
kJ/mol), namun ikatan ini sangat penting. Tanpa ikatan ini suatu gas tidak
dapat dicairkan. Jika gas didinginkan atau dimampatkan, molekul-
molekulnya saling berdekatan dan terbentuklah ikatan Van der Waals
sehingga terjadilah cairan atau padatan.
Contoh ikatan Van der Waals dalam hidrogen halida terdapat pada HCl
dan HI. Perbedaan keelektronegatifan antara HCl = 0,9 dan HI = 0,4 berarti
HCl lebih polar dibandingkan HI, namun kenyataannya HI (td = 237,8 K)
memiliki titik didih yang lebih tinggi dari HCl (td = 188,1 K). Fakta ini
menunjukkan bahwa gaya Van der Waals dalam HI lebih kuat dibandingkan
dalam HCl.
F. IKATAN HIDROGEN
Gambar 5.8
Contoh ikatan Hidrogen
Pada umumnya titik didih suatu bahan akan bertambah jika massa
molekul relatifnya bertambah, seperti CH4 sampai dengan SnH4 (lihat
Gambar 5.9). Kecenderungan ini terganggu pada H 2O, HF, dan NH3 karena
adanya ikatan hidrogen yang cukup kuat antara molekul-molekul tersebut.
Sehingga diperlukan energi tambahan untuk memutuskan ikatan-ikatan ini
sebelum menguap maka titik didihnya menjadi tinggi.
Gambar 5.9.
Pengaruh Ikatan Hidrogen terhadap Titik Didih
KIMD4110/MODUL 5 5.37
LAT IH A N
Cl – N – Cl
|
Cl
Dari struktur dasar tersebut baru ada 6 elektron yang digunakan untuk
berikatan, sedangkan elektron valensi yang dimiliki ada 26, maka masih
ada 20 elektron valensi yang merupakan elektron non-ikatan (tidak
digunakan untuk berikatan), yaitu:
4) Meskipun alkohol dan eter yang memiliki rumus molekul sama, tetapi
alkohol memiliki titik didih relatif lebih tinggi. Hal ini disebabkan antar
molekul alkohol terdapat ikatan hidrogen, yaitu ikatan antara H-O dari
molekul yang berbeda.
R A NG KU M AN
Pada kegiatan belajar ini telah dipelajari ikatan kimia yang terjadi
antar atom dalam molekul yang disebut ikatan primer, yaitu ikatan ion,
ikatan kovalen, dan ikatan logam. Di akhir kegiatan belajar ini telah
dibahas mengenai ikatan kimia sekunder, atau ikatan kimia antar
molekul, yaitu: ikatan dwi kutub induksi, ikatan Van der Waals, dan
ikatan hidrogen.
Ikatan ion terjadi karena adanya pembentukan kation (ion positif)
dari atom yang memberikan elektron terluarnya dan pembentukan anion
(ion negatif) dari atom yang menerima elektron. Kation dan anion saling
tarik-menarik karena muatan listriknya berlawanan, membentuk ikatan
ion.
Ikatan kovalen terjadi sebagai akibat dari penggunaan pasangan
elektron bersama antar atom-atom yang saling berikatan. Sedangkan
ikatan logam terjadi karena adanya “kabut elektron” yang relatif bebas
bergerak dalam kristal suatu logam.
Ikatan dwi kutub induksi terjadi karena adanya 2 (dwi) ujung
(kutub) dari suatu molekul yang berbeda muatannya. Hal ini terdapat
pada molekul yang terdiri dari dua unsur yang berbeda
keelektronegatifannya.
KIMD4110/MODUL 5 5.39
Ikatan Van der Waals ditimbulkan oleh antaraksi yang sangat lemah
dari dipol-dipol dalam atom. Hal ini terjadi karena adanya elektron yang
berada lebih lama di suatu bagian atom daripada bagian atom lainnya.
Ikatan hidrogen terjadi jika molekul polar yang mengandung satu
atom H terikat pada atom yang sangat elektronegatif seperti F, O, atau N.
TES F OR M AT IF 2
1) Cadmium (Cd) adalah unsur dengan nomor atom 48, jika menjadi kation
Cd2+ maka konfigurasi elektronnya memenuhi konfigurasi ….
A. oktet
B. gas mulia
C. bayangan gas mulia
D. Lewis
C.
D.
5) Diantara senyawa klorida berikut ini yang mempunyai sifat ion terkecil
adalah ….
A. NaCl
B. MgCl2
C. RbCl
D. AlCl3
Daftar Pustaka
Brady, J.E. 1990. General Chemistry - Priciples & Structure. New York:
John Wiley & Sons.
Bresca, F., Mehlman, S., Pellegrini, F.C., and Stambler, S. 1978. Chemistry:
A Modern Introduction. 2nd ed. Toronto: W. B. Saunders Co..
PEN D A HU L UA N
A sam dan basa adalah senyawa kimia yang banyak berhubungan dengan
kehidupan manusia, karena sering dijumpai dalam kehidupan sehari-
hari. Mari tengok dapur dirumah kita, dengan mudah akan ditemukan cuka,
buah jeruk, soda kue dan larutan pembersih alat-alat rumah tangga. Tentu
mudah diketahui bahwa cuka dan buah jeruk adalah contoh asam, sedangkan
contoh basa adalah soda kue dan amonia. Selain itu kita tentu sudah
mengenal vitamin C dan obat sakit maag, obat sakit maag dikenal juga
dengan nama antasida digunakan untuk mengobati atau menetralkan
kelebihan asam dalam lambung. Tentu sudah dapat dimengerti bahwa
vitamin C adalah asam sedangkan obat sakit maag termasuk basa.
Untuk mengetahui lebih jauh mengenai asam dan basa, di dalam modul
yang terdiri dari 2 kegiatan belajar ini akan dibahas mengenai asam dan basa.
Dalam Kegiatan Belajar 1 akan dijelaskan mengenai sifat kimia dan reaksi
asam dan basa yang meliputi definisi asam dan basa, hasil kali ion air,
menghitung pH, kekuatan asam dan kekuatan basa serta reaksi asam dan
basa. Sedangkan dalam Kegiatan Belajar 2 akan dibahas mengenai
keseimbangan asam dan basa yang meliputi tetapan keseimbangan, hidrolisa,
dan titrasi.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda dapat memahami arti
dan sifat asam dan basa. Kemudian setelah mempelajari dan memahami
modul ini secara umum Anda dapat:
1. menjelaskan definisi asam dan basa menurut Arrhenius, Brönsted-
Lowry, Lewis dan Ionisasi air;
2. menjelaskan arti hasil kali air [kw] dan menghitung pH dan pOH suatu
larutan dan menyebutkan indikator asam dan basa;
3. menuliskan perbedaan antara asam kuat dengan asam lemah dan basa
kuat dengan basa lemah;
4. menjelaskan reaksi netralisasi atau reaksi asam dengan basa;
6.2 KIMIA DASAR I
Kegiatan Belajar 1
C iri-ciri asam dan basa sudah lama dikenal, antara lain asam rasanya asam
dan basa terasa licin. Reaksi asam dan basa adalah reaksi yang penting
dan banyak dijumpai di dalam kimia dan sistem biologi. Sebelum membahas
asam dan basa lebih jauh, Anda diperkenalkan dengan sifat asam dan basa
secara umum lebih dahulu.
Ada 3 definisi asam dan basa yang akan diperkenalkan dalam modul ini,
yaitu menurut Arrhenius, Brönsted-Lowry dan Lewis.
2
Ba(OH)2(aq) Ba (aq) 2OH(aq)
basa
Contoh lain dari asam dan basa menurut definisi Arrhenius dapat dilihat pada
Tabel 6.1.
Tabel 6.1
Contoh Asam dan Basa
Rumus Rumus
Asam Basa
Molekul Molekul
Asam Natrium hidroksida
HCl NaOH
klorida
CH3COOH Asam asetat KOH Kalium hidroksida
H2SO4 Asam sulfat NH4OH Amonium hidroksida
HNO3 adalah asam, karena memberikan [donor] proton [H+] kepada H2O
menjadi H3O+ yang disebut juga ion hidronium. Sedangkan NH3 atau amonia
adalah contoh basa Brönsted, lihatlah reaksi di bawah ini:
NH3[aq] + H2O[l] NH4+[aq] + OH- [aq]
Amonia atau NH3 adalah basa Brönsted sebab dapat menerima [acceptor] ion
H+ atau proton, membentuk NH4+.
HA + B BH + + A-
H + +
H N H H O H HF
H H
asam lewis
1.
2.
KIMD4110/MODUL 6 6.7
3.
H+[aq] + F HF
basa asam
Kation seperti Zn2+ yang dapat menerima pasangan elektron juga merupakan
asam Lewis.
Tabel 6.2
Definisi Asam dan Basa
Definisi Asam Basa
Menambah konsentrasi H+ Menambah konsentrasi
Arrhenius
dalam air OH- dalam air
Bronsted-
Memberikan H+ Menerima H+
Lowry
Menerima pasangan Memberikan pasangan
Lewis
elektron elektron
4. Ionisasi Air
Dalam mempelajari asam dan basa di dalam larutan maka kita akan
melihat keunikan air sebagai pelarut. Air dapat berfungsi menjadi basa di
dalam reaksi yang melibatkan asam seperti HCl dan CH 3COOH, dan dapat
berfungsi sebagai asam di dalam reaksi yang melibatkan basa seperti NH3.
Hal ini disebabkan oleh di dalam satu molekul air akan memberikan sebuah
proton kepada molekul air lainnya, peristiwa ini disebut ionisasi air. Pada
ionisasi air, sebuah proton dipindahkan dari molekul air ke molekul air
lainnya menghasilkan ion hidronium [H3O] dan ion hidroksida
.. .. .. ..
H O: + : O H H O H H .. :
O
H H H
molekul molekul
air air ion hidronium ion hidroksida
Reaksi ini akan kita bahas lagi dalam mempelajari hasil kali ion air (K w) dan
konsentrasi ion H+.
KIMD4110/MODUL 6 6.9
Di dalam air murni pada 25oC maka konsentrasi ion H+ dan OH- sama
masing-masing adalah 1.0 10-7 M. Sehingga konsentrasi molar H+ dan OH-
didalam air murni pada 25oC adalah
[H+] = 1,0 10-7 M
[OH-] = 1,0 10-7 M
Kw = 1,0 10-14
pH = -log[H+]
pOH = - log[OH-]
Dari hasil kali ion air (Kw) diketahui bahwa, [H+][OH-] = Kw = 1,0 10-
14
dengan demikian dari definisi pH dan pOH, maka diperoleh: pH + pOH =
14,00
3. Cara Mengukur pH
Suatu larutan dapat diukur pH-nya dengan menggunakan suatu alat
elektronik yang bernama pH meter, atau dapat juga dengan cara titrasi
menggunakan indikator asam basa yaitu suatu zat yang akan berubah
warnanya pada pH tertentu, contohnya bromtimol biru akan berubah
warnanya pada pH antara 6.0 – 7.6 dari warna kuning dalam asam menjadi
biru dalam suasana basa. Sedangkan fenolftalen akan berubah dari tidak
berwarna dalam suasana asam menjadi merah jambu dalam suasana basa
pada pH antara 8.2 – 9.8.
KIMD4110/MODUL 6 6.11
Tabel 6.3
Harga pH beberapa larutan
Larutan pH
Asam Lambung 1,6-1,8
Air Jeruk 2,1
Cuka 2,3
Minuman Ringan 2,0-4,0
Susu 6,3-6,6
Air Murni 7,0
Darah 7,4
Obat Sakit Maag 10,5
Amonia untuk pembersih 12,0
Natrium Hidroksida 14,0
Contoh soal 1.
Untuk mengetahui pH larutan cuka, maka setelah diteliti ternyata pH-nya
adalah 4. beberapa konsentrasi ion [H+] tersebut?
Penyelesaian:
pH = -log[H+]
4 = log[H+]
[H+] = 1,0 10-4 M
Jadi konsentrasi ion H+ = 1,0 10-4 M
Contoh soal 2.
Air hujan di suatu daerah industri diperiksa pH-nya, ternyata pH-nya adalah
4,82. Hitunglah konsentrasi ion H+ dalam air hujan tersebut.
Penyelesaian:
pH = -log[H+]
4,82 = -log[H+]
[H+] = 1,5 10-5 M
Jadi konsentrasi ion H+ = 1,5 10-5 M
Contoh soal 3.
Larutan NaOH mempunyai [OH-] = 2,9 10-4 M
Hitunglah pH larutan
6.12 KIMIA DASAR I
Penyelesaian:
pOH = -log[OH-]
= -log2,9 10-4
= 3,54
Sedangkan
pH + pOH = 14
pH = 14 – 3.54
pH = 10,46
Jadi pH larutan adalah 10,46
Dengan mempelajari tiga contoh soal di atas tentu Anda akan lebih
memahami pengertian konsentrasi ion H+ atau pH, hal ini akan
mempermudah Anda untuk membahas materi berikutnya.
Reaksi di atas berjalan sempurna, artinya di dalam larutan air yang diberi
HCl, semua HCl terdisosiasi sempurna menjadi ion H+ dan ion Cl- tidak
terdapat molekul HCl. Jika kita bekerja menggunakan asam kuat di
laboratorium harus hati-hati karena asam kuat dapat merusak kulit dan mata.
Apabila kita terpercik asam kuat, langsung harus dibasuh dengan air, untuk
mengencerkan asam sehingga dapat mengurangi hal-hal yang tidak kita
inginkan.
Sedangkan asam lemah hanya sebagian terdisosiasi di dalam air. Contoh
HF. Apabila HF dilarutkan dalam air
H O
HF(aq)
2
H+(aq) + F-(aq)
Di dalam larutan disamping terdapat ion H+ dan ion F- juga terdapat molekul
HF.
Asam lemah tidak seperti asam kuat yang dapat merusak kulit dan mata,
di rumah banyak kita temukan asam lemah untuk keperluan sehari-hari
KIMD4110/MODUL 6 6.13
misalnya air jeruk dan cuka. Contoh beberapa asam kuat dan asam lemah
dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 6.4
Contoh Asam Kuat dan Asam Lemah
H O
NH3
2
NH4+(aq) + OH-(aq)
Tabel 6.5.
Contoh Basa Kuat dan Basa Lemah
Antasida atau lebih dikenal dengan obat sakit maag adalah obat yang
digunakan untuk menetralkan kelebihan asam lambung (HCl). Beberapa
antasida mengandung campuran alumunium hidroksida, Al (OH) 3 dan
magnesium hidroksida, Mg (OH)2. Reaksi antasida yang menetralkan
kelebihan asam lambung:
Al(OH)3 + 3 HCl AlCl3 + 3H2O
Mg (OH)2 + 2 HCl Mg Cl2 + 2H2O
KIMD4110/MODUL 6 6.15
Ada empat macam reaksi yang terjadi jika asam dicampur dengan basa.
maka reaksi asam basa melibatkan molekul CH3COOH dan ion OH-, yang
menghasilkan molekul H2O dan ion CH3COO- di dalam larutan, dengan
reaksi:
CH3COOH(aq) + OH-(aq) H2O(aq) + CH3COO-(aq)
Reaksi asam basa melibatkan ion H+ dari larutan HCl dan molekul NH3
memberikan hasil reaksi ion H+ dan molekul NH3, dengan reaksi:
H+(aq) + NH3(aq) NH4+(aq)
LAT IH A N
2) Pada reaksi di bawah ini tentukanlah mana molekul atau ion yang
termasuk asam dan basa.
a. H2PO4- + C2H3O2 HPO42- + HC2H3O2+
-
b. HSO4 + H2O H3O+ + SO42-
4) Dari reaksi di bawah ini manakah pasangan asam dan basa konyugasi.
a. HNO2(aq) + H2O(1) H3O+(ag) + NO2-(aq)
b. NH3(aq) + HF(aq) F (aq) + NH4+(aq)
-
KIMD4110/MODUL 6 6.17
Cara 1:
[OH-] = 0,10M = 1,0 10-1
pOH = 1,00
Sedangkan pH + pOH = 14,00
pH = 14,00 – 1,00 = 13,00
Jadi pH = 13,00
Cara 2:
kw 1,0 1014 13
[H+] = 1, 0 10 M
[OH ] 0,10
Jadi pH = -log(1,0 x 10-13) = 13,00
Volume larutan = l L
0,010mol
[OH-] = = 0,010M
1,00L
kw 1,0 1014 12
[H+] = 1, 010 M
[OH ] 0,10
pH = -log(1,0 10-12)
Jadi pH = 12,00
KIMD4110/MODUL 6 6.19
Kasus
R A NG KU M AN
Ada tiga macam definisi asam-basa, menurut Arhenius, asam adalah
zat yang menambah konsentrasi ion hidrogen di dalam air, dan basa
adalah zat yang menambah konsentrasi ion hidroksida di dalam air.
Teori Brönsted Lowry mengatakan bahwa, asam adalah zat yang
memberikan proton (proton donor) dan basa adalah zat yang menerima
proton (proton acceptor). Sedangkan menurut definisi Lewis, basa
adalah zat yang memberi pasangan elektron dan asam adalah zat yang
menerima pasangan elektron.
TES F OR M AT IF 1
8) Konsentrasi [H+] air jeruk adalah 2,5 10-3 M. Maka konsentrasi [OH-]
adalah ….
A. 4,0 10-7
B. 1,0 10-7
C. 4,0 10-12
D. 1,0 10-14
Kegiatan Belajar 2
Kesetimbangan Asam-Basa
A. TETAPAN KESETIMBANGAN
aA + bB cC + dD
Kekuatan asam dapat diketahui dari harga Ka, semakin besar harga Ka
semakin kuat asam tersebut.
Tetapan kesetimbangan asam asetat (CH3COOH)
HC2H3O3 H+ + C2H3O 2
[H ][C2H3O
2]
Ka =
[HC2H3O2 ]
Contoh asam lemah dan harga Ka dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 6.7
Harga Ka untuk beberapa asam lemah (25oC)
Asam Molekul Ka
Asam florida HF 7.1 10-4
Asam format HCOOH 1.7 10-4
Asam benzoat C6H5COOH 6.5 10-5
Asam asetat CH3COOH 1.8 10-5
Asam Nitrit HNO2 4.5 10-4
Contoh Soal:
Hitunglah harga Ka dari asam asetat (CH3COOH) jika dari percobaan
diketahui konsentrasi:
[HC2H3O2] = 0,10 M
[H3O+] = 1,4 10-3 M
[C2H3O2-] = 1,34 10-3 M
Penyelesaian:
HC2H3O2 + H2O H3O+ + C2H3O 2
]
[H3O][C2H3O2 (1,4 x103 )(1,34 103 )
Ka =
[HC2H3O2 ] 0,10
Ka = 1,8 10-5
KIMD4110/MODUL 6 6.25
[H ][C2H3O
2]
Harga Ka -nya adalah: Ka = 1,8105
[HC2H3O2 ]
Tetapan keseimbangan untuk basa lemah disebut tetapan ionisasi basa atau
Kb. Mari kita lihat reaksi:
[BH ][OH ]
Kb =
[B]
Tabel 6.8 berisi beberapa basa lemah dan harga Kb. Kebanyakan basa
lemah adalah senyawa organik yang disebut amina, yaitu turunan dari
amonia, sebagai contoh adalah metilamin yaitu senyawa organik yang
mempunyai bau seperti ikan busuk.
6.26 KIMIA DASAR I
Tabel 6.8
Harga Kb untuk beberapa basa lewis (25o)
Basa Molekul Kb
Amonia NH3 1.8 10-5
Anilin C6H5NH2 4.3 10-10
Dimetilamin (CH3)2NH 5.4 10-4
Hidrazin N2H4 8.9 10-7
Hidroksilamin NH2OH 9.1 10-9
Metilamin CH3NH2 3.7 10-4
Contoh Soal:
Hitunglah konsentrasi NH4+ dan OH- dalam larutan amonia 0,400 M.
NH3(aq) + H2O(l) NH4+(aq) + OH-(aq)
Harga K6 (NH3) = 1,8 10-5
Penyelesaian:
Misal konsentrasi NH4+ = konsentrasi OH- = x ml/L
NH3 + H2O NH4+ + OH-
(0,4 – x)M xM xM
[NH
4 ][OH ] 5
Kb = 1, 810
[NH3 ]
x2 5
= 1, 810
[0,400 x)]
x2 5
= 1, 810
0.400
x2 = 0,400 1,8 10-5
x = 2,7 x 1,8 10-5
-
Harga [NH4+] = [O H] = 2,7 x 10-3M
konyugasi, maka harga tetapan asam dan basa akan saling mempengaruhi.
Misal asam asetat.
CH3COOH(aq) H (aq) + CH3COO (aq)
[H ][CH3COO ]
Ka =
[CH3COOH]
[CH3COOH][OH ]
Kb =
[CH3COO ]
[H ][CH3COO ] [CH3COOH][OH ]
Harga Ka . Kb = .
[CH3COO ] [CH3COO ]
Ka . K b = [H+][OH-]
K a . K b = Kw
4. Asam Poliprotik
Sejauh ini baru dibahas asam yang melepaskan satu proton dan basa
yang memperoleh satu proton yang disebut asam monoprotik. Tetapi ada
beberapa asam yang disebut asam poliprotik, yaitu asam yang mempunyai
proton yang terionisasi lebih dari satu. Asam poliprotik terionisasi dalam
beberapa langkah. Sebagai contoh, asam diprotik H2SO4.
[HSO
4 ][H ]
a. H2SO4(aq) HSO 4(aq) + H (aq) Ka1 =
[H 2SO4 ]
6.28 KIMIA DASAR I
2 [SO
4 ][H ]
b. HSO 4(aq) SO 4(aq) + H (aq) Ka2 =
[H3O4 ]
Sedangkan untuk asam triprotik H3PO4
[H2PO
4 ][H ]
a. H3SO4(aq) H2PO 4(aq) + H (aq) Ka1 =
[H3PO4 ]
[HPO2
2 4 ][H ]
b. H2PO 4(aq) HPO 4(aq) + H (aq) Ka2 =
]
[H 2PO4
2 3 [PO34 ][H ]
c. HPO 4(aq) PO 4(aq) + H (aq) Ka3 =
[HPO2
4 ]
B. HIDROLISA
Telah dibahas pada Kegiatan Belajar 1, bahwa reaksi antara asam dan
basa akan menghasilkan garam. Oleh karena garam bersifat elektrolit kuat,
maka garam akan terurai sempurna di dalam air menghasilkan kation dan
anion. Reaksi yang bisa terjadi antara ion-ion dengan air disebut hidrolisa.
Hidrolisa mempengaruhi pH suatu larutan.
Contoh soal
1. Hitunglah pH larutan 0,15 M Natrium asetat (CH3COONa) jika diketahui
Kb CH3COO = 5,6 10-10
Penyelesaian
Disosiasi garam
CH3COONa + H2O CH3COO-(aq) + Na+(aq)
Langkah 1
\Umpama x adalah konsentrasi ion CH3COOH dan OH- dalam mol/L
CH3COO-(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH-(aq)
Langkah 2
[CH3COOH][OH ] 10
Kb = 5, 6 10
[CH3COO ]
x2
5,6 x1010 , kita anggap harga (0,15 – x) 0,15
0,15 x
x2 x2 10
5, 610
0,15 x 0,15
x = 9,2 10-10M
[CH3COOH] = [OH] = 9,2 10-10 M
6.30 KIMIA DASAR I
Langkah 3
[OH-] = 9,2 10-6 M
pOH = -log[9,2 10-6]
pOH = 5,04
pH = pKw – pOH
pH = 14,00 – 5,04
pH = 8,96
Penyelesaian
Garam NH4Cl terdisosiasi
H O
NH4Cl(s)
2
NH4+(aq) + Cl-(aq)
0,10 M 0,10 M
Langkah 1
Umpama x adalah konsentrasi NH3 dan ion H+ dalam mol/L
Langkah 2
[NH3 ][H ] 10
Ka = 5, 6 10
[NH 4 ]
x2 10
5, 6 10 , kita anggap harga (0,10 – x) 0,10
0,10 x
x2 x2 10
5, 610
0,10 x 0,10
KIMD4110/MODUL 6 6.31
x = 7,5 10-6 M
[NH3] = [H+] = 7,5 10-6
pH = -logH+
pH = -log(7,5 10-6)
pH = 5,12
C. LARUTAN BUFFER
Suatu larutan yang mengandung asam lemah dan basa konyugasinya atau
basa lemah dan asam konyugasinya disebut larutan buffer atau larutan dapar
atau larutan penyangga. Larutan ini mempuyai kemampuan untuk menahan
perubahan pH suatu larutan karena penambahan asam atau basa. Kemampuan
inilah yang membuat larutan buffer mempunyai peranan penting dalam
sistem biologi di tubuh manusia. Darah manusia misalnya merupakan larutan
buffer yang dijaga pH-nya oleh pasangan asam-basa konyugasinya, terutama
oleh asam lemah H2CO3 dan basa konyugasinya HCO 3 sehingga pH-nya
terjaga sekitar 7,4. Sebab kemampuan darah untuk mengangkut oksigen
sangat tergantung dari pH darah di atas.
Contoh Soal:
a. Hitunglah pH larutan buffer yang mengandung 1,0 M CH 3COOH dan
1,0 M CH3COONa.
b. Jika larutan di atas di tambah 0,10 mol HCl dalam 1 L larutan?
(dianggap volume larutan tidak berubah setelah penambahan HCl).
Penyelesaian:
a. [CH3COOH] = 1,0 dan [CH3COO-] = 1,0 M
Dari tabel diketahui harga Ka CH3COOH = 1,8 10-5
[H ][CH3COO ]
Ka = 1,8105
[CH3COOH]
K a [CH3COOH]
[H+] =
[CH3COO ]
6.32 KIMIA DASAR I
(1,8x105 )(1,0)
=
(1,0)
= 1,8 x 10-5 M
pH = -log(1,8 x 10-5)
pH = 4,74
Dapat dilihat bahwa jika konsentrasi asam dan basa konyugasinya sama maka
harga pH larutan buffer sama dengan harga Ka asamnya.
mula-mula CH3COOH 1,0 mol dan CH3COO- 1,0 mol berada di dalam
larutan yang volumenya 1 L. Setelah penambahan HCl.
K a [CH3COOH]
[H+] =
[CH3COO ]
(1,8105 )(1,1)
=
0,90
= 2,2 x 10-5 M
KIMD4110/MODUL 6 6.33
pH larutan sekarang
pH = -log(2,2 10-5 M)
pH = 4,66
0,10M
1,0 106
1,0 x107 M
Dapat dilihat konsentrasi ion hidrogen bertambah sangat besar sekali (1,0
106).
Dari perbandingan di atas dapat dilihat bahwa larutan buffer dapat
mempertahankan pH.
6.34 KIMIA DASAR I
[asam]
[H+] = Ka
[basa]
[asam]
pH = -log[H+] = -log Ka -log jika
[basa]
[asam] [basa]
-log = log
[basa] [asam]
akan diperoleh:
[basa]
pH = pKa + log
[asam]
Gambar 6.2
Proses titrasi dan titik ekivalen
6.36 KIMIA DASAR I
a. Proses titrasi dari 0,100 M NaOH yang diteteskan secara hati-hati dari
sebuah buret, kedalam larutan HCl yang tidak diketahui konsentrasinya.
pH larutan diamati memakai pH meter, pH dicatat untuk membuat grafik
pH vs volume NaOH
b. Kurva titrasi dari 40,0 ml HCl 0,100 M dengan 0,100 M NaOH. pH naik
perlahan di daerah sebelum titik ekivalen tetapi setelah mendekati titik
ekivalen pH naik dengan cepat. Titik ekivalen tercapai pada saat
penambahan 40,0 ml NaOH 0,100 M. pH pada titik ekivalen adalah 7,00.
Dengan kurva titrasi maka dapat diketahui titik ekivalen yaitu titik pada
saat asam dan basa dalam jumlah yang sama tercampur. Jika titik ekivalen
diketahui, maka indikator yang sesuai untuk titrasi dapat ditentukan. Kurva
titrasi ditentukan oleh jenis titrasi. Jenis titrasi yaitu:
1. Titrasi antara asam kuat dan basa kuat
2. Titrasi antara asam lemah dan basa kuat
3. Titrasi antara asam kuat dan basa lemah
Titik ekivalen akan tercapai pada pH lebih besar dari 7 (pH > 7)
KIMD4110/MODUL 6 6.37
E. INDIKATOR ASAM-BASA
Titik ekivalen dari titrasi asam basa biasanya dapat dilihat dari
perubahan warna yang berasal dari indikator asam-basa. Indikator berasal
dari asam organik lemah yang di dalam air atau pelarut lalu dapat bersifat
asam atau basa. Indikator berdisosiasi sebagai berikut:
HIn H+ + In-
(warna asam) (warna basa)
atau
InOH In+ + OH-
(warna basa) (warna asam)
Tabel 6.9.
Indikator Asam-Basa
Warna
Indikator Daerah pH
Asam Basa
Timol biru merah kuning 1.2 – 2.8
Bromfenol biru kuning biru-ungu 3.0 – 4.6
Metil merah merah kuning 4.2 – 6.3
Klorofenol biru kuning merah 4.8 – 6.4
Bromtimol biru kuning biru 6.0 – 7.6
Kresol merah kuning merah 7.2 – 8.8
Fenolftalein tidak berwarna merah 8.3 – 10.0
6.38 KIMIA DASAR I
LAT IH A N
3) Hitunglah pH larutan buffer yang terdiri dari NH4Cl 0,45 M dan NH3
0,15 M (gunakan rumus Henderson-Hasselbalch) Kb NH3 = 1,8 10-5
3
2) Tahap 1. Mencari konsentrasi Al(H2O) 6
3
Larutan Al(H2O) 6 terdisosiasi.
3 2
Al(H2O) 6 + H2O(l) H3O (aq) + Al(H2O)5(OH) (aq)
Kesetim-
bangan (0,10 –x)M xM xM
[H3O][Al(H2O)5 (OH)2 ]
Ka = 1,4 10-5 =
[AlH2O)36 ]
(x)(x) x2
= 1,4 10-5 =
0,10 x 0,10
x = [H3O] = 1,2 10-3 M
pH = -log[H+]
pH = -log1.2 10-3 M
pH = 2,92
3) Tahap 1
Dengan memakai rumus Henderson-Hasselbalch diperoleh harga pKa.
K w 1,01014
Ka = 5,61010
K b 1,8105
pKa = -logKa = -log(5,6 10-10) = 9,25
6.40 KIMIA DASAR I
[basa]
pH = pKa + log
[asam]
0,15
pH = 9,25 + log
0,45
pH = 9,25 – 0,48
pH = 8,77
H2SO4:
Volumenya: 5,00 mL
Konsentrasi: ?
NaOH:
Volumenya 35,0 mL
Konsentrasinya 0,20 mL.
Tahap 2.
Dari reaksi metralisasi dapat dilihat bahwa 2 mol NaOH dibutuhkan
untuk menitrasi 1 mol H2SO4.
1 molH2SO4
0,0070 mol NaOH 0, 0035molH 2SO 4
2 mol NaOH
1L
Volume H2SO4 = 5, 00mL 0, 00500 L
1000ml
Jumlah mol
Konsentrasi H2SO4 =
Liter
0,0035mol
= 0, 70M H 2SO4 .
0,00500L
R A NG KU M AN
Tetapan keseimbangan untuk asam lemah disebut tetapan ionisasi
asam (Ka). Sedangkan tetapan keseimbangan untuk basa lemah disebut
tetapan ionisasi basa (Kb). Hasil kali tetapan ionisasi asam dengan
tetapan ionisasi basa adalah hasil kali ion air (Kw). Jadi Ka.Kb = Kw.
Reaksi antara garam dengan air disebut hidrolisa. Hidrolisa
menghasilkan pH suatu larutan. Larutan bersifat netral apabila garamnya
berasal dari basa kuat dan asam kuat. Larutan bersifat asam apabila
garamnya berasal dari basa lemah dan asam kuat. Larutan bersifat basa
apabila garamnya berasal dari basa kuat dan asam lemah.
Larutan buffer ialah larutan yang mengandung asam lemah dan basa
konyugasinya atau basa lemah dengan asam konyugasinya. Larutan
buffer dapat menahan perubahan pH suatu larutan karena penambahan
basa atau asam. Larutan ini berperanan penting dalam mempertahankan
pH dalam darah. Harga larutan buffer dari asam lemah dapat dicari
dengan memakai rumus Hendersen-Hasselbalch:
[basa]
pH = pKa + log
[asam]
Pada titrasi asam-basa, harga pH pada titik ekivalen tergantung dari
reaksi netralisasinya. Asam kuat dengan basa kuat pH pada titik
ekivalennya adalah 7.
Asam lemah dengan basa kuat, pH pada titik ekivalennya adalah
lebih besar dari 7. Sedangkan asam kuat dengan basa lemah, pH pada
titik ekivalennya adalah lebih kecil dari 7. Titik ekivalen dapat
ditentukan dengan bantuan indikator.
6.42 KIMIA DASAR I
TES F OR M AT IF 2
5) Jika asam asetat dititrasi dengan natrium hidroksida maka titik ekivalen
akan terjadi pada pH sekitar ….
A. karena tidak memakai indikator pH tidak terlihat
B. lebih kecil dari 7
C. sama dengan 7
D. lebih besar dari 7
KIMD4110/MODUL 6 6.43
6) Larutan buffer dibuat dari 0,15 M C2H3O 2 dan 0,50 M C2H3O2Na jika
diketahui harga Ka = 1,74 10-5 maka pH larutan buffer tersebut
adalah….
A. 3,23
B. 5,28
C. 7,0
D. 8,72
7) Jika larutan amoniak dititrasi dengan larutan asam klorida maka titik
ekivalen akan terjadi pada pH sekitar
A. pH tidak terdeteksi
B. lebih kecil dari 7
C. sama dengan 7
D. lebih dari 7
Daftar Pustaka
Boikess cs. & Edelson E. 1985. Chemical Principles, 3 ed., New York:
Harper & Row Pub., Inc.
Mc Murry & Fay Robert C. 1995. Chemistry. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Mastertan WL, Slowinski EJ & Stanitski CL. 1981. Chemical Principles, 5th
ed. Philadelphia: Saunders, Call Pub.
PEN D A HU L UA N
D alam modul ini akan dibahas 3 konsep penting dalam ilmu kimia, yaitu
termodinamika kimia, kesetimbangan kimia, dan kinetika kimia.
Pembahasan dalam modul ini tidak terlalu detail, karena itu modul ini
berjudul “Pengenalan”. Tujuan umum dari modul ini adalah mengenalkan
Anda pada istilah-istilah yang ada pada termodinamika kimia, kesetimbangan
kimia, dan kinetika kimia. Secara umum Anda juga akan diperkenalkan
dengan kegunaan Anda mempelajari ketiga konsep dalam kimia tersebut. Jika
Anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai istilah-istilah maupun fungsi
yang penjabarannya tidak begitu lengkap dalam modul ini, maka Anda dapat
mempelajarinya lebih detail dalam buku-buku yang judulnya ada pada Daftar
Pustaka di bagian akhir modul ini atau dari sumber lain.
Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari energi dan perubahannya
dari satu bentuk ke bentuk yang lain, sedangkan termodinamika kimia
mempelajari aliran transfer energi dari atau ke dalam suatu sistem selama
terjadinya reaksi kimia. Dalam mempelajari termodinamika kita tidak
membahas mengenai variabel waktu, yang berarti tidak dibicarakannya
kecepatan perubahan. Dalam termodinamika kimia hanya dipelajari seberapa
jauh kemungkinan terjadinya perubahan kimia dengan adanya perubahan
energi yang dialami oleh suatu sistem kimia. Ciri lain dari Termodinamika
Kimia adalah perubahan energi tidak tergantung pada mekanisme reaksi,
tetapi hanya tergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem.
Perubahan energi yang menyertai perubahan kimia dikatakan sebagai
perubahan yang bersifat makroskopik, yaitu sifat-sifat yang dapat diamati
atau diukur dalam suatu sistem. Yang termasuk sifat makroskopik dari suatu
perubahan kimia adalah perubahan temperatur, perubahan tekanan,
7.2 KIMIA DASAR I
perubahan warna, dan terbentuknya gas atau endapan. Selain dari sifat
makroskopik, ada juga sifat mikroskopik (sifat-sifat yang tidak dapat diamati,
karena perubahan terjadi pada tingkat molekuler) yang menyertai perubahan
kimia. Sifat mikroskopik yang menyertai reaksi kimia ini akan dipelajari
pada kesetimbangan kimia, yang terdapat di bagian akhir Kegiatan Belajar 1.
Variabel waktu yang tidak dibicarakan dalam termodinamika dan
kesetimbangan kimia akan dibahas pada Kegiatan Belajar 2 mengenai
kinetika kimia, yang mempelajari berapa lama suatu proses kimia dapat
berlangsung. Secara umum dapat dikatakan kinetika kimia adalah ilmu yang
mempelajari kecepatan reaksi. Kecepatan reaksi ini sangat penting untuk
dipelajari, karena dalam setiap proses yang melibatkan reaksi kimia kita
harus dapat memperkirakan berapa lama reaksi tersebut berlangsung agar
dapat memperhitungkan juga segi ekonomisnya. Meskipun menurut prediksi
berdasarkan termodinamika kimia dan kesetimbangan kimia suatu reaksi
kimia dapat berlangsung dengan baik, tetapi jika secara kinetika kimia
diperhitungkan akan memakan waktu yang sangat lambat, maka reaksi
tersebut sedapat mungkin tidak akan kita gunakan untuk kepentingan
komersial. Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan istilah-istilah dalam termodinamika;
2. menjelaskan dengan kata-kata sendiri definisi sistem dan lingkungan;
3. mendefinisikan fungsi keadaan;
4. menyebutkan besaran-besaran yang termasuk fungsi keadaan;
5. menyebutkan berbagai proses dalam termodinamika;
6. menyebutkan persamaan penting dalam termodinamika kimia;
7. menyatakan kespontanan suatu reaksi jika diketahui nilai G-nya,
8. menjelaskan dengan kata-kata sendiri definisi reaksi kesetimbangan;
9. menuliskan rumus kesetimbangan reaksi jika diketahui persamaan
stoikiometri dari reaksi tersebut;
10. meramalkan jumlah relatif produk terhadap reaktan dalam suatu reaksi
kimia, jika diketahui konstanta kesetimbangannya;
11. menjelaskan dengan kata-kata sendiri definisi kecepatan reaksi;
12. menulis persamaan umum kecepatan reaksi;
13. menghitung kecepatan suatu reaksi kimia; dan
14. menyebutkan adanya 4 faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi.
KIMD4110/MODUL 7 7.3
Kegiatan Belajar 1
Gambar 7.1.
Gambar tiga sistem, yaitu:
a) sistem terbuka, b) sistem tertutup, c) sistem terisolasi
Nama Notasi
Tekanan P
Temperatur T
Volume V
Energi dalam U atau E
Energi bebas Gibbs G
Entalpi H
Entropi S
Kita juga mengenal suatu besaran yang bukan merupakan suatu fungsi
keadaan. Besaran yang bukan fungsi keadaan adalah suatu fungsi yang
besarnya tergantung pada tahapan-tahapan proses yang dialami sistem dan
memiliki ciri sebagai berikut.
1. Fungsi ini bukan merupakan fungsi termodinamika, karena perubahan
energinya tergantung pada jalannya proses perubahan system.
2. Energi awal dan energi akhir sistem dapat diukur secara mutlak.
3. Besaran ini biasa dinotasikan dengan huruf kecil.
sistem. Tidak benar untuk mengatakan bahwa sistem pada keadaan tertentu
mempunyai sejumlah kalor. Kalor baru muncul dalam suatu perubahan
keadaan.
Kerja (w) adalah setiap bentuk energi yang bukan kalor yang
dipertukarkan antara sistem dan lingkungan dalam suatu perubahan keadaan
sistem. Kita ingat bahwa energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja.
Makin besar energi akan makin besar kerja yang dapat dilakukan.
Tabel 7.1.
Perubahan tanda untuk kerja (w) dan panas (q)
Proses Tanda
Kerja dilakukan sistem terhadap lingkungan -
Kerja dilakukan lingkungan terhadap sistem +
Kalor diabsorspi sistem dari lingkungan (poses
+
endotermis)
Kalor diabsorpsi lingkungan dari sistem (proses
-
eksotermis)
b. Energi Dalam
Dalam termodinamika yang penting adalah besarnya perubahan energi
dalam sistem dan lingkungan yang menyertai perubahan suatu reaksi. Energi
dalam adalah total energi dari berbagai energi yang ada di dalam sistem.
Energi yang terkandung dalam sistem dapat berupa energi panas, energi
kimia, energi potensial atau energi kenetik dan sebagainya.
Energi panas merupakan energi yang berhubungan dengan gerakan acak
atom atau molekul. Energi panas ini sangat dipengaruhi oleh temperatur
karena dengan kenaikan temperatur akan makin besar gerakan atom atau
molekul. Karena kita akan membahas tentang panas atau kalor, maka harus
diingat bahwa energi panas tidak sama dengan kalor.
Kalor merupakan perpindahan atau transfer energi panas dari dua benda
yang mempuyai temperatur yang berbeda. Sedang energi kimia adalah suatu
bentuk energi yang ada pada setiap bagian struktur senyawa kimia, yang
besarnya ditentukan oleh jenis dan susunan atom dalam senyawaan. Energi
kimia ini dapat dilepas, ditambahkan atau berubah ke bentuk energi lain bila
senyawaan tersebut bereaksi.
Sedangkan energi potensial seperti yang telah kita kenal adalah energi
yang dipunyai karena posisi suatu senyawa dan energi kenetik adalah energi
7.8 KIMIA DASAR I
Contoh:
penguapan air pada 1 atm dan 100˚C
1atm
H2O(l) H2O(g)
100o C
Pada kondisi 1 atm dan 100˚C air dan fasa uap air berada dalam
kesetimbangan sehingga perubahan dari fasa cair ke fasa uap (atau
sebaliknya) dapat dianggap berlangsung reversibel jika seandainya
dikerjakan dalam waktu yang cukup lama.
Dalam ilmu kimia ada proses penting yang dapat berlangsung secara
reversibel atau bukan reversibel, yaitu proses:
a. Isotermis, proses yang berlangsung pada temperatur tetap. Untuk ini
wadah reaksi (sistem) diletakkan dalam termostat dengan suhu yang
terkendali secara otomatis.
b. Adiabatik, proses tanpa adanya pertukaran kalor antara sistem dan
lingkungan (q = 0). Proses ini terjadi pada sistem terisolasi.
c. Isobar, proses yang berlangsung pada tekanan tetap. Contohnya: proses
yang berlangsung dalam gelas terbuka.
d. Isochor, proses yang terjadi pada volume tetap, sehingga sistem tidak
melakukan kerja w = 0. Contohnya: pembakaran dalam bomb
kalorimeter.
yang menyatakan perubahan energi bebas Gibbs (G) pada temperatur (T)
konstan, sebanding dengan perubahan entalpi (H) dan berlawanan dengan
perubahan entropi (S). Persamaam ini merupakan bentuk dari kuantifikasi
sifat dari suatu reaksi kimia, dimana:
7.10 KIMIA DASAR I
3. Kesetimbangan Reaksi
Persamaan Termodinamika di atas juga menyatakan bahwa reaksi akan
berlangsung dalam kondisi kesetimbangan jika Greaksi = 0. Arti reaksi
kesetimbangan adalah reaksi yang akan mencapai keadaan dinamis dimana
kecepatan reaksi dalam dua arah yang berlawanan adalah sama. Keadaan
setimbang ditandai oleh sifat makroskopik (yaitu sifat-sifat yang dapat
diamati/diukur) yang konstan pada temperatur tetap dalam sistem tertutup.
Jadi pada keadaan setimbang tidak ada perubahan yang dapat diamati, reaksi
seolah-olah berhenti. Akan tetapi secara mikroskopik (yaitu keadaan pada
tingkat molekuler) reaksinya tetap berlangsung.
Selain itu, reaksi kesetimbangan dikatakan juga sebagai reaksi yang
dapat balik (reversible), artinya hasil reaksi dapat bereaksi kembali
KIMD4110/MODUL 7 7.11
yang radioaktif, tetapi juga larutannya. Fakta ini menunjukkan bahwa ada I 2*
dari kristal yang larut dan ada I2 dari larutan yang mengendap dengan
kecepatan yang sama mengingat bahwa warna larutan (sifat makroskopik)
tidak berubah.
Jadi, kesetimbangan kimia adalah suatu keadaan dinamik, artinya proses
molekuler tetap berlangsung tetapi diimbangi dengan tidak terjadinya
perubahan makroskopik. Secara umum konsep kesetimbangan yang dinamis
dapat diibaratkan sebagai suatu gedung yang berisi 100 orang pengunjung. Di
gedung ini ada pengunjung yang datang dan pergi. Kita misalkan pengunjung
yang datang dan pergi jumlahnya sama pada satuan waktu tertentu. Maka
seolah-olah pengunjung dalam gedung ini jumlahnya tidak berubah walaupun
terjadi aliran keluar dan aliran masuk pengunjung.
a A + bB cC+ d D
K=
Cc Dd (7.2)
A a Bb
Konstanta kesetimbangan, K dapat ditulis dengan Kc bila perbandingan
produk dan reaktan dinyatakan dalam bentuk konsentrasi. Pada reaksi fasa
gas, tekanan parsial reaktan dan produk sebanding dengan konsentrasi.
Konstanta kesetimbangan dari reaksi gas dapat ditulis dengan menggunakan
tekanan parsial, menggantikan konsentrasi dan konstanta kesetimbangannya
dinotasikan dengan Kp.
Pada reaksi berikut ini
2 2
PNH NH
Kp = 3 atau K c = 3 (7.3)
3 3
PN . PH N H
2 2 2 2
=
0,500 3 =4,92 × 10-14
2,54 × 1012
O
3 = 4,92 × 10-14
-7
= 2, 22 × 10 mol Liter
7.14 KIMIA DASAR I
= 0,76 1,4 . 10-38
= 1,1 . 10-38
Cl = 1, 0 × 10
-19
M
Seperti yang terlihat konsentrasi Cl atau [Cl] sangat kecil dibandingkan
konsentrasi Cl2 atau [Cl2].
c. Bila harga K tidak terlalu besar atau tidak terlalu kecil, maka besar dari
reaktan dan produk pada keadaan setimbang sebanding. Pada sistem
dibawah ini berlangsung pada temperatur 83oC .
H CO
K = 2 2 = 5,10
CO H 2O
LAT IH A N
H O+ F-
3
Kc =
HF
2 2 2 2
H O SO PH O PSO2
b) Kc = 2 2 atau K p = 2
2 3 2 P3
H S O PH
2 2 2S O2
R A NG KU M AN
Termodinamika Kimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan-
perubahan energi dalam sistem kimia.
Besaran-besaran termodinamika ada yang merupakan fungsi
keadaan seperti energi dalam (E), entropi (S) dan entalpi (H) juga energi
bebas Gibbs (G).
Besaran termodinamika yang bukan fungsi keadaan adalah kalor (q)
dan kerja (w).
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Perubahan yang
memberikan panas pada lingkungan disebut eksotermis, sedang yang
mengabsorpsi kalor dari lingkungan disebut endotermis.
Proses utama dalam termodinamika adalah proses reversibel dan
bukan reversibel.
Kespontanan suatu raksi dapat ditinjau dari harga G (energi bebas
Gibbs) yang dimilikinya.
Reaksi kesetimbangan adalah reaksi yang berada pada keadaan
dinamis, dimana kecepatan reaksi dalam dua arah yang berlawanan
adalah sama.
Konstanta kesetimbangan suatu reaksi menyatakan jumlah relatif
antara produk dan reaktan suatau reaksi yang berada dalam kondisi
setimbang.
KIMD4110/MODUL 7 7.17
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Kinetika Kimia
Reaksi : R P
[ R]
v
t
atau
[ P]
v
t
dengan R = pereaksi (reaktan)
P = hasil reaksi (produk)
v = kecepatan reaksi
t = waktu reaksi
[R] = perubahan konsentrasi pereaksi
[P] = perubahan konsentrasi produk
[ R] = kecepatan pengurangan konsentrasi salah satu pereaksi
t dalam satu satuan waktu
[ P] = kecepatan penambahan konsentrasi salah satu produk
t dalam satu satuan waktu
Tabel 7.1.
Data Kecepatan Reaksi Ion Amonium dengan Ion Nitrit pada 25 oC
v = k. [NH4+]x.[NO2-]y (7.5)
v = k.[NH4+].[NO2-] (7.6)
5,4×10-7 Mdet-1=k×0,200M×0,0100M
5,4×10-7 M det -1
k=
0,200M×0,0100M
-4 -1 -1
k = 2, 7 ×10 M det
1. Konsentrasi
Kecepatan reaksi bergantung pada jumlah tumbukan antara molekul-
molekul pereaksi yang terjadi tiap satuan waktu. Makin besar jumlah
tumbukan ini, makin besar pula kecepatan reaksi. Salah satu cara untuk
memperbesar jumlah tumbukan ialah dengan menaikkan konsentrasi zat-zat
pereaksi. Menaikkan konsentrasi berarti menaikkan jumlah molekul per
satuan volum, sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul-
molekul akan bertambah besar pula. Jadi dapat dikatakan bahwa kenaikan
konsentrasi pereaksi akan memperbesar kecepatan reaksi.
2. Temperatur
Kecuali dengan menaikkan konsentrasi zat-zat pereaksi, reaksi kimia
juga cenderung berlangsung lebih cepat pada temperatur yang lebih tinggi.
Sebagai contoh, kita memasak makanan dengan menaikkan temperatur untuk
mempercepat reaksi. Sebaliknya, reaksi pembusukan makanan diperlambat
dengan mendinginkan atau membekukan makanan.
Akibat kenaikan temperatur, energi kinetik dari partikel akan bertambah
besar, berarti partikel-partikel akan bergerak dengan kecepatan lebih tinggi,
sehingga memperbesar jumlah tumbukan tiap satuan waktu. Jadi, jika
temperatur reaksi dinaikkan, maka reaksi akan berjalan lebih cepat.
Contoh:
Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat setiap kali temperatur
dinaikkan 10oC. Jika kecepatan reaksinya pada temperatur 25oC adalah x M
det-1, berapakah kecepatan reaksinya pada 55oC?
Jawab :
Kenaikkan temperatur dari 25oC menjadi 55oC adalah 30oC = 3 10oC
KIMD4110/MODUL 7 7.25
4. Katalisator
Kecepatan reaksi sering kali dapat ditingkatkan jika ditambahkan zat-zat
tertentu, biasanya dalam jumlah kecil, pada campuran reaksi. Zat-zat ini
disebut katalisator dan peristiwa peningkatan kecepatan reaksi disebut
katalisis. Katalisator tidak ditulis pada persamaan stoikiometri reaksi dan
7.26 KIMIA DASAR I
Pada mekanisme ini tahap yang lambat, pada reaksi tanpa katalisator,
dipecah menjadi 2 tahap, masing-masing dengan energi aktifasi yang rendah.
Sehingga pembentukan isomer aseton dapat berjalan lebih cepat. Perhatikan
bahwa proton (katalisator) bereaksi pada tahap (1a) dan dihasilkan kembali
pada tahap (1b).
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Dalam kegiatan belajar kedua dari modul ini Anda telah
mempelajari definisi kecepatan reaksi, cara menentukan kecepatan reaksi
serta faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kecepatan reaksi meliputi konsentrasi, temperatur,
luas permukaan bidang sentuh dan katalisator.
TES F OR M AT IF 2
C. menambah katalisator
D. memperbesar luas permukaan bidang sentuh
Daftar Pustaka
Brady, J.E. 1990. General Chemistry - Priciples & Structure, New York:
John Wiley & Sons.
Bresca, F., Mehlman, S., Pellegrini, F.C., and Stambler, S. 1978. Chemistry:
A Modern Introduction, 2nd ed., Toronto: W. B. Saunders Co.
Chang, R. 1991. Chemistry. 4th ed. Toronto: Mc. Graww Hill Inc.
PEN D A HU L UA N
M odul 8 ini membahas tentang salah satu cabang ilmu kimia, yaitu Kimia
Organik. Modul ini terdiri dari dua kegiatan belajar, Kegiatan Belajar 1
membahas tentang kategori senyawa organik yang disebut Hidrokarbon,
sedangkan Kegiatan Belajar 2 membahas apa yang disebut Gugus Fungsi
senyawa organik.
Kimia Organik adalah bagian dari Ilmu Kimia yang mempelajari
senyawa-senyawa organik. Senyawa organik adalah senyawa yang
mengandung unsur karbon di samping unsur-unsur lainnya, seperti Hidrogen,
Oksigen, dan Nitrogen, dalam jumlah yang lebih sedikit. Karena itu senyawa
organik juga sering disebut sebagai senyawa karbon, sehingga Kimia Organik
sering diistilahkan sebagai Kimia Karbon. Dahulu, para ahli kimia yakin
bahwa unsur karbon hanya berasal dari mahluk hidup, seperti tanaman dan
hewan. Memang kebanyakan senyawa organik berasal dari mahluk hidup,
tetapi sekarang sudah banyak senyawa organik yang berhasil dibuat di
laboratorium dan industri untuk dimanfaatkan dalam kehidupan manusia
sehari-hari.
Secara umum, setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat
menjelaskan sifat umum Kimia Organik. Secara khusus, setelah
menyelesaikan modul ini Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan ciri senyawa organik dan hidrokarbon;
2. menguraikan perbedaan antara hidrokarbon alifatik dan aromatik;
3. menjelaskan jenis-jenis hidrokarbon alifatik, yaitu: alkana, alkena, dan
alkuna;
4. merumuskan sifat-sifat fisika senyawa hidrokarbon;
5. menerangkan gugus fungsi alkohol;
6. menerangkan gugus fungsi eter;
8.2 Kimia Dasar I
Kegiatan Belajar 1
Sudah sejak akhir abad ke-18 para ahli kimia telah membagi zat-zat
kimia ke dalam dua kategori, yaitu senyawa anorganik, yang mendasari Ilmu
Kimia Anorganik dan senyawa organik yang dipelajari dalam Ilmu Kimia
Organik. Senyawa anorganik membahas mengenai zat-zat yang berasal dari
sumber-sumber mineral dari perut bumi, sedangkan senyawa organik berasal
dari tanaman atau hewan.
Senyawa organik selalu mengandung unsur karbon sebagai komponen
utama disertai dengan unsur-unsur lain, seperti hidrogen, oksigen dan
nitrogen dalam persentasi yang lebih sedikit. Sampai dengan tahun 1828,
para ahli kimia yakin bahwa satu-satunya sumber dari berbagai senyawa
organik adalah dari alam. Mereka yakin bahwa sangat tidak mungkin untuk
membuat senyawa organik di laboratorium karena ”daya hidup” alamiah,
yang membentuk senyawa-senyawa tersebut, tidak dapat diciptakan.
Pendapat ini berubah setelah Friederich Wöhler berhasil membuat urea
(senyawa yang terdapat dalam urin) dari zat-zat anorganik pada tahun 1828.
Dalam salah satu percobaan yang dilakukannya, Wöhler menguapkan larutan
garam anorganik amonium sianat, NH4CNO, yang diperoleh dari reaksi
antara perak sianat dan amonium klorida, dimana keduanya merupakan
garam anorganik.
O
panas
NH4+CNO H2N C NH2
amonium sianat urea
Senyawa yang hanya terdiri dari unsur karbon dan unsur hidrogen
disebut hidrokarbon. Apabila hidrokarbon kehilangan satu atom H dan
diganti dengan gugus lainnya, senyawa tersebut diberi nama sesuai dengan
gugus fungsi yang dimilikinya, seperti alkohol, eter, karbonil, asam
karboksilat, ester, atau fenol. Selanjutnya kita akan mempelajari jenis-jenis
senyawa hidrokarbon, tatanama dan isomer pada senyawa hidrokarbon, dan
berbagai gugus fungsi.
KIMD4110/MODUL 8 8.5
B. KATEGORISASI HIDROKARBON
Hidrokarbon adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon dan
hidrogen saja. Senyawa-senyawa organik lainnya di luar klasifikasi ini dapat
disebut sebagai derivat atau turunan hidorkarbon. Senyawa hidrokarbon ini
terbagi dalam dua kategori utama yaitu hidrokarbon alifatik dan hidrokarbon
aromatik. Hidrokarbon alifatik termasuk rantai lurus, rantai bercabang atau
senyawa siklik. Hidrokarbon aromatik terdiri dari atom-atom karbon yang
membentuk cicin yang stabil.
Lebih jauh lagi, senyawa hidrokarbon alifatik dapat dikelompokkan ke
dalam dua subkategori berdasarkan jenis ikatan antara karbon-karbon, yaitu
senyawa hidrokarbon jenuh, yang hanya mengandung ikatan tunggal antara
karbon-karbon; dan senyawa hidrokarbon tidak jenuh, yang mengandung satu
atau lebih ikatan rangkap dua atau tiga antara karbon-karbon.
Penamaan atau tata nama dari senyawa hidrokarbon dan isomernya, juga
akan dibahas pada bagian ini. Isomer adalah senyawa yang memiliki rumus
molekul sama tetapi rumus bangunnya berbeda, sehingga mempunyai sifat
fisik dan sifat kimia yang berbeda.
1. Hidrokarbon Alifatik
a. Hidrokarbon Jenuh atau Alkana
Senyawa-senyawa yang tergolong dalam hidrokarbon jenuh disebut
alkana atau parafin misalnya seperti pada Tabel 8.1. Pada tabel tersebut dapat
dibaca 10 nama dari alkana rantai lurus. Kecuali untuk senyawa metana,
senyawa-senyawa ini mengandung rantai atom karbon berikatan tunggal.
Senyawa paling sederhana adalah jika semua atom karbonnya membentuk
rantai kontinyu dan dinamakan alkana rantai lurus atau rantai normal. Alkana
yang lebih kompleks memiliki rantai bercabang, sehingga dinamakan alkana
rantai cabang.
8.6 Kimia Dasar I
Tabel 8.1
Alkana Rantai Lurus
H—C—H
Etana C2H6 H H 1
H—C—C—H
H H
Propana C3H8 H H H 1
H—C— C—C—H
H H H
Butana C4H10 H H H H 2
H—C— C—C—C—H
H H H H
Pentana C5H12 H H H H H 3
H—C— C—C—C—C—H
H H H H H
Heksana C6H14 H H H H H H 3
H—C— C—C—C—C—C—H
H H H H H H
KIMD4110/MODUL 8 8.7
H—C— C—C—C—C—C—C—H
H H H H H H H
Oktana C8H18 H H H H H H H H 18
H—C— C—C—C—C—C—C—C—H
H H H H H H H H
Nonana C9H20 H H H H H H H H H 35
H—C— C—C—C—C—C—C—C—C—H
H H H H H H H H H
Dekana C10H22 H H H H H H H H H H 75
H—C — C — C — C — C — C — C — C — C— C—H
H H H H H H H H H H
kenal sebagai bensin. Alkana-alkana dengan jumlah atom yang lebih banyak
lagi digunakan sebagai minyak tanah, bahan bakar disel, minyak pelumas,
dan sebagai bahan utama pembuatan lilin.
Dalam Kimia Organik, perlu diperhatikan cara menuliskan rumus
molekul senyawa, yang menunjukkan jumlah atom yang terdapat dalam satu
molekul, maupun rumus bangun senyawa, yang menunjukkan posisi relatif
atom-atom tersebut dalam molekul. Karena karbon membentuk rangka utama
senyawa organik, maka rangkaian karbon itulah yang akan menentukan
bentuk tiga dimensi dari suatu senyawa organik. Dalam alkana satu atom C
membentuk empat ikatan kovalen tunggal. Bentuk yang paling sederhana dari
alkana adalah metana atau CH4, yang merupakan komponen utama dari gas
alam. Bentuk senyawa metana dan butana dapat dilihat pada gambar 8.1.
H
HCH
H
CH4
Metana
H H H H
HCC C CH
H H H H
C4H10
Butana
Gambar 8.1
Rumus Molekul Dua Dimensi dan Tiga Dimensi Metana dan Butana
KIMD4110/MODUL 8 8.9
H H
CH2
C
atau CH2CH2 atau
HCCH
H H
siklopropana
Tabel 8.2
Nama dan Struktur Beberapa Senyawa Sikloalkana
CH2 CH2
4)
Siklobutana 12
CH2 CH2
CH2
CH2 CH2
CH2
6) CH2 CH2
Sikloheksana 80.7
CH2 CH2
CH2
Tabel 8.3.
Sifat-sifat Fisika dari Beberapa Senyawa Alkana
Massa Jenis
Nama Rumus Titik
Titik Didih (oC) pada 20 oC
Senyawa Molekul Leleh (oC)
(g/ml)
Metana CH4 -183 -162 (gas)
Etana C2H6 -172 -89 (gas)
Propana C3H8 -188 -42 (gas)
KIMD4110/MODUL 8 8.11
Massa Jenis
Nama Rumus Titik o
Titik Didih ( C) pada 20 oC
Senyawa Molekul Leleh (oC)
(g/ml)
Butana C4H10 -138 0 (gas)
Pentana C5H12 -130 36 0,626
Heksana C6H14 -95 69 0,659
Heptana C7H16 -91 98 0,684
Oktana C8H18 -57 126 0,703
Nonana C9H20
Dekana C10H22 -30 174 0,730
Dodekana C12H26 -10 216 0,749
Tetradekana C14H30 6 254 0,763
Heksadekana C16H34 18 280 0,775
Kotadekana C18H38 28 316 (padat)
Eikosana C20H42 37 343 (padat)
dapat menghasilkan energi dan panas, karena itu senyawa ini merupakan
komponen utama dari bahan bakar.
H H H H
H H H H
Tabel 8.4.
Sifat-sifat Fisika dari Beberapa Senyawa Alkena
Tabel 8.5
Sifat-sifat Fisika dari Beberapa Senyawa Alkuna
H H H H
C=C +H H H–C–C–H
H H H H
Etilena Etana
H H
H H
Asetilena Etana
Gambar 8.2
Reaksi Hidrogenasi Alkena dan alkuna
KIMD4110/MODUL 8 8.15
H2 H2
H2
H2 C C C C CH 3
H2 C C CH 3 H2C C C CH3 H
H H
Propena 1-Butena 1-Pentena
Gambar 8.3
Senyawa Alkena dan Sikloalkena
1,3 sikloheksadiena
2. Hidrokarbon Aromatis
Secara umum senyawa organik diklasifikasikan ke dalam 2 golongan,
yaitu hidrokarbon alifatis seperti yang telah dijelaskan pada bagian pertama
dan hidrokarbon aromatis yang akan dibahas pada bagian kedua ini.
Pemberian nama aromatis pada mulanya dihubungkan dengan sifat senyawa
tersebut yang mengeluarkan aroma. Namun perkembangan selanjutnya
menunjukkan bahwa senyawa aromatis mempunyai sifat kimia yang berbeda
dengan sifat kimia senyawa alifatis sejenisnya.
Salah satu kelompok senyawa hidrokarbon aromatis adalah benzena.
Benzena ini ditemukan oleh Michael Faraday pada tahun 1825. Senyawa ini
memiliki rumus molekul C6H6. Pada waktu belum diketahui bentuk
strukturnya. Rumus seperti ini ada beberapa kemungkinan rumus bangunnya,
antara lain:
CH2 ═ CH ─ C ≡ C ─ CH ═ CH2 dan CH ≡ C ─ CH2 ─ CH2 ─ C ≡ CH
Semua struktur yang mungkin bagi C6H6 dapat membentuk beberapa
ikatan rangkap dua dan tiga. Namun kenyataannya, senyawa benzena ini
KIMD4110/MODUL 8 8.17
seolah-olah tidak memiliki ikatan rangkap dua atau rangkap tiga, karena tidak
mudah mengalami reaksi adisi seperti pada alkena atau alkuna.
Gambar 8.4
Struktur Benzena Menurut Kekule
tidak menetap pada satu lokasi tetapi tersebar di seputar cincin benzena. Cara
yang umum untuk menyatakan cincin benzena adalah sebagai bentuk
segienam atau heksagonal dengan cincin di tengahnya seperti berikut ini.
Cincin Benzena
Segi enam menggambarkan cincin dari enam atom karbon dan lingkaran di
dalam cincin tersebut menggambarkan tiga pasang elektron yang dipakai
bersama.
Berikut ini dapat dilihat struktur beberapa senyawa aromatik
benzena
CH3 CH2CH3
CH3 CH3
CH3
CH3 CH3
CH3
Gambar 8.5
Struktur Senyawa Aromatik
Benzena, toluena dan xilena semuanya berbentuk cair dan mengambang
di air. Senyawa-senyawa tersebut digunakan terutama sebagai pelarut, selain
KIMD4110/MODUL 8 8.19
1,2-benzopirena
Tabel 8.6
Tata Nama Senyawa Hidrokarbon
2. Senyawa jenuh atau tidak jenuh ditunjukkan oleh akhiran dari nama
rantai induk suatu senyawa seperti:
H H
H─C─H → ─C─H
H H
metana metil
H H H H
H─C─C─H → ─C─C─H
H H H H
etana etil
Suatu gugus alkil ini dapat menggantikan satu atom pada rantai utama
senyawa karbon lainnya. Sebagai contoh satu atom hidrogen pada propana
digantikan dengan gugus metil.
8.22 Kimia Dasar I
Nama untuk senyawa hidrokarbon yang memiliki cabang gugus alkil antara
lain:
4. Untuk menunjukkan posisi gugus alkil yang terikat pada rantai induk
suatu senyawa dan posisi ikatan rangkap dua dan tiga, maka digunakan
sistem penomoran tertentu. Untuk alkana penomoran dimulai dari ujung
rantai atom karbon yang akan memberikan nomor terendah kepada
gugus alkil yang terikat pada rantai tersebut misalnya:
6 5 4 3 2 1
CH3 ─ CH2 ─ CH2 ─ CH ─ CH2 ─ CH3 3-metilheksana
CH3
1 2 3 4
CH3 ─ CH2 ─ CH ─ CH3 2-metilbutana
CH3
KIMD4110/MODUL 8 8.23
Jika ada ikatan rangkap, penomoran dimulai dari ujung rantai yang
paling dekat dengan ikatan rangkat. Cara penomoran tersebut adalah
sebagai berikut:
5. Jika ada dua atau lebih gugus alkil yang identik yang terikat pada satu
karbon di rantai utama, maka jumlahnya ditunjukkan dengan awalan di-
(untuk dua), tri- (untuk tiga), tetra- (untuk empat), dan seterusnya. Posisi
dari alkil tersebut juga disebutkan. Sebagai contoh:
4 3 2 1
CH3 ─ CH ─ CH ─ CH3 2,3-dimetilbutana
CH3 CH3
CH3 2,2,3-trimetilbutana
4 3 2 1 bukan
CH3 ─ CH ─ CH ─ CH3 2,3,3-trimetilbutana
Karena penomoran yang diambil
CH3 CH3 adalah penomoran yang terkecil
Jika ada beberapa gugus alkil yang berbeda pada rantai utama suatu
senyawa, maka penulisan namanya sesuai dengan urutan alfabet. Sebagai
contoh:
8.24 Kimia Dasar I
3 etil -7 metiloktana
H H
CH3 ─ C ─ C ─ CH3 butana
H H
H
CH3 ─ C ─ CH3 isobutana
CH3
Atom karbon yang keempat terikat pada atom karbon pada posisi di
tengah dari rangkaian tiga atom karbon. Senyawa yang memiliki rumus
molekul sama tetapi rumus bangun berbeda disebut isomer. Karena senyawa
isobutana yang rumus molekulnya sama dengan senyawa butana maka
KIMD4110/MODUL 8 8.25
Contoh
Tuliskan ketiga isomer dari C5H12, seperti yang disebutkan pada Tabel
1, dan salah satu isomernya dapat dilihat pada tabel tersebut, yaitu pentana
Jawab:
H H H
CH3 ─ C ─ C ─ C ─ CH3 (1) pentana
H H H
H H
CH3 ─ C ─ C ─ CH3 (2) 2-metil butana
H CH3
CH3
CH3 ─ C ─ CH3 (3) isopentana atau
2, 2-dimetil propana
CH3
Berdasarkan tabel di atas, makin banyak jumlah atom C, maka titik didih
makin tinggi.
8.26 Kimia Dasar I
LAT IH A N
b. CH3 ─ C ═ C ─ CH3
CH3 CH3
1) a. 2-metilpentana
b. 2, 3-dimetil-2-butena
R A NG KU M AN
Kimia organik adalah ilmu yang mempelajari mengenai senyawa
karbon, yaitu senyawa hidrokarbon dan turunan atau derivatnya. Lebih
dari 95% senyawa yang telah dikenal mengandung unsur karbon.
Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang hanya tersusun dari
atom-atom karbon dan hidrogen dan terdiri dari alkana, alkena, alkuna
dan hidrokarbon aromatik.
Alkana adalah senyawa yang hanya mengandung ikatan tunggal
antara molekulnya, dan nama senyawanya selalu berakhiran -ana.
Alkana dapat berbentuk rantai atom karbon yang lurus, bercabang atau
berbentuk siklis.
Alkena merupakan senyawa hidrokarbon yang mengandung paling
sedikit satu ikatan rangkap dua, dan nama senyawanya selalu berakhiran
-ena. Sedangkan alkuna adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung
paling sedikit satu ikatan rangkap tiga dan nama senyawanya berakhiran
dengan -una. Karena adanya ikatan rangkap ini, maka kedua senyawa ini
merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh.
Senyawa yang memiliki rumus molekul yang sama tetapi berbeda
dalam struktur tiga dimensinya atau rumus bangunnya disebut isomer.
Hidrokarbon aromatik termasuk senyawa benzena dan turunannya.
Simbol untuk benzena adalah segi enam heksagonal dengan lingkaran di
dalamnya untuk menggambarkan cinicin yang dibentuk oleh tiga pasang
elektron.
TES F OR M AT IF 1
CH2
CH2 CH2
CH2 CH2
CH2
adalah ….
A. heksana
B. heksena
C. sikloheksana
D. sikloheksena
A. H H H H H
H─C─C─C─C─C─H
H H H H H
B. H H H H
H─C─C─C─C─H
H H H
H─C─H
H
KIMD4110/MODUL 8 8.29
C. H
H─ C─H
H H
H─C─C─C─H
H H
H─C─H
H
D. A, B, dan C semuanya benar
Kegiatan Belajar 2
Hanya sejumlah kecil saja senyawa organik yang terbentuk dari atom
karbon dan hidrogen saja, sebagian besar mengandung unsur-unsur
lainnya selain kedua unsur tersebut. Untuk memudahkan, maka senyawa-
senyawa yang juga mengandung unsur-unsur lain di samping karbon dan
hidrogen dinamakan senyawa turunan atau derivat hidrokarbon. Pada
senyawa ini satu atau lebih atom hidrogen diganti dengan atom atau gugus
atom lain. Biasanya atom atau gugus pengganti atom hidrogen itu akan
memunculkan karakteristik tertentu pada molekul senyawa itu, sedemikian
rupa sehingga setiap molekul dari kelompok yang sama akan bereaksi secara
kimia dengan cara yang mirip pula. Gugus yang dapat memunculkan sifat-
sifat yang demikian pada senyawa organik disebut sebagai gugus fungsi.
Pada Kegiatan Belajar 1 kita telah mempelajari dua dari gugus fungsi tersebut
yaitu alkena dan alkuna, yang dapat mengalami reaksi adisi karena adanya
ikatan rangkap dua dan tiga dalam molekul senyawanya.
Untuk memudahkan pemahaman, maka senyawa organik dianggap
tersusun dari dua bagian, yaitu bagian hidrokarbon yang umumnya ditulis
dengan R- (disebut alkil untuk senyawa alifatik) atau Ar- (Aril untuk
senyawa aromatik) yang ditambah satu atau lebih gugus fungsi seperti yang
akan dipelajari pada Kegiatan Belajar 2 ini dan dapat dilihat pada Tabel 8.7.
Tabel 8.7
Beberapa Gugus Fungsi Senyawa Organik
OH
Ar─CH3 Toluena
CH3
A. GUGUS ALKOHOL
Jika satu atom hidrogen pada senyawa alkana diganti dengan gugus
hidroksil atau -OH, maka senyawa tersebut menjadi alkohol atau R-OH.
Tatanama senyawa alkohol mengikuti tata nama senyawa alkana dimana
akhiran a diganti dengan ol, misalnya metana menjadi metanol, etana menjadi
etanol dan sebagainya. Alkohol yang paling sederhana adalah metil alkohol
atau metanol atau CH3OH. Metanol ini disebut juga alkohol hanya karena
dapat dihasilkan dari distilasi destruktif kayu. Pada skala industri, metanol
dibuat dari reaksi gas karbon monoksida dan hidrogen pada tekanan dan
temperatur tinggi dan adanya katalis.
8.32 Kimia Dasar I
katalis
CO + 2H2 CH3OH atau
(karbon (hidrogen) (metanol)
monoksida)
Metanol penting sebagai pelarut dan sebagai zat antara pada berbagai
reaksi kimia. Akhir-akhir ini metanol bersama etanol digunakan sebagai
campuran bahan bakar. Senyawa alkohol berikutnya adalah etil alkohol atau
etanol.
CH3─CH2─OH atau
Etanol
Etanol umumnya dihasilkan dari hasil peragian atau fermentasi biji padi-
padian, zat tepung atau gula. Jika gula tersebut adalah glukosa, maka reaksi
pembuatan etanol adalah:
ragi
C6H12O6 CH3─CH2─OH + 2CO2
glukosa etanol karbon dioksida
asam
CH2═CH2 + H2O CH3─CH2─OH
Etilena etanol
KIMD4110/MODUL 8 8.33
Alkohol untuk industri ini biasanya ditambahkan zat yang bersifat racun
dan berbau keras untuk menghindari agar tidak diminum. Alkohol ini disebut
alkohol terdenaturasi yang digunakan untuk berbagai proses di laboratorium
kimia.
B. GUGUS ETER
Senyawa dengan dua gugus alkil (R) yang terikat pada satu oksigen
disebut eter, sehingga rumus umumnya adalah ROR atau ROR', karena kedua
gugus alkil itu tidak harus sama. Senyawa kelompok eter yang terkenal
adalah dietil eter atau yang kita kenal sebagai eter (CH3CH2-O-CH2CH3)
Dietil eter ini digunakan terutama sebagai pelarut karena dapat
melarutkan banyak senyawa organik yang tidak larut dalam air. Senyawa ini
mendidih pada 36oC, sehingga mudah menguap. Meskipun senyawa ini tidak
reaktif secara kimia, tetapi sangat mudah terbakar, sehingga dalam
penanganannya tidak boleh ada percikan api atau panas. Hal yang penting
diperhatikan, dalam jangka waktu yang panjang senyawa ini dapat bereaksi
dengan oksigen meskipun lamban, untuk membentuk senyawa peroksida,
yang mudah terurai dengan menimbulkan ledakan. Karena itu berhati-hatilah
dengan botol eter yang pernah dibuka, terutama yang telah disimpan lama.
Untuk waktu yang lama, yaitu sejak tahun 1842, dietil eter ini pernah
menjadi zat yang secara luas digunakan sebagai pembius pada saat
pembedahan. Namun terbukti zat ini menimbulkan rasa mual dan muntah
setelah pembiusan. Saat ini untuk tujuan pembiusan, dietil eter umumnya
diganti dengan zat lain, antara lain metil propil eter atau CH3-O-CH2CH2CH3
atau yang dikenal dengan nama dagang Neothyl.
Saat ini senyawa eter yang diproduksi dalam jumlah besar adalah Metil
Tersier-Butil Eter (MTBE). Zat ini ditambahkan pada bensin untuk
menggantikan fungsi timbal tetraetil agar angka oktan dari bensin meningkat,
ternyata MTBE juga dapat menurunkan emisi gas karbon monoksida dari gas
buangan kendaraan bermotor.
8.34 Kimia Dasar I
CH3 C2H5
CH3─O─C─CH3 menggantikan C2H5─Pb─ C2H5
CH3 C2H5
metil tersier-butil eter timbal tetraetil
C. GUGUS KARBONIL
O O O
║ ║ ║
─C─ R─C─H R─C─R
gugus karbonil aldehida keton
1. Gugus Aldehida
Aldehida merupakan senyawa yang telah lama dikenal. Oleh karena itu,
penamaannya masih sering menggunakan nama umum. Dalam sistem
IUPAC, nama aldehida diturunkan dari nama alkana dengan mengganti
akhiran a pada alkana menjadi al. Karena itu golongan aldehida juga disebut
sebagai golongan alkanal.
O O O O
║ ║ ║ ║
H─C─H CH3─C─H CH3CH2─C─H CH3 CH2CH2─C─H
metanal etanal propanal butanal
(formaldehid) (asetaldehid) (propionaldehid) (n-butiraldehid)
O
5 4 3 1║2
CH3─CH2─CH2─CH2─C─H 4-metilpentanal
CH3
O
║
CH3─CH═CH─C─H 2-butenal
Br O
║
CH3─CH2─CH2─C─C─H 2,2-dibromoheksanal
Br
O
║
CH3─CH2─C─H propionaldehida
O
║
CH3─CH2─CH2─C─H butiraldehida
Struktur ruang senyawa aldehida dan keton dapat dilihat pada gambar
berikut:
2. Gugus Keton
Seperti halnya aldehida, pada senyawa keton juga dikenal nama IUPAC
dan nama umum. Penamaan dengan sistem IUPAC diturunkan dari nama
alkana dengan mengganti akhiran a dari alkana dengan akhiran on. Karena itu
golongan keton juga disebut sebagai golongan alkanon. Penomoran rantai
karbon utama diberikan sedemikian rupa sehingga atom karbon gugus
karbonil mempunyai nomor serendah mungkin. Pada penamaan umum,
kedua gugus alkil (aril) yang terikat oleh atom karbonil disebut terlebih dulu,
kemudian diikuti dengan kata keton, contoh:
O O O
║ ║ ║
CH3─C─ CH3 CH3─C─CH2CH3 CH3CH2─C─ CH2CH3
propanon 2-butanon 3-pentanon
(aseton) (etil metil keton) (dietil keton)
KIMD4110/MODUL 8 8.37
O
║
CH2═CH─C─CH3 3-buten-2-on (metil vinil keton)
O
║ sikloheksanon
O
║ 3-metil siklopentanon
CH3
Senyawa keton yang paling sederhana adalah aseton yang dibuat dari
oksidasi isopropil alkohol.
CH3 CH3
oksidasi (+ O2)
CH3─CH─OH CH3─C═O + H2O
Isopropil alkohol aseton
D. GUGUS KARBOKSILAT
kali didapatkan dengan cara distilasi destruktif pada semut (bahasa Latin
untuk semut adalah formica). Sengatan semut terasa sakit karena saat semut
itu menggigit kita ia menginjeksikan asam formiat ke kulit. Demikian juga
sengatan kumbang atau lebah mengandung asam formiat disamping senyawa
racun lainnya. Gugus karboksilat adalah:
O
║
─C─OH gugus karboksilat
O
║ nama IUPAC: asam etanoat, dikenal sebagai
CH3─C─OH asam asetat atau asam cuka
O
║
CH3CH2─C─OH asam propanoat (asam propionat)
O
║
CH3CH2CH2─C─OH asam butanoat (asam butirat)
KIMD4110/MODUL 8 8.39
O
║
COH
asam benzoat
E. GUGUS ESTER
O O
║ ║
R─C─OH + R’OH R─C─ORl + H2O
asam karboksilat alkohol ester
Tabel 8.8
Ester Pembentuk Rasa dan Wewangian
Metil
COOCH3 Winter green
(sejenis tanaman
salisilat
CH3 di AS)
Benzil
CH3COOCH2C6H5 Bunga melati
asetat
F. GUGUS FENOL
Tabel 8.9
Contoh-contoh Senyawa Fenol dan Turunannya
Nama R1 R2 R3 R4 R5
o-kresol CH3 H H H H
m-kresol H CH3 H H H
p-kresol H H CH3 H H
asam pikrat NO2 H NO2 H NO2
salisilaldehida CHO H H H H
rasassinol H OH H H H
p-aminofenol H H NH2 H H
katekol OH H H H H
Catatan:
Kedudukan orto adalah R1 dan R5
Kedudukan meta adalah R2 dan R4
Kedudukan para adalah R1 dan R3
LAT IH A N
e. CH3-C-CH3
8.42 Kimia Dasar I
R A NG KU M AN
Senyawa organik yang terbentuk hanya dari atom karbon dan
hidrogen saja jumlahnya hanya sedikit saja. Sebagian besar adalah
senyawa organik yang mengandung unsur-unsur lainnya selain karbon
dan hidrogen. Senyawa-senyawa yang juga mengandung unsur-unsur
lain di samping karbon dan hidrogen dinamakan senyawa turunan atau
derivat hidrokarbon.
Atom atau gugus yang menggantikan atom hidrogen dalam organik
akan memunculkan karakteristik tertentu pada molekul senyawa organik
itu, sehingga setiap molekul dari kelompok yang sama akan bereaksi
secara kimia dengan cara yang mirip pula. Gugus yang dapat
memunculkan sifat-sifat yang demikian pada senyawa organik disebut
sebagai gugus fungsi.
Pada molekul senyawa organik yang mengandung gugus fungsi
dianggap tersusun dari dua bagian, yaitu bagian hidrokarbon yang
umumnya ditulis dengan R- (disebut alkil untuk senyawa alifatik) atau
Ar- (Aril untuk senyawa aromatik) yang ditambah satu atau lebih gugus
fungsi. Turunan hdirokarbon yang mengandung atom oksigen
membentuk berbagai gugus fungsi seperti Alkohol, aldehida, keton,
ester, asam karboksilat, fenol dan toluena.
Penamaan dari derivat hidrokarbon yang mengandung berbagai
gugus fungsi diturunkan dari nama senyawa alkana, dengan
menggantikan akhiran –ana dengan akhiran yang sesuai dengan gugus
fungsi yang ada dalam senyawa tersebut, antara lain: alkohol jadi
alkanol, aldehida jadi alkanal, keton menjadi alkanon,ester menjadi asam
karboksilat menjadi alkanoat, sesuai dengan sistem penamaan yang
distandarkan oleh IUPAC. Ada pula tata nama yang umum tidak benzen
alkohol menjadi Fenol dan metil benzen menjadi Toluena. Apabila fenol
mengikat subsituen lain, kedudukan untuk mengetahui lokasi dimana
subsituen itu diikat, diberi tanda meta (m-), orto (o-), dan para (p-).
KIMD4110/MODUL 8 8.43
TES F OR M AT IF 2
O
║
B. CH3—C—O—CH2—CH3
O
║
C. CH3—C—H
O
║
D. CH3—C—CH3
5) Senyawa eter yang diproduksi dalam jumlah besar yang digunakan untuk
menaikkan angka oktan adalah ….
A. metil tersier butil eter (MTBE)
B. metil etil eter
C. aseton
D. asetaldehida
8) Senyawa cuka ….
A. merupakan turunan asam karbosilat
B. mempunyai rumus CH3COOH
C. berbau asam
D. A, B, dan C semuanya benar
Daftar Pustaka
Will, J. W. & Kolb, D. K. 1998. Chemistry for Changing Times, 6th Ed.
International Ed. New Jersey: Prentice – Hall.
Modul 9
Dasar-Dasar Biokimia
Dra. Lina Warlina, M.Ed.
PEN D A HU L UA N
B iokimia adalah salah satu cabang Ilmu Kimia yang berhubungan dengan
sistem kehidupan. Penemuan-penemuan baru hampir setiap hari terjadi,
misalnya bagaimana kehidupan ini berlangsung, bagaimana terjadinya
penyakit, bagaimana penyakit dapat disembuhkan dan sebagainya. Para ahli
biokimia melihat organisme hidup sebagai kumpulan molekul organik yang
berinteraksi sesamanya dan dengan lingkungannya secara unik dan spesifik.
Tujuan dari ahli biokimia mempelajari biokimia adalah memahami fungsi
dan interaksi molekul-molekul tersebut sehingga dapat memberikan
penjelasan mengenai berbagai fenomena kehidupan.
Secara garis besar, biokimia dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu
substansi bio an-organik dan bio organik. Agar lebih jelas lagi, Anda dapat
melihat pembagian biokimia sebagai berikut:
Biokimia
Pasti Anda berpikir bahwa tubuh manusia terdiri dari substansi bio
organik. Kenyataannya, susbtansi bio organik hanya 1/4 bagian berat tubuh
(25% berat tubuh). Protein merupakan tipe bio organik yang terbesar dalam
tubuh ( 15%), lipid 8% dan 2 macam lainnya yaitu karbohidrat dan asam
nukleat 2%.
9.2 Kimia Dasar I
Dalam modul ini, yang terdiri dari dua kegiatan belajar, Anda hanya
akan mempelajari mengenai bio organik saja yaitu protein, karbohidrat, lipid
dan asam nukleat yang akan diuraikan satu persatu secara ringkas. Secara
khusus setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan ruang lingkup Biokimia;
2. menerangkan protein dan asam amino serta sifat-sifatnya;
3. menjelaskan jenis enzim dan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja
enzim;
4. menjelaskan karbohidrat dan sifat-sifatnya;
5. membedakan jenis-jenis lipid; dan
6. membedakan DNA dan RNA pada asam nukleat.
KIMD4110/MODUL 9 9.3
Kegiatan Belajar 1
Protein adalah molekul dengan berat molekul relatif yang bervariasi dari
600 - 1.000.000 dan merupakan komponen penting sel hewan, manusia atau
tumbuhan. Berdasarkan berat molekul relatif tersebut, Anda dapat
membayangkan protein dapat berbentuk molekul sederhana hingga makro
molekul (Anda bandingkan berat molekul relatif pada modul Stoikiometri).
Oleh karena sel merupakan pembentuk tubuh, maka protein yang terdapat
dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan
pertumbuhan tubuh. Protein merupakan polimer yang bergabung dengan
kombinasi-kombinasi yang berbeda, ataupun gabungan monomer-monomer
berbeda yang disebut -asam amino.
Asam amino adalah molekul organik yang mempunyai gugus
karboksil COO- dan gugus amina -NH2 atau asam amino adalah asam
karboksilat yang mempunyai gugus amina. Secara umum, struktur asam
amino dapat dilihat pada Gambar 9.1.
COOH
|
H2N --- Cα --- H
|
R
Zwitterion Zwitterion
Gambar 9.1
Struktur Asam Amino
9.4 Kimia Dasar I
Gugus -NH2 bersifat basa dan gugus -COOH bersifat asam, maka dalam
larutan netral asam amino berada dalam bentuk internal ionik yang disebut
zwitter-ion atau ion amfoter, di mana proton pada gugus -COOH ditransfer
pada -NH2 menjadi
Tabel 9.1
20 Asam Amino Pembentuk Protein di Alam
Metionin/ Sistein/
Methionine Cysteine
Fenilalanin/ Glutamat/
Phenylalanin Glutamate
e
KIMD4110/MODUL 9 9.5
Triptofan/ Glisin/
Tryptophan Glycine
Valin/ Prolin/
Valine Proline
Arginin/ Serin/
Arginine* Serine
Histidin/ Tirosin/
Histidine* Tyrosine
Dengan melihat struktur molekul pada Tabel 9.1, tampak bahwa atom
atau gugus yang terikat pada rantai samping (R/Ar) ada bermacam-macam.
Rantai samping dapat mengandung:
1. gugus alifatik/alkil seperti pada alanin (CH3), valin (isopropil), leusin,
isoleusin;
2. gugus hidroksilat non aromatik seperti serin dan treonin;
3. atom sulfur pada gugus alkilnya seperti sistein dan metionin;
4. gugus amida atau asam seperti asam aspartat, asparagin, asam glutamat,
dan glutamin,
5. gugus basa, yaitu arginin, lisin dan histidin;
6. cincin aromatik fenilalanin, tirosin, dan triptofan; dan
7. gugus imino seperti prolin.
Terlihat pula pada Tabel 9.1 bahwa kecuali proline (pro) semua
mempunyai struktur yang umum yaitu:
Selain itu semua asam amino juga mempunyai 4 gugus yang berbeda
pada atom karbon - nya kecuali glisin, yang R nya adalah atom H. Dengan
demikian atom karbon adalah atom karbon asimetrik. Oleh karena itu,
asam amino juga mempunyai sifat memutar bidang cahaya terpolarisasi atau
optik aktif, kecuali glisin itu.
Protein adalah gabungan dari asam-asam amino. Dalam molekul protein,
asam amino tersebut saling berikatan membentuk rantai yang panjang.
Penggabungan asam amino tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
H O H H O H
| || | -H2O | || |
H2N C C O H H N C COOH H2N C C N C COOH
|
|
|
|
|
| | | | | |
R1 H R2 R1 H R2
B. ENZIM
Gambar 9.2
Ilustrasi Penguraian Substrat oleh Enzim
9.10 Kimia Dasar I
Gambar 9.3
Ilustrasi Mekanisme kerja Enzim Chymotripsin
CH3 F CH3
| | |
H- C - O - P- O - C - H
| | |
CH3 O CH3
CH(CH3 )2
|
CH(CH3 )2 O
| |
O P
| |
enzim - O - H + F - P - O HF + enzim - O - O
| |
O O
| |
CH(CH3 )2 CH(CH3 )2
Ada pula tipe inhibisi kompetitif (hambatan bersaing). Inhibisi ini terjadi
karena adanya kompetisi antara inhibitor dengan substat dalam
memperebutkan enzim (pusat aktif pada enzim). Dalam reaksi ini terjadi
keseimbangan yang bersamaan antara enzim-substat dan antara enzim-
inhibitor.
E+S ES
E+I EI
S
ON2 H
2 COOH
NH 2 NH2
S
ulfanilamid as
amp-aminobenz
oat
KIMD4110/MODUL 9 9.13
LAT IH A N
Seandainya
lambat cepat
E+S ES E+P
9.14 Kimia Dasar I
R A NG KU M AN
Biokimia merupakan cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan
kehidupan yang dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu biorganik (≈ ¼
berat badan) dan bioanorganik (≈ ¼ berat badan). Bagian terbesar dari
penyusun bioorganik adalah protein, lalu lipid serta karbohidrat dan
asam nukleat.
Protein, yang berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan
pertumbuhan tubuh merupakan polimer dari -asam amino. Ada 20
macam asam amino yang utama. Asam amino merupakan molekul
organik yang mempunyai gugus karboksilat (-O-C=O/COO-) dan gugus
amina (-NH2), sehingga mempunyai sifat amfoter.
Penggabungan asam-asam amino tersebut menghasilkan ikatan
peptida, dengan demikian protein merupakan polipeptida. Ada 4 struktur
dasar protein yaitu primer, sekunder, tersier dan kuertier. Salah satu
protein yang penting diketahui adalah enzim yang berfungsi sebagai
katalis dalam tubuh. Mekanisme enzim berikatan dengan substratnya
dapat digambarkan sebagai kunci dan lubangnya. Dan faktor-faktor yang
mempengaruhi kerja enzim adalah kosentrasi, pH, suhu dan inhibitror.
TES F OR M AT IF 1
2) Secara umum, gugus yang tidak terdapat dalam asam amino essensial
adalah gugus ….
A. karboksilat
B. amina
C. alkana
D. keton
KIMD4110/MODUL 9 9.15
Kegiatan Belajar 2
A. KARBOHIDRAT
H C OH
CH2 O H
Gliseraldehida adalah triosa, di mana tri menunjukkan 3 (tiga) atom dan
osa adalah karakteristik untuk penamaan akhir gula (misal: glukosa, fruktosa,
dan sukrosa). Beberapa monosakharida yang penting diketahui dapat dilihat
pada tabel 9.berikut:
Tabel 9.2
Beberapa Monosakharida yang Penting
Pentoses
D-Ribose D-Arabinose D-Ribulose
CHO CHO
CH2OH
HCOH HOCH
C==O
HCOH HCOH
HCOH
HCOH HCOH
HCOH
CH2OH CH2OH
CH2OH
KIMD4110/MODUL 9 9.19
Hexoses
D-Glucose D-Mannose D-Galactose D-Fructose
CHO CHO CHO CH2OH
HCOH HOCH HCOH C==O
HOCH HOCH HOCH HOCH
HCOH HCOH HOCOH HCOH
HCOH HCOH HCOH HCOH
CH2OH CH2OH CH2OH CH2OH
Gambar 9.4
Pembentukan Struktur Siklik Glukosa
9.20 Kimia Dasar I
Jika cincin tertutup gugus -OH yang dibentuk dari gugus fungsi aldehid
dapat terletak di atas/bawah, sehingga akan terbentuk 2 isomer, yaitu -D-
glukosa dan -D-glukosa.
Contoh heksosa lain yang penting adalah fruktosa. Struktur molekul
rantai terbukanya mengandung keton.
Fruktosa
Gambar 9.5
Struktur Siklik Fruktosa
Pembentukan cincin segi 5 ini juga terjadi pada pentosa lain, yaitu ribosa
dan deoksiribosa yang merupakan bagian penting dari RNA dan DNA.
KIMD4110/MODUL 9 9.21
Gambar 9.6
Pembentukan Sukrosa dari Glukosa dan Fruktosa
polisakharida dapat dipecah menjadi gula sederhana dengan reaksi ini. Enzim
yang khusus terdapat dalam saliva dapat memecah karbohidrat dalam mulut
dengan reaksi hidrolisa.
Pembentukan 2 atau lebih ikatan glikosidik oleh unit monosakharida
sederhana menjadi terbentuknya rantai polimer yang panjang yang disebut
polisakharida. Contoh polisakharida yang penting adalah pati (starch) atau
biasa juga disebut amilum serta sellulosa.
Amilum terdiri atas 2 macam polisakharida yang keduanya adalah
polimer dari glukosa yaitu amilosa (20-28%) dan amilopektin. Molekul
amilopektin berbentuk rantai terbuka dan bercabang. Amilum dapat
dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam sehingga menghasilkan
glukosa. Hidrolisis dapat juga dilakukan dengan bantuan enzim amilase yang
terdapat pada saliva manusia. Oleh enzim amilase, amilum diubah menjadi
maltosa dalam bentuk -maltosa. Selain itu, apabila amilum ditempatkan ke
dalam air, gugus -OH pada molekul amilum akan berikatan kuat dengan
pelarut polar tersebut, sehingga menyebabkan amilum dapat larut dalam air.
Sebaliknya untuk sellulosa yang terbentuk dari unit-unit -D glukosa.
Pada sellulosa terbentuk cincin linear yang berinteraksi dengan lainnya
dengan ikatan hidrogen. Itulah sebabnya kayu, yang merupakan 50%
sellulosa sangat kuat. Tidak seperti amilum dalam tubuh manusia sellulosa
tidak dapat dicernakan, karena manusia tidak mempunyai enzim yang dapat
menguraikan sellulosa. Dengan asam encer tidak dapat terhidrolisa, tetapi
oleh asam dengan konsentrasi tinggi dapat terhidrolisis menjadi selobiosa
(disakharida yang terdiri atas 2 molekul glukosa yang berikatan glikosidik
antara atom karbon 1 dengan atom karbon 4) dan D-glukosa.
a. Sifat mereduksi
Monosakharida dan beberapa disakharida mempunyai sifat dapat
mereduksi terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat
digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat ataupun analisis
kuantitatif. Sifat ini disebabkan oleh adanya gugus aldehid atau keton bebas
dalam molekul karbohidrat.
KIMD4110/MODUL 9 9.23
b. Pembentukan furfural
Apabila dipanaskan dengan asam kuat yang pekat, monosakharida akan
menghasilkan furfural atau derivatnya. Reaksi pembentukan furfural
merupakan reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air dari suatu senyawa.
Hampir secara kuantitatif pentosa-pentosa terhidrasi menjadi furfural.
Demikian pula untuk heksosa yang akan menghasilkan hidroksimetilfurfural.
Contohnya dapat Anda lihat di bawah ini.
C HO
H C OH
H C C H
H C OH H2SO4 O
pekat H C C C
H C OH H
O
furfural
CH2 OH
ribosa
c. Pembentukan osazon
Karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
membentuk osazon apabila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih.
Osazon yang terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang khas bagi
masing-masing karbohidrat. Reaksi ini penting, karena dapat membedakan
beberapa monosakharida, misalnya antara glukosa dan galaktosa. Misalnya
reaksi untuk D-glukosa.
H C OH C OH C = NNHC 6H5
+ C6 H5NHNH2
HO C H HO C H HO C H
H C OH H C OH H C OH
H C OH H C OH H C OH
CH2OH CH2 OH
CH2OH
D-glukosa D-glukosafenilhidrazon (larut)
D-glukosazon
9.24 Kimia Dasar I
d. Pembentukan ester
Adanya gugus hidroksil memungkinkan terjadinya ester apabila
direaksikan dengan asam. Monosakharida mempunyai beberapa gugus -OH
dan dengan asam fosfat dapat menghasilkan ester asam fosfat.
e. Isomerisasi
Monosakharida apabila dilarutkan dalam asam encer dapat stabil, tetapi
tidak demikian untuk basa ener. Glukosa dalam basa encer akan berubah
menjadi fruktosa dan manosa dan ketiganya berada dalam keadaan
keseimbangan.
f. Pembentukan glikosida
Glukosa apabila direaksikan dengan metilalkohol (metanol) akan
menghasilkan 2 senyawa, yang dapat dipisahkan dan keduanya tidak
memiliki sifat aldehida. Senyawa tersebut disebut asetol atau glikosida.
Ikatan yang terjadi antara gugus metil dengan monosakharida disebut ikatan
glikosida dan gugus -OH yang bereaksi disebut gugus -OH glikosidik.
Sebagai contoh adalah glukosa dengan metil alkohol akan menghasilkan
metil--D-glukosida atau metil--D-glukopiranosa. Dengan hidrolisis
metilglikosida dapat diubah menjadi karbohidrat dan metilalkohol. Reaksinya
dapat dilihat pada Gambar .
CH2OH CH2OH
O H O
H H
H
H H
CH3OH bila di-
OH karbohidrat + metil
OH H (metil alkohol) OH H hidrolisa alkoholl
OH OH OCH3
H OH H OH
Gambar 9.7
Reaksi Hidrolisis Metil Glukosida
KIMD4110/MODUL 9 9.25
B. LIPID
R adalah rantai karbon yang jenuh atau yang tidak jenuh. Contoh asam lemak
dilihat pada Tabel 9.3.
Tabel 9.3
Beberapa Asam Lemak yang Umum
Lipid dapat dibagi dalam 3 golongan besar, yaitu lipid netral atau
sederhana, lipid gabungan atau lipid polar atau fosfolipid dan lipid yang tidak
mengandung asam lemak dan gliserol dan tidak dapat dilakukan safonifikasi
misalnya steroid.
Lipid netral merupakan ester dari asam lemak dengan alkohol, misalnya
lemak atau gliserida dan lilin (waxes). Yang disebut dengan lemak adalah
suatu ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol adalah suatu trihidroksi
alkohol yang terdiri atas 3 atom karbon. Tiap atom karbon mempunyai gugus
–OH seperti berikut ini.
H H H
1 2 3
H C C C H gliserol
OH OH OH
Satu molekul gliserol dapat mengikat 1, 2, atau 3 molekul asam lemak dalam
bentuk ester, yang disebut monogliserida (1 asam karbon), digliserida (2
atom karbon) dan trigliserida (3 atom karbon). Hasil dari triester ini yang
disebut trigliserida adalah sebagai berikut.
H O
H C O C R
O
H C O C R'
O
H C O C R''
H
Ester Trigliserida
KIMD4110/MODUL 9 9.27
Gambar 9.8
Struktur Anion Sabun
9.28 Kimia Dasar I
(-)
(-)
(-)
(-) (-)
(-)
(-)
Nonpolar Polar
Ga m b a r 2: Pe m b e ntuka n m ise l
Gambar 9.9
Pembentukan Misel
O
O P O R’’
O
1 2 3
H2C CH CH2
O O
O= C C= O
R R’
Gambar 9.10
Struktur Fosfolipid
Gambar 9.11
Struktur Beberapa Fosfolipid
Gambar 9.12
Struktur Beberapa Steroid
9.32 Kimia Dasar I
C. ASAM NUKLEAT
Salah satu aspek terpenting dalam biokimia yaitu informasi genetik dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Aspek genetik ini prosesnya dikontrol
oleh substansi yang ditemukan pada inti sel yaitu asam nukleat, DNA
(Deoxyribonucleic acid). DNA juga berhubungan dengan RNA
(Ribonnucleic acid) yang bertanggung jawab untuk sintesa protein yang
merupakan karakteristik organisme.
Asam nukleat, seperti juga karbohidrat dan protein merupakan polimer.
Unit sederhana dari asam nukleat adalah nukleotida yang terdiri atas 3
molekul sederhana yaitu:
1. Basa Nitrogen
Basa nitrogen merupakan senyawa organik heterosiklik dengan 2 atau
lebih atom nitrogen pada cincinnya. Disebut basa karena adanya pasangan
elektron bebas pada atom nitrogen menjadikannya basa Lewis. Basa nitrogen
yang ditemukan pada DNA dan RNA dapat Anda pada Gambar 9.13 a dan b.
Gambar 9.13 a
Basa Nitrogen Penyusun DNA dan RNA Derivat Pirimidin
KIMD4110/MODUL 9 9.33
Gambar 9.13 b
Basa Nitrogen Penyusun DNA dan RNA Derivat Purin
2. Pentosa
Pentosa yaitu suatu karbohidrat monosacharida yang mempunyai 5 atom
karbon. Pada RNA, pentosa yang digunakan ribosa, sedangkan DNA adalah
dioksiribosa. Keduanya hanya berbeda pada karbon ke-2 pada cincin.
Gambar 9.14
Pembentukan Nukleotida Adenosin 5-monofosfat
NH2
A nucleoside
Adenin
CH2OH CH2OH
OH
H H H
-H2O H
H H H H
HO OH HO OH
ribose adenosine
Gambar 9.15
(a)
Pembentukan Adenosine
KIMD4110/MODUL 9 9.35
ATP yang terurai menjadi asam nukleat, adenosine, yang akan berikatan
dengan asam fosfat pada atom karbon ke-5, sehingga menghasilkan suatu
nukleotida adenosin-fosfat, yang merupakan dasar untuk pembentukan DNA
dan RNA. ADP
Asam nukleat, seperti telah disebutkan terdahulu ada 2 macam yaitu
DNA dan RNA. Asam nukleat ini merupakan polimer kondensasi dari
monomer nukleotida dan dibentuk dari ikatan ester dari asam fosfat pada
salah satu nukleotida ke gugus hidroksi pada karbon nomor 3 pentosa pada
nuleotida kedua, yang akan menghasilkan rantai polimer panjang untuk
DNA. Agar lebih jelas lihat Gambar 9.16.
9.36 Kimia Dasar I
Gambar 9.16
Struktur Sebagian dari Molekul DNA
Basa nitrogen pembentuk DNA dan RNA tidak sama. Pada DNA basa
nitrogennya adalah adenin (A) guanin (G), sitosin (C) dan timin (T) yang
berikatan dengan cincin deoksiribosa. Sedangkan pada RNA basanya adalah
adenin (A), guanin (G), sitosin (C) dan urasil (U).
Watson dan Crick pada tahun 1953 berhasil menyusun model bentuk
molekul DNA dan berhasil memenangkan hadiah Nobel pada tahun 1962.
Model ini menunjukkan bahwa 2 buah rantai polideoksiribonukleotida
membentuk helix ganda (double helix). Antara basa-basa yang terdapat pada
rantai asam nukleat terbentuk ikatan hidrogen, yaitu ikatan antara atom-atom
dengan nitrogen atau dengan oksigen. Adenin dapat membentuk 2 ikatan
dengan timin, dan sitosin membentuk 3 ikatan dengan guanin.
Ikatan hidrogen (H-N dan O-H) yang terbentuk antara basa-basa tersebut
dapat terlihat dengan jelas pada rumus struktur pada Gambar 9.17
KIMD4110/MODUL 9 9.37
Gambar 9.17
Ikatan Hidrogen Pada Sitosin dan Adenin
9.38 Kimia Dasar I
Sedangkan struktur heliks ganda DNA dapat Anda lihat pada Gambar 9.18.
Gambar 9.18
Stuktur Heliks Ganda DNA
Gambar 9.19
Proses Replikasi DNA
T A C T A C C A C
A T G A T G G T G
mRNA
A U G A U G G U G
Urutan basa pada rantai nukleotida dalam molekul DNA disalin pada
urutan basa pada rantai nukleotida mRNA. Tiga buah basa yang berurutan
(triplet) disebut kodon, misalnya AUG adalah kodon yang terbentuk dari
adenin, urasil dan guanin atau GUG, kodon dari guanin, urasil dan guanin.
Basa pada RNA ada 4 buah, yaitu A, U, G, C, dengan demikian akan
terdapat 43 kombinasi kodon atau 64 buah kodon. Karena jumlah asam amino
hanya 20 buah, maka tidak setiap kodon disediakan bagi satu macam asam
amino. Umumnya beberapa jenis kodon disediakan untuk satu macam amino.
Jenis RNA yang terakhir adalah tRNA, tRNA adalah asam nukleat yang
molekulnya terdiri atas 75-90 nukleotida. Pada proses biosintesa protein, tiap
molekul tRNA membawa satu molekul asam amino masuk ke dalam
ribosom. Pembentukan ikatan asam amino dengan tRNA berlangsung dengan
bantuan enzim amino asil tRNA sintetase dan ATP.
Seperti telah dijelaskan, asam nukleat ini berhubungan dengan DNA dan
RNA yang mempunyai aspek sangat penting dalam kehidupan ini, terutama
dalam aspek genetik. Molekul DNA berperan sebagai pembawa informasi
genetik atau sifat-sifat keturunan pada seseorang.
Dalam perkembangan hidup manusia, beberapa sifat yang menonjol pada
orang tua dapat diturunkan kepada anaknya, misalnya rambut keriting, mata
sipit, dan lain-lain, yang disebut faktor keturunan. Di sinilah molekul DNA
sangat berperan dalam biosintesis tersebut.
KIMD4110/MODUL 9 9.41
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
A.
B.
C.
9.44 Kimia Dasar I
D.
Daftar Pustaka