Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum KI 3141

Dinamika Kimia
Percobaan M1
KINETIKA HALOGENASI ASETON DENGAN
KATALISATOR ASAM

Nama : Jessica Sherry


NIM : 10517068
Kelompok :6
Tanggal Percobaan : 17 September 2019
Tanggal Pengumpulan: 26 September 2019
Asisten : M. Listyawati

LABORATORIUM KIMIA FISIK


PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
KINETIKA HALOGENASI ASETON DENGAN KATALISATOR ASAM

I. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan hukum laju reaksi iodinasi aseton dalam suasana asam dengan metode
penentuan laju awal.

II. TEORI DASAR


Laju reaksi didefinisikan sebagai laju konsumsi reaktan atau laju bertambahnya hasil
reaksi dari waktu ke waktu. Laju suatu reaksi dapat ditentukan melalui hukum laju reaksi,
persamaan yang menunjukkan laju reaksi sebagai fungsi dari konsentrasi reaktan. Hukum laju
reaksi tidak dapat diprediksi secara stoikiometri reaksi, namun harus ditentukan secara
eksperimen. Salah satu cara adalah metode laju awal. Penentuan hukum laju melalui metode
laju awal melibatkan pengukuran laju reaksi pada suatu reaksi dengan konsentrasi reaktan yang
divariasikan pada selang waktu yang ditentukan.
Pada percobaan ini pengukuran laju awal reaksi dilakukan dengan mengukur
absorbansi larutan pada panjang gelombang I2. Larutan iodin memiliki warna yang khas yaitu
warna kuning kecokelatan. Ketika iodin bereaksi dengan aseton, aseton yang teriodinasi dalam
larutan berupa bening tidak berwarna, sehingga warna dari iodin akan berkurang seiring
berlangsungnya reaksi. Maka dari itu, dengan diukur absorbansi iodin pada selang waktu
selama reaksi, akan diperoleh laju reaksi ketika salah satu reagen divariasikan konsentrasinya.

III. ALAT DAN BAHAN


Pada percobaan ini alat yang digunakan berupa Spectronic 20, gelas kimia 50 mL, gelas
kimia 100 mL, pipet volume 25 mL, pipet tetes, kuvet, buret 25 mL, klem, dan statif.
Kemudian bahan yang digunakan pada percobaan ini meliputi larutan aseton, larutan
HCl, larutan I2, dan larutan KI.

IV. CARA KERJA


Pertama disiapkan larutan blanko yang berisi larutan KI dan dua tetes I2. Larutan
tersebut dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 475
nm.
Untuk menentukan hukum laju reaksi iodinasi aseton, dibuat 12 macam larutan dengan
komposisi aseton, HCl, dan KI yang berbeda-beda. Setelah itu ditambahkan satu per satu
larutan I2 dengan jumlah yang berbeda-beda juga. Ketika larutan I2 sudah diteteskan, langsung
diukur waktu dan diukur absorbansinya pada selang waktu yang ditentukan.

V. DATA PENGAMATAN
5.1. Data Absorbansi
[I2] = 0.01 M
[KI] = 0.01 M
[Aseton] = 3M
[HCl] = 1M
Tabel 5.1 Variasi konsentrasi dan absorbansi
konsentrasi Absorbansi saat t (s)
Run
HCl KI aseton I2 0’ 30’ 60’ 90’ 120’ 150’ 180’
1 10 11 10 6 0,670 1,060 0,860 0,667 0,471 0,265 0,098
2 10 10 10 7 0,867 1,625 1,472 1,302 1,152 0,977 0,809
3 10 9 10 8 0,699 1,404 1,223 1,027 0,821 0,617 0,417
4 10 8 10 9 0,729 1,619 1,441 1,262 1,075 0,889 0,701
5 6 11 10 10 0,705 1,781 1,683 1,579 1,475 1,366 1,260
6 7 10 10 10 0,605 1,903 1,786 1,662 1,531 1,415 1,283
7 8 9 10 10 0,751 1,884 1,747 1,606 1,454 1,279 1,149
8 9 8 10 10 0,839 1,873 1,690 1,552 1,386 1,212 1,031
9 10 11 6 10 0,575 1,955 1,858 1,754 1,644 1,537 1,420
10 10 10 7 10 0,708 1,903 1,783 1,653 1,523 1,385 1,249
11 10 9 8 10 0,682 1,932 1,794 1,645 1,496 1,335 1,180
12 10 8 9 10 0,534 1,860 1,531 1,355 1,355 1,169 0,990
VI. PENGOLAHAN DATA
6.1. Penentuan Laju Reaksi
Dari masing-masing run, diambil data waktu dan absorbansi yang linear, lalu diplotkan
absorbansi terhadap waktu sehingga diperoleh kurva-kurva seperti berikut:
Run 1
Tabel 6.1 Data yang digunakan untuk grafik absorbansi terhadap waktu untuk run 1
Absorbansi saat t (s)
run
0 30 60 90 120 150 180
1 0,670 1,060 0,860 0,667 0,471 0,265 0,098

kurva run 1
1.2
1
0.8 y = -0,0065x + 1,2493
asborbansi

0.6 R² = 0,9994
0.4
0.2
0
0 50 100 150 200

waktu (s)

Gambar 1. Kurva linier absorbansi terhadap waktu untuk run 1


Run 2
Tabel 6.2 Data yang digunakan untuk grafik absorbansi terhadap waktu untuk run 2
Absorbansi saat t (s)
run
0 30 60 90 120 150 180
2 0,867 1,625 1,472 1,302 1,152 0,977 0,809

kurva run 2
1.8
1.6
1.4
absorbansi

1.2
1
0.8
y = -0,0054x + 1,7943
0.6
R² = 0,9996
0.4
0.2
0
0 50 100 150 200
waktu (s)

Gambar 2. Kurva linier absorbansi terhadap waktu untuk run 2


Run 3
Tabel 6.3 Data yang digunakan untuk grafik absorbansi terhadap waktu untuk run 3
Absorbansi saat t (s)
run
0 30 60 90 120 150 180
3 0,699 1,404 1,223 1,027 0,821 0,617 0,417

kurva run 3
1.6
1.4
1.2 y = -0,0066x + 1,6141
absorbansi

R² = 0,9996
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 50 100 150 200
waktu (s)

Gambar 3. Kurva linier absorbansi terhadap waktu untuk run 3

Run 4
Tabel 6.4 Data yang digunakan untuk grafik absorbansi terhadap waktu untuk run 4
Absorbansi saat t (s)
run
0 30 60 90 120 150 180
4 0,729 1,619 1,441 1,262 1,075 0,889 0,701

kurva run 4
1.8
1.6
1.4 y = -0,0061x + 1,8078
1.2 R² = 0,9999
absorbansi

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 50 100 150 200
waktu (s)

Gambar 4. Kurva linier absorbansi terhadap waktu untuk run 4


Run 5
Tabel 6.5 Data yang digunakan untuk grafik absorbansi terhadap waktu untuk run 5
Absorbansi saat t (s)
run
0 30 60 90 120 150 180
5 0,705 1,781 1,683 1,579 1,475 1,366 1,260

kurva run 5
2
1.8
1.6
absorbansi

1.4
1.2 y = -0,0035x + 1,89
1 R² = 0,9997
0.8
0.6
0.4
0 50 100 150 200
waktu (s)

Gambar 5. Kurva linier absorbansi terhadap waktu untuk run 5

Run 6
Tabel 6.6 Data yang digunakan untuk grafik absorbansi terhadap waktu untuk run 6
Absorbansi saat t (s)
run
0 30 60 90 120 150 180
6 0,605 1,903 1,786 1,662 1,531 1,415 1,283

kurva run 6
2.2
2
1.8
1.6
absorbansi

1.4
1.2 y = -0,0041x + 2,0311
1 R² = 0,9997
0.8
0.6
0.4
0 50 100 150 200
waktu (s)

Gambar 6. Kurva linier absorbansi terhadap waktu untuk run 6


Run 7
Tabel 6.7 Data yang digunakan untuk grafik absorbansi terhadap waktu untuk run 7
Absorbansi saat t (s)
run
0 30 60 90 120 150 180
7 0,751 1,884 1,747 1,606 1,454 1,279 1,149

kurva run 7
2.2
2
1.8
1.6
absorbansi

1.4
1.2
1 y = -0,005x + 2,0429
R² = 0,9985
0.8
0.6
0.4
0 50 100 150 200
waktu (s)

Gambar 7. Kurva linier absorbansi terhadap waktu untuk run 7


Run 8
Tabel 6.8 Data yang digunakan untuk grafik absorbansi terhadap waktu untuk run 8
Absorbansi saat t (s)
run
0 30 60 90 120 150 180
8 0,839 1,873 1,690 1,552 1,386 1,212 1,031

kurva run 8
2
1.8
1.6
1.4
absorbansi

1.2
y = -0,0055x + 2,0383
1
R² = 0,9986
0.8
0.6
0.4
0 50 100 150 200
waktu (s)

Gambar 8. Kurva linier absorbansi terhadap waktu untuk run 8


Run 9
Tabel 6.9 Data yang digunakan untuk grafik absorbansi terhadap waktu untuk run 9
Absorbansi saat t (s)
run
0 30 60 90 120 150 180
9 0,575 1,955 1,858 1,754 1,644 1,537 1,420

kurva run 9
2.2
2
1.8
1.6
absorbansi

1.4
y = -0.0036x + 2.0695
1.2
R² = 0.9992
1
0.8
0.6
0.4
0 50 100 150 200
waktu (s)

Gambar 9. Kurva linier absorbansi terhadap waktu untuk run 9


Run 10
Tabel 6.10 Data yang digunakan untuk grafik absorbansi terhadap waktu untuk run 10
Absorbansi saat t (s)
run
0 30 60 90 120 150 180
10 0,708 1,903 1,783 1,653 1,523 1,385 1,249

kurva run 10
2.2
2
1.8 y = -0,0044x + 2,0421
1.6 R² = 0,9995
absorbansi

1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0 50 100 150 200
waktu (s)

Gambar 10. Kurva linier absorbansi terhadap waktu untuk run 10


Run 11
Tabel 6.11 Data yang digunakan untuk grafik absorbansi terhadap waktu untuk run 11
Absorbansi saat t (s)
run
0 30 60 90 120 150 180
11 0,682 1,932 1,794 1,645 1,496 1,335 1,180

kurva run 11
2.2
2
1.8
1.6
absorbansi

1.4
1.2
y = -0,005x + 2,0923
1 R² = 0,9994
0.8
0.6
0.4
0 50 100 150 200
waktu (s)

Gambar 11. Kurva linier absorbansi terhadap waktu untuk run 11


Run 12
Tabel 6.12 Data yang digunakan untuk grafik absorbansi terhadap waktu untuk run 12
Absorbansi saat t (s)
run
0 30 60 90 120 150 180
12 0,534 1,860 1,531 1,355 1,355 1,169 0,990

kurva run 12
2
1.8
1.6
1.4
absorbansi

1.2
1
y = -0.0052x + 1.9203
0.8 R² = 0.936
0.6
0.4
0 50 100 150 200
waktu (s)

Gambar 12. Kurva linier absorbansi terhadap waktu untuk run 12


Laju Reaksi
Dari kedua belas grafik di atas, diperoleh persamaan garis berupa y = mx + c, di mana
gradien persamaan garis tersebut adalah negatif laju reaksi masing-masing run:
Tabel 6.13 Persamaan-persamaan garis dari kurva masing-masing run
Run 1 y= -0,0065 x+ 1,2493
Run 2 y= -0,0054 x+ 1,7943
Run 3 y= -0,0066 x+ 1,6141
Run 4 y= -0,0061 x+ 1,8078
Run 5 y= -0,0035 x+ 1,89
Run 6 y= -0,0041 x+ 2,0311
Run 7 y= -0,005 x+ 2,0429
Run 8 y= -0,0055 x+ 2,0383
Run 9 y= -0,0036 x+ 2,0695
Run 10 y= -0,0044 x+ 2,0421
Run 11 y= -0,005 x+ 2,0923
Run 12 y= -0,0052 x+ 1,9203

Tabel 6.14 Data laju reaksi, r, dari masing-masing run


Run
r (M/s)
ke-
1 0,0065
2 0,0054
3 0,0066
4 0,0061
5 0,0035
6 0,0041
7 0,005
8 0,0055
9 0,0036
10 0,0044
11 0,005
12 0,0052
6.2. Penentuan Orde Reaksi
Penentuan Orde Reagen
Reaksi iodinasi aseton mengikuti hukum laju seperti berikut:
r = k [Aseton]x [HCl]y [I2]z
Nilai x, y, dan z diperoleh dari kurva ln r terhadap ln [zat] pada run-run di mana
konsentrasi zat divariasikan, maka run 1-4 dapat digunakan untuk menentukan orde
reaksi I2, run 5-8 untuk orde reaksi HCl, dan run 9-12 untuk orde reaksi aseton.
6.2.1 Penentuan Orde reaksi I2
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐼2
[I2’] = [I2] x
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
6 𝑚𝐿
= 0,01 x
37 𝑚𝐿

= 0,0016

Tabel 6.2.1. Tabel Pengolahan Data Orde I2


Run [I2’] r (M/s) ln[I2’] Ln r

1 0,0016 0,0065 -6,4243 -5,0360

2 0,0019 0,0054 -6,2702 -5,2214

3 0,0022 0,0066 -6,1366 -5,0207

4 0,0024 0,0061 -6,0189 -5,0995

Maka diperoleh grafik berikut:

Orde I2
-5.0000
-6.5000 -6.4000 -6.3000 -6.2000 -6.1000 -6.0000
-5.0500

-5.1000
ln r

y = -0.0045x - 5.1224
R² = 8E-05 -5.1500

-5.2000

-5.2500
ln[I2’]

Gambar 13. Grafik ln r terhadap ln [I2]’


Dari grafik di atas diperoleh persamaan garis y = -0,0045x - 5,1224. Gradien persamaan
garis memiliki nilai lebih kecil dari 0,05, maka orde reaksi terhadap I2 bernilai 0.

6.2.2. Penentuan Orde reaksi HCl


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐻𝐶𝑙
[HCl’] = [HCl] x
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
6 𝑚𝐿
=1x
37 𝑚𝐿

= 0,1622
Tabel 6.2.2. Tabel Pengolahan Data Orde HCl
Run [HCl’] r (M/s) ln[HCl’] Ln r

5 0,1622 0,0065 -6,4243 -5,0360

6 0,1892 0,0054 -6,2702 -5,2214

7 0,2162 0,0066 -6,1366 -5,0207

8 0,2432 0,0061 -6,0189 -5,0995

Maka diperoleh grafik berikut:

Orde HCl
-5.1000
-2.3000 -1.8000 -1.3000 -0.8000 -0.3000
-5.2000

-5.3000
ln r

-5.4000

y = 1.1543x - 3.5579 -5.5000


R² = 0.9901
-5.6000

-5.7000
ln[HCl’]

Gambar 14. Grafik ln r terhadap ln [HCL]’


Dari grafik di atas diperoleh persamaan garis y = 1,1543x - 3,5579. Gradien persamaan
garis memiliki nilai lebih besar dari 0,05, maka orde reaksi terhadap HCl bernilai 1

6.2.3 Penentuan Orde reaksi Aseton


𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑠𝑒𝑡𝑜𝑛
[aseton’] = [aseton] x
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
6 𝑚𝐿
=3x
37 𝑚𝐿

= 0,4865

Tabel 6.2.3 Tabel Pengolahan Data Orde aseton


Run [aseton’] r (M/s) ln[aseton’] Ln r

9 0,4865 0,0036 -0,7205 -5,6268

10 0,5526 0,0044 -0,5931 -5,4262


11 0,6154 0,005 -0,4855 -5,2983

12 0,675 0,0052 -0,3930 -5,2591

Maka diperoleh grafik berikut:

Orde aseton
-5.2000
-0.8000 -0.7000 -0.6000 -0.5000 -0.4000 -0.3000
-5.3000

-5.4000
ln r

y = 0.9248x - 4.9321 -5.5000


R² = 0.9499
-5.6000

-5.7000
ln[aseton’]

Gambar 15. Grafik ln r terhadap ln [Aseton]’


Dari grafik di atas diperoleh persamaan garis y = 0,9248x - 4,9321. Gradien persamaan
garis memiliki nilai lebih besar dari 0,05, maka orde reaksi terhadap aseton bernilai 1.
Maka hukum laju reaksi iodinasi aseton mejadi:
r = k [Aseton]1 [HCl]1 [I2]0
6.3 Penentuan Hukum Laju
Penentuan Tetapan Laju
Tetapan laju ditentukan dengan mencari nilai k pada setiap run menggunakan
persamaan:
r
k=
[HCl][Aseton]
Dicontohkan pada run pertama:
0,0065 M/s
k= = 0,0297 M −1 s−1
0,27 M × 0,810 M
Tabel 6.3.1. konsentrasi dan nilai k
Run [I2’] [HCl’] [Aseton’] k
1 0,0016 0,27 0,810 0,0297

2 0,0019 0,27 0,810 0,0247

3 0,0022 0,27 0,810 0,0302

4 0,0024 0,27 0,810 0,0279

5 0,0027 0,1622 0,810 0,0266

6 0,0027 0,1892 0,810 0,0267

7 0,0027 0,2162 0,810 0,0286

8 0,0027 0,2432 0,810 0,0279

9 0,0027 0,27 0,4865 0,0274

10 0,0027 0,27 0,5676 0,0287

11 0,0027 0,27 0,6486 0,0285

12 0,0027 0,27 0,7297 0,0264

K rata-rata 0,0278

Penentuan Persamaan Hukum Laju


Dari bagian Penentuan Orde Reagen dan Penentuan Tetapan Laju, diperoleh persamaan
hukum laju reaksi iodinasi aseton berupa:
r = 0,0278 [Aseton] [HCl]
VIII. KESIMPULAN
Setelah percobaan diperoleh kesimpulan bahwa reaksi iodinasi aseton dengan
katalisator asam merupakan reaksi orde dua dengan orde reaksi terhadap aseton = 1, terhadap
HCl = 1, dan terhadap I2 = 0. Reaksi ini juga memiliki tetapan laju sebesar 0,0278 M-1s-1. Maka
reaksi iodinasi aseton dengan katalisator asam memiliki persamaan hukum laju reaksi:
r = 0,0278 [Aseton] [HCl].

IX. DAFTAR PUSTAKA


Atkins, P. dan Paula, J. D. 2006. Physical Chemistry. Edisi ke-8. Oxford University Press. Hal.
791-797.
Meyer, E. N. dan Lask, F. F. 2010. Rate and Activation Energy of the Iodination of Acetone.
http://web.mnstate.edu/marasing/chem210l_2013_summer/iodination%20lab%20report
1.pdf (diakses pada tanggal 16 Oktober 2018).

X. LAMPIRAN
1. Data Pengamatan Percobaan

Anda mungkin juga menyukai