Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Umum

1. Pengertian Filsafat

Kata ‘Filsafat’ berasal dari Bahasa Yunani philosophia. Kata


philosophia terdiri atas dua kata, Yakni philo yang bermakna ‘cinta; dan
Sophia yang bermakna ‘kebijaksanaan’ atau ‘kebenaran’ jadi philosophia
bermakna ‘cinta kebijaksanaan’ atau ‘cinta kebenaran’.
Keberadaan filsafat sebagai ilmu menyebabkan banyak ahli yang
berfikir dan mendefinisikannya. Pandangan itu Antara lain :
a. Plato, Filsuf besar Yunani mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha mencapai kebenaran. Atau pengetahuan
tentang segal yang ada.
b. Aristoteles, murid Plato mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, social, budaya, dan
estetika.
c. Al – Farabi, Filsuf besar Muslim mengatakan bahwa filsafat adalah
pengetahuan tentang yang ada menurut hakikat yang sebenar –
benarnya.
d. Immanuel Kant, filsuf Barat mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pokok
dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup 4 hal yaitu :
1) Apa yang dapat kita diketahui, dijawab oleh metafisika.
2) Apa yang kita kerjakan, dijawab oleh Etika.
3) Apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi
4) Sampai dimana harapan kita, dijawab oleh agama.
e. Hasbullah Bakry, mengatakan filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta,
dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana hakikatnya, sejauh hakikat itu dapat dicapai oleh manusia.
Dari kelima defenisi di atas, jelaslah bahwa pengertian filsafat mengandung
unsur – unsur yaitu : ( filsafat adalah sebuah ilmu), (ilmu itu mempelajari
hakikat ketuhanan, alam semesta, dan manusia sebagai objeknya), ( filsafat
mengkaji hakikat objeknya dengan kebenaran sesungguhnya ), dan ( hakikat
objek didekati sejauh dapat dicapai manusia ). Dengan demikian, maka
filsafat adalah pengetahuan tentang metafisika, logika, estetika, retorika,
politik, ekonomi, social, budaya, antropologi, dan agama.

2. Pengertian Ilmu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Ilmu diartikan


sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis
menurut metode ilmiah tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan
kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan. Sedangkan dalam Wikipedia
Indonesia, Pengertian Ilmu/ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar
untuk menemukan, menyelidiki dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai bentuk kenyataan dalam alam manusia.
Beberapa ahli telah menuliskan Pengertian Ilmu, yaitu sebagai berikut :
a. Mohammad Hatta, mendifinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang
sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar,
maupun menurut hubungannya dari dalam .
b. Ralp Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang
empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.
c. Karl Pearson, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang
komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah
sederhana.
d. Ashely Montagu, Guru Besar Antropolo di Rutgers University
menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu
system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk
menetukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
e. Harsojo, Guru Besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan
bahwa ilmu adalah: Merupakan akumulasi pengetahuan yang
disistematisasikan . Suatu pendekatan atau mmetode pendekatan
terhadap seluruh dunia empiris yaitu dunia yang terikat oleh factor ruang
dan waktu yang pada prinsipnya dapat diamati panca indera manusia.
Suatu cara menganlisis yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk
menyatakan suatu proposisi dalam bentuk: “jika” .”maka”.
f. Afanasyef, seorang pemikir Marxist bangsa Rusia mendefinisikan ilmu
adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat, dan pikiran. Ia
mencerminkan alam dan konsep-konsep, kategori dan hukum-hukum,
yang ketetapnnya dan kebenarannya diuji dengan pengalaman praktis.
Ilmu dapat dipahami sebagai proses. Ilmu sebagai proses menunjukkan pada
kegiatan akal budi manusia untuk memperoleh pengetahuan dalam bidang
tertentu secara besristem dengan menggunakan perangkat pengertian yang
secara khusus diciptakan untuk mengamati dan mengkaji gejala – gejala yang
relevan pada bidang tertentu. Hasilnya berupa putusan – putusan yang
kebenarannya terbuka untuk dikaji orang lain berdasarkan kriteria yang sama
atau sudah disepakati yang lazimnya dalam lingkungan komunitas keahlian
dalam bidang yang bersangkutan.
3. Pengertian Agama
Pengertian agama yang paling umum dipahami adalah bahwa kata
agama berasal dari Bahasa Sanskerta berasal dari kata a dan gama. A berarti
‘tidak’ dan gama berarti ‘kacau‘. Jadi, kata agama diartikan tidak kacau, tidak
semrawut, hidup menjadi lurus dan benar.
Pengertian agama menunjuk kepada jalan atau cara yang ditempuh
untuk mencari keridhaan Tuhan. Dalam agama itu ada sesuatu yang dianggap
berkuasa, yaitu Tuhan, zat yang memiliki segala yang ada, yang berkuasa,
yang mengatur seluruh alam semesta beserta isinya.
Dalam penjelasan selanjutnya, agama dibedakan dengan agama
wahyu dan agama bukan wahyu. Agama wahyu biasanya berpijak pada
keesaan Tuhan, ada nabi yang bertugas menyampaikan ajaran kepada
manusia da nada kitab suci yang dijadikan rujukan dan tuntunan tentang baik
dan buruk. Sedangkan pada agama dan bukan wahyu tidak membicarakan
tentang keesaan Tuhan, dan tidak ada nabi.
4. Pengertian Etika

Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat
dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos”
dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau
cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan),
dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika adalah Ilmu yang
membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat
dipahami oleh pikiran manusia..
Berikut adalah pengertian etika menurut para agli yakni : ·
1) Menurut Drs. O.P.SIMORANGKIR: Etika atau etik sebagai pandangan
manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2) Menurut Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat: Etika adalah teori
tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan
buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
3) Menurut Drs. H. Burhanudin Salam: Etika adalah cabang filsafat yang
berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku
manusia dalam hidupnya.
4) Menurut Maryani & Ludigdo : etika adalah seperangkat aturan atau norma
atau pedoman yang mengatur perilaku manusia,baik yang harus dilakukan
maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau
segolongan masyarakat atau prifesi.
5) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: etika adalah nilai mengenai
benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
6) Menurut Aristoteles: di dalam bukunya yang berjudul Etika Nikomacheia,
Pengertian etika dibagi menjadi dua yaitu, Terminius Technicus yang
artinya etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah
perbuatan atau tindakan manusia. dan yang kedua yaitu, Manner dan
Custom yang artinya membahas etika yang berkaitan dengan tata cara
dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in
human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu
tingkah laku atau perbuatan manusia.
7) Menurut Kamus Webster: etika adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang apa yang baik dan buruk secara moral.
8) Menurut Ahli filosofi: Etika adalah sebagai suatu studi formal tentang
moral.
9) Menurut Ahli Sosiologi: Etika adalah dipandang sebagai adat
istiadat,kebiasaan dan budaya dalam berperilaku.
5. Pengertian Sejarah
a. Pengertian sejarah menurut bahasa terbagi dua yaitu pengertian sejarah
dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, pengertian
sejarah adalah kejadian atau peristiwa. Sedangkan pengertian sejarah
dalam arti luas adalah suatu peristiwa manusia yang memiliki akar dalam
realisasi diri dengan kebebasan dan keputusan daya rohani. Dalam
bahasa Indonesia, sejarah memiliki 3 arti yaitu sejarah adalah silsilah atau
asal usul, sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi
di masa lampau dan sejarah adalah ilmu pengetahuan dan cerita.
b. Pengertian Sejarah Menurut Istilah
 Dalam bahasa Inggris, kata Sejarah berasal dari kata Historia yang
berarti masa lampau; masa lampau umat Manusia.
 Dalam bahasa Arab sejarah disebut dengan sajaratun (syajaroh) yang
berarti pohon dan keturunan, maksudnya disaat kita membaca silsilah
raja-raja akan tampak pohon dari yang terkecil sampai berkembang
menjadi besar, maka hal tersebut sejarah diartikan sebagai silsilah
keturunan raja-raja yang berarti peristiwa pemerintahan keluarga raja
di masa lampau.
 Dalam bahasa Yunani, kata sejarah disebut dengan istoria yang
berarti belajar. Sehingga arti sejarah adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari segala peristiwa, kejadian yang terjadi di masa lampau
dalam kehidupan umat manusia.
 Dalam bahasa Jerman, kata sejarha disebut dengan geschichte yang
berarti sesuatu yang telah terjadi, sesuatu yang telah terjadi di masa
lampau kehidupan umat Manusia.
c. Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli
 Ibnu Khaldun: Menurut Ibnu Khaldun yang mendefinisikan sejarah
sebagai catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban
dunia, tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak
masyarakat itu.
 R.Mohammad Ali: Pengertian sejarah menurut R.Mohammad Ali
adalah keseluruhan perubahan dan kejadian-kejadian yang benar-
benar telah terjadia atau ilmu yang menyelidiki perubahan-perubahan
yang benar-benar terjadi di masa lampau.
 Moh. Yamin, SH: Sejarah menurut Moh. Yamin, SH adalah suatu ilmu
pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa
yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan
 Roeslan Abdulgani: Pengertian sejarah menurut Roeslan Abdulgani
adalah ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis
keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa
lampau beserta kejadian-kejadiannya; dengan masuks untuk menilai
secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untuk dijadikan
perbendaharaan-pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan
masa sekarang serta arah progres di masa depan.
 Patrick Gardiner: Pengertian sejarah menurut Patrick Gardiner adalah
ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia.
 J.V.Bryce: Menurut J.V. Bryce bahwa pengertian sejarah adalah
catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh
manusia.
 Thomas Carlyle: Pengertian sejarah menurut Thomas Carlyle adalah
peristia masa lampau yang mempelajari biografi orang-orang yang
dikenal. Mereka, adalah penyelamat pada zamannya. Mereka
merupakan orang-rang besar yang pernah dicatat sebagai peletak
dasar sejarah.
 W.H.Walsh: Pengertian sejarah menurut W.H.Walsh adalah
pencatatan yang berarti dan penting bagi manusia. Catatan tersebut
meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di
masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita
yang berarti.

B. Pengertian Khusus

1. Filsafat Ilmu

a. Defenisi Filsafat Ilmu


Filsafat dan ilmu yang dikenal di dunia Barat berasal dari zaman
Yunani Kuno. Pada zaman itu keduanya termasuk dalam pengertian
epitisme. Kata philosophia merupakan suatu kata padanan dari epitisme.
Istilah lain dari filsafat ilmu adalah theory of science ( teori ilmu ), meta
science ( adi – ilmu), science of science ( ilmu tentang ilmu ).
Filsafat ilmu dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) Filsafat ilmu dalam arti luas, yaitu menampung permasalahan yang
menyangkut berbagai hubungan luar dari kegiatan ilmiah.
2) Filsafat ilmu dalam arti sempit yaitu menampung permasalahan yang
bersangkutan dengan hubungan kedalam yang terdapat dalam ilmu
yaitu pengetahuan ilmiah dan cara – cara mengusahakan
b. Sejarah Filsafat Ilmu
Lahir pada abad ke -18, cabang filsafat yang disebut sebagai filsafat
pengetahuan, logika, filsafat Bahasa, matematika, metodologi, merupakan
komponen – komponen pendukungnya. Melalui cabang filsafat ini
diterangkan sumber dan sarana serta tata cara untuk menggunakan
pengetahuan ilmiah. Diselediki pula syarat – syarat yang harus dipenuhi
bagi apa yang disebut kebenaran ilmiah batas validitasnya.
c. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sampai tahun sembi;an puluhan telah berkembang pesat
sehingga menjadi bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat
mendalam. Ruang lingkup sebagaimana yang dibahas para filsuf dapat
dikemukakan secara ringkas oleh para ahli yaitu :
1. Menurut Peter Angeles (1981), ilmu mempunyai empat bidang
konsentasi yang utama yaitu :
a) telah mengenai berbagai kinsep, praanggapan dan metode,ilmu
berikut analisis, perluasan , dan penyusunannya dalam
memperoleh yang lebih baik dan cermat.
b) Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran.
c) Telaah mengenai saling kaitan diantara berbagai ilmu
d) Telaah mengenai akibat pengetahuan ilmiah bagi hal –hal yang
berkaitan dengan penerapan dan pemahaman manusia
2. Menurut Benjamin (1963), membagi pokok soal filsafat ilmu dalam 4
bidang yaitu :
a) Logika ilmu yang berlawanan dengan epistemologi.
b) Filsafat ilmu kealaman yang berlawanan dengan filsafat ilmu
kemanusiaan.
c) Filsafat ilmu yang berlawanan dengan telaah masalah filsafati dari
sesuatu ilmu khusus
d) Filsafat ilmu yang berlawanan dengan sejarah ilmu
3. Menurut Scheffler (1960), Lingkup ilmu dibagi menjadi 3 bidang yaitu :
a) Peranan ilmu dalam masyarakat
b) Dunia sebagaimana digambarkan dalam oleh ilmu.
c) Landasan – landasan ilmu.

2. Filsafat Agama
Agama merupakan pernyataan pengharapan manusia dalam dunia
yang besar atau jagat raya, karena ada jalan hidup yang benar yang perlu
ditemukan. Agama menjadi suatu lembaga yang bersemangat untuk
memperoleh kehidupan yang baik dan merenungkannya sebagai suatu
tuntutan kosmis,. Menusia menjadi penganutnya yang setia terhadap agama
karena manurut keyakinannya agama telah memberikan sesuatu yang
sangat berharga bagi hidupnya yang tidak mungkin dapat diuji dengan
pengalaman maupun oleh akal sepert halnya menguji kebenaran sains dan
filsafat karena agama lebih banyak menyangkut perasaan dan keyakinan.
Agama merupakan sesuatu yang ada, karena keberadaannya itulah
makanya agama dikatakan pengkajian filsafat.
Landasan agama atau tauhid merupakan landasan utama yang perlu
diperhatikan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk keselamatan
di dnia dan menjadi bekal di akhirat nanti. Misalnya dalam melaksanakan
proses pendidikan dan pembelajaran bagi anak didik, dimana landasan
tauhid dan spritual keagamaan ini menyangkut dengan hakikat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu pendidikan dan
pembelajaran yang harus dilakukan harus mengacu pada pembentukan
kepribadian anak didik yang sesuai dengan nilai-nilai aqidah dan spritual
keagaman yaitu menurut ajaran agama islam. Pandangan filsafat menurut
agama islam tertuang semuanya pada Al-qur’an yang dijadikan seabgai
pegangan dan pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman. Karena dia
yakin bahwa semuanya. Baik hidup, mati, kapan, dan dimanapun ia berada
adalah kekuasaan dan kehendak yang maha kuasa yaitu Allah SWT.
Filsafat merupakan pertolongan yang sangat penting pula
pengaruhnya terhadap seluruh sikap dan pandangan orang, karena filsafat
justru hendak memberikan dasar-dasar yang terdalam mengenai hakikat
manusia dan dunia. Ada beberapa hal yang penting dalam agama yaitu :
menyakini adanya Tuhan yang menciptakan semua yang ada dilangit dan
dibumi dan mengatur semua kehidupan manusia, adanya kebajikan, sifat
buruk dan baik dan lain sebagainya,juga diselidi oleh filsafat karena itu
meurpakan atau mungkin ada secara umum kebenaran dalam agama
didasarkan pada wahtu atau firman-firman Allah, sedangkan kebenaran
dalam filsafat didasarkan pada pikiran belaka, agama telah mengaskan
bahwa agama itu untuk orang-orang yang berakal dan berilmu pengetahuan.
Maksudnya adalah dalam agama terutama agama islam adanya aturan-
aturan yang ditetapkan Allah, dimana aturan Allah adalah wajib, sunat,
haram, makhru dan mubah. Jadi agama dan pendidikan merupakan dual
yang saling berhubungan dan saling berkaitan, maksudnya adalah didalam
agama ada aturan-aturan yang harus dipatuhi sedangkan dalam pendidikan
juga ada aturan yang harus dipatuhi dan semua atuaran baik agama maupun
pendiidkan dijalankan dan diterapkan oleh manusia.
Dimana dapat dikatakan hubungan filsafat dengan agama diantaranya
: setiap orang diharapkan merenung dalam hikmah untuk menjadi proses
pendidikan dan usaha-usaha pendidkan suatu bangsa guna mempersiapkan
generasi muda dan warga negara agar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Dan menjadi warga negara sadar dan insaf tentang hidup
serta mempunyai tauladan yang dapat dijadikan perinsip dan keyakinan.
Setelah diketahui pengertian filsafat dan agama, maka definisi filsafat agama
diperoleh dari gabungan keduanya, yaitu sebagai suatu usaaha membahas
tentang unsur-unsur pokok agama secara mendalam, rasional, menyeluruh,
sistematis, logis dan bebas.

3. Filsafat Etika
Etika disebut juga sebagai filsafat kesusilaan dan moral (Driyarkara).
Terdapa dua perbedaan Antara etika dan kesusilaan. Pertama, moralitas
bersangkutan dengan apa yang seyogianya dilakukan dan apa yang
seyogianya tidak dilakukan karena berkaitan dengan prinsip moralitas yang
ditegakkan. Etika adalah wacana yang memperbincangkan landasan –
landasan moralitas. Kedua, etika berkaitan dengan landasan falsafiah norma
dan nilai dalam kehidupan kemasyarakatan atau budaya, sedangkan filosofi
Yunani mendalaminya ke dalam kebahagiaan (eudaimonia). Teori para
filosofi mengenai kebaikan secara erat menyatu dengan pandangan –
pandangan mereka mengenai masalah – masalah lain. Misalnya, beberapa
dari mereka memberikan penekanan pada makna pengalaman dalam
pengertian kita mengenai dunia, terganggu oleh pandangan bahwa kebikan
berisi seluruhnya di dalam suau jensi pengalaman khusus, ialah kenikmatan.
Pandangan lain menganggap, di samping kesenangan, terdapat hal lain
bahwa kebaikan hidup berisikan hakikat manusia yang kompleks.
Filsafat moral atau etika sedikitnya membicarakan advokasi cara –
cara khusus hidup dan bertindak. Beberapa tradisi lama saat ini telah
menghilang, sebagian lagi menurun. Tetapi masih banyak jarak atau
perbedaan cara pandang mengenai bagaimana seharusnya orang hidup.
Salah satu tradisi pusat modern adalah konsekuensialisme. Dalam
pandangan ini, sebagaimana dipahami, kita dituntut oleh moralitas untuk
membawa kebaikan menyeluruh yang terbaik. Pandangan setiap
konsekuensialisme bergantung kepada pandangannya tentang kebaikan.
Teori yang paling berpengaruh adalah bahwa kebaikan merupakan
kesejahteraan atau kebahaguaan manusia individual.

4. Filsafat Sejarah
Filsafat sejarah merupakan bidang ilmu yang berkembang pesat. Ia
mengkaji pengetahuan tentang masa lalu, ontology peristiwa masa lalu,
hubungan Bahasa pada masa lalu, dan sifat representasi dari masa lalu.
Sejak neo-Kantianisme, filsafat sejarah telah menjadi pusat semua filsafat,
terlepas diakui atau tidak oleh sebagian filsuf.
Dalam buku, An Introduction to the Philosophy of History (1998), karya
Michael Standford dijelaskan hubungan segi tiga Antara sejarah filsafat, dan
ilmu – ilmu social.
History

Philosphy Social Sciences


Sejarah dalam kerangka filosofis adalah sejarah dalam pengertian sebagai
filsafat sejarah dikenl dengan filsafat spekulatif sejarah karena mengkaji isi
dan kegunaan sejarah bagi filsafat. Oleh karena itu, filsafat sejarah adalah
ilmu yang mempelajari perkembangan dan penyebaran hukum – hukum atau
dasar kebangkitan dan sebab runtuhnya suatu bangsa untuk pergerakan
masyarakat dan bangsa itu sendiri. Dengan kata lain filsafat sejarah adalah
ibarah atau istilah tentang suatu pandangan terhadap kenyataan sejarah
yang dilihat dari segi filsafat.

sejarah dalam kerangka filosofis adalah sejarah dalam pengertian


sebagai filsafat sejarah. Filsafat sejarah mengandung dua spesialisasi.
Pertama, sejarah yang berusaha untuk memastikan tujuan umum yang
mengurus dan menguasai semua kejadian dan seluruh jalan sejarah. Usaha
ini sudah dijalankan berabad – abad lamanya. Kedua, sejarah yang
bertujuan menguji serta dan menghargai metode ilmu sejarah dan kepastian
dari kesimpulan – esimpulannya.

Filasfat sejarah berkaitan dengan metode konsep dan teori yang


digunakan dalam sejarah, dan pada sisi lain, sejarah adalah studi tentang
penulisan sejarah. Ketika menganalisis, kita dapat mengatakan sesuatu
tentang sejarah dan hal – hal yang tidak atau bisa disebut sejarah.
Pembedaan umumnya dibuat Antara dua cabang filsafat sejarah yaitu
spekulatif dan kritis. Filsafat kritis menyelidiki hal – hal yang telah disebutkan,
sementara filsafat spekulatif mencoba untuk menemukan pola si belakang
peristiwa sejarah yang tersembunyi dari pandangan sampai sejarawan
menemukan dibalik itu semua.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Hubungan Filsafat Dengan Ilmu Lain

1. Filsafat Dan Ilmu


Filsafat berbicara tentang ilmu. Bahasa yang dipakai dalam filsafat
berusaha untuk berbicara mengenai ilmu dan bukannya di dalamnya ilmu.
Untuk mencari jalinan antara filsafat dengan ilmu, maka kita akan melihat
terlebih dahulu pengertian ilmu dan filsafat itu. Ilmu adalah pengetahuan
yang sadar menuntut kebenaran yang bermetodos, bersistem, dan berlaku
universal.
Sementara filsafat adalah hasil pemikiran manusia, hasil spekulasi
manusia betapa pun tidak sempurnanya daya kemampuan pikiran manusia.
Anatar filsafat dan ilmu memiiki persamaan, dalam hal bahwa keduanya
merupakan hasil ciptaan kegiatan pikiran manusia, yaitu berpikir filosofis,
spekulatif, dan empiris ilmiah. Perbedaan Antara keduanya, terurama untuk
filsafat menentukan tujuan hidup dan ilmu menentukan sarana untuk hidup.
Karena, filsafat inilah kemudian disebut sebagai induknya ilmu pengetahuan.
Ilmu dan filsafat kedua-duanya memberikan penjelasan dan arti – arti dari
objeknya masing – masing. Orang lebih menekankan pentingnya deskripsi,
hukum-hukum, fenomena dan hubungan sebab musabab. Filsafat
mementingkan hubungan – hubungan antara fakta-fakta khusus dengan
bagian yang lebih besar. Ilmu menggunakan pengamatan, eksperimen dan
pengalaman Inderawi, sedangkan filsafat berusaha menghubungkan
penmuan – penemuan ilmu dengan maksud menemukan hakikat
kebenarannya.

2. Filsafat dan Agama


Objek forma filsafat adalah mencari sebab yang sedalam dalamnya.
Dalam hal ini berbedalah dengan ilmu. Dalam alat dan kemampuan berpikir,
filsafat mempergunakan pikiran (budi betul dalam mencari sesuatu sebab itu
dikatakan tanpa membatasi diri, tetapi juga ada batasannya juga, ialah budi
itu sendiri, atau boleh juga dikatakan bahwa kodrat manusia yang berbudi).
Rumusan filsafat yang sesuai dengan definisi di atas ada baiknya, karena
sekaligus tercantum objek formanya, juga alat penerangan untuk menyoroti
objek forma itu.
Alat penerangan yang ada dalam agama disebut wahyu. Dengan
budinya manusia itu mencoba memahami hal-hal yang diwahyukan,
berusaha pula untuk mengambil kesimpulan dari kebenaran-kebenaran yang
difirmankan oleh Tuhan itu, bukti-bukti kebenaran lalu juga bukan kodrati
maupun indrawi juga melainkan adi kodrati, artinya dasar-dasarnya, ialah
kalau benar-benar diwahyukan, maka benarlah ini usaha manusia untuk
merenungkan kebenaran dalam ajaran yang disebut teologi. Oleh karena itu,
filsafat menyelidiki segala sesuatunya, pertemuan penyelidikan dengan
teologi banyak juga.
Demi tugas ini filsafat menyelidiki dan mempelajari pendapat tentang
Tuhan, adanya sifat Nya, hubungannya bagi manusia dan dunia. Semuanya
itu dicapai melalui budi yang dimiliki demi kodratnya, maka pengetahuan
filsafat tentang Tuhan dalam hal ini adalah pengetahuan kodrati. Adapun
pengetahuan tentang yang sama mungkin luas dan mendalaminya berlainan
yang diterima dari firman Tuhan yang mengetahui kodrat kami, disebut adi
kodrati. Oleh karena itu filsafat itu menyelidiki segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada, dapat saja agama yang terang ada itu difilsafatkan, artinya
ditinjau dari dasar filsafat.
Hubungan intelek (al-aql) dan spirit (al-ruh) sebagai perpaduan antara
agama dan filsafat dapat di jelaskan sebagai berikut, yaitu dalam perspektif
Islam bahwa intelek dan spirit memiliki hubungan yang sangat erat serta
merupakan hubungan dua muka secara tradisional yang dipahami dan yang
konsen dengan pengetahuan dalam ḥasanah kultur Islam diperhatikan dalam
dunia spirit membentuk paguyuban tunggal disertai tarik menarik yang
sangat kuat dalam satu agama. Kenyataan ini secara pasti, benar pada
faktor-faktor Islam yang telah dianggap sebagai elemen-elemen anti
intelektual dalam dunia Islam. Filsafat Islam merupakan suatu komponen
penting pada tradisi intelektual Islam, dan para Filsuf memiliki spiritual yang
sama dengan pengetahuan (gnostik) diantara para sufi. Lebih dari itu Filsafat
Islam telah memainkan suatu permainan penting dalam perkembangan
kalam, tidak sebagaimana ilmu-ilmu lain seperti matematika, astronomi,
kedokteran yang terinspirasi dari filsafat. Intelek ini seperti seluruh instrumen
wahyu sebagaimana tergambar dalam hati sebagai wahyu makrokosmik
yang memberikan sebuah kader secara objektif. Para filsuf menganggap
bahwa panggilan kebenaran menjadi panggilan tertinggi dalam filsafat, tetapi
itu tidak berarti ketertundukan wahyu pada penalaran, seperti pendapat
sebagian orang. Lebih tepat itu diartikan sebagai jalan untuk mencapai
kebenaran puncak wahyu melalui pengetahuan.
Dengan memerhatikan spesifikasi dan sifat –sifat diatas, terlihat jelas
bahwa peran agama terhadap filsafat ialah meluruskan filsafat yang
spekulatif kepada kebenaran yang mutlak pada agama. Sedangkan peran
filsafat terhadap agama ialah membantu keyakinan manusia terhadap
kebenaran mutlak itu dengan pemikiran kritis dan logis. Hal ini didukung
pernyataan yang menyatakan bahwa filsafat yang sejati haruslah
berdasarkan agama, malahan filsafat yang sejati itu adalah terkandung
dalam agama.

3. Filsafat, Ilmu dan Agama


Dalam ilmu logika atau ilmu mantiq dikatakan bahwa manusia itu
adalah binatang yang bisa berbicara, maksudnya adalah berbicara secara
baik dan benar, menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan situasi
dan kondisinya, serta sesuai pula dengan kaidah berbicara (bahasa).
Perbedaan manusia dengan binatang sebenarnya bukanlah terletak pada
bisa berbicara atau tidak, karena binatang ada juga yang bisa berbicara
dalam batas-batas tertentu (hanya sebatas apa yang diajarkan
kepadanya seperti burung beo, cocok rowo dan lain-lain), burung itu
hanya bisa berbicara, akan tetapi tidak tahu isi atau maksud yang
dibicarakannnya itu.
Jadi perbedaan antara manusia dengan binatang adalah terletak
pada akal pikiran, manusia punya akal pikiran sementara burung tidak,
dan dengan akal pikiran itulah manusia bisa maju dan bisa berkembang,
dengan akal pikiran itu manusia bisa sampai kepada siapa yang
menciptakannya, dengan kata lain dengan akal pikiran itu manusia bisa
sampai kepada Tuhan. Paling tidak ada tiga sarana atau jalan untuk
mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu, yaitu: melalui
filsafat, melalui ilmu pengetahuan dan melalui agama, yaitu melalui wahyu
dari Sang Pencipta Kebenaran yang Mutlak dan Abadi. Ketiga sarana
atau jalan itu masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri di dalam
mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu. Ketiga sarana
tersebut juga mempunyai titik persamaan, titik perbedaan dan titik
singgung (hubungan) antara yang satu dengan yang lainnya.
Filsafat, ilmu pengetahuan dan agama adalah bertujuan setidak
tidaknya berurusan dengan hal-hal yang sama, yaitu kebenaran dan
bertindak atas dasar rumusan mengenai suatu kebenaran tersebut. 2
Seperti filsafat berusaha untuk mencari kebenaran dengan jalan
menggunakan akal, pikiran dan logika, ilmu pengetahuan berusaha
mencari kebenaran dengan menggunakan metode ilmiah melalui
penelitian-penelitian, sementara itu agama berusaha untuk menjelaskan
kebenaran itu melalui wahyu dari Tuhan. Jadi ketiganya sasaran adalah
sama, yaitu kebenaran. Jadi filsafat berupaya mencari kebenaran, ilmu
berusaha membuktikan kebenaran sementara agama adalah berupaya
menjelaskan kebenaran itu, maka tidak mengherankan kalau kaum
muktazili mengatakan tidak semuanya kandungan yang ada di dalam al-
Qur’an itu sifatnya kamunikasi, akan tetapi banyak juga yang sifatnya
konfirmasi, yaitu membenarkan, mempertegaskan dan menguatkan apa
yang pernah dilakukan manusia.
Baik ilmu, filsafat, maupun agama bertujuan dengan hal yang sama
yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya senditi, mencari
kebenaran tentang alam dan termasuk didalamnya manusia. Filsafat
dengan wataknya sendiri pula, menghampiri kebenaran, baik tentang
alam maupun tentang manusia, yang belum atau tidak dapat dijawab oleh
ilmu, karena di luar atau di atas jangkauannya, ataupun tentang Tuhan.
Agama dengan karakteristiknya sendiri pula memberikan jawaban atas
segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik tentang alam
maupun tentang manusia dan tentang Tuhan.

4. Filsafat, Ilmu dan Etika


Etika sebagai kelompok filsafat merupakan sikap kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika sangat
berkaitan dengan pelbagai masalah-masalah nilai (values) karena pokok
kajian etika terletak pada ragam masalah nilai “susila” dan “tidak susila”,
baik” dan “buruk”.
Etika dalam konteks ilmu adalah nilai (value). Dalam perkembangan
ilmu sering digunakan metode trial and error, dan dari sinilah kemudian
sering menimbulkan permasalahan eksistensi ilmu ketika eksperimentasi
ternyata seringkali menimbulkan fatal error sehingga tuntutan etika sangat
dibutuhkan sebagai acuan moral bagi pengembangan ilmu. Dalam konteks
ini, eksistensi etika dapat diwjudkan dalam visi, misi, keputusan, pedoman
perilaku, dan kebijakan moral. Ada empat klaster domain etika yang sangat
dibutuhkan dalam eksperimen dan pengembangan ilmu, yaitu berupa (1)
temuan basic research, (2) rekayasa teknologi, (3) dampak sosial
pengembangan teknologi, serta (4) rekayasa sosial.
Dari empat klaster tersebut akan melahirkan integritas profesionalitas,
tanggung jawab ilmuwan, tanggung jawab terhadap kebenaran, hak asasi
manusia, hak masyarakat, dan sebagainya. Temuan basic research;
beberapa contoh yang berkaitan dengan basic research adalah penemuan
DNA sebagai konstitusi genetik makhluk hidup. Ketika ditemukan tentang
DNA unggul dan DNA cacat, dan pada saat dikembangkan pada wilayah
kehidupan alam seperti DNA pohon jati unggul dipergunakan untuk
memperluas dan meningkatkan reboisasi, maka hal ini tidak menemukan
masalah. Demikian juga penemuan ilmu tentang kloning, ilmu tidak
mengalami kendali etika ketika hanya merambah eksperimen pada hewan,
semisal rekayasa domba masa depan agar dapat memberi protein hewani
pada manusia yang semakin bertambah dengan cepat juga belum
bermasalah. Namun demikian, ilmu tentang pengembangan DNA dan
kloning kelas akan tidak mempunyai nilai etika, jika masuk domain manusia.
Temuan Rekayasa Teknologik; thalidomide, suatu temuan obat tidur
yang telah diadakan uji klinis pada binatang, tetapi tidak untuk manusia.
Posisi ilmu tidak mengalami masalah etik. Dalam per-kembangan
selanjutnya, apabila thalidomide digunakan oleh ibu mengandung memasuki
bulan kedua dan terbukti dapat mengakibatkan bentuk janin bayi menjadi
tidak normal, maka uji klinis pun mesti diperketat.
Dampak Sosial Pengembangan Teknologi; ada dua dampak sosial
yang kemungkinan dihadapi dalam pengembangan teknologi, individual atau
sosial secara keseluruhan. Misalnya DNA sebagai konstitusi genetik makhluk
hidup maka dapat memberi dampak pada martabat manusia, khususnya
nilai-nilai perkawinan yang dapat melahirkan keturunan yang diakui oleh
agama. Demikian juga dengan ilmu kloning, jika hanya dengan maksud
untuk meningkatkan kualitas manusia, justru akan menghancurkan martabat
manusia. Bom atom nuklir yang menjadi ancaman seluruh manusia
merupakan akibat penemuan energi partikel alpha radioaktif yang
dipergunakan secara destruktif yang semestinya untuk keperluan medis dan
alternatif energi listrik. Sebagai contoh ketika terjadi di Nagasaki dan
Hirosima Jepang yang luluh lantak akibat dibom atom oleh Amerika Serikat
pada Akhir Perang Dunia II tahun 1945.
Rekayasa Sosial; salah satu dari rekayasa sosial adalah pemupukan
kepercayaan terhadap pemikiran yang monolitik, seperti sistem monarkhi
demi pelanggengan kekuasaan, sistem kapitalisme dan sosialisme, sistem
kasta yang mentabukan perkawinan antarkasta, dan lain sebagainya. Dari
empat klaster berikut contoh-contoh yang dikemukakan menunjukkan bahwa
etika dalam pendekatan filsafat ilmu belum muncul kalau hanya pada wilayah
epistemologik, namun mem-bicarakan aksiologik keilmuan, mau tidak mau
etika harus terlibat.
Etika akan membawa pada perkembangan ilmu untuk menciptakan
suatu peradaban yang baik, bukan menciptakan malapetaka dan
kehancuran. Misi ilmu tidak sejalan dengan yang dikatakan Bacon bahwa
“knowledge is power”, pengetahuan sebagai kekuatan. Siapa yang ingin
menguasai alam semesta maka harus menguasai ilmu. Akan tetapi, yang
kurang bijaksana adalah jika manusia menguasai alam dan
memperlakukannya tanpa memperhitungkan norma-norma etis dalam
hubungannya dengan alam. Apa yang terjadi? Banyak sekali terjadi
kerusakan lingkungan hidup yang pada gilirannya akan mengancam
kelangsungan hidup manusia juga. Oleh karena hubungan manusia dan
alam tidak bersifat instrinsik kosmologis, tetapi juga etis-epistemologis.

5. Filsafat, Sejarah dan Agama\


Dalam filsafat, jembatan penghubung ke arah kebenaran adalah Teori
Pengetahuan. Teori pengetahuanlah yang membicarakan benarnya
pengetahuan. Teori ini membahas dasar pengetahuan, batas pengetahuan,
serta objek pengetahuan. Dalam membahas dasar pengetahuan,
dipertanyakan apakah yang menjadi penyebab tahunya manusia. Mengenai
batas pengetahuan dipermasalahkan sejauh mana luas tahunya manusia
(subjek). Sedangkan tentang objek pengetahuan difokuskan pada
pertanyaan apakah yang menjadi sasaran tahu itu (objek). Teori
pengetahuan membicarakan hal subjek dan objek untuk mengetahui
besarnya peranan keduanya dalam menuju kebenaran. Sejarah alam pikiran
Eropa sejak awal mulanya menunjukkan pertalian yang sangat erat antara
filsafat dengan ilmu pengetahuan positif. Dikalangan bangsa Yunani timbul
alam pikiran yang berupa filsafat dan ilmu pengetahuan sekaligus, namun
suatu perkembangan yang cepat menyebabkan terjadinya pemilahan antara
filsafat dengan ilmu pengetahuan yang khusus, seperti matematika, fisika
dan ilmu kedokteran. Tetapi penilaian ini tidak menyebabkan pemisahan
Antara filsafat dengan ilmu pengetahuan positif.
Demikian juga dengan abad pertengahan. Jauh lebih penting hubungan
antara filsafat dengan teologi kristiani dibanding dengan hubungan antara
filsafat dengan ilmu-ilmu pengetahuan. Sesungguhnya alam pikiran zaman
pertengahan terutama bersifat teologik. Tetapi di dalam kerangka alam
pikiran teologik ini filsafat senantiasa semakin mendapatkan kemandiriannya
yang nisbi. Ditinjau dari segi sejarah filsafat, filsafat menempatkan diri
sebagai usaha manusia dalam mencari kebenaran. Kebenaran yang dicari
itu bukan pada satu bagian atau pada suatu tingkat dari realitas, tetapi pada
dasar yang paling dalam, atau dalam totalitasnya. Filsafat dalam hal ini
menyatakan diri sebagai usaha mencari kebenaran, tidak dalam sektor
tertentu atau dalam tingkat tertentu tetapi pada dasarnya yang paling dalam,
paling utama, dan dalam totalitasnya tanpa sesuatupun yang tertinggal atau
dilupakan. Sejarah mengenai kebenaran dari Yang Ada jauh bersamaan
dengan sejarah filsafat pengetahuan. Pada permulaan filsafat, orang
senantiasa berbondong-bondong mencari pemahaman tentang masalah
dunia jasmani yang diawali dengan prinsip dasar pembentuk dan yang ada
alam semesta ini. Tetapi kemudian para pemikir meninggalkan masalah ini,
lalu beralih mempermasalahkan pengetahuan yang kemudian menanyakan
mengenai sesuatu dan pemahaman mengenai sesuatu.
Terdapat dua sikap ekstrim yang berkaitan dengan pertanyaan
mengenai kebenaran:
a. Pesimisme. Orang tidak percaya akan kemampuan akal budi manusia
untuk memahami kebenaran. Orang melihatnya dengan nada minor.
Pesimisme dapat mengambil beberapa bentuk, yakni skeptisisme,
fenomenisme, dan agnostisisme.Skeptisisme menegaskan ketidaktahuan
total mengenai kebenaran. Fenomenisme menekankan ketidaktahuan
yang bersifat parsial dan luar. Agnotisisme merupakan perpaduan antara
fenomenisme dan skeptisisme. Seorang agnostik lebih bersifat tidak
mempedulikan soal kebenaran.
b. Optimisme yang berlebihan. Sikap semacam itu menekankan untuk
mengetahui kebenaran secara tuntas, total, langsung, jelas. Pengetahuan
dibayangkan sebagai pengetahuan ilahi. Optimisme semacam ini dapat
ditemukan pada filsuf Plato, okasionalisme, idealisme dan juga dalam
ontologisme. Soal kebenaran selalu berkaitan dengan manusia yang
berpikir dan yang mempunyai pemahaman manusia dan kebenaran
merupakan dua hal yang konatural. Hal ini dapat ditemukan pada awal
filsafat. Parmanides menegaskan bahwa berpikir dan berada merupakan
satu hal saja. Sesuatu yang mustahil memahami manusia berpikir tanpa
berpikir mengenai kebenaran. Orang tidak dapat berpikir tanpa
memikirkan sesuatu. Plato menegaskan bahwa kebenaran persis sama
dengan realitas. Aristoteles memperluas ungkapan yang penuh makna
dengan memperluas cakrawala kebenaran pada realitas kosmik.

Anda mungkin juga menyukai