UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI S1 TEKNIK GEOLOGI
GEOKIMIA
TERMODINAMIKA DAN KAITANNYA DENGAN GEOLOGI
TUGAS 1
PALU
2019
Hubungan Proses-proses Geologi terhadap Hukum Termodinamika (I,II,II)
Hubungan termodinamika terhadap proses-proses geologi yaitu berkaitan erat
dengan energi, panas, kerja, entropi dan kespontanan proses perpindahan kalor.
Termodinamika 1
Dalam hukum termodinamika ini menyatakan “energi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya”.
Maksud yang hakiki dari bunyi hukum tersebut adalah bahwa jika satu sistem
mengalami serangkaian perubahan yang tidak terbatas kembali ke keadaan semula,
maka total perubahan energi adalah nol. (Hardjono S., 2016)
Δu = Q-W
Proses ini juga berlaku pada proses-proses geologi, dalam pembentukan
minyak dan gas bumi hukum pertama termodinamika berlaku. Pada awal mula
proses pembentukan minyak bumi diawali dengan pengendapan microorganisme
yang telah mati dan terkumpul dibagian dasar bercampur dengan batulempung
membentuk batuan induk. Proses pembentukan karbon dari organime ini menjadi
batuan induk sangat spesifik hal inilah yang menyebabkan tidak semua cekungan
mengandung minyak dan gas bumi. proses pengendapan batuan berlangsung terus
menerus dalam selang waktu yang lama, jika daerah pengendapan ini terus
tertimbun oleh batuan diatasnya semakin dalam maka batuan yang mengandung
karbon dari sisa-sisa organisme ini akan terpanaskan. Hal ini di karenakan adanya
gradien geotermal yaitu semakin dalam ke kebumi semakin tinggi pula suhu yang
dihasilkan. Proses pematangan batuan induk dikarenakan adanya proses pemanasan
yang dimana jika semakin dalam batuan induk akan semakin panas dan akhirnya
menghasilkan minyak. Proses pemasakan ini tergantung pada suhunya, minyak
terbentuk pada suhu antara 50-180oC. Puncak kematangan yang bagus jika suhunya
mencapai 100oC. Apabila cekungan tersebut semakin menurun akibat terus
bertambahnya batuan penimbun maka suhunya akan terus bertambah, suhu yang
semakin tinggi akan memasak kandungan karbon yang ada pada minyak menjadi
gas (geologi.co.id, 2008).
Termodinamika 2
Dalam hukum termodinamika 2 menyatakan bahwa kalor mengalir secara
spontan dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah, dan tidak mengalir
secara spontan dalam arah kebalikannya kecuali adanya usaha dari luar, hukum ini
berhubungan dengan entropi (Hardjono S., 2016 ; Sri Mulyanti. Dkk, 2017).
Entropi merupakan besaran termodinamika yang berfungsi untuk mengukur
energi dalam suatu temperatur yang tidak dapat digunakan untuk melakukan usaha.
Entropi dari sebuah sistem tertutup akan selalu naik dan pada kondisi transfer kalor
maka energi kalor akan berpindah dari komponen yang bersuhu tinggi ke komponen
bersuhu rendah. Entropi merupakan sebuah konsep imaginer yang menggambarkan
tingkat keacakan molekul dalam sebuah sistem, misalnya dalam proses
metamofisme. Hukum tersebut menjelaskan pada dasarnya tidak ada Kristal yang
selamanya stabil, kestabilan adalah sesuatu yang sementara, hal ini dapat di
rumuskan sebagai beriku: ΔS total = ΔS sistem + ΔS lingkungan > 0 (Dokumenttips,
2015).
Pada proses metamorfisme termal / kontak yang terjadi akibat adanya intrusi
tubuh magma panas pada batuan yang dingin dalam kerak bumi. Akiabat kenaikan
suhu pada batuan maka terjadi rekristalisasi sedangkan deformasi mekanik atau
perubahan bentuk struktur pada batuan sangat kecil bahkan tidak ada, karena stress
yang dihasilkan di sekitar magma relatif homogen. Adapun zona metamorfisme
kontak disebut juga contact aureole, batuan yangg dihasilkan pada proses
metamorfisme kontak ini umumnya memiliki butir-butir halus. Contoh batuan dari
proses ini adalah batu hornfels (Sukandarrumidi. Dkk, 2017)
Termodinamika 3
Dalam konsep Seri Reaksi Bowen (Pough, 1976), ada informasi yang cukup
penting dalam proses terbentuknya mineral. Yang pertama adalah suhu, ketika suhu
magma menurun karena perjalanannya menuju permukaan bumi maka akan
terbentuk mineral pada saat itu. Dan yang kedua yaitu sifat mineral yang terbentuk,
mineral yang pertama kali terbentuk mempunyai sifat basa (mafic), yang
mengandung tersusun dari unsur-unsur seperti magnesium, ferrum dan calcium,
misalnya olivin dan piroksin. Kemudian terbentuk mineral-mineral intermedit dan
selanjutnya terbentu pula mineral-mineral yang bersifat asam bersamaan semakin
menurunya suhu. Semakin rendahnya suhu pembentukannya maka mineral yang
terbentuk memiliki resistensi yang semakin tinggi. Semua hal tersebut disebabkan
oleh perbedaan suhu pada saat pembenntukan mineral dari magma yang mendingin,
(Geologitfugm, 2012).
Dalam seri reaksi bowen dapat kita lihat adanya hubungan hukum
termodinamika 3 terhadap proses kristalisasi magma dimana semakin menurunya
suhu maka semakin lama suatu mineral terbentuk dan mineral yang terbentuk
memiliki sifat yang resisten. Semakin medekati suhu normal maka tidak ada lagi
mineral yang terbentuk dari proses kristalisasi magma sesuai dengan seri reaksi
bowwn, mineral yang terakhir terbentuk adalah kuarsa yang banyak terkadung
dalam batuan granit.
DAFTAR PUSTAKA