Anda di halaman 1dari 2

3.

6. Berdasarkan sliding filament theory dari kontraksi otot, panjang filamen aktin maupun
miosin tidak berubah ketika sarkomer memendek. Namun, filamen aktin dan miosin saling
meluncur melewati satu sama lain secara longitudinal, sehingga filamen aktin dan miosin
saling tumpang tindih. Peluncuran filamen didasarkan pada interaksi antara miosin dan
molekul-molekul aktin yang menyusun filamen. Setiap molekul miosin terdiri dari wilayah
“ekor” yang panjang dan wilayah “kepala” yang membentang ke samping. Kepala
merupakan pusat reaksi bioenergetik yang memberi tenaga bagi kontraksi otot. Kepala
dapat mengikat dan mengubah ATP menjadi ADP dan P(Campbell, 2008)
8. ATP biasa ditemukan dalam serat otot saat istirahat, namun tidak dapat melakukan
kontraksi berulang. Agar otot memiliki energi untuk melakukan kontraksi berulang, energi
tersebut disimpan dalam 2 senyawa lain dalam otot yaitu glikogen dan kreatin fosfat.
Melalui defosforilasi, ATP akan menyumbangkan gugus fosfatnya pada kepala miosin,
menjadikan miosin tersebut berenergi tinggi sehingga kepala miosin dapat berikatan
dengan filamen aktin membentuk cross-bridge. Ketika otot memerlukan kontraksi berulang,
fosfogen berupa kreatin fosfat akan mentransfer gugus fosfatnya kepada ADP untuk
menyintesis ATP tambahan(Campbell, 2008).
5. Protein otot terdiri dari filamen tipis dan filamen tebal. Filamen tipis terdiri dari untai
aktin, troponin dan tropomiosin. Filamen tebal terdiri atas ±300 molekul miosin. Kedua
kepala pada miosin disebut kepala miosin, atau jembatan silang. Ekor miosin mengarah ke
pusat sarkomer (menuju garis M), sedangkan kepala miosin menghadap ke salah satu
filamen tipis dan berisi situs pengikatan aktin, situs pengikatan ATP, dan ATPase. (Somlyo, et
al.2012)

Anda mungkin juga menyukai