Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Bioteknologi Sanitasi Lingkungan
OLEH
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena dengan
berkah dan rahmat-Nya sehingga makalah Mata Kuliah Bioteknologi Sanitasi
Lingkunga dapat terselesaikan dengan baik. Penulis sadar sepenuhnya sebagai
mahkluk ciptaan Tuhan, tidak luput dari kesalahan dan kekurangan begitu pula
halnya dengan makalah ini. Masih banyak kekurangan walaupun penulis telah
berusaha untuk menutupi kekurangan tersebut, untuk itu penulis mengharapkan
kritik maupun saran yang sifatnya membangun guna meminimalkan kesalahan
dan kekurangan pada laporan-laporan selanjutnya.
Ucapan terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah Bioteknologi
Sanitasi Lingkungan Dr. Amirullah, M.Si yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing penulis dengan penuh rasa keikhlasan dan tanggung jawab.
Penulis memohon kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat
dan kesempatan kepada penulis semoga dapat diterima sebagai amal saleh, berkah
dan ridho-Nya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pihak dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
adalah tempe yang menggunakan bahan baku kedelai. Fermentasi kedelai dalam
proses pembuatan tempe menyebabkan perubahan kimia maupun fisik pada biji
kedelai, menjadikan tempe lebih mudah dicerna oleh tubuh. Seiring berjalannya
waktu, jenis tempe kemudian bertambah akibat variasi. Jenis-jenis tempe tersbut
Tempe bongkrek adalah tempe yang terbuat dari bahan ampas kelapa atau
bungkil kelapa. Tempe bongkrek berasal dari dari daerah Jawa khususnya Jawa
khususnya dalam ampas kelapa. Selama proses pembuatan tempe tersebut bakteri
itu dapat menghasilkan senyawa-senyawa. Kedua racun itu adalah asam bongkrek
yang disukai masyarakat Banyumas khususnya dan masyarakat jawa tengah pada
1
bahayanya namun faktor murah dan rasa yang khas yakni klenyis atau rasa lezat
agak manis mampu memikat selera masyarakat kelas bawah pada umumnya.
Tujuan yang ingin dicapai pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1.4. Manfaat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tempe Bongkrek adalah salah satu jenis tempe dari Jawa Tengah, atau
lebih populer lagi dari daerah Banyumas. Tempe bongkrek merupakan semua
tempe bungkil, tempe kedelai atau segala jenis tempe yang dalan penbuatannya
Dalam tempe bongkrek, bakteri ini akan memproduksi toksin tahan panas
menyatakan bahwa ada umumnya tempe bongkrek yang jadi atau berhasil dengan
baik (kompak dan putih warnanya) hanya ditumbuhi kapang tempe Rhizopus
3
2.2. Bahaya Tempe Bongkrek
gladioli adalah bakteri tanah yang bertanggung jawab atas keracunan pada bahan
pangan, khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara. Bakteri ini menyukai
medium yang banyak mengandung asam lemak dan dikenal berbahaya karena
toksoflavin.
berupa asam bongkrek dan toxoflavin yang dapat memusnahkan jamur Rhizopus
karena efek antibiotik dari asam bongkrek. Asam bongkrek memobilisasi glikogen
tempe ini sudah dilarang sejak lama, namun masih saja ada warga yang membuat
tempe ini. Terutama warga yang memanfaatkan sisa bungkil dalam pembuatan
minyak untuk kemudian dibuat tempe dan dikonsumsi secara pribadi. Tempe
bongkrek masih banyak dikonsumsi dikarenakan selain rasanya yang khas juga
karena faktor harga yang terjangkau bagi warga kelas bawah (Handoko, 1989).
4
Gejala keracunan tempe bongkrek timbul 12-48 jam setelah
mulai dari yang sangat ringan hanya pusing, mual dan nyeri perut sampai berat
berupa gagal sirkulasi dan respirasi, kejang dan kematian. Hanya dengan
kematian.
adalah tempe yang terbuat dari bahan ampas kelapa atau bungkil kelapa. Makanan
telah dilarang sejak tahun 1969, namun kenyataannya masih saja ada penduduk
Lumbir, Banyumas yang terjadi pada tahun 1988. Peristiwa tragis ini memaksa
aparat pemerintah setempat untuk bertindak lebih tegas dalam hal larangan
5
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Tempe bongkrek merupakan semua tempe bungkil, tempe kedelai atau segala
jenis tempe yang dalan penbuatannya ditanbahkan ampas kelapa dimana sangat
Lumbir, Banyumas yang terjadi pada tahun 1988. Peristiwa tragis ini memaksa
aparat pemerintah setempat untuk bertindak lebih tegas dalam hal larangan
6
DAFTAR PUSTAKA
Asih, L.K., 2017, Uji Aktivitas Perasan Daun Calincing (Oxalis Barreileri L)
dalam Menurunkan pH sebagai Upaya dalam Menghambat
Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas cocovenenans pada Tempe
Bongkrek, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Handoko, H.S., 1989, Pengaruh Asam Laktat dan Asam Asetat terhadap
Pertumbuhan Pseudomonas cocovenenans dan Produksi Toksoflavin
dalam Pembuatan Tempe Bongkrek, Skripsi, Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Https://kumparan.com/r-haryo-bimo-setiarto/waspadai-toksoflavin-dan-asam-
bongkrek-yang-dihasilkan-bakteri-pseudomonas-cocovenenans
Nauli, S.K., 2006, Upaya Memperpanjang Umur Simpan Tempe dengan Metode
Pengeringan dan Sterilisasi, Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Seodigdo, P., Ali, L. dan Soedigdo, S., 1977, Cara Identifikasi Cepat untuk Asam
Bongkrek dalam Bahan Makanan, Prossiding Seminar, Institut
Teknologi Bandung, Bandung.