MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
Literature Review : Kualitas Air secara Mikrobiologis
OLEH :
LATAR BELAKANG
Air adalah salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang penting untuk
peningkatan kebutuhan terhadap sumber daya air. Sumber daya air terbagi menjadi air
permukaan (danau, situ, dam/reservoir, sungai), air tanah dan presipitasi/hujan. Pemanfaatan
air untuk berbagai kepenting harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan
generasi sekarang maupun mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air
Dewasa ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkan dan kualitas air untuk
keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industi, domestik dan kegiatan lain
berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas
air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk
hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan
Pengelolaan atau penyehatan dan perlindungan sumber daya air sangat penting, agar
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan atau sesuai
standar. Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai
kebutuhan manusia. Oleh sebab itu seharusnya air yang dikonsumsi oleh manusia untuk
kebutuhan sehari-hari selain harus mencukupi, juga harus memenuhi persyaratan kualitas
fisik, kimia dan bakeriologis. Saat ini untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan
standar tertentu menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh
bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah
tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Aminah dkk., 2013).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam karya tulis ini akan membahas tentang
TINJAUAN PUSTAKA
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air menyatakan bahwa klasifikasi
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan
atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Menurut Depertemen Kesehatan RI, sasaran penyehatan air antara lain yaitu
tercapainya penggunaan air bersih diwilayah perkotaan 100% dan dipedesaat 85%,
tercapainya kualitas bakteriologis air minum sebesar 80% dan kualitas bakteriologis air
bersih mencapai 80% serta tercapainya perlindungan sarana air bersih terhadap resiko
Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem
penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih
tidak akan berfungsi. Sumber-sumber air sendiri tebagi menjadi beberapa kelompok
yaitu air laut, air hujan, air permukaan dan air tanah. Berdasarkan hal tersebut, sumber
yang paling sering digunakan dalam keseharian manusia adalah air tanah. Air tanah
dibagi menjadi dua, yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal
merupakan air yang berasal dari air hujan yang terikat di akar pohon. Air tanah dangkal
terletak tidak jauh dar permukaan serta berada di atas lapisan kedap air. Sedangkan air
tanah dalam adalah aur hujan yang meresap ke dalam tanah lebih dalam melalui proses
adsorpsi dan filtrasi oleh batuan dan mineral di dalam tanah (Amelia, 2009).
typhsum, vibrio colerae, bakteri dysentrie, entamoeba hystolocit, bakteri enteritis) sama
sekali tidak boleh mengandung bakteri E. coli melebihi batas–batas yang telah ditentukan
yaitu 1 coli/100 ml air. Selain itu, COD (Chemical Oxygen Demand) COD yaitu suatu uji
yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium
dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air. Kandungan
COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 82/2001
mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l.
BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh
organisme hidup untuk memecah bahan-bahan buangan didalam air. Kandungan BOD
dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 82/2001 mengenai baku
mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l (Wulan,
2005).
adalah debit dari pekerjaan air limbah dan limpasan dari permukiman informal.
dan faecal coliforms (FC) merupakan indikator bakteri yang umum digunakan tentang
polusi feses. Mereka ditemukan di air yang terkontaminasi limbah kotoran manusia dan
hewan. Total coliform (TC) terdiri dari spesies bakteri yang berasal dari feses serta
kelompok bakteri lainnya. Coliform merupakan indikasi kualitas higienis umum air dan
potensi risiko penyakit menular dari air. FC dan TC tinggi diperhitungkan air biasanya
dimanifestasikan dalam bentuk diare dan kadang-kadang oleh demam dan lainnya
Metode untuk mengetahui kualitas air atau jumlah bakteri coliform pada air
sumur digunakan metode perhitungan angka paling mungkin yang disebut metode Most
Probable Number (MPN). MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang
menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik
dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan
jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan
kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa
Metode ini dilakukan dengan untuk mendeteksi bakteri coliform fecal dan
coliform nonfecal. Pengujian ini dilakukan secara bertahap sehingga metode ini sesuai
untuk dilakukan di laboratorium serta hasil lebih sensitif dan dapat mendeteksi coliform
dalam jumlah yang sangat rendah dalam sampel air (Khairunnisa, 2017). Terdapat tiga
memfermentasikan laktosa dengan uji positif mampu menghasilkan asam dan gas.
Uji ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai bakteri yang terdapat di
dalam sampel. Uji penegasan dilakukan dengan mengkulturkan hasil positif dari uji
asam empedu. Uji positif dalam uji penegasan adalah terbentuknya gelembung gas
golongan bakteri coliform dengan cara menginokulasikan koloni positif hasil dari uji
penegasan dalam media nutrient agar miring untuk melihat asam yang terbentuk.
Inokulasi juga dilakukan pada media lactosa broth untuk memeriksa gas yang
terbentuk sebagai uji positif. Inkubasi dilakukan pada suhu 37°C selama 24 jam. Bila
ternyata terdapat gas dan asam maka sampel air tersebut positif mengandung E.coli.
Untuk menentukan golongannya, maka inkubasinya dibagi menjadi dua bagian. Satu
pada suhu 37°C dan yang satunya pada suhu 42°C. Karakteristik coliform non fecal
yang tidak dapat tumbuh baik pada suhu 42°C membuat bakteri coliform fecal dapat
dikenali.
Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko
kehadiran bakteri bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan
hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air
terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri E. coli, yaitu
PENUTUP
Syarat-syarat air untuk standar biologis mencakup kandungan E. coli, khususnya pada
air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit/patogen (bakteri typhsum, vibrio
colerae, bakteri dysentrie, entamoeba hystolocit, bakteri enteritis) sama sekali tidak boleh
mengandung bakteri E. coli melebihi batas–batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100 ml
air. MPN (Most Probable Number) adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang
menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam
seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah
sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah
mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, D., 2009, Analisis Kualitas Air Tanah Dangkal (Sumur) untuk Keperluan Air Minum
Di Desa Pematang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017,
Skripsi, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Aminah, R., Evi, N. dan Irnawati, M., 2013, Analisa Fisik, Biologis dan Kimia Terbatas pada
Air Sungai Singolot dan Air Bersih yang Digunakan oleh Para Santri serta Keluhan
Kesehatan Kulit pada Pondok Pesantren Purba Baru Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2012, Jurnal Lingkungan dan Kesehatan. 2(2): 1-10
Antony, R.M. dan Ferdinand, B.R., 2012, Microbiological analysis of drinking water quality
of Ananthanar channel of Kanyakumari district, Tamil Nadu, India, Journal of
Applied Science, 7(2): 42-48
Hendrik, P., 2010, Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan Di Kota Sorong,
Jurnal Median, 2(1): 25-31
Khairunnisa, 2017, Pengujian Kualitas Air Sumur Bor secara Mikrobiologis Di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai, Skripsi, Universitas Medan Area,
Medan.
Syafiatun, L., 2006, Kualitas Bakteriologis Air Minum di Warung Kupang Kecamatan
Tanggulangin dan Gedangan Kabupaten Siduarjo, Skripsi, Universitas Airlangga,
Surabaya.
Umaya, A.F., 2017, Uji Kualitas Air pada Mata Air Di Desa Belabori Kecamatan Parangloe
Kabupaten Gowa, Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar.
Wulan, A.U., 2005, Kualitas Air Bersih untuk Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tangga Di
Desa Pesarean Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal, Skripsi, Universitas Negeri
Semarang, Semarang.