Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATAKULIAH

MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
Literature Review : Kualitas Air secara Mikrobiologis

OLEH :

NAMA : HUSNUL HATIMA


STAMBUK : F1E117024
DOSEN PENGAMPU : NUR ARFA YANTI S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
Literature Review : Kualitas Air secara Mikrobiologis
Oleh : Husnul Hatima (F1E1 17 024)
Email : hsnlhtm1004@gmail.com

Program Studi Bioteknologi


Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Halu Oleo

LATAR BELAKANG

Air adalah salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang penting untuk

kehidupan dan pembangunan. Peningkatan populasi dan pembangunan menyebabkan

peningkatan kebutuhan terhadap sumber daya air. Sumber daya air terbagi menjadi air

permukaan (danau, situ, dam/reservoir, sungai), air tanah dan presipitasi/hujan. Pemanfaatan

air untuk berbagai kepenting harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan

kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan

generasi sekarang maupun mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air

harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Hendrik, 2010).

Dewasa ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air

yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkan dan kualitas air untuk

keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industi, domestik dan kegiatan lain

berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas

air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi semua makhluk

hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan

perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).

Pengelolaan atau penyehatan dan perlindungan sumber daya air sangat penting, agar

dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan atau sesuai

standar. Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 menyatakan bahwa yang dimaksud

dengan penyehatan air meliputi pengamanan dan penetapan kualitas air untuk berbagai
kebutuhan manusia. Oleh sebab itu seharusnya air yang dikonsumsi oleh manusia untuk

kebutuhan sehari-hari selain harus mencukupi, juga harus memenuhi persyaratan kualitas

fisik, kimia dan bakeriologis. Saat ini untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan

standar tertentu menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh

bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah

tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Aminah dkk., 2013).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam karya tulis ini akan membahas tentang

karakteristik dan metode analisis kualitas air secara mikrobiologis.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Kriteria Kualitas Air

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001 tentang

pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air menyatakan bahwa klasifikasi

mutu air ditetapkan menjadi empat kelas yaitu antara lain:

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan

atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi

air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan

atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan

tersebut.

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air

tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.


4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut.

Menurut Depertemen Kesehatan RI, sasaran penyehatan air antara lain yaitu

tercapainya penggunaan air bersih diwilayah perkotaan 100% dan dipedesaat 85%,

tercapainya kualitas bakteriologis air minum sebesar 80% dan kualitas bakteriologis air

bersih mencapai 80% serta tercapainya perlindungan sarana air bersih terhadap resiko

pencemaran air bersih menjadi 75% (Syafiatun, 2006).

Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem

penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan air bersih

tidak akan berfungsi. Sumber-sumber air sendiri tebagi menjadi beberapa kelompok

yaitu air laut, air hujan, air permukaan dan air tanah. Berdasarkan hal tersebut, sumber

yang paling sering digunakan dalam keseharian manusia adalah air tanah. Air tanah

dibagi menjadi dua, yaitu air tanah dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal

merupakan air yang berasal dari air hujan yang terikat di akar pohon. Air tanah dangkal

terletak tidak jauh dar permukaan serta berada di atas lapisan kedap air. Sedangkan air

tanah dalam adalah aur hujan yang meresap ke dalam tanah lebih dalam melalui proses

adsorpsi dan filtrasi oleh batuan dan mineral di dalam tanah (Amelia, 2009).

Syarat-syarat air untuk standar biologis mencakup kandungan E. coli, khususnya

pada air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit/patogen (bakteri

typhsum, vibrio colerae, bakteri dysentrie, entamoeba hystolocit, bakteri enteritis) sama

sekali tidak boleh mengandung bakteri E. coli melebihi batas–batas yang telah ditentukan

yaitu 1 coli/100 ml air. Selain itu, COD (Chemical Oxygen Demand) COD yaitu suatu uji

yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium

dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat dalam air. Kandungan
COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 82/2001

mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l.

BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh

organisme hidup untuk memecah bahan-bahan buangan didalam air. Kandungan BOD

dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 82/2001 mengenai baku

mutu air dan air minum golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l (Wulan,

2005).

2. Metode analisis kualitas air secara mikrobiologis

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kualitas mikrobiologis air permukaan

adalah debit dari pekerjaan air limbah dan limpasan dari permukiman informal.

Organisme indikator biasanya digunakan untuk menilai kualitas mikrobiologis perairan

dan faecal coliforms (FC) merupakan indikator bakteri yang umum digunakan tentang

polusi feses. Mereka ditemukan di air yang terkontaminasi limbah kotoran manusia dan

hewan. Total coliform (TC) terdiri dari spesies bakteri yang berasal dari feses serta

kelompok bakteri lainnya. Coliform merupakan indikasi kualitas higienis umum air dan

potensi risiko penyakit menular dari air. FC dan TC tinggi diperhitungkan air biasanya

dimanifestasikan dalam bentuk diare dan kadang-kadang oleh demam dan lainnya

(Antony dan Ferdinand, 2012).

Metode untuk mengetahui kualitas air atau jumlah bakteri coliform pada air

sumur digunakan metode perhitungan angka paling mungkin yang disebut metode Most

Probable Number (MPN). MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang

menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik

dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan

jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan
kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa

sampel (Umaya, 2017).

Metode ini dilakukan dengan untuk mendeteksi bakteri coliform fecal dan

coliform nonfecal. Pengujian ini dilakukan secara bertahap sehingga metode ini sesuai

untuk dilakukan di laboratorium serta hasil lebih sensitif dan dapat mendeteksi coliform

dalam jumlah yang sangat rendah dalam sampel air (Khairunnisa, 2017). Terdapat tiga

tahap pada metode ini yaitu sebagai berikut :

1. Uji Pendugaan (Presumptive test)

Uji pendugaan dimaksudkan untuk mendeteksi bakteri yang dapat

memfermentasikan laktosa dengan uji positif mampu menghasilkan asam dan gas.

Bakteri yang menunjukkan uji positif diduga sebagai bakteri coliform.

2. Uji Penegasan (Confirmed test)

Uji ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai bakteri yang terdapat di

dalam sampel. Uji penegasan dilakukan dengan mengkulturkan hasil positif dari uji

pendugaan ke media selektif Brilliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB).

Kelompok bakteri Gram positif selain coliform dapat terhambat pertumbuhannya

jika diinokulasikan ke media BGLBB. Hal ini dikarenakan BGLBB mengandung

asam empedu. Uji positif dalam uji penegasan adalah terbentuknya gelembung gas

di dalam tabung Durham.

3. Uji Lengkap (Complete test)

Pengujian terakhir merupakan uji lengkap yang digunakan untuk menentukan

golongan bakteri coliform dengan cara menginokulasikan koloni positif hasil dari uji

penegasan dalam media nutrient agar miring untuk melihat asam yang terbentuk.

Inokulasi juga dilakukan pada media lactosa broth untuk memeriksa gas yang

terbentuk sebagai uji positif. Inkubasi dilakukan pada suhu 37°C selama 24 jam. Bila
ternyata terdapat gas dan asam maka sampel air tersebut positif mengandung E.coli.

Untuk menentukan golongannya, maka inkubasinya dibagi menjadi dua bagian. Satu

pada suhu 37°C dan yang satunya pada suhu 42°C. Karakteristik coliform non fecal

yang tidak dapat tumbuh baik pada suhu 42°C membuat bakteri coliform fecal dapat

dikenali.

Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko

kehadiran bakteri bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan

hewan. Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air

terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri E. coli, yaitu

mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut dan muntah-muntah.

PENUTUP

Syarat-syarat air untuk standar biologis mencakup kandungan E. coli, khususnya pada

air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit/patogen (bakteri typhsum, vibrio

colerae, bakteri dysentrie, entamoeba hystolocit, bakteri enteritis) sama sekali tidak boleh

mengandung bakteri E. coli melebihi batas–batas yang telah ditentukan yaitu 1 coli/100 ml

air. MPN (Most Probable Number) adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang

menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam

seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah

sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah

mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, D., 2009, Analisis Kualitas Air Tanah Dangkal (Sumur) untuk Keperluan Air Minum
Di Desa Pematang Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2017,
Skripsi, Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Aminah, R., Evi, N. dan Irnawati, M., 2013, Analisa Fisik, Biologis dan Kimia Terbatas pada
Air Sungai Singolot dan Air Bersih yang Digunakan oleh Para Santri serta Keluhan
Kesehatan Kulit pada Pondok Pesantren Purba Baru Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2012, Jurnal Lingkungan dan Kesehatan. 2(2): 1-10

Antony, R.M. dan Ferdinand, B.R., 2012, Microbiological analysis of drinking water quality
of Ananthanar channel of Kanyakumari district, Tamil Nadu, India, Journal of
Applied Science, 7(2): 42-48

Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air, Kinisius, Yogyakarta.

Hendrik, P., 2010, Pengelolaan Sumber Daya Air yang Berkelanjutan Di Kota Sorong,
Jurnal Median, 2(1): 25-31

Khairunnisa, 2017, Pengujian Kualitas Air Sumur Bor secara Mikrobiologis Di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. RM. Djoelham Binjai, Skripsi, Universitas Medan Area,
Medan.

Syafiatun, L., 2006, Kualitas Bakteriologis Air Minum di Warung Kupang Kecamatan
Tanggulangin dan Gedangan Kabupaten Siduarjo, Skripsi, Universitas Airlangga,
Surabaya.

Umaya, A.F., 2017, Uji Kualitas Air pada Mata Air Di Desa Belabori Kecamatan Parangloe
Kabupaten Gowa, Skripsi, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar.

Wulan, A.U., 2005, Kualitas Air Bersih untuk Pemenuhan Kebutuhan Rumah Tangga Di
Desa Pesarean Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal, Skripsi, Universitas Negeri
Semarang, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai