Anda di halaman 1dari 6

“MEKANISME PENGGOLONGAN DARAH”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bioprospek Kelautan


Dosen : Dr. Suriana, M.Si.

OLEH :

HUSNUL HATIMA
F1E117024

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
A. Darah

Darah merupakan salah satu komponen sistem transport yang sangat vital

keberadaannya. Fungsi vital darah di dalam tubuh antara lain sebagai pengangkut

zat-zat kimia seperti hormon, pengangkut zat buangan hasil metabolisme tubuh,

dan pengangkut oksigen dan karbondioksida. Komponen darah seperti trombosit

dan plasma darah memiliki peran penting sebagai pertahanan pertama dari

serangan penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Eritrosit (sel darah merah) pada

hakikatnya adalah kantung hemogoblin terbungkus membran plasma yang

mengangkut O2 dalam darah. Leukosit (sel darah putih) satuan pertahanan sistem

imun, diangkut dalam darah tempat cedera atau tempat invasi mikro organisme

penyebab penyakit. Trombosit penting dalam homeostasis, penghentian

pendarahan dari pembuluh yang cedera (Fitriyadi, 2016).

B. Sistem Penggolongan Darah

Golongan darah merupakan sistem pengelompokkan darah yang

didasarkan pada jenis antigen yang dimilikinya. Antigen dapat berupa karbohidrat
dan protein. Sistem penggolongan darah ABO pertama kali ditemukan oleh Karl

Landsteiner pada tahun 1900 dengan mencampur eritrosit dan serum darah para

stafnya. Landsteiner, dari percobaan tersebut menemukan 3 dari 4 jenis golongan

darah dalam sistem ABO yaitu A, B dan O. Golongan darah yang keempat, yaitu

AB ditemukan pada tahun 1901 (Rahman dkk., 2019).

a. Sistem ABO
Sistem golongan darah ABO merupakan sistem golongan darah yang

terpenting dalam transfusi. Sistem penggolongan darah ini adalah yang paling

imunogenik dari semua antigen golongan darah. Hal ini dikarenakan penyebab

paling umum kematian akibat transfusi darah adalah kesalahan administrasi di

mana jenis yang tidak kompatibel darah ABO yang ditransfusikan. Antigen

golongan darah ABO dikodekan oleh satu lokus genetik, lokus ABO, yang

memiliki tiga bentuk alternatif (alel) -A, B dan O. Seorang anak menerima

salah satu dari tiga alel dari setiap orangtua, sehingga menimbulkan enam

genotipe yang mungkin dan empat tipe darah yang memungkin (fenotipe)

(Purwitasari, 2017).
b. Sistem Rhesus

Sistem Rhesus merupakan suatu sistem yang sangat kompleks. Masih

banyak perdebatan baik mengenai aspek genetika, nomenklatur maupun

interaksi antigeniknya. Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang

mempunyai rhantigen pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif)

adalah seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen pada eritrositnya. Antigen

pada manusia tersebut dinamakan antigen-D dan merupakan antigen yang

berperan penting dalam transfusi. Sistem dimana seseorang yang tidak

mempunyai antigen A B akan mempunyai antibodi yang berlawanan dalam

plasmanya, maka pada sistem Rhesus pembentukan antibodi hampir selalu oleh

suatu eksposure, tidak seperti pada A-B-O. Pemberian darah Rhesus positif

(D+) satu kali saja sebanyak kurang lebih 0,1 ml secara parenteral pada

individu yang mempunyai golongan darah Rhesus negatif (D-), walaupun

golongan darah A-B-O nya sama sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif

(anti-D) (Hondoro, 2011).


C. Mekanisme Penggolongan Darah

Golongan darah ditentukan oleh kehadiran atau ketidakhadiran antigen.

Struktur kimia antigen golongan darah disusun oleh rantai gula panjang berulang-

ulang yang disebut fukosa, yang dengan sendirinya membentuk antigen O bagi

golongan darah O. Fukosa juga berperan sebagai dasar dari golongan darah

lainnya. Golongan darah A adalah antigen O (fukosa) ditambah gula yang disebut

N-asetil galactosamin yang ditambahkan pada ujungnya. Golongan darah B

adalah fukosa ditambah gula berbeda, D-galactosamin, pada ujungnya. Golongan

darah AB adalah fukosa ditambah N-asetil galactosamin dan D-galactosamin.

Rantai gula panjang berulang-ulang ini seperti antena, yang memproyeksi keluar

dari permukaan sel-sel tubuh, mengawasi antigen asing. Masing-masing golongan

darah memproduksi antibodi terhadap golongan darah lainnya. Inilah yang

menyebabkan seseorang dapat menerima transfusi dari sebagian golongan darah

ysng sama.

Antibodi golongan darah berperan untuk melindungi tubuh dari zat-zat

asing, seperti bakteri, virus, parasit dan beberapa makanan nabati yang mirip

antigen golongan darah asing. Ketika sistem kekebalan tubuh berusaha


mengidentifikasi karakter yang mencurigakan, salah satu hal pertama yang

dicarinya adalah antigen golongan darah. Jika sistem kekebalan tubuh bertemu

salah satu zat yang mirip golongan darah yang berbeda, ia akan menciptakan

antibodi untuk melawannya. Reaksi antibodi ini dikarakteristikkan oleh proses

yang disebut aglutinasi (penggumpalan sel). Dimana antibodi akan melekat pada

antigen dan menjadikannya sangat lengket. Ketika sel, virus, parasit dan bakteri

digumpalkan, mereka melekat satu sama lain dan membentuk gumpalan, yang

menjadikan tugas pembuangan mereka lebih mudah. Aglutinasi merupakan

konsep penting dalam analisis golongan darah. Antibodi golongan darah ini, yang

seringkali disebut isohemaglutinin, merupakan antibodi paling kuat dalam sistem

kekebalan tubuh dan kemampuan mereka untuk menggumpalkan sel-sel golongan

darah yang berbeda sangat kuat sehingga bisa diamati dengan cepat di slide kaca

dengan mata biasa.

DAFTAR PUSTAKA

Purwitasari, K.T.I., 2017, Inkompatibilitas pada Penentuan Golongan Darah


Menurut Sistem ABO, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana, Bali.

Hondoro, Y., 2011, Gambaran Golongan Darah A-B-O dan Rhesus pada Siswa
SMA Negeri 1 Teluk dalam Kecamatan Teluk dalam Kabupaten Nias
Selatan, Skripsi, Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara,
Sumatera Utara.

Rahman, I., Darmawati, S. dan Kartika, A.I., 2019, Penentuan Golongan Darah
Sistem Abo dengan Serum dan Reagen Anti-Sera Metode Slide, Jurnal
Gaster, 17(1): 78-85

Fitryadi, K. dan Sutikno, 2016, Pengenalan Jenis Golongan Darah Menggunakan


Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron, Jurnal Masyarakat Informatika, 7(1):
1-10

Anda mungkin juga menyukai