Oleh :
ADRITA NOVIDA R
FARIDA MAMIK ASIH
GALIH MEGAWATI
IRA MARTIN P
LIA SAWITRI
NADITA CHOIRIAH
NINA DEWI
I.Pengertian
- Terbentuknya badan tetapi pembentukan otak dan tengkorak kepala tidak
ada atau terbelakang
(Rustam, 1998 hal;378)
- Keadaan tanpa adanya kubah tengkorak di otak yang sebagian atau
seluruhnya
(Hariy Ovom, 1998;hal 695)
Kesimpulan :
Anenchepalus adalah keadaan dimana terbentuknya badan tetapi jaringan otak
atau tulang-tulang tengkorak tidak terbentuk sebagian atau seluruhnya.
II. Etiologi
Sebab terjadinya anencephalus belum diketahui dengan pasti, mungkin ada
hubungan dengan faktor genetik tetapi belum diketahui, juga disebabkan oleh virus
toxo plasmosis. Dijumpai pula hubungan dengan kekurangan asupan asam folat
pada ibu hamil
III. Diagnosa
Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan ultrasound dan sinar-X, namun
kecurigaan dapat timbul kalau pemeriksaan tidak mampu meraba kepala janin
dengan adanya gerak janin yang hiperaktif setelah pemeriksaan rectal atau
vagpinal. Jari tangan periksa yang menyentuh jaringan otak yang ada disebelah
bawah serta tidak tertuntup merangsang janin untuk bergerak kuat. Anenchepalus
merupakan kelainan yang paling sering menyebabkan polihidramnion dan harus
dicurigai pada semua kasus yang cairan ketubannya berlebihan tanpa sebab yang
jelas.
1. Pada palpasi tidak dapat ditemukan dimana letaknya kepala; kedua ujung
lunak.
2. Pada hidramnion harus dibuat rongent foto mengingat kemungkinan
ancepalus
3. Tekanan pada tengkorakwaktu toucher menyebabkan pergerakan yang
sekonyong-skonyong dan bunyi jantung menjadi lambat
V. Prognosa
Anak parinatal mortality rate 100% (bayi lahir mati waktu persalinan atau
beberapa setelah lahir.
Ibu pada kelainan ini sering ada hidramnion jadi perhatikan juga
kemungkinan atonia uteri.
VI. Pengobatan
Pengobatan anecephalus saat ini tidak ada dan biasanya bayi lahir mati. Tindakan
pencegahan dengan genetic konseling mungkin dapat dipertimbangkan, begitu
dapat dipertimbangkan diagnosisi parental pada kehamilan muda selanjutnya
(penghentian kehamilan tsb)
VII. Patofisiologi
Pembentukan otak
dan tulang tengkorak
tidak sempurna
Anenchepalus
Komplikasi
Anak ibu
I. Pengertian
Hidrosepalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis
dalam ventrikel otak, sehingga kepala menjadi besar serta
terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun. Cairan yang
tertimbun dalam ventrikel biasanya anitara 500-1500 ml,
akan tetapi kadang-kadang mencapai 5 liter
(Sarwono,2006;630)
Hidrosepalus adalah kelainan kongenital dimana terjadi timbunan cairan serebra
spinal dalam ventrikel kepala janin melbihi 150 cc
(ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan KB untuk pendidikan bidan 1998 hal :
377)
Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan berutambahnya
cairan serebrospinalis dengan tekanan intrakranial yang
meninggi sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pelebaran
ventrikel ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan
absorbsi cairan serebropinal (hutt enloncher, 1983). Adanya
kelaianan menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi
pelebaran sutura dan ubun-ubun. (winkjosastro, 1994)
Hidrosepalus adalah adanya cairan otak yang jummlahnya terlalu banyak si dalam
ventrikel otak (obstetri patologi, 1984 : 202)
Hidrosepalus adalah keadaan yang titandai dengan dilatasi ventrikel serebral, paling
sering akibat obstruksi jalur cairan serebospinal dan disertai
oleh penimbunan cairan serebrospinal di dalam kranium.
Cairan tersebut umumnya bertekanan tinggi.
Kesimpulan :
Hidrocephalus adalah keadaan dimanan terjadi penimbunan cairan serebrospinal di
dalam ventrikel otak dengan jumlah melebihi 500 – 1500 cc,
yang umumnya bertekanan tinggi sehingga menyebabkan
sutura – sutura dan ubun-ubun mengalami pelebaran
II. Etiologi
1. Kelainan kongenital
Hidrocephalus akibat obstruksi perkembangan jumlah cairan serebrospinal,
sehingga terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam ventrikel dan tempat absorbsi
dalam ruang subraknoid (kamus dorland, 2006 hal : 1031)
2. Belum ditemukan jelas. Salah satu penyebabnya toxoplasmasmosis
(obstetri patologi, 1984 hal : 202)
3. Penyebab hidrocephalus salah satunya adalah meningistis karena bakteri
atau virus (kamus dorland, 2006 hal : 1031)
III. Diagnosis
Pada janin letak kepala, adanya hidrocepalus dapat dikenali dengan :
1. Inspeksi
Kepala janin lebih besar dari biasanya dan lebih menonjol di atas simphisis
2. Palpasi
- Untuk memudahkan pemeriksaan, kandung kemih harus kosong
- Teraba ukuran kepala yang besar di atas simpisis dan kepala tidak
memasuki pintu atas pinggul.
3. Auskultasi
Denyut jantung anak terdengar pada tempat yang lebih tinggi yaitu di daerah
umbilikus karena kepala besar sehingga badan terdesak ke atas
4. Pemeriksaan dalam (VT)
Teraba kepala yang besar dengan sutura yang dalam dan ubun-ubun yang
melebar dan tegang, tulang kepala terasa tipis sekali sehingga dapat ditekan ke
dalam seperti menekan bola pimpong. Kadang-kadang menyerupai ketuban
5. Rongent foto
Penilaian dengan foto rongent tidak boleh berdasarkan besarnya kepala saja
tetapi juga pada :
- Bentuk kepala yang pada hidrocephalus bundar, pada tengkorak
normal agak lonjong (avoid)
- Pada pernadingan anatara bagian tengkorak dan bagian muka,
muka janin lebih kecil bila dibandingkan dengan tengkoraknya
- Pada hidrocephalus, pada tebalnya tulang tengkorak hanya
memberi bayangan yang tipis
- Dijumpai tertimbunya cairan serebrospinalis dalam ventrikel,
sutura melebar dan jaringan otak terdesak.
6. Ultrasonografi
- Tampak kepala yang besar dengan ukuran diameter biparietalis
yang lebar
- Kepala tidak masuk ke dalam panggul, pada persalinan dengan
panggul yang normal dan HIS yang kuat kepala teraba besar di atas
simphisis.
- Kepala janin teraba sebagai benda besar di atas simphisis
pada janin dengan letak sungsang, pemeriksaan hidrocephalus agak sukar dan
sering baru diketahui setelah dialami kesulitan dalam kelahiran kepala.
Dimana teraba kepala yang besar menonjol diatas simphisis. Pemeriksaan
rongentnologik pada hidrocephalus dengan janin letak sungsang, tidak dapat
memberi kepastian karena kepala normal pada letak sungsang dapat
memberikan gambaran seolah-olah sangat besar.
IV. Prognosis
Hidrocephalus selalu menyebabkan disproporsi sefalopelvik dalam proses
persalinan. Apabila tidak segera dilakukan pertolongan, bahaya ruptura uteri akan
mengancam, yang merupakan gawat darurat kebidanan yang membahayakan,
ruptura uteri pada hidrocephalus dapat terjadi sebelum pembukaan serviks secara
lengkap, karena tengkorak yang besar ikut merenggangkan segmen bawah uterus.
V. Penatalaksanaan hidrocephalus
1. Hidrocephalus pada letak kepala
Hidrocephalpus yang nyata, kepala janin harus dikecilkan pada permulaan
persalinan. Dapat dilakukan dengan cara pada pembukaan 3 cm, cairan
serebrospinalis dikeluarkan dengan pungsipada kepala menggunakan jarum
spinal ukuran 18 sepanjang 8 inci. Cairan dikeluarkan sebanyak mungkin dengan
dari dalam ventrikel. Jarum dimasukkan dengan tuntunan tangan supaya tidak
salah jalan atau melukai jalan lahir. Setelah kepala mengecil bahaya regangan
pada segmen bawah rahim menghilang, sehingga tidak terjadi kesulitan
penurunan kepala ke dalam rongga panggul. Bila pembukaan lengkap, dilakukan
perforasi atau kranioklasi.
2. Hidrocephalus dengan letak sungsang
Pada letak sungsang akan terjadi after coming head. Pengeluaran cairan dari
kepala yang tidak dapat lahir dilakukan dengan pungsi atau perforasi melalui
faramen oksipitalis magnum atau atau sutura temporalis. Dianjurkan ppula untuk
mencoba melakukan ventrikulosetesis transabdominal dengan jarum spinal,
dalam hal ini kandung kemih harus dikosongkan lebih dahulubiasanya sesudah
kepala menjadi kecil akan mudah dilahirkan
3. Hidrocephalus dengan anak yang mati
Pada hidrocephalus dengan anak yang mati, dapat dilakukan perforasi. Setelah
anak lahir selalu harus dilakukan displorasi cavum uteri. Persalinan pervaginam
diameter kepala bayi < 100 mm yang selalu didahului dengan pungsi untuk
mengeluarkan sebagian cairan. Bila dameter kepala janin > 100 mm kelainan
dilaksanakan dengan seksio secaria.
Ibu pada kelainan ini sering terjadi hidramnion, jadi perhatikan juga
kemungkinan atonia uteri
PENANGANAN HIDROCEPHALUS
Hidrocephalus
Kepala besar
menonjol
Tulang kepala tipis
Sutura lebar –
tegang
CPD
Penannganan
hidrocephalus
Pungsi dengan
sutura
Foramen magnum
Komplikasi
Ibu tidak ada
Bayi meninggal
VI. Komplikasi
- Pada bayi
1. Hidrocephalus sering kali diseyrtai dengan kelaianan bawaan
lainnya misalnya spinal bifida
2. Karena kepala janin terlalu besar dan tidak dapat di bagian bawah
uterus maka sering ditemukan dalam letak sungsang
3. IUFD bila partus lama
- Pada ibu
1. RUI
2. Atonia uteri
3. HPP
4. Obstruksi labor
VII. Patofisologi
Hidrocephalus
Partus lama
Komplikasi
Anak Ibu
Tempat pengkajian :
Tanggal pengkajian :
I.PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Biodata
Umur : lebih banyak terdapat pada anak yang dilahirkan dari ibu yang
sudah lanjut usia (usia 35 th ke atas)
2. Keluhan Utama
- Ibuk hamil anak ke ............dengan usia kehamilan ............minggu
- Ibu mengatakan besar kandugannya tidak sesuai dengan usia
kehamilan, kandungan tersa lebih besar dan lebih berat
3. Riwayat Kehamilan Sekarang
- Ibu sedang menderita penyakit toxoplasmosis
- Kandungan lebih besar dari pada usia kehamilan
- Ibu sering sesak nafas
4. Riwayat Kehamilan Sekarang
- Ibu pernah mendeita toxoplasmosis
- Ibu pernah melahirkan anak dengan hidrocephalus
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu atau suami ada riwayat hidrocephalus
6. Riwayat Menstruasi
HPHT : ................
7. Riwayat pernikahan
Usia pertama menikah : umur ≥ 35 tahun beresiko lebih besar melahirkan
anak dengan hidrocephalus
8. Riwayat obstetri
Dapat terjadi pada primiparitas atau multiparitas dengan usia lanjut banyak
terdapat pada anak pertama dan keenam tau lebih. Anak dapat lahir hidup
atau mati, juga lebih banyak pada bayi wanita daripada bayi laki-laki.
9. Riwayat kehamilan sekarang
Trimester ANC Keluhan Terapi KIE ket
I 1x Sering kencing Fe, Vit C, kalk - kebersihan
alat genetalia
- sering ganti
CD
II 1x Kandungan lebih Fe, Vit C, kalk - USG
besar dari ukuran
III 2x Kandungan amat Fe, Vit C, kalk - USG
besar, sesak nafas
- Palpasi
LI : TFU lebih tinggi dari UK
L II : teraba bagian keras, memanjang di sebelah kanan atau kiri
ibu
L III : - bagian terendah bulat, tidak begitu keras, teraba besar,
melenting pada letak kepala
- Bagian terendah teraba besar, lunak dan kurang
melenting pada letak sungsang
L IV : - bagian terendah belum masuk PAP bila letak kepala
- Bagian terendah ada kemungkinan sudah masuk
PAP bila tidak sungsang
- Auskultasi : - DJJ terdengar
di tempat lebih tinggi yaitu sekitar umbilikus
- DJJ (+) dengan frekuensi normal 120 –
160x/menit atau DJJ (-)
- Genetalia dalam : dbn
- VT : v/v dbn, portio lunak,
eff ...............%, Ǿ..........cm, ket (+),
kepala teraba besar dengan sutura yang
dalam dengan ubun-ubun yang lebar
dan tegang, dapat ditekan ke dalam,
kadang-kadang menyerepuai ketu ban,
tidak ada bayi kecil di sekitar kepala
janin
3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fotorongent
- Bentuk kepala bujndar
- Muka janin sangat kecil dinadingkan dengan bsar
tengkorak
b. USG
- Tampak kepala dengan ukuran biparientalis yang lebih
lebar dari normal
II. INTERPRESTASI DATA DASAR
1. Dx : Ibu G.......P....... hamil ≤ 23 minggu I/T/H dengan hidrocephalus
Ds : ibu mengatakan hamil anak ke ..... dengan usia kehamilan ........, perutnya
terasa sangat besar dan berat melebihi usia kehamilannya
Do : K/U : Baik
Kesadaran : GCS (4 – 5 – 6)
darah
TD : dbn (110-120/70-80 mmHg)
Nadi : Normal
RR : Normal
Suhu : dbn
Abdomen
- palpasi : L I : TFU lebih tinggi dari UK
Pemeriksaan penunjang
USG : Tampak kepala dengan ukuran biparietalis
DJJ (+) DBN
(120- 160
x/mnt),
teratur
UK : < 23 mgg
TBJ : 2250
Gera gram
kan : (+)
janin
Rontgen : Bentuk kepala bundar, muka janin sangat kecil bila
dibandingkan besar tengkorak. Bayangan tulang
tengkorak tipis
L II : Teraba b
L III : Bagian t
L IV : Bagian t
- Auskultasi : DJJ (+) terdengar diatas
frekuensi normal 120 – 1
Pemeriksaan penunjang
USG : Tampak kepala dengan ukuran biparietalis
mm
DJJ : (+)DBN (120- 160 x/mnt),
teratur
UK : > 37 mgg
TBJ : 3500 gram
Gerakan janin (+)
VI. IMPLEMENTASI
-
VII. EVALUASI
Tanggal : 7 mei 2008 pukul : 09.00 WIB
S : Ibu mengatakan hamil 9 bulan anak pertama, mengeluh perutnya terasa besar dan
sesuai UK. Ibu juga mengeluh baru-baru saja mengeluarkan lendir bercampur da
O : K/U : Baik
Kesadaran : GCS (4 -5 – 6)
TD : 110/70 mmHg
N : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,50 C
DJJ : 136 x/menit
HIS : 3 x/menit
VT : v/v dbn, portio keras, eff 25%, Ǿ 3 cm, ket (+), ke
PAP, teraba kepala yang besar dengan sutura yang
ubun yang lebar dan tegang dan dapat di tekan ke
Menkyerupai ketuban, tidak ada tali pusa dan bag
samping kepala janin
Pemeriksaan penunjang :
USG : Tampak kepala dengan ukuran biparietalis yang lebar dengan ukuran < 100
R/ Pencegahan infeksi
Persiapan untuk bayi :
> Alat resupitasi pernafasan
Alat penghisap lendir
> O2
> tempat tidur khusus
> Tempat plasenta
- Melakukan pemeriksaan Hb
1. PENGERTIAN
Gawat janin adalah keadaan hipoksia janin (Wiknjosastro, 2000: 52).
Gawat janin terjadi bila janin tidak menerima O2 cukup, sehingga
mengalami hipoksia. Situasi ini dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu lama)
atau akut (Maternal Neonatal, 2002 : 334).
Gawat janin adalah keadaan hipoksia janin. Hipoksia janin terjadi sendiri
diartikan sebagai penurunan suplai oksigen ke jaringan. (Pemantauan Janin,
1997 : 115)
Stres janin adalah suatu situasi dimana janin secara intermiten mengalami
hipoksemia ; jika kejadian ini terjadi secara transient, maka janin yang tadinya
sehat akan dapat mentoleransi episode ini tanpa terjadi efek samping jangka
panjang. (Buku Saku Bidan, 2002 : 235)
Distres janin adalah suatu situasi dimana hipoksemia pada janin
berkembang menjadi hipoksik dan asidotik (janin mengalami asfiksia : hipoksia
disertai asidosis metabolik); hal ini merupakan kondisi kronik biasanya terjadi
sekunder akibat insufisiensi utero plasenta, terjadi pada beberapa titik selama
periode antepartum, pada kondisi akut terjadi selama persalinan atau kombinasi
keduanya. (Buku Saku Bidan, 2002 : 235)
Gawat Janin adalah keadaan hipoksia&Asfisia pada
janin(Kegawtdaruratan Perinatal,1987:27)
Gawat janin adalah denyut jantung janin Abnormal(<100 atau >180x/mnt).
(Manajemen Komplikasi Kehamilan&Persalinan,2006:177)
Kesimpulan:Gwat janin Adalah Keadaan Kekurangan O2 yang
menyebabkan Janin mengalani Hipoksia yang ditandai dengan DJJ <100x/menit
atau>180x/menit.
2. KLASIFIKASI
Gawat janin sebelum persalinan (antepartum)
Gawat janin kronik
Dapat timbul setelah suatu periode waktu yang panjang selama periode
antenatal bila status fisiologi dari unit ibu- janin- plasenta yang ideal dan
normal terganggu.
Gawat janin akut
Suatu keadaan bencana yang tiba-tiba yang mempengaruhi oksigenasi janin.
3. ETIOLOGI
1. Insufistensi Uteroplasenta Akut
a. Aktivitas uterus berlebihan→ hipertonik uterus (dapat dihubungkan
dengan pemberian oksigen).
b. Hipotensi ibu → anestesi epidural, kompresi vena cava, posisi terlentang,
perdarahan ibu,dehidarasi berat,syok septik.
c. Solusio plasenta
d. Plasenta previa dengan perdarahan
e. Dehidrasi maternal
f. Demam maternal
Faktor predisposisi
Penyakit jantung
Malnutrisi ibu
Anemia
Penyakit ginjal
Penyakit paru
Ketidakseimbangan cairan tubuh
Infeksi intrauterus
Janin yang pertumbuhannya terhambat
Janin denagn kelainan letak, janin dengan letak sungsang maupun letak
lintang
Janin kelaianan bawaan meliputi jantung, DM, anensephalus
5. DIAGNOSIS
1. Observasi DJJ menunjukkan :
Takikardia (160-180 dpm) atau
Bradikardia (120-100 dpm) atau
DJJ tidak teratur
Suara DJJ seperti ada tiupan bising tali pusat karena ada kompresi
tali pusat
6. PROGNOSA
Retardasi mental
Serebral palsi
Kemayian janin intrauterine (IUFD)
7. PENATALAKSANAAN
Gawat janin sebelum persalinan (antepartum)
Janin imatur dan keadaan insufisiensi kurang tegas→lakukan observasi
tambahan
Janin matur, terjadi insufisiensi plasenta→kelahiran dianjurkan
Induksi persalinan→ Bishop skor mendukung pantau DJJ secara teliti.
Jika terjadi gawat janin lakukan SC
SC juga dipilih untuk kelainan posisi bokong, atau jika pasien pernah
mengalami operasi uterus sebelumnya.
(Kapita Selekta Kedaruratan Obs&Ginek, 2002 : 212)
Gawat janin selama persalinan
Prinsip-prinsip umum :
1. Bebaskan setiap kompresi tali pusat
2. Perbaikan aliran darah uteroplasenta
3. Menilai apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera
merupakan indikasi. Rencana kelahiran (pervaginam atau perabdominal)
didasari pada factor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric pasien dan
jalannya persalinan.
Langkah-langkah khusus :
1. Ubah posisi ibu dari posisi terlentang ke posisi lateral ke kiri dan tidur
dengan posisi kepala lebih tinggi
2. Berikan oksigen melalui masker muka 6-8 L/mnt sebagai usah untuk
meningkatkan pergantian oksigen tetomaternal
3. Hentikan pemberian oksitosin, karena kontraksi uterus akan mengganggu
curahan darah ke ruang intervili.
4. Hipotesis dikoreksi dengan infuse intravena dekstrose 5% dalam larutan
Ringer Laktat. Transfuse darah dapat diindikasikan pada syok hemoragik.
5. Pemeriksaan pervaginam untuk memeriksa adanya prolaps tali pusat dan
menentukan perjalanan persalinan.
6. Penghisapan mekonium dari jalan nafas bayi baru lahir mengurangi resiko
aspirasi mekonium. Segera setelah kepala bayi lahir, hidung dan mulut
dibersihkan dari mekoniun dengan kateter penghisap
7. a. Jika pembukaan serviks lengkap&Kepala janin teraba tidak lebih dari
1/5 diatas symphisis pubis atau ujung penonjolan tulang kepala janin berada
distasion 0,lahirkan janin dengan Ekstrasi Vakum
b. jika pembukaan serviks tidak lengkap ataukepala janin teraba lebih dari 1/5
diatas simfisis pubis atau ujung penonjolan tulang kepala janin berada diatas
station 0,lahirkan bayi dengan SC (Manajemen kehamilan
&Persalinan,2006:178)
8. PATOFISIOLOGI
Aktifitas
Uterus >> Hipotensi ibu
Insisifiensi
Insusifiensi Uteroplasenta
Utero plasenta Kronik
Akut
GAWAT JANIN
RESIKO:BAYI LAHIR DENGAN RETARDASI MENTAL,CEREBRAL
PALSI,IUFD
Hipertensi Isoimunisasi Rh Kompresi
Kehamilan Tali pusat( Talpus yg
melingkari leher&badan,Adanya
simpul talpus pnurunan cairan
Amnion penurunan bokong rongga
Panggul karena letsu
Stimulasi Vagal Anemia Janin
Karena
Penurunan kepala Krisis sel sabit non- Aliran darah dari janin
ke plasenta <<
Yang terlalu cepat imun,perdarahan
Janin maternal,
Hipertiroidisme maternal
Anomali konginental
Ø servik 4-7cm Isusifiensi
Menekan fontanel Utero plasenta
Posterior( kompresi kronik
kepala)
ASUHAN KEBIDANAN
Pada IBU G...P….. HAMIL ….. MINGGU dengan
GAWAT JANIN
Tempat pengkajian :
Tanggal/jam :
I.PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Pendidikan&sosial Ekonomi Rendah dari istri&suami mempengaruhi
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil anak ke… dengan usia kehamilan… bulan. Ibu ingin
memeriksakan kehamilannya. Ibu mengatakan gerakan janin menurun atau
berlebihan.
6. Riwayat menstruasi
HPHT : ± <37 Minggu/±>42 minggu yang lalu
TP : UK < bulan / > bulan
7. Riwayat obstetri
HAMIL PERSALINAN ANAK NIFAS
K U Komp Tmp Pnl J Komp T/ H/ PB/B Usi Laktas K Komp
JK
e K . t g P . G M B a i B .
… …. …… … ….. … ……. …. …. …. ….. ….. ……. …. ……
. … . . .
8. Riwayat KB
Pengguna KB metode apapun tidak menjadi pencetus dan tidak
memperparah keadaan dengan gawat janin.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TB : tidak berpengaruh
BB : mengalami penurunan/ tidak
DBN bila Pe↑ selama hamil
TM I >2kg
TM II>7kg
TMIII>12.5kg
TTV : TD : (>110-130/70-90mmhg)
Nadi : dbn (80-100x/mnt)
Suhu : dbn (36,5-37,5 derajat Celcius)
Respirasi : >24x/mnt
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : Rambut bersih,tidak kotor maupun rontok
Muka : tidak pucat & tidak oedema
Mata : Konjungtiva merah muda,sklera putih&
kelopak tidak oedema
Mulut : Bibir tidak kering&tidak pucat maupun
stomatitis serta tidak kotor.
Leher : terdapat pembendungan vena jugularis
Dada : terdapat desakan diafragma sehingga
gerakan iga pada waktu bernafas cepat
Abdomen :
Inspeksi: terlihat gerakan Janin ya melemah&tidak ada luka bekas operasi
Palpasi :
LI : TFU tidak sesuai atau sesuai usia Kehamilan , teraba kurang
bulat, kurang melenting, lunak (bokong).
LII : teraba tekanan keras memanjang di sebelah kanan/kiri, teraba
bagian kecil diarah yang berlawanan.
LIII :bagian bawah teraba bundar,keras,melenting(kepala),belum masuk
PAP.
LIV : bagian terendah Belum/sudah masuk PAP
TBJ : biasanya bayi mengalami IUGR akibat malnutrisi
Auskultasi : DJJ :(<120/>160x/mnt), gerakan janin: tidak teratur.
Ekstrimitas :
Atas : simetris.tidak oedema
Bawah : simetris,tidak oedema.tidak ada varices
3. Pemeriksaan Penunjang
Evaluasi cairan amnion → cairan berwarna keruh
Analisa gas darah mikro : pH = 7.24 – 7.20
Peta gerakan janin, gerakan janin yang berkurang
USG : gerakan pernafasan janin dan aktivitas janin lambat
Kadar estroid dalam darah/ urin ibu menurun
HPL dalam darah ibu : 4 mcg/ ml atau kurang setelah kehamilan
30mgg
II. DIAGNOSA
1. . ibu hamil G…3 P… hamil <37minggu(prematur) I/T/H dengan gawat janin
Ds : ibu mengatakan hamil anak ke… dengan usia kehamilan< 9 bulan. Ibu ingin
memeriksakan kehamilannya karena merasakan gerakan janin berkurang.
Do : kondisi umum : baik
Kesadaran : komposmentis
TD : hipertensi(>130/90mmHg)
Nadi : 80-100x/menit
Suhu : 38 derajat celsius
Respirasi : 16-20x/mnt
Inspeksi : perut ibu kelihatan sangat membuncit
Palpasi :
LI : TFU <pertengajan pusat dan px , teraba kurang bulat,
kurang melenting, lunak (bokong).
LII : teraba tekanan keras memanjang di sebelah kanan/kiri, teraba
bagian kecil diarah yang berlawanan.
LIII : bagian bawah teraba bundar,keras,melenting(kepala),belum
masuk PAP.
LIV : bagian terendah Belum/sudah masuk PAP,
konvergen/sejajar/divergen
TBJ : <2500 gram
Auskultasi : DJJ :(<100/>160/mnt), tdkTertur dan tdk jelas, terdengar
DJJ seperti tiupan bising tali pusat
gerakan janin : tidak teratur,≤2dalam 5’
Ekstrimitas :
Atas : simetris.tidak oedema
Bawah : simetris,tidak oedema.tidak ada varices
V. INTERVENSI
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janinnya.
R/ ibu lebih mengerti dan bersikap lebih kooperatif terhadap tindakan yang
akan dilakukan.
2. Lakukan observasi DJJ secara teliti meliputi frekuensi, keteraturan,
volume dan denyut.
R/ deteksi dini terjadinya komplikasi.
3. lakukan resusitasi O2 6-8L intrauterin.
R/ untuk menghindari IUFD.
4. lakukan pemantauan DJJ.
R/ deteksi dini semakin buruknya gawat janin.
5. persiapkan SC jika DJJ memburuk dan hentikan induksi.
R/ Untuk menghindari komplikasi pada janin dan ibu.
6. pemberian cairan infuse RL/D5
R/ pemenuhan cairan elektrolit tubuh
7. lakukan persiapan BAKSOKU
R/ persiapan pertolongan persalinan yang aman segera dan nyaman
VI. IMPLEMENTASI
-
Diagnosa yang diambil Dx:Ibu GIVP30003 hamil 38(aterm) Minggu I/T/H dengan
Gawat Janin
(Tanggal 20 Mei 2008, jam 06.00 WIB)
Dx : Ibu GIVP30003 hamil 38(aterm) Minggu I/T/H dengan Gawat Janin
Ds : Ibu mengatakan hamil anak ke-4 dengan UK 9bln.
merasakan kenceng-kenceng perutnya& keluar lender bercampur darah
dari kemaluannya sejak jam 01.00 WIB&mengatakan gerakan janinnya
berkurang.
Do : KU : Cukup
Kesadaran : Composmentis
TD : 140/90 mmHg
Suhu : 38 derajat Celsius
Rr : 20x/menit
Palpasi :
LI : TFU :3 jari ↓ Px,teraba bagian kurang bulat, Kurang
melenting,lunak(bokong)
LII :Teraba bagian memanjang&keras dibagian Kanan ibu (puka);Teraba
bagian kecil dibagian kiri Ibu
LIII:Teraba bagian keras,melenting&keras (preskep)
LIV : Masuk 4/5(divergen)
Auskultasi : DJJ = 116x/menit
His =3x dalam10 menit lamanya 50 detik
Genetalia :
(06.15 WIB) : VT : v/v taa,portio lunak,eff 50%,Ø5cm,ket
(+),HIII UUk jam 12,tidak teraba bagian kecil
disamping Kepala Janin
Pemeriksaan Penunjang
USG = DJJ 98x/menit
Gerakan Janin = 2x/5detik
Air ketuban Oligohidramnion
Rencana Intervensi
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janinnya.
R/ ibu lebih mengerti dan bersikap lebih kooperatif terhadap tindakan yang
akan dilakukan.
2. lakukan observasi TTV secar teliti meliputi frekuensi, keteraturan,
volume dan nadi tiap 30 menit TD&suhu tiap 4 jam
R/ deteksi dini terjadinya komplikasi.
3. lakukan resusitasi O2 6-8L intrauterin.& pemasangan infus
R/ untuk menghindari IUFD & rehidrasi.
4. lakukan pemantauan DJJ 30 menit lagi jam06.30 & VT jam
10.00WIB.
R/ deteksi dini semakin buruknya gawat janin& memantau kamajuan
persalinan.
5. persiapkan SC jika DJJ tetap memburuk
R/ Untuk menghindari komplikasi pada janin dan ibu.
6. Siapkan BAKSOKU untuk Rujukan
R/ Pertolongan persalinan dengan aman,nyaman & segera
Implementasi
Evaluasi
Tgl 20 mei 2008 jam 07.00 WIB
S : Ibu mengatakan ditangan kirinya terpasang infuse
Ibu mengatakan gerakan janin semakin terasa jarang
Ibu mengatakan keluar darah bercampur lender dari kemaluaannya& merasakan
kenceng_kenceng lagi
O : TD: 130/90 mmHg
N : 110x/menit
Rr : 22x/mnt
Suhu :38 derajat C
LIV : Masuk 4/5(konvergen)
DJJ; 100x/menit
His 3x dlm10 menit lama 25 detik
VT : v/v taa,portio lunak,eff 50%,Ø5cm,ket (+),HIII+, UUk jam 12,tidak teraba
bagian kecil disamping Kepala Janin
A : Ibu GIII P30003 dengan UK 38 Minggu I/T/H inpartu kala I fase Aktif Dilatasi
Maksimal dengan Gawat Janin
P : Observasi TTV
Nadi tiap 30 menit
TD & suhu tiap 4 jam (11.00 WIB)
Observasi His tiap 15 menit
Lakukan VT 4 jam lagi
Pantau pemberian infuse/observasi cairan
Catatan Perkembangan
Tanggal 20 Mei 08 jam 10.00
S: ibu mengatakan gerakan janin tetap terasa jarang
Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng bertambah sering
O ; TD: 130/90 mmHg
N : 100x/menit
Rr : 24x/mnt
Suhu :38,2 derajat C
LIV : kepala Masuk 4/5(divergen)
DJJ; 112x/menit
His 3x dlm10 menit lama 30 detik
Genetalia :
(06.15 WIB) : VT : u/v taa,portio lunak,eff 50%,Ø5cm,ket (-) mekonium,
HIII+,UUk jam 12,tidak teraba bagian kecil disamping Kepala Janin
A : Ibu GIII P30003 dengan UK 38 Minggu I/T/H inpartu kala I fase Aktif Dilatasi
Maksimal dengan Gawat Janin
P : Rehidrasi & mencari donor darah untuk persiapan SC
Persiapan Operasi SC a/p Dokter
Pasang dauer kateter
Lakukan scern
Pasang pakaian operasi
Persiapkan kebutuhan selama operasi meliputi: cairan infuse,obat-obatan
antibiotic,kain panjang/selimut,tempat plasenta
Persiapkan tempat operasi
R/pencegahan infeksi
Persiapan untuk bayi meliputi pakaian bayi,handuk,dll
Alat resusiotasi pernapasan meliputi: penghisap lender,sungkup
O2
Tempat tidur khusus bayi
Cataatan Perkembangan
Tanggal 20 mei 2008 jam 11.00 WIB
S; Ibu mengatakan telah siap dioperasi
O: KU: Cukup
Kesadaran : GCS(4-5-6) composmentis
TD: 130/100 mmHg
N : 98x/menit
Rr : 22x/mnt
Suhu :38,2 derajat C
LIV : kepala Masuk 4/5(divergen)
DJJ; 116x/menit
His 3x dlm10 menit lama 35 detik
VT : v/v taa,portio lunak,eff 50%,Ø5cm,ket (-) mekonium,HIII+, UUk jam
12,tidak teraba bagian kecil disamping Kepala Janin
A ; Ibu GIII P30003 dengan UK 36 Minggu I/T/H inpartu kala I fase Aktif Dilatasi
Maksimal dengan Gawat Janin Pra Operasi
P: Mengirim pasien ke Ruang Operasi a/p dokter SPOG
Catatan Perkembangan
Tangal 20 mei 2008 jam14.00
S:Ibu mengatakan pusing pada kepalanya
O:Luka Operasi+(melintang ±15cm,kering tidak ada pes)
KU: Cukup
Kesadaran : GCS(4-5-6) composmentis
TD: 130/100 mmHg
N : 98x/menit
Rr : 20x/mnt
Suhu :37,8 derajat C
Abdomen: TFU 1jari ↓ pusat,UC baik,blast kosong
Genetalia:PPV : ±50cc
Bayi lahir tgl 20 mei 2008 jam 13.00 je3nis kelamin ♂,PB/BB= 40/2500 gr
A-S= 6-7,anus (+),cacat (-),Caput sucecdonium (-)
A : Ibu P40004 Post SC
P : * Observasi TTV
Nadi&TD tiap 15 menit pada 1jam pertama dan tiap Setengah jam pada ijam kedua
Suhu tiap jam pada 2 jam Post Sc
Observasi perdarahan pervaginam,TFU<UC tiap 15 menit pada 1jam pertama & tiap
30 menit pada 1jam ke2
*Observasi luka Operasi
*Kolaborasi dengan dr.SPOGu untuk pemberian antibiotic& obat penunjang
(alinamin ,.Rouborantia,antibiotik)
Catatan Perkembangan
Tanggal 20 mei 2008 jam 16.00
S : Ibu mengatakan telah dioperasi SC & masih nyeri pada luka bekas operasi
O: Ibu telah Dioperasi oleh dr.SPOG tgl 20 mei 2008 jam 11.00 WIB
Luka Operasi+(melintang ±15cm,kering tidak ada pes)
KU: Cukup
Kesadaran : GCS(4-5-6) composmentis
TD: 110/80mmHg
N : 92x/menit
Rr : 20x/mnt
Suhu :37,2 derajat C
Abdomen: TFU 1jari ↓ pusat,UC baik,blast kosong
Genetalia:PPV : ±20cc
A : Ibu P40004 2jam Post SC
P : Observasi TTV
Observasi Luka Operasi
Observasi Cairan
Observasi involusi uterus
Observasi UC
Observasi PPV
Pantau pemberian laktasi
GIANT BABY
1. PENGERTIAN
Giant Baby adalah bayi yang mempunyai berat badan lahir sekitar 4000 gram atau
lebih (Dini Kasdu,2003 : 12)
Makrosomia yaitu berat bayi lebih dari 4000 gram, terjadi pada 25% sampai 42%
kehamilan yang disertai diabetes, sedangkan pada kehamilan diabetic angka
makrosomia hanya 8% sampai 14% - Jovanovic –Peterson,dkk,1991-
(Bobak,2004:705)
Makrosomia janin adalah bayi yang berat badannya melebihi persentil ke 95. (M.
Brudenell,1996 : 129)
Semua neonatus dengan berat 4000 gram atau lebih, biasanya dianggap sebagai
makrosomia (Cunningham, 1995 : 421)
2. KLASIFIKASI
Klasifikasi bayi besar ada 2 macam :
a. Bayi besar Objektif
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (Giant Baby) yang
diakibatkan oleh pertumbuhan janin yang berlebihan selama gestasi karena
ibu menderita kencing manis (Diabetes Melitus). Apabila dilahirkan terlalu
lama di jalan lahir dapat membahayakan janinnya.
3. ETIOLOGI
Beberapa factor baik sendiri maupun campuran, mungkin merupakan penyebab
makrosomia. Factor-faktor tersebut adalah :
a. Orang tua besar/ obesitas terutama ibu
b. Multiparits
c. Ibu yang menderita diabetes mellitus
d. Kehamilan lama (bukan kehamilan post matur)
e. Persalinan sebelumnya dengan berat badan >4000 gram (Houchang,1980)
4. MANIFESTASI KLINIK
a. Ukuran tubuh cenderung besar, montok akibat bertambahnya lemak tubuh
dan membesarnya organ dalam (Yang memperlihatkan hipertrofi dan
hyperplasia seluller).
b. Jaringan adipose menonjol dalam jaringan subkutan dan menyebar pada
wajah dan leher yang bulat dan dada serta perut yang besar.
c. Mukanya sembab dan kemerahan (Plethoric) seperti bayi yang mendapat
kortikosteroid.
d. Bayi cenderung “ gelisah “ gemetar dan mudah terangsang selama usia 3
hari pertama.
e. Mereka mungkin menderita salah satu dari berbagai manifestasi
hipoglikemia.
f. Kulit tubuhnya licin dan secara bebas dilapisi vernik kaseosa serta sering
kali dalam keadaan diumbuhi rambut.
g. Pernafasan cenderung cepat (Takipnea sementara dari neonatus) dan
mendesah. Hal ini kadang-kadang merupakan sumber dari kekeliruan dengan
sindroma gawat nafas sejati.
5. DIAGNOSA
Perkiraan khusus terhadap ukuran janin banyak yang tidak akurat. Diagnosa
Makrosomia sering baru ditegakkan setelah percobaan persalinan gagal. Meskipun
demikian, pemeriksaaan khusus yang baik dapat membantu pemeriksa yang
berpengalaman untuk membuat perkiraan yang lebih akurat. Penilaian dengan USG
terhadap ukuran kepal, toraks, abdomen dapat menguatkan hasil pemeriksaan ukuran
bayi- (Wladimiroff, dkk,1978).
6. PROGNOSA
Karena bayi makrosomia sering dilahirkan pada ibu multipara dan ibu DM maka
baik resiko ibu atau janin akan bertambah besar. Pada sebuah laporan mengenai 766
bayi yang BB nya > dari 4,5 kg, SACH (1969) menyebutkan kematian perinatal
sebesar 7%. Lebih dari itu, 16% diantara bayi-bayi tersebut menderita depresi berat
pada saat dilahirkan, 11% menderita komplikasi neurologist dan 4,5% dari bayi yang
berhasil hidup sampai periode perinatal kemudian meninggal sebelum usia 7 tahun.
7. DIAGNOSA BANDING
a. Hidrosephalus
b. Polihidramnion
c. Gemelli
d. Janin dengan perut besar
8. PENATALAKSANAAN
Mengingat bahwa makrosomia yang sedang berkembang merupakan suatu
indicator dari efek diabetes ibu, yang walaupun dikontrol dengan baik dapat
dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering disarankan
persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Situasi ini biasanya dinilai pada
kehamilan 38 minggu : jika pada saat ini, bayi jelas makrosomia maka harus
dilakukan persalinan.
Penilaian klinis yang seksama terhadap pelvis ibu, tingkat penurunan
kepala janin dan dilatasi serviks, bersama dengan pertimbangan terhadap
riwayat kebidanan sebelumnya, sering kali akan menunjukkan apakah induksi
persalinan kemungkinan akan menimbulkan persalinan kemungkinan akan
menimbulkan persalinan pervaginam yang berhasil
9. PATOFISIOLOGI
Konsumsi nutrisi>>
↓
Pertumbuhan
(lemak&karbohidrat)
janin berlebih
↓
obesitas pd ibu
↓
timbunan lemak>
di tubuh
↓ Multiparitas
hormone kehamilan ↓
↓ Dinding uterus m’alami
kekenduran krn otot
(beta HCG)akan m’ubah
uterus
lemak tbh mnjd glukosa
↓ ↓
Tahanan otot dinding
hiperglikemi maternal
<<<
↓ ↓ Obesitas
hiperinsuliesme jnn
Janin b’kembang dg
sangat leluasa ↓
BAYI BESA
R Prdrhan Kematian
Distosia dlm intracranial perinatal
persalinan krn
pnyuplai O2 Hipotermi
ASUHAN KEBIDANAN
Pada IBU G≥ 3 P…. HAMIL ….. MINGGU dengan
GIANT BABY
Tempat pengkajian :
Tanggal/jam :
VII.PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil anak ke ≥ 3 dengan usia kehamilan… bulan. Ibu
ingin memeriksakan kehamilannya
3. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan sedang menderita penyakit menurun (DM), tidak sedang
menderita penyakit menular (Hepatitis, PMS) dan sistemik (Jantung, Paru-
paru).
6. Riwayat menstruasi
Menarche : 12-15 tahun
Siklus/lama : ± 28 hari
Konsistensi : encer sampai kental
Dismenorhea : ada/tidak
Fluor albus : ada/tidak
HPHT : …
TP : …(umumnya bayi makrosomia/giant baby lahir
pada usia prematur.
7. Pola kegiatan sehari-hari
8. Pola ketergantungan
Konsumsi obat-obatan terlarang, alcohol dan merokok bukan pencetus dan bukan
yang memperparah kehamilan dengan Giant Baby.
9. Riwayat Psikososial
-
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : dbn
Muka : dbn
Mata : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Dada : terdapat desakan diafragma sehingga
gerakan iga pada waktu bernafas cepat
Abdomen : inspeksi : perut ibu kelihatan
sangat membuncit
palpasi :
LI : TFU lebih dari usia Kehamilanteraba kurang bulat, kurang
melenting, lunak (bokong).
LII : teraba tekanan keras memanjang di sebelah kanan/kiri, teraba
bagian kecil diarah yang berlawanan.
LIII : bagian bawah teraba
bundar, keras,melenting (kepala), belum masuk PAP.
LIV : bagian terendah belum masuk PAP
TBJ : >4000 gram
Auskultasi :DJJ :dbn (120-160x/mnt)gerakan janin: dbn (3x/5mnt).
Ekstrimita :atas, dbn. bawah, dbn
3. Pemeriksaan Penunjang
USG :
USG dimulai pada UK 12-16 minggu hingga 24 minggu (USG pertama)
untuk mengetahui kecepatan pertumbuhan rata-rata dari lingkar perut janin.
Makrosomia yang berkembang biasanya terlihat pada UK 30-32 minggu.
Untuk memantau adanya anomalia congenital.
Laboratorium
Pemeriksaan kadar glukosa darah
Pemeriksaan urine
Dilakukan untuk mendeteksi keberadaan glukosa dalam urine. Penderita
diabetes mellitus pada pemeriksaan lab. Urine menunjukkan glukosaria +.
II. DIAGNOSA
Dx : ibu hamil G> 1 P… hamil <36 minggu (prematur) I/T/H dengan bayi besar
Ds : ibu mengatakan hamil anak ke >1 dengan usia kehamilan < 8 bulan. Ingin memeriksakan
kehamilannya.
Do : KU : baik
Kesadaran : G-C-S 4-5-6
BB : obesitas, peningkatan >7 kg
TD : dbn. (110-130/70-90mmHg)
N : dbn. (80-100x/menit)
S : dbn. (36,5-37,5ºC)
RR : > 24x/menit
Inspeksi : perut ibu kelihatan membesar, tidak sesui usia kehamilan
Palpasi :
LI :TFU > pertengahan Px-pusat, teraba kurang membulat, melenting, lunak (bokong), TFU
= ± 40 cm
LII :teraba tahanan keras memanjang disebelah kanan/kiri. Teraba bagian kecil di daerah yang
berlawanan.
LIII :bagian bawah teraba bundar, keras, melenting (kepala) belum masuk PAP.
LIV :bagian terendah belum masuk PAP
TBJ : > 4000 gram
Auskultasi :
DJJ :dbn. (120-160x/mnt)
Gerakan janin : dbn. (3x/5mnt)
DIAGNOSA
Dx : ibu hamil G> 1 P… hamil 37-42 minggu (aterm) I/T/H dengan bayi besar
Ds : ibu mengatakan hamil anak ke >1 dengan usia kehamilan 9 bulan. Ingin memeriksakan
kehamilannya.
Do : KU : baik
Kesadaran : G-C-S 4-5-6
BB : obesitas, peningkatan >12,5 kg
TD : dbn. (110-130/70-90mmHg)
N : dbn. (80-100x/menit)
S : dbn. (36,5-37,5ºC)
RR : > 24x/menit
Inspeksi : perut ibu kelihatan membesar, tidak sesui usia kehamilan
Palpasi :
LI :TFU setinggi Px, teraba kurang membulat,melenting, lunak (bokong), TFU = ± 40 cm
LII :teraba tahanan keras memanjang disebelah kanan/kiri. Teraba bagian kecil di daerah yang
berlawanan.
LIII :bagian bawah teraba bundar, keras, melenting (kepala) sudah masuk PAP.
LIV :bagian terendah sudah masuk PAP
TBJ : > 4000 gram
Auskultasi : DJJ : dbn. (120-160x/mnt)
Gerakan janin : dbn. (3x/5 mnt)
DIAGNOSA
Dx : ibu hamil G> 1 P… hamil >42 minggu (posterm) I/T/H dengan bayi besar
Ds : ibu mengatakan hamil anak ke >1 dengan usia kehamilan >9 bulan. Ingin memeriksakan
kehamilannya.
Do : KU : baik
Kesadaran : G-C-S 4-5-6
BB : obesitas, peningkatan >12,5 kg
TD : dbn. (110-130/70-90mmHg)
N : dbn. (80-100x/menit)
S : dbn. (36,5-37,5ºC)
RR : > 24x/menit
Inspeksi : perut ibu kelihatan membesar, tidak sesui usia kehamilan
Palpasi :
LI :TFU > pertengahan px-pusat, teraba kurangmembulat,melenting,lunak
(bokong),TFU=±40 cm
LII :teraba tahanan keras memanjang disebelah kanan/kiri. Teraba bagian kecil di daerah yang
berlawanan.
LIII :bagian bawah teraba bundar, keras, melenting (kepala) sudah masuk PAP.
LIV :bagian terendah sudah masuk PAP
TBJ : > 4000 gram
Auskultasi: DJJ :dbn. (120-160x/mnt)
Gerakan janin : dbn. (3x/5 mnt)
VI. IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janinnya.
2. Menganjurkan ibu konsumsi diet seimbang, termasuk kebutuhan makanan
harian untuk kehamilan normal.
3. Menganjurkan ibu untuk makan 3x dan 2-4x camilan, sesuaikan dengan
kebutuhan individu.
4. Menjelaskan pada ibu untuk membatasi asupan lemak jika penambahan
berat badan terlalu banyak.
5. Menganjurkan kepada ibu untuk menghindari makanan yang kandungan
gulanya (gula murni) tinggi.
6. Menjelaskan pada ibu untuk melakukan ANC secara teratur (terutama
penimbangan BB secara rutin).
7. Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya persalinan terutama yang
berhubungan dengan bayi besar.
8. Menjelaskan pada ibu resiko persalinan prematuritas
9.Kolaborasi dengan dokter SpOG tentang pemeriksaan lanjut (USG).
VII. EVALUASI
Tanggal 23 Mei 2008 jam 13.00
S : ibu mengatakan hamil anak ke-3 mengeluh kenceng-kenceng sejak jam 08.30 keluar
lendir bercampur darah dari kemaluannya HPHT = 15-08-07
O : K/U = cukup
Kesadaran = GCS (4-5-6)
TD = 120/70 mmHg
N = 88x/mnt
S = 37ºC
RR = 20x/mnt
His = 3x/10’/50
Abdomen =
Inspeksi = pembesaran perut melebihi usia kehamilan
Palpasi =
LI :TFU 3 jari dibawah Px (40 cm), teraba kurang
membulat,melenting, lunak (bokong)
LII :teraba tahanan keras memanjang disebelah kiri. Teraba bagian kecil di daerah yang
berlawanan.
LIII :bagian bawah teraba bundar, keras, melenting (kepala) sudah masuk PAP.
LIV :bagian terendah sudah masuk PAP divergen(2/3, 2/5)
TBJ : 4495 gr
Auskultasi :DJJ :140x/mnt, Gerakan janin : (3x/5 mnt)
Genetalia : VT : v/v taa, portio lunak, eff 70 %, Ø 8 cm, ket (+),
HII+, preskep, uuk jam 12 tidak ada bagian kecil
disamping kepala.
A : ibu GIIIP20002 UK 37 Minggu I/T/H inpartu kala I fase aktiv deselerasi dengan resiko
bayi besar.
P : - observasi his dan DJJ tiap 30 menit sekali
- lakukan VT jam 14.00 atau jika ada indikasi
- observasi TD dan suhu tiap 4 jam
- anjurkan ibu miring ke kiri
- persiapan alat, obat dan pencegahan infeksi untuk manajemen aktiv kala II
Catatan perkembangan
Tanggal 23 Mei 2008 jam 14.00
S : - ibu mengatakan kenceng-kenceng di perutnya semakin sering dan ada dorongan
untuk meneran seperti orang mau BAB
- ibu mengatakan keluar lendir bercampur darah dari kemaluannya serta keluar
seperti air
O : K/U = cukup
Kesadaran = GCS (4-5-6)
TD = 120/70 mmHg
N = 92x/mnt
S = 37ºC
RR = 22x/mnt
His = 3x/10’/55
Abdomen =
Inspeksi = pembesaran perut melebihi usia kehamilan
Palpasi =
LI :TFU 3 jari dibawah Px (40 cm), teraba kurang membulat,melenting, lunak (bokong)
LII :teraba tahanan keras memanjang disebelah kiri. Teraba bagian kecil di daerah yang
berlawanan.
LIII :bagian bawah teraba bundar, keras, melenting (kepala) sudah masuk PAP.
LIV :bagian terendah sudah masuk PAP divergen (2/3, 2/5)
TBJ : 4495 gr
Auskultasi : DJJ :136x/mnt, Gerakan janin : (3x/5 mnt)
Genetalia:inspeksi : tampak tekanan anus, perineum menonjol danvulva membuka, bloodshow
(+).
VT : v/v taa, portio lunak, eff 100 %, Ø 10 cm, ket (-) jernih,
HIII, preskep, uuk jam 12, tidak ada bagian kecildisamping kepala janin.
USG :DJJ 140x/mnt, gerakan janin 3x/5mnt, ketuban volume normal,
TBJ 4495 gr.
A : ibu GIIIP20002 UK 37 Minggu I/T/H inpartu kala II
dengan resiko bayi besar.
P : - managemen aktiv kala II
- pimpin ibu untuk meneran
- observasi DJJ dan nadi ibu saat tidak ada his (DJJ = 11-11-12/ 136x/mnt)
terdengar jelas, nadi = 88x/mnt
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 23 Mei 2008 jam 14.45
S : ibu mengatakan kelelahan meneran dan bayinya masih belum keluar
O : K/U = cukup
Kesadaran = GCS (4-5-6)
TD = 120/70 mmHg
N = 92x/mnt
S = 37ºC
RR = 22x/mnt
His = 4x/10’/55”
Abdomen
Inspeksi = pembesaran perut melebihi usia kehamilan
Palpasi =
LI :TFU 3 jari dibawah Px (40 cm), teraba kurang membulat,melenting, lunak (bokong)
LII :teraba tahanan keras memanjang disebelah kiri. Teraba bagian kecil di daerah yang
berlawanan.
LIII :bagian bawah teraba bundar, keras, melenting(kepala) sudah masuk PAP.
LIV :bagian terendah sudah masuk PAP divergen (2/3, 2/5)
TBJ : 4495 gr
Auskultasi :DJJ : 12-12-11 (140x/mnt)
Gerakan janin : (3x/3 jam)Kandung kemih kosong
Genetalia:inspeksi : tampak tekanan anus, perineum menonjol dan vulva membuka,
blodshow (+).
VT : v/v taa, portio lunak, eff 100 %, Ø 10 cm, ket (-) jernih,
HIII+, preskep, uuk jam 12, tidak ada bagian kecil Disamping kepala janin
USG :DJJ 140x/mnt, gerakan janin 3x/5mnt, ketuban volume normal,
TBJ 4495 gr.
CATATN PERKEMBANGAN
Tanggal 23 mei 2008 jam 15.40
S : ibu mengatakan telah siap untuk dioperasi
O : K/U = cukup
Kesadaran = GCS (4-5-6)
TD = 110/80 mmHg
N = 80x/mnt
S = 36,7ºC
RR = 20x/mnt
His = 4x/10’/55
Abdomen
Inspeksi = pembesaran perut melebihi usia kehamilan
Palpasi =
LI :TFU 3 jari dibawah Px (40 cm), teraba kurang membulat,melenting, lunak (bokong)
LII :teraba tahanan keras memanjang disebelah
kiri. Teraba bagian kecil di daerah yang berlawanan.
LIII :bagian bawah teraba bundar, keras, melenting (kepala) sudah masuk PAP.
LIV :bagian terendah sudah masuk PAP (2/3, 2/5) divergen
TBJ : 4495 gr
Auskultasi : DJJ : 12-12-11 (140x/mnt)
Gerakan janin : (3x/5 mnt)Kandung kemih kosong
Genetalia:inspeksi : tampak tekanan anus, perineum menonjol dan vulva membuka, blodshow
(+).
VT : v/v taa, portio lunak, eff 100 %, Ø 10 cm, ket (-) jernih,
HIII+, preskep, uuk jam 12, tidak ada bagian kecil Disamping kepala janin
A : ibu GIIIP20002 UK 37 Minggu I/T/H inpartu kala II
dengan resiko bayi besar.
P : membawa pasien ke ruang operasi untuk dilakukan SC oleh Dokter SpOG
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 23 mei 2008 jam 17.00
S : ibu mengatakan telah menjalani operasi dan merasa pusing pada kepalanya
O : ibu telah dioperasi oleh dokter SpOG pada tanggal 23 mei 2008 jam 15.50
Luka operasi (+) (melintang 15 cm)
TD = 110/80 mmHg
N = 80x/mnt
S = 36,7ºC
RR = 20x/mnt
Abdomen = TFU 1 jari dibawah pusat, UC baik, blast kosong, peristaltic usus (+)
Genetalia = perdarahan pervaginam 100 cc
Bayi lahir tanggal 23 mei 2008 jam 16.05 jenis kelamin perempuan, BB/PB = 4250 gr/
53 cm, AS = 7-8, cacat (-), anus (+). Caputsucedaneum (+), plasenta lahir lengkap
A : ibu P30003 Post SC
P : - observasi TTV, nadi, TD tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada jam
kedua, suhu tiap jam pada 2 jam post SC
- observasi perdarahan pervaginam, TFU, UC dan tiap 30 menit pad 1 jam kedua
- dengarkan peristaltic usus
- observasi luka operasi
- kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian antibiotic dan obat penunjang
(alinamin. Roborantia, antibiotik)
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 23 mei 2008 jam 18.00
S : ibu mengatakan telah dioperasi SC dan masih merasa nyeri pada luka operasi
O : ibu telah dioperasi oleh dokter SpOG pada tanggal 23 mei 2008 jam 15.50
Luka operasi (+) (melintang 15 cm)
TD = 110/80 mmHg
N = 92x/mnt
S = 37,2ºC
RR = 20x/mnt
His = 4x/10’/55
Abdomen = TFU 1 jari dibawah pusat, UC baik, blast kosong
Genetalia = perdarahan pervaginam 20 cc
Bayi lahir tanggal 23 mei 2008 jam 15.55 jenis kelamin perempuan, BB/PB = 4250 gr/
53 cm, AS = 7-8, cacat (-), anus (+). Caputsucedaneum (+), plasenta lahir lengkap
A : ibu P30003 2 jam Post SC
P : - observasi TTV
- observasi luka operasi
- observasi UC dan PPV
- observasi involusi
- observasi cairan
- pemantauan laktasi
I.PENGERTIAN
Kehamilan kembar adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih (Ilmu Kebidanan :
386)
II. ETIOLOGI
Bangsa, Hereditas, Umur dan paritas hanya mempunyai pengaruh terhadap kehamilan
kembar yang berasal dari 2 telur. Pada kembar yang berasal dari satu telur faktor tersebut
atau sedikit sekali mempengaruhi kehamilan kembar. Obat klomia dan hormon
gonadotropin yang dipergunakan untuk menimbulkan.
III. JENIS
1. Kehamilan kembar Monozigot
Merupakan kehamilan kembar yang berasal dari satu ovum (hamil kembar
identik/hamil kembar homolog/hamil kembar univoler)
Ciri-cirinya :
Jenis kelamin sama, mata, kuping, rambut pun sama
Rupanya sama
Sebagian hamil kembar dalam bentuk
- 2 amnion
- 2 korion
- 2 plasenta
Sebagian besar hamil kembar dalam bentuk
- 1 plasenta
- 1 korion
- 2 amnion
Pada hamil kembar monozigot dapat terjadi kelainan pertumbuhan seperti kembar
siam
2. Kehamilan dizigotik
Merupakan kehamilan kembar yag berasal dari 2 ovum (hamil kembar heterolog /
binovuler / fraternal
Ciri-cirinya :
Jenis kelamin dapat sama atau berbeda
Mempunyai 2 plasenta, 2 korion dan 2 amnion
IV. PERTUMBUHAN JANIN
1. Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan daripada janin pada
kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang sama. Berat badan satu janin pada
kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tinggal.
Berat badan yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram.
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sam, dapat berbeda antara 50
sampai 1000 gram.
2. Dalam pertumbuhan yang bersaing antara kedua janin hamil kembar dapat terjadi :
Terjadi monstrum, akardiakus
Pada kehamilan kemabr monozigotik peredaran darah terjadi tidak seimbang karena
perbedaan pembuluh darah.pada jantung janin yang satu, peredaran darahnya lebh
sempurna daripada janin yang lain sehingga terjadi gangguan pertumbuhan pada
satu janin.
Macam-macamnya :
- Akardiakus akornus ialah monstrum tanpa badan
- Akardiakus asefalus ialah monstrum yang hanya terdiri atas panggul dan
ekstremitas bawah
- Akardiakus amorfus ialah monstrum tanpa bentuk yang terdiri atas
jaringan ikat yang mengandung berbagai alat rudimeter dan diliputi kulit.
Pada janin yang mendapat darah lebih banyak dapat terjadi hidramnion, selain itu
juga dapat terjadi polisitemia. Tapi pertumbuhan janin baik sedangkan pada janin
kedua dapat menderita anemia, oligohidramnion, pertumbuhan janin kecil.
3. Fetus Papiraseus
Ini terjadi pada kembar dizigotik dimana satu janin meninggal dan yang lainnya tumbuh
terus sampai matur. Janin yang mati diabsobsi atau masih ditemukan dalam uterus.
Cairan amnion dapat diserap semua dan janin berubah menjadi gepeng (fetus
papiraseus/kompresus). Jika tertinggal dalam uterus dapat menyebabkan infeksi dan
perdarahan. Plasenta fetus papiraseus berwarna putih, keras, fibritik dan berbatas tegas.
Penemuan plasenta ini dapat menjadi indikator kemungkinan masih tertinggal janin
kedua dalam uterus. Dapat pula satu konseptur mengalami perubahan menjadi mola
hidatidosa sedangkan yang lain tumbuh terus sampai matur dan dilahirkan hidup. Tapi
ini sangat jarang terjadi.
V. LETAK DAN PRESENTASI JANIN
Pada umumnya janin kembar tidak besar dan cairan amnion lebih banyak daripada bisa,
sehingga sering terjadi perubahan presentasi dan janin. Yang paling sering ditemukan ialah
kedua janin dalam letak memanjang dengan presentasi kepala, presentasi kepala dan
bokong, keduanya presentasi bokong, presentasi kepala dan bahu, presentasi bokong dan
bahu dan paling jarang keduanya presentasi bahu.
VI. DIAGNOSIS KEHAMILAN KEMBAR
Untuk menegakkan diagnosa kemungkinan hamil kembar haruslah dipikirkan keadaan
jsebagai berikut :
Besarnya uterus melebihi lamanya amenorea
Besarnya uterus bertambah lebih cepat dari biasanya pada pemeriksaan berulang
Penambahan berat badan ibu yang mencolok (bukan edema atau obesitas)
Banyak bagian kecil teraba
Teraba 3 bagian besar janin
Teraba 2 ballotemen
Diagnosis pasti kehamilan kembar
Teraba dua kepala
Teraba dua bokong atau dua punggung
Perbedaan denyut jantung janin dengan jumlah lebih dari 10 denyut / menit
Dengan alat bantu ultrasonografi dan foto abdominal akan nampak dua janin
dalam rahim
VII. GAMBAR KLINIK KEHAMILAN KEMBAR
Pada kehamilan kembar dengan peregangan uterus yang berlebihan dapat terjadi persalinan
prematuritas.
Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan kembar bertambah sehingga terjadi
difisiensi nutrisi seperti anemia yang dapat mengganggu pertumbuhan janin.
Frekuensi hidramnion pada hamil kembar sebesar 10 kali lipat lebih besar daripada
kehamilan normal. Keregangan otot rahim yang menyebabkan iskemia uteri dapat
meningkatkan kemungkinan pre-eklampsia dan eklampsia.
Solusio plasenta dapa terjadi setelah persalinan anak pertama karena retraksi otot rahim
berlebihan. Perjalanan persalinan dapat terjadi lebih lama. Setelah persalinan terjadi
gangguan kontraksi otot rahim yang menyebbakan atonia uteri menimbulkan perdarahan
Keluhan yang sering terjadi pada kehamilan kembar diantranya sesak nafas sering ingin
kencing / edema tungkai, pembesaran pembuluh darah (varises)
Dengan janin (bayi) yang relatif berat badannya rendah menyebabkan morbiditas dan
kematian yang tinggi.
Kemungkinan penyulit pada kehamilan kembar
Ibu Bayi
Anemia Hidramnion
Hipertensi Malpresntasi
Partus Prematurus Plasebta previa
Atonia Uteri Solisio plasenta
Perdarahan pasca persalinan Ketuban pecah dini
Prolapsus funikuli
Pertumbuhan janin terhambat
Kelainan bawaan
Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat
Tempat Pengkajian :
Waktu Pengkajian :
Nama Pengkajian :
I.PENGKAJIAN
A. DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Suku : bangsa kulit hitam mempunyai frekuensi kehamilan lebih tingg
Umur : makin tinggi umur maka makin tinggi frekuensi untuk hami kembar
2. Keluhan utama
Ibu hami anak ke ....... dengan usia kehamilan ..........bulan
Ibu mengatakan perutnya terasa lebih besar dibanding kehamilan biasa
pada usia kehamilan yang sama
Ibu mengatakasn merasa gerakan janin di dua tempat yang berbeda
3. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu merasa sesak nafas
Ibu merasakan gerakan janin di dua temapat yang berbeda
4. Riwayat kesehatan dahulu
-
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ada keturunan kembar
6. Riwayat menstruasi
HPHT.....
7. Riwayat pernikahan
-
8. Riwayat obstetri
Bisa terjadi pada nulipara maupun multipara, namun frekuensi kehamilan kembar
lebih tinggi terjadi pada nulipara. Ibu pernah melahirkan kembar sebelumnya.
9. Riwayat kehamilan sekarang
Trimester ANC Keluhan Terapi KIE Ket
I 1x Mua –muntah Fe, vit - Makan sedikit tapi sering
sering kencing C, kalk - Menjaga personal
Hygiene
II 1x Ukuran uterus Fe, vit - Memakai korset di bawah
kandungan C, kalk perut
lebih besar dari - USG
UK
III 2x Sesak nafas Fe, vit - Menganjurkan ibu untuk
C tidak tidur terlentang (posisi
ibu saat tidur, kepala harus
lebih tinggi
- USG
Ibu mengatakan merasakan gerakan anak di dua temapt yang berbeda
10. Pola kegiatan sehari-hari
Aktivitas ibu terganggu karena sesak nafas
11. Riwayat psikososial
-
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis / GCS (4-5-6)
TD : Meningkat > normal (normal 110-120/70-80 mmHg)
N : dbn
RR : Meningkat (> 20 x / menit)
S : db (36, 2 OC – 38 OC → Ladeweg : 2006)
n 36 OC – 37,2 OC → Varney : 1997)
(36 OC – 37,5 OC → Depkes)
BB : sebelum hamil normal
BB : selama hamil melebihi 12,5 kg
Tinggi badan : normal
2. Pemeriksaan fisik
Abdomen
- Inspeksi : - Pembesaran perut melebihi UK
- Terlihat gerakan janin di dua tempat berbeda
- Palpasi :
a. Presentasi kepala-kepala
LI : TFU melebihi usia kehamilan, teraba 2 bagian tidak keras, tidak
bulat dan tidak melenting (2 bokong)
L II : Anak I : teraba keras, datar dan panjang disebelah kiri perut ibu
(PUKI)
Anak II : teraba keras, datar dan panjang disebelah kanan perut
ibu (PUKA)
L III : Teraba dua bollotemen (melenting atau tidak melenting)
(preskep)
L IV : Bagian terendah sudah masuk PAP atau belum masuk PAP
Auskultasi :
Anak I : puntum maksimum di bawah umbilikus
Anak II : puntum maksimum terdengar lebih dalam
b. Presentasi bokong - kepala
LI : TFU melebihi usia kehamilan, teraba keras, bulat , melenting
(kepala) dan teraba bagian tidak keras, kurang bulat dan tidak
melenting (bokong)
L II : Anak I : teraba keras, datar dan panjang disebelah kiri perut ibu
(PUKI)
Anak II : teraba keras, datar dan panjang disebelah kanan perut
ibu (PUKA)
L III : Anak I : Teraba tidak kkeras, kurang bulat dan tidak melenting
(Presbo)
Anak II : teraba keras, bulat, melenting (preskep)
L IV : Bagian terendah sudah atau belum masuk PAP
Auskultasi :
Anak I : puntum maksimum di atasumbilikus (kiri)
Anak II : puntum maksimum di bawah umbilikus (kanan)
c. Presentasi bokong-bokong
LI : TFU melebihi usia kehamilan, teraba 2 ballotemen
L II : Anak I : teraba keras, datar dan panjang disebelah kiri perut ibu
(PUKI)
Anak II : teraba keras, datar dan panjang disebelah kanan perut
ibu (PUKA)
L III : Teraba 2 bagian lunak, kurang bulat dan tidak melenting
(Presbo)
Anak II : teraba keras, bulat, melenting (preskep)
L IV : Bagian terendah sudah atau belum masuk PAP
Auskultasi :
Anak I : puntum maksimum terdengar lebih dalam
Anak II : puntum maksimum di atas umbilikus
Genetalia : dbn
Ekstrimitas bawah : oedema tungkai +/+, varises +/+
3. Pemeriksaan penunjang
USG : DJJ : terlihat DJJ di dua tempat yang berlainan dengan seluruh 10 denyut/
menit
UK : > 16 minggu
Gerakan janin : +/+, terlihat dua janin
Cairan amnion : normal – banyak
V. INTERVENSI
1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu dan janinnya
R / ibu lebih mengerti dan bersikap lebih kooperatif
2. Berikan penjelasan pada ibu dan keluarganya mengenai bahaya yang mungkin
terjadi pada bayi dan ibu
R / presentasi bokong dan kepala pada kehamilan kembar dapat mengakibatkan
interlocking
3. Observasi CHPB
R / memantau keadaan ibu dan bayi
4. Persiapan rujukan (baksoku)
R / ibu dan keluarganya dapat segera menyiapkan segala sesuatunya
5. Rujuk segera
R / penanganan lebih lanjut
VI. IMPLEMENTASI
-
VII. EVALUASI
Tanggal 16 Mei 2008 jam 10.00
S : ibu mengatakan perutnya semakin saki
O : K/U : baik
Kesadaran : GCS (4-5-6)
TD : 120/80 mmHg)
N : 80 x/menit
S : 37 OC
RR : 22 x/menit
Pemeriksaan Penunjang
USG : Tampak 2 janin, janin I presbo da janin kedua preskep
: DJJ anak I : 136 x/menit
DJJ anak II : 132 x/menit
UK : 36 minggu
TBJ : janin I : 2300 gram
Janin II : 2000 gram
Gerakan janin : +/+
Cairan amnio : > normal
A : ibu G IP0000 hamil 36 minggu I/G/H kembar
P : - rehidrasi
- Kolaborasi dengan dr. SpOG untuk melakukan SC
- Kolaborasi dengan dr SpOG untuk pemantauan janin
- Kolaborasi dengan dr. Specialis anastesi
- Observasi DJJ, HIS, nadi tiap 30 menit
Persiapan operasi SC
- Pasang douwer kateter
- Lakukan scern
- Pasang pakaian operasi
- Persiapan alat operasi
- Persiapan kebutuhan selama operasiu : cairan infus, obat-oabt, tranfusi darah
- Persiapan temapat operasi
R/ pencegahan infeksi
- Persiapan untuk bayi
Qalat resusitasi (penghisap lendir)
O2
Temapt tidur khusus
Tempat plasenta
Catatan perkembangan
Tanggal 16 Mei pukul 12.00
S: ibu mengatakan siap melakukan operasi
O : K/U : baik
Kesadaran : GCS (4-5-6)
TD : 120/80 mmHg)
N : 80 x/menit
S : 37 OC
RR : 22 x/menit
Catatan perkembangan
Tanggal 16 Mei pukul 13.00
S: ibu mengatakan pusing pada kepalanya
O : TD : 120/80 mmHg)
N : 80 x/menit
S : 37 OC
RR : 22 x/menit
Abdomen : TFU setinggi pusat, UC baik, blast kosong, luka operasi (+)
Genetalia : PPV (+), ± 50 cc
Bayi I : lahir tangga 16 Mei 2008, jam 12.30 WIB, jenis kelamin ♂
BB/PB : 2100 gram /43 cm, AS : 7 – 8, anus (+), cacat (-)
Bayi II : lahir tanggal 16 Mei 2008, jam 12.35 WIB, jenis kelamin ♂
BB/PB : 2000 gram /40 cm, AS : 7 – 8, anus (+), cacat (-)
Plasenta lahir lengkap tanggal 16 Mei 2008 jam 12.40 WIB
A : ibu G IP0000 Post SC jam 13.00
P : - Observasi TTV
Nadi dan TD tiap 15 menit sekali tiap, jam 1 dan 30 menit sekali pada 1
jam ke 2
Suhu tiap jam pada 2 jam post SC
- Observasi berdasarkan pervaginam, TFU, UC tiap 15 menit pada 1 jam pertama
dan pada luka operasi
- Dengarkan peristaltik usus (peristaltik usus (-))
- Observasi luka operasi
- Kolaborasi dengan dr. SpOG untuk pemberian antibiotik dan obat penunjang
Catatan perkembangan
Tanggal 16 Mei pukul 16.00 WIB
S: ibu mengatakan telah dioperasi secar dan masih nyeri pada luka jahitan
Ibu mengatakan sekarang bayinya dirawat diruang bayi
O: ibu telah dioperasi oleh dr. SpOG pada tanggal 16 Mei 2008 jam 12.00 WIB
Luka operasi (+) ( melenting ± 15 cm, tidak ada post)
TD : 110/70 mmHg)
N : 80 x/menit
S : 36,8 OC
RR : 20 x/menit
Abdomen : TFU setinggi pusat, UC baik, blast kosong, luka operasi (+)
Genetalia : PPV (+), ± 10 cc
A : ibu G IP0000 jam 2 Post SC
P : - Observasi TTV
- Observasi luka operasi
- Observasi intake output