Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH PENGETAHUAN, PERSEPSI, SIKAP DAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP PARTISIPASI

PRIA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (METODE VASEKTOMI DAN KONDOM) DI


KABUPATEN JEMBER
Surya Dewi Puspita , Sri Hernawati2), Farida Wahyu Ningtyias2)
1)

1Student in the Faculty of Public Health, Graduate University of Jember

email: surya.puspita2905@gmail.com
2Lecturer in the Faculty of Public Health, University of Jember

Abstract
Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk meningkatkan kedudukan perempuan serta menekan
pertambahan jumlah penduduk demi pencapaian kesejahteraan keluarga dengan jalan membatasi kehamilan
dengan menggunakan alat kontrasepsi. Kesetaraan dan keadilan gender pada pelaksanaan program KB yaitu
penggunaan kontrasepsi diarahkan bukan untuk menunda kehamilan pada wanita tetapi paradigma tersebut
harus diubah karena tidak hanya wanita yang menggunakan kontrasepsi tetapi melibatkan pria. Program KB
di Indonesia masih didominasi oleh kaum wanita dan di Kabupaten Jember sendiri akseptor kontrasepsi
hampir seluruhnya adalah perempuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
pengetahuan, sikap, persepsi dan sosial budaya terhadap partisipasi pria pasangan usia subur dalam program
keluarga berencana. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain penelitian cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pakusari, Kecamatan Jelbuk dan Kecamatan Jenggawah September-
Oktober 2017. Data dikumpulkan dari 380 pria pasangan usia subur yang memakai kontrasepsi dan tidak
memakai kontrasepsi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini mengunakan tehnik multistage random
sampling. Hasil penelitian dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
mempengaruhi partisipasi pria pasangan usia subur dalam program keluarga berencana (p=0,000), persepsi
mempengaruhi partisipasi pria pasangan usia subur dalam program keluarga berencana(p=0,000), sikap
mempengaruhi partisipasi pria pasangan usia subur dalam program keluarga berencana (p=0,000), sosial
budaya mempengaruhi partisipasi pria pasangan usia subur dalam program keluarga berencana(p=0,003).
Pengetahuan, persepsi, sikap dan sosial budaya merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi pria
pasangan usia subur dalam program keluarga berencana, Oleh karena itu disarankan kepada petugas KB
selalu memotivasi dan memberikan penyuluhan atau sosialisasi kepada pria pasangan usia subur tentang
kontrasepsi pria, dengan adanya motivasi dan penyuluhan secara rutin diharapkan pengetahuan meningkat
menjadi baik dan terhindar dari persepsi yang salah mengenai kontrasepsi pria.

Kata kunci: Partisipasi pria pasangan usia subur, Pengetahuan, Persepsi, Sikap, Sosial budaya, Program
Keluarga Berencana

Pendahuluan Timur partisipasi pria sebagai akseptor kontrasepsi pria


Program Keluarga Berencana merupakan upaya hanya sebesar 1,66 % [3]. Pencapaian peserta
yang dilakukan untuk meningkatkan kedudukan kontrasepsi pria aktif di Kabupaten Jember sampai
perempuan serta menekan pertambahan jumlah dengan bulan Desember 2016 yaitu vasektomi 0,19%,
penduduk demi pencapaian kesejahteraan keluarga kondom 0,89% dan selebihnya akseptor kontrasepsi
dengan jalan membatasi kehamilan dengan wanita [4]. Belum tercapainya target akseptor
menggunakan alat kontrasepsi. Kesetaraan dan keadilan kontrasepsi pria di Kabupaten Jember disebabkan oleh
gender pada pelaksanaan program keluarga berencana beberapa faktor yaitu masih rendahnya pengetahuan
yaitu penggunaan kontrasepsi diarahkan bukan untuk pria mengenai alat kontrasepsi pria, persepsi yang
menunda kehamilan pada wanita tetapi paradigma salah oleh kaum pria bahwa keluarga berencana
tersebut harus diubah karena tidak hanya wanita yang merupakan kewajiban pria, lingkungan sosial budaya
menggunakan kontrasepsi tetapi melibatkan pria. yang kurang mendukung dalam penggunaan
Program keluarga berencana di Indonesia masih kontrasepsi pria.
didominasi oleh kaum wanita yaitu akseptor kontrasepsi Penggunaan alat kontrasepsi wanita tidak
kondom 1,8% dan vasektomi hanya sebesar 0,2% dan terlepas dari masalah kesehatan. Permasalahan
selebihnya adalah akseptor kontrasepsi wanita[1]. Hal ini pemakaian alat kontrasepsi seperti berat badan naik,
tidak sesuai dengan target Renstra BKKBN 2015-2019 berat badan turun, perdarahan, hipertensi, diabetes,
yaitu target akseptor KB pria sebesar 4,3% [2]. Di Jawa pusing kepala, mual, tidak haid sampai dengan
komplikasi berat. Masalah dalam penggunaan berhubungan dengan motivasi individu dan kelompok,
kontrasepsi pada wanita yaitu 5,5% pada kontrasepsi pil, termasuk faktor demografi seperti sosio ekonomi,
5,5% pada kontrasepsi IUD, 10,7% pada kontrasepsi umur, jenis kelamin, dan ukuran keluarga, reinforcing
suntikan dan 10,6% pada kontrasepsi implant [1]. factors meliputi sikap dan perilaku petugas kesehatan,
Sebanyak 10% wanita berhenti memakai kader kesehatan, dukungan keluarga, dan enabling
kontrasepsi karena hamil ketika memakai alat factors meliputi ketersediaan sarana pelayanan
kontrasepsi, kegagalan kontrasepsi yang menyebabkan kesehatan dan kemudahan untuk mencapainya [9].
kehamilan untuk semua metode yaitu 6,8% karena tidak Predisposing factors yang berhubungan
ada kontrasepsi yang efektifitasnya mencapai 100%, dengan partisipasi pria dalam penggunaan alat
diperkirakan bahwa 8-30 juta kehamilan di dunia setiap kontrasepsi adalah pengetahuan, persepsi, sikap dan
tahunnya terjadi karena kegagalan kontrasepsi pada sosial budaya. Pengetahuan pria mengenai alat
wanita [1]. kontrsepsi pria masih rendah, minimnya informasi
Alat kontrasepsi yang dipakai wanita dalam mengenai alat kontrsepsi juga rendah meskipun ada
jangka panjang dapat menyebabkan berbagai masalah beberapa pria mengetahui informasi mengenai alat
kesehatan. Hal ini didukung hasil penelitin yang kontrasepsi, akan tetapi informasi yang diketahui
dilakukan oleh Setiowati, et al. (2015) di RSUD Dr. hanya terbatas. Penelitian Ekarini (2008) di Kecamatan
Soetomo bahwa penggunaan kontrasepsi hormonal Selo Kabupaten Boyolali menyatakan bahwa ada
memiliki resiko 2,990 kali lebih besar terkena kanker pengaruh pengetahuan, sikap terhadap kepesertaan KB
payudara dibanding tidak menggunakan [5]. Penelitian [10]. Selain itu hambatan sosial budaya juga masih
juga dilakukan oleh Wibowo, et.al (2013) di Kabupaten berpengaruh terhadap partisipasi pria sebagai akseptor
Semarang bahwa ada hubungan yang signifikan antara kontrasepsi yaitu pemakaian kontrasepsi merupakan
penggunaan pil kontrasepsi dengan kejadian diabetes kewajiban dan tanggung jawab perempuan.
mellitus tipe 2 pada wanita usia >35 tahun [6]. Selain itu Hasil penelitian Pangestu dan Harahap (2013)
penelitian juga dilakukan oleh Sungkar et al. (2016) di menyatakan bahwa sebagian besar pria memiliki
RSUD Dr. Moewardi yaitu terdapat hubungan antara memiliki persepsi positif terhadap alat kontrasepsi pria
pemakaian IUD dengan kejadian kandidiasis [11]. Penelitian Ekarini (2008) dimana sebanyak 103
vulvovaginalis [7]. Permasalahan lain yang berkaitan responden (53.1%) dari total 194 responden
dengan kontrasepsi yaitu berdasarkan laporan SDKI menyatakan memiliki sikap yang positif terhadap
(2012) tingginya angka unmet need di Indonesia yaitu penggunaan metode kontrasepsi pria [10]. Penelitian
11,4% dan angka unmet need di Kabupaten Jember Budisantoso (2008) menjelaskan bahwa ada hubungan
sebesar 9,33% (45.124) [4]. yang signifikan antara persepsi terhadap partisipasi
Adanya permasalahan tersebut maka partisipasi pria dalam keluarga berencana dengan p value 0,009
pria pasangan usia subur sebagai akseptor KB dimana responden yang menyatakan kondom dapat
mempunyai peranan yang sangat penting seorang pria mengurangi kenikmatan dalam hubungan suami istri
untuk menggantikan posisi perempuan dalam pemakaian sebesar 45%, pelaksanaan vasektomi membahayakan
kontrasepsi. Pentingnya pria pasangan usia subur keselamatan jiwa sebesar 40% dan menggunakan
sebagai akseptor kontrasepsi didasarkan bahwa pria kontrasepsi kondom dilarang oleh agama sebesar 23%
pasangan usia subur adalah mitra reproduksi dan seksual [12].
karena mengingat betapa strategis peran pria dalam Untuk mengetahui akar permasalahan
program keluarga berencana. rendahnya partisipasi suami sebagai akseptor maka
Rendahnya partisipasi pria dalam program KB harus dikaji lebih mendalam mengenai faktor penyebab
dikarenakan kurangnya pemahaman kaum pria tentang rendahnya partisipasi suami sebagai akseptor
kontrasepsi pria, rendahnya minat suami dalam kontrasepsi pria. Penelitian ini belum pernah dilakukan
mengakses informasi tentang kontrasepsi dan kesehatan di Kabupaten Jember sehingga peneliti tertarik untuk
reproduksi, sarana pelayanan kontrasepsi bagi pria melakukan penelitian yang berkaitan dengan
terbatas dan munculnya pandangan negatif pada kontrasepsi pria.
masyarakat bahwa kontrasepsi vasektomi sama halnya
dengan pengebirian, disalahgunakan oleh pria untuk
Metode
penyimpangan seksual dan pemakaian kondom dapat
mempengaruhi kenikmatan berhubungan seksual serta Jenis penelitian ini adalah observasional analitik
anggapan sulit untuk ereksi [8]. dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini
Untuk mengetahui faktor penyebab rendahnya dilakukan di Kecamatan Pakusari, Kecamatan Jelbuk
partisipasi pria pasangan usia subur dalam program dan Kecamatan Jenggawah September-Oktober 2017.
keluarga berencana yaitu melalui pendekatan teori Green Data dikumpulkan dari 380 pria pasangan usia subur
(1980) yaitu predisposing factors meliputi pengetahuan, yang memakai kontrasepsi dan tidak memakai
sikap, kepercayaan, nilai-nilai, persepsi yang kontrasepsi. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini mengunakan tehnik multistage random Hasil
sampling Metode pengumpulan data dengan wawancara
Hasil penelitian terkait pengetahuan pria
dengan kuisioner,. Analisis data dengan menggunakan uji
terhadap partisipasi pria pasangan usia subur dalam
regresi logistik dengan p= 0,05.
program keluarga berencana dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengaruh pengetahuan terhadap partisipasi pria pasangan usia subur dalam program keluarga
berencana

Tingkat Partisipasi pria Sig. B. Exp (B)


Pengetahuan
Tidak Berpartisipasi Berpartisipasi

n % N %

Kurang 130 38,1 3 7,7 0,000 1,231 3,423

Cukup 112 32,9 9 23,1

Baik 99 29 27 69,2

Jumlah 341 100 39 100

Tabel 1 menunjukkan hasil bahwa dari 341 subur dalam program keluarga berencana. Nilai
responden yang tidak berpartisipasi dalam program koefisien pengaruh sebesar 1,231 menunjukkan
keluarga berencana sebanyak 130 orang (38,1%) bahwa terdapat pengaruh yang searah antara
memiliki pengetahuan kurang dan 99 orang (29%) pengetahuan dengan partisipasi pria pasangan usia
berpengetahuan baik. 39 responden yang subur dalam program keluarga berencana.
berpartisipasi dalam program keluarga berencana Responden yang berpengetahuan kurang
sebanyak 3 orang (7,7%) memiliki pengetahuan mempunyai kemungkinan sebesar 3,423 kali lebih
kurang dan 27 orang (69,2%) berpengetahuan baik. untuk tidak berpartisipasi dalam program keluarga
Hasil analisis data dengan menggunakan uji regresi berencana. dibandingkan dengan responden yang
logistik menghasilkan signifikansi sebesar 0,000 berpengetahuan cukup dan baik.
(p<0,05) dengan nilai koefisien pengaruh sebesar
1,231 dan nilai eksponen sebesar 3,423. Hasil Hasil penelitian terkait persepsi pria terhadap
partisipasi pria pasangan usia subur dalam program
tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh keluarga berencana dapat dilihat pada tabel 2.
pengetahuan terhadap partisipasi pria pasangan usia

Tabel 2. Pengaruh persepsi terhadap partisipasi pria pasangan usia subur dalam program keluarga berencana

Persepsi Partisipasi Pria Sig. B. Exp (B)


Tidak Berpartisipasi Berpartisipasi

n % n %

Negatif 237 69,5 2 5,1 0,000 3,741 42,159

Positif 104 30,5 37 94,9

Jumlah 341 100 39 341

Tabel 2 menunjukkan hasil bahwa dari 341 program keluarga berencana. Nilai koefisien
responden yang tidak berpartisipasi dalam program pengaruh sebesar 3,741 menunjukkan bahwa
keluarga berencana sebanyak 237 orang (69,5%) terdapat pengaruh yang searah antara persepsi
memiliki persepsi negatif dan 104 orang (30,5%) dengan partisipasi pria pasangan usia subur dalam
memiliki persepsi positif. 39 responden yang program keluarga berencana. Responden yang
berpartisipasi dalam program keluarga berencana mempunyai persepsi negatif mempunyai
sebanyak 2 orang (5,1%) memiliki persepsi negatif kemungkinan sebesar 42,159 kali lebih untuk tidak
dan 37 orang (94,9%) persepsi positif. Hasil analisis berpartisipasi dalam program keluarga berencana.
data dengan menggunakan uji regresi logistik dibandingkan dengan responden yang memiliki
menghasilkan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) persepsi positif.
dengan nilai koefisien pengaruh sebesar 3,741 dan
nilai eksponen sebesar 42,159. Hasil tersebut Hasil penelitian terkait sikap pria terhadap
partisipasi pria pasangan usia subur dalam program
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh persepsi keluarga berencana dapat dilihat pada tabel 3.
terhadap partisipasi pria pasangan usia subur dalam

Tabel 3. Pengaruh Sikap terhadap partisipasi pria pasangan usia subur dalam program keluarga berencana

Sikap Partisipasi Pria Sig. B. Exp (B)

Tidak Berpartisipasi Berpartisipasi

n % n %

Negatif 207 60,07 2 5,1 0,000 3,353 25,578

Positif 134 39,3 37 94,9

Jumlah 341 100 39 100

Tabel 3 menunjukkan hasil bahwa dari 341 berpartisipasi dalam program keluarga berencana
responden yang tidak berpartisipasi dalam program sebanyak 2 orang (5,1%) memiliki sikap negatif dan
keluarga berencana sebanyak 207 orang (60,07%) 37 orang (94,9%) sikap positif. Hasil analisis data
memiliki sikap negatif dan 134 orang (39,3%) dengan menggunakan uji regresi logistik
memiliki sikapi positif. 39 responden yang menghasilkan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05)
dengan nilai koefisien pengaruh sebesar 3,253 dan sikap negatif mempunyai kemungkinan sebesar
nilai eksponen sebesar 25,578. Hasil tersebut 25,578 kali lebih untuk tidak berpartisipasi dalam
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sikap program keluarga berencana dibandingkan dengan
terhadap partisipasi pria pasangan usia subur responden yang memiliki sikap positif.
dalam program keluarga berencana. Nilai koefisien
pengaruh sebesar 3,353 menunjukkan bahwa Hasil penelitian terkait sosial budaya pria
terdapat pengaruh yang searah antara sikap dengan terhadap partisipasi pria pasangan usia subur
partisipasi pria pasangan usia subur dalam program dalam program keluarga berencana dapat dilihat
keluarga berencana. Responden yang mempunyai pada tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh sosial budaya terhadap partisipasi pria pasangan usia subur dalam program keluarga
berencana

Sosial Budaya Partisipasi Pria Sig. B. Exp (B)

Tidak Berpartisipasi Berpartisipasi

n % n %

Tidak Mendukung 193 56,6 12 30,8 0,003 1,076 2,934

Mendukung 148 43,4 27 69,2

Jumlah 341 100 39 100

Tabel 3 menunjukkan hasil bahwa dari 341 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sikap
responden yang tidak berpartisipasi dalam program terhadap partisipasi pria pasangan usia subur dalam
keluarga berencana sebanyak 207 orang (60,07%) program keluarga berencana. Nilai koefisien
memiliki sikap negatif dan 134 orang (39,3%) pengaruh sebesar 3,353 menunjukkan bahwa
memiliki sikapi positif. 39 responden yang terdapat pengaruh yang searah antara sikap dengan
berpartisipasi dalam program keluarga berencana partisipasi pria pasangan usia subur dalam program
sebanyak 2 orang (5,1%) memiliki sikap negatif dan keluarga berencana. Responden yang mempunyai
37 orang (94,9%) sikap positif. Hasil analisis data sikap negatif mempunyai kemungkinan sebesar
dengan menggunakan uji regresi logistik 25,578 kali lebih untuk tidak berpartisipasi dalam
menghasilkan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) program keluarga berencana. dibandingkan dengan
dengan nilai koefisien pengaruh sebesar 3,253 dan responden yang memiliki sikap positif.
nilai eksponen sebesar 25,578. Hasil tersebut

Pembahasan (2008) bahwa ada pengaruh pengetahuan terhadap


partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi
Hasil penelitian yang telah dilakukan di [14]. Pengetahuan merupakan salah faktor yang dapat
Kabupaten Jember menunjukkan bahwa terdapat mendukung pria PUS untuk berpartisipasi dalam
pengaruh pengetahuan pria terhadap partisipasi pria program KB. Semakin tinggi tingkat pengetahuan
dalam program keluarga berencana Penelitian ini seseorang maka semakin tinggi pula partisipasi
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh seseorang untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan
Wahyuni, et.al (2013) yaitu ada hubungan positif Responden yang tidak berpartisiapsi dalam
yang signifikan antara pengetahuan dengan penelitian ini paling banyak memiliki pengetahuan
partisipasi pria [13]. Penelitian ini juga sejalan kurang sedangkan responden yang berpartisipasi
dengan penelitian yang dilakukan oleh Anapah, et.al dalam program keluarga berencana sebagian besar
memiliki pengetahuan baik. Penyebab rendahnya pria dengan berbagai media dengan harapan akan
partisipasi pria dalam program keluarga berencana meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya
dalam penelitian ini adalah keterbatasan pengetahuan pria pasangan usia subur tentang kontrasespsi pria,
responden tentang kesehatan reproduksi dan sehingga mereka sadar dan mau dengan ikhlas
paradigma yang berkaitan dengan budaya patriarki berpartisipasi menjadi peserta kontrasepsi pria.
dimana peran pria lebih besar daripada wanita. Promosi tentang kontrasepsi pria yang berkelanjutan
Semakin tinggi tingkat pengetahuan tentang alat memang harus dilakukan, mengingat pengetahuan
kontrasepsi maka semakin tinggi pula partisipasi dan kesadaran pria terhadap penggunaan kontrasepsi
seseorang dalam program keluarga berencana [10]. pria masih rendah. Keterjangkauan pengetahuan
Maka dapat disimpulkan responden yang memiliki (cognitive access) pria pasangan usia subur tentang
pengetahuan baik telah mengetahui tentang pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
kontrasepsi pria termasuk keikutsertaannya untuk reproduksi serta dimana mereka dapat memperoleh
mewujudkan keberhasilan program keluarga pelayanan masih rendah. Peranan iklan dan media
berencana, sehingga memiliki kecendrungan untuk informasi dapat membantu pria pasangan usia subur
berpartisipasi menggunakan alat kontrasepsi pria tentang suatu tempat pelayanan. Iklan dan media
dibandingkan dengan responden yang tidak informasi yang perlu ditingkatkan akan menjadi alat
mengetahui mengenai kontrasepsi pria. untuk meningkatkan pengetahuan pria tentang
Responden yang tidak berpartisipasi dalam kontrasepsi pria.
program keluarga berencana dalam penelitian ini Penelitian yang telah dilakukan di
paling banyak memilki pengetahuan kurang Kabupaten Jember didapatkan hasil bahwa terdapat
dikarenakan kurangnya informasi yang didapat pengaruh persepsi pria terhadap partisipasi pria
responden berasal dari masih kurangnya penyuluhan/ pasangan usia subur dalam program keluarga
sosialisasi oleh tenaga kesehatan tentang alat berencana. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
kontrasepsi pria, pada saat penyuluhan banyak pria yang dilakukan oleh Riski (2010) di Kecamatan
PUS yang tidak hadir dalam kegiatan penyuluhan, Medan Maimun yaitu terdapat pengaruh persepsi
penyuluhan yang disampaikan oleh petugas masih dengan partisipasi pria dalam program keluarga
kurang lengkap dan akurat, kurangnya responden berencana [15]. Penelitian ini juga sejalan dengan
dalam memanfaatkan media untuk mendapatkan penelitian yang dilakukan oleh Gustaman dan
informasi seperti buku, majalah, internet sehingga Novianti (2014) di Tasikmalaya bahwa ada hubungan
informasi mengenai kontrasepsi pria tidak dapat antara persepsi dengan partisipasi pria dalam
diterima oleh pria pasangan usia subur yang keluarga berencana dengan nilai [16]. Persepsi
berdampak pada pengetahuan yang kurang. merupakan kemampuan otak dalam menerjemahkan
Sosialisasi kontrasepsi pria pada penelitian stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus
ini masih jarang dan sulit ditemui di masyarakat, yang masuk ke dalam alat indera manusia[17].
sehingga metode kontrasepsi pria seperti vasektomi Persepsi yang dihasilkan oleh individu sangat
dan kondom masih banyak yang belum mengetahui subjektif karena dipengaruhi oleh perasaan, nilai-nilai
seperti halnya dengan metode kontrasepsi wanita dan kepercayaan yang dimiliki oleh individu.
seperti pil, suntik, atau IUD. Upaya lain dapat Persepsi individu dapat berupa yang positif maupun
mendukung sosialisasi program kontrasepsi pria persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan
adalah promosi dan motivasi dari kaum pria yang manusia yang tampak atau nyata. Persepsi pria
telah menjadi akseptor kontrasepsi pria. dan telah mengenai alat kontrasepsi pria bervariasi yaitu
bergabung dalam suatu kelompok keluarga memiliki persepsi positif maupun persepsi negatif.
berencana. Dengan terbentuknya kelompok Responden yang tidak berpartisipasi dalam
kontrasepsi pria tersebut maka proses sosialisasi program keluarga berencana pada penelitian ini
kontrasepsi pria ke masyarakat akan lebih mudah dan sebagian besar memiliki persepsi negatif mengenai
terarah. Kegagalan dan keberhasilan mengajak kaum kontrasepsi pria dan responden yang berpastisipasi
pria dalam menggunaka kontrasepsi sangat dalam program keluarga berencana sebagian besar
dipengaruhi oleh sikap provider dan petugas keluarga memiliki persepsi positif. Rendahnya kesertaan pria
berencana di lapangan karena dengan sikap proaktif dalam program keluarga berencana pada penelitian
dalam mempromosikan dan responsif bila menemui ini disebabkan karena adanya persepsi negatif dari
kaum pria yang membutuhkan pelayanan kontrasepsi, pria pasangan usia subur. Responden mempunyai
maka program kontrasepsi untuk pria akan berjalan persepsi bahwa setelah vasektomi mereka akan
optimal. kehilangan kejantanan karena vasektomi sama halnya
Upaya yang sudah dilakukan oleh Dinas dengan dikebiri, memakai kondom dapat mengurangi
terkait di Kabupaten Jember yaitu meningkatkan kenikmatan saat berhubungan suami istri, memakai
pengetahuan pria yaitu melalui promosi kontrasepsi kontrasepsi merupakan tanggung jawab istri dan
kontrasepsi pria dilarang agama. Pernyataan ini sama Responden yang tidak berpartisipasi dalam
dengan hasil penelitian Budisantoso (2008), dimana program keluarga berencana pada penelitian ini
responden yang menyatakan bahwa kondom dapat sebagian besar mempunyai sikap negatif terhadap
mengurangi kenikmatan dalam hubungan suami-istri, kontrasepsi pria dan responden yang berpartisipasi
pelaksanaan vasektomi membahayakan keselamatan dalam program keluarga berencana pada penelitian
jiwa sebesar dan menggunakan kontrasepsi kondom ini sebagian besar memiliki sikap positif terhadap
dilarang oleh agama [12]. kontrasepsi pria Sikap responden terhadap partisipasi
Persepsi negatif mengenai kontrasepsi pria pria dalam program keluarga berencana, merupakan
pada penelitian ini disebabkan karena adanya perasaan mendukung atau tidak mendukung terhadap
pengetahuan yang kurang baik dari responden objek tersebut [22]. Dapat diasumsikan bahwa
mengenai kontrasepsi pria, pengalaman pribadi, bersikap positif berarti mendukung untuk
penyampaian informasi yang diberikan kepada pria berpartisipasi dalam program keluarga berencana dan
pasangan usia subur tidak benar. Sebagian besar bersikap negatif berarti tidak mendukung untuk
responden menyampaikan bahwa persepsi negatif ini berpartisipasi dalam program keluarga berencana.
muncul karena pengaruh informasi yang tidak benar Menurut Azwar (2010) faktor yang
dari orang ke orang bahwa kontrasepsi pria pada mempengaruhi sikap antara lain pengalaman pribadi,
tidak boleh digunakan untuk pria karena dampaknya pengaruh orang lain yang dianggap penting,
yang sangat besar. Pernyataan tersebut sesuai dengan kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan
pernyataan Robbins (2004) bahwa penyebab lembaga agama serta faktor sosial [23]. Pada
munculnya persepsi negatif seseorang dapat muncul penelitian ini sebagian besar responden mempunyai
dikarenakan ketidakpuasan seseorang terhadap objek sikap negatif dikarenakan alasan agama tidak
yang menjadi sumber persepsinya, ketidaktahuan memperbolehkan bahwa vasektomi belum
seseorang, tidak adanya pengalaman seseorang diprogramkan dan dianggap haram, kecuali bila
terhadap objek yang dipersepsikan dan pengetahuan terdesak (misalkan anak sudah banyak dan tidak
seseorang yang kurang [18]. Oleh karena itu, sangat satu pun metode kontrasepsi yang cocok untuk istri),
diperlukan sekali penyampaian informasi mengenai bila pria menggunakan alat kontrasepsi vasektomi
alat kontrsepsi pria bagi pria pasangan usia subur maka ia menjadi tidak perkasa lagi, memakai
melalui sosialisasi/ penyuluhan kepada pria pasangan kondom dapat mengurangi kenikmatan hubungan
usia subur, pendekatan dengan tokoh agama dan seksual dan pemakaia kontrasepsi itu urusan istri.
tokoh masyarakat, pendekatan lintas sektor untuk Sikap positif suami terhadap Program
mengubah persepsi negatif pria pasangan usia subur keluarga berencana tidak hanya mendukung isri
mengenai kontrasepsi pria menjadi persepsi yang untuk memakai kontrasepsi tetapi menjadi akseptor
positif. Dengan adanya persepsi yang postif kontrasepsi pria. Oleh karena itu, dibutuhkan
diharapkan dapat meningkatkan kesertaan pria penyampaian informasi mengenai alat kontrsepsi pria
pasangan usia subur dalam penggunaan metode bagi pria pasangan usia subur melalui sosialisasi/
kontrasepsi pria. penyuluhan kepada pria pasangan usia subur,
Penelitian yang telah dilakukan di pendekatan dengan tokoh agama dan tokoh
Kabupaten Jember didapatkan hasil bahwa terdapat masyarakat, pendekatan lintas sektor untuk
pengaruh sikap pria terhadap partisipasi pria mengubah persepsi negatif pria pasangan usia subur
pasangan usia subur dalam program keluarga mengenai kontrasepsi pria menjadi persepsi yang
berencana. Penelitian ini sejalan dengan penelitian positif. Ketika informasi yang jelas dan benar sudah
yang dilakukan oleh Musafah dan Noor (2012) di jadi bagian dari persepsi dari setiap pria pasangan
Indonesia yaitu ada hubungan bermakna sikap usia subur dimungkinkan akan timbul sikap positif
terhadap keikutsertaan pria dam program keluarga dan dukungan terhadap Keluarga Berencana.
berencana [19]. Penelitian ini juga sejalan dengan Penelitian yang telah dilakukan di
penelitian Lina dan Novianti (2014) yaitu ada Kabupaten Jember didapatkan hasil bahwa terdapat
hubungan antara sikap pria dengan kepesertaan pengaruh sosial budaya pria terhadap partisipasi pria
kontrasepsi pria di Kecamatan Karangnunggal PUS dalam program keluarga berencana. Hasil
Kabupaten Tasikmalaya [20]. Sikap merupakan penelitian ini sejalan dengan penelitian Ningsih dan
reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup Rahmawati (2015) bahwa ada hubungan bermakna
terhadap suatu stimulus atau objek [21]. Sikap antara sosial budaya dengan partisipasi pria pasangan
individu dapat berupa yang sikap positif maupun usia subur dalam memilih metode kontrasepsi pria di
sikap negatif yang akan mempengaruhi tindakan Desa Pauh Timur wilayah kerja Puskesmas Pariaman
manusia yang tampak atau nyata. Sikap pria [24]. Penelitian juga sejalan dengan penelitian oleh
mengenai alat kontrasepsi pria bervariasi yaitu Ekarini (2008) yaitu ada pengaruh sosial budaya
memiliki sikap positif maupun sikap negatif. dengan partisipasi pria dalam keluarga berencana
[10]. Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem kebiri, dapat membuat pria impotensi, dapat
gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam menurunkan libido, membuat pria tidak bisa
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik ejakulasi, tindakan operasi yang menyeramkan,
diri manusia dengan belajar. Setiap masyarakat pria/suami dapat dengan mudah untuk selingkuh,
mempunyai kehidupan sosial budaya berbeda satu beberapa pria takut terhadap prosedur pelaksanaan
dengan lainnya yang memiliki sifat hakikat yang vasektomi dan pemakaian kondom tidak nyaman
berlaku umum bagi semua kehidupan sosial yang dapat mengganggu pada saat berhubungan
dimanapun juga yang terwujud dan tersalurkan lewat suami istri. Pernyataan ini menunjukkan bahwa
perilaku manusia [25]. Dapat diasumsikan bahwa pandangan terhadap kontrasepsi hanya untuk
perilaku penggunaan kontrasepsi pria dapat perempuan sudah membudaya di masyarakat. Kaum
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial sekitar. perempuan banyak yang beranggapan bahwa
Pernyataan ini sejalan dengan teori yang Program keluarga berencana merupakan suatu
dikemukakan oleh Handayani (2010) bahwa kondisi kewajiban yang harus diikuti oleh perempuan
sosial budaya (adat istiadat) dan kondisi lingkungan sehingga menjadi suatu kepentingan dan tidak
(kondisi geografis) berpengaruh terhadap pemilihan masalah jika ikut Program keluarga berencana.
metode kontrasepsi [26]. Semua persepsi yang salah yang ada dalam
Responden yang tidak berpartisipasi dalam masyarakat dapat menimbulkan adanya suatu bias
program keluarga berencana sebagian besar sosial gender dalam Program keluarga berencana, dimana
budaya tidak mendukung kontrasepsi pria dan Program keluarga berencana ebih pantas atau
reponden yang berpartisipasi dalam program keluarga ditujukan kepada perempuan. Program keluarga
berencana sebagian besar sosial budaya mendukung berencana yang ada di masyarakat Kabupaten Jember
kontrasepsi pria. Responden yang berpartisipasi memang sebabgian besar yang ikut program keluarga
dalam program keluarga berencana didasarkan pada berencana adalah perempuan, sedangkan laki-laki
fakta di lapangan bahwa responden mau jarang yang mau ikut keluarga berencana. Program
menggunakan kontrasepsi pria disebabkan karena keluarga berencana tersebut memang sangat sulit
lingkungan sosial budaya yang mendukung yaitu sekali untuk dirubah karena sejak lama sudah
adanya dukungan dari tokoh agama dan tokoh terkonstruksi secara sosial budaya bahwa yang ikut
masyarakat, adanya pria pasangan usia subur yang keluarga berencana adalah perempuan, sehingga bagi
memakai kontrasepsi pria dan memberikan testimoni laki-laki jarang yang mau mengikuti program
yang baik dalam menggunakan kontrasepsi pria keluarga berencana.
sehingga banyak pria pasangan usia subur yang
tertarik untuk menggunakan kontrasepsi pria. Kesimpulan
Responden yang tidak berpartisipasi disebabkan
karena tidak ada dukungan dari lingkungan, stigma di Hasil analisis data dengan menggunakan uji
masyarakat bahwa pemakaian kontrasepsi adalah regresi logistik menghasilkan signifikansi sebesar
urusan wanita dan adanya informasi yang salah 0,000 (p < 0,05) dengan nilai koefisien pengaruh
mengenai kontrasepsi pria. sebesar 1,231 dan nilai eksponen sebesar 3,423. Hasil
Faktor lingkungan sosial budaya ini sangat tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
berpengaruh terhadap keikutsertaan pria pasangan pengetahuan pria terhadap partisipasi pria dalam
usia subur dalam program keluarga berencana. Hal program keluarga berencana. Nilai koefisien
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di pengaruh sebesar 1,231 menunjukkan bahwa terdapat
Kabupaten Bantul bahwa partisipasi pria dalam ber- pengaruh yang searah antara tingkat pengetahuan pria
KB dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, persepsi terhadap partisipasi pria dalam program keluarga
tentang partisipasi pria dalam program keluarga berencana. Pria yang berpengetahuan kurang
berencana dan sikap istri [12]. Rendahnya kemungkinan sebesar 3,423 kali lebih untuk tidak
penggunaan kontrasepsi pria dari hasil analisis berpartisipasi dalam program keluarga berencana
peneliti berdasarkan kenyataan di lapangan, bahwa dibandingkan dengan pria yang mempunyai
responden sebagian besar memiliki pengetahuan yang pengetahuan cukup dan baik.
kurang, persepsi negatif dan sikap negatif terhadap Hasil analisis data dengan menggunakan uji
kontrasepsi pria sehingga mereka terbiasa regresi logistik menghasilkan signifikansi sebesar
menganggap bahwa pria mengikuti program keluarga 0,000 (p < 0,05) dengan nilai koefisien pengaruh
berencana adalah hal yang tidak diwajibkan. Hal ini sebesar 3,741 dan nilai eksponen sebesar 42,159.
tentu berkaitan pula tentang pengetahuan dan Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
pemahaman masyarakat tentang pentingnya program persepsi pria terhadap partisipasi pria dalam program
kontrasepsi pria untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga berencana. Nilai koefisien pengaruh sebesar
keluarga. Fakta lain tentang vasektomi sama dengan 3,741 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
searah antara persepsi pria terhadap partisipasi pria
dalam program KB. Pria yang mempunyai persepsi Penelitian ini tidak akan terlaksana tanpa adanya
negatif kemungkinan sebesar 42,159 kali lebih untuk dukungan beberapa pihak, untuk itu saya
tidak berpartisipasi dalam program keluarga mengucapkan terimakasih kepada:
berencana dibandingkan dengan pria yang 1. Seluruh responden yang bersedia untuk menjadi
mempunyai persepsi positif. bagian dalam penelitian ini.
Hasil analisis data dengan menggunakan uji 2. Kepala DP3AKB Kecamatan Pakusari,
regresi logistik menghasilkan signifikansi sebesar Kecamatan Jelbuk dan Kecamatan Jenggawah
0,000 (p < 0,05) dengan nilai koefisien pengaruh yang telah memberikan ijin untuk dapat
sebesar 3,353 dan nilai eksponen sebesar 25,578. melakukan penelitian di tempat tersebut.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
3. Almamater Universitas Jember khususnya
sikap pria terhadap partisipasi pria dalam program
program pascasarjana program studi ilmu
keluarga berencana. Nilai koefisien pengaruh sebesar
3,353 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang kesehatan masyarakat yang telah memberikan
searah antara sikap pria terhadap partisipasi pria ijin untuk melakukan penelitian ini
dalam program KB. Pria yang mempunyai persepsi 4. Segenap dosen dan para staff yang membimbing
negatif kemungkinan sebesar 25,578 kali lebih untuk dan membantu saya dalam proses menyelesaikan
tidak berpartisipasi dalam program keluarga penelitian ini.
berencana dibandingkan dengan pria yang
mempunyai sikap positif.
Hasil analisis data dengan menggunakan uji Daftar Pustaka
regresi logistik menghasilkan signifikansi sebesar [1] SDKI. 2012. Survei Demografi Kesehatan
0,003 (p < 0,05) dengan nilai koefisien pengaruh Indonesia. Jakarta
sebesar 1,076 dan nilai eksponen sebesar 2,934. Hasil [2] BKKBN. 2015. Rencana Strategis Badan
tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Kependudukan dan Keluarga Berencana
lingkungan sosial budaya pria terhadap partisipasi
Nasional Tahun 2015-2019. Jakarta: BKKBN
pria dalam program keluarga berencana. Nilai
koefisien pengaruh sebesar 1,076 menunjukkan [3] BKKBN Jatim. 2016. Cara-Cara Kontrasepsi
bahwa terdapat pengaruh yang searah antara yang Digunakan Dewasa Ini.
lingkungan sosial budaya pria terhadap partisipasi http://www.bkkbn-jatim.go.id/ [23 Mei 2017]
pria dalam program keluarga berencana. Lingkungan [4] DP3AKB Kabupaten Jember. 2017. Pelayanan
sosial budaya pria yang tidak mendukung Kontrasepsi 2016 Kabupaten Jember. Jember:
kemungkinan sebesar 2,934 kali lebih untuk tidak DP3AKB
berpartisipasi dalam program keluarga berencana
[5] Setiowati, D., Tanngo, E., H. dan Soebijanto,
dibandingkan dengan lingkungan sosial budaya yang
mendukung. R., I. 2013. Hubungan antara Penggunaaan
Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian
Saran Kanker Payudara di Ruang POSA RSUD Dr.
1. Diharapkan pria pasangan usia subur selalu pro Soetomo. Indonesian Journal of Cancer
aktif terhadap program keluarga berencana dan [6] Wibowo, K.,S., Rosalina dan Saparati, M. 2013.
selalu hadir dalam kegiatan penyuluhan keluarga Hubungan Penggunaan Pil Kontrasepsi dengan
berencana sehingga informasi terkait kontrasepsi
pria dapat diterima sehingga dapat Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 pada Wanita
meningkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi Usia >35 tahun di Desa Leyangan Kabupaten
pria. Semarang. Jurnal Publikasi PSIK Ngudi
2. Diharapkan petugas keluarga berencana selalu Waluyo Ungaran
memotivasi dan memberikan penyuluhan/ [7] Sungkar, M., A. 2016. Hubungan antara
sosialisasi kepada pasangan suami istri tentang Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
kontrasepsi pria dikarenakan pengetahuan yang
(AKDR) dengan Kejadian Kandidiasis
kurang adanya persepsi dan sikap negatif.
Dengan adanya motivasi dan penyuluhan secara Vulvovaginalis di RSUD Dr. Moewardi. Jurnal
rutin diharapkan pengetahuan pasangan suami Publikasi Fakultas Kedokteran Universitas
istri meningkat menjadi baik dan terhindar dari Muhammadiyah Surakarta
persepsi yang salah mengenai kontrasepsi pria. [8] BKKBN. 2007. Keluarga Berencana dan
Kontrasepsi Cetakan ke-5. Jakarta: Pustaka
Ucapan Terimakasih sinar harapan
[9] Noorkasiani, T. 2009. Kesehatan Usia Lanjut [17] Sugihartono, Fathiyah, K., N., Harahap, Farida.,
dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Setiawati, F., A. dan Nurhayati, S.,R. 2007.
Jakarta : Salemba Medika Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press
[10] Ekarini, S., M.. 2008. Tesis Analisis faktor Yang [18] Robbins
Berpengaruh terhadap Partisipasi pria dalam [19] Musafaah dan Noor, F.A. 2012. Faktor
KB di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Struktural Keikutsertaan Pria dalam Ber-
[11] Pangestu, D., K. dan Harahap, D. 2013. Keluarga Berencana (KB) di Indonesia
Pengetahuan dan Persepsi Suami Tentang (Analisis Data SDKI 2007). Buletin Penelitian
Metode Kontrasepsi Pria di Kelurahan Bojong Kesehatan Vol. 40, No.3
Kulur Kecamatan Gunung Putri Kabupaten [20] Lina, N. dan Novianti. 2014. Faktor-faktor yang
Bogor Berhubungassssn dengan Kepersertaan Pria
[12] Budisantoso. 2008. Tesis Faktor-Faktor yang dalam Program Keluarga Berencana di
Berhubungan dengan Partisipasi Pria dalam Keamatan Karangnunggal Kabupaten
Keluarga Berencana di Kecamatan Jetis Tasikmalaya.
Kabupaten Bantul Tahun 2008 [21] Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
[13] Wahyuni, S., Suryani, N. dan Murdani, P. 2013. Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Akseptor KB [22] Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan
Pria tentang Vasektomi serta Dukungan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Keluarga dengan Partisipasi Pria dalam [23] Azwar, S. 2010. Sikap Manusia : Teori dan
Vasektomi. Jurnal Magister Kedokteran Pengukurannya (Edisi 2).Yogyakarta: Pustaka
Keluarga Vol. 1 No. 1 2013 Pelajar
[14] Anapah, Y., Nabuasa, E., Nayoan, C.R. 2008. [24] Ningsih, M.P. dan Rahmawati, L. 2015. Faktor-
Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Sosial faktor yang Mempengaruhi Kurang Partisipasi
Budaya terhadap Partisipasi Pria dalam Pria Pasangan Usia Subur (PUS) dalam
Menggunakan Alat KB di Kelurahan Memilih Metode Kontrasepsi Pria di Desa
Kafamenanu Selatan Kabupaten Timor Tengah Pauh Timur Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Utara. MKM Vol. 02 No. 01 Pariaman. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol. 6 No.2
[15] Riski, L.M.W. 2010. Pengaruh Karakteristik [25] Soekanto, S. 2002, Teori Peranan. Jakarta:
dan Persepsi Suami tentang KB Pria Terhadap Bumi Aksara
Partisipasi dalam Ber-KB di Kecamatan Medan [26] Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan
Maimun Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
[16] Gustaman, R.A dan Novianti, S. 2014. Faktor Rihama
Persepsi dan Dukungan Istri yang berhubungan
dengan Partisipasi KB Pria. Jurnal Kesehatan
Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2

Anda mungkin juga menyukai