Anda di halaman 1dari 110

PEMAHAMAN PESERTA DIDIK TERHADAP SAINS ISLAM

DAN BARAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP


PERILAKU KEAGAMAAN

TESIS

DISUSUN OLEH:
AKHMAD WAHYUDI
NPM. 152107171337
NIRM. 015.02.12.3029

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS IBN KHALDUN
BOGOR
2019 M./1440 H.
PEMAHAMAN PESERTA DIDIK TERHADAP SAINS ISLAM
DAN BARAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP
PERILAKU KEAGAMAAN

TESIS
Disusun untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan Agama Islam
Pada Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Ibn Khaldun
Bogor

Disusun Oleh:
AKHMAD WAHYUDI
NPM. 152107171337
NIRM. 015.02.12.3029

MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS IBN KHALDUN
BOGOR
2019 M./1440 H.
PENGESAHAN

Tesis yang berjudul “Pemahaman Peserta Didik Terhadap Sains Islam dan

Barat Serta Pengaruhnya Terhadap Perilaku Keagamaan” yang disusun oleh:

Nama : Akhmad Wahyudi

NPM : 152107171337

NIRM : 015.02.12.3029

telah diujikan pada tanggal 12 April 2019 dan disahkan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Agama Islam pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor.

Panitia Ujian

Dr. H. Abas Mansur, Lc., MA. Dr. Hj. Imas Kania Rahman, M.Pd.I
Ketua Sekretaris

Diketahui:

Direktur Sekolah Ketua Program Studi


Pascasarjana Magister Pendidikan Agama Islam

Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.S. Dr. H. Abas Mansur, Lc., MA.

i
PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING

Tesis yang berjudul “Pemahaman Peserta Didik Terhadap Sains Islam dan

Barat Serta Pengaruhnya Terhadap Perilaku Keagamaan ” yang disusun oleh :

Nama : Akhmad Wahyudi

NPM : 152107171337

NIRM : 015.02.12.3029

telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan dalam ujian tesis Sekolah

Pascasarjana Magister Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Ibn Khaldun Bogor.

Komisi Pembimbing,

Dr. H. Endin Mujahidin, M.Si. Dr. Ir. H. Budi Handrianto, MPd.


Pembimbing I Pembimbing II

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN TESIS

  




Dengan ini saya menyetakan bahwa tesis dengan judul “Pemahaman Peserta

Didik Terhadap Sains Islam dan Barat Serta Pengaruhnya Terhadap Perilaku

Keagamaan” beserta seluruh isinya adalah benar-benar hasil karya sendiri, dan

saya tidak melakukan plagiat atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan kaidah penulisan karya ilmiah yang berlaku di masyarakat dan akademis.

Atas pernyataan ini saya siap menanggung sanksi yang dijatuhkan apabila

kemudian dalam penulisan tesis ini ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bogor, 12 April 2019


Yang membuat pernyataan,

Akhmad Wahyudi

iii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-INDONESIA

Transliterasi yang dipakai dalam disertasi ini adalah pedoman


Trasnsliterasi Arab-Indonesia berdasarkan Surat Keputusan bersama Kementrian
Agama Republik Indonesia.

Arab Latin Arab Latin Arab Latin

َ‫ا‬ A َ‫ز‬ Za َ‫ق‬ Qa

َ‫ب‬ Ba َ‫س‬ Sa َ‫ك‬ Ka

َ‫ت‬ Ta َ‫ش‬ Sya َ‫ل‬ La

َ‫ث‬ Ṡa َ‫ص‬ Ṣa َ‫م‬ Ma

َ‫ج‬ Ja َ‫ض‬ Ḍa َ‫ن‬ Na

َ‫ح‬ Ḥa َ‫ط‬ Ṭa َ‫و‬ Wa

َ‫خ‬ Kha َ‫ظ‬ Ẓa َ‫ه‬ Ha

َ‫د‬ Da َ‫ع‬ ‘A َ‫أ‬ ’A

َ‫ذ‬ Ża َ‫غ‬ Ga َ‫ي‬ Ya

َ‫ر‬ Ra َ‫ف‬ Fa - -

iv
Keterangan :

1. Konsonan yang bersyiddah ditulis dengan rangkap. Misalnya ; ‫ ربّنا‬ditulis

Rabbanâ.

2. Vokal bacaan panjang (mad) ;

Fathah (baris di atas) ditulis â, kasrah (baris di bawah) ditulis î, serta dammah

(baris di depan) di tulis dengan û. Misalnya ‫ القارعة‬ditulis al-qâri’ah ‫الكريم‬

dibaca al-karîm, ‫ الكافرون‬al-kâfirûn.

3. Kata sandang alif + lam (‫)ال‬.

Bila diikuti oleh huruf qamariah ditulis al, misalnya; ‫ القمر‬al-qamaru,

sedangkan bila diikuti oleh huruf syamsiyah, huruf lam diganti dengan huruf

ّ ‫ ال‬ditulis as-syamsu.
yang mengikutinya, misalnya; ‫شمس‬

4. Ta’ marbuthah (‫َ)ة‬

Bila terletak diakhir kalimat, ditulis h, misalnya; ‫ البقرة‬ditulis al-baqarah. Bila

ditengah kalimat ditulis t, misalnya; ‫ زكاة المال‬ditulis zakât al-mâl, atau ‫سورة‬

‫ النساء‬sûrât al-Nisâ’.

5. Penulisan kata dalam kalimat dilakukan menurut tulisannya, Misalnya:

‫وهو‬ ‫ خير رازقين‬ditulis wa huwa khair ar-Râziqîn.

v
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah ‫ ﷻ‬pemilik kerajaan langit dan bumi yang

telah mengajarkan ilmu kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Sesungguhnya hanya dengan izin dan kehendak-Nya penulisan tesis ini dapat

terselesaikan. Hanya kepada Allah ‫ ﷻ‬kami memohon semoga segala usaha dalam

menulis karya ini menjadi catatan amal ibadah, dan kami memohon ampunan-Nya

atas kesalahan dan kekurangan yang ada di dalamnya. Shalawat dan salam

senantiasa tercurah kepada pembawa risalah kebenaran Rasulallah Muhammad ‫ﷺ‬

beserta keluarga, para sahabatnya, serta seluruh umat Islam yang mengamalkan

ajarannya.

Alhamdulillah, kami sangat bersyukur berkesempatan bisa berkuliah di

program magister pendidikan Islam UIKA Bogor, banyak pelajaran dan ilmu yang

diperoleh selama kuliah hingga bisa menamatkannya. Semua ini tidaklah mudah

terwujud tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Oleh sebab itu kami

ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Dr. H. E. Bahruddin, M.Ag, Rektor Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor.

2. Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.S, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

beserta jajarannya yang telah berupaya meningkatkan situasi kondusif pada

program pasca sarjana.

3. H. Hendry Tanjung, Ph.D selaku Wakil Direktur Sekolah Pasca Sarjana yang

turut memberikan support dan inspirasi.

vi
4. Dr. H. Abas Mansur Tamam, Lc., M.A selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Islam beserta jajarannya yang selalu memberikan motivasi dan pengarahan

kepada mahasiswanya untuk kelancaran tesis ini.

5. Dr. Hj. Imas Kania Rahman, M.Pd.I yang telah banyak memberikan motivasi dan

saran terdahap penyempurnaan tesis.

6. Dr. H. Endin. Mujahidin, M.Si selaku Dosen pembimbing satu dan Dr. Ir. H.

Budi Handrianto selaku Dosen Pembimbing dua, atas kesabaran dan keikhlasan

meluangkan waktu, pikiran, perhatian serta arahan untuk membimbing

penyusunan tesis ini.

7. Seluruh Dosen, staf administrasi Program Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun

Bogor yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama

perkuliahan.

8. Ketua yayasan, guru dan seluruh staf di Sekolah Islam Al-Ittihad Ciampea yang

turut mendukung penyusunan tesis ini.

9. Para kepala Sekolah SMP, khususnya Moh. Zaenal Muttaqin, S.P., Muhammad

Nur, S.Ag., Dra. Hj. Tri Rahayu, M.Pd., dan Hening Supriyanto, S.pd. YANG

telah memberikan Izin penelitian.

10. Kepada semua siswa yang sholih dan sholihah yang telah membantu menjadi

responden dalam penelitian ini.

11. Kedua Orang tua dan istri yang tak henti-hentinya mendoakan, memberi

limpahan kasih sayang dan selalu memberikan semangat.

12. Teman-teman seperjuangan Magister Pendidikan Islamlainnya yang tidak bisa

disebutkan namanya satu persatu.

Bogor, April 2019

Penulis

vii
ABSTRAK

Akhmad Wahyudi NPM 152107171337 “Pemahaman Peserta Didik terhadap


Sains Islam dan Barat serta Pengaruhnya Terhadap Perilaku Keagamaan”.
Dibimbing oleh Endin Mujahidin dan Budi Handrianto
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003
Pasal 3 bahwa tujuan Pendidikan Nasional untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ini
menunjukkan bahwa penanaman nilai-nilai keimanan merupakan tujuan utama
pendidikan di Indonesia sehingga semua proses belajar haruslah dilandasi oleh
tujuan ini. Khususnya pada pembelajaran Sains (IPA) di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemahaman
peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) terhadap Sains Islam dan
Barat serta seberapa besar pengaruhnya terhadap perilaku keagamaa. Metode
yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif dengan tahapan dimulai
dengan observasi, menyusun instrumen penelitian, pengambilan sampel data,
dan analisis data. Teknik analisis menggunakan statistik deskriptif, korelasi
bivariat dan regresi linear berganda. Subyek penelitian ini adalah 250 orang
siswa kelas IX yang diambil dari empat Sekolah Menengah Pertama Negeri dan
Swasta di wilayah kecamatan Ciampea.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa terdapat pengaruh cukup
signifikan pada pemahaman peserta didik terhadap Sains Islam dan Barat
terhadap perilaku keagamaan siswa. Pemahaman Sains Islam berhubungan
positif terhadap perilaku keagamaan siswa sedangkan pemahaman Sains Barat
berhubungan negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi tingkat pemahaman Sains Islam maka perilaku keagamaan siswa
semakin tinggi pula. Sebaliknya semakin tinggi pemahaman Sains Barat maka
perilaku keagamaan siswa semakin rendah.
Kata Kunci: Peserta Didik, Sains, Iman.

viii
ABSTRACT

Akhmad Wahyudi NPM 152107171337 "Learners' Understanding of Islamic and


Western Science and Its Impact on Religious Behavior".
Guided by Endin Mujahidin and Budi Handrianto
As stated in Law No. 20 of 2003 Article 3 that the objectives of National
Education are to develop the potential of students to become human beings who
believe and devote to God Almighty, have noble character, are healthy,
knowledgeable, capable, creative, independent, and become responsible and
democratic citizens. This shows that teaching the values of faith is the main goal
of education in Indonesia so that all learning processes must be based on this goal,
especially when the students learn Science (IPA) at school.
This study aims to determine the relationship between junior high school
(SMP) students' understanding of Islamic and Western Science and how much the
influence to the religious behavior. The method used is quantitative research
methods through the stages started by observation, compiling research
instruments, sampling data, and data analysis. The analysis technique used
descriptive statistics, bivariate correlation and multiple linear regressions. The
subjects of this study were 250 grade IX students taken from four Public and
Private junior high schools in the Ciampea sub-district.
The results of the study state that there is a significant influence on students
'understanding of Islamic and Western Science on the religious behavior of
students. Understanding Islamic Science is related positively to students' religious
behavior while Western Science's understanding is related negatively. It can be
concluded that the higher of students’ understanding of Islamic Science, the
students' religious behavior is getting higher as well. Conversely, the higher of the
students’ understanding of Western Science, the students’ religious behavior is
getting lower.

Keywords: Learners, Science, Faith.

ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vi
ABSTRAK ...................................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 9
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................................. 10
E. Penelusuran Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................... 11
F. Sistematika Penulisan ........................................................................................... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................................... 15
A. Pengertian Pemahaman Peserta Didik .................................................................. 15
B. Perkembangan Peserta Didik ................................................................................ 20
C. Konsep Peserta Didik dalam Perspektif Islam ...................................................... 21
D. Pengetahuan dan Ilmu Sains ................................................................................. 26
1. Pengetahuan ...................................................................................................... 26
2. Ilmu Sains ......................................................................................................... 36
3. Klasifikasi ilmu menurut sumbernya. ............................................................... 32
F. Sains dalam Persfektif Islam ................................................................................. 36
G. Perilaku Keagamaan Peserta Didik ....................................................................... 52
1. Pengertian perilaku keagamaan ........................................................................ 39
2. Bentuk Perilaku Keagamaan. ............................................................................ 40
BAB III METODOLOGI ............................................................................................... 48
A. Definisi Konseptual dan Definisi Operasioanal .................................................... 48
B. Jenis Penelitian.......................................................Error! Bookmark not defined.
C. Metode Penelitian ................................................................................................. 54
D. Tekhnik Pengambilan Data ................................................................................... 55
E. Tekhnik Analisis Data........................................................................................... 59
F. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 600
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 62
A. Analisis Data ......................................................................................................... 62
B. Pengujian Normalitas data ...................................................................................... 68
C. Pengujian Hipotesis .............................................................................................. 69

x
D. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................................ 75
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 78
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 78
B. Saran ..................................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 80
LAMPIRAN..................................................................................................................... 83

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1.1 Hasil penelitian yang relevan 10
3.1 Operasional variabel 49
3.2 Skala likert pada pertanyaan positif 50
3.3 Waktu penelitian 52
3.4 Analisis Deskriptif perilaku keagamaan siswa (Y) 59
4.1 Analisis Deskriptif 63
4.2 Distribusi Frekuensi perilaku keagamaan siswa 63
4.3 Analisis Deskriptif pemahaman Sains Islam (X1) 64
4.4 Analisis Deskriptif 65
4.5 Distribusi Frekuensi pemahaman Sains Islam 65
4.6 Analisis Deskriptif pemahaman Sains Barat (X2) 65
4.7 Analisis Deskriptif 66
4.8 Distribusi Frekuensi pemahaman Sains Barat 66
4.9 Hasil uji normalitas data perilaku keagamaan 67
4.10 Hasil Perhitungan Analisis Korelasi Bivariat (R.X1 Y) 68
4.11 Hasil Perhitungan Analisis Korelasi Bivariat (R.X2 Y) 70
4.12 Hasil Perhitungan Analisis Korelasi Bivariat (R.X1 X2) 72
4.13 Variables Entered/Removeda 73
4.14 Model Summary 74
4.15 Model Anova 74
4.16 Coefficientsa 74
4.17 Excluded Variablesa 74

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
3.1 Skema Hubungan Antar Variabel 53

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
7.1 Angket penilaian dimensi Pemahaman Sains Islam 83
7.2 Angket penilaian Perilaku keagamaan 85
7.3 Biodata Penulis 87
7.4 Nama Respinden Penelitian 88
7.5 Surat Keterangan Penelitian SMPT AL Ittihadiyah 89
7.6 Surat Keterangan Penelitian SMPIT Nidhaul Umah 90
7.7 Surat Keterangan Penelitian SMPN 01 Ciampea 91
7.8 Surat Keterangan Penelitian SMP PGRI Ciampea 92

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberhasilan mencetak peserta didik yang berkuatalitas tidak bisa

terlapas dari proses pendidikan yang berkualitas pula. Banyak ahli yang

mendefinisikan kata pendidikan, diantaranya; Marimba dalam Ahmad Tafsir

menyatakan bahwa pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh

pendidik terhadap perkembangan jasmani dan ruhani peserta didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama1. Menurut Abdurrahman al-Bani dalam

an Nahlawi mendefinisikan bahwa pendidikan (tarbiyyah) terdiri atas empat

unsur, yaitu: pertama, menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa;

kedua, mengembangkan seluruh potensi; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah

dan potensi menuju kesempurnaan; dan keempat, dilaksanakan secara

bertahap.2 Ahmad Tafsir menarik sebuah kesimpulan pendidikan merupakan

berbagai usaha yang dilakukan oleh seorang (pendidik) terhadap peserta didik

agar tercepai perkembangan yang positif. Dari beberapa definisi diatas pada

hakikatnya sama bahwa pendidikan adalah sebuah proses mengembangkan

potensi peserta didik secara optimal dari aspek kepribadian atau sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

Dalam proses pendidikan berbagai informasi diperoleh dari apa yang

dilihat, di dengar dan dirasakan akan menghasilkan sebuah pemahaman,

berlanjut menjadi sebuah keyakinan pandangan hidup (worldview) dan pada

1
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islami, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 34.
2
Abdurrahman An Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam dalam Keluarga, di
Sekolah dan di Masyarakat, Bandung: CV. Dipenegoro, 1989. Hlm. 32.
akhirnya akan mempengaruhi perilakunya.3 Seorang siswa yang memiliki

pandangan hidup Islam, dan yakin akan kehidupan akhirat, dia tidak akan

sombong dan takabur ketika mendapatkan nilai ujian tinggi, karena dia yakin

ilmu yang diperolehnya sangat sedikit dibandingkan dengan ilmu Allah ‫ﷻ‬.

Dalam konteks pendidikan di Indonesia, Para pendiri bangsa telah

merumuskan sebuah tujuan pendidikan yang sesuai dengan karakter dan

kebudayaan bangsa Indonesia. Pendidikan Nasional dirumuskan bertujuan

untuk menghasilkan manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Mahaesa.

Meskipun ada berbagai tujuan yang hendak diraih dalam setiap proses

pendidikan, namun tujuan intinya adalah manusia beriman. Sebagaimana

tertuang dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Pasal 3 bahwa tujuan

Pendidikan Nasional untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.4 Ini menunjukkan bahwa penanaman

nilai-nilai keimanan merupakan tujuan utama pendidikan di Indonesia sehingga

semua proses belajar haruslah dilandasi oleh tujuan ini.

Berkaitan dengan pengajaran Sains / Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di

sekolah secara umum masih terdapat ketidaksesuaian antara falsafah negara

dan undang-undang pendidikan dengan praktik pendidikan di lapangan.

Meskipun secara konseptual, pengajaran IPA di sekolah bertujuan untuk

menanamkan keimanan kepada siswa, namun penerapannya di dalam detail

materi pelajaran masih sangat minim. Salah satu indikasinya dapat dilihat dari

3
Adian Husaini. Untuk Apa Belajar Islamic Worldview, Jakarta: Gema Insani Press, 2009, hlm. 1.
4
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003

2
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang dikeluarkan

Badan Standar Nasional Pendidikan pada tahun 2006 yang di dalamnya

terdapat ketidakselarasan antara tujuan dengan standar kompetensi serta

kompetensi dasar pelajaran IPA. Di dalam Standar Isi tersebut disebutkan

bahwa salah satu tujuan mata pelajaran IPA SMP/MTs adalah “Meningkatkan

keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan,

keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.”5 Namun, tujuan tersebut hampir

tidak terefleksikan di dalam rincian Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasarnya. Padahal tujuan ini disebutkan di posisi pertama yang menunjukkan

tujuan ini merupakan tujuan yang paling penting dibandingkan enam tujuan

lainnya.6

Dalam pandangan para ilmuan Barat, sains seringkali dianggap

sebagai cabang ilmu yang bebas atau netral nilai. Kenetralan ini dipercaya

merupakan sesuatu yang intrinsik di dalam sains, artinya sesuatu disebut sains

bila sesuatu itu netral terhadap nilai-nilai. Menurut Zarkasy pengertian netral

yang selama ini dilekatkan pada sains sebenarnya bukan berarti bahwa sains

tidak mengandung nilai-nilai, melainkan karena sains tidak memberi tempat

bagi wahyu, agama, bahkan Tuhan.7 Jadi netral disini bahwa sains tidak terkait

dengan nilai-nilai agama.

5
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, 2006, hlm 150-156.
6
Wendi Zarman, Studi Pengembanagan Buku Teks Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah
Pertama Berbasis Nilai Keimanan, Disertasi Doktoral pada PPS UIKA Bogor, tidak diterbitkan,
2012, hlm. 14.
7
Hamid Fahmy Zarkasy, Makna Sains Islam, Jurnal Islamia, Vol. III. No. 4, 2008

3
Pandangan terhadap hubungan sains dan agama ini telah menjadi

kecenderungan ilmuwan dan filosof di Barat khususnya sejak kemunculan

Revolusi Saintifik (Scientific Revolution) sekitar tahun 1500-1700.8 Banyak

diantara ilmuwan dan filosof tersebut yang secara terang-terangan menolak

kaitan antara sains dengan Tuhan atau agama selepas munculnya revolusi ini,

meskipun tidak semua mereka penganut atheis murni.

Karen Armstrong dalam Wendi Zarman menuliskan beberapa tokoh

ilmuan Barat diantaranya: Laplace (1749-1827), seorang matematikawan

Perancis yang termasyhur, berpandangan bahwa Tuhan tidak perlu disebutkan

dalam membahas persoalan sains, bukan karena ia memusuhi agama, namun ia

menilainya sebagai sesuatu yang tidak relevan.9 Ketika Napoleon bertanya

kepadanya perihal Pengarang alam semesta yang ajaib ini kepadanya, Laplace

menjawab, “Saya tidak membutuhkan hipotesis itu.”10 Sementara itu Baron

d’Holbach (1723-1789) meyakini bahwa dunia alam materi merupakan satu-

satunya realitas; tidak memerlukan penyebab eksternal (Tuhan) karena ia

menciptakan dirinya sendiri. Tidak ada bukti adanya Tuhan, dan oleh

karenanya semua individu berpendidikan dan rasional harus menolak agama

sama sekali. Tahun 1770, d’Holbach menerbitkan karyanya The System of

Nature yang disebut sebagai Alkitab “naturalisme ilmiah” menegaskan bahwa

hubungan sains dan agama atau Tuhan harus di buang jauh-jauh. Filsuf Jerman,

Immanuel Kant (1724-1804) mengakui bahwa Tuhan berada di luar jangkauan

indra manusia. Manusia tidak bisa menyangkal atau membuktikan keberadaan

8
Bronowski dan Mazlish, The Western Intellectual Tradition : From Leonardo to Hegel, New
York : Barnes and Noble Books, 1993, hlm 107
9
Karen Armstrong, Masa Depan Tuhan : Sanggahan Terhadap Fundamentalisme dan Ateisme,
Bandung : Mizan, 2009, hlm 374
10
Ibid. hlm. 375.

4
Tuhan karena manusia tidak memiliki alat verifikasinya.11 Dengan demikian

menjadi jelas bahwa Barat memandang sains dan agama seperti dua kutub yang

berbeda, saling berlawanan dan tidak bisa disatukan yang disebut Al-Attas

sebagai sekularisme.

Meski demikian, banyak ahli berpendapat bahwa sains tidaklah benar-

benar bebas nilai . Menurut Purwanto sains adalah produk manusia, dan setiap

produk manusia pasti membawa tata nilai dan pandangan hidup pembuatnya.12

Hal yang sama ditegaskan Al-Attas bahwa ilmu pada hakikatnya tidaklah netral

nilai, melainkan dibentuk oleh pandangan hidup (worldview) dari masyarakat

tempat ilmu itu ditumbuhkembangkan.13 Sementara itu menurut Allchin

pandangan yang menyebutkan sains sebagai sesuatu yang bebas nilai

merupakan pandangan yang menyesatkan karena pada kenyataannya pada sains

melekat berbagai berbagai nilai. Nilai-nilai itu dapat berupa nilai yang berasal

dari dalam sains itu sendiri atau nilai dari luar sains yang kemudian melekat ke

dalam sains.14

Melihat sains dalam kacamata sekuler merupakan suatu pandangan

yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Hal itu karena Islam, sebagaimana

dipersepsi oleh kaum Muslimin pada umumnya, bukanlah agama yang

mengatur urusan ritual ibadah saja, namun merupakan (way of life) sebuah

jalan hidup yang lengkap dan sempurna, bahkan sebuah peradaban yang

11
Ibid, hlm 373-374
12
Agus Purwanto, Ayat-Ayat Semesta, Bandung : Mizan, 2010, hlm. 188.
13
Syed Muhammad Naquib al-Attas, Islam dan Sekularisme , Bandung : PIMPIN, 2011,
hlm. 166.
14
Douglas Allchin, Values in Science : An Educational Perspective, Science & Education, Kluwer
Academic Publisher, 1999

5
integral dan menyeluruh dan melingkupi seluruh sisi kehidupan manusia.15

Oleh karena itu, di dalam Islam tidak ada sesuatu hal apapun kehidupan

manusia yang terlepas dari urusan agama, termasuk sains.

Integrasi agama dan sains ini diterangkan secara jelas dan lengkap di

dalam ajaran-ajaran Islam di baik di dalam al-Qur’an, Hadits, serta pandangan

para ulamanya. An-Nabulsi menyebutkan bahwa terdapat sekurangnya 1300

ayat, atau sekitar seperlima dari keseluruhan ayat al-Qur’an yang berbicara

tentang alam semesta.16 An-Najjar menyebutkan tidak kurang 750 ayat di

dalam al-Qur’an menyuruh manusia untuk mempelajari alam semesta karena

dengan cara itu ia dapat mengenal Penciptanya, di samping memanfaatkannya

untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Misalnya, Allah berfirman di

dalam al-Qur’an surat Ali Imran [3] : 190

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya


malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.

As Sa’di menyebutkan bahwa ayat tersebut merupakan anjuran bagi

manusia untuk memikirkan ciptaan-Nya, memperhatikan dengan seksama

tanda-tandanya, dan merenungkan proses penciptaannya.17 Kenyataan ini

menegaskan bahwa perintah Allah untuk mempelajari alam ini tidak

mungkin dilepaskan dari konteks menunaikan perintah agama Islam karena

perintah itu sendiri berasal dari Kitab Suci Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan

bahwa di dalam Islam penanaman nilai-nilai keimanan merupakan nilai yang

asasi dalam penelitian dan pendidikan sains.

Dengan demikian maka jelaslah bahwa terdapat perbedaan

15
Osman Bakar, Tauhid dan Sains: Perspektif Tentang Agama dan Sains, Bandung : Pustaka
Hidayah, 2008, hlm hlm 35.
16
M. Ratib an-Nabulsi, 7 Pilar Kehidupan, Jakarta : Gema Insani Press, 2010, hlm. 1
17
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Tafsir as-Sa’di (1), Jakarta : Pustaka Sahifa, 2007,
hlm 610

6
mendasar antara cara pandang Islam dan Barat dalam memandang sains.

Barat memandang sains menggunakan paradigma sekuler dan

memisahkannya dengan kesadaran beragama manusia, sedangkan Islam

memandangnya dengan paradigma religius. Perbedaan ini dengan sendirinya

akan menimbulkan perbedaan konsep, tujuan, nilai, dan makna sains di

antara kedua pandangan hidup ini.

Beberapa tahun terahir setelah pemerintah memberlakukan pergantian

sistem pendidikan Nasional dengan memperbaharui kurikulum dari Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 menjadi kurikulum 2013. Perubahan tersebut

sedikit banyak membuat perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran di

tingkat sekolah dasar, menengah dan atas. Terlihat dalam kandungan buku teks

IPA yang diterbitkan oleh Pusat Kurikulum dan Pembukuan Balitbang

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada Sekolah Menengah Pertama.18

Dalam kandungan buku tersebut ditemukan nilai-nilai keimanan, penanaman

kesadaran akan kebesaran Tuhan, penanaman rasa syukur, ilmuan-ilmuan

muslim pun sudah mulai dicantumkan.

Oleh karena itu, penulis ingin mengatahui sejauh mana kerangka

pemahaman siswa mengenai pembelajaran Sains yang mereka serap di dalam

proses pembelajaran IPA. Apakah berkarakter Islami yang berasaskan nilai-

nilai keimanan ataukah cenderung ke barat-baratan yang bersifat sekuler yang

mereka serap dari serta dampaknya terhadap perilaku keagamaan mereka lebih

spesifik di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri maupun Swasta.

18
Wahono Widodo, Fida Rachmadiarti dan Siti Nurul Hidayat, Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTS
kelas vii, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Pembukuan, Balitbang, Kemendikbud, 2016.

7
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai

berikut :

1. Apakah terdapat hubungan yang positif pemahaman siswa tentang Sains

Islam dan perilaku keagamaan ?

2. Apakah terdapat hubungan yang positif pemahaman siswa tentang Sains

Barat dan perilaku keagamaan ?

3. Apakah terdapat pengaruh yang positif pemahaman peserta didik tentang

Sains Islam dan Sains Barat terhadap perilaku keagamaan ?

Agar Penelitian ini dapat terarah dan mendalam, maka dilakukan

pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian pemahaman Sains hanya dilakukan pada siswa kelas IX Sekolah

Menengah Pertama (SMP).

2. Pemahaman Sains dibatasi hanya pada Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

3. Pemahaman Sains Islam yang diteliti terbatas pada aspek akidah atau nilai-

nilai keimanan pada Allah ‫ﷻ‬. pun begitu sebaliknya pemahaman pada Sains

Barat.

4. Perilaku keagamaan yang diteliti terbatas pada agama Islam yang meliputi

pengamalan akidah, ibadah dan akhlak.

8
C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui hubungan pemahaman peserta didik terhadap Sains Islam dan

perilaku keagamaan mereka.

2. Mengetahui hubungan pemahaman peserta didik terhadap Sains Barat dan

perilaku keagamaan mereka.

3. Mengetahui pengaruh pemahaman peserta didik terhadap Sains Islam dan

Sains Barat terhadap perilaku keagamaan mereka.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat penelitian atau kegunaan penelitian yang diharapkan dari seluruh

rangkaian kegiatan penelitian serta hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis.

a. Bagi penulis, manfaat praktis yang diharapkan adalah seluruh tahapan

penelitian serta hasil penelitian yang diperoleh dapat memperluas

wawasan dan sekaligus memperoleh pengetahuan empirik mengenai

penerapan fungsi ilmu pendidikan yang diperoleh selama mengikuti

kegiatan perkuliahan.

b. Para Guru, bisa dijadikan tolak ukur pengaruh pemahaman pembelajaran

Sains terhadap keimanan pada Tuhan YME. Selanjutnya tercermin pada

pola sikap atau karakter siswa.

c. Bagi Para Pemegang kebijakan di Kementrian Pendidikan dan

Kebudayaan, agar Pembelajaran Sains diharapkan sesuai dengan tujuan

Pendidikan Nasional yaitu menghasilkan manusia yang beriman.

2. Manfaat Akademis.

a. Diharapkan hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi upaya

9
pengembangan Ilmu pengetahuan dan pemikiran dalam pengembangan

Sains Islam. Dan berguna juga untuk menjadi referensi bagi mahasiswa

yang melakukan kajian terhadap pendidikan sains Islam.

E. Penelusuran Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan yang dapat dikemukakan sehubungan dengan

penelitian ini diantaranya:

Tabel. 1.1 Hasil Penelitian yang Relevan


NO Nama Judul dan Publikasi Hasil Penelitian
Peneliti
1. Wendi Studi 1). Buku teks pelajaran IPA
Zarman Pengembangan MBIAS3 tidak memiliki unsur
Buku Teks IPA penanaman nilai-nilai keimanan
SMP Berbasis Nilai sebagaimana yang diamanatkan
Keimanan. oleh Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik
Disertasi, Indonesia nomor 8 tahun 2008.
Managemen 2). Langkah-langkah penanaman
Pendidikan Islam nilai keimanan ke dalam buku
Universitas Ibn teks IPA yang dimaksud adalah
Khaldun, Agustus sebagai berikut:
2012.  Memberikan pengantar atau
pendahuluan yang berisikan
nasihat-nasihat yang Islami yang
menumbuhkan motivasi belajar
yang benar.
 Menyisipkan ungkapan-
ungkapan yang menunjukkan
pengakuan manusia akan
kemahakuasaan Allah atas
seluruh makhluk-makhluknya.
 Mengungkapkan berbagai
hikmah dari penciptaan alam
sehingga dapat menumbuhkan
rasa syukur siswa kepada Allah.
 Mengoreksi konsep-konsep
sains modern yang bertentangan
dengan pandangan hidup Islam.
 Memasukkan ayat-ayat al-
Qur’an dan Hadits yang relevan
dengan topik yang sedang
dibahas.
 Memasukkan informasi kiprah

10
ilmuwan Muslim yang
menumbuhkan kebanggaan
siswa terhadap agamanya.
 Mengaitkan materi pelajaran
IPA dengan penerapan ajaran
Islam.

2. Prayekti Pengaruh 1). Dengan menggunakan aplikasi


Rasyimah Pembelajaraan STAD ternyata hasil belajar
Kooperatif Stad pemahaman dan aplikasi konsep
Ekspositori IPA lebih baik daripada strategi
Terhadap Hasil pembelajaran ekspositori.
Belajar 2). Menggunakan aplikasi STAD
Pemahaman dan ternyata hasil belajar aplikasi
Aplikasi Konsep konsep IPA lebih baik daripada
IPA Siswa Kelas strategi pembelajaran ekspositori.
IV Sekolah Dasar. 3). Secara Univariat, Ingteraksi
antara strategi pembelajaran tidak
Jurnal Pendidikan membegrikan pengaruh signifikan
dan kebudayaan, terhadap pembelajaran konsep
Vol 19, Nomor 4, IPA.
2019.
3. Rosidin dan Pemahaman 1). Para pengurus Rohis SMA
Nurul Aeni Agaman dalam Negeri 1 Sragen meyakini bahwa
Bingkai Agama Islam merupakan agama
Kebangsaan: Studi yang paling benar dan kesadaran
Kasur pada tersebut tetap diikuti dengan
Organisasi Rohis kesadaran bahwa Ideologi
SMAN 1 Sragen. Pancasila mengakui adanya
keragaman dan perbedaan,
Jurnal Pendidikan sehingga ide untuk menjadikan
dan kebudayaan, Islam sebagai ideologi negara
Vol 2, Nomor 2, tidak bisa dibenarkan.
2017. 2). Pemahaman agama tercermin
dalam perilaku melaksanakan
ajaran agama secara benar.
3). Perbedaan keyakinan tidak
menghalangi para pengurus Rohis
untuk melakukan interaksi dengan
siswa lain di lingkungan sekolah
maupun luar sekolah.
4). Nilai yang dianut untuk
mewujudkan persatuan adalah
toleransi dan saling menghormati.
Namun, interaksi dengan pihak
luar terutama yang terindikasi
menyebarkan radikalisme patut
diwaspadai. Dengan demikian,

11
pemahaman agama anggota Rohis
SMAN 1 Sragen sejalan dengan
nilai-nilai kebangsaan, yaitu
menjaga persatuan bangsa.
4. Azmah Model Integrasi 1). Integrasi nilai-nilai karakter
Marvavilha Nilai Islam dalam pada pembelajaran mulai
dan Pembelajaran Sains difokuskan sejak diberlakukannya
Suparlan kurikulum 2013. Nilai karakter,
Jurnal Humanika, salah satunya yaitu nilai religi
Th. XVIII, No.1, juga mulai ditekankan pada
Maret 2018. kurikulum 2013.
Universitas Islam 2). Dalam konteks pembelajaran
Yogyakarta. sains, integrasi sains dan agama
dapat dikategorikan dalam tiga
konteks, yakni bayani, burhani,
dan ‘irfani. Bayani, sains
diintegrasikan dengan teks
Alquran. Burhani, sains
diintegrasikan dengan konteks
sosial, budaya, dan realitas alam.
Irfani, sains diintegrasikan dengan
manfaat dalam kehidupan sehari-
hari.
5 Hernani dan Pengaruh Hasil penelitian menunjukan
Ahmad Pembelajaran 1). Persentase N-Gain capaian
Mudzakir Berbasis Literasi KPS siswa materi “klasifikasi Zat,
Sains dan partikel materi serta perubahan
Teknologi sifat fisika-kimia zat” berturut-
Terhadap turut adalah 48,0%; 48,6%;
Keterampilan 42,0%.
Proses Sains Siswa 2) Berdasarkan kelompok tinggi,
SMP. sedang dan rendah berturut-turut
untuk materi “klasifikasi zat”
adalah 50,0%; 49,0%; 41,0%.
Portal Jurnal kemudian materi “partikel materi”
Universitas berturut-turut adalah 42,5%;
Pendidikan 35,5%; 50,3%. Dan materi
Indonesia, Vol 2, “perubahan sifat fisika-kimia”
Nomor 2, 2011. berturut-turut adalah 40,0%;
45,0%; 43,0%. Capaian KPS siwa
termasuk kategori sedang.

6 Arie Studi Korelasi 1). Pemahaman Agama Islam


Syahfrudin Antara Pemahaman Komunitas balap liar baik sekali
Agama Islam 2). Mayoritas Perilaku keagamaan
dengan Perlaku tinggi.
Keagamaan pada 3). Adanya hubungan antara
Komunitas Balap pemahaman Agama Islam dengan

12
Liar di Dusun Perilaku keagamaan pada
Kembang Desa komunitas tersebut.
Ngiligi Gunung 4). Semakin tinggi pemahaman
Kidul. Agama Islam maka semakin
tinggi pula pengamalan perilaku
Skripsi: Ilmu keagamaan komunitas balap liar
Tarbiyah dan di Dusun Kembang. Desa Ngiligi
Keguruan UIN. Gunung Kidul.
Sunan Kali Jaga
Yogyakarta.
November 2015.

Penelitian yang pernah ada lebih banyak kepada pengembangan

Substasi Sains itu sendiri, seperti pengembangan buku teks sains yang

berlandaskan nilai keimanan, Integrasi nilai Islam dalam pembelajaran sains.

Sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berbeda, karena penulis meneliti

hasil implementasi pembelajaran Sains peserta didik Sekolah Menengah

Pertama yang berdampak kepada perilaku keagamaan mereka.

F. Sistematika Penulisan

BAB I. berisi tentang pendahuluan penelitian yang memaparkan latar

belakang masalah dilanjutkan dengan perumusan masalah, tujuan dan

kegunaan penelitian, penelusuran penelitian yang relevan, serta sistematika

penulisan.

BAB II. berisi tentang tinjauan teoritis mengenai konsep-konsep dasar

yang menjadi acuan penelitian yang terdiri dari penjelasan mengenai siswa,

Sains Islam, Sains Barat, perilaku keagamaan peserta didik, kerangka berfikir

dan hipotesis penelitian.

13
BAB III. berisi tentang metodologi penelitian yang menguraikan

definisi operasional, metode penelitian, teknik pengambilan data, teknik

analisis data, hasil uji coba instrumen, waktu dan tempat penelitian.

BAB IV. Hasil penelitian dan pembahasannya yang menguraikan

tentang analisa data, pengujian moralitas data, pengujian hipotesis dan

pembahasan hasil penelitian yang terdiri hubungan pemahaman siswa tentang

Sains Islam dan perilaku keagamaan, hubungan pemahaman siswa tentang

Sains Barat dengan perilaku keagamaan, hubungan Sains Islam dan Sains Barat

serta pengaruhnya terhadap perilaku keagamaan mereka.

BAB V. Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan penelitian

serta rekomendasi-rekomendasi penulis terkait dengan hasil penelitian.

14
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Pemahaman Peserta Didik

Pemahaman peserta didik, berasal dari kata pemahaman dan peserta

didik. Kata Pemahaman berbeda dengan kata Paham, Pemahaman merupakan

subuah proses berpikir, perbuatan, dan cara memahami. Dikatakan demikian

karena untuk menuju ke arah pemahaman perlu diikuti dengan belajar dan

berpikir.19 Sedangkan paham bisa dikatakan pendapat, pandangan atau

pemikiran.

Pendapat lain mengatakan bahwa pemahaman adalah tingkatan

kemampuan yang mengharapkan seseorang mampu memahami arti atau

konsep, situasi serta fakta yang diketahuinya. Dalam hal ini tidak hanya hafal

secara verbalitas tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang

ditanyakan, maka operasionalnya dapat membedakan, mengubah,

mempersiapkan, menyajikan, mengatur, menginterpretasikan, menjelaskan,

mendemonstrasikan, memberi contoh, memperkirakan, menentukan dan

mengambil keputusan.20

Dari sudut pandang yang lain Suharsimi mendefinikan arti pemahaman

(comprehension) adalah sebagaimana seorang mempertahankan, membedakan,

menduga, menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan,

memberi contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.21

19
W. J. S. Porwadarmita, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991, hlm. 636.
20
Ibid. hlm. 636.
21
Suharmi Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara,
2009, hlm. 118-137.

15
Daryanto menjelasan lebih rinci dalam bukunya “Evaluasi Pendidikan”

kemampuan pemahaman dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Menerjemahkan (Translation), yaitu bukan saja pengalihan arti dari bahasa

yang satu ke bahasa yang lain. Dapat juga dikonsepsi abstrak menjadi

model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya.

b. Menginterpretasikan (Interptetation), yaitu kemampuan untuk mengenal dan

memahami.

c. Mengekstraplorasi (Extrapolation), yaitu lebih tinggi sifatnya dari

menerjemahkan dan menafsirkan, ia memenuhi kemampuan intelektual

yang lebih tinggi.22

Selanjutnya kata peserta didik merupakan istilah bagi pelajar pada

jenjang pendidikan menengah pertama dan menengah atas.23 Di dalam

Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 4 diuraikan bahwa peserta

didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya

melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu.24

Para tokoh pendidikan mendefinisikan kata peserta didik diantaranya

Agustina siswa adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan

pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan

bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal

kemampuan potensi fitrahnya.25 Menurut Muhaimin, peserta didik dilihat

sebagai seseorang “subjek didik” yang mana nilai kemanusian sebagai

individu, sebagai makhluk sosial yang mempunyai identitas moral, harus

22
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm. 106.
23
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
24
Daryanto, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm. 106.
25
Nova Agustina, Perkembangan Peserta Didik, Yogyakarta: Deepublishing, 2018, hlm. 30

16
dikembangkan untuk mencapai tingkatan optimal dan kriteria kehidupan

sebagai manusia warga negara yang diharapkan.26

Menurut Shafique Ali Khan, peserta didik merupakan orang yang

datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe

pendidikan, selanjutnya orang ini disebut pelajar atau orang yang mempelajari

ilmu pengetahuan berapapun usianya, dari manapun, siapa pun, dalam bentuk

apapun, dengan biaya apapun untuk meningkatkan pengetahuan dan moral

pelaku belajar.27 Sedangkan menurut Arifin, Menyebut “murid” maka yang

dimaksud ialah manusia didik sebagai makhluk yang sedang berada dalam

proses perkembangan atau pertumbuhan menurut fitrah masing-masing yang

memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik

optimal.

Rasyidin dan Nizar memberikan penjelasan, bahwa peserta didik atau

anak didik memiliki karakteristik antara lain:

a. Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa akan tetapi memilki

dunianya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar perlakuan

terhadap mereka dalam proses belajar mengajar tidak disamakan dengan

pendidikan dewasa, baik dalam aspek metode, materi, sumber bahan dan

lain sebagainya.

b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki deferensiasi periodisasi

perkembangan dan pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk

diketahui agar aktivitas kependidikan Islam disesuaikan dengan tingkat

26
Muhaimin, Desain Pembelajaran, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani 2005, hlm. 25.
27
https://www.pelajaran.id/2017/27/pengertian-siswa-menurut-para-ahli.html

17
pertumbuhan dan perkembangan yang pada umumnya dilalui oleh setiap

peserta didik.

c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang

menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.

d. Peserta didik adalah makhluk Tuhan yang memiliki perbedaan individual,

baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan dimana ia

berada.

Dalam hal ini, Rasyidin dan Nizar memberikan penjelasan, bahwa

peserta didik atau anak didik memiliki karakteristik antara lain:

a. Peserta didik bukan merupakan miniatur orang dewasa akan tetapi memilki

dunianya sendiri. Hal ini sangat penting untuk dipahami agar perlakuan

terhadap mereka dalam proses belajar mengajar tidak disamakan dengan

pendidikan dewasa, baik dalam aspek metode, materi, sumber bahan dan

lain sebagainya.

b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki deferensiasi periodisasi

perkembangan dan pertumbuhan. Pemahaman ini cukup perlu untuk

diketahui agar aktivitas kependidikan Islam disesuaikan dengan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan yang pada umumnya dilalui oleh setiap

peserta didik.

c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan, baik yang

menyangkut kebutuhan jasmani maupun rohani yang harus dipenuhi.

d. Peserta didik adalah makhluk Tuhan yang memiliki perbedaan individual,

baik yang disebabkan oleh faktor pembawaan maupun lingkungan dimana ia

berada.

18
e. Peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama, yaitu jasmani dan

rohani. Unsur jasmani memiliki daya fisik yang menghendaki latihan dan

pembiasaan yang dilakukan memiliki dua daya, yaitu daya akal dan daya

rasa. Untuk mempertajam daya akal, maka proses pendidikan hendaknya

diarahkan untuk mengasah daya intelektualnya melalui ilmu-ilmu rasional.

Adapun untuk mempertajam daya rasa dapat dilakukan melalui pendidikan

akhlak dan ibadah.

f. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat

dikembangkan secara dinamis.28

Dari berbagai sudut pandang pendapat para ahli tentang makna kata

pemahaman, penulis berpandangan bahwa pada dasarnya sebuah pemahaman

mempunyai indikator sama yaitu dengan memahami sesuatu berarti seseorang

dapat mempertahankan, membedakan, menentukan, memperluas,

menyimpulkan, menganalisis, dan lebih jauh mampu menuliskan kembali.

Selanjutnya jika dihubungkan dengan kata peserta didik, penulis

menyimpulkan bahwa pemahaman peserta didik merupakan sebuah konsep

pemahaman seorang pelajar yang diperoleh dari proses memahami arti atau

konsep, situasi serta fakta dari ilmu-ilmu yang dipelajarinnya. Dalam konteks

pemahaman peserta didik, penulis sependapat dengan apa yang diutarakan

Adian Husaini bahwa dalam proses pendidikan berbagai informasi diperoleh

dari apa yang dilihat, di dengar dan dirasakan akan menghasilkan sebuah

pemahaman, berlanjut menjadi sebuah keyakinan pandangan hidup

(worldview) dan pada akhirnya akan mempengaruhi perilakunya.

28
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan historis teoritis dan praktis, Jakarta:
Ciputat Pres, 2002, hlm. 20.

19
B. Perkembangan Peserta Didik

Dalam pandangan psikologi, Sunarto menyebutkan bahwa setiap

individu memiliki ciri dan sifat atau karakterstik bawaan dan karakteristik yang

diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan merupakan

karakteristik keturunan yang dimilki sejak lahir, baik yang menyangkut faktor

biologis maupun faktor sosial psikologis. Pada masa lalu ada keyakinan,

kepribadian terbawa pembawaan dan lingkungan, dua faktor tersebut terbentuk

karena faktor terpisah, masing-masing memperngaruhi kepribadian dan dan

kemampuan individu bawaan dan lingkungan dengan cara sendiri-sendiri.29

Namun kemudian makin disadari bahwa apa yang dipikirkan, dirasakan, dan

dikerjakan seorang anak, remaja atau dewasa merupakan hasil dari perpaduan

faktor-faktor biologis yang diturukan dan pengaruh lingkungan.

Sifat alami (nature) merupakan istilah yang biasa digunakan untuk

menjelaskan karakteristik- karakteristik individu dalam hal fisik, mental, da

emosional pada setiap tingkat perkembangan. Sejauh mana seseorang

dilahirkan menjadi individu seperti “dia” atau sejauh mana seorang individu

dipengaruhi oleh subjek penelitian dan diskusi. Karakteristik yang berkaitan

dengan perkembangan faktor biologis cenderung lebih bersifat tetap,

sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan sosial psikologis lebih banyak

dipengaruhi oleh faktor lingkungan.30

Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik individu yaitu

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang

berasal dari dalam diri individu yaitu sifat jasmaniah yang diwariskan dari

29
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. hlm. 4.
30
Ibid. hlm. 5.

20
orang tuanya dan kematangan. Sedangkan faktor eksternal ialah faktor yang

berasal dari luar diri anak. Diantra faktor ekternal tersebut seperti kesehatan,

makanan, dan lingkungan.31

Masa remaja kisaran usia 12 hingga 21 tahun merupakan masa

peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa.

Masa remaja sering dikenal dengan nama masa pencarian jati diri, masa remaja

ditandai dengan beberapa karakteristik penting diantaranya yaitu mencapai

hubungan yang matang dengan teman sebaya, menerima keadaan fisik dan

menggunakannya secara efektif, mengembangkan keterampilan intelektual dan

konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara, mencapai tingkah laku

yang bertanggung jawab secara sosial serta pengembangan wawasan

keagamaan dan meningkatkan religiusitas.32

C. Konsep Peserta Didik dalam Perspektif Islam

Bukti kesempurnaan Agama Islam adalah ajaranya mencakup semua

sisi kehidupan, tak terkecuali masalah pendidikan, peserta didik dalam hal ini

adalah manusia. Dalam Al-Qur’an ada tiga istilah kunci yang mengacu kepada

makna manusia, yaitu basyar, insan, dan an-nas. Ketiganya memposisikan

manusia sebagai makhluk biologis, psikologis dan sosial.33 Manusia sebagai

basyar berkaitan dengan unsur material, yang dideskripsikan dengan unsur

tanah. Pada keaadan ini, manusia sebagai hamba Allah ‫ ﷻ‬tunduk terhadap

31
Mohammad Ali da Mohammad Asrori, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik,
Jakarta: Bumi Aksara, 2005, hlm. 22.
32
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan Orang Tua dan Guru dalam
memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009, hlm.
38.
33
Abdul Rahman, Pendidikan Integralistik: Menggagas Konsep Manusia dalam Pemikiran Ibn
Khaldun, Semarang: Walisongo Press, 2009. hlm. 15.

21
takdir Allah ‫ﷻ‬. seperti halnya matahari, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Kemudian manusia disebut sebagai insan dan an-nas yang menyerap sifat-sifat

Rabbaniyah.34

Islam mempunyai pandangan terhadap potensi positif (fitrah) sebagai

dasar perkembangan manusia. Mengacu kepada firman Allah ‫ ﷻ‬dan Sabda

Nabi Muhammad ‫ﷺ‬. dalam salah satu firman-Nya pada surat Ar-Rum [30] ayat

30 menyatakan:

 
  
  
 
   
   
 
 
  

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah
atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak
ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.
Seorang ilmuan terkemuka Ibn Khaldun berpandangan bahwa

manusia memiliki dua kecenderungan yaitu kebaikan dan kejahatan. Dua

kecenderugan ini selalu tarik menarik dan terjadi ketegangan. Konflik dan

ketegangan inilah yang menyebabkan mansia menjadi unik. Seperti yang

difirmankan Allah ‫ﷻ‬. dalam kandungan surat Al-Balad [90] ayat 10:

34
Ibid. hlm. 16.

22

 
Dan kami Telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebajikan dan
jalan kejahatan).
Sifat kejahatan itu akan melekat pada manusia jika mereka tidak

mengembangkan adat (custom) dan jauh dari agama (religion). Bagi Ibn

Khaldun yang menentukan sifat manusia itu bukanlah sifat atau wataknya,

akan tetapi kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Dia menyatakan bahwa:

“Wujud manusia itu ditentukan oleh kebiasaan-kebiasaan dan apa yang


biasa dilakukannya, bukan ditentukan oleh sifat dan wataknya. Apa yang
biasa dilakukan dalam keadaan sehari-hari sehingga telah menjadi pelaku,
sifat asli dan kebiasaan. Hal itu menempati kejadian asli dan wataknya”35
Ibn Khaldun telah membedakan antara jiwa, akal dan tubuh fisik. Jiwa

dan tubuh fisik dimiliki setiap benda, sedangkan akal hanya dimiliki oleh

manusia. Akal yang membedakan manusia dengan makhluk lain, karena akal

yang bisa menghantarkan jiwa manusia menuju alam malaikat. Ibn Khaldun

mencoba menjelaskan tentang potensi manusia sebagai berikut:

Perbedaan manusia dengan binatang terdapat pada pemikiran. Dunia


binatang memiliki rasa dan pengertian, tetapi tidak memiliki pemikiran dan
perenungan. Setiap makhluk memiliki jiwa; mampu bergerak, merasakan
dan memahami. Dan diatas jiwa terdapat kekuatan lain yaitu kecerdasan dan
pemikiran murni yang disebut dengan alam malaikat. Dengan demikian jiwa
berhubungan denga dua susunan makhluk; susunan bawah dan susunan atas.
dari susunan bawah jiwa berhubungan dengan tubuh kasar yang melahirkan
kemampuan panca indra (al-ghaibiyah). Sedangkan dari susunan atas, jiwa
berhubungan dengan dunia malaikat yang melahirkan ilmu pengetahuan
murni yang tidak akan dicapai oleh panca indra.36
Menurut Ibn Miskawaih dalam Nata memandang manusia sebagai

makhluk yang memiliki macam-macam daya. Menurutnya dalam diri manusia

ada tiga daya, yaitu: pertama, daya nafsu (an-nafs al-bahimyyat) sebagai daya

35
Ibid. hlm. 69.
36
Ibn Khaldun, Muqaddimah, Mesir: Dar – Ibnu al-Aitam, 2005, hlm. 79.

23
terendah; kedua, daya berani (an-nafs as-subu’iyyat) sebagai daya pertengahan,

dan ketiga, daya berfikir (an-nafs an-nathiqah) sebagai daya tertinggi.37 Ketiga

daya ini merupakan unsur ruhani manusia yang asal kejadiannya berbeda.

Sesuai dengan pemahaman tersebut di atas, unsur ruhani berupa an-

nafs al-bahimiyyat dan an-nafs as-sabu’iyyat berasal dari unsur materi,

sedangkan an-nafs an-nafs nathiqat berasal dari ruh Tuhan. Karena itu Ibn

miskawih berpendapat bahwa kedua nafs yang berasal dari materi akan hancur

bersama hancurnya badan dan an-nafs an-nafs nathiqat tidak akan mengalami

kehancuran.38 Selanjutnya Ibn Miskawih mengatakan bahwa hubungan jiwa

bernafsu dan jiwa berani dengan jasad pada hakikatnya sama dengan saling

mempengaruhi. Kuat atau lemahnya, sehat atau sakitnya kedua macam jiwa

tersebut. Begitu pula sebalinya. Oleh karena itu, kedua macam jiwa ini dalam

melaksanakan fungsinya tidak akan sempurna kalau tidak menggunakan alat

bendawi atau alat badani yang terdapat dalam tubuh manusia. Dengan

demikian Ibn Miskawih melihat bahwa manusia terdiri dari unsur jasad ruhani

yang antara satu dengan lainnya saling berhubungan.

Syed Muhammad Naquib al-Attas menegaskan hakikat manusia,

Manusia bukanlah sejenis binatang akan tetapi ia adalah makhluk yang

istimewa, yang berbeda dengan binatang bukan hanya dari segi species tapi

juga jenis (kind).39 Karena itu sejarah manusia di muka bumi bukanlah bermula

dari kera dengan kemunculan homo erectus dan homo sapien yang dicetuskan

37
Ibn Miskawih, Tahzib al-akhlak, Beirut: Mansyurat Dar maktabat al-Hayat, 1398 H, cet. II,
hlm. 62.
38
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam; Seri Kajian Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, hlm. 7.
39
Syed Naqiub al-Attas, On Justice and The Nature of Man, Kuala Lumpur: IBFIM, 2015.

24
oleh teori evolusi Darwinisme, melainkan bermula dari munculnya manusia

pertama Nabi Adam AS.

Manusia diciptakan oleh Allah ‫ﷻ‬. dengan dibekali akal pikiran dan

hati (jiwa). Dengan akal dan jiwa, manusia mampu berbicara, berfikir, belajar

dan menggali ilmu sehingga muncul budaya dan peradaban. Sampai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini. Maka

sebetulnya jika melihat konsep rumusan tujuan pendidikan nasioanal para

pemimpin bangsa sudah tepat, karena tujuan pendidikan sudah sejalan dengan

tujuan pendidikan Islam sebagaimana yang banyak dikemukakan oleh pakar

pendidikan. Dalam konteks tersebut Al Ghazali dalam Siti Pupu Fauziyah dan

Endin Mujahidin mengemukakan bahwa pendidikan bertujuan membentuk

insan purna, baik di dunia maupun di akhirat. Manusia dapat mencapai

kesempurnaan lantaran usahanya mengamalkan fadilah (perbuatan utama

melalui ilmu pengetahuan. Akibat dari fadilah itu manusia meraih

kebahagiaan.40 Pandangan lain dikemukakan Yusuf Al Qardhawi bahwa tujuan

pendidikan adalah pembentukan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, jasmani

dan ruhaninya, akhlak dan keterampilannya. Untuk itu pendidikan Islam

bertujuan juga untuk menyiapkan manusia untuk bisa hidup dalam kondisi

damai maupun perang, dalam kondisi masyarakat dengan seluruh kebaikan dan

kejahatannya, manis dan pahitnya.41 Dengan demikian konsep peserta didik

yang ideal menurut pandangan Islam secara umum adalah manusia yang taat

beridah kepada Allah SWT. menjalankan semua kaidah syari’at Islam,

40
Siti Pupu Fauziah dan Endin Mujahidin, Pendidikan Usia Dini Melalui Metode Cerita Berbasis
Al-Qur’an, Tawazzun Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 6 (No.1), Januari-Juni 2013.
41
Yusuf Al-Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al Bana, terj. Prof. H.
Bustami A Ghani dan Drs. Zainal Abidin Ahmad, Jakarta: Bulan Bintang, 1980, hlm. 157.

25
mempunyai perangai kepribadian akhlak yang mulia serta terefleksinya

kesholihan sosial di masyarakat.

D. Pengetahuan dan Ilmu Sains

1. Pengetahuan
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan pengetahuan sebagai

segala sesuatu yang diketahui; kepandaian; atau segala sesuatu yang

diketahui berkenaan dengan dengan hal (mata pelajaran).42 Pengetahuan

menurut Ahmad Tafsir ialah semua yang diketahui, Dia menganalogikan

seorang bayi yang baru lahir, ia tidak mengetahui apa-apa. Kemudian

sejalan dengan pertambahan usia ia pun memperoleh pengetahuan dari

lingkungan di sekitarnya. Semakin bertambah umur manusia itu semakin

banyak pengetahuannya. Dilihat dari motif, pengatahuan diperoleh melalui

dua cara. Pertama, pengetahuan yang diperoleh begitu saja, tanpa niat, tanpa

motif, tanpa keingintahuan dan tanpa usaha, misalnya seorang sedang

berjalan, tiba-tiba tertabrak becak. Tanpa rasa ingin tahu tapi kemudia dia

tahu bahwa ketika ditabrak becak itu sakit. Kedua, pengetahuan yang

disadari motif ingin tahu. Pengetahuan diperoleh karena diusahakan,

biasanya karena belajar.43

Pudjawidjana mengartikan pengetahuan sebagai suatu reaksi yang

ada pada manusia dengan segala rangsangan yang terjadi pada alat indranya

untuk melakukan pengeindraan jauh pada objek tertentu. Selain itu

Notoatmodjo berpendapat sedikit berbeda. Ia mengungkapkan bahawa

42
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan historis teoritis dan praktis, Jakarta:
Ciputat Press, 2002, hlm. 56.
43
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu, mengurai Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Pengetahuan.
Bandung. Remaja Rosda, 2015. hlm. 4

26
pengetahuan merupakan hasil dari daya tahunya setelah orang tersebut

melakukan pengindraan jauh. Sedangkan menurut Onny S. prijono

pengetahuan di dapat dari suatu nilai yang membiasakan orang tersebut

mengembangkan rasa ingin tahunya.44

Menurut Jujun pengetahuan atau knowledge merupakan terminologi

generik yang mencakup segenap bentuk seperti filsafat, ekonomi, seni,

beladiri, cara menyulam dan biologi itu sendiri. Jadi Biologi termasuk

dalam pengetahuan (knowledge) seperti juga ekonomi, matematika dan seni.

Untuk membedakan tiap-tiap bentuk dari anggota kelompok pengetahuan

ini terdapat tiga kriteria, yaitu:

a. Apakah objek yang ditelaah yang membuahkan pengetahuan tersebut?

Kriteria ini disebut dengan objek ontologis. Umpamanya saja ekonomi

menelaah hubungan antara manusia dengan benda/jasa dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidupnya dan menajemen menelaah kerjasama

manusia dalam mencapai tujuan yang telah disetujui bersama. Secara

ontologis maka dapat ditetapkan objek penelaahan masing-masing dari

kebudayaan, cara bertukang dan filsafat, dan dengan demikian dapat

dibedakan daerah penjelajahan atau bidang telaah pengetahuan masing-

masing.

b. Cara yang dipakai untuk mendapatkan pengetahuan tersebut atau dengan

perkataan lain, bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan itu?

Kriteria ini disebut dengan landasan epistemologis yang berbeda untuk

tiap bentuk apa yang diketahui manusia. Umpamanya, landasan

44
Ibid. hlm 6.

27
epistimologis matematika adalah logika deduktif dan landasan

epistemologis ebiasaan adalah pengalaman dan akal sehat.

c. Untuk apa pengetahuan itu dipergunakan atau nilai kegunaan apa yang

dipunyai olehnya? Kriteria ini disebut landasan aksiologis yang juga

dapat dibendakan untuk tiap jenis pengetahuan. Nilai kegunaan seni

pencak silat jelas berbeda dengan nilai kegunaan filsafat atau fisika

nuklir.45

Persoalan timbul ketika harus membedakan antar knowledge dan

science. Dalam pandangannya knowledge adalah pengetahuan yang bersifat

generik dan science adalah bentuk pengetahuan yang spesifik yang

mempunyai objek ontologis, landasan epistemologis dan landasan

aksiologis yang khas. Namun apa padanan kata yang tersebut dalam Bahasa

Indonesia?

Jujun menyarankan alternatif pertama yaitu menggunakan ilmu

pengetahuan untuk science dan pengetahuan untuk knowledge, ini yang

sering dipakai. Alternatif kedua adalah kata pengatahuan untuk knowledge

dan ilmu untuk science. Dengan demikian maka social sciences

diterjemahkan dengan ilmu-ilmu sosial dan natural sciences dengan ilmu-

ilmu alam. Jujun sendiri penerjemahan kata science dalam bahasa Indonesia

sains ini kurang tepat berkaitan dengan turunan kata tersebut.46

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pada

intinya pengetahuan merupakan sesuatu yang didapatkan dari hasil daya

45
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar, Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1990,
hlm. 293.
46
Ibid, hlm. 294.

28
tahu yang nantinya dapat berbentuk sebuah informasi. Proses dari daya

tersebut seperti melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang menjadi

dasar manusia dalam bersikap dan bertindak.

2. Ilmu Sains

Endin Mujahidin mengutif dalam kitab Majma’ al-Lughah al-

Araabiyah, al Mu’jam al- wasith menjelaskan bahwa kata Ilmu dalam

bahasa Indonesia berasal dari kata al-‘ilmu dalam bahasa Arab. Secara

bahasa (etimologi) kata al-‘ilmu adalah bentuk masdar atau kata sifat dari

kata ‘alima- ya’lamu-‘ilman. Dijelaskan bahwa lawan kata dari al-ilmu

adalah al-jahl (bodoh/tidak tahu). Sehingga jika dikatakan alimtu asy-syai’a

berarti “saya mengetahui sesuatu”.

Menurut Endang Saifuddin Anshari dalam budi Handrianto

menjelaskan, salah satu corak ilmu adalah pengetahuan yang ilmiah, yang

lazim disebut ilmu pengetahuan, atau singkatnya ilmu, yang ekuivalen

artinya dengan Science dalam bahasa inggris dan perancis, wissenschaft

(Jerman) dan wetenschap (Belanda). Sebagaimana juga Science berasala

dari kata scio, scire (Bahasa Latin) yang berarti tahu, begitupun ilmu berasal

dari ‘alima (Bahasa Arab) yang juga berarti tahu. Jadi, baik ilmu maupun

science secara etimologis bererti pengetahuan. Namun secara terminologis

ilmu dan science itu semacam pengetahuan mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda

dan syrat-syarat yang khas.47

Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag menulis, “ Science is empirical,

rasional, general and cumulative; and it is all four at once”. Menurut

47
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: Bina Ilmu, 1987, hlm. 47.

29
Mohammad Hatta “Tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang

pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya,

maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut

bangunannya dari dalam.” Kemudian Karl Pearson merumuskan, “Science is

the complete and consintent description of the facts of experience in the

simplest possible gterms.”48

Masih dalam buku tersebut Budi Handrianto mengutip pendapat

Harsono seorang guru besar antropologi dari Universitas Pajajaran

menerangkan bahwa ilmu itu mempunyai 3 pengertian:

a. Merupakan akumulasi pegetahuan yang disistematisasi;

b. Suatu pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia

empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang

pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indra manusia;

c. Suatu cara menganalisa yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk

menyatakan sesuatu proposisi dalam bentuk “jika…maka…”49

Seorang ilmuwan muslim termashur Ibnu Taimiyah berpendapat

tentang ilmu. Beliau mendefinisakan ilmu sebagai sebuah pengetahuan yang

berdasar pada dalil (bukti). Dalil yang dimaksud bisa berupa penukilan

wahyu dengan megtode yang benar, bisa juga berupa penelitian yang

akurat.50 Dari definisi tersebut jelas dalam Islam, wahyu merupakan sumber

ilmu tentang realitas dan kebenaran akhir berkenaan dengan makhluk

48
Budi Handrianto, Islamisasi Sains; Sebuah upaya mengislamkan Sains Barat Modern, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2010, hlm. 44.
49
Ibid, hlm. 46
50
Taqiy al-Din Ahmad Ibn Abd Al-Hamid Ibn Taimiyyah, Majmu’ Fatawa Syaikh al-Islam
Ahmad Ibn Taimiyyah, Editor “Abd al-Rahman Ibn Muhammad Ibn Qasim al-‘Ashim al-Najdi al-
Hanbali, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1418 H/1997 M, jilid 6, hlm. 388.

30
ciptaan dan pencipta. Wahyu merupakan dasar kepada kerangka metafisis

untuk mengupas filsafat sains sebagai sebuah sistem yang menggambarkan

realitas dan kebenaran dari sudut pandang rasionalisme dan empirisisme.

Tanpa wahyu, ilmu sains dianggap satu-satunya pengetahuan yang otentik

(Science is the sole authentic knowledge). Tanpa wahyu, ilmu pengetahuan

ini hanya terkait dengan fenomena. Akibatnya, kesimpulan kepada

fenomena akan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Tanpa

wahyu, realitas yang dipahami hanya terbatas kepada alam nyata ini yang

dianggap satu-satunya realitas.51

Ketika berbicara mengenai ilmu sains, menurut Tafsir setidaknya ada

tiga bahasan yang harus diuraikan yakni objek pengatahuan sains, cara

memperoleh pengetahuan sains dan mengukur benar tidaknya pengetahuan

sains tersebut.52

Objek kajian sains haruslah objek-objek yang empiris sebab bukti-

bukti yang harus ia temukan adalah buki-bukti yang empiris. Bukti empiris

ini diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam

hipotesis. Manurutnya objek-objek yang dapat diteliti oleh sains banyak

sekali meliputi alam, tumbuhan, hewan, dan manusia, serta kejadian-

kejadian disekitar alam. Semuanya dapat diteliti oleh sains. Dari penelitian

itulah muncul teori-teori sains kemudia berkelompok atau dikelompokan

dalam masing-masing cabang sains. Teori-teori yang telah berkelompok

51
Wan Mohd Nor Wan Daud, The Educational Philosophy, Bandung : Pustaka, 1997,
hlm. 298.
52
Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu; Mengurai Ontologi, Epistimologi dan aksiologi Pengetahuan,
Bandung: Rosda Karya, 2015, hlm. 28.

31
itulah yang saya sebut struktur sains, baik cabang-cabang sains maupun isi

masing-masing cabang sains tersebut.

Cara memperoleh pengetahuan Sains ini berkembang dari zaman ke

zaman, mulai dari faham Humanisme, yaitu faham filsafat yang

mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam melalui

akal. Dari humanisme melahirkan rasionalisme. Rasionalisme adalah faham

yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan

yang kemudian diuji apakah temuan tersebut logis atau tidak. Selanjutnya

muncul faham Empirisme, yaitu faham filsafat yang mengajarkan bahwa

yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris. Namun ternyata

empirisme masih memiliki kekurangan karena belum bisa terukur. Faham

tersebut baru sampai hanya pada konsep-konsep yang umum. Setelahnya

muncul istilah Positivisme yang mengajarkan bahwa kebenaran ialah hal

yang logis, ada bukti empiris, dan yang terukur. “Terukur” inilah

sumbangan penting Positivisme. Pada akhirnya untuk mengadakan sebuah

penelitian ilmiah memerlukan sebuah tahapan teknis yang rinci sehingga

muncul satu bidang ilmu yang disebut Metode Reserch (penelitian). Dengan

menggunakan metode penelitian inilah ilmu pengetahuan Sains

berkembang.53

3. Klasifikasi ilmu menurut sumbernya.

Hafidz Hasyim mengutip pemikiran Ibn Khaldun. Secara sederhana Ibn

khaldun54 mengklasifikan ilmu pengetahuan dalam dua hal yaitu ilmu yang

53
Tafsir, Filsafat Ilmu; Mengurai Ontologi, Epistimologi dan aksiologi Pengetahuan, hlm. 30-34.
54
Hafidz Hasyim, Watak Peradaban dan epistemologi Ibn Khaldun, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2012, hlm. 141.

32
bersumber dari akal manusia (ilmu al-aqliah) atau filsafat dan ilmu Syari’at

(ilmu al-naqliah). Ilmu filsafat adalah ilmu yang diperoleh manusia melalui

pemikiran sebagai watak alami bagi manusia, karena persepsi-persepsi

untuk memahamai objek-objek dengan segala persoalan dan metode-

metodenya akan mengetahui perbedaan antara yang salah dan benar.

Manusia. Sedangkan ilmu syari’at adalah ilmu yang berdasarkan otoritas

wahyu dimana manusia memperolehnya dari Al-Qur’an dan al-Hadits

melalui para Nabi.

Berikut pembagian sumber ilmu menurut Abdurrahman An Nahlawi:

a. Al-Qura’an Sebagai sumber ilmu pertama

Al-Qur’an memperhatikan pemberian keterangan secara

memuaskan dan rasional, disertai dengan perangsangan emosi dan kesan

insani. Al-Qur’an mendidik akal dan emosi manusia sejalan dengan

fitrah: sederhana dan tidak membebani, disamping langsung mengetuk

pintu akal dan hati secara serempak.

Al-Qur’an beranjak dari hal-hal yang kongkrit, dapat disaksikan

dan diakui, seperti: hujan, angin, tumbuh-tumbuhan, hewan, petir dan

kilat. Kemudian beralih kepada hal-hal dogmatis seperti keharusan

mengakui wujud, keagungan, kekuasaan dan seluruh sifat sempurna

Allah ‫ﷻ‬. semua ini kadangkala diungkapkan dengan kalimat bertanya,

baik dengan maksud memberiperhatian, membuat senang, mengingatkan

dengan cara yang baik, maupun dengan maksud-maksud yang lain yang

dapat merangsang kesan-kesan Rabbani, seperti: tunduk. Bersyukur,

cinta dan khusu kepada Allah ‫ﷻ‬. Contoh paling jelas pengajaran ilmu

33
dalam Al-Qur’an terdapat pada surat Ar-Rahman. Di sini Allah ‫ﷻ‬.

mengingatkan kita akan nikmat dan bukti kekuasaan-Nya, dimulai dari

manusia dan kemampuannya dalam mendidik, hingga sampai kepada

matahari, bulan, bintang, pepohonan, buah-buahan, langit dan bumi. Pada

setiap beberapa ayat dengan kalimat bertanya itu, manusia berhadapan

dengan indra, naluri, suara hati dan perasaan. Dia tidak akan mengingkari

apa yang diindranya dan diterima oleh akal serta hatinya. Ayat tersebut

termaktub pada surat Ar-Rahman [55] ayat 13:

 
 

Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Pertanyaan ini diulang sebanyak 31 kali di dalam surat ini. Setiap kali

diulang, pertanyaan itu merangsang kesan yang berlainan sesuai dengan

konteksnya dengan ayat sebelumnya.

Al-Qur’an sendiri, mulai diturunkan dengan ayat-ayat yang

mendorong manusia untuk mencari ilmu. Disini terdapat isyarat, bahwa

tujuan terpenting Al-Quran adalah mendidik manusia manusia dengan

metoda memantulkan, mengajak, menelaah, membaca, belajar dan

observasi ilmiah tentang penciptaan manusia, sejak berbentuk segumpal

darah beku di dalam rahimnya. Dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-

Alaq [96] ayat 1-5:

 
 
  

34
  
 
 
  
 
  
  
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Sumber kedua ilmu dalam Islam dan sistemnya adalah as-Sunnah.

Secara sistematik, kata As-Sunnah berarti: perjalanan hidup, metoda dan

jalan. Secara ilmiah, berarti kumpulan sabda Rasulullah ‫ﷺ‬., perbuatan,

peninggalan, sifat, ikrar, larangan, apa yang disukai dan tidak disukainya,

bela negara, ihwal dan kehidupannya. Pada mulanya as-Sunnah

dimaksudkan untuk mewujudkan dua tujuan: pertama, menjelaskan

kandungan Al-Qur’an. Makna ini diisyaratkan oleh Al-Qur’an di dalam

firman Allah ‫ ﷺ‬pada surat An-Nahl [16] ayat 44:


 

 
 
  

  
Keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan kami turunkan
kepadamu Al- Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia
apa yang Telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka
memikirkan.

35
Kedua, menerangkan syari’at dan adab-adab lain, sebagaimana

firman Allah ‫ ﷻ‬pada surat Al-Jumu’ah [62] ayat 2:

  


 
 
 




 
  
  
 
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As
Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesesatan yang nyata,
Al-Hikmah adalah as-Sunnah. Demikian menurut penafsiran Imam Syafi’i.

Juga berarti metoda ilmiah yang merealisasi ajaran-ajaran Al-Qur’an.

E. Sains dalam Persfektif Islam

Pandangan hidup dalam Islam adalah visi mengenai realitas dan

kebenaran (the vision of reality and truth). Realitas dan kebenaran dalam Islam

bukanlah semata-mata fikiran tentang alam fisik dan keterlibatan manusia

dalam sejarah, sosial, politik dan budaya sebagaimana yang ada di dalam

konsep Barat sekular mengenai dunia, yang dibatasi kepada dunia yang dapat

dilihat. Realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kajian metafisis terhadap

dunia yang nampak dan tidak nampak. Pandangan Islam mencakup dunia dan

36
akhirat, yang mana aspek dunia harus dihubungkan dengan cara yang sangat

mendalam kepada aspek akhirat.

Pandangan hidup Islam tidak berdasarkan kepada metode dikotomis

seperti objektf dan subjektif, historis dan normatif. Namun realitas dan

kebenaran difahami dengan metode yang menyatukan (tauhid). Pandangan

hidup Islam bersumber kepada wahyu yang didukung oleh akal dan intuisi.

Substansi agama seperti: nama, keimanan dan pengamalannya, ibadahnya,

doktrinnya serta sistem teologinya telah ada dalam wahyu dan dijelaskan oleh

Nabi.

Islam telah lengkap, sempurna dan otentik. Tidak memerlukan

progresivitas, perkembangan dan perubahan dalam hal-hal yang sudah sangat

jelas (al-ma’lum min al-din bi al-darurah). Pandangn hidup Islam terdiri dan

berbaga konsep saling terkait seperti konsep ilmu, agama, kebebasan, nilai dan

kebaikan serta kebahagiaan. Konsep-konsep tersebut yang menentukan bentuk

perubahan, perkembangan dan kemajuan pandangan hidup Islam dibangun atas

konsep Tuhan, yang tidak ada pada tradisi filsafat, budaya, peradaban dan

agama lain.55 Oleh sebab itu, Islam adalah agama sekaligus peradaban. Islam

adalah agama yang mengatasi dan melintasi waktu karena sistem nilai yang

dikandungnya adalah mutlak. Keberan nilai Islam bukan hanya untuk masa

dahulu, namun juga sekarang dan masa yang akan datang. Nilai-nilai Islam

adalah sepanjang masa. Jadi, Islam memiliki pandangan hidup mutlaknya

sendiri, merangkum persoalan ketuhanan, kenabian, kebenaran, alam semesta,

dan lain-lain. Islam memiliki penafsiran ontologis, kosmologis dan psikologis

55
Adnin Armas,”Westernisasi dan Islamisasi Ilmu”, Majalah Islamia, Thn. II No.6/Juli-Sept 2005,
hlm. 12

37
terdiri terhadap hakikat. Islam menolak ide dekonsekrasi nilai karena

merelatifkan semua sistem akhlak.56

Seorang pemikir muslim yang sangat masyhur bernama Mohammad

Iqbal (1877-1938). Ia adalah seorang Muslim pertama di anak benua India

yang sempat mengkaji pemikiran Barat modern dan mempunyai akses

mendalam pada tradisi intelektual Islam. Iqbal mengemukakan bahwa

kesesuaian agama Islam dengan ilmu pengatahuan tak hanya ada permukaan

dan tak pula hanya menyangkut penemuan mutakhir ilmu pengetahuan.

Aktivitas ilmuan adalah ibadah. Karena itulah sampai tingkat tertentu, ilmu

pengetahuan memiliki tujuan yang sama dengan agama, yakni pencapaian

“Kenyataan Sejati”. Baginya ruh Islam yang Anti klasik yang menekankan

pada hal-hal kongkrit, seperti yang tampak dalam revolusi intelektual melawan

tradisi abstrak Yunani di masa awal perkembangan filsafat Islam-adalah serupa

dengan dengan ruh yang melahirkan ilmu pengetahuan modern. Namun,

meskipun bertujuan sama, ilmu pengetahuan hanya berurusan dengan struktur

sesuatu, dan tak mampu berbicara tentang hakikat akhir dari segala sesuatu

yang memiliki struktur tersebut.57

Pada sisi lain para filisof dan ilmuan Barat yang secara terang-

terangan menolak kaitan antara sains dengan Tuhan atau agama selepas

munculnya revolusi ini, meskipun tidak semua mereka penganut atheis murni.

Fisikawan Jean Le Ron d’Alembert (1717-1783) berkeyakinan bahwa tidak

ada gunanya menyimpulkan eksistensi Tuhan dari alam, karena pengetahuan

56
al- Attas, Islam and Secularism, hlm. 30-32
57
Zainal Abidin Baghir, “Islam dan Ilmu Pengetahuan” Entri dalam Ensiklopedia Tematis Dunia
Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve.

38
manusia tentang alam tidak lengkap.58 Charles Lyell (1797-1875), seorang ahli

geologi, menolak implikasi teologis dari berbagai hasil penemuannya, karena

sains harus dijalankan seolah-olah kitab suci tidak ada. Baginya agama dan

sains adalah dua ilmu yang berbeda dan merupakan tindakan yang berbahaya

untuk mencampur keduanya.59 Charles Darwin menyangkal penciptaan dunia,

menyangkal bahwa manusia adalah puncak dari penciptaan yang bertujuan,

terbentuk melalui proses evolusi trial and error dan Tuhan tidak punya campur

tangan terhadap semua ini.60 Dan masih banyak lagi ilmuwan lain yang

berpandangan serupa yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Secara umum dapat ditarik benang merah bahwa pemahaman Sains

Islam merupakan sebuah pemahaman Sains yang dilandasi nilai-nilai agama

atau Katuhanan, ilmu tersebut tidak berdiri sendiri namun sejalan dengan apa

yang diwahyukan oleh Tuhan Semesta Alam melalui ayat-ayat-Nya. sedangkan

pemahaman Sains Barat berpandangan bahwa Sains terlepas dari nilai-nilai

agama atau ketuhanan (Sekulerism). Dia berdiri sendiri tanpa tercampur suatu

apapun (Netral).

F. Perilaku Keagamaan Peserta Didik

1. Pengertian perilaku keagamaan

Didin Hafidhuddin seorang pakar pendidikan mengungkapkan

bahwan Perilaku keagamaan diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan,

seberapa kokoh keyakinan, seberapa sering pelaksanaan ibadah dan kaidah

serta seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Perilaku

keagamaan tersebut ditunjukkan dengan melakukan ibadah sehari-hari,

58
Karen Armstrong, Masa Depan Tuhan. hlm. 372
59
Ibid. hlm. 396
60
Ibid. hlm. 400

39
berdoa, dan membaca kitab suci.61 Pendapat lain diungkapkan Imam

Sukardi Perilaku keagamaan merupakan suatu pola keyakinan yang

ditunjukkan seseorang pada kemampuan, perbuatan serta kebiasaan

seseorang baik jasmani, rohani, emosional, dan sosial. Hal senada

disampaikan oleh Said Aqil Siroj, Perilaku keagamaan adalah banyak atau

sedikitnya kepercayaan seseorang kepada Tuhan, kepercayaan akan

keberadaan Tuhan tersebut membuktikan bahwa seseorang memiliki

keyakinan beragama, terdorong untuk melaksanakan perintah dalam agama,

berperilaku moral sesuai tuntunan agama, dan aktifitas keagamaan lainnya.62

Berdasarkan beberapa pengertian perilaku keagamaan di atas, maka

dapat disimpulkan bahwa perilaku keagamaan adalah suatu pola

penghayatan kesadaran seseorang tentang keyakinannya terhadap adanya

Tuhan Yang Maha Esa. yang diwujudkan dalam pemahaman akan nilai-nilai

agama yang dianutnya, dalam mematuhi perintah dan menjauhi larangan

agama dengan keikhlasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga.

2. Bentuk Perilaku Keagamaan.

Dalam bukunya Muhammad Sholikin menjelas beberapa Unsur perilaku

dalam agama Islam63 yaitu: (a) Iman. Iman merupakan sikap yang

mendasari seseorang dalam melakukan sesuatu. Iman adalah suatu

keyakinan yang telah terpatri di hati manusia, yaitu keyakinan seseorang

kepada: Allah ‫ﷻ‬., Malaikat, Kitab, Rasul, Hari akhir, dan Qadha dan Qadar,

61
Didin Hafidhuddin, Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani Press, 2003. hlm. 24.
62
Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi Bukan
Sebagai Aspirasi, Bandung: Mizan Pustaka, 2006. hlm. 332.
63
Muhammad Sholikin, Filsafat dan Metafisika dalam Islam, Sebuah Penjelajahan Nalar,
Pengalaman Mistik, dan Perjalanan Aliran Manunggaling Kawula-Gusti, Jakarta: Buku Kita
2008, hlm. 222.

40
(b) Islam. Islam yang dimaksud disini bukanlah nama agama. Islam adalah

penyerahan diri sepenuhnya kepada ketentuan Allah ‫ﷻ‬., yaitu melalui

pelaksanaan rukun yang terdiri dari: Syahadatain, Shalat, Zakat, Puasa, dan

Haji, (c) Ihsan. Ihsan adalah berbuat baik. Ihsan merupakan berakhlak serta

melaksanakan ibadah kepada Allah ‫ﷻ‬. dan bermu’amalah dengan sesama

makhluk dengan penuh keikhlasan seakan-akan disaksikan oleh Allah ‫ﷻ‬.,

meskipun dia tidak melihat Allah ‫ﷻ‬.

Menurut Jamaluddin Ancok menjelaskan lima unsur perilaku

keagamaan, diantaranya dimensi keyakinan, dimensi peribadatan atau

dimensi praktek agama, dimensi penghayatan, dan dimensi pengalaman.

a. Dimensi Keyakinan (Idiologis) merupakan keyakinan (ideologis)

merupakan bagian dari keberagamaan yang berkaitan dengan apa yang

harus dipercayai dan menjadi sistem keyakinan (creed). Dalam Islam,

keyakinan-keyakinan ini tertuang dalam dimensi akidah. Akidah Islam

dalam istilah Al Qur’an adalah iman. Iman tidak hanya berarti percaya

melainkan keyakinan yang mendorong munculnya ucapan dan perbuatan-

perbuatan sesuai dengan keyakinan tadi. Iman dalam Islam terdapat

dalam rukun iman yang berjumlah enam.

b. Dimensi peribadatan (ritualistik) menyangkut pelaksanaan shalat, puasa,

zakat, haji, membaca Al Qur’an, do’a, dzikir, kurban, dan sebagainya.

merupakan kewajiban inti keberagamaan bagi setiap muslim dewasa

yang telah memiliki kesanggupan mental. Dimensi peribadatan atau

praktek agama tersebut adalah Rukun Islam yang merupakan pusat ritual

41
yang memberikan dasar praktik keberagamaan dalam keimanan seorang

muslim yang dilaksanakan dalam kehidupannya.64

c. Dimensi penghayatan (eksperinsial) adalah bagian dari keberagamaan

yang berkaitan dengan perasaan keagamaan seseorang. Pengalaman

keagamaan ini bisa terjadi dari yang paling sederhana seperti merasakan

kekhusukan pada waktu shalat dan ketenangan setelah menjalankannya,

atau merasakan nikmat dan bahagia ketika memasuki bulan Ramadhan.

Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulallah ‫ﷺ‬. dalam Hadits Shahih Bukhari

yaitu “Islam dibangun diatas lima (landasan); persaksian tidak ada

Tuhan selain Allah ‫ﷻ‬. dan sesungguhnya Muhammad utusan Allah ‫ﷻ‬.,

mendirikan Shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan” (HR.

Bukhari dan Muslim).

d. Dimensi pengetahuan agama (intelektual) setiap agama memiliki

sejumlah informasi khusus yang harus diketahui oleh para pemeluknya.

Dalam Islam, misalnya ada informasi tentang berbagai aspek seperti

pengetahuan tentang Al Qur’an dengan segala bacaan, isi dan kandungan

maknanya, Al Hadits berbagai praktek ritual atau ibadah dan muamalah,

konsep keimanan, berbagai konsep dan bentuk akhlak, tasawuf, sejarah

dan peradaban masyarakat Islam.

e. Dimensi pengamalan (konsekuensial) menunjuk pada konsekuensi-

konsekuensi yang ditimbulkan oleh ajaran agama dalam perilaku umum

yang tidak secara langsung dan khusus ditetapkan oleh agama seperti

dalam dimensi ritualis. Walaupun begitu, sebenarnya banyak sekali

64
Purwakania, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008, hlm. 123.

42
ditemukan ajaran Islam yang mendorong kepada umatnya untuk

berperilaku yang baik seperti ajaran untuk menghormati tetangga,

menghormat tamu, toleran, inklusif, berbuat adil, membela kebenaran,

berbuat baik kepada fakir miskin dan anak yatim, jujur dalam bekerja,

dan sebagainya. Perilaku umum ini masuk dalam wilayah hubungan

manusia (hablum minannas) yang mestinya harus tidak bisa dipisahkan

dari hubungan kepada Allah (hablum minallah).

Manusia yang menganut agama Islam dituntut tidak cukup hanya

beriman saja dan rukun-rukun iman tidak untuk dijadikan semboyan dan

slogan saja, namun Islam menuntut agar iman itu dibuktikan dalam bentuk

perbuatan yang nyata. Sedangkan pembuktian dan realisasi daripada iman

adalah mengerjakan semua petunjuk dan perintah Allah ‫ ﷻ‬dan Rosul-Nya,

berdasarkan atas kemammpuan maksimal serta menjauhi segala yang

menjadi larangan-Nya, tanpa dapat ditawar-tawar, dalam pembahasan ini

yang sesuai dengan perilaku keagamaan yang penulis jadikan indikator

adalah aspek ibadah.

Berbicara mengenai ibadah, adalah bentuk penghambaan/ pengabdian

kepada Allah ‫ﷻ‬. Ibadah tidak terbatas hanya pada ibadah ritual saja namun

ibadah dalam Islam meliputi semua aspek kehidupan, secara umum ibadah

dibagi menjadi dua yaitu ibadah syakhsiyah dan ibadah ijtima’iyah. Ibadah

syakhsiyah adalah bentuk ibadah yang bersifat vertical atau langsung

berhubungan dengan Allah ‫ﷻ‬ (ibadah yang bermanfaat untuk pribadi)

sedangkan ibadah ijtima’iyah adalah ibadah (perbuatan yang ditujukan

43
karena Allah ‫ )ﷻ‬yang berkaitan dengan masalah masyarakat sosial. Adapun

pembahasan dalam aspek ibadah ini ada yang bersifat ibadah syakhsiyah

(shalat, puasa) dan ibadah ijtima’iyah (shadaqah dan sosial

kemasyarakatan).65

Ibadah syakhsiyah adalah bentuk ibadah yang bersifat vertical atau

langsung berhubungan dengan Allah ‫ﷻ‬. (ibadah yang bermanfaat untuk

pribadi) sedangkan ibadah ijtima’iyah adalah ibadah (perbuatan yang

ditujukan karena Allah ‫ﷻ‬.) yang berkaitan dengan masalah masyarakat

sosial. Adapun pembahasan dalam aspek ibadah ini ada yang bersifat ibadah

syakhsiyah (shalat, puasa) dan ibadah ijtima’iyah (shadaqah dan sosial

kemasyarakatan). Untuk lebih jelasnya, di bawah penulis berikan contoh

sebagai berikut:

a. Ibadah syakhsiyah

1) Ibadah shalat menurut asal makna bahasa Arab shalat berarti do’a,

kemudian yang dimaksud di sini adalah yang terdiri dari perkataan dan

perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan

memberi salam.66. Allah ‫ﷻ‬ berfirman dalam Al Qur’an Surat Al-

Ankabut [29] ayat 45:

  


 
 

Sahal Mahfudh, 1994, Ensiklopedi Muslim, Edisi Revisi, Jakarta : Darul Fala, hlm. 20
65
66
Sulaiman Ahmad Yahya Al- Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq, Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2013, hlm. 191.

44
  
 
 
 
 
  
 
 
Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat

ditandingi oleh ibadah yang lain. Sulaiman Rasyid mengatakan bahwa

shalat merupakan “tiang agama di mana ia tidak dapat tegak kecuali

dengan shalat.67 Menurutnya shalat merupakan ibadah yang mula

pertama diwajibkan oleh Allah di mana titah itu disampaikan langsung

oleh-Nya tanpa perantara dengan berdialog dengan Rasul-Nya malam

Mi’raj” Shalat merupakan ibadah rutin sehari-hari yang diwajibkan pada

setiap orang muslim. Dengan menjalankan shalat tersebut bertujuan

untuk membiasakan kedisiplinan dan membiasakan hidup teratur

sehingga dalam mengarungi kehidupan ini akan terarah. Hikmah lain

yang dapat dipetik dari pelaksanaan ibadah shalat jama’ah adalah untuk

hidup bermasyarakat, memperkokoh persatuan kebersamaan dalam

mengabdikan diri kepada Allah ‫ﷻ‬. Dari uraian tersebut jelas bahwa ada

67
Sulaiman Rasyid, dalam Muhammad Bagir, FiqihPraktis 1, Bandung: Kharisma, 2008, hlm. 64.

45
hubungan antara shalat dengan perilaku keberagamaan atau perilaku

manusia dalam kehidupan sehari-hari.

2). Ibadah puasa menurut bahasa Arab adalah “menahan dari segala sesuatu

seperti menahan tidur, manahan bicara, menahan makan, dan menahan

diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa yang berupa

memperturutkan syahwat, perut dan farji, sejak terbitnya fajar dini hari

sampai terbenamnya matahari dengan niat khusus”68 Puasa merupakan

suatu jalan amalan yang dapat memperkuat jasmani dari beberapa

gangguan penyakit. Dalil kewajiban berpuasa terdapat dalam surat Al-

Baqarah [2] ayat 183:


 
 
 
  
 
 

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa,

b. Ibadah Ijtima’iyah

1) Shadaqah secara istilah berasal dari bahasa Arab yang berarti “pemberian

kepada yang membutuhkan dengan harapan memperoleh pahala di sisi

Allah ‫ﷻ‬. Shadaqah sangat dianjurkan oleh Allah ‫ﷻ‬. Sebagaimana

Firman-Nya dalam surat Al- Baqarah [2] ayat 280:

68
Sulaiman Rasyid, FiqihPraktis 1, hlm. 230.

46
  
 
  
 
   
 

Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah
tangguh sampai dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian
atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.

2) Aspek sosial adalah perbuatan manusia yang ditujukan hanya karena

masalah sosial masyarakat dengan mengharapkan pahala Allah ‫ﷻ‬. Pada

aspek sosial tertuju semata-mata karena kewajiban sebagai makhluk

sosial, artinya manusia membutuhkan bantuan orang lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan perilaku keagamaan secara

umum dibagi kedalam dua dimensi yaitu dimensi hubungan secara vertikal

kepada Allah ‫ﷻ‬. dan hubungan secara horizontal kepada sesama manusia

dan semua makhluk ciptaan Allah ‫ﷻ‬. Selanjutnya lebih khusus ada lima

unsur perilaku keagamaan, yakni meliputi aspek Aqidah Atau keyakinan

kepada Allah ‫ﷻ‬. Peribadatan (ritualistik), penghayatan, pengetahuan agama,

dan pengamalan.

47
BAB III
METODOLOGI

A. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional

1. Variabel Pemahaman peserta didik terhadap Sains Islam

a. Definisi Konseptual

Sebuah konsep pemahaman seorang peserta didik yang diperoleh dari

proses memahami arti atau konsep, situasi serta fakta dari ilmu-ilmu yang

dipelajarinnya. Selanjutnya Sains Islam difahami sebagai sebuah

pemahaman Sains yang dilandasi nilai-nilai agama atau Katuhanan, Sains

dipandang sebagai ilmu yang tidak berdiri sendiri namun terintegrasi

dengan apa yang diwahyukan oleh Tuhan Semesta Alam melalui ayat-

ayat kualiah dan kauniah.

b. Definisi Operasional

Pemahaman sains Islam yaitu skor total yang diperoleh dari jawaban

yang diberikan siswa kelas IX selaku responden dalam bentuk angket

pertanyaan tabel skala likert yang terdiri atas 20 pertanyaan dengan lima

pilihan jawaban mengenai tingkat persetujuan. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut disusun sesuai dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam/ Sains

SMP kemudian dikaitkan dengan nilai-nilai Aqidah/ Keimanan kepada

Allah ‫ﷻ‬.

c. Kisi-kisi Instrumen penelitian

Untuk lebih memudahkan dalam penyusunan instrumen penelitian,

penulis menyusun kisi-kisi yang dituangkan dalam tabel 3.1 berikut:

48
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen
Nomor Butir
Variabel Dimensi Indikator Jumlah
Instrumen
Pemahaman Iman Alam merupakan 1, 3, 4, 9, 10, 7
Siswa Pada Kepada ciptaan Allah, bukan 12, 13.
Sains Islam Allah. ada dengan
sendirinya.
b) Alam ciptaan
5 dan 6. 2
Allah berupa alam
nyata dan alam ghaib
dan tidak kekal.
c) Semua ciptaan 8, 11, 14, 4
Allah mengandung 16.
kebaikan dan
mempunyai tujuan
yang sama yaitu
beribadah.
d) Bahwa alam
teratur bukan dengan 2, 7, 15. 3
sendirinya, melainkan
karena ada yang
mengatur, yaitu
Allah.
e) Manusia hanya 17, 18, 19, 4
berusaha sedangkan 20.
semua kejadian atas
kehedak Allah ‫ﷻ‬.

2. Variabel Pemahaman peserta didik terhadap Sains Barat

a. Definisi Konseptual

Sebuah konsep pemahaman seorang peserta didik yang diperoleh dari

proses memahami arti atau konsep, situasi serta fakta dari ilmu-ilmu yang

dipelajarinnya. Selanjutnya Sains Barat difahami sebagai sebuah

pemahaman Sains yang tidak dilandasi nilai-nilai agama atau Katuhanan,

Sains dipandang sebagai ilmu yang bebas nilai (netral).

49
b. Definisi Operasional

Pemahaman sains Barat yaitu skor total yang diperoleh dari jawaban

yang diberikan siswa kelas IX selaku responden dalam bentuk angket

pertanyaan tabel skala likert yang terdiri atas 20 pertanyaan dengan lima

pilihan jawaban mengenai tingkat persetujuan. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut disusun sesuai dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam/ Sains

SMP kemudian dikaitkan dengan nilai-nilai Keimanan kepada Allah ‫ﷻ‬.

c. Kisi-kisi Instrumen penelitian

Untuk lebih memudahkan dalam penyusunan instrumen penelitian,

penulis menyusun kisi-kisi yang dituangkan dalam tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen
Nomor Butir
Variabel Dimensi Indikator Jumlah
Instrumen
Pemahaman Tidak a) Tidak ada 1, 3, 4, 9, 10, 7
Siswa Pada Adanya pencipta, Alam 12, 13.
Sains Barat peran Semesta ada dengan
Tuhan/ sendirinya.
Pencipta b) Hanya ada alam
5 dan 6. 2
nyata dan alam ghaib
tidak ada.
c) Tidak semua 8, 11, 14, 4
makhluk 16.
mengandung
kebaikan dan
mempunyai tujuan
yang sama.
d) Alam teratur
dengan sendirinya. 2, 7, 15. 3

e) Manusia
berkehendak atas 17, 18, 19, 4
semua kejadian. 20.

3. Variabel Perilaku keagamaan peserta didik SMP.

50
a. Definisi Konseptual

Perilaku keagamaan adalah suatu pola penghayatan kesadaran

seseorang tentang keyakinannya terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa.

yang diwujudkan dalam pemahaman akan nilai-nilai agama yang

dianutnya, dalam mematuhi perintah dan menjauhi larangan agama

dengan keikhlasan hati dan dengan seluruh jiwa dan raga. Implementasi

perilaku keagamaan diwujudkan dalam perilaku sehari-hari yang meliputi

tiga hal pokok yakni aspek Aqidah Atau keyakinan kepada Allah ‫ﷻ‬.

Amaliah ibadah (ritualistik), dan akhlaqul karimah.

b. Definisi Operasional

Perilaku keagamaan yaitu skor total yang diperoleh dari jawaban yang

diberikan siswa kelas IX selaku responden dalam bentuk angket

pertanyaan tabel skala likert yang terdiri atas 20 pertanyaan dengan lima

pilihan jawaban mengenai tingkat kesesuaian. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut disusun sesuai dengan perilaku peserta didik mengenai Aqidah

Atau keyakinan kepada Allah ‫ﷻ‬. Amaliah ibadah (ritualistik), dan

akhlaqul karimah.

c. Kisi-kisi Instrumen penelitian

Untuk lebih memudahkan dalam penyusunan instrumen penelitian,

penulis menyusun kisi-kisi yang dituangkan dalam tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen

51
Nomor Butir
Variabel Dimensi Indikator Jumlah
Instrumen
Perlaku 1). Akidah a) Iman Kepada 21,22, 23. 3
Keagamaan Allah, Malaikat,
Rasul, Kitab, hari
Kiamat dan Qadha
dan Qodar.
b) Menjalankan
2) Amal 24, 25, 26, 8
Ibadah Sholat, Puasa,
Ibadah 27, 30, 38,
Dzikir, membaca Al-
39, 40
Qur’an
3). Akhlaq c) Cerminan akhlak 28, 29, 31, 9
yang mulia. 32, 33, 34,
35, 36, 37.

B. Jenis Penelitian

Tesis ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan tujuan menguji

hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara variabel bebas dengan

variabel terikat. Penelitian lapangan yang digunakan penulis bermaksud untuk

memperoleh data yang akan diolah menjadi suatu jawaban dari permasalahan

sekaligus menguji hipotesis yang diajukan.

Variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang dijadikan objek

penelitian sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang

akan diteliti. Dalam Penelitian ada dua jenis variabel yang digunakan yaitu

variabel bebas (Independence variable) dan variabel terikat (dependent

variable).

Variabel bebas menurut Menurut Sugiyono69 ,“Variabel bebas adalah

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel bebas (X1)

dalam penelitian ini adalah pemahaman peserta didik terhadap Sains Islam dan

69
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta,2009, hlm.
61.

52
(X2) pemahaman peserta didik terhadap Sains Barat.. Pengumpulan informasi

mengenai variabel ini berdasarkan kuesioner berupa daftar pertanyaan yang

diajukan kepada responden.

Variabel terikat lebih lanjut Sugiyono mengatakan,“Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas”. Variabel terikat (Y) yang digunakan adalah perilaku

keagamaan. Pengumpulan informasi mengenai variabel ini berdasarkan

kuesioner, berupa daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden.

Rancangan skema antara ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada

skema berikut:

X1 R X1 Y

R X1X2Y
Y
X2 R X2 Y
Gambar 3.1 Skema Hubungan Antar Variabel

Keterangan:
X1 = Pemahaman Sains Islam
X2 = Pemahaman Sains Barat
Y = Perilaku keagamaan peserta didik
RX1Y = Hubungan Sains Islam Terhadap Perilaku keagamaan siswa
RX2Y = Hubungan Sains Barat dengan Perilaku keagamaan siswa
RX1X2Y = Pengaruh Sains Islam dan Sains Barat secara bersama-sama terhadap
Perilaku keagamaan siswa.

53
C. Metode Penelitian

Dalam menyusun tesis ini penulis menggunakan metode penelitian

kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan untuk

mendapatkan jawaban dari permasalahan atau gambaran umum tentang suatu

fenomena atau gejala yang dilandasi pada teori, asumsi atau andaian dalam hal

ini dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara

variabel–variabel yang akan diteliti, sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah

rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan

adalah untuk merumuskan hipotesis, dan tekhnik analisis statistik yang hendak

digunakan.70 Definisi sejenis mengatakan penelitian kuantitatif adalah

penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta

hubungan-hubungannya.71 Lebih ringkas dan padat Sugiono mendefinisikan

penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan memperoleh data yang

berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.72

Alat atau Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan penyusunan quesioner atau angket yang diharapkan menajdi alat

ukur penelitian yang digunakan untuk mencapai kebenaran atau mendekati

kebenaran, sehingga dari kuesioner ini diharapkan data utama yang

berhubungan dengan masalah penelitian dapat terpecahkan.

Hasil Uji Coba Instrumen Variabel Pemahaman Sains Islam dan

Barat. Instrumen pemahaman Sains Islam dan Barat tidak dibuat masing-

masing mengingat dua variabel tersebut saling bertolak belakang sehingga jika

responden menjawab pertanyaan di Pemahaman Sains Islam positif sudah

70
Iskandar,Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Bandung: Tarsito, 2002, hlm. 12.
71
https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kuantitatif
72
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas, 2003, hlm.14.

54
otomatis pada pemahaman Sains Barat negatif. Dengan demikian satu

instrumen sudah mewakili. Instrumen pemahaman Sains diujicobakan

sebanyak 20 butir pernyataan. Berdasarkan hasil uji coba instrumen

Pemahaman Sains nilai r tabel pada taraf signifikasi α = 0,312 menunjukkan

bahwa Pemahaman Sains diperoleh 20 butir pernyataan semua valid dengan

demikian instrumen yang dapat digunakan 20 butir pernyataan. Hasil uji coba

instrumen Pemahaman Sains terlampir.

Instrumen perilaku keagamaan diujicobakan sebanyak 25 butir

pernyataan. Berdasarkan hasil uji coba instrumen perilaku keagamaan nilai r

tabel pada taraf signifikasi α=0,312 menunjukkan bahwa perilaku keagamaan

diperoleh 20 butir pernyataan valid dan 5 butir pernyataan tidak valid, yaitu

pernyataan nomor 31, 32, 35, 37 dan 39. Dengan demikian, instrumen perilaku

keagamaan yang dapat digunakan 20 butir pernyataan. Hasil uji coba instrumen

perilaku keagamaan terlampir.

D. Teknik Pengambilan Data

1. Pengambilan sampel dari populasi

Populasi bisa dikatakan objek dalam sebuah penelitian, dengan

menentukan populasi maka peneliti akan mampu melakukan pengolahan data.

Menurut Sugiyono “populasi adalah wilayah generalisasi objek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.73 Kemudian Sugiyono

menuturkan, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

73
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, hlm. 80

55
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.74

Sedangkan Sampel atau contoh menurut Djarwanto adalah sebagian

dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti. Sampel yang baik, yang

kesimpulannya dapat dikenakan pada populsi adalah sampel yang bersifat

representatif atau yang dapat menggambarkan karakteristik populasi.

Selanjutnya pada penelitian ini pengambilan Sampel dilakukan pada populasi

peserta didik padaa sekolah yang mempunyai unik karakteristik yaitu sekolah

yang berbasis keislaman dan sekolah umum yang nuansa keislamannya tidak

begitu menonjol.

Dari populasi Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) diambil

sampel yaitu siswa kelas IX dengan pertimbangan bahwa peserta didik pada

jenjang kelas tersebut dinilai daya kemampuan berfikirnya sudah berkembang

dan kritis. Ada empat sekolah yang menjadi Obyek penelitian ini adalah siswa

Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada sekolah Islam dan sekolah umum

yaitu 50 siswa SMP IT Al-Ittihad Ciampea, 11 siswa SMP Islam Al-

Ittihadiyah, 173 siswa SMPN 1 Ciampea, 12 siswa Nidhaul Ummah dan 54

siswa SMP PGRI Ciampea. Sebaran responden mulai kelas hanya pada kelas

IX dengan total responden sebanyak 250 siswa.

Tahapan yang dilakukan dalam pengambilan data penelitian yaitu

melakukan observasi lapangan terhadap Sekolah Menengah Pertama (SMP)

yang berada di Wilayah Kecamatan Ciampea, dari 14 sekolah diambil empat

sekolah yang mewakili sekolah di wilayah tersebut. Selanjutkan pengambilan

74
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm.80.

56
data dengan cara pembagian angket/ quesioner yang telah disususn. Penjelasan

lebih rinci dijelaskan sebagai berikut.

1. Observasi

Sutrisno Hadi dalam Sugiyono mengemukakan bahwa, observasi

merupakan satu proses yang kompleks, satu proses yang tersusun dari pelbagai

proses biologis dan psikologis.75 Observasi (observation) menurut Prof. Dr.

Tukiran Taniredja adalah “suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan

jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis.”76

Winarno Surahmad mengemukakan bahwa observasi adalah satu cara

pengumpulan data dengan teknik menyelidiki dan mengamati terhadap obyek

yang diselidiki baik secara langsung maupun tidak langsung.77

Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan dan keaktifan

siswa dalam kegiatan pembelajaran di empat sekolah yaitu SMP IT Nidhaul

Umah, SMP Islam Al-Ittihadiyah, SMPN 1 Ciampea dan SMP PGRI Ciampea.

Pembagian waktu observasi dilakukan selama dua minggu pada empat sekolah

tersebut.

2. Keusioner (Angket)

Kuesioner (Angket) menurut Prof. Dr. Tukiran Taniredja merupakan

“suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan

kepada subyek, baik secara individual atau kelompok untuk mendapatkan

75
Ibid, hlm. 145.
76
Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar),
Bandung: Alfabeta,2011, hlm. 47.
77
Winarno Surahman, Dasar dan Tekhnik Research Pengantar Metodologi Ilmiah, Bandung:
Tarsito, 1989, hlm.9.

57
informasi tertentu, seperti preferensi, keyakinan, minat dan perilaku.”78

Kuesioner (Angket) merupakan”teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya.”79

Analisis pengelolaan data yang diperoleh dengan menggunakan

rumusan atau dengan aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan

analisis yang dilakukan dengan tujuan menguji hipotesis dalam rangka

penarikan kesimpulan. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis

deskriptif dan regresi linear berganda.

Alternatif jawaban dengan menggunakan skala likert yaitu

memberikan masing-masing skor pada masing-masing jawaban pertanyaan

alternatif tersebut di proses dan diolah untuk dipergunakan sebagai alat

pengukuran variabel diteliti, untuk lebih jelasnya kriteria bobot penilaian dari

setiap pertanyaan dalam kuesioner yang dijawab oleh responden pertanyaan-

pertanyaan pada angket tertutup menggunakan skala Likert 1-5 dengan

menggunakan pernyataan berskala. Jawaban untuk setiap instrumen skala likert

mempunyai gradasi dari negatif sampai positif. Untuk keperluan analisis

kuantitatif, maka jawaban tersebut diberi skor sesuai dengan tabel berikut:

78
Tukiran Taniredja dan Hidayati Mustafidah, Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar),
Bandung: Alfabeta,2011, hlm. 44
79
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009, hlm.
137.

58
Tabel 3.4
Skala Likert pada Pertanyaan Positif

Pilihan Jawaban Skor positif Skor negatif


Sangat tidak setuiu 1 negative
5
Tidak setuju 2 4
Cukup Setuju 3 3
Setuju 4 2
Sangat setuju 5 1

E. Teknik Analisis Data

Analisa data dilakukan setelah data yang dibutuhkan dari seluruh

responden terkumpul dengan lengkap. Analisis pengelolaan data yang

diperoleh dengan menggunakan rumusan atau dengan aturan-aturan yang ada

sesuai dengan pendekatan analisis yang dilakukan dengan tujuan menguji

hipotesis dalam rangka penarikan kesimpulan. Metode analisis yang digunakan

yaitu analisis deskriptif, analisis korelasi pearson dan regresi linear berganda.80

Alternatif jawaban dengan menggunakan skala likert yaitu

memberikan masing-masing skor pada masing-masing jawaban pertanyaan

alternative tersebut di proses dan diolah untuk dipergunakan sebagai alat

pengukuran variabel, Sugiyono mengatakan skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial.81 Lebih jelasnya kriteria bobot penilaian dari setiap

pertanyaan dalam kuesioner yang dijawab oleh responden pertanyaan-

pertanyaan pada angket tertutup menggunakan skala likert 1-5 dengan

menggunakan pernyataan berskala. Jawaban untuk setiap instrumen skala likert

mempunyai gradasi dari negatif sampai positif.

80
Wahid Sulaiman, Analisis Regresi Menggunakan SPSS: Contoh Kasus & Pemecahannya,
Yogyakarta: ANDI, 2004, hlm. 80.
81
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, hlm. 49.

59
Penulis menganalisa data menggunakan teknik Analisis data statistik

dengan menggunakan program SPSS 22.0 diantaranya (1) anlisis deskriptif

statistik, analisis korelasi pearson dan uji analisis regresi berganda karena

penulis bermaksud menggambarkan hubungan variabel terkait (dependent)

dengan variabel bebas (independent) sebagaimana yang ada. Dalam penelitian

ini penulis mengambil sampel empat Sekolah Menengah Pertama di wilayah

Kecamatan Ciampea. Hal ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan

Sugiyono bahwa statistik korelasi adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.82

F. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Tesis yang berjudul “Pemahaman Siswa terhadap Sains Islam dan

Barat serta Pengaruhnya Terhadap Perilaku Keagamaan Mereka” ini

dilaksanakan dengan beberapa tahapan seperti dalam tabel jadwal berikut ini.

Tebel.3.5 Waktu penelitian

Uraian Bulan
NO Kegiatan
Agt Sept Okt Nov Des Jan Feb
Penyusunan proposal
1
penelitian

2 Seminar proposal

3 Perbaikan dan
pemantapan usulan

82
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D), Bandung:
Al-fabeta, 2015, hlm. 147.

60
penelititan

4 Pembuatan Instrumen
penelitian
5 Penyebaran Instrumen
6 Pengolahan data

7 Penyusunan laporan hasil


penelitian

8 Sidang tesis

2. Tempat penelitian

Penelitian dalam tesis ini berlokasi di wilayah Kecamatan Ciampea

Kabupaten Bogor tepatnya pada empat sekolah yaitu SMP IT Nidhaul Ummah,

SMP Terpadu Al-Ittihadiyah, SMPN 1 Ciampea dan SMP PGRI Ciampea.

Penulis memilih empat sekolah tersebut di atas dengan pertimbangan yaitu agar

data penelitian lebih beragam yakni SMPN 1 Ciampea dan SMP PGRI lebih

menekankan pada nilai akademis sedangkan SMPIT Nidhaul Ummah dan SMP

Terpadu Al-Ittihadiyah lebih mengedepankan nilai-nilai keislaman.

61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Perolehan data yang didasarkan pada metode yang telah

direncanakan diuraikan dalam hasil penelitian pada bab empat ini, adapun

penyajian hasil penelitian meliputi deskripsi data, pengujian persyaratan

analisis dan hasil pengujian hipotesis. Data yang dijadikan dasar deskripsi hasil

penelitian ini adalah skor angket pemahaman Sains Islam (X1), pemahaman

Sains Barat (X2) dan perilaku keagamaan (Y). Data tersebut diolah dengan

menggunakan teknik statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata (mean), nilai

tengah (median), nilai yang sering muncul (modus), simpangan baku (standar

deviasi), varian, rentang antara nilai minimum dan maksimum (range), nilai

minimum dan maksimum dari ketiga variabel penelitian. Data yang terkumpul

dari responden dianalaisis secara kuantitatif dengan menggunakan Statistik

Program For Social Science (SPSS) 22.0.

A. Analisis Data

1. Variabel Perilaku Keagamaan (Variabel Y)

Analisis data pada variabel perilaku keagamaan menggunakan

instrumen tes dalam bentuk angket skala likert sebanyak 20 butir

pernyataan. Berdasarkan hasil penelitian skor yang diperoleh responden

siswa dari empat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang terdiri atas satu

sekolah Negeri dan tiga sekolah Swasta di Kecamatan Ciampea disajikan

dalam deskripsi statistik sebagai berikut:

62
Tabel. 4.1.
Analisis Deskriptif
Perilaku Keagamaan Siswa ( Y) di Kecamatan Ciampea
Descriptive Statistics

Std.
N Range Minimum Maximum Mean Variance
Deviation
Perilaku
250 33 65 98 80.06 5.436 29.547
Keagamaan
Valid N
250
(listwise)

Tabel. 4.2.
Analisis Deskriptif
Perilaku Keagamaan
N Valid 250
Missing 0
Mean 80.06
Median 80.00
Mode 78
Std. Deviation 5.436
Variance 29.547
Range 33
Minimum 65
Maximum 98
Sum 20014
Percentil 25 77.00
es 50 80.00
75 83.25

Secara lebih rinci sebaran skor hasil perilaku keagamaan peserta

didik Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Ciampea dapat dilihat

pada tabel 4.2 sebagai berikut :

63
Tabel. 4. 3.
Distribusi Frekuensi
Perilaku Keagamaan Siswa ( Y) di Kecamatan Ciampea
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Valid 65 – 76 58 23.2 23.2 23.2

77 – 88 179 71.6 71,6 94.8

89 – 100 13 5.2 5.2 100.0

Total 250 100.0 100.0

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa frekuensi tertinggi

skor responden berada pada kelas interval (77 - 88) yaitu sebanyak 179

responden (71,6%) dari 250 responden yang ada. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat 179 orang siswa melakukan aktivitas keagamaan baik.

Sebanyak 58 orang siswa (23.2%) melakukan aktivitas keagamaan

kurang baik yaitu rentang (65 - 76), dan 13 orang siswa (5.2%) menilai

aktivitas keagamaan sangat baik yaitu rentang (89 - 100).

2. Variabel Pemahaman Sains Islam (Variabel X1)

Variabel Pemahaman Sains Islam diujikan menggunakan

instrument tes dalam bentuk angket sebanyak 20 butir pernyataan.

Berdasarkan hasil penelitian skor yang diperoleh responden disajikan

dalam deskripsi statistik sebagai berikut:

64
Tabel. 4. 4.
Deskripsi Statistik Variabel tentang Pemahaman Sains Islam (X1 )
Descriptive Statistics
Std.
N Range Minimum Maximum Mean Variance
Deviation
Pemahaman Sains
250 64 28 92 57.08 11.890 141.378
Islam
Valid N (listwise) 250

Tabel. 4. 5.
Analisis Deskriptif

N Valid 250
Missing 0
Mean 57.08
Median 58.00
Mode 66
Std. Deviation 11.890
Variance 141.378
Range 64
Minimum 28
Maximum 92
Sum 14271
Percentiles 25 48.00
50 58.00
75 66.00

Secara lebih rinci sebaran skor hasil variabel supervisi akademik dapat

dilihat dari tabel 4.4 berikut ini:

Tabel. 4. 6.
Distribusi Frekuensi
Pemahaman Sains Islam ( X1) di Kecamatan Ciampea
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Valid 28 – 49 69 27.6 27.6 27.6

50 – 71 160 64.0 64.0 91.6

72 – 93 21 8.4 8.4 100.0

Total 250 100.0 100.0

65
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa frekuensi tertinggi skor

responden berada pada kelas interval (50 - 71) yaitu sebanyak 160 responden

jika dipresentasikan sebanyak (64,0%) dari 250 responden yang ada. Hal ini

menunjukkan bahwa menurut 160 orang siswa, pemahaman pada Sains

Islam adalah baik. Sebanyak 69 orang siswa (27.6%) pemahaman pada Sains

Islam kurang baik yaitu rentang (28 - 49), dan 21 orang siswa (8.4%)

pemahaman pada Sains Islam sangat baik yaitu rentang (72 - 93).

3. Variabel Pemahaman Sains Barat (Variabel X2)

Variabel Pemahaman Sains Barat diujikan dengan menggunakan

instrument tes dalam bentuk angket sebanyak 20 butir pernyataan.

Berdasarkan hasil penelitian skor yang diperoleh responden disajikan

dalam deskripsi statistik sebagai berikut:

Tabel. 4. 7.
Deskripsi Statistik Pemahaman Sains Barat ( X2 ) di Kecamatan Ciampea
Descriptive Statistics

Std.
N Range Minimum Maximum Mean Variance
Deviation
Pemahaman
250 64 28 92 62.92 11.890 141.378
Sains Barat
Valid N
250
(listwise)

Tabel. 4. 8.
Deskripsi Statistik
Pemahaman Sains Barat
N Valid 250
Missing 0
Mean 62.92
Median 62.00
Mode 54
Std. Deviation 11.890

66
Variance 141.378
Range 64
Minimum 28
Maximum 92
Sum 15729
Perce 25 54.00
ntiles 50 62.00
75 72.00

Secara lebih rinci sebaran skor hasil Perolehan data tentang analisis

pemahaman Sains Barat pada siswa SMP di Kecamatan Ciampea dapat

dilihat pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel. 4. 9.
Distribusi Frekuensi
Pemahaman Sains Barat ( X2) di Kecamatan Ciampea
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

Valid 28 – 49 26 10.4 10.4 10.4

50 – 71 158 63.2 63.2 73.6

72 – 93 66 26.4 26.4 100.0

Total 250 100.0 100.0

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat dijelaskan bahwa frekuensi tertinggi

skor responden berada pada kelas interval (50 - 71) yaitu sebanyak 158

responden (63,5%) dari 250 responden yang ada. Hal ini menunjukkan

bahwa pemahaman terhadap Sains Barat 158 orang siswa adalah baik.

Sebanyak 26 orang siswa (10.4%) kurang baik yaitu rentang (28 - 49),

dan 66 orang siswa (26,4 %) menilai pemahaman Sains Barat sangat baik

yaitu rentang (72 - 93).

67
B. Pengujian Normalitas data

Uji normalitas KS residual merupakan bagian dari uji asumsi klasik

uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah nilai residual berdistribusi

normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memilki nilai residual

yang berdistribusi normal. Dalam pengujian moralitas data dilakukan

dengan menggunakan perhitungan SPS 22,0. Pengujian ini dilakukan

terhadap tiga variabel yaitu pemahaman Sains Islam, pemahaman Sains

Barat dan perilaku keagamaan. Adapun hasil pengujiannya dipaparkan

sebagai berikut:

Data hasil uji normalitas data variabel perilaku keagamaan

menggunakan perhitungan SPSS 22. dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:

Tabel. 4.10.
Hasil uji normalitas data perilaku keagamaan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 250
Normal Mean .0000000
Parametersa,b Std.
5.27922795
Deviation
Most Extreme Absolute .044
Differences Positive .044
Negative -.022
Test Statistic .044
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

68
Dari Tabel 4.10 di atas hasil uji normalitas diperoleh nilai

signifikansi data variabel pada uji Kolmogorov-Smirnova sebesar 0,200.

Dasar pengambilan keputusan:

 Jika nilai signifikansi > 0.05, maka nilai residual berdistribusi normal

 Jika nilai signifikansi < 0.05, maka nilai residual berdistribusi tidak

normal.

Hasil penghitungan uji normalitas menunjukan nilai signifikansi lebih

besar dari 0,05 (0,200 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa nilai

residual berdistribusi normal. Setelah diketahui nilai residualnya

berdistribusi normal sehingga data ini dapat dilanjutkan ke analisis

regresi.

C. Pengujian Hipotesis

Uji korelasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan

antara variabel yang dinyatakan dengan koefisien korelasi (r). Jenis

hubungan antara variabel X dan Y dapat bersifat positif atau negatif. Berikut

ini akan diuraikan pembuktian empat buah hipotesis penelitan dengan

menggunakan uji analisis korelasi pearson dengan SPSS 22.0. berikut ini

dasar pengambilan keputusan:

a. Jika nilai signifikansi < 0.05, maka berkorelasi/ ada hubungan

b. Jika nilai signifikansi > 0.05, maka tidak berkorelasi/ hubungan

Pedoman derajat hubungan:

a. Nilai Pearson Correlation 0.00 s/d 0.20 maka tidak ada korelasi

b. Nilai Pearson Correlation 0.21 s/d 0.40 maka korelasi lemah

c. Nilai Pearson Correlation 0.41 s/d 0.60 maka korelasi sedang

d. Nilai Pearson Correlation 0.61 s/d 0.80 maka korelasi kuat

69
e. Nilai Pearson Correlation 0.81 s/d 1.00 maka relasi sempurna

1. Pengujian Hipotesis pertama

Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat

hubungan antara pemahaman Sains Islam (X1) dan perilaku keagamaan

(Y). Selanjutnya untuk mengetahui hubungan supervisi (X1) dengan

perilaku keagamaan (Y) terhadap peserta didik SMP di Kecamatan

Ciampea dilakukan Analisis Korelasi Bivariat. Hasil perhitungan dapat

dilihat pada tabel 4.11. di bawah ini:

Tabel 4.11.
Hasil Perhitungan Analisis Korelasi Bivariat
Correlations
Pemahaman Perilaku
Sains Islam Keagamaan
Pemahaman Pearson Correlation 1 .238**
Sains Islam Sig. (2-tailed) .000
Sum of Squares and
35203.236 3833.824
Cross-products
Covariance 141.378 15.397
N 250 250
Perilaku Pearson Correlation .238** 1
Keagamaan Sig. (2-tailed) .000
Sum of Squares and
3833.824 7357.216
Cross-products
Covariance 15.397 29.547
N 250 250
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan analisis bivariat tampak bahwa nilai

signifikansi sebesar 0.000. Hal ini menunjukan nilai sigfikansi lebih kecil

dari 0.05 (0.000 < 0.050). dengan demikian dapat disimpulkan terdapat

70
korelasi/ hubungan antara pemahaman Sains Islam ( Variabel X1) dengan

perilaku keagamaan siswa (Variabel Y).

Selanjutnya menentukan keeratan derajat hubungan antar variabel,

nilai Pearson Correlation pada tabel 4.11. sebesar 0.238. Nilai tersebut

terletak pada kisaran (0.21 s/d 0.40) menunjukan derajat korelasi pada

kategori lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang lemah antara pemahaman Sains Islam (Variabel X1)

dengan perilaku keagamaan siswa (Variabel Y).

Langkah berikutnya menentukan arah hubungan antar variabel

apakah berhubungan positif atau negatif. yaitu dengan cara melihat nilai

Pearson Correlation. Pada tabel 4.11. menunjukan angka positif yaitu

0.238. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa pemahaman Sains

Islam (Variabel X1) dengan perilaku keagamaan siswa (Variabel Y)

berhubungan secara positif.

2. Pengujian Hipotesis kedua

Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini yaitu terdapat

hubungan antara pemahaman Sains Barat (Variabel X2) dengan perilaku

keagamaan siswa (Variabel Y). Selanjutnya untuk mengetahui hubungan

kegiatan pemahaman Sains Barat dengan perilaku keagamaan siswa SMP

di Kecamatan Ciampea dilakukan perhitungan analisis korelasi bivariat.

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

71
Tabel. 4. 12.
Hasil Perhitungan Analisis Bivariate
Correlations
Perilaku Pemahaman
Keagamaan Sains Barat
Perilaku Pearson Correlation 1 -.238**
Keagamaan Sig. (2-tailed) .000
Sum of Squares and
7357.216 -3833.824
Cross-products
Covariance 29.547 -15.397
N 250 250
Pemahaman Pearson Correlation -.238** 1
Sains Barat Sig. (2-tailed) .000
Sum of Squares and
-3833.824 35203.236
Cross-products
Covariance -15.397 141.378
N 250 250
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil perhitungan analisis bivariat tampak bahwa nilai

signifikansi sebesar 0.000. Hal ini menunjukan nilai sigfikansi lebih kecil

dari 0.05 (0.000 < 0.050). dengan demikian dapat disimpulkan terdapat

korelasi/ hubungan antara pemahaman Sains Barat ( Variabel X2) dengan

perilaku keagamaan siswa (Variabel Y).

Selanjutnya menentukan keeratan derajat hubungan antar variabel,

nilai Pearson Correlation pada tabel 4.12. sebesar 0.238. Nilai tersebut

terletak pada kisaran (0.21 s/d 0.40) menunjukan derajat korelasi pada

kategori lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang lemah antara pemahaman Sains Barat (Variabel X2)

dengan perilaku keagamaan siswa (Variabel Y).

72
Langkah berikutnya menentukan arah hubungan antar variabel

apakah berhubungan positif atau negatif. yaitu dengan cara melihat nilai

Pearson Correlation. Pada tabel 4.12. menunjukan angka negatif yaitu -

0.238. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa pemahaman Sains

Barat (Variabel X2) dengan perilaku keagamaan siswa (Variabel Y)

berhubungan secara negatif/ saling berlawanan.

3. Pengujian hipotesis ketiga

Hipotesis yang keempat yaitu terdapat pengaruh pemahaman

Sains Islam dan Sains Barat secara bersama-sama terhadap perilaku

keagamaan siswa. Untuk uji hipotesis keempat dilakukan dengan analisis

regresi berganda. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dua

atau lebih variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel terikat (Y). Dalam

pengambilan keputusan dilakukan uji t (t hitung) dan uji F (F hitung).

Hasil perhitungan analisis regresi berganda dapat dilihat pada tabel 4.16.

berikut:

Tabel. 4. 13.
Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Pemahaman
. Enter
Sains Baratb
a. Dependent Variable: Perilaku Keagamaan
b. Tolerance = .000 limit reached.

73
Tabel. 4. 14.
Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
a
1 .238 .057 .053 5.290
a. Predictors: (Constant), Pemahaman Sains Barat
Tabel. 4. 15.
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1Regression 417.524 1 417.524 14.921 .000b
Residual 6939.692 248 27.983
Total 7357.216 249
a. Dependent Variable: Perilaku Keagamaan
b. Predictors: (Constant), Pemahaman Sains Barat
Tabel. 4. 16.
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1(Constant) 86.908 1.805 48.145 .000
Pemahaman Sains
-.109 .028 -.238 -3.863 .000
Barat
a. Dependent Variable: Perilaku Keagamaan
Tabel. 4. 17.
Excluded Variablesa
Collinearity
Partial Statistics
Model Beta In t Sig. Correlation Tolerance
1Pemahaman
.b . . . .000
Sains Islam
a. Dependent Variable: Perilaku Keagamaan
b. Predictors in the Model: (Constant), Pemahaman Sains Barat

Dari hasil analisis regresi berganda di atas diketahui pada Tabel 4.15.

Anova diperoleh nilai signifikansi untuk pengaruh (X1) dan (X2) secara

74
simultan terhadap (Y) adalah sebesar 0.000 < 0.05 dan nilai F hitung 14.921

> F tabel 4.10. sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima yang

berarti terdapat pengaruh (X1) dan (X2) secara simultan terhadap (Y).

Selanjutnya pada tabel 4.16 Model Summary diperoleh nilai R squere

sebesar 0.057. nilai ini mengandung arti bahwa pengaruh Variabel (X1)

dan (X2) secara simultan terhadap variabel (Y) adalah sebesar 5.7%

Sehingga dikatakan bahwa persentase pengaruh pemahaman sains Islam

dan Barat terhadap perilaku keagamaan siswa masuk dalam kategori lemah.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berikut akan dibahas lebih jelas beberapa kesimpulan yang diperoleh dari

hasil uji analisis, mulai dari analisis deskripsi, distribusi frekuensi, uji

normalitas, dan uji korelasi bivariat dan analisis regresi berganda. Namun

secara umum penelitian ini bertujuan untuk menguji empat butir hipotesis yang

telah dirumuskan pada pembahasan diawal. Berdasarkan data penelitian yang

dianalisis maka dilakukan pembahasan tentang hasil penelitian sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif statistik terhadap data perilaku keagamaan.

Berdasarkan hasil uji analisis deskriptif terhadap siswa kelas IX pada

empat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah Kecamatan Ciampea

yang terdiri atas satu sekolah Negeri dan tiga sekolah Swasta. Diketahui

hasil penelitian pada perilaku keagamaan siswa dari 250 siswa diperoleh

nilai tinggi 179 siswa, nilai sedang 58 siswa dan nilai sangat tinggi 13 siswa.

Data ini menunjukan bahwa aktivitas perilaku keagamaan siswa SMP di

empat sekolah di kecamatan Ciampea tergolong “baik”.

2. Analisis deskriptif statistik terhadap data pemahaman Sains Islam dan Barat.

75
Hasil perolehan persentase nilai pemahaman Sains Islam yaitu 64.0%

mendapat nilai tinggi, 27.6% mendapat nilai sedang dan 8.4% mendapat

nilai sangat tinggi. Kemudian jika dibandingkan perolehan persentase nilai

pemahaman Sains Barat yaitu 63.2% mendapat nilai tinggi, 10.4%

mendapat nilai sedang dan 26.4% mendapat nilai sangat nilai. Dari sini

dapat terlihat bahwa pembelajaran Sains (IPA) yang berjalan sejauh ini

masih jauh dari nilai-nilai keimanan.

Nilai 63.2% dari 250 siswa bukanlah angka yang sedikit, hal tersebut

menunjukan lebih dari separuhnya siswa yang mendapat pembelajaran IPA

di sekolah bisa dikatakan belum memahami adanya peran Sang Pencipta

alam semesta dan mengenal sifat-sifat keagungan-Nya. Hal ini ternyata

berdampak terhadap perilaku keagamaan siswa. Walaupun pengaruhnya

masuk dalam kategori rendah yaitu hanya 5.7% namun tetap menjadi hal

penting yang harus diperbaiki di masa yang akan datang.

3. Hubungan pemahaman Sains Islam dan Barat terhadap perilaku keagamaan

siswa

Hasil penelitian korelasi variabel (R.X1.Y) menunjukkan adanya

hubungan antara pemahaman Sains Islam dengan perilaku keagamaan siswa

SMP di Kecamatan Ciampea yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi

(R.X1.Y) bernilai positif sebesar 0,238. Dapat dikatakan bahwa semakin

tinggi tingkat pemahaman Sains Islam maka semakin tinggi pula perilaku

keagamaan siswa dan sebaliknya jika pemahaman Sains Islam semakin

rendah maka perilaku keagamaan siswa pun semakin rendah.

76
Selanjutnya pada analisis korelasi variabel (R.X2.Y). Hasil penelitian

ini menunjukkan adanya hubungan Pemahaman Sains Barat dengan perilaku

keagamaan siswa di kecamatan Ciampea yang ditunjukkan dengan koefisien

korelasi (R.X2.Y) sebesar -0,238. Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi

hubungan negatif atau saling bertolak belakang. Dapat dikatakan semakin

tinggi tingkat pemahaman Sains Barat maka semakin rendah tingkat

perilaku keagamaan siswa, dan sebaliknya jika pemahaman Sains Barat

siswa semakin rendah maka perilaku keagamaan siswa justru semakin

tinggi.

4. Pengaruh Pemahaman Sains Islam dan Sains Barat secara bersama-sama

terhadap perilaku keagamaan Peserta didik

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh pemahaman Sains

Islam dan Barat secara bersama-sama terhadap perilaku keagamaan siswa

SMP di kecamatan Ciampea yang ditunjukkan dengan analisis regresi

berganda dengan nilai persentase pengaruhnya sebesar 5.7%. Dapat

dikatakan bahwa pengaruh pemahaman Sains Islam dan Barat secara

bersama-sama terhadap perilaku keagamaan siswa kurang signifikan.

77
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap peserta didik kelas IX

SMP Negeri dan Swasta di wilayah Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor,

penulis membuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan positif antara tingkat pemahaman Sains Islam dengan

perilaku keagamaan siswa. Menunjukan nilai sigfikansi lebih kecil dari 0.05

(0.000<0.050) dengan nilai Pearson Correlation sebesar 0,238. Sehingga

disimpulkan Semakin tinggi tingkat pemahaman Sains Islam maka semakin

tinggi pula perilaku keagamaan siswa. Sebaliknya semakin rendah tingkat

pemahaman Sains Islam maka perilaku keagamaan siswa juga rendah.

2. Terdapat hubungan negatif antara tingkat pemahaman Sains Barat dengan

perilaku keagamaan siswa. Menunjukan nilai sigfikansi lebih kecil dari 0.05

(0.000<0.050) dengan nilai Pearson Correlation sebesar -0,238. Sehingga

disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pemahaman Sains Barat maka

perilaku keagamaan siswa semakin rendah. Sebaliknya jika tingkat

pemahaman Sains Barat semakin rendah maka perilaku keagamaan siswa

samakin tinggi.

3. Pemahaman Sains Islam dan pemahaman Sains Barat secara bersama-sama

berpengaruh terhadap perilaku keagamaan peserta didik diperoleh nilai

signifikansi sebesar (0.000< 0.05) dan nilai F hitung (14.921)>F tabel (4.100)

sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima. Selanjutnya diperoleh nilai R

squere sebesar 0.057. nilai ini mengandung arti bahwa pengaruh Variabel

(X1) dan (X2) secara simultan terhadap variabel (Y) adalah sebesar 5.7%.

78
sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua variabel ini berpengaruh kurang

signifikan terhadap perilaku keagamaan siswa.

B. Saran

Falsafah negara Indonesia adalah Pancasila, sifat dasar bangsa

Indonesia ber-Ketuhanan Yang Mahaesa. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan

bahwa keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan basis utama

pendidikan karakter di Indonesia. Penulis berkeyakinan bahwa pendidikan

karakter yang paling baik adalah pendidikan karakter yang dibentuk

berdasarkan keyakinan kepada Allah ‫ ﷻ‬yang diwujudkan dengan penerapan

dan penanaman ajaran-ajaran Islam. Sebaliknya pendidikan karakter yang tidak

berdasarkan kepada keyakinan kepada Allah ‫ﷻ‬, atau sekuler, merupakan

pendidikan karakter yang tidak memiliki landasan yang kokoh di negara ini

dan tidak akan berdampak positif terhadap perkembangan generasi muda masa

sekarang dan akan datang. Mengingat pentingnya hal ini maka pengajaran

Sains di sekolah yang berbasis nilai keimanan ini hendaknya menjadi bagian

dari pendidikan di sekolah.

Penulis merekomendasikan agar buku-buku teks Sains (IPA) kurikulum

2013 dan proses pembelajaran yang digunakan saat ini dapat dievaluasi

kembali dan dikembangkan lagi sehingga di dalamnya terkandung aspek

penanaman nilai keimanan kepada Allah ‫ﷻ‬, merekomendasikan kepada para

guru Sains agar dalam proses pembelajaran guru menanamkan nilai-nilai

keimanan, Sehingga tingkat pemahaman Sains Islam peserta didik semakin

meningkat, selanjutkan akan berdampak positif terhadap perilaku keagamaan.

79
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Nova, 2018, Perkembangan Peserta Didik, Yogyakarta: Deepublishing

Ahmad, Tafsir, 2013, Ilmu Pendidikan Islami, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori, 2005, Psikologi Remaja: Perkembangan


Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara

Allchin, Douglas, 1999, Values in Science : An Educational Perspective, Science


& Education, Kluwer Academic Publisher.

An Nahlawi, Abdurrahman, 1989, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam


dalam Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung: CV. Dipenegoro

Anshari, Endang Saifuddin, 1987, ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: Bina Ilmu

Armstrong, Karen, 2009, Masa Depan Tuhan : Sanggahan Terhadap


Fundamentalisme dan Ateisme, Bandung : Mizan.

Arikunto, Suharsimi, 2005, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi


Revisi V), Jakarta : Rineka Cipta

_______________,2009, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi). Jakarta:


Bumi Aksara

Attas, Syed Naqiub Al-, 2015, On Justice and The Nature of Man, Kuala Lumpur:
IBFIM
_______________, 2011, Islam and Secularism, Bandung : PIMPIN

Armas, Adnin, 2005, Westernisasi dan Islamisasi Ilmu, Majalah Islamia, Thn. II
No.6/Juli-Sept

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), 2006, Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah

Baghir, Zainal Abidin, 1999, “Islam dan Ilmu Pengetahuan” Entri dalam
Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve

Bagir, Muhammad, 2008, FiqihPraktis 1, Bandung: Kharisma

Bronowski dan Mazlish, 1993, The Western Intellectual Tradition : From


Leonardo to Hegel, New York : Barnes and Noble Books.

Daryanto, 2010, Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Desmita, 2009, Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan Orang Tua dan
Guru dalam memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP dan SMA. Bandung:
Remaja Rosda Karya

80
Fahmy Zarkasy, Hamid, Makna Sains Islam, Jurnal Islamia, Vol. III. No. 4, 2008

Faifi, Sulaiman Ahmad Yahya Al-, 2013, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq,
Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Handrianto, Budi, 2010, Islamisasi Sains; Sebuah upaya mengislamkan Sains


Barat Modern, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Husaini, Adian, 2009, Untuk Apa Belajar Islamic Worldview, Jakarta: Gema
Insani Press
Khaldun, Ibn, 2005, Muqaddimah, Mesir: Dar – Ibnu al-Aitam

Iskandar,2003, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Bandung: Tarsito

Miskawih, Ibn, 1398, Tahzib al-akhlak, Beirut: Mansyurat Dar maktabat al-Hayat

Muhaimin, 2005, Desain Pembelajaran, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani

Nata, Abuddin, 2000, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam; Seri Kajian
Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nizar, Samsul, 2002, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan historis teoritis dan
praktis, Jakarta: Ciputat Press

Porwadarmita, W. J. S, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai


Pustaka

Purwakania, 2008, Supervisi dan Peningkatan Mutu Pendidikan, Bandung:


Alfabeta.
Purwanto, Agus, 2010, Ayat-Ayat Semesta, Bandung : Mizan.

Rahman, Abdul, 2009, Pendidikan Integralistik: Menggagas Konsep Manusia


dalam Pemikiran Ibn Khaldun, Semarang: Walisongo Press

Sahal Mahfudh, 1994, Ensiklopedi Muslim, Edisi Revisi, Jakarta : Darul Falah

Sholikin, Muhammad, 2008, Filsafat dan Metafisika dalam Islam, Sebuah


Penjelajahan Nalar, Pengalaman Mistik, dan Perjalanan Aliran
Manunggaling Kawula-Gusti, Jakarta: Buku Kita

Sugiyono, 2003, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta

_______________, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D,


Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2011, Metode Penelitian Pendidikan, Cet. ke-7,


Bandung: Remaja Rosdakarya

81
Sulaiman, Wahid, 2004, Analisis Regresi Menggunakan SPSS: Contoh Kasus &
Pemecahannya, Yogyakarta: ANDI.

Sunarto dan Agung Hartono, 2008, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Rineka
Cipta

Surahman, Winarno, 1989, Dasar dan Tekhnik Research Pengantar Metodologi


Ilmiah, Bandung: Tarsito

Suria Sumantri, Jujun S.,1990, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar, Jakarta: Penerbit
Sinar Harapan

Tafsir, Ahmad, 2015, Filsafat Ilmu; Mengurai Ontologi, Epistimologi dan


aksiologi Pengetahuan, Bandung: Rosda Karya

Taimiyyah, Taqiy al-Din Ahmad Ibn Abd Al-Hamid Ibn, 1997, Majmu’ Fatawa
Syaikh al-Islam Ahmad Ibn Taimiyyah, Editor “Abd al-Rahman Ibn
Muhammad Ibn Qasim al-‘Ashim al-Najdi al-Hanbali, ((jilid 6), Beirut:
Muassasah al-Risalah

Taniredja, Tukiran dan Hidayati Mustafidah, 2011, Penelitian Kuantitatif (Sebuah


Pengantar), Bandung: Alfabeta

Wan Daud, Wan Mohd Nor, 1997, The Educational Philosophy, Bandung :
Pustaka, 1997
Zarman, Wendi, Studi Pengembanagan Buku Teks Ilmu Pengetahuan Alam
Sekolah Menengah Pertama Berbasis Nilai Keimanan, Disertasi Doktoral
pada PPS UIKA Bogor: tidak diterbitkan, 2012.

Sumber Hukum dan Perundang-Undangan

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 4

Sumber dari Internet

https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kuantitatif

https://www.pelajaran.id/2017/27/pengertian-siswa-menurut-para-ahli.html

Sumber lainnya

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

82
LAMPIRAN

Nama Lengkap : __________________________________


Kelas : __________________________________
Laki-laki / Perempuan : __________________________________
Asal Sekolah : __________________________________

A. Angket penilaian dimensi Pemahaman Sains .

Berilah tanda check List ( V ) pada salah satu jawaban yang anda pilih.
Keterangan pilihan jawaban :
SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
KS : Kurang Setuju

Tingkat Persetujuan
No Pernyataan
SS S KS TS STS
1 Hewan dan tumbuhan merupakan makhluk
hidup yang ada di bumi sejak dahulu, hidup
dan mati dengan sendirinya.

2 Benda-benda langit beredar sesuai garis


edarnya secara teratur. Keseimbangan benda-
benda langit disebabkan oleh gaya gravitasi
semata.

3 Hewan yang lahir mempunyai sifat dan bentuk


yang hampir sama dengan induknya, hal
tersebut sudah menjadi kehendak alam.

4 Cumi-cumi mengeluarkan tinta hitam saat


diserang musuh, lebah pun menggunakan
sengatnya untuk bertahan, kemampuan tersebut
sudah ada dengan sendirinya.

5 Kehidupan ini hanya ada alam nyata seperti


adanya manusia, hewan dan tumbuhan.
Sedangkan alam ghaib itu hanya hayalan atau
cerita fiktif belaka.

6 Alam semesta bersifat kekal/ siklus kehidupan

83
akan berjalan terus-menerus.

7 Kemajuan IPTEK hingga sekarang ini adalah


hasil keras manusia melakukan penelitian, tidak
ada tanda-tanda petunjuk dari Al-Qur’an.

8 Tidak semua makhluk hidup di bumi


mengandung kebaikan dan berguna bagi
kehidupan manusia.

9 Bencana alam seperti gempa bumi, tsunami,


gunung meletus semata-mata terjadi karena
faktor gejala alam.

10 Semua benda hayati dan non hayati semuanya


milik manusia sehingga manusia boleh
memanfaatkan sekehendaknya.

11 Makhluk hidup di bumi mempunyai tujuan


hidup yang berbeda-beda sesuai dengan
kehidupannya masing-masing.

12 Susunan Organ tubuh manusia mirip sekali


dengan kera/orang utan, karenanya nenek
moyang manusia berasal dari kera.

13 Air yang ada di bumi memiliki siklus hidrologi


secara terus menerus, hal tersebut terjadi atas
kehendak alam itu sendiri.

14 Hewan bersel satu yang tidak nampak oleh


mata bisa dikatakan hewan tersebut tidak
berguna bagi kehidupan manusia.

15 Tubuh manusia tersusun atas organ-organ yang


masing-masing memiliki fungsi tertentu, organ-
organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik
atas kehendak manusia.

16 Manusia dirugikan dengan adanya hewan-


hewan yang menyebarkan penyakit seperti
nyamuk. Sehingga hewan tersebut sebaiknya
tidak perlu ada.

17 Berbagai penyakit yang menimpa manusia

84
tidak ada kaitannya dengan azab Tuhan.

18 Proses terjadinya pembuahan sel sperma


dengan sel telur hingga berkembang menjadi
janin adalah atas kehendak manusia.

19 Manusia hanya mendapatkan rizki dari sumber


daya alam yang disediakan oleh alam itu
sendiri.

20 Semua jenis bencana alam bisa dikendalikan


oleh ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

B. Angket penilaian dimensi perilaku keagamaan.

Berilah tanda check List ( V ) pada salah satu jawaban yang anda pilih.
Keterangan pilihan jawaban :
SS : Sangat Sering J : Jarang
S : Sering TP : Tidak Pernah
Kd : Kadang-kadang

No Pernyataan Tingkat Intensitas


SS S Kd J TP
21 Saya meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa

22 Saya meyakini amal baik dan buruk dicatat


oleh malaikat.

23 Saya meyakini kitab suci Al-Qur’an sebagai


pedoman hidup manusia.

24 Saya mengerjakan sholat lima waktu setiap


hari.

25 Saya rutin membaca Al-Qur’an setiap hari

26 Saya senantiasa mengawali ativitas dengan


membaca do’a.

27 Saya memabaca zikir pagi dan petang.

28 Saya berusaha untuk menghormati dan


menghargai teman.

85
29 Saya berifak ketika ada penggalangan dana
untuk korban bencana.

30 Saya mengerjakan puasa Ramadhan sebulan


penuh.

31 Saya berusaha menghindari minuman


beralkohol.

32 Saya mengucapkan salam sebelum masuk ke


ruang guru.

33 Saya menjenguk teman apabila sedang sakit.

34 Mau memaafkan apabila ada teman yang


mempunyai kesalahan.

35 Berkata santun dan lemah lembut pada kedua


orang tua dan guru.

36 Mengerjakan piket kelas.

37 Datang apabila diundang guru atau teman.

38 Menjalankan Sholat Sunah Rawatib

39 Mengerjakan Sholat Sunah Tarawih

40 Mengerjkan Sholat Dhuha.

86
C. BIODATA

1. Identitas Pribadi
 Nama : AKHMAD WAHYUDI
 Tempat, tanggal lahir : Indramayu, 09 Agustus 1986
 Alamat : Perumahan Puri Arraya Blok AG No. 24 Ciampea
 Hp : 085714564624
 E-mail : ahmadw165@gmail.com
 Pekerjaan : Pendidik
 Nama Ibu : Hj. Euis Suwarsih
 Nama Ayah : H. Sutarno
 Nama Istri : Lina Yasmina, S.Si

2. Pendidikan
 S1 di Institut Pertanian Bogor Fakultas Kehutanan

Departemen Silvikultur, Mayor Silvikultur Minor Kewirausahaan, 2005-


2010

 SMU Negeri 2 Cimalaka Sumedang, 2002-2005

 SLTPN 2 Haurgeulis, 1999-2002

 SD Negeri Mekarjaya 2, 1993-1999

 TK Ganda Mekar, 1991-1993

3. Pengalaman Organisasi

 Ketua Rohis Ponpes Darul Qur’an Cimalaka Sumedang, 2004

 Ketua Divisi Syiar LDK DKM Al Hurriyyah IPB, 2006-2008

 Asisten Pendidikan Agama Islam Semester Genap (PAI) IPB, 2008

 Ketua Ikatan Santri Pesantren Al-Inayah (ISPA) 2007-2008

87
omor
Nama Responden Kelas Asal Sekolah
Responden
1 Mahadea Fadilah IX SMPT Al Ittihadiyah
2 M. Yoga P. IX SMPT Al Ittihadiyah
3 Fadilah Maulana Febrian IX SMPT Al Ittihadiyah
5 Rosdiana IX SMPT Al Ittihadiyah
6 Elsa Tri Andini IX SMPT Al Ittihadiyah
7 Masyhuda Zahra IX SMPT Al Ittihadiyah
8 Intan Septiani IX SMPT Al Ittihadiyah
9 Mulkia Hamidah IX SMPT Al Ittihadiyah
10 Nia Kurniawati IX SMPT Al Ittihadiyah
11 Asya yahdiani Rosada IX SMPT Al Ittihadiyah
12 yayu Mumtiah IX SMPT Al Ittihadiyah
13 Rika Ulan IX SMPT Al Ittihadiyah
14 Meliyanti IX SMPT Al Ittihadiyah
15 delia Nurhabibah IX SMPT Al Ittihadiyah
16 Akbar Saputra IX SMP PGRI Ciampea
17 Muhammad Syahrul IX SMP PGRI Ciampea
18 Muhamad Tegar IX SMP PGRI Ciampea
19 Fiqran Grea D.N IX SMP PGRI Ciampea
20 Muhamad Riksan Alfahrezi IX SMP PGRI Ciampea
21 Rama Saeful ibrahim IX SMP PGRI Ciampea
22 Afriza Asfari IX SMP PGRI Ciampea
23 Meylani IX SMP PGRI Ciampea
24 Miranti IX SMP PGRI Ciampea
25 Airia Sukandarsyah IX SMP PGRI Ciampea
26 Azkarin Zahidah IX SMP PGRI Ciampea
27 M. Fauzan Rifaidi IX SMP PGRI Ciampea
28 Kuntum Khaira Umah IX SMP PGRI Ciampea
29 Rafael Putra M IX SMP PGRI Ciampea
30 Putri Dwi Cahyani IX SMP PGRI Ciampea
31 Dea Ananda Putri IX SMP PGRI Ciampea
32 Badru Kamal IX SMP PGRI Ciampea
33 Novia Rizky IX SMP PGRI Ciampea
34 Enrika Agustina Azahra IX SMP PGRI Ciampea
35 Alyashabila IX SMP PGRI Ciampea
36 Risa Nur Aulia IX SMP PGRI Ciampea
37 Imel Sapta Sabrina IX SMP PGRI Ciampea
38 Trianita IX SMP PGRI Ciampea
39 Desti Aulia Azzahra IX SMP PGRI Ciampea

88
40 Silvi Maulidina IX SMP PGRI Ciampea
41 Muhamad Dahrul kausar IX SMP PGRI Ciampea
42 Indri Amelia Lestari IX SMP PGRI Ciampea
43 Deswanti Arnanda IX SMP PGRI Ciampea
44 Marisa Azkia Anjani IX SMP PGRI Ciampea
Muhammad Alhar
IX
45 faturahman SMP PGRI Ciampea
Muhammad Gilang haikal
IX
46 M. SMP PGRI Ciampea
47 Farhan Saputra IX SMP PGRI Ciampea
48 Zahra runisa IX SMP PGRI Ciampea
49 Ashabul Kahfi IX SMP PGRI Ciampea
50 Gravita IX SMP PGRI Ciampea
51 Putri Wahyuni IX SMP PGRI Ciampea
52 Ananda Tasya IX SMP PGRI Ciampea
53 Raka IX SMP PGRI Ciampea
54 Bagas Pranata P IX SMP PGRI Ciampea
55 Rangga Abdi Saputra IX SMP PGRI Ciampea
56 Muhammad Fadli H IX SMP PGRI Ciampea
57 Dika IX SMP PGRI Ciampea
58 Satrio Chatibul Umam IX SMP PGRI Ciampea
59 Angga Fauzi IX SMP PGRI Ciampea
60 Siti Adinda IX SMP PGRI Ciampea
61 Lenawati IX SMP PGRI Ciampea
62 Sindi Dwi W. IX SMP PGRI Ciampea
63 Dwi Sandra Larasati IX SMP PGRI Ciampea
64 Melati Sukma Dewi IX SMP PGRI Ciampea
65 Rifana Ramadanti IX SMP PGRI Ciampea
66 Fadia listiana IX SMP PGRI Ciampea
67 Yora Juwita IX SMP PGRI Ciampea
68 Rangga Afghiansyah IX SMP PGRI Ciampea
69 Kayla Nadelline R. IX SMP PGRI Ciampea
70 Indah nuraeni IX SMP PGRI Ciampea
71 Adelia IX SMP PGRI Ciampea
72 hasid Sopian IX SMP PGRI Ciampea
73 M. Rafli A. IX SMP PGRI Ciampea
74 Adelia IX SMP PGRI Ciampea
75 Hajid Sopian IX SMP PGRI Ciampea
76 M. Rahi A IX SMP PGRI Ciampea
77 Dara Amelia IX SMP PGRI Ciampea
78 Hafiz Muhammad W IX SMP PGRI Ciampea

89
79 Reindra C.A IX SMP PGRI Ciampea
80 Faisal Adi Kusuma IX SMP PGRI Ciampea
81 Adang Qowi Ahsan IX SMP PGRI Ciampea
82 Dodi Mahesa IX SMP PGRI Ciampea
83 Siti Fatimah IX SMP IT Nidaul Ummah
84 Siti Marpuah IX SMP IT Nidaul Ummah
85 Nursyaqilla Alasya IX SMP IT Nidaul Ummah
86 Euis Hartati IX SMP IT Nidaul Ummah
87 Rika hardiyanti IX SMP IT Nidaul Ummah
88 Elsa Amelia IX SMP IT Nidaul Ummah
89 Muhammad Fikri rianto IX SMP IT Nidaul Ummah
90 Agung Wiraguna IX SMP IT Nidaul Ummah
91 Puji m. farid IX SMP IT Nidaul Ummah
92 Fia Luthfiah ratu IX SMP IT Nidaul Ummah
93 Muhammad Fuadilah IX SMP IT Nidaul Ummah
94 Muhammad Sukriya IX SMP IT Nidaul Ummah
95 Muhamad Yusuf nabhani IX SMP IT Nidaul Ummah
96 M. Al-Pakih IX SMP IT Nidaul Ummah
97 Nurhalizya Damaitha Sari IX SMP IT Nidaul Ummah
98 Riski Rahma IX SMPN 1 Ciampea
99 Susi Adelia IX SMPN 1 Ciampea
100 Nadia Anggina nur M IX SMPN 1 Ciampea
101 Risma Desmia IX SMPN 1 Ciampea
102 Venya apriska Dewi IX SMPN 1 Ciampea
103 Riyan Ramadhan IX SMPN 1 Ciampea
104 Padli Alamsah IX SMPN 1 Ciampea
105 Muhamad Ferozi Velano A. IX SMPN 1 Ciampea
106 Elda Vania IX SMPN 1 Ciampea
107 Billy Perdinand IX SMPN 1 Ciampea
108 Salfa Dina A IX SMPN 1 Ciampea
109 Nur Sifa Fauziah IX SMPN 1 Ciampea
110 Egi Wiguna P IX SMPN 1 Ciampea
111 Deni Isyur Dharmawan IX SMPN 1 Ciampea
112 Misbahul Attoriq IX SMPN 1 Ciampea
113 Syifa Alfiyani IX SMPN 1 Ciampea
114 Sopiyanti IX SMPN 1 Ciampea
115 Alya Pasya Fadilla IX SMPN 1 Ciampea
116 Noviyanti Ramanda IX SMPN 1 Ciampea
117 Nabhan Syafiq M IX SMPN 1 Ciampea
118 Adinda Amalia IX SMPN 1 Ciampea
119 Dwi Lestari putri IX SMPN 1 Ciampea

90
120 Muhammad Rafli danendra IX SMPN 1 Ciampea
121 Sendy Ardiansyah IX SMPN 1 Ciampea
122 Anto Wijaya IX SMPN 1 Ciampea
123 Moodylla Anggraeny IX SMPN 1 Ciampea
124 Farah Nasywa Fadhillah IX SMPN 1 Ciampea
125 Salma Putri Ramadhani IX SMPN 1 Ciampea
126 Andriani Puspitasari IX SMPN 1 Ciampea
127 Alfina Dwi Yanti IX SMPN 1 Ciampea
128 Mutia Salsabila IX SMPN 1 Ciampea
129 Keisya Salsabilla IX SMPN 1 Ciampea
130 Reza Maulana T IX SMPN 1 Ciampea
131 Eka Puspita Rahayu IX SMPN 1 Ciampea
132 Zakia Drajat IX SMPN 1 Ciampea
133 Tantri Kirani IX SMPN 1 Ciampea
134 Anggilia Agustin IX SMPN 1 Ciampea
135 Siti Saskia Adinda Azzahra IX SMPN 1 Ciampea
136 Frisina aisyah Azzahra IX SMPN 1 Ciampea
137 Herlina Indryani IX SMPN 1 Ciampea
138 Salwa Dwi ambarsari IX SMPN 1 Ciampea
139 Vinkan Aulia Andriani IX SMPN 1 Ciampea
140 Rili Dwi Hasanah IX SMPN 1 Ciampea
141 Akmal Maulana IX SMPN 1 Ciampea
142 Dhea triana IX SMPN 1 Ciampea
143 Ardika IX SMPN 1 Ciampea
144 Elza agustina IX SMPN 1 Ciampea
145 Natasya aulia Putri Mulyadi IX SMPN 1 Ciampea
146 kayla Azahra IX SMPN 1 Ciampea
147 Eka Sari IX SMPN 1 Ciampea
148 Audry Setya N IX SMPN 1 Ciampea
149 Nijar Sri Wijaya IX SMPN 1 Ciampea
150 Arrumaisha Rizky ahya IX SMPN 1 Ciampea
151 Dimas Tuan Nugroho IX SMPN 1 Ciampea
152 Mardiyah Aulia IX SMPN 1 Ciampea
153 Utih Sudrajat IX SMPN 1 Ciampea
154 Zuliandra Pratama IX SMPN 1 Ciampea
155 fauzan maula Abdullah IX SMPN 1 Ciampea
156 naila Fitri IX SMPN 1 Ciampea
157 nabilla Putri azkhia IX SMPN 1 Ciampea
158 Ananda Maulida IX SMPN 1 Ciampea
159 Bajas nazarul Amar IX SMPN 1 Ciampea
160 Akmal Rizky Robbani IX SMPN 1 Ciampea

91
161 Widya Novita sari IX SMPN 1 Ciampea
162 Putri NurBaety IX SMPN 1 Ciampea
163 Muhammad Dzakie M IX SMPN 1 Ciampea
164 M. Rivaldo IX SMPN 1 Ciampea
165 Asep Wahyudin IX SMPN 1 Ciampea
166 Ahmad fauzan IX SMPN 1 Ciampea
167 Muhammad Fadilah IX SMPN 1 Ciampea
168 Aidi Saputra IX SMPN 1 Ciampea
169 Maharani IX SMPN 1 Ciampea
170 Novia Mulyadini IX SMPN 1 Ciampea
171 Asifa Ramadhanti IX SMPN 1 Ciampea
172 Reza Ayu Lestari IX SMPN 1 Ciampea
173 Muhammad Awal naufal IX SMPN 1 Ciampea
174 Risa Wahdini IX SMPN 1 Ciampea
175 vinka Zalsabilla IX SMPN 1 Ciampea
176 Rofaliana IX SMPN 1 Ciampea
177 Fatima Elga A. IX SMPN 1 Ciampea
178 Wanda Zulaika IX SMPN 1 Ciampea
179 Putri Aulia Bahtiar IX SMPN 1 Ciampea
180 Teghar Ramadhan Putra IX SMPN 1 Ciampea
181 Hanna Hasnia Mumtaz IX SMPN 1 Ciampea
182 Salwa Destiana IX SMPN 1 Ciampea
183 Sabila faiha Maulida IX SMPN 1 Ciampea
184 Andini Septia Zahra IX SMPN 1 Ciampea
185 Salsabila Nuraliyah IX SMPN 1 Ciampea
186 Nanda Andreansyah IX SMPN 1 Ciampea
187 bagas Maulana IX SMPN 1 Ciampea
188 Zakiatul Zahra IX SMPN 1 Ciampea
189 Raden Siti Syahwanah IX SMPN 1 Ciampea
190 Siti Mariyam Ravina H. IX SMPN 1 Ciampea
191 Fera puspita Sari IX SMPN 1 Ciampea
192 Agam awaludin IX SMPN 1 Ciampea
193 Muhamad Hamdan IX SMPN 1 Ciampea
194 Lusi Sri Lestari IX SMPN 1 Ciampea
195 Milda Siti Nuraeni IX SMPN 1 Ciampea
196 Elia Yulianingsih IX SMPN 1 Ciampea
197 Siti Koriyah IX SMPN 1 Ciampea
198 Ruslan IX SMPN 1 Ciampea
199 Nurdiyanto IX SMPN 1 Ciampea
200 Muhammad Ramdan IX SMPN 1 Ciampea
201 Dimas Asitia rachman IX SMPN 1 Ciampea

92
202 Putri aulia Wanda IX SMPN 1 Ciampea
203 Nurfadilah IX SMPN 1 Ciampea
204 Hikmah Tussaadah IX SMPN 1 Ciampea
205 Adzra alvira Cantika IX SMPN 1 Ciampea
206 Lisna Mutia IX SMPN 1 Ciampea
207 Ghamal Bunga IX SMPN 1 Ciampea
208 M. Sultan IX SMPN 1 Ciampea
209 Muhammad Ariadusolihin IX SMPN 1 Ciampea
210 Ajeng reviana Gifanny Putri IX SMPN 1 Ciampea
211 Khoerun Nisa IX SMPN 1 Ciampea
212 Denanda haruna Wachid IX SMPN 1 Ciampea
213 Siti Raudatun Adawiah IX SMPN 1 Ciampea
214 Susan Riski Septiana IX SMPN 1 Ciampea
215 Alya Putri Yanti IX SMPN 1 Ciampea
216 Dody Prasetya S. IX SMPN 1 Ciampea
217 Fachrizal Adi Nugraha IX SMPN 1 Ciampea
218 Tio Tapsila napsir IX SMPN 1 Ciampea
219 Dwi Nur Hapsah IX SMPN 1 Ciampea
220 Galih Permana IX SMPN 1 Ciampea
221 Erma Susilawati IX SMPN 1 Ciampea
222 Kartika Puspita Sari IX SMPN 1 Ciampea
223 Lala Khoirunnisa IX SMPN 1 Ciampea
224 Adelia Ridha Ahbillah IX SMPN 1 Ciampea
225 Akmal Syahdar A IX SMPN 1 Ciampea
226 Atur Tirta Dani IX SMPN 1 Ciampea
227 Epiranita Nurahman IX SMPN 1 Ciampea
228 Enzi Meilany IX SMPN 1 Ciampea
229 Revan Roozan K. IX SMPN 1 Ciampea
230 Anggi Azzahra Prasetyo IX SMPN 1 Ciampea
231 Novis Sulistia Pratiwi IX SMPN 1 Ciampea
232 Hilman Pauziah IX SMPN 1 Ciampea
233 Putra Praja N IX SMPN 1 Ciampea
234 Alfa Rivaldi IX SMPN 1 Ciampea
235 Ahmad Setiawan IX SMPN 1 Ciampea
236 Yuan Afwa Syahwaidi IX SMPN 1 Ciampea
237 Alya Agistya Hermanda IX SMPN 1 Ciampea
238 Resa Safitri IX SMPN 1 Ciampea
239 Indah Suryani IX SMPN 1 Ciampea
240 Husein haidrah IX SMPN 1 Ciampea
241 Assyfa Arwendina IX SMPN 1 Ciampea
242 Siti Silpawati IX SMPN 1 Ciampea

93
243 Desti Fadia IX SMPN 1 Ciampea
244 Adinda IX SMPN 1 Ciampea
245 Adelia Sephia Angelia IX SMPN 1 Ciampea
246 Tiara Deswintasari IX SMPN 1 Ciampea
247 Gina febriana IX SMPN 1 Ciampea
248 Deli Sabrina IX SMPN 1 Ciampea
249 Rahmalia IX SMPN 1 Ciampea
250 Khalula Nurul Oktoviani IX SMPN 1 Ciampea

94

Anda mungkin juga menyukai