Anda di halaman 1dari 17

“Aladin Dari Betawi Dan Teko Ajaib”

Tokoh

1. Narator
2. Aladin
3. Ibu aladin
4. Jasmine
5. Jin Teko
6. Jafar
7. Penyihir Arimbi
8. Dayang 1
9. Dayang 2
10. Dayang 3

Babak 1

Narator : Disuatu hari hiduplah seorang pemuda bernama Aladin bersama ibunya yang
bernama Ibu Aladin . Ayahnya yang telah lama pergi meninggalkannya semenjak ia lahir .
Aladin hidup dengan penuh kesederhanaan bersama ibunya , Aladin melanjutkan hidupnya
dengan bertompang pada penjualan baju-baju kuno di suatu pasar induk di Kota Bekasi.
Hanya itu usaha yang dapat Aladin lakukan saat ini. Aladin selalu berharap dan berdoa kelak
ia akan menjadi orang yang kaya agar dapat hidup senang dan tidak susah lagi seperti saat
ini. Kini Aladin sedang menjual baju-bajunya itu, tepatnya ia berjualan di suatu pasar induk
di Kota Bekasi dimana ia tinggal.
Aladin :Yuk di beli di beli, bajunya Pak Bu bajunya, murah-murah.

Narator : Tampaknya tiada satu orang pun yang menghampiri dagangan Aladin tersebut,
terlihat baju-baju yang dijual Aladin tampak jadul. Aladin terlihat sangat kelelahan, karena
sudah hampir seharian bajunya tidak ada yang membeli bahkan meliriknya pun tak ada. Kini
Aladin pun meratapi nasibnya tersebut.

Aladin : Ya Allah, gini bat dah nasib aye . jualan kagak laku- laku .

Ibu aladin : Sabar tong , entar lagi juga ada yang beli .

Narator :Tak lama kemudian datanglah seorang lelaki bernama Jafar . Jafar mengaku
bahwa dirinya adalah paman dari Aladin. Padahal dia bukanlah siapa-siapa Aladin, dan dia
mengaku sebagai pamannya semata-mata hanya berniat untuk memperdaya Aladin agar ia
dapat menjadi lebih kaya, dengan meminta Aladin mengambil emas dan berlian di dalam
Sumur tua yang terdapat di hutan blantara di perbatasan kota Bekasi.

Jafar : Eh tong, lu yang namanya Aladin?

Aladin : Iya aye Aladin. Situ siapa ya? Kok tau nama aye?

Jafar : Santuy tong , aye Jafar. Pasti aye tau nama lu tong, lu itu kan ponakan aye
masa iya aye lupa. Masa lu lupa sama Ncang lu sendiri.

Narator : Aladin terdiam sejenak, ia bingung sebenarnya siapa orang ini. Ia pun bingung,
mengapa ia datang-datang mengaku sebagai Pamannya. Karena seingat Aladin ia tidak
pernah memiliki saudara atau keponakan bahkan kerabat di Bekasi, karena Ayahnya
bukanlah penduduk asli Bekasi melainkan dari Banten

Aladin : Maap yee ncang, seinget aye bapak aye kaga pernah bilang kalo aye punya
sodara disini. Wah jangan-jangan lu boong ya?

[ Jafar terdiam, ia bingung ingin memberikan bukti apa kepada Aladin yang terlihat
meragukan perkataannya. ]

Aladin : Noh kan lu diem, berarti lu boong.

Narator : Tak lama kemudian datanglah seorang putri sultan yang amat cantik dari suatu
kesultanan jogja. Ia bernama Jasmine. Putri Jasmine terkenal di berbagai
penjuru dunia. Ia terkenal sebagai sosok putri yang anggun, sopan, baik dan
rendah hati.

Dayang 1 : Perhatian perhatian, Ada putri Jasmine berkunjung ke dusun ini. Tunduklah
kalian.

Aladin : Putri Jasmine? Siapa dia? Baru denger gue.

Jafar : Lu ga tau tong? Kudet lu. Dia itu anak sultan Jogja yang terkenal.

Narator : Jasmine pun lewat bersama pengawal dan dayangnya. Semua orang yang ada
disana tunduk pada putri, namun Aladin ia tidak tunduk melainkan menghampiri Putri
Jasmin itu. Sontak pengawal pun segera menangkap dan membengkuk Aladin.

Aladin : Minggir woy! Hey putri jasmine aku Aladin, oh putri sungguh cantik dirimu.

[ Jasmine tersenyum malu melihat tingkah Aladin tersebut.]

Jasmine : Puyeng lepasin dia.

Aladin : Jasmine, kamu tau gak apa bedanya kamu sama matahari?

Jasmine : Opo toh mas?


Aladin : Kalo matahari menerangi dunia, kalo kamu menerangin hatiku.

Dayang 2 : Sudah-sudah, jangan tuan putri hiraukan pedagang gila ini! Mari tuan putri.

Narator : Jasmine pun hanya kembali tersenyum melihat tingkah konyol dari Aladin,
sepertinya Aladin sudah jatuh hati pada Jasmine pada pertama kali mereka berjumpa
begitu pula dengan Jasmine yang turut merasakannya. Jasmine pun segera melanjutkan
perjalanannya, suasana di pasarpun kembali normal. Tetapi hati Aladin sepertinya masih
merasakan getaran-getaran cinta itu. Namun tak lama kemudian Jafar kembali mencoba
untuk membujuk Aladin.

Jafar : Lu naksir ya?

Aladin : Iya, dia cantik banget.

Jafar : Gue tau gimana caranya buat lu bisa deket sama dia.

Aladin : Caranya?

[Jafar tersenyum licik, sepertinya ia memiliki rencana untuk mengelabuhi Aladin. Serta ia
memiliki ide bagaimana caranya untuk memperdaya Aladin agar ia mendapatkan apa yang ia
inginkan. ]

Jafar : Gue inikan ncang lu, tenang ajalah. Gue tau tips buat lu dapetin dia.

Aladin : (dengan nada sedikit kesal) Iya apaan ncang?

Jafar : woles woles, tipsnya lu harus kaya.

Aladin : Ye gimana caranya gue kaya kalo dagangan gue aja kaga laku-laku dari tadi
pagi ncang.

Jafar : gimana mau laku dagangan lu aja jadul jadul begini. Tenang aja, tar malem lu
ikut gue.

Aladin : Kemana cang? Jaga lilin? Ogah ah kaga mau gue.

Jafar : yekali jaga lilin, gue biasanya jaga di taman lawang. Lu mau kaya kaga?

Aladin : Iye cang.

Jafar : Nah udah ikut ae.

Narator : Aladin mengikuti permintaan dari Jafar. Ia tidak sadar jika ia hanya di manfaatkan
oleh Jafar. Kini otaknya hanya tertuju pada Putri Jasmine.

Babak 2
Narator : Mataharipun terbenam oleh waktu, malampun kini hadir. Aladin masih melamun,
tentu ia sedang melamunkan seorang putri sultan dari jogja yang bernama Jasmine. Ia
masih memikirkan dan membayangkan sesosok putri jasmine itu didepan rumahnya, hingga
akhirnya ia teringat dengan seorang lelaki yang ia temui siang itu. Seorang laki-laki yang
mengaku-ngaku sebagai pamannya. Kali ini ia mempercayai jika apa yang lelaki itu katakan
memanglah benar, jika tidak mungkin lelaki itu tidak akan membantu Aladin untuk
mendapatkan kekayaan agar dapat hidup bersama dengan wanita pujaannya Jasmine. Tak
lama kemudian datanglah seorang lelaki itu. Ia datang untuk mengajak Aladin ke perbatasan
untuk mengambil emas dan berlian itu. Tanpa pikir panjang ia mengikuti kemana Pamannya
itu pergi.

Jafar : Eh tong, ayo katanya lu mau kaya. (sembari membawa tali,ember dan
senter)

[ Aladin terdiam, meskipun ia percaya jika itu pamannya namun ia masih bingung apa yang
ingin Pamannya lakukan saat ini. Selain itu, Aladinpun terheran-heran darimana orang yang
mengaku pamannya ini bisa tau rumahnya. ]

Jafar : Lama lu, ayo.

Narator : Aladin dan Jafar pun bergegas pergi meninggalkan rumah Aladin.

Aladin : Kita mau kemana sih ncang?

Jafar : Katanya lu mau kaya kan? Kita ke sumur tua di perbatasan. Disana banyak
emas tertimbun. Lu mau kan?

Aladin : Lu tau rumah gue dari mana?

Jafar : Ga penting, ayo

[ Aladin terdiam, ia ragu harus melanjutkan perjalanannya atau tidak. Tapi demi Jasmine ia
rela melakukan apapun. Akhirnya Aladin tidak memiliki pilihan lain selain ikut dengan
Pamannya itu. ]

Disisi lain, ada putri Jasmine yang sedang memikirkan pemuda yang ia temui tadi siang di
pasar induk itu. Putri Jasmine memang telah jatuh hati pada pemuda itu, sampai-sampai ia
terus memikirkan dan melamunkan pemuda itu.

Dayang 3 : Putri kenopo toh? Kok sendari tadi meneng wae?

Jasmine : Aku ra popo toh yeng

Dayang 1 : Beneran? Opo putri kepikiran yo sama pemuda yang tadi siang itu?

Jasmine : Opo toh iki? Ora aku ga kepikiran karo pemuda itu. Tapi..
Dayang 2 : Tapi opo toh putri?

Jasmine : Se se, sopo toh jeneng pemuda itu? Lali aku.

Dayang 3 : Se se, sebentar aku juga lali putri. Ah iya Kaladin putri.

Jasmine : Opo toh kamu iki, bukan kaladin tapi Aladin.

Dayang 1 : Lali aku putri.

Jasmine : yawis yawis, aku rek tidur dulu yo. Kamu balik aja sana ke alammu.

Dayang 2 : Keo putri

Jasmine : Oke!

Dayang 3 : Itu maksud saya

Jasmine : Kamu iki, udah aku rek tidur dulu. Wis yoo.

[Putri Jasmine pun pergi tidur, sementara Aladin ia sedang memperjuangkan diri untuk
mendapatkan emas an berlian itu untuk mencoba mempersunting Putri Jasmine. ]

[Disisi lain sesampainya di sumur tua itu, Aladin dan Jafar terhenti sejenak hingga
akhirnya Jafar menyuruh Aladin untuk masuk ke dalam sumur tua itu. Sumur tua itu
memang tak berisi air melainkan berisi emas dan berlian, emas dan berlian itu didapatkan
karena dahulu ada kawanan perompak yang menyembunyikan hasil todongannya ke dalam
sumur itu. ]

Jafar : sekarang lu masuk ke dalem tuh sumur, nih pake tali ini. Gue nunggu di atas
takutnya ada yang mergokin kita. Oh iya bawa nih ember, nanti emasnya lu masuk-masukin
ke ember ini, ngerti?

Aladin : (menganggukan kepala)

[Aladin pun masuk kedalam sumur itu. Mencoba mengambil emas dan berlian itu dan
memberikan kepada paman gadungannya itu. Namun sayangnya, usaha Aladin sia-sia. Aladin
hanya di kelabuhi oleh Paman gadungannya itu. ]

Aladin : Ncang udah banyak nih ncang. Tarik-tarik.

[ Jafar pun menarik tali itu untuk mendapatkan emas yang ia inginkan, setelah ia
mendapatkan emas yang ia inginkan akhirnya ia menarik seluruh talinya dan segera pergi
meninggalkan Aladin sendiri di dalam sumur. ]

Jafar : Dasar bodoh. Makan noh sono emas-emasnya, gue udah dapetin apa yang
gue mau. Dan lu, lu bukan ponakan gue dan gue bukan ncang lu. Gue Cuma manfaatin lu doang.
Hahhaha
Aladin : Ncang cang! Keluarin gue cang. Lu jahat banget cang ma gue. Tau gak sih
cang sakitnya dimana? Sakitnya tuh disini sambil nunjuk dengkul.

Jafar : (tertawa)

[ Jafar pergi meninggalkan Aladin sendiri di dalam sumur, Aladin hanya bisa terdiam
menyesali segala perbuatan yang telah ia lakukan. Namun tak lama kemudian ia melihat
cahaya yang begitu terang dari ujung tumpukkan emas. Aladin penasaran akan cahaya itu, ia
mencoba mendekati cahaya tersebut. Ternyata cahaya itu berasal dari sebuah teko. ]

Aladin : Teko? Kok ada cahayanya ya?

[ Aladin masih bingung dengan teko itu, ia pun mencoba membersihkan teko itu.
Tanpa sengaja ia mengusap-usap badan teko itu tak lama kemudian teko itu bergetar-getar
dan munculah seorang makhluk aneh dari teko itu. Makhluk aneh itu adalah seorang jin teko
yang hampir mirip dengan koboy. ]

Jin teko : Ahh akhirnya gue keluar juga (tertawa)

Aladin : Setan… (ketakutan)

Jin teko : Heh, gue bukan setan tau.

Aladin : Siapa?

Jin Teko : Gue jin kece penunggu teko itu.

Aladin : Yang nanya

Jin Teko : Ngomong lu sono sama bakwan

Aladin : Oke oke, tunggu lu bilang apa?

Jin Teko : Ngomong sono sama bakwan

Aladin : berarti elu dong bakwannya?

Jin Teko : Aih mate.

Aladin : (tertawa) Oke, gue Aladin. Oh iya tunggu lu beneran jin? Kenapa lu pake
anduk gitu?

Jin Teko : Heeh, ciuz dech. Oh ini? Oh iya (kaget) (berubah pakaian) tadi gue lagi
mandi lu main gosok-gosok aja

Aladin : Ah masa? Tar boong lagi.

Jin Teko : Udah-udah serah lu aja ya, gini-gini karena lu udah ngeluarin gue dari sini
gue kasih lu tiga pemintaan kek di tipi-tipi gimana?
Aladin : Gue pengen keluar dari sini.

Jin Teko : Ah gampil. Ada lagi yang lebih susah?

Aladin : Bawel lu, udah cepetan.

Jin Teko : Oke, Bimsalabim Abrakadabra ling kolang kaling lu pada jadi maling.

[ Seketika merekapun menghilang. Dan kini mereka telah berada di luar sumur tua itu.

Aladin : keren keren. Belajar darimana lu jin?

Jin Teko : Wohh, les privat dong gue.

Aladin : Oh jadi selama lu diteko lu belajar kek ginian?

Jin Teko : Serah lu ya serah.

(mereka tertawa bersama)

[Aladin pun kembali ke rumahnya bersama Jin Teko, kini Aladin telah menjadi tuan dari Jin
Teko itu. Jin Teko pun sekarang tinggal bersama dengan Aladin setelah ratusan tahun
terjebak di dalam Teko itu. ]

Aladin : Eh lu kok bisa masuk kedalam teko sih? Padahalkan badan lu gede, gue yang
kecil aja kaga bisa masuk.

Jin Teko : Lu gila apa sarap? Gue kan jin ga ada yang ga bisa buat gue

Aladin : Oh gitu

Jin Teko : BTW apa lagi yang lu minta dari gue tuanku?

Aladin : Gue mau jadi orang kaya jin, bisa?

Jin Teko : Bisalah, wani piro?

Aladin : Gitu sih kan, korban iklan lu.

Jin Teko : (tertawa) Bimsalabim abracadabra, ling kolang kaling lu pada jadi maling.

[ Rumah Aladin yang semulanya hanya terbuat dari tumpukan kayu kini berubah

menjadi seperti istana. Aladin terkejut. Rumahnya kini berubah menjadi besar dan amat
megah,

emasnyapun melimpah. Begitupula dengan pakaian Aladin, yang semulahanya berpakaian


layaknya para
Pedagang namun kini ia berubah menggunakan baju mewah seperti para bangsawan. Dan kini,
Aladin mencoba untuk melamar sang pujaan hatinya yaitu Jasmine. ]

Aladin : Oke, sekarang gue mau ngelamar Jasmine.

Jin Teko : Silahkan bro.

Babak 3

Aladin dan Jin pergi untuk ke kesultanan Jogja untuk melamar Putri Jasmine. Aladin
pergi menggunakan karpet terbang yang diperoleh dari Jin Teko sebagai hadiah untuk
Aladin yang telah membebaskannya. Sesampainya disanapun Aladin tanpa basa-basi lagi
langsung mengatakan jika ia ingin mempersunting Jasmine. Namun nampaknya Jasmine tidak
menyetujui hal itu, karena ia telah jatuh hati kepada seseorang yang pernah ia temui di
pasar induk. Jasmine pun tak menyadari jika orang yang ia cintai itu adalah Aladin yang kini
ada di hadapannya.

Aladin : Wahai putri Jasmine, aku ingin menjadikanmu sebagai permaisuriku di


istana megahku di Bekasi sana.

Dayang 1 : Se se, sopo jenengmu? Dateng-dateng udah mau mempersunting tuan putri ku
saja. Se se, iki sopo?(menunjuk Jin) Makhluk macem opo iki? Mirip tukang
bajai.

Jin Teko : Bicik lu puyeng, ini bukan urusan lu.

Dayang 2 : Se se, kamu sopo toh ngatur ngatur aku? Dan darimana kamu tau namaku?

Jin Teko : Kan tadi di awal lu kenalin diri lu dodol.

[ Ditengah perdebatan antara Jin Teko dengan Peri Puyeng datanglah seorang

penyihir jahat yang bernama Arimbi. Ia sangat membenci Putri Jasmine karena ia merasa
tersaingi oleh

putri Jasmine. Arimbi tidak suka jika ada seorang lelaki yang mendekat dengan Putri
Jasmine karena ia

merasa jika Jasmine tidak pantas untuk dicintai. ]

Arimbi datang membawa bencana yang tidak terlalu besar untuk mereka semua,
karena Arimbi hanya membuat gaduh dengan sihir-sihir jahatnya. Peri Puyeng tidak dapat
menghentikan kegilaan Arimbi karena ilmunya tidak setara dengan Arimbi. Untung saja
disana ada Jin Teko yang dapat mengusir sejenak kegilaan Arimbi.

Dayang 3 : Gawat putri, penyihir jahat itu datang lagi.


Jasmine : Aduh, iki gimana iki?

Aladin : Apa? Penyihir?

Jasmine : Iya, dia penyihir jahat jenengna sopo Uyeng?

Dayang 3 : Arimbi putri

Jin Teko : Tenang-tenang ada gue (sok belaga jagoan)

Dayang 2 : Emang kamu bisa opo toh?

Jin Teko : Aku bisa semuanya (hahhaha)

[ Arimbi pun datang menghampiri mereka. ]

Arimbi : Jasmine Jasmine Jasmine, ada lelaki yang ingin mempersunting dirimu?
Hahaha, itu adalah kemustahilan Jasmine

Jasmine : Opo toh yang kamu mau dariku Arimbi?

Arimbi : Yang ku mau? Hahaha, tentu membuat dirimu menderita Putri


Jasmine.

Dayang 1 : jahat sekali kamu Arimbi.

Arimbi : Jahat? Tentu saja! Jika aku tidak jahat tentu aku bukanlah seorang
penyihir

Aladin : Lu kenapa jadi penyihir jahat sih? Biar kayak di dongeng-dongeng gitu ya?

Arimbi : Heh kamu siapa? Berani-beraninya bartanya padaku.

Aladin : Gue Aladin dari Betawi, ape lu?

Arimbi : Halah Aladin gadungan aja bangga.

Jin Teko : Heh penyihir, lu berani lu sama tuan gue? Kalo lu berani langkahin dulu nih Si
Peri Puyeng ini.

Dayang 2 : Opo toh jadi aku yang kena.

Arimbi : Halah, kalian manusia-manusia yang tak berguna. Dan kau kau (menunjuk Jin
dan Peri) kalian juga makhluk yang tidak berguna.

Aladin : Emang lu berguna?

Arimbi : Oh jangan tanya, udah pastilah

Jin Teko : Udah pasti apa?


Jasmine : Uwis pasti ora gunalah.

(Jin,Aladin,Jasmine dan Peri tertawa)

Arimbi : Sudah sudah, kali ini aku mengaku kalah dengan kalian tapi lain kali jangan
harap kalian. Tunggu pembalasanku.

[ Arimbi pergi meninggalkan Aladin dan yang lainnya. Namun kepergiannya tidak
memutuskan niatnya untuk membuat jasmine menderita. Dengan ia bertingkah seperti itu,
maka ia semakin dendam pada jasmine. ]

Sementara Aladin, Aladin mencoba membujuk Jasmine agar mau menikah dengannya. Namun
Jasmine bersikeras menolaknya, hingga akhirnya Jasmine menyalahkan Aladin dan mengusir
Aladin dari kesultanannya.

Aladin : (tertawa) akhirnya penyihir ayan itu pergi juga.

Jasmine : Lalu, kamu ono opo lagi toh ada disini?

Aladin : Mau numpang makan Jasmine, yakali mau lanjutin tujuan awal lah. Kan
ceritanya aku mau ngelamar kamu Jasmine, gimana sih?

Jasmine : Oh iya lali aku mas, ndak ndak. Aku ndak mau jadi istri mu.

Aladin : Kenapa?

Jasmine : Aku sudah mencintai orang lain mas.

[ Aladin kecewa luar biasa, namun Aladin masih berusaha untuk mendapatkan hati Jasmine
dengan berbagai cara. Namun untuk saat ini Aladin kembali kerumahnya, tetapi
kegagalannya hari ini tidak memutuskan niatnya untuk menakhlukkan hati Jasmine. ]

Aladin : Baik jika itu maumu, aku pergi. Namun, aku pergi untuk kembali Jasmine

Jasmine : Karep mu mas, aku ra peduli.

Jin Teko : Ahh drama banget lu pada.

Dayang 3 : Emang iya kali Jin, kamu kepriben toh?

Jin Teko : Oh iya, akikah lupa cyin. Tuan, ayolah kita out dari sini. Lu sadar ga sih kita
udah diusir?

Aladin : Emang apa?

Dayang 3 : Ga peka sih kamu mas

Aladin : Baiklah, aku pergi. Ayo jin.


[ Aladin dan Jin Teko pun pergi meninggalkan kesultanan itu. Mereka kembali ke Bekasi,
namun mereka memikirkan siasat untuk kembali menakhlukan hati Jasmine.

Setelah lama perjalanan dari Jogja ke Bekasi menggunakan karpet terbang, akhirnya Aladin
dan Jin sampai juga ke istana Aladin. Kemewahan kini yang didapatkan Aladin tak ada apa-
apanya bahkan membuatnya bahagia pun tak bisa. Aladin masih memikirkan dan terus
memikirkan Jasmine. Sampai akhirnya ia meminta satu permintaan terakhirnya kepada Jin. ]

Aladin : Jin, gue pengen minta permintaan terakhir gue.

Jin Teko : Baik, apa tuan?

Aladin : Gue pengen cintanya Jasmine. Gue mau lu buat Jasmine jatuh cinta sama
gue.

Jin teko : Aduh maaf tuan, kalo masalah cinta-cintaan gue kaga bisa bantu. Kalo kata
pribahasa Jin, cinta itu tak dapat dipaksakan kalo dipaksakan namanya bukan cinta tapi
obsesi tuan.

Aladin : Terus gue harus gimana?! (dengan nada marah)

Jin Teko : Santai mas bro, kenapa lu ga cerita aja kalo lu itu adalah orang yang muji
dia di pasar. Kali aja kalo dia inget itu dia bisa nerima lu.

Aladin : betul juga.

Jin Teko : Yaudah gue istirahat dulu yoo, gosok-gosok aja kalo lu butuh bantuan gue.
Oke.

Setelah melihat Jin Teko telah beristirahat di dalam tekonya, kemudian munculah Penyihir
jahat bernama Arimbi itu. Ternyata ia menguping pembicaraan Aladin dengan Jin Teko
sendari tadi. Dan Arimbi telah menyusun suatu rencana dimana rencana itu sudah pasti
membuat orang lain menderita akibat ulahnya.

Arimbi : Hahaha, jadi kau pemuda yang mencintai Jasmine?

Aladin : Lu? Lu kan penyihir waktu itu bukan sih?

Arimbi : Ah lu norak si.

Aladin : Ngapain lu kesini?

Arimbi : Ngapain? Hahaha. Ngapain aja boleh yang penting oke. Gini-gini aku ingin
memberi suatu penawaran padamu.

Aladin : Penawaran apa? Kerja sama maksud lu?


Arimbi : Iyap betul. Aku akan membantumu mendapatkan Jasmine, tapi dengan satu
syarat.

Aladin : Apa syaratnya?

Arimbi : Syaratnya mudah, kau akan mendapatkan Jasmine dan aku meminta Teko ajaib mu
itu.

Aladin : Teko ajaib? Ga gue ga akan ngasih teko gue ke lu.

Arimbi : Yakinkah? Dan jika kau tidak menuruti permintaanku maka aku akan membunuh
pujaan hatimu.

Aladin : Maksudmu Jasmine? Jangan! Jangan kau bunuh dia.

Arimbi : (tertawa) jadi bagaimana? Apa kau setuju dengan penawaranku?

Aladin : Gak. Gue ga setuju!

Arimbi : Baiklah, aku akan kembali kekesultanan dan akan membunuh Jasmine. (tertawa)

Aladin : Jangan…

[ Arimbi pergi meninggalkan Aladin dengan sebuah ancaman. Aladin bingung apa yang harus
ia lakukan sekarang. Aladin terus berpikir, apakah dia harus memberikan sahabat tekonya
itu atau ia melihat kematian Jasmine. Aladin terlihat amat gelisah. Kemudian Aladin
mengosok-gosok kembali tekonya namun Jin teko sama sekali tidak keluar dari teko itu. ]

Aladin : Ah nih Jin alay kalo lagi di butuhin aja kaga keluar-keluar kalo lagi engga
aja ngerusihin.

[ Disisi lain, terlihat penyihir jahat itu menyamar sebagai dayang disana. Arimbi berniatan
memberikan obat tidur kepada Jasmine, untuk menggertak Aladin agar memberikan Teko
Ajaib miliknya t ]

Arimbi : Ah udah cucok belum sih aku? Udah mirip sama Lady gagal belum ya? Tapi
ga sia-sia lah aku nyamar jadi dayang kayak gini. Oh iya ngomongnya kan harus jawa ya, duh
lali aku.

[ Arimbi pun mencoba memberikan buah-buahan yang telah ia beri dengan sihir. Dimana
orang yang akan memakan buah-buhan tersebut akan tertidur selamanya namun bukan dalam
artian ia mati. Orang yang memakan buah tersebut akan sadar jika ia mendapat tangisan
tulus dari orang yang benar-benar mencintainya.
Arimbi : Ahh udah indah deh buah ini, siap untuk menjalankan misi. (sembari menaburkan
sihir kedalam buah tersebut) Untung saja peri puyeng itu telah aku sekap di dalam botol.
Jadi tak aka nada lagi yang bisa menghalangi aku.

[ Arimbi pergi menghampiri Putri Jasmine. ]

Arimbi : permisi tuan putri, ini buah-buahannya aku bawakan masih seger-seger baru metik
tadi putri.

Jasmine : iya silahkan dayang, kamu dayang anyar toh ya?

Arimbi : iya tuan putri.

Jasmine : Oh gitu, taruh disitu nanti aku makan ya.

Arimbi : sekarang saja tuan putri, kalo nanti makannya keburu layu tuan putri.

Jasmine : Loh? Buah kok layu, baik-baik aku mayan yo. Oh iya dimana dayang 3?

Arimbi : Aku ndak tau tuan putri, Ada lagi yang tuan putri minta dariku?

Jasmine : Oh begitu toh, oh ndak ada kok.

Arimbi : Yaudah, aku pamit tuan putri. Permisi.

Jasmin : iya

[ Arimbi pun tidak pergi meninggalkan Jasmine, namun ternyata ia mengintip Jasmine dari
kejauhan. Memastikan Jasmine telah memakan buah itu atau tidak. Rupanya rencana Arimbi
berhasil. Jasmine memakan buah apel itu. Sedangkan, Peri Puyeng yang telah ia masukkan
kedalam botol pun tak dapat berkutik kembali apalagi membantu Jasmine itu hal paling
mustahil. Namun sebelum putri Jasmine tertidur, Arimbi memberi tahukan semua tentang
siapa Aladin pada Jasmine. ]

Arimbi : (tertawa) bodoh sekali kau Jasmine, kau tau itu apa? Itu adalah buah yang telah
kuberikan sihir untuk membuatmu tertidur selamanya. Dan hanya aku yang dapat
membangunkan mu lagi. Dan kau tau siapa sebenarnya Aladin?

[ Dalam keadaan setengah sadar pun Jasmine menjawab pertanyaan dari penyihir jahat
itu. ]

Jasmine : Siapa itu?

Arimbi : Dia? Dia adalah lelaki yang pernah bertemu denganmu di pasar induk dikala
itu. Dialah lelaki yang membuatmu jatuh hati. Dan dialah yang datang melamarmu kemarin
bersama dengan Jin Alaynya. Dan bodohnya kau, kau menolaknya

Jasmine : Sungguh? Kenapa kamu ndak memberi tahuku?


Arimbi : Memberi tahu mu? Hahaha, terlalu baik jika aku memberi tahumu. Dan kini,
rasakan sihirku Jasmine.

Dan kini, Putri Jasmine pun merasa mengantuk setelah memakan buah tersebut dan ia pun
membaringkan badannya di tempat tidurnya dan kemudian ia terlelap dan tak bangkit
kembali.

Babak 4

Di lain tempat, Aladin terlihat sangat gelisah akan ancaman dari Arimbi. Firasatnya
sangat membuat dirinya gelisah. Setelah lama ia menggosok-gosok teko akhirnya Jin Teko
alay pun keluar dari sarangnya.

Jin Teko : Ada apaan sih? Masih ngantuk neh.

Aladin : Ah elu, ayo kita kerumah Jasmine. Gue punya firasat ga baik nih.

Jin Teko : Ah lu baperan ah.

Aladin : Apaan tuh?

Jin Teko : Itu loh kalo orang pengen makan namanya kan baper.

Aladin : Itu Laper.

Jin Teko : Oh salah, yaudah maap. Baper tuh bawa perasaan.

Aladin :O

Jin Teko : Mulai kan, yaudah ayo.

Aladin : Mana karpetnya dodol

Jin Teko : Oiye lupe akikah, muup yuu

Aladin dan Jin teko itu pun segera bergegas ke kesultanan Jogja untuk menemui Putri
Jasmine. Namun ternyata, usahanya sia-sia karena putri Jasmine telah tertidur pulas
layaknya orang meninggal. Namun, sebelum Aladin bertemu dengan Jasmine ternyata Arimbi
telah menghadang mereka. Arimbi telah memiliki siasat untuk rencana selanjutnya.

Arimbi : Hey kalian, kalian tidak dapat lewat.

Aladin : Loh kenapa? Lu kira ini langit punya nenek moyang lu? Tunggu kenapa lu terbang ga
pake sapu lidi lu? Biasanya neneksihir kan pake sapu.

Arimbi : Sabodo teuing lah, intinya kalian gabisa lewat. Kecuali kau Aladin mau memberikan
teko itu padaku. Ah kamu komen aja, sapunya tadi lagi dipinjem sama penjaga sekolah buat
nyapu halaman, mangkannya aku terbang gapake sapu.
Jin Teko : (hahaha) kesian banget sapunya dipinjem. Mangkannya beli baru dong.

Arimbi : Beliin dong.

Jin Teko : Mupeng lu

Aladin : Makanan apaan tuh bro?

Jin Teko : Ah lu malu-maluin banget sih, itu bukan makanan. Mupeng tuh muka pengen.

Arimbi : Berisik kalian. Berikan tekonya pada ku.

Aladin : Nih ambil kalo bisa.

Arimbi dan Aladin memperebutkan teko tersebut sampai akhirnya teko itupun terebut
oleh Arimbi,

Jin Teko pun mengikuti teko ajaib dimana ia tinggal tersebut yang kini berada di tangan
Arimbi.

Sementara Aladin tetap melanjutkan perjalannya ke kesultanan untuk bertemu dengan


Jasmine.

Sesampainya di Kesultanan..

Melihat Jasmine yang terbaring kaku di tempat tidur Aladin mengira jika ia telah
meninggal. Aladin berlutut, dan menangis di depan Jasmine. Tanpa sadar air mata Aladin
menetes membasahi pipi Jasmine, air mata itu merupakan penawar sihir Arimbi. Karena
Aladin telah menangis untuk Jasmine dengan tulus.

Namun karena Aladin mengira jika Jasmine telah meninggal, maka Aladin mencoba untuk
membunuh dirinya agar cintanya pada Jasmine abadi sampai maut yang memisahkan.

Aladin : Ah kalo Jasmine mati terus gue sama siapa coba? Ah mending gue ikut mati
aja dah. Piso mana piso? Piso mana piso? Ah ini dia. (di lemparkan oleh salah satu pemain)
makasih ya. Bilangin gue mau bunuh diri dulu ya. Jasmine, aku akan menyusulmu.

Setelah Aladin berhasil membunuh dirinya tak lama kemudian Jasmine pun tersadar.
Namun, ketika ia tersadar yang pertama kali ia lihat adalah Aladin yang telah meninggal
karena pisau yang membeset tangannya.

Jasmine : Loh kenapa ini? Aladin, kamu kenapa harus membunuh dirimu sendiri? Aku
mau menjadi istrimu Aladin. Ya Tuhan, kenapa harus begini? Yasudah aku ikutan mati ajalah,
bye-bye. (bunuh diri juga pake piso)

Disaat Jasmine ingin membunuh dirinya, Arimbipun datang menghampiri Jasmine dengan
membawa teko dan botol dimana ia menyekap Dayang 3 dan Jin Teko. Arimbi datang
bertujuan untuk membujuk Jasmine agar mau membunuh dirinya sendiri, namun ternyata
apa yang Arimbi fikirkan salah ternyata apa yang dilakukannya itu malah berbalik pada
dirinya sendiri. Putri Jasmine memarahinya dan mencoba mengekangnya.

Arimbi : Bunuh dirimu sekarang Jasmine! Bunuh! Tiada gunanya lagi kau hidup di
dunia ini. Orang yang kau sayang kini telah mati!

Jasmine : Kamu! Kamu yang membuat ini semua terjadi! Kamu yang menyebabkan
Aladin meninggal!

Karena ulah Jasmine yang mengkekang Teko dan botol yang dibawa Arimbi pun terjatuh.
Akibat dari itu, dayang dan Jin Teko itu pun keluar dari tempat dimana mereka di sekap
oleh Arimbi.

Dayang 3 : Akhirnya aku keluar juga

Jin Teko : Ahh lagi enak-enak di dalem teko juga. Jadi keluar lagi kan.

Dayang 3 : Putri ada apa ini?

Jasmine pun melepaskan kekangannya pada Arimbi, kini tenaga Arimbipun mulai berkurang
sehingga dengan mudahnya untuk dikalahkan.

Jasmine : dayang akhirnya koe datang juga, darimana saja koe?

Dayang 3 : Maaf putri, aku disekap sama penyihir jahat ini di dalam botol. (menunjuk
Arimbi)

Jasmine pun kembali teringat pada Aladin, dan Jasmine pun segera menghampiri
Aladin yang telah terkapar.

Jasmine : Aladin bangun Aladin bangun! Peri Teko cepat kau bunuh Arimbi dialah yang
telah menyebabkan Aladin seperti ini.

Jin Teko : Oh jadi lu yang udah bunuh bos gue?

Arimbi : Iya, aku yang telah membunuh bos mu. Kenapa? Ga suka kamu?

Jin teko : Iya lah

Dayang 3 : Cepat Jin koe bunuh dia.

Jin Teko : Ga bisa puyeng, gue Cuma bisa ngabulin permintaan Aladin.

Arimbi : Banyak omong! (memberikan sihirnya pada Jin sehingga ia terjatuh)

Dayang 3 : Hey, koe udah bunuh Aladin sekarang kamu buat jatoh Jin Teko. Rasakan ini
(menyerang Arimbi)
Arimbipun terjatuh, dan ia pun meninggal akibat dari serangan Peri Puyeng.

Jasmine : Puyeng, cepat sini tolong selamatkan Aladin

Peri Puyeng : Baik putri.

[ Aladin terbangun, dan orang yang pertama kali ia lihat adalah Jasmine yang ada di
depan matanya. ]

Aladin : Aduh.. puyeng banget pal ague. Lah kok gue bisa hidup lagi ya? Padahalkan
gue tadi udah bunuh diri. Loh putri jasmine? Bagaimana kamu bisa sadarkan
diri? Bukannya kamu tadi telah tiada?

Jasmine : Iya Aladin. Peri puyenglah yang telah membangunkanmu lagi.

Aladin : Putri Jasmine, maukah kamu menjadi pacarku? Eh tidak-tidak

Jasmine : Loh kenapa tidak?

Aladin : Aku tidak ingin kamu menjadi pacarku

Jasmine : Lalu?

Peri Puyeng : Tunggu tunggu. Semriwing-semriwing cring (muncul bunga)

Aladin : Mau kah kamu menikah dengan ku?

Jasmine : Iya Aladin aku mau

Jin Teko : Wih selamat ya Tuan.

Kini, Aladin dan Jasmine pun hidup bahagia. Cintanya kini dapat bersatu. Ternyata masalah
dan orang

apapun tak dapat memisahkan cinta Aladin dan Jasmine.

Anda mungkin juga menyukai