Anda di halaman 1dari 8

Naskah Drama

Oleh

Kelompok 2

1. Adenisya Aldes Koto


2. Destri Anita. H
3. Melina Angelita Stevani
4. Muhammad Fakhri Noval
5. Muhammad Rifqi Ramadhan
6. Mohammad Rasyid Ridho
7. Novi Ameilia Putri
8. Yongki Alexander
9. Zalikha az-Zahra

XII MIPA 4

SMA N 12 Pekanbaru

T.A 2018/2019
Pemeran dalam Drama

1. Adenisya Aldes Koto (Iroh)

2. Destri Anita. H (Delia)

3. Melina Angelita Stevani (Mila)

4. Muhammad Fakhri Noval (Memet)

5. Muhammad Rifqi Ramadhan (Ujang)

6. Mohammad Rasyid Ridho (Komar)

7. Novi Ameilia Putri (Sulis)

8. Yongki Alexander (Abdul)

9. Zalikha az-Zahra (Muslimah)


Preman Kaleng-Kaleng
Dikisahkan di sebuah daerah pasar, ada seorang pria yang tersesat. Dia tidak memiliki tujuan.
Kemudian datang lah seorang laki-laki yang berpakaian seperti preman.
Ujang : “Saya dimana ya.”(berjalan sambil celingak-celinguk dengan raut wajah
kebingungan)
Abdul : (berjalan kearah Ujang) “Maaf, kamu kenapa? Kok kaya orang kebingungan gitu.”
Ujang : “Saya lagi mencari jalan untuk pulang, tapi malah nyasar kesini.”
Abdul : “Ooh… Maaf saya belum memperkenalkan diri, perkenalkan nama saya Abdul.”
Ujang : “Iya, salam kenal. Nama saya Ujang.”
Abdul : “Kamu mau ikut saya gak?”
Ujang : “Kemana, bang?”
Abdul : “Kesuatu tempat yang gak jauh dari sini.”
Ujang : “Emang mau ngapain, bang?”
Abdul : “Saya ingin menawarkan pekerjaan yang menghasilkan uang banyak dalam satu
hari.”
Ujang : “Apa pekerjaannya?”
Abdul : “Bisnis mencopet.”
Ujang : “Hah…” (raut wajah kaget)
Abdul : “Tapi tenang saja, keuntungannya kita bagi dua.”
Ujang : “Oke lah kalau begitu. Kebetulan saya juga lagi butuh uang.”
Abdul : “Oke kita mulai beroperasi hari ini.”
Ujang : “Baiklah.”
Abdul : “Kita mulai beroperasi di daerah pasar.”
Ujang : “Goo…”
Setelah kedua preman itu merencanakan aksi pencopetannya, tiba-tiba datanglah seorang
pedagang yang membawa dagangannya.
Komar : (lari sambil membawa dagangan nya) “Eeeehhh, tunggu tunggu.”
Abdul : “Mau apa lu berani-beraninya mencegat kami.”
Komar : “Kalian mau ngapain?”
Ujang : “Saya dan teman saya mau nyopet.”
Abdul : “Ujaaang…” (sambil marah)
Komar : “Astagfirulloh, udah tau nyopet itu pekerjaan haram, eeehh kalian malah
melakukan nya. Saya ikutan dong?”
Abdul : “Eh lu, gak tau malu, udah ngehina eeehh ujung-ujung nya kepengen ikutan.”
Ujang : “Sudah-sudah jangan berantem. Salam kenal, nama saya Ujang dan ini teman saya
Abdul.”
Komar : “Oh iya. Salam kenal juga, nama saya Komar.”
Abdul : “Yuk kita mulai aksinya?”
Ujang dan Komar : “Goo…”
Setelah mengatur rencananya, kemudian ada tiga orang mahasiswi yang sedang berjalan
menuju ke pasar. Mereka memakai barang yang tampak sangat mahal. Lalu ketiga preman
tersebut melihatnya dan langsung menjalankan aksi mencopet yang sudah di rencanakan nya.
Abdul : “Tuh itu sasaran kita.”(menunjuk kearah tiga orang mahasiswi)
(Ujang menuju mbak-mbak itu lalu di sikat)
Iroh : “Wah ni bocah, mau ngapain lu, mau ngintipin gua lu?”
Mila : “Ni cowok kayak kagak punya sopan santun ya!”
Abdul : “Ya elaaa… Ujaaaaang…! (sambil menepuk jidatnya) Tolol amat si lu jadi orang.
Yang gua maksud itu bukan disikat bajunya, tapi disikat uangnya. Lu sekolah
dimana si? Kagak ngerti yang gua bilang.”
Ujang : “Ya elaaa… bang, orang gua kagak pernah sekolah, mana tau.”
Komar : “Udah bos, jangan marah dulu. Ayo kita lanjut bos?”
Abdul : “Iya, ayo mar.”
Komar : “Eh mbak, serahin barang-barang dan uangnya tolong. Kalau gak dikasih entar kita
dimarahi si bos, betulkan Jang?”
Ujang : “Iya betul, Mar. Nanti kami juga jadi tidak makan kalau gak dapat uangnya.”
Delia : “Iya kalau kalian mau dapat uang harusnya kalian cari pekerjaan yang halal.”
Abdul : “Ahhhh…. Banyak bacot kalian semua!!! Ehhh lu berdua (menunjuk Komar dan
Ujang) mana ada orang mau copet pakai kata tolong! Kalian bertiga harus serahkan
semua barang barang berharga kalian! Cepat!!”
Iroh : “Eh lu bocah, lu pikir kita mau nyerahin barang-barang dan uang kita?! “
Mila : “Hah.. Tidak semudah itu ya! Kalau kalian mau langkahi dulu mayat kita.”
Abdul : “Wah mau cari mati lu?”
Delia : “Oke, kalo lo semua nantangin kita.”
Abdul : “Ujang! Komar! Cepat ambil barang-barang mereka!”
Ujang : “Siap bos!”
Komar : “Oke bos!”
(Komar, Ujang, Iroh, Delia dan Mila tarik-menarik tas selama beberapa saat)
Tiba-tiba datanglah seorang ustadzah yang bernama Muslimah. Muslimah adalah seorang
ustadzah yang baik hati, sabar, tawakal, dan ikhlas.
Muslimah : “Assalamu’alaikum… Wahai umat Rosululloh?”
Iroh : “Wa’alaikumsalam… Muslimah.”
(Ketiga preman acuh tak acuh)
Muslimah : “Wahai kalian semua, kenapa ada perkelahian seperti ini? Apa yang menjadi
permasalahan kalian?”
Abdul : “Hei Muslimah! Gak usah so suci lu, pergi sana.”
Komar : “Gak usah ikut campur lu! Ini urusan kami.”
Ujang : “Setuju! Betul itu.”
Muslimah : “Wahai para sahabat-sahabat ku, dengarkan lah saya. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai ada peperangan, pertumpahan darah, bahkan kematian. Apa kalian
tidak ingat dosa?”
Ujang : “Hallah so alim!”
Muslimah : “Astagfirulloh (mengusap dada). Ya Allah semoga engkau memaafkan kesalahan
mereka semua, amiin…”
Mila : “Sudahlah teman-teman, mereka tidak akan mendengarkan kita. Mari kita pergi.”
Delia : “Semoga kalian cepat tersadar.”
Iroh : “Kalian memang tidak punya hati. Lihat saja neraka telah menunggu kalian.”
Muslimah : “Kalau begitu kami permisi dulu. Assalamu’alaikum…”
(Mila, Delia, Iroh dan Muslimah pergi darisana)
Abdul : “Emang gua peduli. “
Komar : “Tapi bos saya merinding, waktu si mbak ini bilang neraka.”
Ujang : “Alah lu takut amat, dengerin gua ya. Neraka itu masih lama buat kita. Kalian di
neraka itu enak kok.”
Komar : “Wah kalo gitu gua mau ikut neraka aja deh daripada masuk surga.”
Abdul : “Eh lu berdua oon banget sih, neraka ya kagak enak bego.”
Ujang : “Ya elah bos, perasaan jadi salahan mulu.”
Komar : “Udah… udah… mendingan kita kesana. Minum bir dulu dan mana serbuk
kenikmatan nya?”
Abdul : “Nih. Eh lu Komar udah berapa banyak lo minum serbuk itu? Bagi dong!”
Komar : “Nih bos. Udah banyak pokoknya bos.”
Abdul : (minum bir) “Masih kuat aja lu? “
Ujang : “Buset dah, mau mati lu?” (sambil meminum birnya)
Komar : “Kagak lah Jang, buktinya masih seger-seger aja gua. Bir mana bir, buruan!”
Abdul : “Nih (geleng kepala), salut Mar dengan lu ini.”
Komar : (meminum bir) “Kenapa bos?”
Abdul : “Modar lu lama-lama.”
Komar : “Gak bakal mati gue bos. Tenang aja. Eh.. eh.. Bos, bos, tolong gue bos.”
Ujang : “Kenapa lu?”
Komar : “Bosss…!”
Ujang : “Eh sebelum lu mati, salamin gua ya sama nabi-nabi di surga sana. Jangan lupa lu.
Buruan lu mati.”
Abdul : “Wah kurang ajar lu Ujang. Ini tuh temen lu, Jang.”
Komar : “Bosss…” (menutup mata / meninggal dunia).
Abdul : “Innalillahi wainna ilaihi roji’un…”
Ujang : “Jangan bilang kalo Komar meninggal.”
Abdul : “Ujang cepat panggil orang-orang.”
Ujang : “Iya, iya.”
Ujang : “Bentar bos.”
Abdul : “Ya elah lu, kenapa balik lagi?”
Ujang : “Orang siapa yang bos maksud?”
Abdul : “Wargaaa…” (sambil teriak)
Ujang berlari mencari pertolongan, kemudian bertemu dengan Muslimah, Iroh, Delia dan
Mila.
Ujang : “Tolongin saya.”
Delia : “Ada apa ini?”
Ujang : “Teman saya meninggal.”
Mila : “Kalau begitu ayo segera kesana.”
Muslimah : “Kenapa bisa jadi seperti ini?”
Abdul : “Komar minum serbuk kenikmatan mencapai 3 kg, saya pun tidak percaya.”
Ujang : “Muslimah maafkan kami, kami mengaku salah, kami ingin insyaf, kami tidak akan
mengulanginya lagi.”
Muslimah : “Alhamdulillah, bila kalian telah kembali ke jalan Allah.”
Iroh : “Kalian masih mau malak uang kita lagi?”
Delia : “Masih mau nyopet lagi?”
Abdul : “Enggak mbak, kami ingin insyaf.”
Ujang : “Kami mau jadi tukang cilok aja deh mbak.”
Abdul : “Iya mbak, maafin kami sama teman kami yang sudah meninggal.”
Mila : “Iya, iya, kita maafin. Kalau begitu ayo kita pindahkan dulu jenazah teman kalian
ini, agar kami bertiga bisa mengurusnya.”
(Delia, Iroh dan Mila pergi)
Muslimah : “Ingat, jadikan semua ini pelajaran bagi kita semua, bahwa sesungguhnya kita
akan kembali kepada sang maha pencipta. Setinggi apapun jabatan kita, dan
walaupun kita orang yang terhormat di dunia ini, bahwa kita belum apa-apa
dibandingkan tuhan kita yaitu Allah SWT. Kalian mengerti?”
Abdul dan Ujang : “Kami mengerti.”
Muslimah : “Jika kalian benar-benar ingin berubah, kalian ikut dengan saya.”
Abdul : “Kemana?”
Muslimah : “Ke pesantren, disana kalian akan diajarkan ajaran agama.”
Abdul dan Ujang : “Baiklah.”
Kemudian mereka berdua pergi ke pesantren diajak oleh Muslimah. Disana mereka diajarkan
oleh ustad yang bernama Memet.
Muslimah : “Assalamu’alaikum, Pak.”
Memet : “Wa’alaikumsalam.”
Muslimah : “Ini pak saya bawa teman saya, katanya mereka ingin belajar di pesantren ini.
Karena mereka berdua ingin berubah sikapnya menjadi lebih baik.”
Memet : “Oh, baiklah, silakan duduk dulu.”
Abdul : “Kenalin pak, nama saya Abdul dan ini teman saya Ujang.”
Memet : “Oh, iya. Salam kenal, nama saya Ust.Memet.”
Memet : “Sulis, tolong ambilkan minum untuk mereka berdua.”
Sulis : “Baiklah pak.”
Sulis : “Ini minumnya.”
Abdul dan Ujang : “Terimakasih.”
Abdul : “Gini pak, maksud kedatangan kami kemari kami ingin belajar banyak tentang
ajaran agama dan ingin berubah supaya menjadi lebih baik dari kemaren.”
Memet : “Iya, entar saya akan mengajarkan kalian, kalau boleh tau, apa pekerjaan kalian
sebelum nya?”
Abdul : “Mencopet pak.”
Memet : “Astagfirulloh. Rosululloh Sollallohu Alahi wassalam bersabda, barang siapa orang
yang mengambil barang tapi bukan hak milik kita, hukumnya haram bagi seluruh
umat islam. Apakah kalian mengerti?”
Abdul dan Ujang : “Mengerti pak.”
Memet : “Nah sekarang kalian mending mendapatkan uang sedikit tapi halal daripada
mendapatkan uang banyak tapi haram.”
Abdul : “Iya pak, kami mengerti, mulai sekarang kami ingin berubah menjadi yang lebih
baik lagi. Bener gak, Jang?”
Ujang : “Iya, Dul.”
Memet : “Tapi sebelumnya mari saya ajak kalian berkeliling pesantren ini.”
Setelah beberapa tahun tinggal di pesantren, Ujang dan Abdul telah berubah menjadi pribadi
yang lebih baik. Mereka tidak lagi melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tidak halal.
Abdul : “Wah, Jang… gimana jualanmu hari ini?”
Ujang : “Alhamdulillah, Dul. Walaupun tidak banyak tapi lumayanlah. Kamu?”
Abdul : “Punya saya banyak gak laku, Jang. Kata orang cilok saya gak enak. Terlalu asin
mereka bilang.”
Ujang : “Asin? Mungkin cilok kamu tercampur keringat kamu kali ya, Dul.”
Abdul : “Walaupun tidak lagi mencopet, tenyata bodohnya Ujang tidak hilang-hilang juga.
Baiklah. Mari kita pulang saja Ujang. Semoga esok rezeki kita lebih dari hari ini.”
Ujang : “Ingat! Yang penting halal.”
(Ujang dan Abdul pergi)

Anda mungkin juga menyukai