Anda di halaman 1dari 6

Alkisah, pada zaman dahulu di sebuah pulau di perairan Riau.

Suami istri bernama hang


Mahmud dan dang merdu mereka memiliki seorang putra yang diberi nama Hang Tuah. Hang
Mahmud dan Dang Merdu, menetap di Pulau Bintan. Pulau ini berada di perairan Riau.Hingga
pada suatu malam, Hang Mahmud mendapati sebuah mimpi tentang bulan yang turun dari
langit kemudian menghiasi tempat tidur dari Hang Mahmud.Cahaya dari bulan tersebut bahkan
menyinari kepala Hang Tuah. Setelah Hang Mahmud terbangun dari tidur, ia pun segera
memeluk dan menghujani kepala putranya Hang Tuah dengan ciuman di kening sambil
berlinang air mata karena terharu.Hang Mahmud mempercayai bahwa kelak putranya tersebut
akan jadi seseorang yang hebat dan disegani.

Dang Merdu: Kanda, kenapa kanda bermuram durja, ceritakanlah kepada Dinda masalah yang
menimpa kanda. Nampaknya ada suatu hal yang mempengaruhi Kanda.
Hang Mahmud: Dinda, tadi malam Kanda bermimipi, bahwa bulan turun dari langit, dan
cahayanya penuh diatas kepala anak kita, seperti bulan jatuh. Ya, seperti bulan itu terjatuh
kepada anak kita, Hang Tuah. Setelah Kanda terbangun, Kanda mengangkat tubuh Hang Tuah
dan terasa sangat wangi. Menurut Dinda, pertanda apakah ini?.
Dang Merdu: Apakah itu benar Kanda?. Kanda, jangan bingung dengan kejadian itu, berarti
anak kita Hang Tuah akan mendapatkan berkah dari Yang Maha Kuasa. Nanti, mari bantu Dinda
memandikan dan meluluri anak kita.
Hang Mahmud: Apakah itu benar dinda?. Ya sudah. Nanti kita lakukan.

Beberapa tahun kemudian, Hang Tuah tumbuh menjadi anak yang cerdas, tangkas, dan lihai
berbela diri. Dia memiliki sahabat yang bernama Hang Jebat yang sudah dia anggap sebagai
saudara kandungnya sendiri. Di dermaga, mereka sedang menceritakan cita-cita mereka dan
saling berbalas pantun.
Di dermaga, Jebat peletakan pundak, saling berpandangan
Hang Tuah : Jebat, suatu saat kita pasti bisa menjadi dua orang panglima yang menguasai
seluruh lautan.
Hang Jebat : Aku harap seperti itu Tuah.
Hang Tuah : Jikalau bertolak ke Malaysia Singgah sebentar di Kuala Lumpur Jika kelak kita
dewasa Lautan bergolak kita yang atur
Hang Jebat : Jika sungguh di Kuala Lumpur Belilah gadah yang berikat Langit gemuruh alam
pun hancur Tidak kita Tuah dan Jebat
Hang Tuah : Jebat, kau harus setia bersamaku, jngan kau menghianatiku. Kita berdua sahabat
sejati. Karena Takkan Melayu Hilang di Bumi.
Hang Jebat : Baiklah Tuah. Aku akan selalu bersama

Setelah mereka bercakap-cakap di dermaga, mereka pun ke pasar. Untuk melihat-lihat.


Ternyata di pasar ada Sultan Mahmud, Dt. Bendahara dan Istri Sultan tengah berbelanja. Hang
Tuah dan Hang Jebat pun menghampiri. Tetapi didului oleh Taming Sari dan Perompak yang
bermaksud ingin melukai Sultan.
Istri Sultan : Kanda, aku ingin membeli perhiasan baru, perhiasanku dirumah sudah terkirim.
bolehkah kanda?.
Dt. Bendahara : Maaf Tuan Putri, saya tidak membawa banyak uang.
Sultan : Diam Bendahara. Dinda, apapun akan kuberikan untukmu dinda. Apa yang kamu mau,
akan kuberi. Apa yang Anda pinta, akan kupenuhi. Pilih lah sesuka hati mu.
Istri Sultan: Terima kasih Kanda ( Sambil memeluk Sultan, tapi belum berapa lama Istri Sultan
memilih, datanglah 2 orang penjahat )
Taming Sari : Hei Sultan, turunlah kau dari tahta itu. Kau sudah tak pantas disitu. Jika tidak,
aku akan melukainya.
Perompak : Betul itu. Jika Anda masih mau hidup, ikuti perintah kami. ( Mereka berdua pun
menyerang sultan, tapi dapat dipatahkan oleh Hang Tuah dan Hang Jebat )
Hang Tuah : Hei kau, jangan sekali-kali kau melukai raja kami ini.
Perompak : Jangan kau halangi kami anak ingusan.
Hang Jebat : Jika kau ingin ada pertumpahan darah, mari kita lakukan. ( Merekapun
bertengkar, setelah lama bertengkar, 2 orang jahat itupun kabur )

Setelah kejadian itu, Hang Tuah dan Hang Jebat pun dipanggil ke istana untuk diberi
penghargaan. Tetapi Hang Tuah dan Hang Jebat menolak. Dan tiba-tiba 2 orang jahat itu
kembali datang mengacau.
Istri Sultan : Oh, jadi orang kampung ini yang menjadi penyelamat?. Huh, Tak pantas.
Sultan : Diam kau Istriku, dia ini adalah orang yang baik. Mereka telah menyelamatkan
nyawaku. Jika tidak ada mereka, mungkin aku dan kau sudah mati di tangan pengacau itu.
Maafkan Istriku ya.
Hang tuah : Tidak apa-apa yang mulia.
Sultan : Baiklah, kau telah menyelamatkanku. Apa pun yang kau inginkan akan kuberi.
Pergilah kau kepasar. Dan belilah barang-barang yang Anda butuhkan. Anda akan ditemani Dt.
Bendahara.
dt. Bendahara : Baik yang mulia. Ayo ikut aku ke pasar. Kali ini aku membawa uang banyak.
Belanjalah semaumu.
Hang Tuah : Maaf yang mulia. Kami membantu dengan ikhlas. Kami tidak mengharapkan
balasan dari yang mulia.
Hang Jebat : Bukannya kami lancang yang mulia.
Istri Sultan : Alah, jangan munafik kalian berdua!.
Sultan : Diam Istriku!. ( Tiba-tiba pengacau itu pun datang lagi )
Taming Sari : Hei kau Raja bedebah yang lalim!. Urusan kita belum selesai.
Perompak : Dan kalian berdua, jangan halangi niat kami lagi. Jika tidak, kami tak segan-
segan memancung kalian.
Hang Tuah : Ouuuppp, tidak bisa. Jangan menyesal jika fakta itu berbalik bedebah!.
Hang Jebat : Benar!.
Perompak : Ini delima bukan sembarang delima Ini delima delima seragi Ini panglima
bukan sembarang panglima Ini panglima rampok sejati
Hang Tuah : Jangan nak jabar antan kayu Antan kayu tak makan api Jangan nak jabar
Jantan melayu Jantan melayu tak takut mati
Taming Sari : Aaaaaaaaarrrrrggggghhhh!!! (Sambil menyerang)
Hang Jebat : Salah satu dari mereka pasti adalah Taming Sari. Orang yang memiliki keris
kebal. Baiklah Tuah. Aku serang Perompak itu, kau kejar Taming Sari itu.
Hang Tuah : Baik

Maka terjadilah perkelahian di dalam istana. Banyak orang yang mati. Tetapi Sultan kembali
dengan selamat. Taming Sari yang kebal oleh Keris itu pun berhasil dibunuh oleh Hang Tuah.
Dan Hang Tuah mendapatkan Keris kebal itu. Tapi malang bagi Hang Jebat. Dia tidak berhasil
membunuh Perompak. Perompak itu lebih lihai. Dan Hang Tuah dan Hang Jebat pun diangkat
menjadi Panglima Perang.
Sultan : Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Kalian adalah pelindung jiwaku. Aku
angkat kalian menjadi Panglima.
Istri Sultan : Apa?. Apa Kanda tidak salah?.
Dt. Bendahara: Diam kau.
Hang Tuah : Terimakasih yang mulia. Aku akan memegang teguh jabatan itu.
Hang Jebat : Maaf yang mulia. Aku tidak bisa menerima jabatan itu. Saya sungguh tidak
pantas. Lebih baik Hang Tuah saja.
Hang Tuah : Jebat?.
Sultan : Baiklah kalau begitu. Untuk tugas pertama, saya perintahkan kau ke Pahang
untuk mencari Tun Teja.
Hang Tuah : Baik yang mulia. Tapi kenapa kau jebat?.
Hang Jebat : Aku baik-baik saja Tuah. Pergilah. Pergilah.

Maka pergilah Hang Tuah ke Pahang dan bertemu Melor yang merupakan selir Sultan. Hang
Tuah menceritakan niatnya kepada Melor bahwa dia ingin mencari Tun Teja yang diperintahkan
oleh Sultan. Tapi Sultan melihatnya dan salah memahami. Sultan menuduh Hang Tuah berzinah
dengan Melor.Di perjalanan, Hang Tuah di tangkap

Hang Tuah : Melor, akhirnya kita bertemu di sini. Aku ke Pahang bermaksud mencari Tun
Teja. Apakah kau tahu dimana ia berada?. Kau kan sudah lama berada di Pahang ini.
Melor : Benar Tuah. Dulu saya sering bertemu dengannya. Tetapi sekarang saya sudah jarang
melihatnya. Mungkin dia berada di Kampung Durian Runtuh.
Hang Tuah : Baiklah, terima kasih Melor. Aku akan ke sana ( belum putus pembicaraan Hang
Tuah tiba-tiba Sultan datang )
Sultan : Bangsat kau Hang Tuah!. Saya perintahkan kau ke sini untuk mencari Tun Teja. Bukan
menyelingkuhi istriku!. Sekarang kau ku tangkap dan ku hukum kau untuk dipancung!.
Melor : Tenang Kanda. Itu semua tidak benar. Tuah hanya bertanya kepada saya mengenai
Tun Teja.
Hang Tuah : Benar yang mulia!.
Sultan : Hentikan itu. Aku sudah tidak percaya lagi kepada kalian berdua. Datuk, tangkap
Hang Tuah!.
Dt. Bendahara : Baik yang mulia. Ayo cepat!.
Dan Hang Tuah pun dibawa Dt. Bendahara kembali ke Bintan. Dt. Bendahara menyebutkan
kepada Sultan bahwa Hang Tuah telah melakukan bunuh diri. Padhal Dt. Bendahara
menyembunyikannya di suatu tempat.Datuk menunduk, Sultan menunduk, datuk menarik
sultan di tengah perjalanan, datuk bercerita
Dt. Bendahara : Yang mulia. Aku telah membunuh Hang Tuah itu.
Sultan : Baguslah kalau begitu. Gajimu akan aku naikkan.
Istri Sultan : Apa Kanda?.
Sultan : Biar sajalah Istriku. (Tiba-tiba Hang Jebat datang)
Hang Jebat : Hei kau Raja yang Lalim. Aku telah mengetahui kebusukanmu. Mana
sahabatku?. Mana sahabatku Tuah?. Kau kemanakan dia?. Bedebah.
Sultan : Hahaha. Apa yang ingin kau lakukan?. Hang Tuah telah aku bunuh!. ( Hang
Jebat pun mengamuk. Sehingga membunuh Istri Sultan )
Dt. Bendahara : Ayo ikut aku yang mulia. Disini kau akan aman.
Sultan : Cepat. Tolong aku!.
Dt.Bendahara : Maaf yang mulia.Sebenarnya aku tidak membunuh Hang Tuah. Tetapi saya
menyembunyikannya di suatu tempat. Karena aku tahu dia tak bersalah.
Sultan : Tidak apa-apa. Jika itu benar. Cepat antarkan aku ke sini.
Dt. Bendahara : Baiklah. Mereka pun pergi menemui Hang Tuah.
Tuah, Tuah, buka pintu. Ini aku. Aku bersama Sultan
Hang Tuah : Baik Datuk.
Sultan : Tuah, maafkan aku telah menuduhmu. Di istana Sahabatmu Jebat sedang mengamuk
mengenai masalah aku membunuhmu. Kuharap kau bisa menenangkannya.

Hang Tuah pun pergi ke istana dan berbicara kepada Hang Jebat. Tapi Hang Jebat sudah kalap
mata. Ia sudah sperti dirasuki Iblis. Hang Jebat malah menyerang Hang Tuah. Tapi malang bagi
Hang Jebat. Dia mati ditangan Hang Tuah. Sahabatnya sendiri. Tuah jepitan pundak Jebat,
mengalihkan keris
Hang Tuah : Jebat, berhentilah. Kau sudah banyak membuat orang mati. Lebih baik kau
berhenti.
Hang Jebat : Maaf, saya tidak mengenal mu.
Hang Tuah : Ini aku, Tuah. Sahabatmu.
Hang Jebat : Apa?. Kau ingin menjadi sahabatku Tuah yang mati pembunuhan Raja yang
lalim itu?.
Hang Tuah : Tidak Jebat. Aku tak bunuh. Aku hanya diasingkan ke tempat terpencil.
Hang Jebat : Ah Sudah lah. Aku tak ingin mendengar semua permainanmu. (Sambil
menyerang Hang Tuah dan Hang Jebat pun mati)
Hang Jebat : ( Di saat kritis ) ternyata kau memang Hang Tuah. Sahabat karibku. Sahabat
terbaikku.
Hang Tuah : Hang Jebaaaaat.

Mereka pun berpisah. Hang Jebat Mati dan Hang Tuah diangkat kembali sebagai Panglima.
Hang Tuah kembali diberi tugas untuk mengawal Raja.

Anda mungkin juga menyukai