Persoalan Etika
Lipson (1994) mengelompokan persoalan etika menjadi prosedur persetujuan, aktivitas
penipuan atau penyembunyian, kerahasiaan teradap partisipan, sponsor dan kolega, manfaat riset
bagi partisipan dibandingkan resikonya, dan permintaan dari partisipan yang keluar dari norma
sosial. Peneliti sudah seharusnya melindungi kerahasiaan partisian salah satunya dengan cara
mengganti nama partisipan dengan nama samaran. Lebih lanjut, untuk mendapat dukungan dari
partisipan, peneliti harus menjelaskan kepada partisipan apa tujuan penelitian ini, dan tidak
berbohong tentang watak dari penelitian tersebut. Saat meneliti topik yang senditif, partisipan
enggan untuk terlibat sehingga diperlukan kesadaran peneliti untuk hanya mencantumkan
informasi yang bersifat umum bukan yang bersifat spesifik.
Persoalan etika terakhir adalan apakah peneliti berbagi pengalaman pribadi dengan
partisipan ditempat kegiatan wawancara seperti dalam studi kasus, fenomenologi atau etnografi.
Aksi berbagi ini melemahkan “pengurungan” yang sangat penting dalam mengonstruksi
pemaknaan dari partisipan dalam fenomenologi dan mereduksi informasi yang diberikan oleh
partisipan dalam studi kasus dan etnografi.
Penyimpanan Data
Penyimpanan data akan mencerminkan jenis informasi yang yang dikumpulkan. Dengan
meluasnya penggunaan komputer dalam penelitian kualitatif, perhatian yang lebih banyak akan
diberikan kepada bagaimana data kualitatif diorganisasikan dan disimpan, baik data tersebut
berupa catatan lapangan, transkrip, atau catatan kasar. Sebagian prinsip tentang penyimpanan dan
penanganan data yang khususnya cocok untuk peneitian kualitatif adalah sebgai berikut:
Selalu membuat back up data untuk file komputer
Menggunakan tape berkualitas tinggi untuk merekam informasi selama wawancara
Membuat daftar master tentang jenis-jenis informasi yang telah dikumpulkan.
Melindungi anonimitas para partisipan wawancara dengan menyamarkan namanya.