Anda di halaman 1dari 41

Wiyanto

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa i


BAB 1
BESARAN DAN SATUAN

PETA KONSEP

BESARAN DAN
SATUAN

BESARAN SATUAN

Besaran Pokok

Besaran Turunan Alat Ukur

Besaran Vektor Pengukuran

Besaran Skalar

Kesalahan
pengukuran

Kesalahan Sistematis
Angka Penting

Kesalahan Tindakan
MKS

Angka Pasti CGS

Angka Taksiran DIMENSI

Notasi Ilmiah

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 1


Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah mengenal penggunaan istilah panjang,
volume, suhu, waktu, berat, dan lain-lain. Istilah-istilah tersebut dalam fisika disebut
dengan besaran. Kita juga sudah sangat akrab dengan istilah meter, liter, derajat celcius,
menit, dan kilogram, yang disebut satuan. Meter adalah satuan dari besaran panjang, liter
adalah satuan dari besaran volume, dan derajat celcius adalah satuan dari besaran suhu.
Apakah kilogram itu satuan dari besaran berat? Apakah satuan suhu hanya derajat
celcius? Apakah alat untuk mengukur waktu dan bagaimana cara mengukurnya? Pada bab
ini, kita membahas tentang besaran, satuan, pengukuran, dan hal-hal yang terkait seperti
alat ukur, angka penting, dan dimensi, sehingga setelah mempelajari bab ini diharapkan
kalian dapat melakukan pengukuran besaran-besaran, baik besaran pokok maupun
besaran turunannya dan memahami satuan-satuannya

https://www.dreamstime.com/

A. Satuan Standar
Telah disebutkan di bagian pengantar, bahwa panjang merupakan salah satu
besaran fisika yang sudah kita kenal dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh adalah
panjang meja, panjang buku, panjang jalan, dan lain-lain. Mungkin kalian
mempertanyakan berapa panjang benda-benda yang berada di dalam kelas. Bagaimana
kita dapat mengetahui panjang suatu meja belajar? Berapakah panjang meja guru
dibandingkan dengan panjang pensil kalian? Panjang meja guru sama dengan berapa kali
panjang pensil kalian? Coba lakukan pengukuran panjang meja guru dengan
menggunakan pensil kalian masing-masing! Bandingkan hasil pengukuran kalian dengan
hasil pengukuran teman-teman se kelas! Bagaimana hasilnya? Sama atau berbeda?

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 2


Hasil pengukuran mungkin ada yang menunjukkan panjang meja sama dengan 6
kali panjang pensil, mungkin ada yang 6,5 kali panjang pensil, mungkin ada yang 7 kali
panjang pensil, dan mungkin juga ada yang 8 kali panjang pensil. Jadi meja yang sama
diukur panjangnya menggunakan pensil yang dimiliki oleh masing-masing siswa di kelas
sangat mungkin hasilnya akan berbeda, bahkan mungkin jauh berbeda. Hal ini
dikarenakan pensil yang dimiliki oleh masing-masing siswa kemungkinan panjangnya
berbeda-beda.
Pengukuran panjang meja juga dapat dilakukan dengan menggunakan jengkal
(lihat Gambar 1.1). Karena panjang jengkal setiap orang berbeda-beda, maka hasil
pengukurannya juga berbeda-beda. Meja yang sama akan menunjukkan panjang yang
berbeda-beda, misal: 6 jengkal, 7 jengkal, atau mungkin 7,5 jengkal. Kalian dapat
membayangkan betapa kacaunya bila suatu saat kita pergi ke toko untuk membeli sebuah
meja belajar dan tersedia beberapa meja ada yang panjangnya 7 jengkal, ada yang 1 depa,
ada yang 6 kali panjang tegel lantai.

Sumber : www.slideshare.net
Gambar 1.1 Pengukuran panjang meja dengan menggunakan jengkal

Jika pengukuran suatu besaran dari benda yang sama hasilnya berbeda-beda tentu
saja akan menyulitkan dalam mengkomunikasikannya. Oleh karena itu, para ahli sepakat
untuk menentukan pengukuran suatu besaran dalam satuan yang standar. Keberadaan
satuan standar ini sangat membantu dalam mengkomunikasikan hasil-hasil pengukuran
suatu besaran.
Setelah disepakati satuan standar, bagaimanakah dengan satuan-satuan besaran
yang bersifat khas dan hanya berlaku di wilayah atau daerah tertentu? Tentu saja, satuan-
satuan besaran misalnya satuan panjang seperti jengkal, depa, jangkah (langkah), tombak,
masih diperbolehkan dipakai, tetapi untuk pengukuran dan komunikasi ilmiah disepakati
menggunakan satuan standar.

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 3


1. Satuan Standar Panjang
Upaya para ahli untuk menggunakan satuan standar telah dilakukan sejak 200-an
tahun yang lalu. Pada tahun 1889 disepakati bahwa meter standar (yang disingkat m)
didefinisikan sebagai jarak antara ujung-ujung suatu batang atau tongkat yang terbuat dari
campuran platinum-iridium (lihat Gambar 1.2). Pada waktu itu dibuat 30 batang
platinum-iridium sebagai meter standar. Salah satu dari batang tersebut, disimpan sebagai
standar internasional di International Bureau of Weights and Measures di kota Sevres
dekat kota Paris, Perancis, sedangkan lainnya dikirim ke laboratorium-laboratorium yang
berada di seluruh dunia.

Sumber: wardhanawishnu.blogspot.co.id
Gambar 1.2 Meter Standar Dari Platinum-Iridium Sebagai Satuan Internasional Untuk Panjang

Batang platinum-iridium sebagai meter standar tersebut memiliki kelemahann,


diantaranya dapat mengalami kerusakan atau bahkan hilang karena bencana alam atau
tragedi lainnya. Oleh karena itu, para ahli masih terus memikirkan meter standar ini.
Keberhasilan A.A. Michelson dalam percobaan mengukur laju rambat cahaya pada akhir
abad ke sembilan belas, memungkinkan untuk mendefinisikan meter standar
menggunakan panjang gelombang cahaya.
Pada tahun 1960, meter standar didefinisikan sebagai 1.650.763,73 panjang
86
gelombang cahaya oranye yang dipancarkan oleh gas krypton 86 ( Kr). Pada bulan
November 1983 meter standar didefinisikan ulang, yaitu dengan memanfaatkan laju
cahaya dalam ruang hampa yang besarnya 299.792.458 m/s, sehingga meter didefinisikan
sebaga berikut:
“1 meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa selama selang waktu
(1/299.792.458) sekon.”

2. Satuan Standar Massa


Satuan standar massa adalah kilogram (kg). Satu kilogram standar didefinisikan
sebagai massa silinder campuran platinum-iridium (lihat Gambar 1.3). Silinder ini juga

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 4


disimpan di Lembaga Internasional untuk Berat dan Ukuran di Sevres, dekat Paris.
Berdasarkan definisi tersebut:
“Satu kilogram adalah massa sebuah kilogram standar yang disimpan di Lembaga Berat
dan Ukuran Internasional.”

Sumber: http://bimobws.blogspot.co.id
Gambar 1.3 Kilogram standar

Pada waktu itu, kilogram standar tersebut juga dibuat dan disebarkan ke berbagai
negara. Massa suatu benda dapat diukur dengan menggunakan neraca berlengan sama;
pada lengan yang satu diletakkan kilogram standar dan lengan lainnya diletakkan benda
yang akan diukur massanya.

3. Satuan Standar Waktu


Satuan standar waktu adalah sekon (s). Dari tahun 1889-1967, satu sekon
didefinisikan sebagai (1/86.400) hari rata-rata matahari. Pada saat ini, satu sekon
didefinisikan dengan menggunakan frekuensi radiasi yang dipancarkan oleh atom cesium
(133Cs) ketika melewati dua tingkat energi yang paling rendah (lihat Gambar 1.4).
Definisi sekon standar adalah sebagai berikut:
“Satu sekon didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh atom cesium-133
untuk melakukan getaran sebanyak 9.192.631.770 kali.”

Sumber: www.belonomi.com
Gambar 1.4. Jam Atom Cesium modern sebagai waktu standar internasional yang portabel

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 5


Pada tahun 1960, dalam The Eleventh General Conference on Weights and
Measures (Konferensi Umum ke-11 tentang Berat dan Ukuran) yang diselenggarakan di
Paris ditetapkan suatu sistem satuan internasional, yang disebut Systeme International
yang disingkat SI (Bahasa Indonesia: Sistem International). Tiga satuan standar yang
telah dibahas, yaitu meter, kilogram, dan sekon, termasuk satuan standar menurut sistem
internasional (SI). Ketiga satuan SI tersebut juga dikenal dengan istilah sistem MKS,
yaitu singkatan dari sistem meter-kilogram-sekon. Selain itu juga dikenal sistem cgs
(centimeter-gram-sekon), dimana satuan panjang dinyatakan dalam centimeter, satuan
massa dalam gram, dan satuan waktu dalam sekon.
Satuan standar waktu, yaitu sekon (s), dapat juga dinyatakan dalam menit atau
jam, yaitu 60 s sama dengan 1 menit dan 60 menit sama dengan 1 jam. Hal ini berbeda
dengan di sistem metrik. Pada sistem metrik, untuk menyatakan satuan yang lebih besar
dan yang lebih kecil didefinisikan dengan melipatkan 10 dari satuan standarnya.
Misal,
1 kilosekon (ks) = 1000 s = 103 s atau 1 s = (1/1000) ks = 10-3 ks
1 s = 1000 milisekon (ms) = 103 ms atau 1 ms = (1/1000) s = 10-3 s
Demikian juga untuk kilogram standar
1 kg = 1000 g = 103 g atau 1 g = (1/1000) kg = 10-3 kg
1 mg = 10-3 g = (10-3)(10-3 kg) = 10-6 kg
Untuk meter standar
1 m = 100 centimeter (cm) = 102 cm atau 1 cm = (1/100) m = 10-2 m
1 m = 1000 milimeter (mm) = 103 mm atau 1 mm = 10-3 mm
Istilah kilo, centi, dan mili disebut awalan. Awalan menyatakan kelipatan 10 yang dapat
ditulis 10 n , dengan n adalah bilangan bulat. Tabel 1.1 menunjukkan awalan dalam satuan
SI.
Tabel 1.1 Awalan dalam satuan SI
Awalan Simbol Nilai Kelipatan
tera T 1012
giga G 10 9
mega M 10 6
kilo k 10 3
hecto h 10 2
deka da 101
10 0
deci d 10 1
centi c 10 2

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 6


milli m 10 3
micro μ 10 6
nano n 10 9
pico p 10 12
femto f 10 15
Sumber : mjamallesmana.wordpress.co

Contoh Soal 1.1


Ubahlah satuan dari data berikut ini!
a) 1 Tm = ….. m
b) 1 m = ...... μm
c) 1 g = ...... Mg
d) 1 kg = ..... ng
e) 1 μs = ..... Gs

Penyelesaian:
- 1 Tm  1012 m
- 1 m  106 μm

- 1 g  106 Mg

- 1 kg  103 g  (103 )(109 ng)  1012 ng

- 1 μs  10 6 s  (10 -6 )(109 Gs)  10-15 Gs

B. Besaran Pokok dan Turunan

Tiga satuan standar yang sudah kita bahas, yaitu meter, kilogram, dan sekon
ditentukan berdasarkan definisi. Satuan meter, kilogram, dan sekon berturut-turut adalah
satuan dari besaran panjang, massa, dan waktu. Besaran fisika yang satuannya ditetapkan
berdasarkan definisi disebut besaran pokok atau besaran dasar. Jadi panjang, massa, dan
waktu adalah besaran pokok. Selain itu, adakah besaran pokok lainnya?
Para ahli, dalam konferensi ke-IV pada tahun 1971 mengenai masalah ukuran dan
timbangan, telah menetapkan tujuh besaran pokok. Jadi selain panjang, massa, dan waktu
masih ada empat besaran pokok lainnya, yaitu arus listrik, suhu, jumlah zat, dan intensitas
cahaya. Ketujuh besaran pokok tersebut dan satuan standarnya ditunjukkan pada Tabel
1.2.

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 7


Tabel 1.2 Tujuh Besaran Pokok dan Satuannya
Satuan dalam SI Rumus
Besaran Pokok
Nama Simbol Dimensi
1. Panjang meter m [L]
2. Massa kilogram kg [M]
3. Waktu sekon s [T]
4. Arus listrik ampere A [I]
5. Suhu kelvin K []
6. Jumlah zat mol e mol [N]
7. Intensitas cahaya candela cd [J]
Sumber : yukngobrolyuk.blogspot.co.id

Selain tujuh besaran pokok seperti ditunjukkan pada Tabel 1.2, para ahli juga
sudah menyepakati untuk menambahkan dengan dua besaran tambahan. Besaran
tambahan tersebut adalah sudut bidang dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang
dengan satuan steradian (sr).
Tujuh besaran pokok pada Tabel 1.2, satuannya ditetapkan berdasarkan definisi.
Untuk satuan standar dari besaran panjang, massa, dan waktu telah dibahas, sedangkan
untuk arus listrik, suhu, jumlah zat, dan intensitas cahaya ditunjukkan pada Tabel 1.3.

Tabel 1.3 Besaran Arus Listrik, Suhu, Jumlah Zat, Dan Intensitas Cahaya

Simbol
Besaran Satuan Definisi
Satuan
Satu ampere adalah jumlah muatan listrik 1
Arus listrik ampere A coulomb yang melewati suatu titik
dalam1 s ( 1 coulomb = 6,25 10 elektron ).
18

Suhu titik lebur es pada 76 cm Hg adalah 273,15 K,


Suhu kelvin K
suhu titik didih air pada 76 cm Hg adalah 373,15 K
Satu mol zat terdiri atas 6,025 10
23
partikel
Jumlah zat mole mol
( 6,025 10 adalah bilangan Avogadro).
23

2
Benda hitam seluas 1 m yang bersuhu lebur platina
Intensitas ( 1773 C ) akan memancarkan cahaya dalam arah
cahaya candela cd
tegak lurus dengan intensitas cahaya sebesar
6  10 5 candela.

Selain besaran pokok, dikenal juga besaran turunan. Besaran turunan adalah
besaran yang didapatkan dari turunan besaran-besaran pokok. Satuan besaran turunan
diperoleh dari satuan-satuan besaran pokok yang menurunkannya. Contoh beberapa

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 8


besaran turunan dengan rumus dan satuannya ditunjukkan pada Tabel 1.4. Besaran-
besaran turunan lainnya dibahas pada bab-bab berikutnya.

Tabel 1.4 Contoh Besaran Turunan Dan Satuannya


Besaran Turunan Rumus Satuan Dimensi
Luas Luas  panjang  lebar m
2
[L]2

Volume Volume  panjang  lebar  tinggi m


3
[L]3

massa
Massa jenis Massa jenis  kg.m -3 [M][L]-3
volume

jarak
Kelajuan kelajuan  m.s -1
[L][T]-1
waktu

Karena besaran turunan tersusun dari besaran-besaran pokok yang


menurunkannya, maka semua besaran turunan dapat dianalisis tersusun oleh besaran
pokok apa saja dan bagaimana hubungan antar besaran-besaran tersebut. Untuk keperluan
ini dapat dilakukan dengan analisis dimensi. Dimensi suatu besaran menyatakan
bagaimana besaran itu tersusun oleh besaran-besaran pokok. Adapun simbol dimensi dari
ketujuh besaran pokok ditunjukkan pada Tabel 1.2, sedangkan dimensi dari beberapa
besaran turunan ditunjukkan pada Tabel1.4.
Perhatikan Tabel 1.4, luas adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok
panjang dengan rumus: Luas = panjang x lebar. Satuan dari besaran panjang adalah meter
(m), dan lebar itu adalah besaran panjang yang satuannya juga meter, sehingga satuan
luas adalah m.m atau biasa ditulis m 2 . Volume juga besaran yang diturunkan dari
besaran pokok panjang, dengan rumus: Volume = panjang x lebar x tinggi. Karena lebar
dan tinggi merupakan besaran pokok panjang yang satuannya meter, maka satuan volume
adalah m.m.m atau m3.
Massa jenis atau sering disebut rapat massa, simbolnya  (baca: rho),
dirumuskan sebagai berikut:
massa
Massa jenis 
volume
Massa jenis merupakan besaran turunan, yaitu diturunkan dari besaran pokok massa
(satuannya kg) dan besaran turunan volume ( satuannya m3 ). Dengan demikian, satuan
massa jenis adalah kg/m3 atau kg.m-3.

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 9


Pada Tabel 1.2 dan 1.3 terdapat satuan yang menggunakan nama ilmuwan, yaitu
ampere dan kelvin. Satuan yang merupakan nama orang disepakati jika ditulis lengkap
digunakan huruf kecil semua, misal ampere, kelvin, derajat celcius, newton, dan joule.
Sedangkan simbol satuannya ditulis menggunakan huruf besar, misal ampere (A), kelvin
(K), derajat celcius (  C ), newton (N), dan joule (J). Selain itu juga disepakati satuan
ditulis menggunakan huruf tegak (regular) dan antar simbol satuan dihubungkan dengan
tanda titik (.).

C. Konversi Satuan
Besaran apapun yang kita ukur, seperti panjang, massa, waktu, atau kecepatan,
terdiri dari angka dan satuan. Jika kita melakukan pengukuran suatu besaran dalam satuan
tertentu dan kita ingin menyatakannya dalam satuan lain, maka kita harus melakukan
pengubahan satuan. Misal, seorang anak melakukan pengukuran panjang sebuah daun
pintu yang hasilnya dinyatakan dalam meter, yaitu 2,2 meter. Anak tersebut boleh saja
mengubah penulisan hasil pengukurannya dalam satuan cm, yaitu 220 cm. Pengubahan
satuan seperti itu dinamakan konversi satuan.
Selain mengkonversi satuan dalam Sistem Internasional, kita juga dapat
mengkonversi satuan dari Sistem British ke Sistem Internasional atau sebaliknya (lihat
Tabel 1.5). Sebagai contoh, panjang diameter sebuah layar televisi adalah 21 inchi. Kita
dapat menyatakan panjang diameter tersebut dalam satuan cm, yaitu
21 inchi  (21)(2,54 cm)  53,34 cm .
Tabel 1.5 Konversi Satuan

Konversi Panjang
1 inchi = 2,54 cm
1 cm = 0,394 inchi
1 foot = 30,5 cm
1m = 39,37 inchi = 3,28 feet
1 yard = 91,44 cm
1 yard = 36 inchi
1 yard = 3 feet
1 mil = 5.280 feet = 1,61 km
1 km = 0,621 mil
1 mil laut (US) = 1,15 mil = 6076 feet = 1,852 km

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 10


1 fremi = 1 x10-15 m
1 angstrom = 1 x10-10 m
1 tahun cahaya = 9,46 x 1015 m

Konversi Volume
1 liter (L) = 1000 mL = 1000 cm3 = 1 x 10-3 m3
= 1,057 quart (US) = 54,6 inchi3
1 gallon (US) = 231 inchi3 = 3,78 L

Konversi Kelajuan
1 mil/jam = 1,47 feet/s = 1,609 km/jam = 0,447 m/s
1 km/jam = 0,278 m/s = 0,621 mil/jam
1 knot = 1,151 mil/jam = 0,5144 m/s
Sumber : gurumuda.net

Pada Tabel 1.5 ditunjukkan bahwa dalam sistem Inggris, satuan panjang antara lain
adalah inchi, yard,kaki (foot), dan mil. Dalam sistem tersebut, inchi, yard, foot, dan mil
tidak dihubungkan dengan kelipatan 10. Berarti sistem satuan tersebut bukan sistem
metrik.

Contoh Soal 1.2


Sebuah mobil bergerak dari kota Semarang ke Solo dengan laju rata-rata 72 km/jam.
Berapakah laju mobil itu jika dinyatakan dalam satuan m/s?

Penyelesaian
Diketahui :
1 km = 1000 m
1 jam = 3600 s
Ditanyakan:
72 km/jam = ... m/s
Jawab:
km = 72000 m = 20 m s
72
jam 3600 s

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 11


D. Analisis Dimensi
Dimensi dalam fisika menggambarkan sifat fisis dari suatu besaran. Panjang
suatu benda, walaupun dapat dinyatakan dalam berbagai satuan, tetap memiliki sifat fisis
tertentu, yaitu panjang. Demikian juga tinggi suatu benda memiliki sifat fisis panjang.
Oleh karena itu, panjang, lebar, tinggi, dan tebal memiliki dimensi yang sama, yaitu
panjang [L].
Dimensi berkelakuan seperti suatu kuantitas aljabar. Sebagai contoh, kita tidak
dapat menjumlahkan panjang sebuah benda dengan periode getaran benda, karena dua
besaran tersebut berbeda dimensinya. Tidak ada maknanya menjumlah satu meter dengan
satu sekon. Hanya dua besaran yang berdimensi sama yang dapat dijumlahkan atau
dikurangkan. Dalam sebuah persamaan, dimensi di sisi kiri dan kanan persamaan
haruslah sama. Dari prinsip-prinsip ini, kita dapat menggunakan analisis dimensi untuk
mengecek kebenaran suatu persamaan fisika.
Dimensi besaran pokok dinyatakan dengan lambang huruf tertentu (huruf besar
miring) dan diberi tanda kurung persegi seperi ditunjukkan pada Tabel 1.2 dan 1.4.
Dengan alasan praktis, sering tanda kurung tersebut dihilangkan. Dimensi besaran
turunan ditentukan oleh rumus besaran turunan tersebut jika dinyatakan dalam besaran-
besaran pokok.

Contoh Soal 1.3


Massa jenis adalah hasil bagi antara massa dengan volume, dengan massa berdimensi [M]
dan volume (besaran turunan) berdimensi [L]3. Tuliskan rumus dimensi dari massa jenis!

Penyelesaian:
massa  = M =M L3
massa jenis =
volume  L3

Contoh soal 1.4


Percepatan adalah kecepatan dibagi waktu. Diketahui bahwa kecepatan berdimensi
[L][T]-1 dan waktu berdimensi [T], tentukan dimensi percepatan!

Penyelesaian
Diketahui:

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 12


kecepatan   perpindaha n   L  LT -1
waktu  T 
dan
[waktu] = [T]
Ditanyakan:
Rumus dimensi percepatan: ... ?
Jawab:

percepatan   kecepatan  LT 1  LT 


-2

waktu   T 
Analisis dimensi mempunyai beberapa kegunaan antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Untuk membuktikan dua besaran yang setara
Rumus besaran usaha (W) dan energi kinetik (Ek) masing-masing adalah
W  Fd dan E k  12 mv 2 , maka dimensi untuk keduanya adalah

usaha   gaya  perpindaha n


Karena gaya   massa  percepatan 
Maka,
usaha   massa  percepatan  perpindaha n
usaha   M LT 2 L
usaha   M L2 T 2
Sedangkan energi,
energi   1 2massa  kuadrat kecepatan 
energi   M L2 T 2
Jadi dimensi usaha dan dimensi energi adalah sama sehingga kedua besaran tersebut
setara.

2. Untuk menganalisis suatu persamaan kemungkinan benar atau salah


Selidikilah apakah persamaan   v T kemungkinan benar atau salah! Simbol

 adalah panjang gelombang, berarti termasuk besaran panjang (dimensinya = [L]), v


adalah kecepatan yang berdimensi [L][T]-1, sedangkan Tadalah periode termasuk besaran
waktu yang berdimensi [T].

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 13


Dimensi dari   v T adalah

v
=
T
[L]T 1
L =
T 
[L] = L T 
2

v adalah salah.
karena kedua ruas dimensinya tidak sama, maka persamaan λ =
T
3. Untuk menurunkan persamaan
Contoh:persamaan ayunan matematis dapat dituliskan dengan T = kmx l y g z .
Tentukan nilai x, y, dan z untuk memukan persamaan yang benar dari ayunan matematis
tersebut.
Penyelesaian:
dimensi periode T adalah [T], dimensi massa m adalah [M], dimensi panjang tali l adalah
[L], dan dimensi percepatan gravitasi g adalah [L][T]-2,
T = kmx l y g z
2
[T ] = k[M ]x [L] y ([ L][T ]z

[T ] = k[M ] x [L] y  z [T ] 2 z

Untuk dimensi [M] : Ruas kanan = [M]x


Ruas kiri =1
Untuk dimensi [L] : Ruas kanan = [L]y+z
Ruas kiri =1
Untuk dimensi [T] : Ruas kanan = [T]-2z
Ruas kiri = [T]
Jadi
[M]x = 1, berarti x = 0
[L]y+z = 1, berarti y + z = 0
[T]-2z = [T], berarti -2z = 1 atau z = - ½
Karena z = -1/2, dan y + z = 0, maka y = ½
Sehingga diperoleh
T = km0 l 1/ 2 g 1/ 2

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 14


T=k l 1  g 
l
T=k
g

E. Pengukuran
Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah tidak awam lagi dengan istilah
pengukuran. Seperti misalnya, tukang kayu mengukur tinggi pintu, penjual minyak
mengukur volume minyak yang akan dijualnya, petani mengukur massa gabah yang
dihasilkan dari sawahnya, pelari mengukur waktu yang diperlukan untuk menempuh
lintasan yang ia tempuh, perawat mengukur suhu badan pasien, dan lain-lain. Apakah
pengukuran itu?
Pada bagian awal bab ini sudah dibahas, untuk mengetahui panjang suatu meja
dapat dilakukan dengan membandingkannya dengan panjang jengkal tangan, sehingga
dihasilkan panjang meja dinyatakan dalam jengkal, misalnya panjang meja sama dengan
8 jengkal. Dalam hal ini panjang adalah besaran, 8 adalah nilai atau besar dari besaran
panjang, dan jengkal adalah satuan. Namun, pengukuran menggunakan jengkal ini
memungkinkan sebuah meja yang sama hasil pengukurannya akan jauh berbeda jika
dilakukan oleh dua orang yang berbeda, karena panjang jengkal kedua orang itu jauh
berbeda.
Oleh karena itu, para ahli sepakat untuk menggunakan pembanding dengan
satuan standar. Jadi, pengukuran besaran fisika dilakukan dengan membandingkan
besaran yang akan diukur dengan suatu besaran standar yang dinyatakan dengan bilangan
dan satuan.Satuan standar panjang adalah meter, sehingga pengukuran panjang dilakukan
membandingkan panjang benda yang diukur dengan panjang batang atau pita yang
nilainya 1 meter. Batang atau pita meter ini disebut meteran atau penggaris atau mistar.
Dengan demikian, pengukuran panjang sebuah meja menggunakan mistar akan
menghasilkan nilai dengan satuan meter, misal 1,2 meter.
Secara umum, hasil pengukuran suatu besaran (apapun besarannya) dapat
dinyatakan dalam bentuk:
besaran {nilai}{sa tuan}
Misal:
1) Hasil pengukuran panjang meja menggunakan meteran atau mistar:
Panjang = 1,2 m

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 15


2) Hasil pengukuran massa gula menggunakan timbangan sama lengan:
Massa = 2,5 kg

3) Hasil pengukuran waktu menggunakan jam atau stopwatch:


Waktu = 30 s
Pada contoh di atas, meteran atau mistar, timbangan sama lengan, stopwatch
disebut alat ukur. Meteran atau mistar adalah alat ukur panjang, timbangan sama lengan
adalah alat ukur massa, dan stopwatch adalah alat ukur waktu. Alat ukur panjang yang
lain diantaranya jangka sorong dan mikrometer skrup yang penggunaannya bergantung
pada benda yang diukur. Berikut ini akan dibahas beberapa jenis alat ukur.

1. Mistar atau Penggaris


Mistar atau penggaris adalah alat ukur panjang yang sering digunakan. Alat ukur
ini memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm ( lihat Gambar 1.5 ). Pada saat melakukan
pengukuran dengan mistar, arah pandangan harus tegak lurus dengan dengan skala pada
mistar dan benda yang diukur. Jika tidak tegak lurus maka hasilpengukurannya,
kemungkinan lebih besar atau lebih kecil dari ukuran yang sebenarnya.

Sumber : edu.anashir.com
Gambar 1.5 Pengukuran menggunakan mistar

Hasil Pengukuran pada Gambar 1.5 sebelah kiri menunjukkan:


a) Skala terdekat di angka 18 mm
b) Lebihannya sekitar 0,5 mm
c) Hasilnya = (18 +0,5) mm = 18,5 mm = 1,85 cm
Hasil Pengukuran pada Gambar 1.5 sebelah kanan menunjukkan:
d) Skala terdekatdi angka 15 mm
e) Lebihannya sekitar 0,0
f) Hasilnya = (15 + 0,0) mm = 15,0 mm = 1,50 cm

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 16


2. Jangka Sorong
Jangka sorong (vernier caliper) juga merupakan alat ukur panjang yang dapat
digunakan untuk mengukur diameter luar dan dalam suatu benda serta dapat juga untuk
mengukur kedalaman suatu lubang. Penemu jangka sorong adalah seorang ahli teknik
berkebangsaan Prancis, Pierre Vernier. Jangka sorong terdiri dari dua bagian, yaitu
rahang tetap dan rahang geser atau rahang sorong (lihat Gambar 1.6).
Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap adalah skala utama, sedangkan
skala pendek pada rahang geser adalah skala nonius atau vernier. Skala vernier diambil dari
nama penemunya. Skala utama memiliki skala dalam cm dan mm, sedangkan skala nonius
ada yang memiliki panjang 9 mm dan dibagi 10 skala. Sehingga beda satu skala nonius
dengan satu skala pada skala utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi, skala terkecil pada
jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.

Sumber: : edu.anashir.com
Gambar 1.6 Jangka sorong

Membaca Jangka Sorong


1) Langkah pertama, tentukan terlebih dahulu skala utama. Pada Gambar 1,7 angka nol
pada skala nonius terletak diantara skala 4,7 cm dan 4,8 cm pada skala utama. Jadi,
skala utama menunjukkan 4,7 cm lebih.
2) Langkah kedua, menentukan kelebihan pada skala utama. Skala nonius yang
berimpit dengan skala utama adalah angka 4. Jadi Skala nonius 4 x 0,01 cm = 0,04
cm.
3) Langkah ketiga, menjumlahkan skala tetap dan skala nonius. Hasil pengukuran = 4,7
cm + 0,04 cm = 4,74 cm.

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 17


Jadi, hasil pengukurannya adalah sebesar 4,74 cm.

Sumber: bedahfisika.blogspot.co.id
Gambar 1.7 Skala Utama dan nonius pada jangka sorong

3. Mikrometer Sekrup
Pengertian mikrometer sekrup sendiri menunjukkan bahwa alat tersebut mampu
mengukur ukuran suatu benda hingga ketelitian mikrometer. Mikrometer skrup dan
bagian-bagiannya ditunjukkan pada Gambar 1.8. Gambar 1.8 menunjukkan bahwa jika
selubung luar Mikrometer Sekrup diputar satu kali putaran, searah/berlawanan dengan
arah gerak jarum jam, maka rahang geser dan juga selubung luar akan bergerak
maju/mundur sejauh 0,5 mm. Karena selubung luar dibagi dalam 50 skala, maka satu
skala besarnya sama dengan 0,5mm/50 atau 0,01 mm. Jika selubung diputar 1 skala,
maka rahang geser akan bergeser sejauh 0,01 mm.Jadi, skala terkecil mikrometer skrup
adalah 0,01 mm atau 0,001 cm.

Sumber : www.bukupedia.net
Gambar 1.8: Mikrometer sekrup

Adapun cara membaca hasil pengukuran mikrometer sekrup seperti ditunjukkan


pada Gambar 1.9 adalah sebagai berikut:

Sumber : www.bukupedia.net
Gambar 1.9 Membaca hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 18


1) Menentukan nilai skala utama yang terdekat dengan selubung silinder (skala utama
yang berada tepat di depan/berimpit dengan selubung silinder luar rahang geser).
Pada Gambar 1.9 terlihat nilai 8,5 mm lebih.
2) Menentukan lebihannya dengan cara membaca skala nonius yang berimpit dengan
garis mendatar pada skala utama, dalam hal ini yang berimpit adalah skala 40,
sehingga nilai noniusnya adalah 40 x 0,01 mm = 0,40 mm.
3) Hasil pengukurannya didapat dengan cara menjumlahkan nilai skala utama dan nilai
skala nonius, sehingga dihasilkan: 8,5 mm + 0,40 mm = 8,90 mm.

4. Alat Ukur Massa


Alat ukur massa adalah neraca. Ada beberapa macam neraca, salah satunya
adalah neraca tiga lengan Ohaus (Gambar 1.10). Ohaus diambil dari nama seorang
ilmuwan asal New Jersey, Amerika Serikat, yaitu Gustav Ohaus. Ilmuwan kelahiran 30
Agustus 1888 ini memperkenalkan Ohaus Harvard Trip Balance pada tahun 1912 yang
kemudian dikenal dengan nama neraca Ohaus.

Sumber : rumushitung.com
Gambar 1.10 Neraca tiga lengan

Neraca ini dapat untuk menimbang barang dengan ketelitian mencapai 0,01 gram.
Neraca Ohaus terdiri dari dua jenis, yaitu neraca Ohaus dua lengan dan tiga lengan.
Neraca Ohaus jenis pertama ini mempunyai dua lengan dengan wadah kecil dari logam
untuk menimbang. Lengan satu digunakan untuk meletakkan benda/logam yang akan
ditimbang, lengan dua untuk meletakkan bobot timbangan. Jadi neraca ini masih
memerlukan pemberat untuk ukuran timbangannya. Cara menggunakan neraca Ohaus dua
lengan sama seperti menggunakan timbangan biasa. Yang perlu diperhatikan adalah
memastikan bahwa timbangan dalam posisi seimbang sebelum dilakuan untuk
pengukuran massa. Neraca Ohaus dua lengan ini banyak dijumpai di toko-toko emas
sebagai alat timbang.

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 19


Sepeti namanya, neraca Ohaus tiga lengan mempunyai tiga lengan dan satu
cawan tempat benda (Gambar 1.10). Neraca yang dalam bahasa Inggris disebut Ohaus
tripel beam ini mempunyai bagian-bagian sebagai berikut.
o Lengan Depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0, 1, 2, 3, 4,
...,10 gram. Masing-masing terdiri 10 skala tiap skala 1 g, jadi skala terkecil 0,1 g.
o Lengan Tengah dilengkapi dengan anting lengan yang dapat digeser-geser. Skala
pada lengan ini sebesar 100 g, dengan skala dari 0,100, 200, sampai dengan 500g.
o Lengan Belakang dilengkapi dengan anting lengan yang dapat digeser-geser dengan
nilai tiap skala Gustav Ohaus sebesar10 gram, dari skala 0, 10, 20, sampai dengan
100 g.
Gambar 1.11 menunjukkan hasil pembacaan massa menggunakan neraca tiga
lengan. Adapun prosedur penimbangannya adalah sebagai berikut.
1) Lepaskan pengunci, kemudian putar sekrup yang berada disamping atas piringan
neraca ke kiri atau ke kanan sampai posisi lengan neraca mendatar (horizontal). Ini
berarti, dalam keadaan tanpa beban, skala neraca dalam keadaan nol.
2) Untuk melakukan pengukuran, taruh benda yang akan diukur dalam cawan atau
wadah, kemudian geser-geser anting pada ketiga lengan neraca mulai dari lengan
belakang (dengan skala terbesar) ke lengan depannya (skala lebih kecil) hingga
lengan neraca dalam keadaan mendatar.
3) Jumlahkan nilai dari posisi anting pada ketiga lengan tersebut (lihat Gambar 1.11).

Sumber: ys-belajarmudah.blogspot.co.id
Gambar 1.11 Pembacaan skala neraca tiga lengan

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 20


5. Alat Ukur Waktu
Salah satu alat ukur waktu adalah stopwatch (lihat Gambar 1.12). Stopwatch
merupakan alat yang digunakan untuk mengukurwaktu yang diperlukan dalam kegiatan,
misalnya: berapa lama sebuah mobil dapat mencapai jarak 60 km, atau berapa waktu
yang dibutuhkan seorang pelari untuk mencapai jarak 100 meter. Ada dua jenis
Stopwatch yaitu jenis analog dan jenis digital. Stopwatch analog pada umumnya memiliki
skala terkecil 0,1sekon, sedangkan yang digital memiliki skala terkecil hingga 0,01 sekon.

Sumber: en.wikipedia.org
Gambar 1.12 Stopwatch analog

Cara menggunakan stopwatch analog yaitu dengan memulai menekan tombol


Start (tombol besar) hingga waktu tertentu dan untuk menghentikannya dengan menekan
tombol tersebut sekali lagi. Kemudian untuk mengembalikan pada posisi Nol (reset)
dengan menekan tombol yang satunya atau tombol kecil (lihat Gambar 1.12).

F. Ketidakpastian dalam Pengukuran


Walaupun pengukuran sudah dilakukan seteliti mungkin dengan menggunakan
alat ukur yang memiliki ketelitian tinggi, namun tidak ada satu orang pun yang dapat
mengetahui nilai yang sebenarnya ( measurand ), yang kita peroleh dalam pengukuran
adalah nilai kemungkinan, karena setiap pengukuran mengandung ketidakpastian. Oleh
karena itu nilai suatu besaran dari hasil pengukuran biasa dituliskan dalam bentuk:
( x  x) . Maksudnya, nilai besaran yang diukur kemungkinan terletak antara ( x  x)
dan ( x  x) . Atau secara umum ditulis sebagai berikut.

besaran  x  x{satuan}
Untuk pengukuran besaran yang dilakukan secara berulang
besaran  x  x {satuan}

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 21


dengan x adalah rata-rata hasil pengukuran.
Misal, pengukuran yang ditunjukkan pada Gambar 1.13 tidak dapat memastikan bahwa
panjang balok tepat 18,5 mm, yang dapat dipastikanpanjang balok terletak antara 18 mm
dan 19 mm, sehingga penulisan hasil pengukurannya adalah sebagai berikut.
panjang  (18,5  0,5) mm

Sumber: dinapuspitasyari.blogspot.co.id
Gambar 1.13 pengukuran panjang

Dalam contoh tersebut x  0,5 mm . Simbol x disebut ketelitian alat, yang


besarnya biasanya setengah dari skala terkecil dari alat ukur yang digunakan. Semakin
kecil x , berarti semakin teliti dan semakin baik pengukurannya. Sedangkan Δx x
disebut kesalahan relatif atau ralat relatif; semakin kecil ralat relatifnya semakin baik pula
pengukurannya.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengukuran, yang pertama
adalah ketelitian ( presisi ) dan yang kedua adalah ketepatan (akurasi). Presisi
menyatakan derajat kepastian hasil suatu pengukuran, sedangkan akurasi menunjukkan
seberapa tepat hasil pengukuran mendekati nilai yang sebenarnya. Presisi bergantung
pada alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Umumnya, semakin kecil
pembagian skala suatu alat semakin presisi hasil pengukuran alat tersebut. Mistar
umumnya memiliki skala terkecil 1 mm, sedangkan jangka sorong mencapai 0,1 mm atau
0,05 mm, maka pengukuran menggunakan jangka sorong akan memberikan hasil yang
lebih presisi dibandingkan menggunakan mistar.
Walaupun memungkinkan untuk mengupayakan kepresisian pengukuran dengan
memilih alat ukur tertentu, namun pada kenyataannya tidak mungkin menghasilkan
pengukuran yang tepat (akurat) secara mutlak. Setiap pengukuran mengandung
ketidakpastian. Setiap pengukuran tidak akan menghasilkan nilai yang eksak, karena
setiap pengukuran memungkinkan adanya suatu penyimpangan (ralat atau error). Ralat
dapat ditimbulkan oleh obyek yang diukur, pengamat, maupun alat ukurnya. Untuk
memperkecil penyimpangan dalam pengukurannya maka setiap alat ukur harus dicek
keakurasiannya dengan cara membandingkan terhadap nilai standar yang ditetapkan.

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 22


Keakurasian alat ukur juga harus dicek secara periodik dengan metode the two-point
calibration yaitu kalibrasi skala nol alat ukur sebelum digunakan dan kalibrasi
pembacaan ukuran yang benar ketika digunakan terhadap nilai yang standar.

1. Sumber-sumber Ketidakpastian dalam Pengukuran


Ada tiga jenis ketidakpastian dalam pengukuran, yaitu: ketidakpastian sistematik,
ketidakpastian acak (random), dan ketidakpastian pengamatan. Penjelasan dari masing-
masing jenis ketidakpastian adalah sebagai berikut.

a. Ketidakpastian Sistematik
Ketidakpastian sistematik bersumber dari alat ukur yang digunakan atau kondisi
yang menyertai saat pengukuran. Karena sumber ketidakpastiannya adalah alat ukur,
maka setiap alat ukur itu digunakan akan menghasilkan ketidakpastian yang sama. Yang
termasuk ketidakpastian sistematik antara lain: ketidakpastian alat ukur, kesalahan nol,
waktu respon yang tidak tepat, kondisi yang tidak sesuai.

b. Ketidakpastian alat ukur


Ketidakpastian ini muncul akibat kalibrasi skala pada alat tidak tepat, sehingga
pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Misalnya, sebatang
mistar memiliki jarak antar skala sedikit lebih besar dibandingkan mistar yang standar,
maka mistar tersebut setiap digunakan akan menghasilkan nilai yang menyimpang. Untuk
mengatasi ketidakpastian ini, alat ukur harus dikalibrasi terlebih dulu sebelum
dipergunakan.

c. Kesalahan nol
Ketidaktepatan penunjukkan alat pada skala nol juga melahirkan ketidakpastian
sistematik. Hal ini sering terjadi, tetapi juga sering terabaikan. Pada sebagian besar alat
umumnya sudah dilengkapi dengan skrup pengatur/pengenol. Bila sudah diatur maksimal
namun masih tidak tepat pada skala nol, maka untuk mengatasinya harus diperhitungkan
selisih kesalahan tersebut setiap kali melakukan pembacaan skala.

d. Waktu respon yang tidak tepat


Ketidakpastian pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengukuran (pengambilan
data) tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur, sehingga data

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 23


yang diperoleh bukan data yang sebenarnya. Misalnya, kita ingin mengukur periode getar
suatu beban yang digantungkan pada pegas dengan menggunakan stopwatch. Selang
waktu yang kita ukur sering tidak tepat karena terlalu cepat atau terlambat menekan
tombol stopwatch saat kejadian berlangsung.

e. Kondisi yang tidak sesuai


Ketidakpastian pengukuran ini muncul karena kondisi alat ukur dipengaruhi oleh
kejadian yang hendak diukur. Misal, mengukur nilai resistor saat dilakukan penyolderan,
atau saat suhu tinggi melakukan pengukuran panjang suatu benda menggunakan mistar
logam. Hasil yang diperoleh tentu bukan nilai yang sebenarnya karena panas
mempengaruhi benda yang diukur maupun alat pengukurnya.
1) Ketidakpastian Random (Acak)
Ketidakpastian random umumnya bersumber dari gejala yang tidak mungkin
dikendalikan secara pasti atau tidak dapat diatasi secara tuntas. Gejala tersebut umumnya
merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hingga pengaturan atau
pengontrolannya di luar kemampuan kita. Misalnya:
a) Fluktuasi pada besaran listrik.
Tegangan atau kuat arus listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan terus menerus
secara cepat dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga berfluktuasi.
b) Getaran landasan.
Alat yang sangat peka (misalnya seismograf) akan melahirkan ketidakpastian karena
gangguan getaran landasannya.
c) Radiasi latar belakang.
Radiasi kosmos dari angkasa dapat mempengaruhi hasil pengukuran alat pencacah,
sehingga melahirkan ketidakpastian random.
d) Gerak acak molekul udara.
Molekul udara selalu bergerak secara acak (gerak Brown), sehingga berpeluang
mengganggu alat ukur yang halus, misalnya mikro-galvanometer dan melahirkan
ketidakpastian pengukuran.

2) Ketidakpastian Pengamatan
Ketidakpastian pengamatan merupakan ketidakpastian pengukuran yang
bersumber dari kekurangterampilan manusia saat melakukan kegiatan pengukuran.
Misalnya, metode pembacaan skala tidak tegak lurus menghasilkan kesalahan paralaks

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 24


(Gambar 1.14), salah dalam membaca skala, dan pengaturan atau pengesetan alat ukur
yang kurang tepat.

Sumber: farifaawaliyah.blogspot.co.id/
Gambar 1.14 Kesalahan paralaks

Seiring kemajuan teknologi, alat ukur dirancang semakin canggih dan kompleks,
sehingga banyak hal yang harus diatur sebelum alat tersebut digunakan. Bila yang
mengoperasikan tidak terampil, semakin banyak yang harus diatur semakin besar
kemungkinan untuk melakukan kesalahan sehingga menghasilkan ketidakpastian yang
besar pula.

G. Angka Penting
Gambar 1.15 menunjukkan pengukuran sebuah benda dengan menggunakan
mistar. Hasil pengukuran panjang benda tersebut pasti lebih dari 1,6 cm. Jika skala
tersebut kita perhatikan lebih cermat, ujung logam berada kira-kira di tengah-tengah
antara skala 1,6 cm dan 1,7 cm. Kalau kita mengikuti aturan penulisan hasil pengukuran
hingga setengah skala terkecil, panjang logam dapat dituliskan 1,65 cm.

Gambar 1.15 Pengukuran panjang suatu benda dengan mistar

Angka terakhir (angka 5) merupakan angka taksiran, karena terbacanya angka


tersebut hanyalah dari hasil menaksir atau memperkirakan saja. Sedangkan angka 1 dan 6
(pada 1,6 cm) merupakan angka pasti. Berarti hasil pengukuran 1,65 cm terdiri dari dua
angka pasti, yaitu angka 1 dan 6, dan satu angka taksiran yaitu angka 5. Angka-angka
hasil pengukuran yang terdiri darisatu atau lebih angka pasti dan satu angka taksiran
disebut angka penting.

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 25


Jika ujung benda yang diukur berada pada skala 1,6 cm, hasil pengukuran harus
ditulis dengan 1,60 cm bukan 1,6 cm. Penulisan angka nol pada 1,60 cm menunjukkan
bahwa ketelitian pengukuran sampai 2 angka di belakang koma. Karena angka 0 pada
1,60 cm ini memiliki makna tertentu, maka angka nol pada 1,60 termasuk angka penting.
Jadi 1,60 cm terdiri dari tiga angka penting, yaitu dua angka pasti (1 dan 6) dan satu
angka taksiran (0).
Untuk mengidentifikasi apakah suatu angka hasil pengukuran termasuk angka
penting atau bukan, dapat diikuti beberapa kriteria di bawah ini.
(1) Semua angka yang bukan nol merupakan angka penting.
(2) Angka nol diantara angka yang bukan nol adalah angka penting.
(3) Angka-angka nol awalan bukan angka penting.
(4) Pada angka yang memiliki nilai (pecahan) desimal, angka nol akhiran adalah angka
penting.
(5) Pada angka yang tidak memiliki nilai (pecahan) desimal (puluhan, ratusan, ribuan),
angka nol akhiran bisa merupakan angka penting atau tidak, tergantung informasi
tambahan terkait ketelitian alat ukur yang digunakan. Atau dapat ditulis dengan
notasi ilmiah agar jelas apakah angka-angka nol itu termasuk angka penting atau
bukan.

Angka nol sering menimbulkan masalah dalam penentuan banyaknya angka


penting. Contoh: pada hasil suatu pengukuran yang menunjukkan 0,0027 kg, hanya
mengandung dua angka penting yaitu 2 dan 7, sedangkan pada pengukuran 0,00270 kg
mempunyai 3 angka penting yaitu 2, 7, dan 0. Angka 0 dibelakang 7 termasuk angka
penting, sedangkan dua nol didepan (sebelum) angka 27 bukan termasuk angka penting.
Demikian juga pada pengukuran yang menunjukkan hasil 2700 gram, kedua
angka nol di kanan angka 7 bisa saja termasuk angka penting tetapi bisa juga tidak. Untuk
menghindari masalah seperti itu, maka hasil pegukuran sebaiknya dinyatakan dalam
notasi ilmiah. Dalam notasi ilmiah, semua angka yang ditampilan sebelum orde besar
termasuk angka penting.
0,0027 kg 2,7 x 10 -3 kg Mempunyai 2 angka penting yaitu 2 dan 7
2,70 x 10 -3 kg Mempunyai 3 angka penting yaitu 2,7, dan 0
1300 g 1,3 x 10 3 g Mempunyai 2 angka penting yaitu 1 dan 3
1,30 x 10 3 g Mempnyai 3 angka penting yaitu 1,3, dan 0
1,300x 10 3 g Menpunyai 4 angka penting yaitu, 1,3, 0, dan 0

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 26


Dalam notasi ilmiah, hasil pengukuran dinyatakan sebagai:
a,... 10 n
dengan: a adalah bilangan asli mulai dari 1 sampai dengan 9,
n disebut eksponen dan merupakan bilangan bulat.
Dalam persamaan itu, a,..disebut angka penting sedangkan 10n disebut orde besar.

1. Aturan Pembulatan
Jika kita melakukan perhitungan terhadap hasil pengukuran, misal penjumlahan,
pengurangan, pengalian, atau pembagian, sehingga dihasilkan angka hasil perhitungan
yang jumlah angka di belakang komanya melebihi ketelitian alat, maka kita perlu
melakukan pembulatan. Adapun aturan pembulatannya adalah sebagai berikut.
Aturan 1. Jika angka pertama setelah angka yang akan kita pertahankan andalah angka 4
atau lebih kecil, angka itu dan seluruh angka di sebelah kananya ditiadakan.
Angka terakhir yang dipertahankan tidak berubah.

Contoh 1:
Hasil perhitungan 72,684, padahal ketelitian alat ukur yang digunakan hanya sampai dua
angka dibelakang koma, maka dilakukan pembulatan menjadi 72,68 (4 adalah angka yang
ditiadakan)

Contoh 2:
Hasil perhitungan 1,00729, padahal ketelitian alat ukur yang digunakan hanya sampai tiga
angka di belakang koma, maka dilakukan pembulatan menjadi 1,007 (29 adalah angka
yang akan ditiadakan)

Aturan 2. Jika angka pertama setelahangka yang akan kita pertahankan adalah 5 atau
lebih besar, angka itu dan seluruh angka di sebelah kananya ditiadakan. Angka
terakhir yang dipertahankan ditambah dengan satu.

Contoh 1:
Hasil perhitungan 1,046859, padahal ketelitian alat ukur yang digunakan hanya sampai
tiga angka di belakang koma, maka dilakukan pembulatan menjadi 1,047 (8,5,9 adalah
angka yang ditiadakan).

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 27


Contoh 2:
Hasil perhitungan 26,02500, padahal ketelitian alat ukur yang digunakan hanya sampai
dua angka di belakang koma, maka dilakukan pembulatan menjadi 26,03 (2, 5, 0, 0
adalah angka yang ditiadakan).

2. Perhitungan angka hasil pengukuran


Hasil operasi matematis yang diperoleh dari pengukuran tidak bisa lebih teliti
daripada hasil pengukuran dengan ketelitian yang paling kecil. Jadi perhitungan tidak
dapat menjadikan pengukuran menjadi lebih teliti.
Misal, pengukuran panjang sebuah benda diperoleh hasil 5,14 m dan 14, 8 m. Hasil
pengukuran 5,14 m mengindikasikan bahwa mistar yang digunakan memiliki skala
terkecil 0,1 m (karena 4 sebagai angka taksiran). Sedangkan, hasil pengukuran 14,8 m
mengindikasikan bahwa mistar yang digunakan memiliki skala terkecil 1m, sehingga
angka 8 dalam 14,8 m adalah angka taksiran.
Jika kedua hasil pengukuran dijumlahkan, maka hasil penjumlahan ini hanya boleh ditulis
sampai satu angka di belakang koma, yaitu sama dengan hasil pengukuran yang
ketelitiannya paling rendah (paling kurang teliti). Oleh karena itu, hasil penjumlahan
19,94 m ditulis menjadi 19,9 m.

Contoh soal 1.5


i. Jumlahkan 123,217 g dengan 2,42 g
Penyelesaian:
123,217 g (7 adalah angka taksiran, angka ketiga di belakang koma)
2,42 g (2 adalah angka taksiran, angka kedua di belakang koma)
123,217 g + 2,42 g = 125,637 g dibulatkan menjadi 125,63 g (3 adalah angka taksiran,
angka kedua di belakang koma)

ii. Kurangi 2,74 x 104 g dengan 5,950 x 103 g


Penyelesaian:
27,4 x 103 g (4 adalah angka taksiran)
5,950 x 103 g (0 adalah angka taksiran)
27,4 x 103 g - 5,950 x 103 g = 21,45 x 103 g dibulatkan dan ditulis menjadi 21,5 x103 g =
2,15 x104 g (5 angka taksiran)

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 28


iii. Kalikan 3,22 m dengan 2,1 m
Penyelesaian:
3,22 m (mempunyaai 3 angka penting)
2,1 m (mempunyai 2 angka penting)
3,22 m x 2,1 m = 6,762 m2 = 6,8 m2 (hasil harus sama dengan komponen yang
mempunyai angka penting paling sedikit)

iv. Bagilah 4,554 x 105 kg dengan 3,0 x 105 m3


Jawaban :
4,554 x 105 kg (mempunyai 4 angka penting)
3,0 x 105 m3 (mempunyai 2 angka penting)
4,554 x 105kg : 3,0 x 105 m3 = 1,518 kg/m3 = 1,5 kg/m3 (hasil harus sama dengan
komponen yang mempunyai angka penting paling sedikit)

H. Besaran Vektor dan Skalar


Apakah besaran vektor? Dan apa pula, besaran skalar? Pada suatu ketika kalian
sedang di sekitar Simpang Lima Semarang Jawa Tengah. Teman kalian yang berasal dari
Jakarta baru saja tiba di stasiun Tawang Semarang, kemudian menelpon dan menanyakan
posisi kalian saat itu. Kalian katakan bahwa kalian berada 2 km dari stasiun Tawang.
Apakah informasi tersebut cukup bagi orang lain untuk menemukan posisi kalian? Tentu
saja tidak cukup. Jarak 2 km dari stasiun Tawang itu ke arah mana? Seberapa jauh dan ke
arah mana teman kalian harus melakukan “perpindahan” agar dapat menemukan posisi
kalian? Artinya ada dua informasi yang harus dipenuhi untuk mencari secara tepat posisi
seseorang, yaitu jarak dan arah.
Perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum merupakan contoh
besaran-besaran yang bukan hanya ditentukan oleh besar (magnitude) tetapi juga
ditentukan oleh arahnya. Besaran fisika yang memiliki besar dan arah disebut besaran
vektor. Jadi, perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum merupakan
contoh besaran vektor.
Selain vektor, ada besaran yang hanya ditentukan oleh besarnya (magnitude) saja
tanpa disertai dengan arahnya, besaran fisika ini disebut besaran skalar. Contoh besaran
skalar, antara lain: jarak, usaha, energi, daya, massa jenis, luas, volume, tekanan, suhu,
waktu, muatan listrik, potensial listrik, dan kapasitas kapasitor. Perhitungan dengan skalar
dapat dilakukan dengan menggunakan aturan aljabar biasa.

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 29


1. Notasi dan Penggambaran Vektor
Vektor digambarkan dengan sebuah garis lurus dengan anak panah di salah satu
ujungnya. Panjang garis lurus menyatakan nilai atau besar vektor dan anak panah
menyatakan arah vektor. Notasi (simbol) vektor dapat dinyatakan dengan huruf tebal

tegak (bold) atau huruf regular bertanda panah di atasnya. Contoh, vektor Aatau (lihat
Gambar 1.16). Nilai atau besar vektor dapat dituliskan dengan huruf biasa dicetak miring
(italic) atau dengan memberikan tanda harga mutlak (   ) pada huruf bertanda panah ( ).
Contoh: A atau A  .

Gambar 1.16 Vektor A

Dua hal yang harus diperhatikan mengenai besaran vektor, yaitu:


a) dua buah vektor dikatakan sama jika mempunyai besar dan arah yang sama;
b) dua buah vektor dikatakan tidak sama jika besar dan arahnya berbeda, besar sama
tetapi arahnya berbeda, atau besar berbeda tetapi arahnya sama.
Untuk lebih jelasnya lihat contoh pada Gambar 1.17.

A B
D
E

C
Gambar 1.17 Contoh penggambaran beberapa vektor

Berdasarkan Gambar 1.17 dapat disimpulkan bahwa:


a) vektor A, B, C, D mempunyai besar yang sama;
b) besar vektor E lebih kecil dari besar vektor A, karena garis E lebih pendek dari garis
A;
c) vektor A = vektor B (atau A = B), karena dua vektor tersebut mempunyai besar dan
arah yang sama;
d) vektor A = - vektor C (atau A = -C), karena dua vektor tersebut mempunyai besar
sama tetapi arahnya saling berlawanan;

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 30


e) vektor A ≠ vektor D, karena walaupun besarnya sama tetapi arahnya berbeda;
f) vector D ≠ vektor E, karena besar dan arah kedua vektor tersebut berbeda.

Contoh Soal 1.6


Gambarkan vektor-vektor berikut:
a) vektor A yang besarnya 1 satuan membentuk sudut 60o terhadap vektor F yang
besarnya 2 satuan dan arahnya ke kanan; dan
b) vektor B yang besarnya 2 satuan membentuk sudut -30o terhadap vektor F tersebut.

Penyelesaian:
a) vektor A digambarkan dengan panjang 1 satuan berarah +60o diukur berlawanan
dengan arah jarum jam terhadap acuan arah vektor F (lihat Gambar 1.18).

Gambar 1.18 Vektor dengan sudut arah positip

b) besar vektor B digambarkan sama dengan besar vektor F tetapi membentuk sudut –
30o diukur searah dengan jarum jam terhadap gaya F (lihat Gambar 1.19).

Gambar 1.19 Vektor dengan sudut arah negatip

2. Penjumlahan dan pengurangan vektor


Misal, Andi berjalan 100 m ke barat, kemudian dilanjutkan lagi 200 m ke arah
barat. Berapakah perpindahannya dihitung dari kedudukan awal? Kalau arah ke barat
ditetapkan bertanda (+) dan ke timur bertanda (-), maka perpindahan totalnya
A+B=C
(100 m + 200 m)= 300 m
Jadi Andi telah melakukan perpindahan sebesar 300 m ke Barat (lihat Gambar 1.20 (a)).

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 31


Jika Andi berjalan 100 m ke Barat kemudian balik arah ke Timur 300 m, maka
perpindahannya
A–D=F
(100 m – 300 m) = -100 m
Jadi perpindahan Andi adalah -200 m, atau sebesar 200 m ke Timur (lihat Gambar 1.20
(b)).

A B D A

C F

(a) (b)
Gambar 1.20 Penjumlahan dan pengurangan vektor

Dua vektor bertitik tangkap sama dan keduanya membentuk sudut PQ dapat
dijumlahkan sehingga diperoleh resultannya. Misal vektor P dan Q membentuk sudut 


Q
Gambar 1.21 Dua vektor setitik tangkap

maka resultannya, R = P + Q. Penjumlahan dua vektor tersebut ditunjukkan pada gambar


berikut ini.
R


Q
Gambar 1.22 Jumlah vektor

dan R (atau nilai dari vektor R) dapat dihitung menggunakan rumus cosinus sebagai
berikut

Contoh Soal 1.7


Dua vektor gaya, masing-masing dan , membentuk sudut 

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 32


Gambar dan hitung resultan kedua vektor gaya tersebut, jika
a. 900

b. 450
Penyelesaian
Diketahui:

Ditanya:
a. Resultan dari kedua gaya tersebut, jika 90
b. Resultan dari kedua gaya tersedut, jika 450

Jawab:
a. Resultan dari dan jika 900 lihat gambar 1.23

F1 F12

90o

F2
Gambar 1.23 Jumlah vektor saling tegak lurus

Besar resultannya F12

Karena , maka

Jadi resultan gayanya sebesar 5 N

b. Resultan dari dan jika 450 (Gambar 1.24)

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 33


F1 F12

45o
F2

Gambar 1.24 Jumlah vektor dengan sudut 450


Besar resultannya F12

Karena , maka

Jadi resultan gayanya sebesar .

Penguraian Vektor
Pada Gambar 1.25 ditunjukkan sebuah vektor kecepatan v yang dapat diuraikan
menjadi komponen pada sumbu-x, yaitu vx dan komponen pada sumbu-y, yaitu vy.
Misalkan sudut antara vektor v dengan sumbu-x posistif adalah maka besar komponen
vx dan vy dapat diperoleh dalam bentuk fungsi sinus dan cosinus.

vy v


O x
vx

Gambar 1.25 Uraian vektor

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 34


vx
cos  =  v x = vcosθ
v
vy
sin  =  v y = v sin θ
v
vy vy
tan  =  θ = arc tan
vx vx

Contoh Soal 1.8


Tentukan komponen-komponen dari vektor perpindahan 40 m yang membentuk sudut
210o terhadap arah mendatar!

Penyelesaian:
Vektor perpindahan d bernilai 40 m dan membentuk sudut  =210o (lihat Gambar 1.26).

d
40 m
210o

Gambar 1.26 Vektor perpindahan

d x = dcosθ = 40 cos(2100) d y = d sin θ = 40 sin(2100)

= 40 cos(1800 + 300) = 40 sin(1800 + 300)


= 40 {-cos(300)} = 40 {-sin(300)}
=  20 3m = -20 m
Contoh Soal 1.9
Tentukan besar dan arah vektor perpindahan dengan komponen-komponen vektornya
adalah :
Ax =  4 3 cm dan Ay = 4 cm

Penyelesaian:
Untuk menentukan besar vektor dapat menggunakan

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 35


A= Ax + Ay =  4 3  + 4 = 4 3 +1 cm = 8 cm
2 2
2 2 2

Untuk menentukan arah vektor dapat menggunakan


Ay
tan θ = , dengan komponen Ax bernilai negatif dan komponen Ay bernilai positif,
Ax
sehingga vektor A terletak di kuadran II.
Ay 4 1
tan θ =   θ = arctan  = 30
A tanθ =  
x 4 3
 3
karena berada di kuadran II maka θ = (180o – 30o) = 150o

Rangkuman

1. Besaran fisika merupakan besaran yang dapat diukur serta memiliki nilai (berupa
angka-angka) dan satuan.
2. Pengukuran besaran fisika dilakukan dengan cara membandingkan besaran yang
akan diukur dengan besaran standarnya yang hasilnya dinyatakan dalam nilai
(angka) dan satuan.
3. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya sudah didefinisikan dalam
konferensi internasional mengenai berat dan ukuran. Terdapat tujuh besaran pokok
yaitu panjang, massa, waktu, arus listrik, suhu, jumlah zat, dan intensitas cahaya
serta dua besaran tambahan, yaitu sudut bidang dengan satuan radian (rad) dan
sudut ruang dengan satuan steradian (sr).
4. Besaran turunan adalah besaran yang diperoleh dari turunan besaran-besaran
pokok.
5. Dimensi dalam fisika menggambarkan sifat fisis dari suatu besaran dan mempunyai
beberapa fungsi antara lain dapat digunakan untuk membuktikan besaran bernilai
setara, menentukan persamaan kemungkinan benar atau salah dan menurunkan
rumus.
6. Dalam setiap pengukuran perlu dipertimbangkan persoalan presisi dan akurasi.
Presisi menyatakan derajat kepastian hasil suatu pengukuran, sedangkan akurasi
menunjukkan seberapa tepat hasil pengukuran mendekati nilai yang sebenarnya.
7. Angka-angka hasil pengukuran yang terdiri dari angka pasti dan angka taksiran
disebut angka penting.

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 36


8. Vektor adalah besaran yang memiliki nilai dan arah, sedangkan skalar adalah
besaran yang memiliki nilai saja.

Evaluasi 1
Soal-soal
1. Ubahlah satuan dari data di ruas kiri ke bentuk satuan di ruas kanan.
a. 0,075 hm2= ………... m2
b. 108 km/jam = ……... m s
c. 0,5 g/cm3 = ………. kg m3

d. 250 dm3 = ………... m3

2. Selidikilah dengan analisis dimensi apakah persamaan berikut salah atau ada
kemungkinan benar

a. x = vt 2 + 1 at 2
2
dengan x adalah besar perpindahan (m), v adalah besar kecepatan (m/s), a adalah
percepatan m s
2
, dan t adalah waktu (s).
b. m = ρV

dengan m adalah massa (kg),  adalah massa jenis (kg/m3), dan V adalah
volume (m3).

3. Turunkanlah persamaan untuk energi pada benda bermassa m kg yang bergerak


dengan kelajuan v m/s, jika diberikan bentuk persamaan berikut: E = kmx v y .
(Petunjuk: carilah nilai x dan y terlebih dahulu)

4. Sebuah benda diukur panjangnya menggunakan jangka sorong seperti ditunjukkan


pada gambar di bawah ini.

Berapakah pembacaan skala yang tepat untuk


pengukuran panjang benda tersebut?

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 37


5. Tebal sebuah benda diukur dengan menggunakan mikrometer sekrup, hasilnya
ditunjukkan pada gambar berikut.

Berapakah hasil pengukuran tebal


benda itu?

6. Pengukuran diameter batang silinder dilakukan dengan menggunakan jangka sorong.


Skala hasil pengukurannya ditunjukkan pada
gambar berikut.
Berapakah hasil ukur yang terbaca dalam jangka
sorong itu?

7. Bila kedudukan skala pada mikrometer sekrup seperti pada gambar berikut.

Berapakah pembacaan skalanya?


8. Tentukan banyaknya angka penting pada hasil pengukuran berikut ini,
32, 48 kg
0,0084 kg
9,0009 kg
0,0060 m

9. Hasil pengukuran panjang dan lebar sebidang lantai adalah 12,61 m dan 5,2 m.
Berapakah ukuran luas lantai tersebut ditulis menurut aturan angka penting?

10. Dua buah gaya masing-masing 10 N bekerja pada suatu benda. Jika sudut yang
dibentuk kedua gaya itu adalah 120o, berapa besar resultan kedua gaya tersebut?

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 38


11. Dua buah vektor masing-masing adalah F1 = 10 satuan dan F2 = 16 satuan. Tentukan
resultan kedua vektor pada sumbu-x dan sumbu-y! Dan tentukan juga resultan
totalnya!
y
F2


F1 x

Bahan Ajar Fisika SMK X Bagian 1 Teknologi dan Rekayasa 39

Anda mungkin juga menyukai