Anda di halaman 1dari 38

~ENTARA

NASIONAL INDONESIA
MARKAS BESAR NO. 101.03·010632

,.' . '.
-

.- ': ...

~'t-~~'\~ ....
',;~z:. l~''\~
~.;:;'~'-~ ~....;~"'J /
. ~\.y
~I.."-' ~ \~ 'o/'J",

~·~1.:~2_}~,.:~V\
'-:J'_
'~.r.J' _ ;...
. ~\~.
__ ..-'='__,'", y'

r.,,,.;..~_ ~~,,- . , ._~"',"1


r.. \'- _ "=:' 1

, ., •
'.",.,'\ '. l
i\
J
~'-:;:'}1'
J_'J~_Y
' - " " , /."
~
V';~~~'::--~2"::

__ ~~.~"~
"'.".-, '-../ ...1 . .

1\ "~ .._.,
\ .:, ~\.'-."''-...:.:::~ .....

BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN

TENTANG

PERBANTUAN TNI KEPADA POLRI

DALAM RANGKA KAMTIBMAS

DISAHKAN DENGAN PERATURAN PANGLlM/~ TNI

NOMOR PERPANG171NIII/2011 TANGGAL 19 AGU.t.:3TUS 2011

DAFTAR 151

Halaman

Peraturan Panglirna TI-.Jl i~omor Perpang/71N111/2011, tanggal 19 Agustus 2011

tentang Buku Petunjul< Pelaksanaan tentang Perbantuar. TNI kepada Polri

dalam rangka Kamtibmas .... ................ ........ .......... ........ ....... ............. ......... ........ 1

BABI PENDAHULUAN

1. Umum ........................................................................................ 1

2. Maksud dan Tujuan ........................ " .......... "............................. 1

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut .. " ................................... ,........ 2

4. Kedudukan .......... " ............ " .................... ".................................. 2

5. Dasar.......................................................................................... 2

6. Pengertian dan Kriteria (Sublampiran A) .............. ..... ............. .. 2

BAB II POKOK-POKOK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PENERIMAAN


BANTUAN TNI

7. Umum .................... ,........................................................... 3

e. Tuju&n ................ ,....... ,...................................................... ,.'.... 3

9. Sasaran ......... ,... , .............. ,.............. ,................... ""'''' 3

10. Status Penugasan ...... ,.......... ,.,...... ,.............. ,.,................ 3

11, /\sas ........................ ,........ ,..... ,................................................... 3

12. PrillSip-P!insip ,............................................. :........................ 4

13. Organisasi................................................................................. 5

14. Prosedur Permintaan dan Pemberian Perbantuan .................... 7

15. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan .......................................... '..... 8

BAB III PENYELENGGARAAN PERBANTUAN TNI KEPADA POLRI

16. Umum ........................................................................................ 9

17. Tahap Perencanaan ................... :................. ............................ 9

18. Persiapan....... ......................... ..... .................... ...... ......... ........ 10

19. Pelaksanaan............... ......... ................................. .............. ..... 11

20. Pengakhiran ....................................... ,................................... ,.. ' 12

BAB IV ADMINISTRASI DAN LOGISTIK

2'1. Umum ......... ' ..... ' ... ".................................................................. 13

22. Admiilistrasi. ............. ............ ...... ............. .................. ............. .. 13

23. Logistik ..............................................................:.............. ....... . 13

BAB V KOMANDO, KENDAll, DAN KOMUNIKASI

24. Umum ............................... ,........................................................ 14

25. Komando............ ............................ ............. ...... ........ ................ 14

26. Kendali .................. ,.................................................................... 14

27. Komunikasi .......................................... ,..................................... 14

BAS VII PENUTUP

28. Demikian buku ............ .............................................................. 15

29. Dengan terbitnya .. ..................................................................... 15

SUBLAMPIRAN A PENGERTIAN DAN KRITERIA


SUBLAMPIHAN 8 DIAGRAM PERMINTAAN DAN "JEMBERIAN BANTUAN
SUBLAMPIRAN C RULES OF ENGAGEMENT (RCE)/ATURAN PELIBATAN
PERBANTUAN TNI KEPADA P,JLRI DALAM RANGKA
KAMTIBMAS

II
2

MEMUTUSKAN

Menetapkan 1. Buku Petunjuk Pelaksanaan tentang Perbantuan TNI kepada


Polri dalam rangka Kamtibmas seperti tercantum pada 'ampiran
peraturan ini.

2. Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini akan diatur


kemudian.

3. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 19 Agustus 2011

An. Panglima TNI


Asops

Cap/tertanda

Hambali Hanafiah .
Jistribusi: Mayor Jenderal TNI

Panglima TN'
Kapolri
~

L...

Para Kas Angkatan


..! Kasuil' TNI
-
::
. Irjen TNI
_.
;:.
Dansesko TNI
Pangkostrad
Para Asisten Panglima TNI
~

-.
w

-- . Kabais TNI
• Q. Para Asops Kas Angkatan
'1. Para Pangkotarnaops TNI
'2. Para Dansesko Angkatan
, 3, Para Kapolda
'.G Danjen Kopassus
'5. Dankormar
.5. Dankorpaskhas
Dankorbrimob
TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran Peraturan Pang lima TNI

MARKAS SESAR Nomor Perpang/71NIII/2011

Tanggal 19 Agustus 2011

BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG

PERBANTUAN TNI KEPADA POLRI OALAM RANGKA KAMTIBMAS

BASI

PENOAHULUAN

1. Umum.

a. Tugas pokok TNI sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004


tentang TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara. Dalam mewujudkannya dilakukan dengatl
Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Peran'g (OMSP).
salah satu tugas TNI dalam OMSP adalah membantu Kepolisian Negara Republik
Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban' masyarakat yang diatur
dalam undang-undang berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara.

b, Pelaksanaan tugas perbantuan TNI kepada Polri mempunyai perbedaan


dengan tugas-tugas yang lainnya, mengingat pada tugas ini, komando operasional
dipegang oleh Kepala Kepolisian yang menerima perkuatan satuan tugas TNI,'
sehingga dalam pelaksanaannya sangat memerlukan pemahaman dari kedua belah
pihak dan koordinasi yang akurat mulai dari tahap perencanaan sampai dengan
tahap pelaksanaan.

c. Agar pelaksanaan tug as perbantuan TNI kepada Polri dapat berdaya guna dan
berhasil guna maka perlu dibuat Buku Petunjuk Pelaksanaan tentang Perbantuan
TNI Kepada Polri Dalam Rangka Kamtibmas, sehingga tercipta satu kesamaan pola
pikir dan pora tindak.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Sebagai pedoman bag; satuan tugas TNI dalam melaksanakan


tugas perbantuan TNI kepada Polri dalam rangka Kamtibmas.

b. Tujuan. Agar memperoleh kesatuan dan keterpaduan dalam pola pikir, pola
sikap, dan pola tindak tentang bantuan TNI kepada Polri dalam menanggulangi
gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.
2

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Ruang lingkup buku petunjuk pelaksanaan ini
membahas hal-hal yang berkaitan dengan tugas perbantuan TNI kepada Polri dalam
menanggulangi ancaman dan gangguan Kamtibmas, dalam keadaan tertib sipil atau
dalam keadaan darurat sipil, dengan tata urut sebagai berikut:

a. Bab I Pendahuluan.
b. Bab" Pokok-Pokok Pelaksanaan Pemberian dan Penerimaan bantuan TN!.
c. Bab III Penyelenggaraan Perbantuan TNI kepada Polri.
d. Bab IV Administrasi dan Logistik.
e. Bab V Komando, Kendali, dan Komunikasi.
f. Bab VI Penutup.

4. Kedudukan. Buku petunjuk pelaksanaan ini sebagai penjabaran dari Buku


Petunjuk Induk tentang Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

5. Oasar.

a. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 2002, tanggal 8 Januari 2002 tentang


Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara RI Tahun 2002 Nomor 2
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4168).

b. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahup 2002, tanggal 8 Januari 2002 tentang


Pertahanan Negara (Lembaran Negam RI Tahun 2002 Nomor 3 Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4160).

c. Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004, tanggal 16 Oktober 2004 tentang


Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 127
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4439).

d. Peraturan Panglima TNl Nomor Perpang/45NI/2010 tanggal 15 Juni 2010


.
tentang Ooktrin TNI"Tridarma Ekakarma" (Tridek) .

e. Peraturan Pang lima TNI Nomor Perpang/9111/2008 tanggal 18 Februari 2008


tentang Naskah Sementara Buku Petunjuk Oasar Penggunaan Kekuatan TN!.

f. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/31/1V/2008 tanggal 22 Mei 2008


tentang Buku Petunjuk Induk tentang Operasi TNI.

g. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/14/111/2008 tanggal 27 Maret 2008


tentang Naskah Sementara Buku Petunjuk Induk Operasi Militer Selain Perang
(OMSP).

h. Peraturan Pang lima TNI Nomor Perpang/121111/2009 tanggal 11 Maret 2009


tentang Stratifikasi Ooktrin di Lingkungan TN!.

i. Naskah Sementara Prosedur Tetap Tata Cara Permintaan Bantuan TNI oleh
Polr; Oalam Rangka Tugas Kamtibmas No. Pol: PROTAP/004/111/2009 Maret 2009.

6. Pengertian dan Kriteria. Pengertian dan kriteria seperti tercantum pad a


sublampiran A lampiran peraturan ini.
TENTARA NASIONAL INDONESIA
MARKAS BESAR


PERATURAN PANGLIMA TNI

Nomor: Perpang 171 1 VIII 12011

tentang

BUKU PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG

PERBANTUAN TNI KEPADA POLRI DALAM RANGKA KAMTIBMAS

PANGLIMA TENTARA NASIONAL INDONESIA

Menimbang 1. Bahwa dalam rangka memudahkan koordinasi dan pelaksanaan


tugas TNI dan Polri, sehingga mampu menjamin keberhasilan tugas
secara respor.sif dalam menciptakan keamanan dan ketertiban
m<.l"j . . ,'uK<:.\ mellurut nJI~W" ,,j,ig berlaku. .

2. Buku Petunjuk Pelaksanaan tentang Perbantuan TNI Kepada


Polri dalam rangka Kamtibmas ini sebagai petunjuk dan pedoman bag;
satuan TNI dalam menyelenggarakan tugas-tugas peiaksanaan
perbantuan TNI kepada Polri dalam rangk8 keamanan dan ketertiban
masyarakat.

'l1engingat 1. Undang-Undang Ri Nomer 2 Tahun 2002 tanggai 8 Januari 2002


tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2002 tanggal 8 Januari 2002


tentang Pertahanan Negara.

3. Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tanggal 16 Oktober


2004 tentang Tentara Nasionallndonesia.

rl1emperhatikan : Surat Perintah Panglima TNI Nomor Sprin173311V/2011 tanggal


18 April 2011 tentang penunjukan anggota 'Pokja penyusunan revisi
Bujuklak Bantuan TNI kepada Polri dalam rangka Kamtibmas.
3

BAB II
POKOK-POKOK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PENERIMAAN BANTUAN TNI

Umum. Agar tugas perbantuan TNI kepada Polri dapat berjalan lancar dan
aiceroleh kesamaan berpikir dan bertindak, maka ketentuan pelaksanaannya harus
1r-=11uat pokok-pokok yang dapat dipahami dan dipedomani oleh TNI dan Polri. Pokok­
p:::·~ok tersebut nntara lain mencakup; tujuan, sasaran, asas, prinsip-prinsip, organisasi,
JI'":sedur permintaan dan pemberian bantuan dan hal-hal yang perlu diperhatikan.

• Tujuan. Membantu tugas Polri da!am menanggulangi ancC1man dan gangguan


ii' .=....,tibmas sesua; dengan kebutuhan atau permintaan Polri sehingga tidak berkembang
([C- meluas.

~. Sasaran.

a. Terbantunya tugas Polri dalam menanggulangi ancaman dan gangguan


Kamtibmas sehingga tidak berkembang dan meluas.

b. Tervvujudnya keterpaduan TNI dan Polr; dalam bersikap dan bertindak untuk
menanggulangi ancaman dan gangguan Kamtibmas.

c. Terwujudnya Kamtibmas yang kondusif di suatu wilayah.


.­ Status Penugasan. Tugas perbantuan TNI'kepada Polri berstatus:

a. Bawah Komando Operasi (BKO), untuk perbantuan Satgas TNI yang kekuatan
utamanya berupa personel beserta senjata organiknya.

b. Bawah Kendali Operasi, untuk perbantuan Satgas TNI yang kekuatan


utamanya berupa Alutsista TNI (pesawat, kapal, Ranpur, dll) beserta personelnya.

Asas.

a. Tujuan. Setiap penye!enggaraan 'tugas harus merniliki rumusan


tujuan/sasaran yang jelas, sehingga tidak menimbulkan keraguan dalam pencapaian
tug as pokok.

b. Kesatuan Komando dan Pengendalian. Seluruh kegiatan tugas perbantuan


TNI kepada Polri . berada di bawah satu komando/penanggung jawab dad inslitusi
negara yang ditunjuk dalam hal ini KapolresfTafTabes/Metro, Kapolda, f<:apolri lang
menerima perbantuan unsur TNI sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

c. Proporsional. Bahwa kekuatan, persenjataan dan peralatan TNI yang


dikerahkan dalam pelaksanaCln lugas dilakukan secara sepadan, tidak berlebihan,
memi;iki prosedur stander tugas yang jelas, terhindar dari tindakan di luar batas
kewnjaran.

d. Keamanan. Tindakan keamanan harus di!aksanakan mulai proses


perencanaan, persiapan, pe!aksanaan sampai dengan pengakhiran operasi, dengan
tujuan untuk menghindari kegagalan dan kesalahan prosedur dalam pelaksanaan
operasi.
4

e. Legitimasi. Pelaksanaan tugas perbantuan TNI kepada Polri yang


dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang·undangan yang berlaku.

f. Keterpaduan (sinergitas). Dalam tugas perbantuan TNI kepada Polri


diperlukan adanya persamaan persepsi yang tepat dan kesamaan pola tindak serta
saling melengkapi.

g. Ekonomis. Dalam tugas perbantuan TNI kepada Polri harus


mempertimbangkan penggunaan kekuatan secara ekonomis. Segala faktor harus
diperhitungkan dengan cermat. sehingga pada pelaksanaannya dapat dikerahkan
kekuatan secara efektif dan efisien.

~2. Prinsip·Prinsip.

a. Atas Permintaan. Pelaksanaan perbantuan satuan TN! kepada Polri,


berdasarkan permintaan dari pihak Polri.

b. Antisipatif. Komandan satuan TNI harus tanggap terhadap....situasi. terutama


jika Polri akan mengemban tugas di wilayah yang tinggi eskalasi ancamannya. maka
Komandan satuan TNI sudah dapat menyiapkan satuannya (disiagakan) untuk
setiap s8at dikerahkan membantu Polri.

c. Kecepatan dan :<etepatan 8ertindak. Pemberian bantuan TNI dilaksanakan


dengan cepat dan tepat (responsi0 agar tidak terjadi resiko yang dapat menimbulkan
kerugian lebih besar. Untuk itu satuan pemberi bantuan harus memperoleh
informasi tentang perkembangan situasi sedini mungkin.

d. Perencanaan Terpadu. Perencanaan permintaan bantuan dan perencanaan


pemberian bantuan dilaksanakan secara terpadu.

e. Polisionil. Tugas yang dilaksanakan oleh TNI bukan merupakan tugas'


tempur tetapi tugas untuk membantu Polri da!am rangka memelihara Kamtibmas
sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku serta menghormati
hak asasi manusia. •

f. Kekenyalan. Pelaksanaan pemberian bantuan harus dapat menyesuaikan


dengan situasi, kondisi dan dinamika yang dihadapi.

g. Kesatuankomunikasi. Komunikasi yang terintegrasi antara TNI dan Polri


sangat diperlukan guna memperlancar dalam penyelenggaraan bantuan.

h. Pendelegasian kewenangan. Pelaksanaan pemberian perbantuan TNI


kepada Polri, kewenangan pemberian bantuan, didelegasikan kepada satuan
bawah, minimal satuan setingkat Kodim. Lanai dan Lanud. .

i. Meminimalisasi resiko.

1) Menggunakan cara bertindak yang paling ringan dan resiko yang


diakibatkan harus sepadan dengan keadaan yang dihadapi.

2) Menggunakan senjata atau tindakan kekerasan lainnya hanya sebagai


jalan terakhir karena terpaksa untuk mempertahankan/menyelamatkan diri
sendiri/orang lain dan rnempertahankan kehormatan/harta benda sendiri atau
kepunyaan orang lain dari serangan yang melawan dan mengancarn
t.,. __ ,... __ I ...... ~_+,..._
5

~3. Organisasi.

a. Struktur Organisasi.

I I
I MABES TNI MABES POLRI
1 \

~
IT II
KOTAMAOPS TNI
----- POLDA
(KOOAM, KOARMA, I
KOOPSAU)

11
KOMANOO MILITER -- POLREsrrA!f ABES/METRO

(KOREM, KODIM,

LANTAMAL, LANAL, LANUO)

I SATUAN TUGAS TNI


I ~ .-

Keterangan

Garis komando

Garis monitor/pelaporan

Garis koordinasi

b. Tugas.

1) Mabes TN!.

a) Melakukan koordinasi dengan Mabes Polri tentang permintaan dan


pemberian bantuan Satgas TNI kepada Polri.

b) Mengeluarkan perintah kepada Kotamaops TNI untuk rnGny!apkah


personel dan/atau Alutsista sesuai permintaan dalam status Bawah
Komando Operasi (Bakoops) atau Bawah Kendali Operasi (BKO) kepada
Polri.

c) Mengikuti perkembangan situasi secara teru.s-menerus.

2) Mabes Polri.

a) Melakukan koordinasi dengan Mabes TNI tentang perbantuan TNI

kepada Polri.

b) Mabes Polri menerima perbantuan Satgas dari Mabes TN!.

c) Memberikan informasi kepada Mabes TNI tentang situasi wilayah

yang memerlukan bantuan TNI.


6

d) . Setelah menerima perbantuan unsur TNl selanjutnya member!


tugas-tugas serta menyelenggarakan komando dan pengendalian kepada
satuan TN!.

3) Kotamaops TNI (Kodam, Koarma, Koopsau).

a) Menyi2pkan personel dan/atau Alutsista sesuai dengan permintaan


Polda atau perintah Mabes TN!.

b) Mengoordinasikan dengan Polda tentang permintaan dan


pemberian bantuan TNI kepada Polri.

c) Mengikuti perkembangan situasi secara terus-menerus dan


melaporkan kepada Komando Atas.

4) Polda.

a) Melakukan koordinasi dengan Kotamaops tentang perbantuan

Satgas TNI kepada Polri.

b) Polda menerima perbantuan Satgas TNI dari Kotamaops.

c) Memberikan informasi kepada Kotamaops tentang situasi wilayah

yang memerlukan bantuan TN!.

d) Setelah menerima perbantuan Satgas dari Kotamaops TNI


selanjutnya memberi tugas-tugas serta menyelenggarakan komando dan
pengendalian kepada Satgas TNI.

5) Komando Militer (Korem, Kodim, Lantamal, Lanai, Lanud) .


.
a) Menyiapkan personel dan/atau Alutsista sesuai dengan permintaan

Kapolres/Tan"abes/Metro atau atas perintah Kotamaops,

b) Koordinasi dengan Kapolresn"an"abes/Metro.

c) Memberikan saran kepada Kapolresn"a/Tabes/Metro tentang

perlunya bantuan TNI berdasarkan analisa intelijen perkembangan situasi

wilayah tersebut.

d) Mengikuti perkembangan situasi secara' terus-menerus dan


melaporkan kepada Komando Atas.

6) Polresn"alTabes/Metro.

a) Menerima perbantuan Satgas TN!.

b) Memberikan tugas-tugas serta menyelenggarakan komando dan

pengendalian terhadap Satgas TN!.

c) Memberikan informasi kepada Satgas TNI tentang situa~


wilayahnya.

d) Memberikan dukungan administrasi dan logistik kepada Satgas TNI

7) Satuan tugas TN!.

a) Mempelajaritugas, menyiapk2n pasukan dan melaksanakan latihal


pendahuluan.

b) Mengoordinasikan dengan KapolreslTalTabes/MetrD tentang tugas


tugas yang akan dilaksanakan. "

c) Melaksanakan tugas sesuai dengan perintah dari Kepala Kepolisial


setempat (Polda/PolreslTalTabes/Metro) dan melaporkan kepadc
Komando Atas.

14. Prosedur Permintaan dan Pemberian Perbantuan. Agar mekanisme permintaar


dan pemberian perbantuan Satgas TNI kepada Polri berjalan lancar sehingga tidak terjad
salah persepsi dan penyimpangan dalam pelaksanaan tugas, perlu diatur prosedu
permintaan dan pemberian perbantuan sebagai berikut:

a. Prosedur Permintaan Perbantuan.

1) Permintaan perbantuan Satgas TNI dapat dilakukan secara lisan dar


harus ditindaklanjuti secara tertulis paling lambat 1 x 24 jam, diajukar
serendah-rendahnya oleh KapolreslTalTabes/Metro ditujukan kepadc
Komandan Militer yang setingkat (Danrem, Dandim, Danlantamal, Danlanal
Oanlanud).

2) KapolreslT alTabes/Metro yang meminta bantuan dan Komandan Militel


yang memberikan bantuan TNI segera melaporkan kepada atasan masing·
masing pada kesempatan pertama selambat-Iambatnya 1 x 24 jam dar
diteruskan secara hierarki kepada pimpinan TNI dan Polri.

3) Komandan Satuan Kewilayahan TNI AL dan TNI AU apabila memberikar


bantuan agar menginformasikan/mengoordinasikan ke Komandan Satuar
Kewilayahan (TNI AD) sebagai penanggung jawab wilayah.

4) Permintaan perbantuan Satgas TNI harus me'1luat antara lain:

a) Perkembangan situasi terakhir.

b) Alasan permintaan perbantuan.

c) Jumlah kekuatan dan kemampuan yang diperlukan baik personel,


alat utama, alat krwsus, peralatan lain maupun perlengkapan yang
dibutuhkan.

d) Daerah/lokasi bantuan diperlukan.


8

e) Waktu penugasan (kapan dimulai dan kapan berakhir).

f) Dukungan administrasi dan logistik.

b. Prosedur Pember/an Perbantuan.

1) Komando Militer di daerah setelah menerima permintaan perbantuan dari


Polri setempat, segera memerintahkan unsur-unsurnya secara lisan dan
ditindaklanjuti dengan perintah tertulis pada kesempatan pertama/segera
mungkin.

2) Komandan satuan TNI yang ditugaskan untuk perbantdan ~Polri segera


membuat perencanaan persiapan bantuan sesuai dengan perkembangan
situasi, jumlah kekuatan dan perlengkapan, tujuan, lokasi serta waktu sesuai
dengan permintaan.

3) Pemberian perbantuan dilaksanakan atas persetujuan serendah­


rendahnya Komandan setingkat Dandim, Lanai dan Lanud.

4) Komandan Satuan Kewilayahan TNI AL dan TNI AU di samping


melaporkan kepada komandan satuan atasannya tentang adanya pemberian
bantJan kepada Polri juga menginformasikan ke komando kewilayahan TNI AD
setempat, kemudian Komandan Satuan Kewilayahan pada kesempatan
pertama secara lisan melaporkan kepada komandan satuan atasan tentang
adanya pemberian bantuan unsur TNI (TNI AL dan TNI AU) kepada pihak polri
setempat.

·5. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan.

a. Satuan tugas TNI yang diperbantukan kepada Polri sepenuhnya di bawah


komando dan tanggung jawab Kepala Kepolisian yang mendapat perbantuan .
.
b. 8atas-batas pelaksanaan tugas yang boleh dilakukan oleh Satgas TNI
ditetapkan oleh Kepala Kepolisian yang mendapat perbantuan Satgas TNI dan
sesuai ketentuan bantuan akan ditarik ke pangkalan selambat-Iambatnya 1 x 24 jam
setelah dinyatakan selesai.

c. Perubahan penggunaan kekuatan atau pengalihan sasaran agar


dikoordinasikan dengan Komandan satuan tugas TNI yang memberikan perbantuan.

d. Dalam pemberian bantu an TNI kepada Polri satuan terkecil yang dapat
diberikan adalah setingkat regu, pemberian bantuan tidak dapat berbentuk
perseorangan.

e. Dalam pelaksanaan tugas, hubungan satuan, minimal setingkat regu, dan


Satgas TNI dapat diberikan sektor tersendiri, terutama untuk mengamankan obyek
vital (Kantor pemerintahan, PLN, Telkom, PDAM, dll) guna
mencegah/menanggulangi gangguan Kamtibmas, tetapi masih dalam kendali Polri.

f. Kodal dan dukungan administrasi logistik selama operasi menjadi tanggung


jawab Kepala Kepolisian yang menerima perbantuan unsur TN\,
9

g. Personel yang dilibatkan dalam perbantuan TNI kepada Polri harus memahami
bahwa tugas yang dilaksanakan merupakan tindakan Polisionil, memahami
ketentuan hukum dan HAM, tidak membawa peralatan di luar ketentuan, tidak
bertindak arogan atau bertindak sendiri-sendiri yang dapat memicu situasi menjadi
buruk.

h. Penggunaan senjata api atas perintahpemegang Kodal dan harus sesuai


dengan prosedur (sesuai ROE) serta mengikuti ketentuan dari pihak Polri.

BAB III

PENYELENGGARAAN PERBANTUAN TNI KEPADA POLRI

~5. Umum. Perbantuan TNI kepada Polri dalam rangka menanggulangi ancaman dan
;a1gguan keamanan serta ketertiban masyarakat, dalam penyelenggaraannya diatur
-:.Jlai tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran. Dalam setiap
:::iapan kegiatan tersebut masing-masing unsur baik TNI maupun Polri yang terlibat
:a!arn kegiatan penyelenggaraan perbantuan TNI kepada Polri, melaksanakan kegiatan
:-'!:suai dengan tugasnya.

H. Tahap Perencanaan.

a. Mabes TNI.

1) Melaksanakan koordinasi dengan Polri tentang tugas perbantuan Satgas


TNI kepada Polri yang akan dilaksanakan.

2) Merencanakan/merumuskan perintah kepada Kotamaops tentang


pembentukan satuan tugas TNI untuk diperbantukan kepada Polri.

3) Merencanakan pengerahan kekuatan satuan tugas TNI yang akan


diperbantukan kepada Polri.

b. Kotamaops TNI (Kodam, Koarma, Koopsau).

1) Merencanakan kebutuhan personel, Alutsista dan alat peralatan yang


diperlukan.

2) Melaksanakan koordinasi secara terus-menerus dengan Polda tentang


tugas perbantuan TNI yang akan dilaksanakan.

3) Merencanakan perintah tentang perbantuan kepada satuan bawah.

c. Komando Militer (Korem, Kodim, Lantamal, Lanai, Lanud).

1) Merencanakan kebutuhan personel, Alutsista dan alat peralatan yang


diperlukan, jika kebutuhan yang direncanakan/diminta belum terpenuhi segera
melapor kepada komando atas untuk meminta perkuatan tambahan.
10

2) Melaksanakan koordinasi secara terus-menerus dengan Polri setempat


tentang tugas perbantuan TNI yang sedang dan akan dilaksanakan.

3) Merencanakan perintah perbantuan satuan tugas TNI.

d. Satuan tugas TN!.

1) Menerima dan mempelajari tugas. termasuk observasi lapangan.

2) Menganalisa dan mengevaluasi situasi.

3) Membuat rencana pengerahan perbantuan berdasarkan jumlah kekuatan.


sasaran. cara bertindak. dan disposisi yang telah ditentukan oleh Polri.

4) Melaksanakan koordinasi dengan Polri tentang tugas pokok perbantuan


TNI. pengaturan tugas atau pembagian sektor.

5) Dalam keadaan yang sangat mendesak. kegiatan perencanaan dan


koordinasi dilakukan di lapangan.

6) Menyiapkan kekuatan yang kemampuannya dapat dihar:Japkan untuk


mengantisipasi ancaman/sasaran yang telah ditetapkan.

~8. Persiapan.

a. Mabes TNI.

1) Menyiapkan satuan tugas TNI yang akan diperbantukan kepada Pold.

2) Melengkapi peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan oleh satuan


tugas.

3) Mengeluarkan perintah perbantuan satuan tugas TNI kepada Polri.

b. Kotamaops TNI (Kodam, Koarma, Koopsau).

1) Menyiapkan personel dan Alutsista yang diperlukan.

2) Mengeluarkan perintah perbantuan kepada satuan tugas TNI kepada


satuan bawah.

3) Menyelenggarakan latihan pendahuluan.

4) Menyelenggarakan pergeseran pasukan.

12

3) Satgas TNt yang diperbantukan ke Potri membantu atau mencega


lang sung terhadap ancaman dan gangguan Kamtibmas dengan melaksanaka
tindakan sesuai perintah atau kendali Kepala Kepotisian setempat dengan pol
dan metode serta ketentuan yang berlaku.

4) Satgas TNI dapat menangkap pelaku tindak pidana, selanjutny


menyerahkan ke Kepolisian untuk diadakan penyidikan menurut hukum yan
berlaku.

5) Satgas TNI melaporkan perkembangan situasi kepada pimpinan Pol


yang menerima BKO dan komandan militer setempat.

20. Pengakhiran.

a. Mabes TN I.

1) Menerima tembusan perintah pengakhiran perbantuan satuan tugas Tt\

dari Mabes Potri.

2) Menerirna laporan pengakhiran perbantuan satuan tugas TN!.

3) Melaksanakan evaluasi tentang tugas yang tetah dilaksanakan.

b. Kotamaops TNt (Kodam, Koarma, Koopsau).

1) Me'1erima tembusan perintah pengakhiran perbantuan satuan tugas TNt dal


Po/da.

2) Menerima laporan pengakhiran perbantuan satuan tugas TNI dal


satuan/setingkat Kodim.

3) Menerima pelaporan akhir dari satuan tugas TNt yang melaksaakan iuga~

perbantuan.

4) Melaporkan pelaksanaan tugas ke Mabes TN!.

c. Komando Millter (Korem, Kodim, Lantamal, LanaI, Lanud).

1) Menerima perintah dan taporan pengakhiran perbantuan satuan tugas TN


dari Poltabes/Polres.

2) Melaksanakan pengecekan personel dan Alutsista yang selesai digunakar

dalam penugasan.

3) Melaporkan ke Pangkotarnaops TNI.

4) Mengembalikan satuan tugas TNI ke pangka/an.

13

d. Satuan tugas TN!.

1) Melakukan konsolidasi terhadap personel dan perlengkapan satuan tugas


TNI yang di perbantukan.

2) Satuan tug as TNI kembali ke pangkalan masing-masing.

3) Melaporkan dan mengevaluasi pe!aksanaan tugas kepada komando atas. ,

BAB IV

ADMINISTRASI DAN LOGISTIK

21. Umum. Kelancaran penyelenggaraan tugas perbantuan tidak terlepas dari


I<esiapan personel, Alutsista dan dukungan logistik yang diperlukan. Guna menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas, perlu diatur mekanisme dukungan administrasi dan
logistik.

22. Administrasi.

a. Komandan Satminkal TNl/komandan yang satuannya dilibatkan dalam tugas


bantuan TNI kepada Polri wajib melengkapt satuannya dengan surat perintah.

b. Alat peralatan yang digunakan dalam perbantuan TNI kepada Polri


menggunakan alat peralatan organik satuannya.

23. Logistik.

a. Dukungan logistik perbantuan TNI kepada Polri diatur sesuai dengan standar
Polri.

b. Dukungan kesehatan menjadi tanggung jawab Polri, dengan menggunakan


fasilitas kesehatan milik PolrifTNIIPemda/swasta.

c. Kebutuhan logistik pergeseran pasukan didukung Polri, setelah ada


permintaan (Mulai dari home base sampai dengan daerah operasi dan kembali ke
home base), apabila' permintaan hanya bersifat siaga (stand by) di Markas satuan,
maka dukungan logistik masih menjadi tanggung jawab satuan tersebut.

d. Untuk kecepatan gerak unsur TNI yang ditugaskan memberikan bantuan


kepada Polri dapat menggunakan logistik satuan,' selanjutya diajukan
penggantiannya kepada Kepala Kepolisian Daerah setempat secara berjenjang.
14

BABV
KOMAN DO, KENDAll, DAN KOMUNIKASI

24. Umum. Untuk menunjang keberhasilan tugas perbantuan TNI kepada Polri dalam
rangka menanggulangi gangguan Kamtibmas diperlukan kesatuan komando dan
pengendalian oleh setiap unsur satuan pelaksana, guna menunjang kelancarane
pelaksanaan tugas perlu diatur mekanisme komando, kendali dan komunikasi.

25. Komando.

a. Komando Utama satuan tugas TNI yang diperbantukan kepqda Polri berada
pada Pang lima TN!.

b. Komando Operasional satuan tugas TNI yang diperbantukan kepada porri


berada pada Kapolda.

C. Komando Taktis satuan tugas TNI yang diperbantukan kepada Polri berada
pada Kapolresrrarrabes/Metro.

26. KendalL

a. Kendali Operasional. Kendali operasional satuan tugas TNI yang


diperbantukan kepada Polri berada pada Kapolda.

b. Kendali Taktis. Kendali taktis satuan tugas TNI yang diperbantukan kepada
Polri berada pada Kapolresrrarrabes/Metro.

27. Komunikasi.

a. Menggunakan Protap, Instap dan Insops Komlek TNI dan Polri secara terpadu
dan terintegrasi.

b. Penggunaan sarana komunikasi di luar Alkom satuan TNIIPolri sesuai


kebutuhan.

c. Penggunaan komunikasi disesuaikan dengan jaring komunikasi Polri yang


tergelar.
15

BABVI

PENUTUP

28. Demikian buku petunjuk pelaksanaan TNI tentang perbantuan TNI kepada Polri
dalam rangka menanggulangi ancaman gangguan Kamtibmas disusun sebagai pedoman
satuan TNI dalam melaksanakan tugas perbantuan kepada Polri.

29. Dengan terbitnya Buku Petunjuk Pelaksanaan tentang Perbantuan TNI kepada Polri
Dalam Rangka Kamtibmas ini, maka Buku Petunjuk Pelaksanaan TNI tentang Bantuan
-:-NI kepada Polri dalam rangka Kamtibmas Nemer Perpang/6/1112010 tanggal 1 Februari
2010, dinyatakan tidak berlaku lagi. ..:

A.n. Panglima TNI


Aseps

Cap/tertanda

Hambali Hanafiah
Mayer Jenderal TNI

~-;~~~"'7!A
~<rlr. ,\',-wL'".h LIJ;{it",
,/
r ~ \ ; \ ~ (1::.r:.'/,
c.', ',- ,.-.'" ,-
/.~" ,:: ~ :~> ,.... I ­
i

~\".Jf~:'M"':'
f- ~'.
"
"1, }':~~'; >'~,-'; '-"-'A
~t·
1\
r
'" _
''''''''!T'.r---,
k
,.:_.,._-_.
'. " /., "".';oj
. 'g,:r.::-;:J'~ "l '
~.""',,L .. i
iii
:_,l..~-
UJh....
' \ /.to
l~;Jan'
-',
'~l: IU;0'1- i;ii*-6115nel Lek
TENTARA NASIONAL INDONESIA Sublampiran A Lampirar:
MARKAS BESAR Peraturan Panglima TN I
Nomor Perpang/71 NIII/2C
Tanggal 19 Agustus 2C

PENGERTIAN DAN KRITERIA

1. Pengertian.

a. Perbantuan TN! kepada Polri adalah bantuan TNI yang diberikan kepada
Polri berupakekuatan dan kemampuan yang dimiliki TNI yang diberikan atas
permintaan Polri dalam rangka mencegah dan menanggulangi gangguan keamanan
dan ketertiban masyarakat. .;

h. Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis


masyarakat sebagai salah satu prasarat terselenggaranya proses pembangunan
nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya
keamanan, ketertiban dan tegaknya hukum serta terbinanya ketentraman yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan
masyarakat dalam menangkal, mencegah dan menanggulangi segala bentuk
pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan
masyarakat.

c. Gangguan Kamtibmas adalah svatu keadaan yang mengancam stabilitas


keamanan masyarakat, terjadi sebagai kulminasi dar~ konflik yang diwarnai oleh
adanya benturan secara terbuka dan tindakan anarki dengan ciri kekerasan serta
pelecehan hukum, dapat terjadi mendadak atau eskalatif yang tidak teratasi dengan
tata cara penanggulangan berdasarkan prosedur biasa.

d. Keadaan mendesak adalah batasan situasi yang dihadapi saat itu


berdasarkan tingkat kerawanan keamanan dan ketertiban masyarakat, dinilai dalam
waktu, memerlukan tindakan segera atau secepat mungkin untuk mengatasi situasi
yang berkembang, membahayakan dan rnenimbulkan korban semakin besar.

e. Komando utama operasi (Kotamaops) TNI adalah kekuatan TNI yang


terpusat yang berada di bawah komando Panglima TNI memiliki fungsi penggunaan
kekuatan.

f. Komandan militer adalah Komandan kesatuan TNI di suatu tempat serendah­


rendahnya setingkat Komando Distrik Minter (Kodim), Pangkalan Angkatan Laut
(Lanai), Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) yang mempunyai kewenangan
komando langsung pada satuannya untuk memberikan bantuan atas permintaan
Polri dalam rangka keamanan dan ketertiban masyarakat.

g. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) adalah alat negara yang


berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat
dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.

h. Operasional adalah segala usaha, kegiatan dan tindakan yang dilakukan


secara fisik yang terpimpin dan terarah pada suatu tujuan tertentu.
2

i. Kekuatan adalah ketangguhan yang di dalarnnya terdapat sinergi ant.


personel dan Alutsista serta kemampuan.

j. Kemampuan adalah keahlian/kecakapan pengetahuan, tanggung jawab d

rasa kesatuan setiap personel dan Alutsista serta sistem dalam melaksanak

setiap tugas.

k. Bawah Komando Operasi (BKO) adalah status satuan-satuan ya

mempunyai hubungan operasional dengan satuan atasan yang bukan satuan atas

organik. Satuan yang menerima bawah komando mempunyai wewenang komanl

operasional terhadap satuan yang berstatus bawah komando.

,
I. BClwah Kendali Operasi adalah status satuan yang telah mempunyai tug;

pokok tertentu, mempunyai hubungan operasional dengan atasan yang buki

satuan organiknya. Satuan yang menerima bawah kelida!i mempunyai wewenar

pengendalian operasional terhadap satuan yang berstatus bawah kenda

Pemberian tugas kepada satuan bawah kendali tidak dibenarkan menyimpangl

luar dari tugas pokok organiknya.

m. Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) adalah peranti keras dan peranti lune
yang dimiliki TNI berupa al8t-alat penting seperti kapal, pesawat terbang, rada
peluru kendali, dan pangkalan udara yang digunakan sebagai sistem senjata utarr
dalam pelaksanaan tugasnya.

n. Pelibatan (Engagement) adalah interaks.i permusuhan, antara satua


operasional TNI dengan pihak lain ataupun kelompok/massa yang berbuat anarkis (
lapangan dalam situasi niat permusuhan (Hostile Intent) dan atau tinda
permusuhan (Hostile act).

O. Rules of Engagement adalah:

1) ROE adalah petunjuk yang dikeluarkan Komandan untul


menggambarkan keadaan-keadaan dan pembatasan-pembatasan diman,
kekuatan TNI akan memulai dan akan melanjutkan pelibatan dengan pihal
lain.

2) ROE adalah sarana bagi Komandan pelaksana di lapangan untUt


mengatur penggunaan kekuatan dalam konteks hukum Nasional dar
Internasional.

p. Huru-hara adalah tindakan atau perbuatan pidana yang dilakukan aiel"


sekelompok massa secara bersama-sama dengan sengaja dan terbuka dalam
bentuk ancaman kekerasan serta mengganggu keamanan dan ketertiban
masyarakat.

q. Unjuk rasa adalah tindal<an yang dilakukan seorang atau lebih untuk
menyatakan aspirasinya dl depan umum dengan cara lis an, tu!isan maupun cara lain
untuk menyampaikan dukungan, protes atau tuntutan sebagai perwujudan ikut serta
dalam proses tertentu untuk mencapai tujuannya mengisi pembangunan nasional
terutama dalam pelaksanaan demokrasi pancasila.
3

r. Massa adalah sekelompok orang yang secara aktif dan konsisten mengikut
setiap gerakan yang diarahkan oleh pirnpinan massa tanpa mengindahkan seruar
ataupun perintah dar; pihak lain.

s. Aman adalah suatu keadaan dalam kehidupan mas.yarakat dimana konfli~


masih bersifat laten, dimana administrasi pemerintahan, administrasi pembangunar
dan administrasi kemasyarakatan dapat berfungsi dengan baik. .

t. Darnai adalah suatu keadaan dalam masyarakat dimana tidak terdapat konflik
dan administrasi pemerintahan, admnistrasi pembangunan dan administrasi
kemasyarakatan dapat berfungsi dengan baik.

u. Tindakan polisionil adalah tugas yang dilaksanakan oleh TNI bukan


merupakan tugas tempur tetapi tugas untuk membantu Polri dalam rangka
memelihara Kamtibmas.

v. Mempertahankan diri adalah tindakan yang diambil oleh prajurit TNI untuk
melindungi did sendiri atau masyarakat atau harta benda atau kehormatan
kesusilaan dari bahaya yang mengancam secara langsung.

w. Ambang Gangguan (AG) adalah kondisi gangguan Kamtibmas yang jika


dibiarkan tidak ada tindakan Kepolisian dapat meningkat menjadi gangguan nyata,
yang selanjutnya disebut juga sebagai nial permusuhan (Hostile Intent).

x. Gangguan Nyata (GN) adalah gangguan keamanan berupa kejahatan atau


pelanggaran yang terjadi dan menimbulkan kerugian bagi masyarakat berupa jiwa,
raga ataupun harta benda, yang selanjutnya disebut juga sebagai tindakan
permusuhan (Hotile Act).

y. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjtJng tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.

2. Kriteria.

a. Kriteria ancaman.

1) Adanya gangguan keamanan dan ketertiban niasyarakat berbentuk


kerusuhan masa dan pelanggaran hukurn yang apabila tidak segera diatasi
dapat berkembang menjadi ancaman terhadap kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

2) Intensitas pelanggaran dan kejahatan serta kualitas ancaman yang


meresahkan masyarakat dan dapat merongrong kredibilitas pemerintah dan
atau yang mengarah kepada disintegrasi bangsa.

3) Adanya kegiatan masyarakat atau pemerintah yang berskala besar dan


nasional sehingga memerlukan pengerahan bantuan TNI kepada Polri.
4

b. Krlterla kemampuan.

1) Terbatasnya personel Polri baik kualitas maupun kuantitas untuk


mengatasi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.

2) Sarana dan prasarana pendukung operasional Pclri dinilai tidak cukup


untuk mengatasi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat.

3) Keadaan geografis yang tidak memungkinkan Polri bertindak segera,


sehingga membutuhkan bantuan TNI setempat untuk mengatasi gangguan
keamanan dan ketertiban,

An, Panglima TN!


Asops

Cap/tertanda

Hambali Hanafiah
Mayor Jenderal TNI

Autentikasi
An. Ke etum TNI
~--;;:": '-":'---; " , aka
0':\C'c-r"i "; ":';"'ii :,:"8
~. ' c,.."~.W.i._.,~.,
--II);.
.I'
1;, .. I
tl ,- p'" .,.., ,, ; ,A ,";
~f

'~':-~~---""r'~:-:-'

~
f ,:,'

. ~'~7':'"
l.

'.:;
,~ ,
. .;",

. "'t; 'I ~ ti' ,. '!" "-.


; : I .

St/(~~,~L.L.. LL,..;·':rrb~~viatno
~-!.'.;JLill~ejoTiei Lek NRP 509061
Sublampiran B Lampiran
iENTARA NASIONAL DONESIA
MARKAS BESAR Peraturan Pang lima TN I
Nomor Perpang/71NlIl/20'
Tanggal 19 Agustus 20'

DIAGRAM PERMINTAAN DAN PEMBERIAN BANTU AN

..,...-.-.-.-.-~
KAPOLRI PANGLIMA TNI
II ..

..,..._._._._.-.­
,. .. PANGDAM/PANGKOARMN

KAPOLDA
..... _._.t
of-­ PANGKOOPSAU

1 l
! ,j
:
f i
I;
I
I
I

Ii. I I
.! II­ DANREM/DANLANAU

1._._ . •
I! DANLANUD

KAPOLREStTN

V.. 7

.. II­
i
11 ii
V
I
...
DANDIM
T ABES/METRO
..,...-.-.-.-.-~

I I
I
TUGASI : BKO/BAKOOPS
! I
... ...
SATGAS TNI

"e:erangan

-Jo- Permintaan/Pemberian
~ Laporan A.n. Panglima TNI
=-.~> Persetujuan Asops
- _... Koordinasi
-- - -.- Perintah
Cap/tertanda

Hambali Hanafiah
Mayor Jenderal TNI
TENTARA NASIONAL INDONESIA Sublampiran C Lampiran
MARKAS BESAR Peraturan panglima TN I
Nomor Perpang/71NIIIJ201'
Tanggal 19 Agustus 201

RULE OF ENGAGEMENT (ROE)/ATURAN PELIBATAN

PERBANTUAN TNI KEPADA POLRIDALAM RANGKA KAMTIBMAS

BABI

PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Reformasi di Indonesia telah membuka peluang seluas·luasnya bagi


masyarakat untuk menyampaikan pendapat ataupun dalam mempertahankan
l1aknya yang terkadang tindakannya tidak sesuai dengan aturan yang berlaku.
Penyampaian pendapat sering kali dilakukan dengan de~onstrasi besar-besaran
yang dapat berakibat kekacauan atau kerusuhan akhirnya rnenimbulkan kerusakan
dan korban. Keadaan tersebut dapat berkembang menjadi anarkis dan berpeluang
uniuk menjadi disintegrasi bangsa. Karena iiu perlu adanya suatu antisipasi guna
mencegah dan menanggulangi gangguan keamanan dan ketertiban rnasyarakat
agar stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat secara nasional dapat terjamin.
Dalam keadaan situasi tertentu, TNI dapat dilibatkan membantu J=>olri dalam rangka
menanggulangi gangguan Kamtibmas sesuai dengan tugas-tugas yang diamanatkan
dalam undang-undang.

b. Pelaksanaan tugas perbantuan TNI kepada Polri mempunyai perbedaan


dengan tugas-tugas TNI yang lainnya, mengingat pada operasi ini tindakan polisionil
lebih dikedepankan dan Komanda aperasional dipegang oleh Kepala Kepolisian
yang menerima SKO sehingga dalam pelaksanaannya tindakannya sang at
t

memerlukan pemahaman dari personel TNI yang diperbantukan kepada Po!ri


khususnya yang terkait dengan aturan pelibatan hal ini untuk mencegah terjadinya
pelanggaran hukum.

c. Agar pelaksanaan perbantuan TNI kepada Polri dapat berhasil dan berdaya
guna serta tidak terjadinya pelanggaran hukum, maka perlu dibuat aturan
pelibatanJRule of Engagement pada Perbantuan TNI Kepada Polri dalam rangka
Kamtibmas.

Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Aturan pelibatan/Rule of Engagement ini sebagai pedoman umum


Satgas TNI yang ditugaskan dalam melaksanakan tugas perbantuan kepada Polri
dalam rangka Kamtibmas.

b. Tujuan. Agar memperoleh keterpaduan dalam pola pikir, pola sikap dan pola
tindak persanel TNI pada pelaksanaan perbantuan TNI kepada Polri.
2

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Membahas hal-hal yang berkaitan dengan aturan
pelibatan/Rule of Engagement pada perbantuan kepada Polri dalam menanggulangi
ancaman dan gangguan Kamtibmas, dalam kondisi tertib sipil atau darurat sipil, disusun
dengan tata urut sebagai berikut:

a. Bab I Pendahuluan.
b. Bab II Pokok-Pokok aturan pelibatan.
d. Bab III Penerapan aturan pelibatan.
e. Bab IV Penutup.

4. Kedudukan. Aturan pelibatan perbantuan TNI kepada Polri dalam rangka


Kamtibmas, berkedudukan di bawah Buku Petunjuk Pelaksanaan tentang Perbantuan TNI
kepada Polri dalam rangka Kamtibmas dan bersifat melengkapi. .:

5. Dasar.

a. Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


(Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 3886).

b. Undang-Undang RI Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM


(Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 208 Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4026). .

c. Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana.

d. Undang-Undang RI Nomor 8 Tahull 1981 tentang Kitab Undang-Undang


Hukum Acara Pidana.

e. Prosedur Tetap Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor:


Protap/1/XJ2010 tanggal8 Oktober 2010 tentang Penanggulangan Anarki.

BABII

POKOK-POKOK ATURAN PELIBATAN

6. Umum. Agar perbantuan TNI kepada Polri dapat berjalan lancar dan diperoleh
"'esamaan berpikir dan bertindak, maka aturan pelibatanlRule of Engagement harus
-emuat pokok-pokok yang dapat dipahami dan dipedomani oleh anggota TNI. Pokok­
: :.kok tersebut antara lain mencakup; tujuan, sasaran. asas, p~insip-prinsip dan hal-hal
.3ng terkait dengan dasar hukum melaksanakan tindakan serta sarana dan prasarana
:endukung tugas perbantuan.

Tujuan. Melaksanakan tugas perbantuan TNI kepada Polri dalam rangka


..'amtibmas dengan mematuhi aturan pelibatanllRule of Engagement yang berlaku agar
-~'hindar dari pelanggaran hukum.
3

Sasaran.

a. Terlaksana dan tercapainya sasaran tugas perbantuan TNI kepada Polri dalam
rangka Kamtibmas.

b. Terhindarnya prajurit TNI yang melaksanakan tugas dari kemungkinan


pelanggaran hukum/HAM.

c. Terhindarnya prajurit TNI dari kemungkinan adanya tUl1tutan akibat dari:


pe!anggaran prosedur pada saat melaksanakan tugas.

Asas.

a. Kepentingan. Bahwa tindakan yang dilakukan prajurit TNI dalam tugas


perbantuan semata-mata dilakukan untuk kepentingan bangsa dan negara.

b. Legalitas. Setiap prajurit TNI dalam melakukan tindakan harus sesuai


dengan prosedur dan hukum yang berlaku baik di dalam perundang-undangan
nasional maupun internasional.

c. Nesesitas. Setiap prajurit dalam melakukan tindakan harus didasCiri oleh


suatu kebutuhan untuk mencapai tujuan penegakan hukum, yang mengharuskan
prajurit melakukan slJatu tindakan yang membatasi kebebasan seseorang ketika
menghadapi kejadian yang tidak dapat dihindarkan.

d. Proporsional. Setiap prajurit yang melakukan tugas harus senantiasa


menjaga keseimbangan antara tindakan yang dHakukan dengan ancaman yang
dihadapi dalarn penegakan hukum.

Prinsip-Prinsip.

a. Tugas Polisionil. Tugas yang dilaksanakan oleh TNI bukan merupakan tugas
tempur tetapi tugas untuk membantu Polri dalam rangka memelihara Kamtibmas.

b. Tindakan Kamtibmas. Setiap tindakan unsur TNI dalam tugas bantuan


kepada Polri selalu mengedepankan aparat Polri dengan selalu berdasarkan hU:\ul1l
yang berlaku dan mengutamakan tindakan preventif (seminimal mungkin
menggunakan kekerasan).

c. Pembelaan Diri. Tidak ada satu aturanpun dalam aturan pelibatan ini yang
mengurangi hak dan kewajiban untuk melakukan tindakan kekerasan yang tepat,
wajar yang dianggap perlu untuk mempsrtahankan diri.

d. Kewajiban melapor. Setiap kegiatan yang mengakibatkan terjadinya


tindakan kekerasan atau penggunaan kekuatan dalam rangka penindakan harus
dilaporkan kepada penanggung jawab operasi secara heirarkL
4

11. Dasar Hukum bertindak.

a. KUHP.

1) Pasal 48: Barang siapa (prajurit TNI) yang melakukan tindakan secara
terpaksa tidak dipidana.

2) Pasal 49: Barang siapa (prajurit TNI) yang melakukan perbuatan


pembelaan secara terpaksa untuk diri sendiri maupun orang lain, kehormatan
kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain karena ada serangan
atau ancaman serangan yang sangat dekr3.t pada saat itu ~ang melawan
hukum, tidak dapat dipidana.

3) Pasal 50: Barang siapa (prajurit TNI) melakukan perbuatan untuk


melaksanakan ketentuan undang-undang, tidak dipidana.

4) Pasal 51: Barang siapa (prajurit TNI) melakukan perbuatan untuk


melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang
bervvenang, tidak dipidana.

b. Protokol VII PBB Tanggal 27 Agustus s.d. 2 September 1990 tentang


prinsip dasar penggunaan kekerasan -dan senjata api oleh aparat penegak
hukum.

1) Untuk membela diri atau orang lain terhadap ancaman kematian atau \uka
parah yang segera terjadi.

2) Untuk mencegah pelaku kejahatan melarikan diri.

3) Untuk mencegah dilakukannya suatu tindakan kejahatan yang sangat


serius.

4) Apabila cara yang kurang ekstrim tidak cukup untuk mencapai tujuan.

c. Resolusi PBB Nomor 34/169 Tangga\ 7 Desember 1~69 tentang Ketentuan


Berperilaku (code of conduct) bagi pejabat penegak hukum.

1) Oapat diberi wewenang untuk menggunakan kekerasan apabi\a perlu


menurut keadilan untuk mencegah kejahatan atau dalam melaksanakan
penangkapan yang sah terhadap pelaku yang qicurigai sebagai pelaku
kejahatan.

2) Sesuai dengan asas keseimbangan antara penggunaan kekerasan


dengan tujuan yang hendak dicapai.

3) Pelaku kejahatan melakukan perlawanan dengan senjata api atau


membahayakan jiwa orang lain.
5

12. Sarana dan Prasarana. Sarana dan prasarana yang digunakan dalam tuga,
perbantuan, antara lain:

a. Gas Air Mata.

1) Ditembakan menggunakan senjata isyarat.

2) Digunakan untuk membubarkan massa pad a jarak jauh. ditembakan kE


arah lar11bung massa sesuai arah angin.

3) Digunakan untuk membubarkan massa beringas.

b. Peluru Hampa.

1) Ditembakan dengan senjata SS-1 atau M-16.

2) Digunakan saat mengawali tembakan peringatan dengan arah ke atas.

c. Peluru karetlPlastik dan cartridge (Kartet).

1) Ditembakan menggunakan senjata 55-1 atau M-16, jarak efektif sekitar


50 meter.

2) Digunakan untuk membubarkan massa, karena 'efek perkenaannya dapat


menimbulkan rasa sakit yang luar biasa.

3) Sasaran penembakan ke arah organ yang tidak berbahaya (kaki).

BAB III

PENERAPAN ATURAN PELIBATAN

3. Umum. Pelaksanaan perbantuan TNI kepada Polri selalu berpedoman pada


leraturan perundang-undangan. Aturan pelibatan ini merupakan pedoman bagi prajurit
Ian satuan dalam melaksanakan tindakan polisional, sehingga dapat dijamin
:galitasnya. Pada setiap tindakan, 'prinsip proporsionalitas dan pembatasan harus
lijunjung tinggi, dipatuhi sehingga dapat meminimalisir dampak gangguan Kamtibmas
erta tercegahnya pelanggaran hukum.

4. Sentuk Gangguan Kamtibmas.

a. Ancaman Gangguan (AG). Bentuk-bentuk perbuatan yang dapat digolongkan


dalam ancaman gangguan antara lain:

1) Membawa senjata (api dan tajam).

2) Membawa bahan berbahaya (pad at, cair dan gas).

3) Membawa senjata/bahan berbahaya lainnya (ketapel dan kejut).


6

4) Melakukan tindakan provokasi (menghasut).


b. Gangguan Nyata (GN). Bentuk-bentuk perbuatan yang dapat digolong~
da!am gangguan nyata antara lain:

1) Perkelahian massal.

2) Pembakaran.

3) Perusakan.

4) Penganiayaan.

5) Pemerkosaan.

6) Pembunuhan.

7) Penyanderaan.

8) Penculikan.

9) Pengeroyoka n.

10) Sabotase.

11 ) Penjarahan.

12) Perampasan.

13) Pencurian.

14) Melawan/menghina petugas dengan menggunakan atau tanp.


menggunakan alat dan/atau senjata. '

15. Sifat Ancaman.

a. Agresif.

b. Spontan.

c. Sporadis.

d. Sadis.

e. Menimbulkan Ketakutan.

f. Brutal.

g. Berdampak Luas.

h. Dilakukan Secara Massa!.


7

16. Pelaku.

a. Perorangan, dengan mengabaikan peraturan yang ada dan berdampak Juc


terhadap stabilitas Kamtibmas.

b. Kefompok atau kolektif, baik yang dikendalikan atau digerakkan ole


seseorang maupun tidak dikendalikan oleh seseorang namun dilakukan secar e

bersama~sama dan berdampak luas terhadap stabilitas Kamtibmas.

17. Akibat.

a. Terjadinya kerugian jiwa dan harta benda yang berpengaruh te~hadap stabilita
Kamtibmas atau meresahkan masyarakat luas atau keselamatan masyarakat.

b. Gangguan terhadap stabilitas Kamtibmas yang menyebabkan fung~


pemerintahan maupun aktifitas keseharian masyarakat tidak dapat berlangsun!
dengan lancar.

c. Gangguan terhadap operasionalisasi dan fungsi suatu institusi tertentu, bail


swasta maupun pemerintah.

18. Cara Bertindak.

a. Menghadapi Ancaman Gangguan (AG).

1) Tindakan yang diperbolehkan.

a) Perorangan. Apabila melihat, mendengar dan mengetahui ,AG


setiap prajurit wajib melakukan tindakan agar AG tidak berkembang
menjadi Gangguan Nyata (GN) dengan upaya antara lain:

(1) Melakukan pemantauan dan himbauan kepada pelaku agar


mentaati hukum yang berlaku dan menjaga tata tertib.

(2) Menyampaikan kepada pelaku bahwa perbuatannyr. dapat


membahayakan ketenteraman dan keselamatan umum, serta tidak
menggunakan kekerasan dalam penyelesaian masalah.

(3) Mencatat identitas pelaku beserta peralatan yang dibawanya.

(4) Melaporkan kepada pimpinan daF)/atau satuan Kepolisian


terdekat dengan menggunakan alat komunikasi yang ada.

b) Satuan. Apabila personel tergabung dalam suatu satuan rnelihat,


mendengar, mengetahui adanya Ancaman Gangguan (AG), cara
bertindak yang dilakukan sebagai berikut:

(1) Pimpinan satuan melakukan pembagian tugas antara lain


tug as pemantauan dan identifikasi.

(2) Pimpinan satuan melakukan himbauan keoada oelaku untuk


8

mentaati hukum yang berlaku dan menjaga tata tertib.

(3) Pimpinan satuan menghimbau kepada pelaku agar segera


menyerahkan peralatan dan/atau barang-barang berbahaya Jainnya
kepada petugas.

(4) Apabila pelaku melakukan perlawanan fisik terhadap petugas,


maka dilakukan tindakan melumpuhkan dengan menggunakan:

(a) Tangan kosong Junak.

(b) Tangan kosong keras.

(c) Senjata tumpul, senjata kimia antara lain: gas air mata,
atau alat lain sesuai standar TN!.

(d) Menggunakan senjata api dengan peluru karet atau alat


lain untuk menghentikan tindakan pelaku yang dapat
menyebabkan luka parah atau kematian anggota satuan atau
masyarakat.

(5) Apabila personel dalam suatu satuan tidak mampu menangani


Ancaman Gangguan (AG), l')1aka segera meminta bantuan 'kekuatan
dan perkuatan secara berjenjang.

(6) Apabila pelaku secara sukarela segera menyerahkan diri maka


dilakukan tindakan membawa pelaku ke kantor polisi terdekat untuk
dilakukan proses lebih lanjut.

(7) Terhadap para pelaku yang secara sukarela rnenyerahkan diri .


harus diperlakukan secara manusiawi dan diberikan perlindungan
terhadap hak-haknya.

2) Tindakan yang dilarang.

a) Dilarang melakukan tindakan kepada pelaku tanpa peringatan


terlebih dahulu dan tindakan yang bersifat provokatif yang dapat
meningkatkan eskalasi massa.

b) Dilarang melakukan tindakan represif, seperti penangkapan,


penahanan, penggeledahan, dan penyitaan secara berdiri sendiri, kecuali
dalam hal tertangkap tangan.
9

b. Menghadapi Gangguan Nyata (GN).

1) Tindakan yang diperbolehkan.

a) Perorangan.

(1) Apabila pelaku melakukcm tindakan anarkis maka segera


dilakukan tindakan:

(a) Peringatan secara lisan agar menghentikan tindakannya.

(b) Segera malaporkan kepada pimpinan danlatau satuan


(TNI/Polri) terdekat untuk meminta bantuan kekuatan dan
perkuatan.

(2) Berdasarkan penilaian sendiri bahwa pelaku dapat ditangani


maka diupayakan dilakukan tindakan melumpuhkan dengan:

(a) Senjata tumpul dan/atau senjata kimia antara lain: gas


air mata atau alat lain sesuai dengan standar TN\,

(b) Dengan menggunakan senjata api peluru karet atau alat


lain untuk menghentikan tindakan pelaku yang dapat
menyebabkan luka parah atau kematian dirinya sendiri atau
masyarakat.

(3) Apabila pelaku dalam bentuk kelompok maka dilakukan


tindakan sebagai berikut:

(a) Segera melaporkan kepada pimp inan dan/atau satuan


(TNIIPolri) terdekat uotuk rneminta bantuan kekuatan dan
perkuatan dengan menggunakan sarana komunikasi yang ada.

(b) Melakukan pengawasan terhadap gerak gerik pelaku


dengan menggunakan peralatan dan/atau tanpa peralatal1.

b) Satuan. Apabila personel dalam satuan menghadapi gangguan


nyata cara bertindak yang dilakukan sebagai berikut:

(1) Pimpinan satuan memerintahkan kepada pelaku untuk


menghentikan semua tindakannya. .

(2) Apabila pelaku tidak mengindahkan perintah petugas maka


segera dilakukan tindakan melumpuhkan dengan cara:

(a) Tangan kosong keras.

(b) Senjata tumpul, senjata kimia antara lain; gas air mata
atau alat lain sesuai standar TN!.
10

(c) dengan menggunakan senjata api peluru karet atau alat


lain untuk menghentikan tindakan yang dapat menyebabkan
luka parah atau kematian prajurit TNI atau anggota masyarakat
atau kerusakan dan/atau kerugian harta benda, didahului
dengan tembakan peringatan ke arah yang tidak
membahayakan.

(d) Apabila pelaku tidak mengindahkan tembakan peringatan


maka dilakukan tembakan terarah oleh petugas yang ditunjuk
oleh pihak Kepolisian, diarahkan kepada sasaran yang tidak
membahayakan.

(3) Apabila personel dalam satuan tidak mampu menangani


pelaku tersebut segera meminta bantuan kekuatan dan perkuatan
secara berjenjang.

(4) Apabila dalam tindakan melumpuhkan yang dilakukan oleh


prajurit TNI terjadi korban luka pada prajurit TNI, pelaku dan atau
masyarakat, segera dilakukan pertolongan sesuai prosedur
pertofongan dengan menggunakan sarana yang tersedia.

c) Tindakan yang bersifat meHndungi dan membela diri.

(1) Bagi Prajurit. Hak membela diri dari ancaman terhadap jiwa
dan badan merupakan hak perorangan yang tidak dapat
dihilangkan. Oleh karena itu setiap prajurit dapat melakukan
tindakan dalam pembelaan diri untuk menghilangkan ancaman
terhadap nyawa dan badan.

(a) Tindakan melumpuhkan. Tindakan melumpuhkan


dilakukan dalam keada~n:
i. Apabila terdapat ancaman nyata dan langsung yang
membahayakan jiwa prajurit

Ii. Ancaman tersebut ditujukan terhadap jiwa, raga


prajurit.

iii. Prajurit yang terancam masih memillki kesempatan


untuk melakukan tindakan melumpuhkan.

iv. Tata cara sebagai berikut:

i) Berikan peringatan verbal' (dengan kata­


katalisyarat yang dimengerti oleh pelaku) atau
berupa tembakan peringatan ke atasl ke tempat
yang aman agar pelaku menghentikan tindakannya.

ii) Apabila pelaku masih mel-anjutkan


tindakannya, lumpuhkan dengan tembakan yang
rli~r~hbn kp h::lni::ln tllhllh v:mn tjrf~k mematikan.
11

atau dengan menggunakan bentuk kekerasan lain


yang tujuannya melumpuhkan.

iii) Penggunaan kekerasan dilakukan secara


proporsional artinya tindakan kekerasan yang
dilakukan harus seimbang dengan tingkat ancaman
yang ada.

IV} Pelaku dan alat bukti segera diserahkan


kepada aparat yang berwenang untuk penyelesaian
sesuai dengan proses hukum yang berlaku.

(b) Tindakan mematikan. Menggunakan kekerasan senjata


yang mematikan dilakukan apabi\a :

i. Ada ancaman nyata dan langsung.

Contoh: Perusuh menodongkan senjata api!


tajam yang membahayakan
kese/amatan prajurit.

ii. Ancaman tersebut ditujukan terhadap jiwa raga


prajurit.

iii. Prajurit yang terancam tidak memiliki kesempatan


untuk berbuat lain Imenghindarkan diri dari ancaman
tersebut.

iv. Tindakan penembakan dan penggunaan kekerasan


dilakukan secara proporsionaf.

(2) Pembelaan diri tingkat satuan. Setiap prajurit dibenarkan untuk


melakukan tindakan kekeraSan dengan tembakan yang bersifat
melumpuhkan ataupun mematikan terhadap orang atau kelompok
yang mengancam terhadap satuan maupun area tugas.

(a) Tindakan melumpuhkan

i. Bila terdapat adanya ancaman secara nyata dan


langsung.

ii. Ancaman tersebut ditunjukkan terhadap satuan.

iii. Prajurit yang terancam masih memiliki kesempatan


untuk berbuat lain.

iv. Tata cara yang harus dilakukan.

i) Memberikan peringatan verbal (dengan


bahasa/isyarat yang di mengerti oleh pelaku) dan
tembakan peringatan agar pelaku menghentikan
tindakannya.
12

ii) Apabila pelaku masih melanjutkan


tindakannya lumpuhkan dengan tembakan yang
diarahkan ke bagian yang tidak membahayakan
atau dengan bentuk kekerasan lain yang bersifat
melumpuhkan,

iii) F'enggunaan kekerasan dilakukan secara


proporsional.

iv) Pelaku dan alat bukti tindakannya diserahkan


kepada aparat yang berwenang untuk proses
hukum lebih lanjut.

(b) Tindakan mematikan.

i. Dilakukan apabila tindakan melumpuhkan tidak


mungkin dilaksanakan.

ii. Adanya ancaman nyata dan langsung.

Contoh: • Massa perusuh melakukan penyerangan


dengan senjata api terhadap pasukan
TNI yang sedang bertugas dan
membahayakan keselamatan satuan.

iii. Ancaman ditujukan terhadap satuan.

iv. Tidak ada kesempatan untuk melakukan tindakan'


peringatan atau melumpuhkan.

v. Pelaksanaan' tembakan dilakukan atas perintah


serendah-rendahnya oleh Kapolres atau pimpinan Polisi
yang diberikan kewenangan.

vi. Untuk kepentingan penyelesaian secara hukum dan


pembelaan tindakan prajurit, maka bukti ancaman dan
tindakan membela diri dikumpulkan, dicatat jenis, bentuk
jumlahnya selanjutnya dilaporkan ke komando atas untuk
penyelesaian lebih lanjut sesuai ketentuan hukum yang
berlaku. .

2) Tindakan yang dilarang.

a) Melakukan tindakan yang bersifat represif, bahwa tindakan


kekerasan hanya diperbolehkan dalam rangka beladiri.

Contoh. Melakukan penyerangan bersenjafa dalam hubungan


satuan terhadap massa/perusuh yang fidak da/am
posisi mengancam atau menyer¢ing.
13

b) Melakukan tindakan di luar kewenangan yang diberikan. seperti:

(1) Penangkapan dan penahanan, kecuali cukup bukti atau


tertangkap tangan saat melakukan tindakan, yang meliputi:

(a) Adanya tindakan/kegiatan ilegal atau kejahatan


berdasarkan fakta-fakta atau bukti yang mendukung.

(b) Tindakan tersebut merupakan suatu kejahatan terhadap


negara, pemerintah, nyawa dan badan seseorang, ketertiban
umum, masyarakat dan harta benda. '

(2) Melakukan penyitaan atau perampasan atas barang-barang


milik pribadi.

c) Melakukan penculikan dan menghilangkan orang.

d) Melakukan penyiksaan atau kekerasan fisik dalam melaksanakan


tindakan Kamtibms.

19. Kewajiban prajurit dalam pelaksanaan tugas.

a. Setiap prajurit dan satuan TN! diwajibkan menjunjung tinggi prinsip


kemanusiaan.

b. Setiap prajurit dan satuan TNI harus memahami dan menghormati adat istiadat
dan budaya masyarakat setempat.

c. Setiap prajurit dan satuan TNI harus meQghormati nilai-nilai agama yang dianut
oleh masyarakat setempat.

d. Setiap prajurit dan komandan harus mencegah terjadinya pelanggaran yang


dapat merusak citra TN!.

e. Senantiasa bersikap netral dan tidak memihak dalam melaksanakan tugas.

f. Setiap prajurit wajib melaporkan setiap kejadian kepada komando atas secara
heirarki.

20. Penanggung Jawab. Pimpinan satuan lapangan bertanggung jawab terhadap


seluruh tindakan yang dilakukan oleh anggotanya.
14

BABV
PENUTUP

21. Demikian Pedoman tentang Aturan Pelibatan/Rules of Engagement Perbantuan TN!


kepada Polri dalam rangka Kamtibmas. sebagai pedoman umum Satgas TNI yang di
tugaskan untuk membantu Polri, pedoman khusus selanjutnya akan diberikan oleh
Pimpinan Polri penerima BKO.

A.n. Pang lima TNI


Asops

Cap/tertanda

Hambali Hanafiah
Mayor Jenderal TNI

Anda mungkin juga menyukai