Marhawanti, S.Kep
18.04.007
CI LAHAN CI INSTITUSI
(.........................................) (...........................................)
B. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh kurangnya kekuatan membrane atau
dapat berasal dari vagina dan serviks. Penyebabnya juga disebabkan karena
2015).
Adapun yang menjadi faktor resiko terjadinya ketuban pecah dini adalah
: (Prawirohardjo, 2015)
komplikasi paling serius bagi ibu dan janin, bahkan dapat menjadi sepsis.
kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan bikornis. Sebagian
besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada serviks pada
c) Trauma
Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual saat hamil baik dari
frekuensi yang ≥4 kali seminggu, posisi koitus yaitu suami diatas dan
infeksi.
hasil akhir kehamilan yang kurang bagus. Ketegangan intra uterin yang
e) Kelainan letak,
f) Paritas
adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik
kehamilan. Selain itu, hal ini berhubungan dengan aktifitas ibu saat
hamil yaitu akhir triwulan kedua dan awal triwulan ketiga kehamilan
yang tidak terlalu dibatasi dan didukung oleh faktor lain seperti
g) Usia kehamilan
Komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah dini sebelum usia
pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada kejadian
ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya prolapsus tali pusat. Risiko
ketuban pecah dini preterm terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23
minggu.
memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini preterm
akan lebih beresiko mengalaminya kembali antara 3-4 kali dari pada
C. Patofisiologi
Adanya faktor penyebab seperti hipermotalitas rahim, selaput ketuban
yang terlalu tipis, infeksi dan faktor predisposisi, multi para, malposisi,
servik, inkompeten, gamelli, hidramnion dan persalinan. Jarak antara
pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan tersebut disebut periode
laten atau large periode. Makin muda umur kehamilan makin memanjang
large periode sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasanya yaitu
pada premi 10 jam dan pada multi 20 jam. Pengaruh ketuban pecah dini
terhadap janin yaitu walaupun ibu belum menunjukan gejala-gejala infeksi
tetapi janin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi
(amnionitis). sebelum gejala dirasakan pengaruh terhadap ibu yaitu karena
jalan yang telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi apalagi terlalu sering
jalan yang terbuka, maka dapat terjadinya infeksi saat pemeriksaan dalam.
Selain itu juga dapat dijumpai peritonitis dan septikemia ibu merasa lelah
karena berbaring di tempat tidur partus akan menjadi lama keluar dan terjadi
peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,5 C nadi cepat dan nampaklah gejala
infeksi yang akan meningkatkan angka kematian ibu (Manuaba,2015).
PATHWAY
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis pada ketuban pecah dini menurut Manuaba 2015 yaitu :
a) Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina
b) Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
kemungkinan cairan tersebut masih merembes atau menetes dengan ciri-
ciri pucat dan bergaris warna darah, cairan ini tidak akan berhenti atau
kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.tetapi bila anda duduk
atau berdiri,kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya
“mengganjal “atau menyambut kebocoran untuk sementara.
c) Demam
d) Bercak vagina yang banyak
e) Nyeri perut
f) Denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi
yang terjadi.
E. Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia 37 minggu
adalah (Manuaba,2015) :
a) Sindrom distress pernapasan,yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir.
b) Risiko infeksi meningkat pada kejadian KPD
c) Semua ibu hamil dengan KPD premature sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan
amnion)
d) Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD.
e) Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD Praterm.
f) Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal terjadi pada KPD praterm.
Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD prater mini terjadi
pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
F. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu di periksa warna konsentrasi, bau
dan PH nya.Cairan yang keluar dari vagina kecuali air ketuban mungkin
juga urine atau secret vagina, Sekret vagina ibu hamil pH :4,5 dengan
kertas nitrazin tidak berubah warna ,tetap kuning .
Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Ph air ketuban 7-7,5
darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
Mikroskop (tes pakis ),dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan
gambaran daun psikis.
b) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit . Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidroamion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan
caranya ,namun pada umunya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan
anamnesa dan pemeriksaan sederhana. (Manuaba, 2005,)
G. Penatalaksaan
a) Obati infeksi gonokokus, klamidi, dan vaginosis bacterial.
Diskusikan pengaruh merokok selama kehamilan dan dukung untuk
mengurangi atau berhenti.
Motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil.
Anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trisemester akhir
bila ada faktor predisposisi.
Panduan mengantisipasi : jelaskan pasien yang memiliki riwayat
berikut ini saat prenatal bahwa mereka harus segera melapor bila
ketuban pecah. Kondisi yang menyebabkan ketuban pecah dapat
mengakibatkan prolaps tali pusat
b) Bila ketuban telah pecah
Anjurkan pengkajian secara saksama. Upayakan mengetahui waktu
terjadinya pecahnya ketuban.
Bila robekan ketuban tampak kasar : Saat pasien berbaring terlentang
, tekan fundus untuk melihat adanya semburan cairan dari vagina.
Basahai kapas asupan dengan cairan dan lakukan pulasan pada slide
untuk mengkaji ferning dibawah mikroskop. Sebagian cairan
diusapkan kekertas Nitrazene. Bila positif, pertimbangkan uji
diagnostik bila pasien sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
tidak ada perdarahan dan tidak dilakukan pemeriksaan pervagina
menggunakan jeli K-Y.
H. Pencegahan
KPD bisa dicegah dengan menghindari faktor-faktor risikonya, di
antaranya memeriksakan kehamilan secara teratur. Kehamilan Ibu juga harus
sehat, karena itu jagalah kehamilan dengan pola hidup sehat. Selama masa
kehamilan, ingatlah untuk selalu mengonsumsi makanan sehat, minum
cukup, berhenti merokok, olahraga teratur, istirahat, tidak mengangkat
barang yang berat-berat, dan tentunya tidak stres. Banyak mengonsumsi
buah agar ketubannya lentur, kuat, dan tidak mudah robek.
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas ibu
b. Riwayat penyakit : Riwayat kesehatan sekarang ;ibu dating dengan
pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu
dengan atau tanpa komplikasi
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion
Sintesi ,pemeriksaan pelvis dan hubungan seksual
Infeksi vagiana /serviks oleh kuman sterptokokus
Selaput amnion yang lemah/tipis
Posisi fetus tidak normal
Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks
yang pendek
Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.
d. Pemeriksaan fisik
Kepala dan leher
Mata perlu diperiksa dibagian skelra, konjungtiva
Hidung ,ada atau tidaknya pembebngkakan konka nasalis .
Ada /tidaknya hipersekresi mukosa
Mulut :gigi karies/tidak ,mukosa mulut kering dan warna mukosa
gigi,
Leher berupa pemeriksaan JVP,KGB Dan tiroid
Dada
Troraks
Inspeksi kesimetrisan dada,jenis oernapasan torakaabdominal,dan
tidak ada retraksi dinding dada.Frekuensi pernapasan normal.
Palpasi :payudara tidak ada pembengkakan
Auskultasi:terdengar Bj 1 dan II di IC kiri/kanan,Bunyi napas
normal vesikuler
Abdomen
Inspeksi :ada a/tidak bekas operasi ,striae dan linea
Palpasi:TFU kontraksi ada/tidak ,Posisi ,kansung kemih
penuh/tidak
Auskultasi: DJJ ada/tidak.
Genitalia
Inspeksi :kebersihan ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red,
Edema, discharge, approxiamately) ; pengeluaran air ketuban
(jumlah ,warna,bau dan lender merah muda kecoklatan .
Palpas :pembukaan serviks(0-4) Ekstrimitas :edema ,varises
ad/tidak.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Resiko Infeksi : (factor resiko: infeksi intra partum, infeksi uterus berat,
gawat janin)
3. Risiko cedera pada janin (nyeri abdomen, nyeri jalan lahir, Kpd)
4. Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi,abcaman pada diri
sendiri/janin
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan hipersensitivitas
C. Intervensi Keperawatan
5. Intoleransi aktivitas yang Setelah dilakukan tindakan asuhan Self care assistance : ADLs
berhubungan dengan keperawatan selama 1x6 jam maka 1. Monitor vital sign sebelum/sesudah
diharapkan intoleransi aktivitas dapat
hipersensitivitas beraktifitas dan lihat respon pasien
terpenuhi dengan kriteria hasil :
Toleransi Terhadap Aktivitas saat beraktifitas
- Berpasrtisipasi dalam akitivitas fisik 2. Bantu pasien dalam pemenuhan
tanpa disertai peningkatan tekanan darah, kebutuhan Adl (makan dan minum,
nadi dan Pernapasan perawatan diri, eliminasi dan
- Mampu melakukan aktivitas sehari-hari
mobilisasi)
secara mandiri 3. Dampingi dan membantu pasien saat
- Tanda-tanda vital normal
pemenuhan kebutuhan eliminasi
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida bagus Gede, 2015, Phanthoom obstetri (edisi revisi), Penerbit Buku
Kedokteran, EGC : Jakarta.