Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Poket Periodontal

Poket periodontal, didefinisikan sebagai proses bertambah dalamnya sulkus

gingiva, merupakan salah satu gambaran klinis penyakit periodontal. Seluruh tipe

periodontitis yang berbeda berbagai gambaran histopatologis, seperti perubahan

jaringan periodontal, mekanisme destruksi jaringan, dan mekanisme penyembuhan.

Namun demikian, periodontitis tersebut memiliki etiologi, riwayat alami, progresi,

dan respon terhadap terapi yang berbeda.9

Presentase dari orang yang menderita poket pada tahun 1971-1974 diestimasi

sangat rendah pada usia dibawa 18 tahun. Sekitar 15% dari usia 18-44 tahun

memiliki poket yang lebih dalam, sedangkan hampir 40% dari usia 45-64 tahun dan

50% dari usia 65 tahun memiliki poket.4

Walaupun penyakit periodontal yang disertai dengan kerusakan tulang biasanya

dialami oleh orang tua, sebanyak 10% - 29% berusia diantara 19-25 tahun dilaporkan

mengalami penyakit ini. Prevalensi dan keparahannya meningkat sesuai dengan

umur, dari data yang dikumpulkan dalam National Health Examination Pada usia 18

– 24 tahun hanya 10% yang memiliki satu atau lebih yang memiliki poket

periodontal, tetapi pada usia 75-79 tahun jumlah poket periodontal mencapai 50%.5

6
Menurut survey yang dilakukan Dye 2005, perevalensi dari penyakit
periodontal dapat dilihat dari table berikut :

Tabel II.I Tabel Perevalensi Penyakit Periodontal dari Usia 20 – 64 Tahun

Umur 20-64 1988-1994 1999-2004


Jumlah dari gigi yang ada 24 25
edentulous 6% 4%
Penyakit periodontal ( 15% 9%
satu tempat )

3mm attachment loss

4mm kedalaman poket

Penyakit periodontal 28% 14%


pada orang tidak mampu
Kunjungan kedokter gigi 66% 6%
Nilai rata – rata 1,47mm 1,02mm
kedalaman poket
Nilai rata – rata dari 1,07mm 0,72mm
attachment loss
2mm resesi paling 32% 21%

sedikit pada satu tempat


4mm kedalaman poket 23% 10%

pada satu tempat


4mm attachment loss 25% 17%

pada satu tempat

Tabel II. II Tabel Perevalensi Penyakit Periodontal dari Usia 65

7
Umur 65 1988-1994 1999-2004

Jumlah dari gigi yang 18 19


ada
edentulous 34% 27%
Penyakit periodontal 19,5% 10,5%
( satu tempat )

3mm attachment loss

4mm kedalaman poket

Penyakit periodontal 26,3% 16,6%


pada orang tidak mampu
Kunjungan kedokter gigi 54% 55%
Nilai rata – rata 1,47mm 1,07mm
kedalaman poket
Nilai rata – rata dari 2,04mm 1,55mm
attachment loss
2mm resesi paling 73% 48%

sedikit pada satu tempat


4mm kedalaman poket 22% 12%

pada satu tempat


4mm attachment loss 59% 50%

pada satu tempat


Prevalensi dan keparahannya meningkat sesuai dengan umur, dari survey

yang dilakukan Dye 2005, perevalensi dari penyakit periodontal Pada usia 20 – 64

tahun sebanyak 9% dari tahun 1999 – 2004, sedangkan Umur 65 tahun sebanyak

10,5% yang memiliki satu.9

2.2 Klasifikasi Poket

8
Poket periodontal merupakan sulkus yang mengalami sakit. Area sulkus dan

poket merupakan area perawatan tempat kalkulus berkumpul, dan instrumentasi

untuk terapi periodontal non-bedah diaplikasikan. Dasar poket merupakan marjin

koronal jaringan periodontal yang melekat. Secara hisltologis, dasar sebuah sulkus

sehat adalah batas koronal perletakan jaringan konektif. Poket dibagi menjadi

gingival dan periodontal untuk menegaskan derajat keterlibatan anatomi.

Pertambahan dalam sulkus gingiva mungkin terjadi akibat pergerakan koronal

dari marjin gingiva, pergeseran apikal dari perlekatan gingiva atau sebuah kombinasi

kedua proses tersebut.

Poket dapat diklasifikasi sebagai berikut:

1. Poket Gingiva (pseudo-poket).

Tipe poket ini dibentuk oleh pembesaran gingiva tanpa disertai destruksi

jaringan periodontal sekitar. Sulkus mengalami pendalaman akibat peningkatan

pembesaran gingiva. Tipe poket ini terjadi bersama dengan destruksi jaringan

periodontal pendukung. Bertambah dalamnya poket secara progresif

menyebabkan destruksi jaringan periodontal pendukung, dan gigi menjadi

goyang, dan tanggal.

2. Poket Periodontal

Tipe poket yang terbentuk sebagai akibat proses penyakit atau degenerasi

yang menyebabkan junctional epithelium bermigrasi ke apikal sepanjang

sementum. Struktur poket periodontal bartambah dalam (tingkat perlekatan)

terlibat berupa sementum, ligamen periodontal, dan tulang alveolar. Poket

9
periodontal dibagi berdasarkan posisi poket terhadap tulang alveolar dengan

dasar poket suprabony atau infrabony

a. Suprabony (suprakrestal atau supraalveolar)

Suprabony bagian dasar poket ini berada di koronal pada tulang

alveolar.

Gambaran poket periodontal suprabony :

 Dasar poket berada di koronal pada tulang alveolar


 Pola destruksi tulang pendukung pada arah horizontal
 Secara interproksimal, fiber trans-septal yang direstorasi selama

penyakit periodontal progresif tersusun secara horizontal pada ruang

antara dasar poket dan tulang alveolar


 Pada permukaan fasial dan lingual, fiber ligamen periodontal di

bawah poket mengikuti jalus horizontal-oblik normal antara gigi dan

tulang
b. Intrabony (infrabony, subkrestal atau intraalveolar)

Intrabony bagian dasar poket berada di apikal dari tinggi tulang

alveolar sekitar. Pada tipe poket kedua ini, dinding poket lateral terdapat

di antara permukaan gigi dan tulang alveolar.

Poket dapat melibatkan satu, dua atau lebih permukaan gigi, dan

dapat memiliki kedalaman berbeda, dan tipe pada permukaan berbeda

dari gigi yang sama, dan pada bagian aproksimal ruang interdental yang

sama. Poket juga dapat berbentuk spiral (sebagai contoh berasal dari

satu permukaan gigi, dan berputar di sepanjang gigi dan melibatkan satu

atau lebih permukaan tambahan). Tipe poket tersebut paling umum pada

area furkasi. 6

10
Gambaran poket periodontal intrabony :

Dasar poket berada di bawah atau apikal dari crest tulang

alveolar. Intra berarti terletak di dalam tulang.



Pola destruksi tulang pendukung pada arah vertikal (angular).

Secara interproksimal, fiber trans-septal tersusun pada arah oblik

dari pada horizontal. Fiber tersebut meluas dari sementum di

bawah dasar poket sepanjang tulang alveolar dan di atas crest

alveolar terhadap sementum gigi sekitar.



Pada permukaan fasial dan lingual, fiber ligamen periodontal

mengikuti pola angular tulang sekitar. Ligamen periodontal

meluas dari sementum di bawah dasar poket sepanjang tulang

alveolar, dan di atas crest alveolar dan menyatu dengan

periosteum terluar.7,9,10

2.3 Etiologi Poket Periodontal

Metode deteksi molekuler yang sangat sensitif dan spesifik memiliki

potensi untuk mengidentifikasi molekul saliva dengan nilai diagnostik.

Biomolekul saliva dapat membantu diagnosis sejumlah kanker, penggunaan

dan peresepan narkoba, gangguan herediter, gangguan hormonal,

ketergantungan nikotin, dan virus dan bakteri patogen.11

2.3.1 Bakteri yang terakumulasi di permukaan gigi terdiri dari :

1. Materi Alba

11
Materi alba adalah suatu deposit lunak, berwarna kuning atau putih

keabu – abuan yang melekat pada permukaan gigi, restorasi, kalkulus,

dan gingival. Deposit ini perlekatannya kurang erat jika dibandingkan

dengan plak gigi. Deposit dapat terlihat jelas tanpa menggunakan larutan

disclosing dan sering kali cenderung menumpuk pada sepertiga gingival

mahkota gigi dan pada gigi yang malposisi.1

2. Plak

Plak adalah suatu massa bakteri yang tebal dan tidak mengalami

klasifikasi. Plak juga memiliki sifat yang dapat melekat erat pada

permukaan gigi. Sumber utama mikroba plak adalah mikroorganisme

mulut, komponen saliva, protein dan karbohidrat. Plak tetap melekat

meskipun ada pergerakan otot, aksi pembersih saliva ataupun berkumur.

Berdasarkan hubungannya dengan gingiva margin, plak dapat dibedakan

menjadi dua kategori, yaitu plak supragingiva dan plak subgingiva.

Apabila plak dibiarkan lebih lama maka akan berubah menjadi kalkulus.6

3. Kalkulus

Kalkulus merupakan plak yang mengalami kalsifikasi, yang

terbentuk pada permukaan gigi asli maupun gigi tiruan. Kalkulus

terbentuk dari plak bakteri yang mengalami mineralisasi.6

Berdasarkan hubungannya terhadap gingival margin, kalkulus

dikelompokkan menjadi supragingival dan subgingival. Kalkulus

12
supragingival adalah kalkulus yang melekat pada permukaan mahkota

gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat. Kalkulus ini

berwarna putih kekuning – kuningan, warna kalkulus dapat dipengaruhi

oleh pigmen sisa makanan atau dari merokok. Kalkulus supragingival

dapat terjadi pada satu gigi, sekelompok gigi, atau pada seluruh gigi.

Kalkulus subgingival adalah kalkulus yang berada dibawah batas

gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak dapat terlihat

pada waktu pemeriksaan. Bentuk kalkulus subgingival dapat dibagi

menjadi deposit noduler dan spinning yang keras, berbentuk cincin atau

ledge yang mengelilingi gigi, berbentuk seperti jari yang meluas sampai

ke dasar saku, bentuk bulat yang terlokalisasi, bentuk gabungan dan

bentuk – bentuk diatas.1

2.3.2 Wanita Hamil

Kehamilan memiliki pengaruh sistemik di luar dari sistem reproduksi

yang melibatkan perubahan fisik dan psikologis kompleks, bahkan

berdampak pada wanita sehat. Pengaruh hormonal menyebabkan

perubahan hampir pada seluruh sistem organ. Selama kehamilan,

perubahan fisiologis gingiva sering tejradi, sehingga menyebabkan

inflamasi ringan., Perubahan hormonal dan vaskular yang berhubungan

dengan kehamilan dapat memperparah respon gingiva terhadap plak

bakteri. Penelitian telah menunjukkan 30% sampai dengan 100% wanita

hamil mengalami inflamasi gingiva, peningkatan kadar hormon seks

13
wanita. Progesteron menyebabkan peningkatan eksudasi, dan

mempengaruhi integritas sel endotel kapiler. Progesteron juga

mempengaruhi biosintesis prostaglandin pada gingiva, dan juga telah

diperlihatkan dapat mengubah komposisi bakteri plak dengan

menyubtitusi Naphthaquinone, sebuah faktor pertumbuhan esensial bagi

bakteri yang akan meningkatkan pertumbuhan bakteri tersebut, sehingga

menyebabkan sebuah peningkatan persentase bakteri gram negatif. 12

2.3.3 Wanita Menopause

Wanita hampir menghabiskan sepertiga masa hidupnya pada masa

menopause. Monopause menyebabkan beberapa perubahan fisiologi dalam

tubuh berkaitan dengan defisiensi estrogen, termasuk pada jaringan di rongga

mulut. Masalah rongga mulut yang sering timbul pada wanita menopause

adalah adanya ketidaknyamanan oral, atropi gingiva, menopausal

gingivostomatitis dan penurunan saliva Selain itu, perubahan – perubahan yang

terjadi pada menopause meliputi lapisan mukosa rongga mulut, adanya rasa

terbakar pada mulut, resesi gingival, xerostomia, gangguan sensasi rasa, dan

respon tulang alveolar.13

Pada jaringan periodontal, berkurangnya kadar estrogen pada wanita

menopause dihubungkan dengan peningkatan resobsi tulang alveolar,

kehilangan perlekatan jaringan periodontal, peningkatan keparahan penyakit

periodontal dan kehilangan gigi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

penyakit periodontal wanita menopause lebih parah dibandingkan yang belum

14
menopause. Sebanyak 60% wanita menopause mempunyai penyakit

periodontal yang bersifat irreversible. Oleh karena itu menopause menjadi

salah satu faktor risiko keparahan penyakit periodontal.13

Keparahan penyakit periodontal pada wanita menopause dipengaruhi

oleh faktor lokal kalkulus dan status kebersihan mulut serta usia dan lama

menopause sebagai faktor sistemik. Kalkulus merupakan faktor yang lebih

berperan dibandingkan dengan lama menopause, status kebersihan mulut dan

usia. Akan tetapi belum dapat menjelaskan keparahan penyakit periodontal

pada wanita menopause.13

2.3.4 Merokok

Dibidang Kedokteran gigi dampak merokok yang paling signifikan

adalah kanker oral dan penyakit periodontal ( Johnson dan Hill, 2004 ).

Beberapa laporan penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara

merokok dengan periodontitis, yang menimbulkan dugaan bahwa merokok

merupakan faktor resiko bagi penyakit periodontal. Perokok adalah 1,6 – 4 kali

( tomar dan asma, 2000; Do dkk, 2008 ) lebih berisiko menderita penyakit

periodontal dibandingkan bukan perokok.14

Keparahan destruksi periodontal juga dipengaruhi oleh kebiasaan

merokok. Poket periodontal adalah signifikan lebih dalam pada orang dewasa

muda ( usia rata – rata 19 tahun ) perokok dibanding bukan perokok ( Muchuca

dkk, 2000 ) Pada kelompok dengan rentan usia yang lebih luas ( 20 – 86

15
tahun) poket periodontal pada perokok adalah signifikan ( p,0,001 )

lebih dalam dibandingkan dengan bekas perokok dan bukan peroko ( Haffajee

dan Socransky, 2001 ). Namun demikian, lebih dalamnya poket pada perokok

dibandingkan dengan bukanperokok hanya terdapat pada sisi bukal/lingual saja

( Gomes dkk, 2006 ).14

Penggunaan tembakau dalam bentuk apapun merupakan sebuah faktor

risiko utama untuk keterlibatan periodontal. Perokok, secara khusus pengguna

rokok, mengalami peningkatan kehilangan tulang. Sebuah asosiasi antara

penyakit periodontal dan seluruh bentuk penggunaan tembakau telah

diperlihatkan. Penggunaan produk tembakau tanpa asap mengalami pengaruh

rongga mulut, termasuk predisposisi terhadap kanker rongga mulut. Lesi

periodontal dengan resesi parah dan ekspos akar gigi terjadi ketika penggunaan

sugi.1

2.3.5 Infeksi Saliva

Keuntungan utama uji saliva adalah kemudahan dengan sampel

diagnostik yang dapat dikumpulkan oleh profesional kesehatan, oleh individu

itu sendiri atau oleh orangtua untuk anak kecil. Pengambilan saliva tidak

disertai rasa sakit, dan tidak menyebabkan masalah kesehatan atau

keselamatan.11

Penanda biologis saliva untuk penyakit periodontal mungkin membantu

pemeriksaan keberadaan atau risiko destruktif penyakit periodontal. Uji saliva

untuk bakteri periodontopati dipremiskan berdasarkan ide berupa saliva

16
keseluruhan dan lesi periodontal cenderung untuk memiliki patogen

periodontal yang sama secara relatif, sehingga jumlah patogen periodontal

saliva yang tinggi menunjukkan adanya risiko periodontitis, dan penurunan

patogen periodontal dalam saliva dapat digunakan untuk mengukur efektivitas

intervensi terapi. Pasien dengan penyakit periodontal parah menunjukkan

peningkatan kadar periodontopatogen dalam saliva, merepresentasikan jumlah

patogen yang lebih tinggi pada area poket periodontal.11

2.4 Mekanisme Poket Periodontal

Pembentukan poket dimulai sebagai perubahan inflamasi pada dinding jaringan

penghubung pada sulkus gingiva. Eksudat inflamasi selular dan cairan menyebabkan

degenerasi jaringan penghubung sekitarnya, termasuk serat gingiva. Hanya apikal

pada epitel junctional. Serat kolagen hancur dan daerah ini ditempati oleh sel-sel

inflamasi dan edema.11

Pembentukan fiber kolagen baru secara ekstensif seringkali merupakan reaksi

histologis dominan terhadap inflamasi, khususnya pada zona batas. Proses ini

merupakan salah satu karakteristik respon fibroblast. Perubahan pada jaringan

konektif gingiva yang dapat diamati secara mikroskopis mungkin merefleksikan

variabilitas aktivitas sel inflamasi, proses paling penting yang dimediasi oleh sitokin

dan faktor pertumbuhan. Faktor tersebut dilepaskan oleh sel yang terlibat sebagai

akibat eksaserbasi inflamasi yang berubah seiring periode tanpa gejala.13

Gambaran yang paling membedakan periodontitis dari gingivitis adalah

kehilangan perlekatan jaringan konektif dan tulang yang disertai pembentukan

17
sebuah poket akibat migrasi apikal junctional epithelium. Sebagai akibat migrasi

apikal ini, junctional epithelium menjadi melekat pada sementum akar, dan dinding

eksternal poket tertutupi oleh sebuah epitel, sehingga disebut poket epitel.

Periodontitis tahap awal dapat terdeteksi dengan mudah secara mikroskopis, tetapi

sulit untuk terlihat secara klinis. Kehilangan perlekatan dapat diukur dengan probe

periodontal, tetapi probing terlalu invasif dibandingkan pemeriksaan mikroskopis.15

Pembentukan sebuah poket antara epitel dan permukaan akar menyebabkan

retensi lanjutan dari bakteri, dan potensi reduksi-oksidasi (redoks) rendah

menyebabkan peningkatan kolonisasi oleh patogen periodontal yang kebanyakan

berupa patogen anaerob. Epitel poket yang diinvasi oleh neutrofil dikarakteristikkan

oleh penebalan disertai proliferasi rete peg, dan epitel mengalami ulserasi mikro.

Kondisi ini memfasilitasi masuknya bakteri dan produknya ke dalam jaringan

konektif, sehingga mekanisme pertahanan lokal pejamum mengalami gangguan.

Inisitasi sebuah aktivitas destruktif dapat diamati secara jelas. Namun demikian,

bahkan tanpa adanya ulserasi, junctional epithelium tergolong permeabel. Oleh

karena itu, junctional epithelium itu sendiri dapat menawarkan sebuah rute stimulus

berbahaya, dan faktor penting berupa ulserasi sebagai sebuah prasyarat patogenesis

sebuah aktivitas penyakit dapat diperdebatkan.15

2.5 Gambaran Klinis Poket Periodontal

Tanda klinis yang menunjukkan adanya poket periodontal termasuk gingiva

marjinal berwarna merah kebiruan, dan mengalami penebalan, sebuah zona vertikal

18
berwarna merah kebiruan dari marjin gingiva sampai dengan mukosa alveolar,

pembentukan diastema, dan gejala seperti rasa sakit terlokalisasi atau rasa sakit “jauh

di dalam tulang.” Satu-satunya metode terpercaya untuk menemukan poket

periodontal dan menentukan perluasannya adalah melakukan probing secara perlahan

pada marjin gingiva di sepanjang seluruh permukaan gigi. Namun demikian,

berdasarkan pemerikasan kedalaman itu saja, seringkali sulit untuk membedakan

sebuah sulkus normal yang dalam dan poket periodontal yang dangkal. Pada kasus

tersebut, perubahan patologis pada gingiva membedakan kedua kondisi tersebut.7

2.5.1 Korelasi Gambaran Klinis Poket Periodontal

1. Dinding gingiva dari poket menunjukkan berbagai derajat

diskolorisasi berwarna merah kebiruan; lunak; permukaan mengkilap

dan halus, dan jaringan tidak kembali sewaktu ditekan.

2. Dinding gingiva mungkin berwarna merah muda dan kaku tidak terlalu

sering diamati

3. Perdarahan terjadi dengan probing dinding jaringan lunak poket secara

perlahan.

4. Ketika diperiksa dengan probe, bagian terdalam poket secara umum

terasa sakit.

5. Pada kebanyakan kasus, pus mungkin diekspresikan dengan

mengaplikasikan tekanan jari.7

2.5.2 Histopatologis Poket Periodontal

19
1. Diskolorisasi disebabkan oleh stagnasi sirkulasi; lunak; diskolorisasi

juga disebabkan oleh destruksi fiber gingiva, dan jaringan sekitar;

permukaan mengkilap yang lunak, atrofi epitel dan edema, dan

jaringan tidak kembali sewakti ditekan akibat adanya edema dan

degenerasi.

2. Pada kasus tersebut, perubahan fibrotik lembih mendominasi daripada

eksudasi dan degenerasi, khususnya yang berhubungan dengan bagian

terluar dinding poket. Namun demikian, walaupun tampilan eksternal

nampak sehat, dinding terdalam poket meenunjukkan beberapa

degenerasi, dan kadang mengalami ulserasi.

3. Mudah terjadi pendarahan yang disebabkan oleh peningkatan

vaskularitas, penipisan dan degenerasi epitel, dan pembesaran

pembuluh darah yang berada dekat dengan permukaan terdalam.

4. Rasa sakit sewaktu dilakukan stimulasi taktil akibat ulserasi bagian

terdalam dinding poket.

5. Pus terbentuk di dalam poket dengan inflamasi supuratif pada dinding

terdalam. 7

2.6 Pengukuran Kedalaman Poket

Sebuah poket berukuran sempit, dan epitel penyusun poket berada ekat dengan

dan mengikuti kontur gigi. Ketika terdapat deposit kalkulus, dinding poket mengikuti

kontur kalkulus. Kekakuan free gngiva sangat berpengaruh dalam penentu bantas dan

20
bentuk deposit kalkulus subgingiva. Akses muara poket ke rongga mulut

memberikan sebuah kemungkinan bagi biofilm gigi terkumpul. Semakin dalam

poket, semakin sulit untuk dibersihkan oleh sikat gigi atau piranti kontrol biofilm

lain.10

Kedalaman poket merupakan jarak antara dasar poket dan marjin gingiva.

Jarak ini mungkin berubah seiring perjalanan waktu bahkan pada penyakit

periodontal yang tidak mendapatkan perawatan karena perubahan pada posisi marjin

gingiva, dan mungkin tidak berhubungan dengan perlekatan gigi yang ada.16

Kedalaman poket, sebagai contoh jarak dari marjin gingiva sampai dasar poket

gingiva diukur berdasarkan probe. Kedalaman poket harus diperiksa pada tiap

permukaan untuk seluruh gigi-geligi. Pada grafik periodontal, mungkin memadai

untuk hanya mengidentifikasi nilai terdalam yang dicatat untuk tiap permukaan gigi.

nilai kedalaman poket < 4 mm harus diekslusikan dari grafik karena poket tersebut

dapat dikategroikan di bawah dari variasi normal.3

Hasil pengukuran kedalaman poket pada kondisi yang jarang (ketika marjin

gingiva berkontak dengan cementoenamel junction) memberikan informasi tepat

mengenai perluasan kehilangan perlekatan. Sebagai contoh, sebuah edema inflamasi

mungkin menyebabkan sebuah pembengkakan free gingiva yang menyebabkan

pergeseran koronal marjin gingiva tanpa sebuah migrasi epitel dentogingiva pada

sebuah tingkat yang berada apikal dari cementoenamel junction. Pada kondisi

tersebut, kedalaman poket melebihi 3-4 mm merepresentasikan yang dinamakan

pseudopoket. Pada kondisi lain, sebuah kehilangan perlekatan secara jelas mungkin

telah terjadi tanpa sebuah peningkatan kedalaman poket.9

21
2.7 Kandungan Poket

Poket periodontal mengandung debris yang secara utama terdiri dari

mikroorganisme dan produk mikroorganisme (enzim, endotoksin, dan produk

metabolik lain), mucin saliva, sel epitel deskuamasi, dan leukosit. Plak yang ditutupi

kalkulus biasanya berasal dari permukaan gigi. Eksudat puruluen, jika ada, terdiri

dari leukosit hidup, mengalami degenerasi dan nekrotik; bakteri yang hidup dan

mati; serum; dan sejumlah fibrin. Kandungan poket periodontal yang difiltrasi bebas

dari organisme dan debris telah diperlihatkan menjadi toksik yang diinjeksikan

secara subkutan pada hewan eksperimental.7

2.8 Perawatan Poket Periodontal

2.8.1 Perawatan Poket Secara Non Bedah


1. Skeling dan Root Planing
Skeling adalah proses pembersihan plak dan kalkulus dari permukaan

gigi., baik supragingiva maupun subgingiva. Root planing adalah proses

pembuangan sisa – sisa kalkulus yang terpendam dan jaringan nekrotik

pada sementum untuk menghasilkan permukaan akar yang licin dan

keras. 1

Skeling dan root planing merupakan langkah penting pada perawatan

periodontitis dan bertujuan untuk menghilangkan deposit bakteri dan

endotoksin yang terdapat pada akar yang mengalami penyakit. Tujuan

sistematis telah memastikan sebuah reduksi kedalaman probing dan

peningkatan perlekatan klinis terjadi setelah skelng dan root planing,

sehingga mengembalikan kesehatan gingiva.17

22
Tujuan utama skeling dan root planing adalah untuk mengembalikan

kesehatan gusi dengan cara membersihkan semua elemen yang

menyebabkan radang gusi ( plak , kalkulus, endotoksin ) dari permukaan

gigi.1

Beberapa tipe ultrasonik telah didesain. Berbagai bentuk ukuran dan

angulasi memberikan tiap ujung tersebut dengan indikasi penggunaan

spesifik sebagai contoh skeling subgingiva, furkasi, dan interproksimal.

Ujung dengan dimensi yang sama untuk probe periodontal, dan kuret

tipis juga telah dibuat untuk memfasilitasi pembersihan ultrasonic, secara

khusus untuk mengakses poket dalam dan lesi furkasi dan telah

menunjukkan hasil klinis yang sama dengan instrument kuret. Instrument

ultrasonic dapat digunakan untuk membersihkan plak, skeling, kurtase

dan membersihkan stain. 17

2.8.2 Perawatan Poket Secara Bedah

Terdapat dua tipe terapi poket periodontal, yaitu non-bedah dan bedah.

Prosedur pembedahan dapat dibagi menurut tujuan perawatan seperti

prosedur reduksi poket atau elliminasi poket, dan subkelompok berikut

dapat dibedakan menjadi prosedur resektif atau regenerative. Eliminasi

poket harus dicapai dengan regenerasi atau perlekatan gingival yang baru

ketika memungkinkan. Regenerasi jaringan dan kurtase flap dapat

mencapai reduksi kedalaman poket yang memadai untuk memfasilitasi

pembersihan permukaan gigi, peningkatan perlekatan memadai juga

23
dapat dicapai, bahkan pada poket dalam dengan kedalaman lebih 8 mm,

oleh kerena itu, pembedahan regenerative dapat mencapai reduksi

kedalaman poket maksimal. 18

Beberapa teknik dapat digunakan untuk perawatanpoket periodontal.

Flap periodontal merupakan salah satu prosedur yang paling sering

digunakan, khususnya untuk poket moderat dan dalam pada bagian

posterior.
Flap digunakan untuk terapi poket yang bertujuan :
a. Meningkatkan aksesibilitas pada deposit akar
b. Mengeliminasi atau mengurangi kedalaman poket dengan reaksi

dinding poket
c. Membuka area untuk melakukan metode regenerative.7

Pada poket awal yagn dalam, peningkatan perlekatan dan penurunan

kedalaman probing dapat dicapai dengan seluruh metode perawatan yang

tersedia. Namun demikian, pada poket dangkal yang tidak melebihi ambang

batas tertentu atau kedalaman probing yang penting, terdapat hubungan

resiprokal antara peningkatan perlekatan dan reduksi kedalaman probing.

Resiprositas ini membuat metode perawatan sulit ketika berhadapan dengan

stabilitas periodontal jangka panjang atau kualitas hidup pasien.18

24

Anda mungkin juga menyukai