Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ada banyak sekali sifat fisik pada zat-zat kimia. Salah


satunya adalah daya hantar listrik. Daya hantar listrik
sebenarnya sangat banyak dijumpai dalam kehidupan,
mengingat kehidupan kita sekarang ini yang selalu
menggunakan peralatan listrik. Dengan demikian, kita harus
mengetahui apa itu daya hantar listrik dan bagaimana kita
manusia bisa terkena arus listrik, dan manakah bahan bahan
yang tidak mengantarkan listrik sehingga dapat kita gunakan
ketika bekerja dengan alat-alat listrik, dan bagaimana cara kerja
atau prinsip dasar dari hantaran listrik sehingga kita akan aman
ketika melaksanakan aktivitas yang menggunakan listrik.
Selain itu, daya hantar listrik dapat diterapkan dalam titrasi
pada tingkat yang lebih teliti. Kita ketahui bahwa atom
mempunyai ukuran yang sangat kecil, dengan demikian untuk
mengukur konsentrasi dari suatu zat pada ketelitian yang sangat
tinggi, maka metode titrasi volume seperti biasa tentu saja tidak
dapat diterapkan. Oleh karena itu dengan mengetahui prinsip
daya hantar listrik terhadap konsentrasi, kita dapat mengetahui
bagaimana penggunaan daya hantar listrik pada titrasi
konduktometri yang sebenarnya sangat berguna dalam
kehidupan, seperti mengetahui bagaimana derajat ionisasi air
yang nilainya sangat kecil sekali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa dasar teori hantaran listrik
2. Bagaimana definisi hantaran listrik, hantaran jenis, dan
hantaran molar

1
3. Bagaimana aplikasi hantaran listrik pada konduktometri
4. Bagaimana pengukuran tetapan kesetimbangan dan
derajat ionisasi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui dasar teori hantaran listrik
2. Mengetahui definisi hantaran listrik, hantaran jenis, dan
hantaran molar
3. Mengetahui aplikasi hantaran listrik pada konduktometri
4. Mengetahui pengukuran tetapan kesetimbangan dan
derajat ionisasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hantaran Arus Listrik


Arus listrik dapat ditafsirkan sebagai arus elektron yang membawa muatan
negatif melewati suatu penghantar. Perpindahan ini dapat terjadi bila terdapat beda
potensial antara satu tempat terhadap tempat lain, dan arus listrik akan mengalir
dari tempat yang memiliki potensial tinggi ketempat potensial rendah. Arus listrik
ialah arus muatan listrik, yaitu banyaknya muatan listrik yang melintas
penampang per satuan waktu, dan rapat arus listrik bagi arus listrik yang
terdistribusi secara kontinyu seperti misalnya oleh gerakan ion-ion yang
berserakan di udara didefinisikan sebagai banyaknya muatan listrik yang melintas
penampang seluas satu satuan luas per satuan waktu.
Pada hakekatnya pembawa muatan listrik di dalam kawat tahanan ialah
elektron-elektron bebas, yaitu elektron-elektron yang lepas dari ikatan atom-atom
penyusun bahan konduktor itu, yang bersikap seperti molekul-molekul gas
sehingga disebut gas elektron. Sedangkan arus listrik di dalam cairan, khususnya
larutan elektrolit, adalah oleh ion-ion yang bergerak dari elektrode satu ke
elektrode lainnya, dan di dalam larutan tidak terdapat elektron bebas.
Daya hantar merupakan tolak ukur mudah-sukarnya arus listrik mengalir,
yang ditentukan oleh mudah-sukarnya pembawa-pembawa muatan listrik, yakni
elektron-elektron ataupun ion-ion yang bergerak didalam medium. Untuk beda
potensial yang sama tidak selalu menghasilkan kuat arus lirtrik yang sama,
melainkan tergantung pada dasarnya tahanan penghantar yang dipakai. ” makin

3
besar tahanan pengantar, makin kecil yang mengalir melalui penghantar tersebut,
atau dengan perkataan lain makin besar tahanan ( R ) makin sedikit muatan listrik
yang dihantarkan. ” Kamampuan suatu penghantar untuk memindahkan muatan
liatrik dikenal sebagai ” daya hantar listrik ” yang besarnya berbanding terbalik
dengan tahanan R.
2.2 Hantaran Listrik

Sebagaimana yang telah diamati oleh Faraday, bahwa


ketika arus listrik sesuai dengan jumlah arus listrik yang
dialirkan. Dengan demikian, maka dilewatkan pada suatu larutan,
ternyata akan didapati sejumlah massa pada elektroda yang
dalam gejala kelistrikan, akan terdapat proses pengaliran energi.
Sebagaimana dalam hukum kekekalan energi, yaitu energi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan, namun energi dapat
mengalir dari satu bentuk ke bentuk lain. Oleh karena itu kita
akan dapati fenomena konduktivitas dalam gejala kelistrikan,
yaitu daya atau kemampuan suatu bahan dalam menghantarkan
energi. Hantaran listrik sebenarnya adalah fenomena yang
sangat jamak kita lihat dalam kehidupan, apalagi dengan
teknologi yang semakin maju, kita semakin akrab dengan
perangkat elektronik, contohnya saja ketika kita mengecas
smartphone atau laptop kita, maka arus listrik mengalir melalui
kabel menuju baterai agar baterai dapat kembali mengalami
reaksi reversibel sehingga reaksi berikutnya dapat dimanfaatkan
energinya berupa listrik.

2.2.1 Partikel penghantar listrik

Sebagaimana yang telah diketahui dari dahulu, bahwa


terdapat dua jenis bahan di dunia ini, yaitu konduktor dan
isolator. Pada energi kalor atau energi panas, bahan-bahan logam
merupakan konduktor panas yang baik, sedangkan kain dan kayu
adalah isolator panas. Oleh Lavoiser, kalor didefinisikan sebagai

4
zat alir. Hal ini kemudian dibantah oleh penemuan berikutnya
yang menunjukkan bahwa kalor adalah bentuk energi dan bukan
partikel. Selanjutnya pada listrik, ada bahan yang bersifat
konduktor dan isolator. Misalnya air garam (NaCl) adalah
konduktor listrik. Namun di sini timbul keanehan, mengapa justru
pada padatan NaCl tidak dapat menghantarkan listrik? padahal
jika kita tinjau pada logam, ia dapat menghantarkan listrik pada
wujud padat maupun cair. Hal ini kemudian dijelaskan oleh
Arhenius melalui disertasi doktoralnya pada tahun 1883, yaitu
partikel-partikel elektrolit tersebut pada lelehan dan larutannya
akan terpecah menjadi partikel positif (kation) dan partikel
negatif (anion), seperti NaCl akan terurai menjadi Na + dan Cl-.
Dengan demikian partikel inilah yang bertanggungjawab dalam
proses penghantaran listrik. Meskipun demikian, teori ini tidak
terlalu diterima, baik di kalangan kimiawan, apalagi fisikawan
yang menganggap teori ini terlalu rendah. Baru kemudian,
setelah adanya teori Dualisme Cahaya oleh de Broglie yang
menyatakan bahwa cahaya dapat berperilaku sebagai partikel
dan gelombang, ditambah lagi dengan penemuan partikel-
partikel penyusun atom, dan alat-alat instrumen untuk menguji
partikel tingkat atomik, maka teori ini dapat diterima
kebenarannya. Pada saat sekarang ini, kita mengetahui bahwa
elektron yaitu partikel bermuatan negatif yang
bertanggungjawab pada proses hantaran listrik.

2.2.2 Mendefinisikan Hantaran Listrik


Ketika listrik mengalir dalam suatu medium, maka akan
didapat dua reaksi bahan, yaitu resistansi dan konduktansi.
Resistansi yaitu pertahanan, penolakan, hambatan dari bahan
tersebut untuk mengalirkan arus listrik. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh George Ohm, didapat bahwa resistansi (R)
berbanding lurus dengan voltase listrik (V) dan berbanding

5
terbalik dengan arus listrik (I) yang mengalir, atau dalam bentuk
matematisnya yaitu:

Dengan V dalam satuan Volt dan I dalam satuan Ampere (A)


Atas jasanya dalam menemukan hukum ini, maka nama
Ohm dijadikan sebagai satuan resistor baku dengan lambang .
Jika kita melakukan plot pada grafik antara V dan I dengan
perbandingan yang tetap, maka kita akan mendapat garis lurus
atau gradien yang merupakan nilai dari R. Sebaliknya dengan
konduktansi, yang merupakan kemampuan suatu medium dalam
meneruskan atau mengalirkan arus listrik. Oleh karena itu,
konduktansi () berbanding terbalik dengan resistansi, sehingga
secara matematis dapat ditulis dengan satuannya ohm()-1
atau setara dengan Siemens:

2.2.3 Hantaran Listrik Sebagai Fungsi Kecepatan


Berdasarkan persamaan di atas, dapat kita definisikan
ulang hantaran listrik dengan menuliskan ulang menjadi

Arus listrik adalah jumlah muatan (q) yang mengalir dalam


satuan waktu (t) tertentu, persamaan matematisnya yaitu

Sedangkan voltase merupakan kekuatan muatan listrik (q) dalam


jarak tertentu (r), persamaannya yaitu

dengan k adalah tetapan


Jika kita gabungkan maka akan kita dapatkan

6
Persamaan di atas menunjukkan bahwa konduktansi listrik dapat
dianggap sebagai fungsi kecepatan, yakni semakin besar
konduktansi suatu bahan, maka semakin cepat pula elektron
mengalir dalam bahan tersebut

2.3 Hantaran Listrik dan Hukum Coloumb


Pada tahun 1777, Coloumb mengajukan hukum
berdasarkan penelitian yang dilakukannya, yaitu gaya
elektrostatik (F) berbanding lurus dengan perkalian dua muatan
uji (q1 x q2) dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara
keduanya (r2), sehingga dapat ditulis dengan persamaan

x k

Semakin tinggi konsentrasi zat elektrolit, maka jumlah partikel


akan sangat banyak sehingga jarak antar muatan menjadi lebih
kecil, sehingga gaya elektrostatik akan semakin kuat. Adapun
hubungan antara daya dan gaya adalah:

Daya listrik didefenisikan sebagai V x I dan dalam hal ini nilainya


tetap, sehingga nilai F dan v akan berbanding terbalik. Dengan
demikian, pada konsentrasi tinggi, konduktansi listrik akan
semakin kecil karena sulitnya elektron untuk bergerak akibat
kuatnya gaya elektrostatik antar partikel.

2.4 Hukum Onsager pada elektrolit kuat


Pada tahun 1926, Onsager menyempurnakan teori Debye -
Huckel dan mengajukan rumus

7
Persamaan ini sebenarnya dapat diturunkan dari asumsi berikut.
Misalkan, dalam proses konduktansi ideal, energi mengalir secara
sempurna sehingga tidak ada panas yang diserap ataupun
dilepaskan (proses adiabatik), sehingga dQ = dT = 0 ;
berdasarkan hukum termodinamika I yaitu Q = dE + dW , dengan
nilai dQ = 0, maka dE = -dW
Jika kita anggap bahwa dE dalam hal ini adalah murni energi
kinetik sehingga
E = ½ m v2 dan W = p dV
Pada hantaran listrik, volume larutan tetap sehingga W = pV dan
pV = nRT, maka

Pada proses adiabatik suhu tidak berubah, sehingga nilai m R


dan T adalah tetap dan tidak mempengaruhi proses, sehingga
dapat ditulis v2 ~ -n dengan v ~  dan n ~ C atau dengan kata
lain  ~ - √ C . Oleh karena itu persamaan akhir yang kita dapat

Dengan k adalah tetapan dan  yaitu konduktivitas saat


konsentrasi mendekati 0.
Jika kita melakukan plot grafik antara √C pada sumbu x dan 
pada sumbu y maka akan didapat garis linear yang memotong di
sumbu y sebagai  dan kemiringan garis sebagai nilai k.
Berdasarkan persamaan ini, dapat kita ketahui bahwa
konduktansi akan berkurang seiring dengan meningkatnya
konsentrasi dalam bentuk pengurangan yang konstan, dan daya
hantar tertinggi pada larutan yang sangat encer.

Hukum Onsager pada pengenceran tak hingga

8
Pada pengenceran tak hingga, nilai C mendekati nol sehingga
konsentrasi tidak lagi mempengaruhi harga konduktivitas. Jadi
pada pengenceran tak hingga, nilai konduktivitas sama dengan
jumlah konduktivitas ion-ionnya. Hukum ini
dikenal dengan hukum Kohlrausch yang dapat
ditulis dengan

Hukum Onsager pada elektrolit lemah


Pada elektrolit lemah, ternyata hukum Onsager akan mengalami
penyimpangan, terutama pada konsentrasi yang sangat kecil. Hal
ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada elektrolit kuat, semua
partikelnya akan teroinisasi, sehingga jumlah ion nya pasti
sebanding dengan jumlah partikelnya. Sebaliknya pada elektrolit
lemah, tidak semua partikel akan menjadi ion, dan pada
konsentrasi yang semakin pekat, justru jumlah ion yang
terbentuk akan sangat kecil dan menyimpang dari nilai derajat
ionisasi (ingat kembali faktor van't Hoff), dan pada konsentrasi
yang lebih encer, barulah jumlah ion yang terbentuk akan lebih
banyak. Itulah sebabnya sehingga grafik konduktivitas () lawan
akar kuadrat konsentrasi ( √ C ) pada elektrolit lemah akan
sangat besar pada konsentrasi sangat encer, dan berkurang
secara eksponensial seiring meningkatnya konsentrasi.
Pendekatan paling baik dalam menghitung hantaran listrik pada
elektrolit lemah adalah dengan menjadikannya sebagai fungsi
dari hantaran pada pengenceran tak hingga, atau dapat kita tulis
:  =  
2.5 Hantaran Jenis

Hantaran jenis didefenisikan sebagai:


A l
L= k atau k = L A = LK
l
Keterangan :

9
A : Daerah elektroda
l : Jarak antar elekroda
k : Hantaran Jenis (l/m3)
K : Konstanta sel
Arus listrik digunakan untuk menghitung hantaransuatu elektrolit lemah.
Untuk elektrolit lemah frekuensi arus listrik umumnta 500 putaran/detik dan untuk
elektrolit kuat frekuensi arus listrik adalah 1000 putaran/detik. Hal ini digunakan
untuk menghindari pengendapan zat pada elektroda. Elektroda yang digunakan
dalam sel hantaran sibuat dari paltina.

2.6 Hantaran Molar


Hantaran molar (Λ) adalah daya hantar laruta yang mengandung 1 mol
elektrolit dan ditempatkan diantara dua elektroda aejajar yang terpisah sejauh 1
meter.
k
Λ=
C

Keterangan :
C : Konsentrasi elektrolit (mol/m3)
k : Hantaran jenis (mho-1m2)
Contoh soal:
Tahanan larutan KCL 0,1 M dalam suatu larutan sel hantaran adalah 325 ohm dan
hantaran jenisnya adalah 1,29 mho m-1. Jika tahanan larutan NaCl 0,05 M dalam
sel adalah 752,4 ohm, hitunglah hantaran molar dari larutan tersebut.
Jawab:

k=LK
k
K= =kR
L
= (1,29 mho m-1 ) (325 ohm)
= 419 m-1
Hantaran jenis larutan NaCl dapat dihitung sebagai berikut:

10
K 419 m−1
k=
R
=
752,4 ohm
= 0,557 mho m-1
k
Λ=
C
0,557 mho m−1
Λ=
(0,05 mol dm−3)(1000 dm−3 m−3)

Λ = 0,011 mho m-3 mol-1

2.7 Pengukuran Daya Hantar Listrik


Daya hantar listrik suatu larutan tergantung dari : Jumlah ion yang ada
yaitu tergantung dari elektrolit (kuat/lemah) dan konsentrasi. Pengenceran larutan
baik untuk elektrodan memperbesar daya hantar dan mencapai harga maksimal
pada pengenceran tak terhingga. Dan yang ke dua yaitu kecepatan dari ion pada
beda potensial antara kedua elektroda.

Pengukuran daya hantar listrik mempunyai arti penting dalam proses-


proses kimia. pada pembuatan aquades, efesien dari penghilang zat terlarut yang
berupa garam-garam dapat diikuti dengan mudah yaitu dengan cara mengukur
daya hantar larutan selama titrasi dengan menggunakan grafik dan dapat
digunakan juga untuk menentukan titik akhir titrasi. Derajat ionisasi elektrolit
lemah dapat juga ditentukan dengan pengukuran daya hantarnya. Seperti yang kita
ketahui daya hantar berbanding lurus dengan jumlah ion yang ada dalam larutan.
Berikut ini adalah tabel ion dan ∆m dalam pelarut air :
Jumlah Ion Range ∆m
2 118-131
3 235-273
4 408-435
5 >560

Tabel jumlah ion dan ∆m dalam pelarut DMF

Jumlah Ion Range ∆m


1:1 65-90
2:1 130-170
3:1 200-240
4:1 >300

11
Dalam pengukuran konduktivitas spesifik larutan dipilih harga yang paling
konstan karena harga konduktivitas cenderung berubah setiap saat sehingga harga
yang paling konstan merupakan harga yang mendekati harga sebenarnya. Setiap
pergantian larutan, alat cuci dengan aquades. Pengukuran disertai dengan
pengukuran aquades (pelarut) karena harga konduktivitas larutan dengan
konduktivitas pelarut.

K = klarutan - kpelarut

Dari konduktivitas spesifik, dicari harga anatar molarnya sehingga dapat


ditentukan jumlah ion yang terdapat pada sampel. Semakin besar jumlah ion dari
suatu larutan maka akan semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Jumlah muatan
dalam larutan sebanding dengan nilai hantar molar larutan dimana hantaran molar
juga sebanding dengan konduktivitas larutan. Konsentrasi elektrolit sangat
menentukan besarnya konduktifitas molar (∆m). Konduktiviats molar adalah
konduktivitas suatu larutan apabila konsentrasi larutan sebesar satu molar,
sehingga secara matematis dirumuskan

∆m = k/C
Keterangan :
K : Kondektivitas (Smc-1)
C : konsentrasi larutan (mol/L)
∆m : hantaran molar (Scm2mol-1)

Pada daya hantar listrik kecepatan ion beda potensial antara kedua elektroda
yang ada. Perpindahan muatan listrik dapat terjadi bila terdapat beda potensia
anatara satu tempat terhadap tempat yang lain, dan arus listrik akan mengalir dari
tempat yang memiliki potensial tinggi ketempat potensial yang rendah. Didalam
suatu larutan, terjadi arus listrik dikarenakan adanya ion-ion yang bergerak.
Contohnya yaitu terdapat pada larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Bila zat
terlarutnya berupa zat elektrolit maka zat terlarutnya sangat mudah terionisasi,
larutan juga dapat menghantar listrik, larutan itu meliputi asam, basa, dan garam.
Dalam larutan elektrolit jumlah kation tidak selalu sama dengan jumlan anion,

12
tetapi jumlah muatan positif selalu sama dengan muatan negatif sehingga larutan
elektrolit secara keseluruhan netral secara listrik.
Jika larutan non elektrolit maka zat terlarut tidak terionisasi, larutannya
tidak menghantar arus listrik., dan juga meliputi zat selain asam, basa, garam
(misalnya: gula, alkohol, urea dan lain-lain). Contoh dari larutan non elektrolit
yaitu Hidrokarbon Klorida yaitu senyawa kovalen sehingga pada keadaan murni
tidak dapat menghantar listrik, tetapi karena ikatan kovalennya polar, maka mudah
larut dan terionisasi sempurna dalam air sehingga larutannya dapat menghantar
aliran listrik.
Daya hantar listrik juga banyak dijumpai dalam larutan asam dan basa,
asam dan basa ini memiliki dua sifat yaitu asam basa lemah dan juga asam basa
kuat. Asam atau basa dikatakan kuat apabila terionisasi semua dalam larutan.
Contoh asam kuat yaitu, HCl, HBr, HNO3, H2SO4, HClO3, HClO4. Untuk basa kuat
NaOH, KOH, Ba(OH)2, Mg(OH)2 konsentrasi dan rumusnya yatiu: Konsentrasi
H+/OH-

Rumus :
Asam Kuat : [H+] = a M
Basa Kuat : [OH-] = b M
Sedangkan asam basa lemah hanya terionisasi sebagian dalam larutan:
asam lemah : HA ⇄ H+ + A-
H
¿
+¿
−¿
Ka = A ¿
¿
¿
¿
¿

Basa Lemah : LOH ⇄ L+ + OH-

+ ¿¿
L
¿
Kb = −¿ ¿
OH
¿
¿
¿

13
Makin besar harga K, asam/basa relatif makin kuat.
Untuk konsentrasinya : H+/OH-

Asam lemah [H+] = √ Ka M α=


√ Ka
M

Basa Lemah [H-] = √ Kb M α=


√ Kb
M

Contoh soal: larutan asam asetat (Ka = 2 x 10-5) yang mempunyai pH sama dengan
larutan 2 x 10-3 M HCl, jadi berapakan konsentrasi dari larutan tersebut.

Jawab :

Asam asetat adalah asam lemah sedangkan HCl adalah asam kuat. Bila pH sama,
maka [H+] sama.

[H+]AL = [H+]AK ⟹ √ K a M AL = a M AK

= √ 2 x 10
−5
x M AL = 1 x 2 x 10-3

= 2 x 10-5 x MAL = 4 x 10-6

= MAL = 0,02 M

2.8 Titrasi Konduktometri


Titrasi konduktometri merupakan metode analisa kuantitatif yang
didasarkan pada perbedaan harga konduktansi masing-masing ion. Dalam
konduktometri diperlukan sel konduktometrinya, yaitu alat mengukur tahanan sel.
Namun titrasi ini kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik yang
terlalu tinggi (Muizliana, 2010).
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar
listrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis
dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan
pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya
hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari
tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1 . Bila arus
listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar

14
listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaanelektroda (A) dan berbanding
terbalik dengan jarak kedua elektroda
G = l/R = k (A / l)

-1
Dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm cm -1. Daya Hantar
Ekivalen (Equivalen Conductance) . Kemampuan suatu zat terlarut untuk
menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekivalen (^) yang didefinisikan
sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda dengan
jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud dengan berat ekuivalen adalah berat
molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif. Contoh berat ekivalen BaCl 2
adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan (cm3) yang mengandung satu gram
ekivalen zat terlarut diberikan oleh,
V = 100 / C
Dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000
menunjukkan 1 liter = 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali
luas (A) dan jarak kedua elektroda (1).
V= l A
Dengan l sama dengan 1 cm
V = A = 100 / C
Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh,
G = 1/R = 1000k/C
Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1
gram ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm. Daya
hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu untuk
setiap ion. Pengukuran Daya Hantar Listrik. Pengukuran daya hantar memerlukan
sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik)
untuk mengukur tahanan larutan.

1. Sumber listrik
Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari batrei) melalui larutan
merupakan proses faradai, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda.
Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi elektro kimia pada elektroda-
elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik bukan akibat proses faradai.

15
Perubahan karena proses faradai dapat merubah sifat listrik sel, maka pengukuran
konduktometri didasarkan pada arus nonparaday atau arus AC.
2. Tahanan Jembatan
Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk
pengukuran daya hantar.

3. Sel
Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang
elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam
yang dilapisi logam platina untuk menambah efektifitas permukaan elektroda.
Titrasi Konduktometri Metode konduktometri dapat digunakan untuk menentukan
titik ekivalen suatu titrasi, berupa beberapa contoh titrasi konduktometri dibahas
berikut, Titrasi asam kuat- basa kuat Sebagai contoh lrutan HCl dititrasi ole
NaOH. Kedua larutan ini adalah penghantar listrik yang baik. Kurva titrasinya
ditunjukkan pada gambar di bawah ini. daya hantar H+ turun sampai titik ekivalen
tercapai. Dalam hal ini jumlah H+ makin berkurang di dalam larutan, sedangkan
daya hantar OH- berrtambah setelah titik ekivalen (Te) tercapai karena jumlah
OH- di dalam larutan bertambah. Jumlah ion Cl- di dalam larutan tidak berubah,
karena itu daya hantar konstan dengan penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+
bertambah secara perlahan-lahan sesuai dengan jumlah ion Na+.

2.8.1 Jenis Titrasi Konduktometri


Dalam melakukan titrasi konduktometri diperlukan alat yang namanya
konduktometer, berikut beberapa contoh alat konduktometer seperti pada Gambar
3a, 3b, sebagai berikut:

16
Gambar 3a. Konduktometer Gambar 3b. Konduktometer

Metode konduktometri dapat digunakan untuk menentukan titik ekivalen


suatu titrasi. Beberapa contoh titrasi konduktometri dibahas berikut.
1. Titrasi Asam Kuat-Basa Kuat
Sebagai contoh larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Kedua larutan ini adalah
penghantar listrik yang baik. Kurva titrasinya ditunjukkan pada gambar 1. Daya
hantar H+ turun sampai titik ekivalen tercapai, dalam hal ini jumlah H + makin
berkurang di dalam larutan. Sedangkan daya hantar OH- bertambah setelah titik
ekivalen tercapai karena jumlah OH- di dalam larutan bertambah. Jumlah ion Cl-
di dalam larutan tidak berubah karena itu daya hantarnya konstan dengan
penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+ bertambah secara perlahan-lahan sesuai
dengan jumlah ion Na+.

Gambar 4. Kurva titrasi konduktometri asam kuat dan basa kuat

17
Bentuk kurva titrasi konduktometri ini bergantung pada daya hantar listrik
ion-ionnya.

Gambar 5. Kurva titrasi konduktometri asam kuat dan basa lemah

Gambar 6. Kurva titrasi konduktometri asam lemah dan basa kuat

Gambar 7. Kurva titrasi konduktometri asam lemah dan basa lemah

Berdasarkan konduktivitasnya, titrasi konduktometri terbagi menjadi dua,


yaitu:
1. Titrasi Konduktometri Frekuensi Rendah

18
Penambahan suatu elektolit ke elektrolit lain pada keadaan yang tidak ada
perubahan volum yang begitu besar akan mempengaruhi konduktovitas larutan
terjadi reaksi ionik atau tidak. Jika tidak terjadi reaksi ionic, maka perubahan
konduktovitas sedikit sekali atau hampir tidak ada. Bila terjadi reaksi ionic, maka
perubahan konduktivitas yang relative cukup besar sehingga dapat di amati,
seperti pada titrasi basa kuat oleh asam kuat. Dalam titrasi ini terjadi penurunan
konduktivitas karena terjadi penggantian ion hydrogen, yang mempunyai
konduktovitas tinggi, dengan kation lain yang mempunyai konduktovitas rendah.
Pada titrasi penetralan, pengendapan dll, penentuan titik ahir titrasi titrasi
ditentukan berdasarkan perubahan koduktivitas (hantaran) dari reaksi kimia yang
terjadi. Hantaran di ukur pada setiap penambahan sejumlah pereaksi dan titik
pengukuran tersebut bila di alurkan memberikan 2 garis lurus yang saling
berpotongan dinamakan titik ekivalen titrasi. Ketepatan metode ini bergantung
pada sudut perpotongan dan kerapatan titik pengukuran. Secara praktik
konsentrasi penitran 20-100 kali lebih kali pekat dari larutan yang di titrasi, Pada
metode ini larutan yang dihasilkan harus seencer ungkin namun suatu hal yang
perlu ditinjau lagi untuk efek keenceran harus dibuat dengan mengalikan nilai-
nilai konduktifitas dengan faktor (V+v)/V, dimana V adalah volume asli dari
larutan dan v adalah volume reagensia yang ditambahkan. Kelebihan titrasi ini,
baik untuk asam yang sangat lemah seperti asam borat dan fenol yang secara
potensiometri tidak dapat di lakukan. Selain itu, titrasi konduktometri
tidak perlukan kontrol suhu. Selain itu hendaknya diperhatikan pengendalian
temperatur dalam pengukuran-pengukuran konduktansi. Sementara penggunaan
termostat tidaklah penting dalam titrasi konduktometri karena kekonstanan
temperatur lebih diperhatikan, tetapi biasanya kita hanya perlu menaruh sel
konduktivitas itu dalam bejana berisi air pada temperatur laboratorium.
Perubahan relatif dari konduktivitas larutan selama reaksi dan pada
penambahan reagensia berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi. Elektrolit
asing yang mengganggu proses reaksi ini tidak boleh ada karena zat-zat ini
mempunyai efek yang besar pada ketepatan hasil titrasi.
2. Titrasi Konduktometri Frekuensi Tinggi

19
Dalam metode titrasi frekuensi tinggi sebuah sel yang sesuai yang
mengandung sistem kimia itu dijadikan bagian dari atau dirangkaikan kesebuah
rangkaian osilator yang beresonansi pada suatu frekuensi dari beberapa
megahertz. Selain komposisi kimia itu berubah resistansi atau kapasitansi
rangkaian tersebut juga berubah dan terjadilah perubahan karakteristik osilator.
Setiap kuantitas ini dapat dimbil dan diukur sebagai indikasi dari perubahan
dalam komposisi sistem kimia itu yaitu selagi suatu larutan dititrasi dengan suatu
reagensia yang sesuai umumnya dapat diperoleh kurva-kurva yang menunjukan
infleksi atau pematahan pada titik valen. Sifat fundamental dari sistem kimia yang
mempengaruhi karakteristik osilator ialah tetapan dielektrik dan konduktifitasnya.
Suatu keuntungan penting dari metode frekuensi tinggi ini adalah elektrode dapat
ditaruh diluar sel dan elektrode tersebut tidak bisa berkontak langsung dengan
larutan uji. Karenanya pengukuran-pengukuran dapat dibuat tanpa bahaya
elektrolisis atau polarisasi elektrode sedangkan kekurangann frekuensi tinggi ini
adalah respon dari suatu titrimetri frekuensi tinggi ialah non spesifik karena
bergantung hanya pada konduktivitas dan tetapan dielektrik sistem itu serta tidak
bergantung pada identitas kimiawi dari komponen-komponen sistem itu.
Setiap ion atau molekul dipolar cendrung bergerak atau menjuruskan dirinya
sendiri dalam arah elektrode yang polaritasnya berlawanan. Polaritas elektrode
berubah satu kali setiap daur, dan ion atau dipol itu harus membalikan gerakan
atau orientasinya. Konduktan larutan ialah hasil dari gerakan ion-ion negatif dan
positif relatif terhadap ion-ion tersebut dan terhadap molekul-molekul terlarut.
Setiap ion cendrung unutk bergerak mendahului atmosfer ioniknya dan akibatnya
terbentuk distribusi muatan yang tidak simetris disetiap ion pusat serta terjadinya
suatu gaya hambat atas ion dalam arah yang berlawanan dengan gerakannya. Pada
frekuensi bolak balik yang lebih besar dari suatu megaherzt, ion pusat merubah
geraknya begitu cepat dengan setiap daur dari medan yang dikenakan, sehingga
tak banyak kesempatan untuk timbulnya asimetri drai atmosfer ionik dan akhirnya
konduktanpun naik. Pada frekuensi-frekuensi tinggi, ion-ion mengalami oksidasi
yang lebih kecil sehingga atmosfer ionik yang bermuatan berlawanan mengadaan
gaya hambatan yang relatif lebih kecil ketimbang pada frekuensi rendah. Teknik
ferkuensi tinggi ini adalah paling peka dalam titrasi-titrasi dimana konsentrasi

20
total ion yang terlarut berubah, misalnya dalam reaksi pengendapan dan
pembentukan kompleks. Teknik ini juga dapat diaplikasikan pada sebuah ion yang
bergerak cepat digantikan oleh sebuah ion yang bergerak lambat misalnya dalam
titrasi asam basa. Sebuah sel sederhana yang digunakan untuk titrasi frekuensi
tinggi terdiri dari dua lempeng logam yang terpasang tetap pada dinding sebuah
wadah kaca.
Contoh Titrasi Frekuensi Tinggi
Suatu larutan yang akan dititrasi harus diencerkan lebih lanjut dalam sel
sampai volume total menjadi kira-kira 35 sehingga permukaan cairan berada
lebih dari 1 cm diatas elektrode atas sel itu dan akhirnya akan memberikan
konsentrasi yang terletak dalam jangkauan operasi optimum dari titrimeter yang
digunakan. Selain itu titran harus mempunyai konsentrasi lima sampai sepuluh
kali konsentrasi larutan uji, dan setelah penambahan reagensia titrimeter
disesuaikan kembali. Dan terakhir kita harus melakukan pembacaan hasil
instrumen pada grafik terhadap volume titran yang ditambahkan.
2.8.2 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Konduktometri
Kelebihan titrasi konduktometer
a. Titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah
dapat ditentukan dengan daya hantar dari larutan tersebut.
b. Dapat digunkan untuk titrasi yang berwarna
c. Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapatan
d. Lebih praktis
e. Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit
f. Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri

Kekurangan titrasi konduktometer


a. Hanya dapat diterapkan pada larutan elektrolit saja
b. Sangat dipengaruhi temperatur
c. Dapat ditunjukka dengan tidak langsung
d. Peralatan cukup mahal
e. Jika tidak hati – hati maka akan cepat rusak
f. Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena akan
meleleh.

21
2.8.3 Aplikasi Titrasi Konduktometri

1. Pembuatan dan Karakterisasi Biosensor Konduktometri untuk Penentuan


Konsentrasi Diazinon.
Diazinon merupakan senyawa organofosfat yang digunakan sebagai
pestisida. Penggunaan yang berlebih andaridiazinon dapat meninggalkan residu
yang membahayakan kesehatan manusia. Hal ini dapat menghambat aktivitas
ester aseasetilkolin pada sistem saraf, yang mengarah kegejala serius dan
kematian. Metode umum untuk menentukan konsentrasi diazinon dan
organofosfat lainnya adalah kromatografi gas (GC) dan cair kinerja tinggi
kromatografi (HPLC). Namun, metode ini membutuhkan biaya operasi yang
tinggi dan optimasi yang rumit. Sebuah metode biosensing menggunakan
biosensor yang mengatasi kerugian dari GC dan HPLC. Biosensor memiliki
banyak keuntungan antara lain sangat selektif dan sensitif, mudah digunakan,
cepat, dan portabel. Sebuah biosensor adalah perangkat digabungkan dengan
biologi elemen penginderaan (enzim, antibodi, mikroba, dll) yang terhubung
ketransduser. Biosensor elektrokimia adalah optik, piezoelektrik, atau termal.
Biosensor yang paling umum digunakan untuk menentukan konsentrasi senyawa
organofosfat adalah biosensor elektrokimia. Biosensor elektrokimia adalah
potensiometri, amperometrik, konduktometrik. Dalam penelitian ini,
menggunakan biosensor konduktometrik karena memiliki elektroda kecil,
memiliki sensitivitas yang baik, tidak memerlukan alternating current(AC),
referensi elektroda, dan memiliki potensi untuk diproduksi dalam skala besar
karena biaya rendah.
Konsentrasi diazinon yang ditetapkan berdasarkan pengukuran konduktansi
ketika diazinon menghidrolisis menjadi O, O dietil phosphorothioil, 2-isopropil-6-
methylpyrimidin- 4-ol, dan H +dikatalisasi oleh organofosfat hidrolase (OPH).
OPH yang bergerak di permukaan elektroda sehingga dapat digunakan berkali-
kali. Dalam penelitian ini, metode imobilisasi OPH adalah adsorpsi. Metode ini
sederhana dan tidak secara signifikan mengubah aktivitas OPH.

Media imobilisasi untuk metode ini adalah screenprinted sebuah


elektroda karbon (SPCE) dimodifikasi dengan bovine albumin serum (BSA) dan

22
glutaraldehid (GA). OPH yang bergerak di kutub negatif dari SPCEs karena
molekul target pengukuran H +(karena H +
memberikan konduktivitas tertinggi
dibandingkan ion lain).

Suhu, pH, dan jumlah enzim mempengaruhi aktivitas enzim. Oleh karena
itu, mereka juga mempengaruhi Kinerja biosensor. Suhu optimum mencapai50-
55°C dan pH untuk OPH adalah 9. Dalam penelitian ini, suhu dibuat konstan
pada suhu kamar untuk menghindari penguapan selama percobaan dan
memudahkan operasi. Tujuan utama dari ini penelitian adalah untuk mempelajari
pengaruh Ph dan jumlah enzim pada kinerja biosensor serta menganalisis
biosensor pada kondisi optimum. Jumlah enzim pada tahap biosensor membangun
sedangkan pH dipelajari selama karakterisasi biosensor. Tujuan kedua dari
penelitian ini adalah untuk melihat apakah perangkat ini dapat diterapkan dalam
sampel sayuran.

2. Pengaruh Massa Organofosfat Hidrolase dan Luas Elektroda terhadap Kinerja


Biosensor Konduktometri untuk Mendeteksi Residu Pestisida Klorpirifos dan
Profenofos Berbasis SPCE Kitosan
Dalam mengendalikan serangga atau hama pada hasil pertanian khususnya
sayuran dan buah-buahan digunakan pestisida klorpirifos dan profenofos. Namun
ternyata penggunaan pestisida tersebut dapat meninggalkan residu yang dapat
membahayakan kesehatan. Standart Nasional Indonesia (SNI) menetapkan batas
maksimum residu (BMR) pestisida pada hasil pertanian, yaitu 0,05 mg/kg – 0,5
mg/kg untuk residu profenofos, dan 0,05 mg/kg – 0,1 mg/kg untuk residu
klorpirifos.

Kromatografi gas (GC) dan kromatografi cair tekanan tinggi (KCKT


mampu mendeteksi kadar pestisida, namun dengan batas deteksi yang masih lebih
besar dari BMR yang diijinkan [3,4,5]. Dengan demikian diperlukan metoda yang
lebih sensitif. Biosensor diharapkan dapat mendeteksi kadar residu pestisida
secara lebih sensitif karena kerja biosensor lebih selektif. Biosensor untuk
mendeteksi pestisida telah dikembangkan secara konduktometri dan amperometri.

23
Daya hantar yang terbaca berbanding lurus dengan luas elektroda dan masa
enzim yang digunakan. Jadi pada penelitian ini, menggunakan variasi pada massa
enzim dan luas elektroda. Elektroda yang digunakan adalah SPCE ( Elektroda
Screen-Printed Carbon) yang dilapisi dengan OPH dengan bantuan membran
kitosan dan larutan glutaraldehid. Jarak antar elektroda diatur sedemikian rupa
hingga nilainya konstan.

2.9 Derajat Ionisasi

Ketika suatu zat dilarutkan dalam air, maka terdapat 3 kemungkinan yang
terjadi yakni zat tersebut larut secara sempurna, larut sebagian dan tidak larut
dalam air. Banyaknya spesi yang terionisasi dalam air dapat diketahui
menggunakan derajat disosiasi atau derajat ionisasi (α).

Derajat ionisasi diartikan sebagai perbandingan jumlah mol atau molekul


zat yang terionisasi dengan banyaknya mol atau molekul zat mula-mula. Derajat
ionisasi dapat ditulis sebagai

Harga α di antara 0 ≤ α ≥ 1. α ≤ 0 artinya tidak terjadi ionisasi, sedangkan α ≥ 1


artinya terjadi ionisasi secara sempurna.

Contoh soal

Bila diketahui suatu reaksi sebagai berikut

CH3COOH CH3COO¯ + H+

Dari reaksi di atas tentukan derajat ionisasinya, bila mula-mula 2 mol asam asetat
dilarutkan dalam air dan menghasilkan ion H+ sebanyak 0,5 mol.

Jawab

Derajat ionisasinya adalah

24
Contoh soal

Suatu basa dengan rumus L(OH)2 bila dilarutkan dalam air teionisasi sesuai reaksi
berikut:

L(OH)2 L2+ + 2OH¯

Jika mula-mula L(OH)2 sebanyak 2 mol dengan derajat ionisasi sebesar 0,3.
Tentukanlah

a. Jumlah mol L(OH)2 yang terionisasi

b. Jumlah mol ion L2+ yang terbentuk

c. Jumlah mol L(OH)2 yang tersisa setelah terionisasi

Jawab

Reaksi ionisasi : L(OH)2 L2+ + 2OH‾

a. Jumlah mol L(OH)2 yang terionisasi

b. Jumlah mol ion L2+ yang terbentuk

c. Jumlah mol L(OH)2 yang tersisa setelah terionisasi

2.10 Contoh Soal

25
1. Menurutmu, mana yang lebih baik, mengukur daya hantar listrik pada
konsentrasi encer atau konsentrasi pekat? Jelaskan alasanmu!

Jawab : Berdasarkan grafik daya hantar listrik vs konsentrasi, diketahui bahwa


daya hantar listrik berkurang dengan meningkatnya konsentrasi. Dengan demikian
akan lebih optimum menggunakan konsentrasi lemah dibandingkan konsentrasi
tinggi

2. Dari suatu percobaan daya hantar listrik menggunakan larutan NaCl pada suhu
tertentu didapat persamaan grafik antara Daya Hantar (sumbu y) dan akar kuadrat
konsentrasi (sumbu x) yaitu y = 127 - 100x . Jika suatu larutan yang berisi larutan
NaCl diukur daya hantarnya yaitu 123 Siemens, berapakah konsentrasi larutan
itu?

Jawab :

y = 127 - 100 x ; 123 = 127 - 100x ; 100x = 4 ; x = 0.04 , konsentrasi = (0.04)^2 =


16 x 10^-4

3. Hitunglah konduktansi encer NH4OH pada suhu 20°C jika diketahui :

λ∞(NH4Cl) = 130 λ∞(OH–) = 174 λ∞(Cl–) = 66

Jawab : λ∞(NH4OH) = λ∞(NH4Cl) + λ∞(OH–) - λ∞(Cl–) = 130 + 174 - 66 =


138 Siemens

4. Konduktansi dari ion perak pada suhu 18° adalah 55.7 dan ion nitrat adalah
60.8. Konduktansi dari suatu larutan sampel pada konsentrasi tertentu adalah 94.7.
Hitunglah derajat ionisasi pada konsentrasi itu!

Jawab :

Konduktansi pada larutan encer = 55.7 + 60.8 = 116.5

Derajat ionisasi pada konsentrasi tertentu = Daya Hantar pada konsentrasi tertentu
/ Daya Hantar encer = 94.7 / 116.5 = 0.8128

5. Apa yang terjadi jika konduktansi dikukur pada suhu yang lebih tinggi?

Jawab : Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan transport ion / mobilitas ion akan
semakin meningkat. Dengan demikian, pada suhu yang lebih tinggi, daya hantar
listrik akan semakin besar

26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibahas diatas maka
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara umum, daya hantar
listrik merupakan gejala transfer energy sekaligus transport
partikel, mengingat sifat electron yang mengikuti asas dualism
partikel. Elektron adalah partikel yang bertanggungjawab dalam
pengahantaran arus listrik atau konduktivitas. Konduktivitas jenis
berbeda pada setiap bahan namun tidak bergantung pada
konsentrasinya, sedangkan konduktivitas molar adalah
konduktivitas jenis pada setiap konsentrasi dalam ukuran
molaritas.
Konduktansi listrik bergantung pada konsentrasi. Hal ini
dapat dimanfaatkan untuk titrasi konduktometri, dimana semakin
pekat suatu larutan, maka daya hantarnya akan semakin lemah.

27
Pada daya hantar listrik, gaya elektrostatik juga turut
mempengaruhi, sehingga daya hantar listrik juga dipengaruhi
oleh derajat ionisasi. Dengan demikian, kita dapat mengukur
derajat ionisasi suatu larutan elektrolit yang sangat lemah
sekalipun menggunakan daya hantar listrik. Oleh karena itu,
daya hantar listrik mempunyai aplikasi yang sangat luas
terutama di bidang kimia analitik, apalagi pengukuran daya
hantar listrik tidak memerlukan instrument yang mahal, sehingga
sangat mudah dan murah dan dapat digunakan secara luas.
Dengan demikian, daya hantar listrik dapat digunakan pada
laboratorium sederhana sekalipun namun hasilnya tidak jauh
berbeda dengan laboratorium yang menggunakan instrumen
canggih seperti spektrofotometer.

DAFTAR PUSTAKA

Bahl, S.M.,( 2013), Principles of Physical Chemistry, McGraw-Hill, New York

Bird, Tony., (1987), Kimia Fisika untuk Universita, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta

Dogra dan Dogra., (1990), Kimia Fisik Dan Soal-Soal, UI-Press, Jakarta

Sugiyono, K.H, Suyanti, R.D., (2014), Kimia Anorganik Logam, Graha Ilmu,
Yogyakarta

Supriyana., (2004), Kimia untuk Universitas jilid II, Erlangga, Jakarta

28
29

Anda mungkin juga menyukai