Hantaran Arus Listrik
Hantaran Arus Listrik
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana aplikasi hantaran listrik pada konduktometri
4. Bagaimana pengukuran tetapan kesetimbangan dan
derajat ionisasi?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
besar tahanan pengantar, makin kecil yang mengalir melalui penghantar tersebut,
atau dengan perkataan lain makin besar tahanan ( R ) makin sedikit muatan listrik
yang dihantarkan. ” Kamampuan suatu penghantar untuk memindahkan muatan
liatrik dikenal sebagai ” daya hantar listrik ” yang besarnya berbanding terbalik
dengan tahanan R.
2.2 Hantaran Listrik
4
zat alir. Hal ini kemudian dibantah oleh penemuan berikutnya
yang menunjukkan bahwa kalor adalah bentuk energi dan bukan
partikel. Selanjutnya pada listrik, ada bahan yang bersifat
konduktor dan isolator. Misalnya air garam (NaCl) adalah
konduktor listrik. Namun di sini timbul keanehan, mengapa justru
pada padatan NaCl tidak dapat menghantarkan listrik? padahal
jika kita tinjau pada logam, ia dapat menghantarkan listrik pada
wujud padat maupun cair. Hal ini kemudian dijelaskan oleh
Arhenius melalui disertasi doktoralnya pada tahun 1883, yaitu
partikel-partikel elektrolit tersebut pada lelehan dan larutannya
akan terpecah menjadi partikel positif (kation) dan partikel
negatif (anion), seperti NaCl akan terurai menjadi Na + dan Cl-.
Dengan demikian partikel inilah yang bertanggungjawab dalam
proses penghantaran listrik. Meskipun demikian, teori ini tidak
terlalu diterima, baik di kalangan kimiawan, apalagi fisikawan
yang menganggap teori ini terlalu rendah. Baru kemudian,
setelah adanya teori Dualisme Cahaya oleh de Broglie yang
menyatakan bahwa cahaya dapat berperilaku sebagai partikel
dan gelombang, ditambah lagi dengan penemuan partikel-
partikel penyusun atom, dan alat-alat instrumen untuk menguji
partikel tingkat atomik, maka teori ini dapat diterima
kebenarannya. Pada saat sekarang ini, kita mengetahui bahwa
elektron yaitu partikel bermuatan negatif yang
bertanggungjawab pada proses hantaran listrik.
5
terbalik dengan arus listrik (I) yang mengalir, atau dalam bentuk
matematisnya yaitu:
6
Persamaan di atas menunjukkan bahwa konduktansi listrik dapat
dianggap sebagai fungsi kecepatan, yakni semakin besar
konduktansi suatu bahan, maka semakin cepat pula elektron
mengalir dalam bahan tersebut
x k
7
Persamaan ini sebenarnya dapat diturunkan dari asumsi berikut.
Misalkan, dalam proses konduktansi ideal, energi mengalir secara
sempurna sehingga tidak ada panas yang diserap ataupun
dilepaskan (proses adiabatik), sehingga dQ = dT = 0 ;
berdasarkan hukum termodinamika I yaitu Q = dE + dW , dengan
nilai dQ = 0, maka dE = -dW
Jika kita anggap bahwa dE dalam hal ini adalah murni energi
kinetik sehingga
E = ½ m v2 dan W = p dV
Pada hantaran listrik, volume larutan tetap sehingga W = pV dan
pV = nRT, maka
8
Pada pengenceran tak hingga, nilai C mendekati nol sehingga
konsentrasi tidak lagi mempengaruhi harga konduktivitas. Jadi
pada pengenceran tak hingga, nilai konduktivitas sama dengan
jumlah konduktivitas ion-ionnya. Hukum ini
dikenal dengan hukum Kohlrausch yang dapat
ditulis dengan
9
A : Daerah elektroda
l : Jarak antar elekroda
k : Hantaran Jenis (l/m3)
K : Konstanta sel
Arus listrik digunakan untuk menghitung hantaransuatu elektrolit lemah.
Untuk elektrolit lemah frekuensi arus listrik umumnta 500 putaran/detik dan untuk
elektrolit kuat frekuensi arus listrik adalah 1000 putaran/detik. Hal ini digunakan
untuk menghindari pengendapan zat pada elektroda. Elektroda yang digunakan
dalam sel hantaran sibuat dari paltina.
Keterangan :
C : Konsentrasi elektrolit (mol/m3)
k : Hantaran jenis (mho-1m2)
Contoh soal:
Tahanan larutan KCL 0,1 M dalam suatu larutan sel hantaran adalah 325 ohm dan
hantaran jenisnya adalah 1,29 mho m-1. Jika tahanan larutan NaCl 0,05 M dalam
sel adalah 752,4 ohm, hitunglah hantaran molar dari larutan tersebut.
Jawab:
k=LK
k
K= =kR
L
= (1,29 mho m-1 ) (325 ohm)
= 419 m-1
Hantaran jenis larutan NaCl dapat dihitung sebagai berikut:
10
K 419 m−1
k=
R
=
752,4 ohm
= 0,557 mho m-1
k
Λ=
C
0,557 mho m−1
Λ=
(0,05 mol dm−3)(1000 dm−3 m−3)
11
Dalam pengukuran konduktivitas spesifik larutan dipilih harga yang paling
konstan karena harga konduktivitas cenderung berubah setiap saat sehingga harga
yang paling konstan merupakan harga yang mendekati harga sebenarnya. Setiap
pergantian larutan, alat cuci dengan aquades. Pengukuran disertai dengan
pengukuran aquades (pelarut) karena harga konduktivitas larutan dengan
konduktivitas pelarut.
K = klarutan - kpelarut
∆m = k/C
Keterangan :
K : Kondektivitas (Smc-1)
C : konsentrasi larutan (mol/L)
∆m : hantaran molar (Scm2mol-1)
Pada daya hantar listrik kecepatan ion beda potensial antara kedua elektroda
yang ada. Perpindahan muatan listrik dapat terjadi bila terdapat beda potensia
anatara satu tempat terhadap tempat yang lain, dan arus listrik akan mengalir dari
tempat yang memiliki potensial tinggi ketempat potensial yang rendah. Didalam
suatu larutan, terjadi arus listrik dikarenakan adanya ion-ion yang bergerak.
Contohnya yaitu terdapat pada larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Bila zat
terlarutnya berupa zat elektrolit maka zat terlarutnya sangat mudah terionisasi,
larutan juga dapat menghantar listrik, larutan itu meliputi asam, basa, dan garam.
Dalam larutan elektrolit jumlah kation tidak selalu sama dengan jumlan anion,
12
tetapi jumlah muatan positif selalu sama dengan muatan negatif sehingga larutan
elektrolit secara keseluruhan netral secara listrik.
Jika larutan non elektrolit maka zat terlarut tidak terionisasi, larutannya
tidak menghantar arus listrik., dan juga meliputi zat selain asam, basa, garam
(misalnya: gula, alkohol, urea dan lain-lain). Contoh dari larutan non elektrolit
yaitu Hidrokarbon Klorida yaitu senyawa kovalen sehingga pada keadaan murni
tidak dapat menghantar listrik, tetapi karena ikatan kovalennya polar, maka mudah
larut dan terionisasi sempurna dalam air sehingga larutannya dapat menghantar
aliran listrik.
Daya hantar listrik juga banyak dijumpai dalam larutan asam dan basa,
asam dan basa ini memiliki dua sifat yaitu asam basa lemah dan juga asam basa
kuat. Asam atau basa dikatakan kuat apabila terionisasi semua dalam larutan.
Contoh asam kuat yaitu, HCl, HBr, HNO3, H2SO4, HClO3, HClO4. Untuk basa kuat
NaOH, KOH, Ba(OH)2, Mg(OH)2 konsentrasi dan rumusnya yatiu: Konsentrasi
H+/OH-
Rumus :
Asam Kuat : [H+] = a M
Basa Kuat : [OH-] = b M
Sedangkan asam basa lemah hanya terionisasi sebagian dalam larutan:
asam lemah : HA ⇄ H+ + A-
H
¿
+¿
−¿
Ka = A ¿
¿
¿
¿
¿
+ ¿¿
L
¿
Kb = −¿ ¿
OH
¿
¿
¿
13
Makin besar harga K, asam/basa relatif makin kuat.
Untuk konsentrasinya : H+/OH-
Contoh soal: larutan asam asetat (Ka = 2 x 10-5) yang mempunyai pH sama dengan
larutan 2 x 10-3 M HCl, jadi berapakan konsentrasi dari larutan tersebut.
Jawab :
Asam asetat adalah asam lemah sedangkan HCl adalah asam kuat. Bila pH sama,
maka [H+] sama.
[H+]AL = [H+]AK ⟹ √ K a M AL = a M AK
= √ 2 x 10
−5
x M AL = 1 x 2 x 10-3
= MAL = 0,02 M
14
listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaanelektroda (A) dan berbanding
terbalik dengan jarak kedua elektroda
G = l/R = k (A / l)
-1
Dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm cm -1. Daya Hantar
Ekivalen (Equivalen Conductance) . Kemampuan suatu zat terlarut untuk
menghantarkan arus listrik disebut daya hantar ekivalen (^) yang didefinisikan
sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat terlarut di antara dua elektroda dengan
jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud dengan berat ekuivalen adalah berat
molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif. Contoh berat ekivalen BaCl 2
adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan (cm3) yang mengandung satu gram
ekivalen zat terlarut diberikan oleh,
V = 100 / C
Dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000
menunjukkan 1 liter = 1000 cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali
luas (A) dan jarak kedua elektroda (1).
V= l A
Dengan l sama dengan 1 cm
V = A = 100 / C
Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh,
G = 1/R = 1000k/C
Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1
gram ekivalen larutan terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm. Daya
hantar ekivalen pada larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu untuk
setiap ion. Pengukuran Daya Hantar Listrik. Pengukuran daya hantar memerlukan
sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan jembatan (rangkaian elektronik)
untuk mengukur tahanan larutan.
1. Sumber listrik
Hantaran arus DC (misal arus yang berasal dari batrei) melalui larutan
merupakan proses faradai, yaitu oksidasi dan reduksi terjadi pada kedua elektroda.
Sedangkan arus AC tidak memerlukan reaksi elektro kimia pada elektroda-
elektrodanya, dalam hal ini aliran arus listrik bukan akibat proses faradai.
15
Perubahan karena proses faradai dapat merubah sifat listrik sel, maka pengukuran
konduktometri didasarkan pada arus nonparaday atau arus AC.
2. Tahanan Jembatan
Jembatan Wheatstone merupakan jenis alat yang digunakan untuk
pengukuran daya hantar.
3. Sel
Salah satu bagian konduktometer adalah sel yang terdiri dari sepasang
elektroda yang terbuat dari bahan yang sama. Biasanya elektroda berupa logam
yang dilapisi logam platina untuk menambah efektifitas permukaan elektroda.
Titrasi Konduktometri Metode konduktometri dapat digunakan untuk menentukan
titik ekivalen suatu titrasi, berupa beberapa contoh titrasi konduktometri dibahas
berikut, Titrasi asam kuat- basa kuat Sebagai contoh lrutan HCl dititrasi ole
NaOH. Kedua larutan ini adalah penghantar listrik yang baik. Kurva titrasinya
ditunjukkan pada gambar di bawah ini. daya hantar H+ turun sampai titik ekivalen
tercapai. Dalam hal ini jumlah H+ makin berkurang di dalam larutan, sedangkan
daya hantar OH- berrtambah setelah titik ekivalen (Te) tercapai karena jumlah
OH- di dalam larutan bertambah. Jumlah ion Cl- di dalam larutan tidak berubah,
karena itu daya hantar konstan dengan penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+
bertambah secara perlahan-lahan sesuai dengan jumlah ion Na+.
16
Gambar 3a. Konduktometer Gambar 3b. Konduktometer
17
Bentuk kurva titrasi konduktometri ini bergantung pada daya hantar listrik
ion-ionnya.
18
Penambahan suatu elektolit ke elektrolit lain pada keadaan yang tidak ada
perubahan volum yang begitu besar akan mempengaruhi konduktovitas larutan
terjadi reaksi ionik atau tidak. Jika tidak terjadi reaksi ionic, maka perubahan
konduktovitas sedikit sekali atau hampir tidak ada. Bila terjadi reaksi ionic, maka
perubahan konduktivitas yang relative cukup besar sehingga dapat di amati,
seperti pada titrasi basa kuat oleh asam kuat. Dalam titrasi ini terjadi penurunan
konduktivitas karena terjadi penggantian ion hydrogen, yang mempunyai
konduktovitas tinggi, dengan kation lain yang mempunyai konduktovitas rendah.
Pada titrasi penetralan, pengendapan dll, penentuan titik ahir titrasi titrasi
ditentukan berdasarkan perubahan koduktivitas (hantaran) dari reaksi kimia yang
terjadi. Hantaran di ukur pada setiap penambahan sejumlah pereaksi dan titik
pengukuran tersebut bila di alurkan memberikan 2 garis lurus yang saling
berpotongan dinamakan titik ekivalen titrasi. Ketepatan metode ini bergantung
pada sudut perpotongan dan kerapatan titik pengukuran. Secara praktik
konsentrasi penitran 20-100 kali lebih kali pekat dari larutan yang di titrasi, Pada
metode ini larutan yang dihasilkan harus seencer ungkin namun suatu hal yang
perlu ditinjau lagi untuk efek keenceran harus dibuat dengan mengalikan nilai-
nilai konduktifitas dengan faktor (V+v)/V, dimana V adalah volume asli dari
larutan dan v adalah volume reagensia yang ditambahkan. Kelebihan titrasi ini,
baik untuk asam yang sangat lemah seperti asam borat dan fenol yang secara
potensiometri tidak dapat di lakukan. Selain itu, titrasi konduktometri
tidak perlukan kontrol suhu. Selain itu hendaknya diperhatikan pengendalian
temperatur dalam pengukuran-pengukuran konduktansi. Sementara penggunaan
termostat tidaklah penting dalam titrasi konduktometri karena kekonstanan
temperatur lebih diperhatikan, tetapi biasanya kita hanya perlu menaruh sel
konduktivitas itu dalam bejana berisi air pada temperatur laboratorium.
Perubahan relatif dari konduktivitas larutan selama reaksi dan pada
penambahan reagensia berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi. Elektrolit
asing yang mengganggu proses reaksi ini tidak boleh ada karena zat-zat ini
mempunyai efek yang besar pada ketepatan hasil titrasi.
2. Titrasi Konduktometri Frekuensi Tinggi
19
Dalam metode titrasi frekuensi tinggi sebuah sel yang sesuai yang
mengandung sistem kimia itu dijadikan bagian dari atau dirangkaikan kesebuah
rangkaian osilator yang beresonansi pada suatu frekuensi dari beberapa
megahertz. Selain komposisi kimia itu berubah resistansi atau kapasitansi
rangkaian tersebut juga berubah dan terjadilah perubahan karakteristik osilator.
Setiap kuantitas ini dapat dimbil dan diukur sebagai indikasi dari perubahan
dalam komposisi sistem kimia itu yaitu selagi suatu larutan dititrasi dengan suatu
reagensia yang sesuai umumnya dapat diperoleh kurva-kurva yang menunjukan
infleksi atau pematahan pada titik valen. Sifat fundamental dari sistem kimia yang
mempengaruhi karakteristik osilator ialah tetapan dielektrik dan konduktifitasnya.
Suatu keuntungan penting dari metode frekuensi tinggi ini adalah elektrode dapat
ditaruh diluar sel dan elektrode tersebut tidak bisa berkontak langsung dengan
larutan uji. Karenanya pengukuran-pengukuran dapat dibuat tanpa bahaya
elektrolisis atau polarisasi elektrode sedangkan kekurangann frekuensi tinggi ini
adalah respon dari suatu titrimetri frekuensi tinggi ialah non spesifik karena
bergantung hanya pada konduktivitas dan tetapan dielektrik sistem itu serta tidak
bergantung pada identitas kimiawi dari komponen-komponen sistem itu.
Setiap ion atau molekul dipolar cendrung bergerak atau menjuruskan dirinya
sendiri dalam arah elektrode yang polaritasnya berlawanan. Polaritas elektrode
berubah satu kali setiap daur, dan ion atau dipol itu harus membalikan gerakan
atau orientasinya. Konduktan larutan ialah hasil dari gerakan ion-ion negatif dan
positif relatif terhadap ion-ion tersebut dan terhadap molekul-molekul terlarut.
Setiap ion cendrung unutk bergerak mendahului atmosfer ioniknya dan akibatnya
terbentuk distribusi muatan yang tidak simetris disetiap ion pusat serta terjadinya
suatu gaya hambat atas ion dalam arah yang berlawanan dengan gerakannya. Pada
frekuensi bolak balik yang lebih besar dari suatu megaherzt, ion pusat merubah
geraknya begitu cepat dengan setiap daur dari medan yang dikenakan, sehingga
tak banyak kesempatan untuk timbulnya asimetri drai atmosfer ionik dan akhirnya
konduktanpun naik. Pada frekuensi-frekuensi tinggi, ion-ion mengalami oksidasi
yang lebih kecil sehingga atmosfer ionik yang bermuatan berlawanan mengadaan
gaya hambatan yang relatif lebih kecil ketimbang pada frekuensi rendah. Teknik
ferkuensi tinggi ini adalah paling peka dalam titrasi-titrasi dimana konsentrasi
20
total ion yang terlarut berubah, misalnya dalam reaksi pengendapan dan
pembentukan kompleks. Teknik ini juga dapat diaplikasikan pada sebuah ion yang
bergerak cepat digantikan oleh sebuah ion yang bergerak lambat misalnya dalam
titrasi asam basa. Sebuah sel sederhana yang digunakan untuk titrasi frekuensi
tinggi terdiri dari dua lempeng logam yang terpasang tetap pada dinding sebuah
wadah kaca.
Contoh Titrasi Frekuensi Tinggi
Suatu larutan yang akan dititrasi harus diencerkan lebih lanjut dalam sel
sampai volume total menjadi kira-kira 35 sehingga permukaan cairan berada
lebih dari 1 cm diatas elektrode atas sel itu dan akhirnya akan memberikan
konsentrasi yang terletak dalam jangkauan operasi optimum dari titrimeter yang
digunakan. Selain itu titran harus mempunyai konsentrasi lima sampai sepuluh
kali konsentrasi larutan uji, dan setelah penambahan reagensia titrimeter
disesuaikan kembali. Dan terakhir kita harus melakukan pembacaan hasil
instrumen pada grafik terhadap volume titran yang ditambahkan.
2.8.2 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Konduktometri
Kelebihan titrasi konduktometer
a. Titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah
dapat ditentukan dengan daya hantar dari larutan tersebut.
b. Dapat digunkan untuk titrasi yang berwarna
c. Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapatan
d. Lebih praktis
e. Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit
f. Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri
21
2.8.3 Aplikasi Titrasi Konduktometri
22
glutaraldehid (GA). OPH yang bergerak di kutub negatif dari SPCEs karena
molekul target pengukuran H +(karena H +
memberikan konduktivitas tertinggi
dibandingkan ion lain).
Suhu, pH, dan jumlah enzim mempengaruhi aktivitas enzim. Oleh karena
itu, mereka juga mempengaruhi Kinerja biosensor. Suhu optimum mencapai50-
55°C dan pH untuk OPH adalah 9. Dalam penelitian ini, suhu dibuat konstan
pada suhu kamar untuk menghindari penguapan selama percobaan dan
memudahkan operasi. Tujuan utama dari ini penelitian adalah untuk mempelajari
pengaruh Ph dan jumlah enzim pada kinerja biosensor serta menganalisis
biosensor pada kondisi optimum. Jumlah enzim pada tahap biosensor membangun
sedangkan pH dipelajari selama karakterisasi biosensor. Tujuan kedua dari
penelitian ini adalah untuk melihat apakah perangkat ini dapat diterapkan dalam
sampel sayuran.
23
Daya hantar yang terbaca berbanding lurus dengan luas elektroda dan masa
enzim yang digunakan. Jadi pada penelitian ini, menggunakan variasi pada massa
enzim dan luas elektroda. Elektroda yang digunakan adalah SPCE ( Elektroda
Screen-Printed Carbon) yang dilapisi dengan OPH dengan bantuan membran
kitosan dan larutan glutaraldehid. Jarak antar elektroda diatur sedemikian rupa
hingga nilainya konstan.
Ketika suatu zat dilarutkan dalam air, maka terdapat 3 kemungkinan yang
terjadi yakni zat tersebut larut secara sempurna, larut sebagian dan tidak larut
dalam air. Banyaknya spesi yang terionisasi dalam air dapat diketahui
menggunakan derajat disosiasi atau derajat ionisasi (α).
Contoh soal
CH3COOH CH3COO¯ + H+
Dari reaksi di atas tentukan derajat ionisasinya, bila mula-mula 2 mol asam asetat
dilarutkan dalam air dan menghasilkan ion H+ sebanyak 0,5 mol.
Jawab
24
Contoh soal
Suatu basa dengan rumus L(OH)2 bila dilarutkan dalam air teionisasi sesuai reaksi
berikut:
Jika mula-mula L(OH)2 sebanyak 2 mol dengan derajat ionisasi sebesar 0,3.
Tentukanlah
Jawab
25
1. Menurutmu, mana yang lebih baik, mengukur daya hantar listrik pada
konsentrasi encer atau konsentrasi pekat? Jelaskan alasanmu!
2. Dari suatu percobaan daya hantar listrik menggunakan larutan NaCl pada suhu
tertentu didapat persamaan grafik antara Daya Hantar (sumbu y) dan akar kuadrat
konsentrasi (sumbu x) yaitu y = 127 - 100x . Jika suatu larutan yang berisi larutan
NaCl diukur daya hantarnya yaitu 123 Siemens, berapakah konsentrasi larutan
itu?
Jawab :
4. Konduktansi dari ion perak pada suhu 18° adalah 55.7 dan ion nitrat adalah
60.8. Konduktansi dari suatu larutan sampel pada konsentrasi tertentu adalah 94.7.
Hitunglah derajat ionisasi pada konsentrasi itu!
Jawab :
Derajat ionisasi pada konsentrasi tertentu = Daya Hantar pada konsentrasi tertentu
/ Daya Hantar encer = 94.7 / 116.5 = 0.8128
5. Apa yang terjadi jika konduktansi dikukur pada suhu yang lebih tinggi?
Jawab : Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan transport ion / mobilitas ion akan
semakin meningkat. Dengan demikian, pada suhu yang lebih tinggi, daya hantar
listrik akan semakin besar
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibahas diatas maka
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa secara umum, daya hantar
listrik merupakan gejala transfer energy sekaligus transport
partikel, mengingat sifat electron yang mengikuti asas dualism
partikel. Elektron adalah partikel yang bertanggungjawab dalam
pengahantaran arus listrik atau konduktivitas. Konduktivitas jenis
berbeda pada setiap bahan namun tidak bergantung pada
konsentrasinya, sedangkan konduktivitas molar adalah
konduktivitas jenis pada setiap konsentrasi dalam ukuran
molaritas.
Konduktansi listrik bergantung pada konsentrasi. Hal ini
dapat dimanfaatkan untuk titrasi konduktometri, dimana semakin
pekat suatu larutan, maka daya hantarnya akan semakin lemah.
27
Pada daya hantar listrik, gaya elektrostatik juga turut
mempengaruhi, sehingga daya hantar listrik juga dipengaruhi
oleh derajat ionisasi. Dengan demikian, kita dapat mengukur
derajat ionisasi suatu larutan elektrolit yang sangat lemah
sekalipun menggunakan daya hantar listrik. Oleh karena itu,
daya hantar listrik mempunyai aplikasi yang sangat luas
terutama di bidang kimia analitik, apalagi pengukuran daya
hantar listrik tidak memerlukan instrument yang mahal, sehingga
sangat mudah dan murah dan dapat digunakan secara luas.
Dengan demikian, daya hantar listrik dapat digunakan pada
laboratorium sederhana sekalipun namun hasilnya tidak jauh
berbeda dengan laboratorium yang menggunakan instrumen
canggih seperti spektrofotometer.
DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony., (1987), Kimia Fisika untuk Universita, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta
Dogra dan Dogra., (1990), Kimia Fisik Dan Soal-Soal, UI-Press, Jakarta
Sugiyono, K.H, Suyanti, R.D., (2014), Kimia Anorganik Logam, Graha Ilmu,
Yogyakarta
28
29