Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN INVESTASI DAN KEUANGAN DERIVATIF

TEORI DAN PRAKTIK PORTOFOLIO

Dosen Pengampu : Dr. Atim Djazuli, SE., MM.

Disusun Oleh:

MADE AMANDA PUTRI

175020200111020

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2019
I. Definisi Investasi dan Risiko
Investasi merupakan penempatan dana dengan adanya harapan untuk memperoleh
tambahan atau keuntungan tertentu atas dana yang ditempatkan tersebut.
Risiko merupakan suatu keadaan yang tidak pasti dan tingkat ketidakpastiannya
terukur secara kuantitatif. Ketidakpastian terjadi karena kurang atau tidak tersedianya
indormasi yang cukup tentang apa yang akan terjadi nantinya. Kegiatan yang dilakukan
perorangan ataupun perusahaan pasti mengandung risiko. Semakin besar risiko yang
dihadapi maka dapat diperhitungkan penembalian yang diterima juga akan lebih besar.

II. Hasil dan Risiko dari Investasi


Hasil dan risiko merupakan kondisi yang dialami perusahaan, institusi, dan individu
dalam keputusan investasi yang baik kerugian ataupun keuntungan dalam suatu periode
akuntansi. Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risiko dan imbal
hasil, yaitu jika risiko yang diambil tinggi maka keuntungan yang di dapat akan
semakin besar begitu juga sebaliknya jika risiko rendah maka keuntungan yang di dapat
rendah.

III. Determinan Tingkat Suku Bunga


Suku bunga dan perkiraan nilai masa depan adalah input paling penting dalam
keputusan investasi. Peramalan suku bunga adalah salah satu bagian dari makro
ekonomi terapan yang paling sulit diketahui.

Terdapat beberapa faktor fundamental yang menentukan tingkat suku bunga:

1. Pasokan dana dari penabung, terutama rumah tangga.


2. Permintaan dana dari bisnis yang akan digunakan untuk membiayai investasi di
pabrik, peralatan, dan inventaris (aset nyata atau pembentukan modal).
3. Permintaan bersih pemerintah untuk dana yang dimodifikasi oleh tindakan Federal
Reserve Bank.
Suku Bunga Riil dan Nominal
Suku bunga nominal (nominal interest rate) adalah pertumbuhan uang, sedangkan
suku bunga riil (real interest rate) adalah pertumbuhan dari daya beli. Jika kita sebut r
merupakan suku bunga nominal, r suku bunga rill dan i merupakan tingkat inflasi maka
kesimpulannya membentuk suatu Formula yaitu
𝑹−𝒊
r = 𝟏+𝒊

Faktor-faktor yang sangat menentukan tingat suku bunga yang pertama ,suplai dana
dari para penabung, terutama sektor rumah tangga. Kedua , permintaan terhadap dana
dari sektor bisnis untk keperluan pembiayaan investasi. Ketiga , penawaran dan
permintaan bersih pemerintah terhadap dana yang terlihat dari tindakan-tindakan bank
sentral.

Suku bunga dan perkiraaa nilainya di masa depan merupakan salah satu masukan
yang sangat penting dalam keputusan bernvestasi. Jika suku bunga akan turun, lebih
baik memilih investasi dalam CD (sertifikat deposito) jangka panjang dan berbunga
lebih besar. Jika suku unga akan naik , lebih baik menunda untuk berinvestasi jangka
panjang.

Keseimbangan Tingkat Suku Bunga

Tiga faktor dasar — penawaran, permintaan, dan tindakan pemerintah —


menentukan tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal adalah tingkat riil ditambah
tingkat inflasi yang diharapkan. Dan dengan demikian faktor keempat yang
mempengaruhi tingkat bunga nominal adalah inflasi yang diharapkan.
Kurva penawaran miring ke atas dari kiri ke kanan karena semakin tinggi tingkat
bunga riil, semakin besar persediaan tabungan rumah tangga. Asumsinya adalah
bahwa pada tingkat bunga riil yang lebih tinggi, rumah tangga akan memilih untuk
menunda beberapa konsumsi saat ini dan menyisihkan atau menginvestasikan lebih
banyak pendapatan yang dapat dibuang untuk digunakan di masa depan. Kurva
permintaan miring ke bawah dari kiri ke kanan karena semakin rendah tingkat bunga
riil, semakin banyak bisnis yang ingin berinvestasi dalam modal fisik. Dengan asumsi
bahwa bisnis memberi peringkat proyek dengan pengembalian riil yang diharapkan
dari modal yang diinvestasikan, perusahaan akan melakukan lebih banyak proyek,
semakin rendah tingkat bunga riil pada dana yang dibutuhkan untuk membiayai
proyek-proyek tersebut.

Keseimbangan Suku Bunga Nominal

Irving Fisher (1930) menyatakan bahwa bunga nominal harus meningkat satu
dengan terhadap satu (one on one) dengan kenaikan tingkat inflasi yang diharapkan.
Jika kita menggunakan notasi E(i) untuk menyebutkan ekspektasi saat ini tentang
tingkat bunga sebelum terjadinya, maka dapat ditulis dengan rumus berikut :

R = r + E(i)

Pajak dan Suku Bungan Riil

Kelompok pajak yang dihubungkan dengan indeks tidak membebaskan efek inflasi
atas pajak tabungan. Dengan tingkat pajak (t) dan bunga nominal (R), tingkat bunga
setelah pajak adalah R(1-t). tingkat bunga setelah pajak kira-kira sama dengan bunga
nominal setelah pajak dikurangi tingkat inflasi:

R(1-t) – i = (r+i)(1-t)-I = r(1-t) – it

Jadi tingkat imbal hasil riil setlah pajak akan turun karena inflasi naik. Investor
menderita karena infalsi sebesar tingkat pajak dikali inflasi.
IV. Resiko dan Premi Risiko
Imbal Hasil Satu Periode
Holding period return (HPR) imbal hasil periode kepemilikan akan tergantung pada
harga yang terjadi 1 tahun dari sekarang.

𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒔𝒂𝒉𝒂𝒎 −𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒂𝒘𝒂𝒍+𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒅𝒆𝒗𝒊𝒅𝒆𝒏


HPR = 𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑨𝒘𝒂𝒍

Reksa dana saat ini dijual pada $100 lembar. Dengan horizon waktu 1 tahun, tingkat
imbal hasil terealisasi dari investasi anda akan tergantung pada:

a. Harga reksa dana pada akhir tahun


b. Deviden kas yang akan diterima dalam satu tahun.

Imbal Hasil yang Diharapkan dan Simpang Baku

Tingkat imbal hasil yang diharapkan adalah tingkat imbal hasil rata-rata yang
ditimbang terhadap probabilitas dari setiap scenario. Jika p(s) sebagai probabilitas dari
setiap scenario dan r(s) sebagai HPR dari setiap skenario, dimana scenario diberi label
dengab s, maka kita dapat menghitung imbal hasil yang diharapkan sebagai berikut

Er = ∑𝒔 p(s)r(s)

Imbal Hasil Lebihan dan Premi Risiko

Perbedaan dalam periode tertentu antara tingkat pengembalian aktual atas aset
berisiko dan tingkat bebas risiko aktual disebut kelebihan pengembalian. Oleh karena
itu, premi risiko adalah nilai yang diharapkan dari pengembalian berlebih, dan standar
deviasi pengembalian kembali adalah ukuran risikonya.

Tingkat kemauan investor untuk melakukan dana ke saham tergantung pada


penghindaran risiko. Investor adalah penolak risiko dalam arti bahwa, jika premi risiko
nol, mereka tidak akan menginvestasikan uang dalam saham. Secara teori, harus selalu
ada premi risiko positif pada saham untuk mendorong investor yang tidak mau
mengambil risiko untuk menahan pasokan saham yang ada alih-alih menempatkan
semua uang mereka dalam aset bebas risiko.

V. Analisis Runtut Waktu dari Imbal Hasil Masa Lalu


Imbal Hasil yang Diharapkan dan Rata-Rata Aritmatika
Ketika kita menggunakan data historis, kita memperlakukan setiap observasi secara
sama sebagai “skenario”. Sehingga jika terdapat n observasi, kita mengganti
probabilitas yang sama dari besaran 1⁄𝑛 dari setiap p(s). imbal hasil yang diharapkan,
E(r) kemudian diestimasi menggunakan rata-rata aritmatika dari sampel imbal hasil:

𝟏
E(r) = ∑𝒏𝒔=𝟏 𝒑(𝒔)𝒓(𝒔) = 𝒏 ∑𝒏𝒔 𝒓(𝒔)

= Imbal hasil rata-rata aritmatika

Rata-Rata Imbal Hasil Geometris


Sebuah ukuran kinerja intuitif selama periode sampel merupakan HPR tahunan
tetap yang akan digandakan selama periode tersebut sampai nilai akhir yang sama
dengan yang didapatkan dari serial imbal hasil actual dari runtun waktu. Misalkan
tingkat ini dinyatakan dalam g, sehingga:
Nilai Akhir = (1+𝒓𝟏 ) x (1+𝒓𝟐 ) x … x (1+𝒓𝟓 ) = 1,0275
(1 + g )𝒏 = nilai akhir = 1,0275
g = 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐡𝐢𝐫 𝟏/𝒏 – 1 = 𝟏, 𝟎𝟐𝟕𝟓𝟏⁄𝟓 – 1 = 0,0054 = 0.54%
Para praktisi investasi menyebut g ini sebagai imbal hasil rata-rata tertimbang
waktu (time weighted), untuk menekan bahwa setiap imbal hasil diberi bobot yang sama
dalam proses rata-rata.
Semakin besar fluktuatif tingkat imbal hasil, semakin besar perbedaan antara rata-
rata aritmatika dengan rata-rata geomatris, yaitu antara imbal hasil berganda yang
diterima selama periode sampel dengan imbal hasil tahunan rata-rata. Jika imbal hasil
berasal dari distribusi normal, maka perbedaan akan persis sama dengan separuh dari
variasi distribusi
𝟏
E(rata-rata geometris) = E(rata-rata aritmatika) - 𝟐 𝝈𝟐
Varian dan Standar Deviasi

Dalam praktiknya, biasanya kita tidak dapat mengamati ekspektasi secara


langsung, sehingga kita akan mengestimasi varian dengan merata-ratakan simpangan
kuadrat dari estimasi kita akan atas imbal hasil yang diharapkan, yaitu rata-rata
aritmatika (r). Kembali menggunakan probabilitas yang sama untuk setiap pengamatan
dan menggunakan rata-rata sampel untuk mengganti data yang tidak dapat diamati E(r).

Varian = nilai simpangan kuadrat yang diharapkan

𝝈𝟐 = p(s)(r(s) – E(r))𝟐

Dengan data historis sebanyak n pengamatan, kita dapat mengestimasi varian sebagai

𝟏
𝝈𝟐 =𝒏 ∑𝒏𝒔=𝟏(𝒓(𝒔) − 𝒓)𝟐

Estimasi varian diatas terlalu rendah karena kita mengambil simpangan rata-rata
aritmatika sampel, r, bukan menggunakan nilai sebenarnya yang tidak diketahui, E(r),
sehingga menciptakan sedikit kesalahan estimasi. Hal ini kadang kala disebut bias
tingkat kebebasan (degree of freedom). Kita dapat menghapus bias ini dengan
mengalikan rata-rata aritmatika dari simpangan kuadrat dengan factor n/(n-1). Varian
dan standar deviasinya kemudian menjadi:

𝒏 𝟏 𝟏
𝝈𝟐 = ( 𝒏−𝟏) x 𝒏 ∑𝒏𝒔𝟏(𝒓(𝒔) − 𝒓)𝟐 = 𝒏−𝟏 ∑𝒏𝒔𝟏(𝒓(𝒔) − 𝒓)𝟐

Rasio Kompensasi terhadap Volatilitas atau Rasio Sherpe

Pentingnya pertukaran antara kompensasi (premi resiko) dengan resiko


(sebagaimana diukur dengan simpangan baku atau standar devias) menunjukkan bahwa
kita mengukur daya tarik investasi pada portofolio dengan rasio premi resiko terhadap
standar deviasi dari imbal hasil lebihnya.

𝑷𝒓𝒆𝒎𝒊 𝑹𝒆𝒔𝒊𝒌𝒐
Rasio Sharpe = 𝑺𝑫 𝒊𝒎𝒃𝒂𝒍 𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒍𝒆𝒃𝒊𝒉𝒂𝒏
Untuk kompensasi terhadap volatilitas ini (yang pertama kali diperkenalkan
Wiliam Sharpe sehingga disebut sebagai sharpe ratio) digunakan secara luas untuk
mengevaluasi kinerja manajer investasi.

VI. Alokasi Modal Terhadap Aset Berisiko


Alokasi Mosal antar Portofolio Berisiko dan Bebas Risiko
Mengendalikan resiko portofolio adalah dengan meletakkan sebagian investasi
dalam bentuk surat hutang pemerintah jangka pendek dan dalam bentuk sekuritas pasar
uang lainnya versus asset beresiko. Keputusan alokasi modal ini adalah contoh pilihan
alokasi asset sebuah pilihan antara kelompok besar asset bukan antara sekuritas tertentu
dalam setiap kelompok asset. Pertukaran resiko imbal hasil yang tersedia bagi investor
dengan mengkaji pilihan alokasi asset yang mendasar : pilihan berapa banyak
portofolio ada di sekuritas pasar uang bebas beresiko atau kelompok asset beresiko.
Kita simbolkan P dan asset bebas resiko sebagai F untuk gambarannya kita
mengasumsikan bahwa komponen berisiko dari keseluruhan milik investor terdiri dari
yaitu reksadana , satu dalam saham dan laiinya dalam obligasi jangka Panjang. Pada
saat ini kita menggangap bahwa komposisi portofolio berisiko sudah tertentu dan focus
hanya pada alokasi antara portofolio tersebut dengan sekuritas bebas risiko.
Dalam memindahkan dana dari portofolio berisiko kw aset bebas risiko kita tidak
dapat mengubah proporsi relatif dari berbagai aset berisiko dalam portofolio penuh
risiko. Kita hanya dapat mengurangi bobor relative dari portofolio berisiko secara
keseluruhan terhadap aset beresiko

Terdapat di dalam contoh kasus dibawah ini:


Aset Bebas Risiko

Aset berisiko adalah aset–aset yang tingkat return aktualnya di masa depan masih
mengandung ketidakpastian. Aset bebas risiko merupakan aset yang returnnya di masa
depan sudah bisadipastikan pada saat ini, dan ditunjukkan oleh varians return yang sama
dengan nol. Salah satu contoh aset bebas risiko adalah obligasi jangka pendek yang
diterbitkan pemerintah. Biasanya investor menggunakan instrument pasar uang yang
luas sebagai asset bebas beresiko. Instrumen pasar uang bebas dari resiko suku bunga
karena masa jatuh temponya pendek dan aman dari resiko kredit atau gagal bayar.
Reksadana pasar uang memegang tiga jenis sekuritas yaitu : surat utang jangka pendek
( commercial paper – CP ), sertifikat deposito bank ( CD), dan surat berharga komersial
(CP) yang sedikit berbeda dalam hal resiko gagal bayarnya. Imbal hasil hingga jatuh
tempo yield to maturity (YTM) dari CD dan CP dengan jatuh tempo yang sama selalu
lebih tinggi dari surat utang jangka pendek pemerintah.

Portofolio dari Aset Berisiko dan Aset Bebas Risiko

Pada bagian ini merupakan bagian teknis dari alokasi asset hanya berhubungan
dengan peluang yang ada bagi para investor dari pasar asset yang luas dimana mereka
bisa berinvestasi. Sehingga portofolio bebas risiko investor bisa dicirikan dengan rasio
imbal hasil terhadap variabilitas
Menunjukan kumpulan investasi (investment opportunity set),yaitu kumpulan
pasangan imbal hasil yang diharapkan dan deviasi standart nya untuk semua portofolio
dari berbagai nilai y. Garis bermula dari Rf dan lurus sampai titik P.

Garis lurus disebut garis alokasi modal menggambarkan seluruh kombinasi risiko
imbal hasil yang ada bagi investor . Kemiringan CAL ,yaitu S, sama dengan kenaikan
imba hasil yang diharapkan dari portofolio lengkap untuk setiap tambahan deviasi
standart dengan kata lain , tambahan imbal hasil per tambahan risiko. Maka dari itu
kemiringan tersebut disebut rasio imbal hasil terhadap variabilitas (reward to variability
ratio).

Toleransi Risiko dan Alokasi Aset

Dalam subbab ini membahas mengenai pemilihan portofolio yang optimal , C , dari
sejumlah kemungkinan pilihan. Pilihan menunjukan pertukaran risiko imbal hasil.
Perbedaan penghindaran risiko investor individual , dengan kumpulan peluang yang
sama (yaitu tingkat bunga bebas risiko dan rasio imbal hasil terhadap variabilitas)
membuat investor yang berbeda akan memilih posisi yang berbeda dalam aset berisiko.
Tertera dalam table dibawah ini
Fungsi Utilitas yang diperoleh investor dari sebuah portofolio dengan hasil imbal
yang diharapkan dan deviasi standart tertentu di bawah ini :

Dimana A merupakan koefisien penghindaran risiko dan 0,005 adalah factor skala.
Yang ditafsirkan penjelasan ini bahwa utilitas sebuah portofolio meningkat jika imbal
hasil yang diharapkan meningkat , dan akan turun jika varians meningkat. Besaran
relative ini ditentukan oleh koefisien penghindaran resiko,A. Bagi investor netral
terhadap risiko, A=0. Tingkat penghindaran resiko dicerminkan oleh nilai A yang
semakin besar.

VII. Portofolio Berisiko yang Optimal


Portofolio optimal adalah portofolio yang dipilih investor dari sekian banyak
pilihan yang ada pada portofolio efisien. Gambar 5.2 berikut inimenunjukkan portofolio
yang efisien dan portofolio yang optimal.

Diversifikasi dan Risiko Portofolio

Jika semua risiko adalah yang khusus dari perusahaan, diversifikasi dapat
menurunkan risiko sampai tingkat serendah – rendahnya. Alasannya adalah karena
seluruh sumber risiko independen, pengaruh setiap sumber risiko dikurangi sampai
tingkat yang bisa diabaikan. Penurunan risiko sampai tingkat yang sangat rendah dalam
kasus sumber risiko yang independen sering disebut prinsip asuransi, karena perusahaan
asuransi melakukan penurunan risiko melalui diversifikasi ketika ia mengeluarkan
banyak polis yang menjamin resiko dari sumber risiko independen. Risiko yang tetap
ada setelah diversifikasi yang luas sekali disebut risiko pasar, risiko yang muncul dari
pasar. Risiko tersebut juga disebut risiko sistematis atau risiko yang tidak
terdiversifikasi. Kebalikannya risiko yang bisa dihilangkan melalui diversifikasi disebut
risiko unik, risiko khusus perusahaan, risiko tidak sistematis, atau risiko yang dapat
didiversifikasi.

Portofolio dari Dua Aset Berisiko

Portofolio dengan dua asset beresiko relative mudah dianalisis dan mereka
menggambarkan prinsip serta pertimbangan yang dapat diterapkan pada portofolio
dengan banyak asset. Imbal hasil yang diharapkan untuk setiap portofolio adalah rata –
rata tertimbang dari hasil yang diharapkan dari asset tersebut, ini tidak tepat untuk
deviasi standar. Keuntungan potensial dari diversifikasi muncul jika korelasi kurang dari
positif sempurna. Semakin rendah korelasi, semakin besar keuntungan diversifikasi.
Dalam kasus ekstrem korelasi yang negative sempurna, kita dapatkan lindung nilai yang
sempurna dan bisa membentuk portofolio.

Alokasi Aset dengan Saham, Obligasi, dan Surat Utang

Menentukan portofolio yang terdiri atas reksa dana saham dan obligasi, adalah
perlu menunjukkan bagaimana investor dapat memutuskan proporsi portofolio berisiko
mereka dialokasikan dalam pasar saham versus obligasi
Model Pilihan Portofolio Markowitz

Melalui konsep diversifikasi (dengan pembentukan portofolio saham yang


optimal), investor dapat memaksimalkan keuntungan yang diharapkan dari investasi
dengan tingkat risiko tertentu atau berusaha meminimalkan risiko untuk sasaran tingkat
keuntungan tertentu. Di tahun 1952, Markowitz mengembangkan suatu bentuk
diversifikasi yang efisien. Ukuran yang dipakai dalam portofolio Markowitz adalah
koefisien korelasi. Koefisien korelasi positip menunjukkan bahwa kedua asset bergerak
searah, sedang koefisien korelasi negatip menunjukkan bahwa kedua asset bergerak
berlawanan. Menurut Markowitz, portofolio yang maksimal adalah dengan
mengkombinasikan beberapa aset yang koefisien korelasi-nya kurang dari positif,
disamping itu, apabila ada dua surat berharga yang return-nya sama tetapi resikonya
berbeda, maka dipilih yang risiko rendah. (Agus, 2005). Kumpulan portofolio efisien
Markowitz terletak pada garis batas (efficient frontier) serangkaian portofolio yang
memiliki pengembalian maksimal untuk tingkat pengembalian tertentu. Inti dari
efficient frontier Markowitz adalah bagaimana mengalokasikan dana ke masing-masing
saham dalam portofolio untuk mencari titik maksimal portofolio.

Persamaan untuk eficient set portofolio adalah sebagai berikut :

Min = Representasi keseluruhan varian sebuah portofolio

n = Jumlah saham dalam portofolio

Model Markowitz telah terbukti membawa pemilihan portofolio yang efisien, yang
terletak pada garis efisien (efficient frontier), yaitu portofolio yang merupakan porfolio
pasar, tetapi dengan asumsi:

a. Para investor adalah penghindar risiko yang memaksimalkan utility yang


diharapkan.
b. Investor memilih portofolio dengan dasar pertimbangan rata-rata varian dan
return yang diharapkan.
c. Semua investor melakukan periode pemegangan tunggal (single holding
periode)
Disamping itu ada asumsi impilisit bahwa modal yang digunakan investor adalah
modal sendiri, bukan dari pinjaman. (Agus, 2005). Dengan menggunakan model
Markowitz, investor bisa memanfaatkan semua informasi yang tersedia sebagai dasar
pembentukan portofolio yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai