Anda di halaman 1dari 7

30

CONTOH KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN DASAR

A. KASUS

Tn. D usia 47 tahun, dirawat di RS. M dengan diagnosa medis pneumonia. Hasil pengkajian
ditemukan : klien mempunyai kebiasaan merokok sejak 25 tahun yang lalu dan
menghabiskan 2 bungkus rokok sehari. Saat pengkajian klien terlihat kelelahan, berkeringat
dan bibir sinosis. Pemeriksaan tanda-tanda vital ditemukan suhu meningkat : 39oC,
pernafasan cepat : 28 x per menit, tekanan darah 110/70mmHg, dan nadi : 100 x per menit.
Klien mengeluh sesak nafas dan mengatakan sering batuk dan kadang disertai sputum.
Klien mengatakan sputum kental dan susah dikeluarkan. Klien mengeluh kepala pusing dan
sering haus, teraba hangat pada seluruh permukaan tubuh, dan klien tampak hiperemi pada
daerah wajah. Klien mengatakan kurang nafsu makan dan hanya menghabiskan 1/3 porsi
makan setiap kali makan. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb : 11 gr/dl, Leulosit 12.000
uc; AGD PO2 : 70 mmHg, PCO2 : 36 mmHg. Klien medapat infus glukosa 5% dan terapi
antibiotik cefixime 4 x 1 gr IV.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN

ANALISIS DATA

NO DATA PENYEBAB MASALAH


1 Data Subjektif Ketidakseimbangan Intoleransi aktifitas
 Klien mengeluh sesak nafas suplai dan kebutuhan
O2
Data Objektif
 Klien terlihat kelelahan
 Pernafasan cepat : 28 x /menit
 Nadi cepat : 100x/menit
 Bibir sianosis

2 Data Subjektif Proses infeksi Hipertemi


 Klien mengeluh kepala pusing
 Klien mengeluh sering haus

Data Objektif
 Klien terlihat berkeringat
 Suhu tubuh naik : 39oC
 Nadi : 100 x/menit
 Tubuh teraba hangat
 Wajah tampak hiperemi

Modul Pengkajian KDM dan Petunjuk Pengisian


31

NO DATA PENYEBAB MASALAH


3 Data Subjektif Penumpukan sekret Bersihan jalan nafas
 Klien mengeluh sesak nafas dan sekret kental tidak efektif
 Klien mengatakan sering batuk
 Klien mengatakan ada sputum
 Klien mengatakan sputum
kental dan susah dikeluarkan

Data Objektif
 Sputum kental
 Pernafasan cepat : 28 x/menit
 Klien tampak susah
mengeluarkan sputum

4 Data Subjektif Intake nutrisi tidak Resiko


 Klien mengeluh kurang nafsu adekuat ketidakseimbangan
makan nutrisi : kurang

Data Objektif
 Porsi makan habis 1/3
 Hb: 11gr/dl
 Klien tampak kelelahan

5 Data Subjektif Perlengketan sputum Resiko infeksi


 Klien mengatakan sputum dan infeksi pada paru
kental dan susah dikeluarkan

Data Objektif
 Suhu tubuh : 39oC
 Leukosit : 12.000
 Profilaks antibiotik cefixime

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret dan sekret kental
b. Hipertermi b.d proses infeksi
c. Resiko infeksi b.d perlengketan sputum dan infeksi paru
d. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dengan kebutuhan O2
e. Resiko ketidakseimbangan nutrisi b.d intake yang tidak adekuat

Modul Pengkajian KDM dan Petunjuk Pengisian


32

3. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
1 Bersihan jalan nafas tidak Mandiri
efektif  Kaji frekuensi/kedalaman pernafasan dan  Takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan
gerakan dada dada tidak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada.
 Bantu pasien latihan nafas dalam dan batuk  Nafas dalam memudahkan ekspansi
efektif maksimum paru dan batuk mekanisme
pembersihan jalan nafas alami
 Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari  Cairan (khususnya yang hangat)
(kecuali kontraindikasi). Tawarkan air hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.
daripada dingin

Kolaborasi
 Berika obat sesuai indikasi : obat mukolitik,  Alat untuk menurunkan spasme bronkus dan
ekspektoran, bronkodilator dengan memobilisasi sekret
 Berikan cairan tambahan, mis; cairan IV  Cairan diperlukan untuk menggantikan
kehilangan dan memobilisasi sekret
2 Hipertermi Mandiri
 Pantau suhu pasien (derajat dan pola),  Suhu 38,9o-41,1oC menunjukkan proses
perhatikan adanya menggigil/diaforesis penyakit infeksius. Pola demam dapat
membantu dalam diagnosis, mis, kurva
demam lanjut berakhir lebih dari 24 jam
menunjukkan pneumonia pneumokokal
 Berikan kompres hangat.  Dapat membantu mengurangi demam.

Kolaborasi
 Berika obat sesuai indikasi : antipiretik  Digunakan untuk menguranggi demam,
meskipun demam mungkin dapat berguna
untuk membatasi pertumbuhan organisme

Modul Pengkajian KDM dan Petunjuk Pengisian


33

NO DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL


3 Resiko infeksi Mandiri
 Pantau tanda vital, khususnya selama terapi  Selama periode ini, potensial komplikasi
dapat terjadi
 Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran  Perubahan karakteristik sputum
sekret dan melaporkan perubahan warna, menunjukkan perbaikan pneumonia atau
jumlah dan bau sekret. terjadinya infeksi sekunder
 Ubah posisi dengan sering dan berikan  Meningkatkan pengeluaran dan pembersihan
pembuangan paru yang baik sekret (infeksi)
 Dorong keseimbangan istirahat adekuat  Memudahkan proses pennyembuhan.
dengan aktifitas.

Kolaborasi
 Berika antimikrobial sesuai indikasi dengan  Obat ini digunakan untuk membunuh
hasil kultur sputum/darah, mis; penisilin, kebanyakan mikrobial pneumonia.
eritromisin, tetrasiklin. Kombinasi antiviral dan antijamur mungkin
digunakan bila penumonia diakibatkan oleh
organisme campuran
4 Intoleransi aktifitas Mandiri
 Evaluasi respon pasien terhadap aktifitas.  Menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien
Catat laporan dispnea, peningkatan kelelahan dan memudahkan pilihan intervensi
dan perubahan tanda vital selama dan setelah
aktifitas
 Berikan lingkungan tenang dan batasi  Menurunkan stres dan rangsangan
pengunjung selama fase akut. berlebihan, meningkatkan istirahat.
 Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk  Pasien mungkin nyaman dengan kepala
istirahat atau tidur tinggi, tidur di kursi, atau menunduk kedepan
meja atau bantal.
 Bantu aktifitas perawatan diri yang  Meminimalkan kelelahan dan membantu
diperlukan. keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

Modul Pengkajian KDM dan Petunjuk Pengisian


34

5 Resiko ketidakseimbangan Mandiri


nutrisi : kurang  Identifikasi faktor yang menimbulkan  Pilihan intervensi tergantung pada penyebab
mual/muntah. masalah
 Berikan wadah tertutup untuk sputum dan  Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari
buang sesering mungkin lingkungan pasien dan dapat menurunkan
mual.
 Berikan makan porsi kecil dan sering  Tindakan ini dapat meningkatkan masukan
termasuk makanan kering atau makanan yang meskipun nafsu makan mungkin lambat
disukai pasien. untuk kembali
 Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat  Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan
badan dasar. malnutrisi

Modul Pengkajian KDM dan Petunjuk Pengisian


35

KASUS

Ny M umur 40 tahun mengalami inkontinensia urine akibat pasca stroke yang di


alaminya, Ny M datang ke poli stroke dan mengeluhkan sering kencing tanpa disadari,
akibatnya klien merasa terganggu dalam beraktivitas sehari – hari. Sebelum
mengalami serangan stroke kebiasaan eliminasi Ny M normal yaitu : frekwensi BAK
(siang 5 x/ hari dan malam 2-3 x/ hari ), volume urine ± 100 – 150 cc tiap BAK dengan
warna dan bau normal, sekarang akibat inkontinensia urine tersebut pola eliminasi
klien berubah : frekswensi BAK tidak tentu (10-13 x dalam sehari), volume urine 30-
50 cc tiap kali BAK dan kadang-kadang mengeluh nyeri pada area genitalia saat urine
keluar. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data BB Ny M adalah 60 Kg, TD
130/90mmHg, Nadi 80 x/menit, respirasi 18 x/menit dan suhu 36, 5 derajat C.

Ny M adalah seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai seorang kepala
sekolah pada suatu institusi pendidikan swasta, ,dia menanyakan dengan ekspresi
tegang dan cemas terkait seringnya ia tidak dapat menahan respon BAK, akibatnya
klien selalu membawa banyak pakaian dalam pengganti, merasa tidak nyaman dan
sering gatal pada daerah genetalianya. Klien sering mengulang pertanyaannya
tentang kenapa ia jadi seperti ini. Klien merasa malu dan membatasi aktivitasnya di
luar ruangan. Klien mengatakan akibat masalah ini dia sering membatasi minum,
sehingga BAK menjadi sedikit. Klien menanyakan pada perawat, apakah penyakitnya
ini bisa disembuhkan dan apakah dia bisa beraktifitas normal lagi. Klien merasa
cemas karena akibat penyakit ini mennyebabkan penurunan aktifitas kerja klien
sehingga menurunkan pendapatan keuangannya.

Klien datang ke poli stroke untuk kedua kalinya pasca dirawat dengan diganosa
stroke. Kunjungan sebelumnya klien telah mengeluhkan inkontinensia tersebut, dan
telah diberikan obat untuk keluhan gatal dan nyeri pada area genitalianya. Tapi klien
tidak meminumnya dengan teratur, klien mengatakan “kalau minum obat berarti harus
banyak minum, nanti saya kencing terus”. Akhirnya setelah diberikan resep oleh
dokter, perawat mengajarkan klien untuk melakukan senam keagel untuk
dilaksanakan dirumah. Dan klien diminta untuk kembali datang untuk kunjungan
berikutnya untuk mengetahui perkembangan penyakitnya setelah diberi obat dan
intervensi.

Modul Pengkajian KDM dan Petunjuk Pengisian


36

Ny M umur 40 tahun mengalami inkontinensia urine akibat pasca stroke yang di


alaminya, Ny M datang ke poli stroke dan mengeluhkan sering kencing tanpa disadari,
akibatnya klien merasa terganggu dalam beraktivitas sehari – hari. Sebelum
mengalami serangan stroke kebiasaan eliminasi Ny M normal yaitu : frekwensi BAK
(siang 5 x/ hari dan malam 2-3 x/ hari ), volume urine ± 100 – 150 cc tiap BAK dengan
warna dan bau normal, sekarang akibat inkontinensia urine tersebut pola eliminasi
klien berubah : frekswensi BAK tidak tentu (10-13 x dalam sehari), volume urine 30-
50 cc tiap kali BAK dan kadang-kadang mengeluh nyeri pada area genitalia saat urine
keluar. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data BB Ny M adalah 60 Kg, TD
130/90mmHg, Nadi 80 x/menit, respirasi 18 x/menit dan suhu 36, 5 derajat C.

Ny M adalah seorang ibu rumah tangga yang juga bekerja sebagai seorang kepala
sekolah pada suatu institusi pendidikan swasta, ,dia menanyakan dengan ekspresi
tegang dan cemas terkait seringnya ia tidak dapat menahan respon BAK, akibatnya
klien selalu membawa banyak pakaian dalam pengganti, merasa tidak nyaman dan
sering gatal pada daerah genetalianya. Klien sering mengulang pertanyaannya
tentang kenapa ia jadi seperti ini. Klien merasa malu dan membatasi aktivitasnya di
luar ruangan. Klien mengatakan akibat masalah ini dia sering membatasi minum,
sehingga BAK menjadi sedikit. Klien menanyakan pada perawat, apakah penyakitnya
ini bisa disembuhkan dan apakah dia bisa beraktifitas normal lagi. Klien merasa
cemas karena akibat penyakit ini mennyebabkan penurunan aktifitas kerja klien
sehingga menurunkan pendapatan keuangannya.

Klien datang ke poli stroke untuk kedua kalinya pasca dirawat dengan diganosa
stroke. Kunjungan sebelumnya klien telah mengeluhkan inkontinensia tersebut, dan
telah diberikan obat untuk keluhan gatal dan nyeri pada area genitalianya. Tapi klien
tidak meminumnya dengan teratur, klien mengatakan “kalau minum obat berarti harus
banyak minum, nanti saya kencing terus”. Akhirnya setelah diberikan resep oleh
dokter, perawat mengajarkan klien untuk melakukan senam keagel untuk
dilaksanakan dirumah. Dan klien diminta untuk kembali datang untuk kunjungan
berikutnya untuk mengetahui perkembangan penyakitnya setelah diberi obat dan
intervensi.

Modul Pengkajian KDM dan Petunjuk Pengisian

Anda mungkin juga menyukai