Anda di halaman 1dari 15

VALIDASI INSTRUMEN TES ISOMORFIK UNTUK MENDIAGNOSIS

MISKONSEPSI FISIKA SISWA SMA

Fatmaliah Agustina, Sentot Kusairi, dan Muhardjito


Jurusan Fisika, Universitas Negeri Malang

Abstrak: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui miskonsepsi


siswa SMA mengenai materi Hukum Newton dan gaya
menggunakan instrumen tes isomorfik dan melalui wawancara.
Miskonsepsi siswa menurut analisis instrumen tes isomorfik
dibandingkan dengan hasil wawancara untuk menentukan validitas
empirik instrumen tes isomorfik dalam mendiagnosis miskonsepsi
mengenai materi Hukum Newton dan gaya. Penelitian dilakukan
pada siswa kelas X dan XI di SMAN 3 Malang. Penelitian ini
dilakukan menggunakan rancangan deskriptif-kualitatif meng-
gunakan model Miles and Huberman. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa instrumen tes isomorfik valid digunakan untuk mendiagnosis
miskonsepsi fisika.

Kata Kunci: miskonsepsi, instrumen tes isomorfik, validasi


empirik.

Selain dapat bertahan lama dalam diri seseorang, miskonsepsi yang dialami
seseorang dapat mempengaruhi orang lain melalui suatu media atau interaksi.
Penelitian mengenai miskonsepsi yang bertahan lama pada seseorang pernah
dilakukan oleh Stylos dkk. (2008) di jurusan fisika Universitas Ioannina, Yunani
sedangkan sifat miskonsepsi yang dapat mempengaruhi orang lain pernah di-
lakukan oleh Demirci (2008) di Anatolia, Turki sedangkan penelitian mengenai.
Oleh karena itu, miskonsepsi harus segera didiagnosis agar tindakan yang tepat
dapat segera diambil.
Miskonsepsi dapat didiagnosis melalui kegiatan penilaian diagnostik
menggunakan instrumen diagnostik. Hingga saat ini, banyak instrumen penilaian
diagnostik yang valid dan reliabel yang telah dikembangkan dan digunakan.
Wawancara merupakan salah satu metode yang telah lama dianggap handal dalam
menggali informasi mengenai kesulitan dan miskonsepsi yang dialami siswa secara
mendalam. Hal ini disebabkan oleh data yang dikumpulkan melalui metode
wawancara lebih banyak dalam bentuk kata-kata dibanding angka (Wilson:2012).
Meskipun demikian, wawancara dianggap kurang efisien karena membutuhkan

1
waktu relatif lama untuk diterapkan dalam jumlah sampel yang besar. Jumlah
sampel yang besar dibutuhkan agar hasil wawancara dapat digeneralisasi
(trasferability) dengan baik (Beichner:1994).
Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran, guru membutuhkan
feedback yang cepat dari siswa. Hal inilah yang tidak dapat diperoleh dari
wawancara. Selain dalam hal pengumpulan data, wawancara juga membutuhkan
waktu lama dalam hal analisis data. Oleh karena itu dikembangkanlah instrumen-
instrumen diagnostik lain yang lebih efisien dan umumnya berupa tes.
Salah satu instrumen tes yang terkenal dalam hal keefisienan adalah tes
pilihan ganda. Tes pilihan ganda dikenal dapat mencakup materi yang luas dan
dapat diterapkan dalam jumlah subjek yang besar dalam waktu singkat. Meskipun
demikian, pilihan ganda terkenal dengan keterbatasannya, yaitu hampir tidak
mungkin dapat menunjukkan kemampuan seseorang terhadap penguasaan materi
(Kniveton:1996). Pilihan ganda juga memungkinkan seseorang memberkan
jawaban yang benar pada untuk suatu permasalahan dengan alasan yang salah
(Rollnick & Mahoanna:1999). Oleh karena itu, tes pilihan ganda terus dimodifikasi
dan disempurnakan untuk mengatasi kelemahan tersebut.
Instrumen tes isomorfik merupakan salah satu tes berbentuk pilihan ganda
yang belum banyak dikenal orang. Instrumen tes isomorfik disusun dengan cara
membuat soal yang terdiri atas beberapa butir dengan indikator yang sama (Kusairi,
2012:18). Berbeda dengan tes pilihan ganda lain seperti: two-tier, three-tier, FCI
(Force Concept Inventory), dan MDT (Mechanics Diagnostic Test) yang telah
terbukti valid, hingga saat ini belum ada penelitian khusus yang pernah dilakukan
untuk meneliti validitas empirik instrumen tes isomorfik dalam mendiagnosis
miskonsepsi siswa.
Instrumen tes isomorfik yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan
oleh Firmansyah (2011). Level konsepsi siswa pada instrumen tes isomorfik
ditentukan dengan dua jawaban konsisten pada level tertentu. Siswa yang minimal
dua kali memilih jawaban yang merupakan level 4 secara konsisten dinyatakan
tidak miskonsepsi. Adapun siswa yang tidak konsisten dalam satu indikator
dinyatakan lemah penguasaan konsep.

2
Dalam penelitian ini, validasi empirik instrumen tes isomorfik ditentukan
melalui kegiatan validasi konkuren. Validasi konkuren dilakukan dengan cara
membandingkan suatu instrumen dengan instrumen pengukuran lain untuk
konstruk/gagasan yang sama (Shrock & Coscarelli, 2007:22). Dalam hal ini hasil
analisis instrumen tes isomorfik dibandingkan dengan jawaban siswa pada
wawancara. Wawancara dipilih karena telah terbukti handal dalam menggali
informasi mengenai miskonsepsi secara mendalam.

METODE
Penelitian ini dilakukan menggunakan rancangan deskriptif-kualitatif.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami suatu fenomena yang dialami
oleh subjek penelitian secara mendalam. Penelitian ini dilakukan untuk
mengungkap validitas empirik instrumen tes isomorfik dalam mendiagnosis
miskonsepsi siswa SMA tentang Hukum Newton dan gaya. Penelitian ini dilakukan
pada kondisi yang alamiah tanpa diberi perlakuan di kelas X dan XI program IPA
SMAN 3 Malang tahun akademik 2013/2014.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan validitas empirik
instrumen tes isomorfik dalam mendiagnosis miskonsepsi siswa SMA pada materi
Hukum Newton dan gaya. Adapun data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal
dari jawaban lima puluh enam siswa pada instrumen tes isomorfik serta hasil
wawancara. Selanjutnya data yang diperoleh dalam penelitian dianalisis
menggunakan model Miles and Huberman yang terdiri dari data reduction, data
display, dan conclusion drawing/verification.

HASIL
Secara umum masih banyak siswa SMA yang mengalami miskonsepsi
tentang Hukum Newton dan gaya. Hal ini ditunjukkan oleh grafik pada Gambar 1
dan Gambar 2 yang diperoleh dari hasil analisis jawaban siswa kelas X MIA dan
XI IPA pada instrumen tes isomorfik yang diberikan.

3
Persentase Level Konsepsi Siswa X MIA

frekuensi jawaban
100.0

(dalam %)
80.0 level 1
60.0 level 2
40.0
level 3
20.0
0.0 level 4
1 2 3 4 5 6 tidak konsisten
Indikator ke-

Gambar 1. Grafik Persentase Level Konsepsi Siswa


untuk Semua Indikator pada Kelas X MIA

Persentase Level Konsepsi Siswa XI IPA

100.0
frekuensi jawaban

80.0 level 1
(dalam %)

60.0 level 2
40.0
level 3
20.0
0.0 level 4
1 2 3 4 5 6 tidak konsisten
Indikator ke-

Gambar 2. Grafik Persentase Level Konsepsi Siswa


untuk Semua Indikator pada Kelas XI IPA

Selanjutnya hasil analisis instrumen tes isomorfik tiga siswa X MIA dan dua
siswa XI IPA dibandingkan dengan hasil wawancara (divalidasi konkuren). Dalam
artikel ini, hasil perbandingan yang utuh hanya disajikan untuk indikator 1. Adapun
hasil validasi konkuren untuk kelima indikator lain disajikan dalam Tabel 4.

Indikator I
Siswa 1
Tabel 1 merupakan hasil analisis jawaban siswa 1 pada indikator 1
instrumen tes isomorfik.

Tabel 1. Jawaban Siswa 1 pada Butir Instrumen Tes Isomorfik Indikator 1


Miskonsepsi Umum no.1 no.7 no.13 Deskripsi
konsepsi
level

Gaya aksi-reaksi Siswa berpikir bahwa w adalah gaya yang


bekerja pada satu C A D bekerja pada benda 1 oleh benda 2 (bukan
benda bumi) sehingga reaksinya gaya yang
lev 1 lev 3 lev 1 1 bekerja pada benda 2 oleh benda 1.

4
Untuk memastikan apakah hasil diagnosis instrumen tes isomorfik
menggambarkan konsepsi yang dimiliki sebenarnya, siswa 1 diwawancarai secara
mendalam. Berikut adalah jawaban siswa 1 untuk indikator 1.

G : “Gambarkan gaya-gaya yang bekerja pada sistem yang terdiri dari beban, tali, dan atap
berikut.”
S1: “Terdapat w ke arah bawah dan gaya tegang tali ke arah atas.” (Menggambar seperti pada
Gambar 3)

Gambar 3. Gaya yang Bekerja pada Sistem Balok menurut Siswa 1

G : “Mengapa w mengarah bawah sedangkan T digambarkan ke arah atas?”


S1: “Karena w merupakan gaya tarik Bumi. Sesuai hukum gravitasi, semua benda tertarik ke
bawah sedangkan T mengarah ke atas karena memberikan reaksi terhadap gaya berat.”
….
G : “Memenuhi Hukum Newton yang manakah sistem tersebut?”
S1: “Hukum III tentang aksi-reaksi.”
G : “Apa saja syarat aksi-reaksi?”
S1: “Terdapat dua benda yang memiliki besar gaya yang sama tapi berlawanan arah.”

Berdasarkan hasil wawancara terlihat bahwa terdapat kesesuaian antara


hasil analisis instrumen tes isomorfik dengan konsepsi yang dimiliki siswa
sebenarnya. Siswa 1 berpikir bahwa w tidak mengalami aksi-reaksi dengan bumi
melainkan dengan T. Saat ditanya mengenai syarat pasangan gaya yang mengalami
aksi-reaksi, siswa 1 dapat menyebutkan bahwa terdapat terdapat dua benda yang
terlibat dalam peristiwa aksi-reaksi serta ada dua gaya yang besarnya sama namun
berlawanan arah. Adapun syarat bahwa pasangan gaya aksi-reaksi bekerja pada dua
benda yang berbeda namun pada titik tangkap (titik kerja) yang sama belum
disadari oleh siswa 1. Hal inilah yang menyebabkan siswa 1 berpikir bahwa w
mengalami aksi-reaksi dengan T.
Meski positif dinyatakan memiliki konsepsi level 1, ada hal menarik yang
ditemukan mengenai konsepsi siswa 1. Pada salah satu butir soal indikator 1 ini
siswa 1 memilih jawaban yang merupakan level 3. Jawaban tersebut tenyata juga
tergambar pada saat siswa 1 diwawancarai. Hal ini mengindikasikan bahwa selain
mampu mendiagnosis kecenderungan miskonsepsi, instrumen tes isomorfik dapat
menggambarkan konsepsi siswa, baik yang dominan maupun resesif.

5
Siswa 2
Tabel 2 merupakan hasil analisis jawaban siswa 2 pada indikator 1
instrumen tes isomorfik.

Tabel 2. Jawaban Siswa 2 pada Butir Instrumen Tes Isomorfik Indikator 1

konsepsi
Miskonsepsi Umum no.1 no.7 no.13 Deskripsi

level
Gaya aksi-reaksi Siswa berpikir bahwa syarat berlakunya
A C C
bekerja pada satu gaya aksi-reaksi: a) besarnya sama; b)
Benda berlawanan arah; c) bekerja pada satu
lev 3 lev 2 lev 2 2
benda.

Untuk memastikan apakah hasil diagnosis instrumen tes isomorfik


menggambarkan konsepsi yang dimiliki sebenarnya, siswa 2 diwawancarai secara
mendalam. Berikut adalah jawaban siswa 2 untuk indikator 1.

G : “Gambarkan gaya-gaya yang bekerja pada sistem yang terdiri atas beban, tali, dan atap
berikut.”
S2: (Menggambar seperti pada Gambar 4.a)

(a) (b)
Gambar 4. Gaya yang Bekerja pada Sistem Balok menurut Siswa 2

G : “Untuk gambar pertama (4.4a), mengapa Anda sempat menggambar T (tegangan tali) yang
mengarah ke bawah meskipun pada akhirnya dicoret?”
S2: (Tidak bisa memberi alasan)
….
S2: (Menggambar seperti pada Gambar 4.4b sambil menjelaskan gaya-gaya yang digambar). “Jadi
seperti ini. Terdapat T yang mengarah ke atas dan ke bawah pada tali sedangkan pada beban
terdapat w yang mengarah ke bawah.”
G : “Mengapa w mengarah ke bawah sedangkan T pada tali digambarkan ke arah atas dan ke
bawah?”
S2: “Karena w dipengaruhi oleh gaya gravitasi sedangkan gaya gravitasi selalu mengarah ke
bawah. Adapun T mengarah ke atas karena tertarik oleh atap ke atas dan mengarah ke bawah
karena tertarik oleh beban.”
….
G : “Diantara gaya-gaya yang telah Anda gambarkan, manakah pasangan gaya yang mengalami
aksi-reaksi?”
S2: “T1 dan T2 (sambil menunjuk Gambar 4.4b) serta T dan w (sambil menunjuk Gambar 4.4a).”
G : “Apakah syarat pasangan gaya yang mengalami aksi-reaksi?”
S2: “Terdapat pasangan gaya yang bertolak belakang namun memiliki besar yang sama.”

Berdasarkan wawancara diketahui siswa 2 berpendapat bahwa w bekerja


pada beban dan reaksinya adalah T yang mengarah ke atas karena tertarik oleh

6
beban. Siswa 2 juga berpendapat bahwa T1 dan T2 yang bekerja pada tali
merupakan pasangan gaya yang mengalami aksi-reaksi. Saat ditanya mengenai
syarat pasangan gaya mengalami aksi-reaksi, siswa 2 hanya menyebutkan bahwa
terdapat dua gaya yang bertolak belakang dengan besar gaya yang sama. Adapun
syarat bahwa pasangan gaya tersebut harus bekerja pada benda yang berbeda tidak
disadari oleh siswa 2 dan hal ini sesuai dengan hasil analisis instrumen tes isomorfik
yang menyatakan konsepsi siswa 2 berada pada level 2.

Siswa 5
Tabel 3 merupakan hasil analisis jawaban siswa 5 pada indikator 1
instrumen tes isomorfik.

Tabel 3. Jawaban Siswa 5 pada Butir Instrumen Tes Isomorfik Indikator 1


konsepsi
Miskonsepsi Umum no.1 no.7 no.13 Deskripsi
level

Gaya aksi-reaksi Siswa berpikir bahwa gaya aksi-reaksi


bekerja pada satu A A B besarnya sama, berlawanan arah, bekerja
benda pada benda yang berbeda (tanpa
lev 3 lev 3 lev 3 3 memperhatikan titik kerja), dan vektor
gaya saling bersinggungan.

Untuk memastikan apakah hasil diagnosis instrumen tes isomorfik


menggambarkan konsepsi yang dimiliki sebenarnya, siswa 5 diwawancarai secara
mendalam. Berikut adalah jawaban siswa 5 untuk indikator 1.

G : “Gambarkan gaya-gaya yang bekerja pada sistem yang terdiri atas beban, tali, dan atap
berikut.”
S5: (Menggambar seperti pada Gambar 5)

Gambar 5. Gaya yang Bekerja pada Sistem Balok menurut Siswa 5

G : “Mengapa w digambarkan mengarah ke bawah sedangkan T digambarkan ke arah atas?”


S5: “Karena w dipengaruhi oleh gravitasi dimana benda yang jatuh selalu jatuh mengarah ke
bawah sedangkan T mengarah ke atas karena menahan benda yang tergantung di bawahnya.”
G : “Apakah di sistem ini ada pasangan gaya yang aksi-reaksi?”
S5: “Tidak tahu.”
G : “Apa sajakah syarat pasangan gaya yang mengalami aksi-reaksi?”
S5: “Tidak tahu.”

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan pada siswa 5 dapat


disimpulkan bahwa hasil analisis instrumen tes isomorfik sesuai dengan konsepsi

7
siswa. Dalam wawancara tersebut siswa 5 menjawab tidak tahu apakah w dan T
merupakan pasangan gaya aksi-reaksi atau bukan. Meskipun demikian, peneliti
menangkap keraguan siswa untuk menjawab bahwa w dan T bukan pasangan aksi-
reaksi. Keraguan tersebut membuat siswa 5 memilih untuk menjawab tidak tahu
karena tidak dapat menyebutkan gaya apa yang merupakan pasangan gaya T dan w
jika keduanya bukan pasangan gaya yang mengalami aksi-reaksi.

Tabel 4. Validasi Konkuren Instrumen Tes Isomorfik


Indikator dan Siswa Hasil Analisis Hasil Wawancara Deskripsi dan Temuan Lain
Miskonsepsi ke- Instrumen Tes
Umum Isomorfik
Indikator 1: 1 Level 1: Siswa berpikir Ada kecenderungan hasil
Siswa Siswa berpikir bahwa w dan T analisis instrumen tes
mampu bahwa w adalah merupakan isomorfik sesuai dengan
mengemuka- gaya yang bekerja pasangan gaya hasil wawancara namun
kan sifat/ka- pada benda 1 oleh aksi-reaksi. kriteria level 1 yang disusun
rakteristik benda 2 (bukan perlu diperbaiki.
gaya aksi bumi) sehingga Selain itu ditemukan pula
dan gaya reaksinya gaya yang bahwa konsepsi resesif
reaksi. bekerja pada benda 2 siswa pada instrumen tes
oleh benda 1. isomorfik juga terungkap
Miskonsepsi Konsepsi resesif: dalam wawancara.
Umum: level 3
Gaya aksi- 2 Level 2: Siswa berpikir Hasil analisis instrumen tes
reaksi Siswa berpikir bahwa T1 dan T2 isomorfik sesuai dengan
bekerja pada bahwa syarat yang bekerja pada hasil wawancara.
satu benda. berlakunya gaya tali merupakan
aksi-reaksi: a) pasangan gaya
besarnya sama; b) aksi-reaksi.
berlawanan arah; c)
bekerja pada satu
benda.
Konsepsi resesif:
level 3
5 Level 3: Siswa meragukan Hasil analisis instrumen tes
Siswa berpikir kemungkinan w isomorfik sesuai dengan
bahwa gaya aksi- dan T merupakan konsepsi siswa.
reaksi besarnya pasangan gaya
sama, berlawanan aksi-reaksi.
arah, bekerja pada
benda yang berbeda
(tanpa
memperhatikan titik
kerja), dan vektor
gaya saling
bersinggungan.
Kesimpulan Indikator 1 instrumen tes isomorfik valid

8
Indikator dan Siswa Hasil Analisis Hasil Wawancara Deskripsi dan Temuan Lain
Miskonsepsi ke- Instrumen Tes
Umum Isomorfik
Indikator 2: 1 Level 4: Siswa memahami Hasil analisis instrumen tes
Siswa Siswa berpikir perbedaan konsep isomorfik sesuai dengan
mampu bahwa benda massa dan berat. konsepsi siswa.
mengemuka- ditimbang
kan berdasarkan
perbedaan massanya. Massa
konsep benda hanya
massa dan dipengaruhi massa
berat. jenis dan volume
bukan dipengarui
Miskonsepsi percepatan gravitasi
Umum: g.
Berat benda
sama dengan 4 Level 4: Siswa mengetahui Ada kecenderungan hasil
massa benda, Siswa berpikir bahwa berat analisis instrumen tes
sehingga: a) bahwa benda dipengaruhi oleh isomorfik sesuai dengan
satuan berat ditimbang percepatan hasil wawancara.
adalah kg, berdasarkan gravitasi. Selain itu ditemukan pula
dan b) massa massanya. Massa bahwa konsepsi resesif
benda benda hanya siswa pada instrumen tes
dipengaruhi dipengaruhi massa isomorfik juga terungkap
oleh jenis dan volume dalam wawancara.
percepatan bukan dipengarui
gravitasi. percepatan gravitasi
g.
Konsepsi resesif:
level 3, yaitu massa
berbanding terbalik
dengan percepatan
gravitasi setempat
(m = w/g)
Kesimpulan Indikator 2 instrumen tes isomorfik valid
Indikator 3: 1 Level 4: Siswa memahami Hasil analisis instrumen tes
Siswa Siswa berpikir bahwa massa isomorfik kurang sesuai
mampu bahwa besar gaya benda lebih dengan konsepsi siswa 1
menganalisis gesek dipengaruhi berpengaruh yang sebenarnya.
faktor-faktor oleh koefisien terhadap besar
yang gesekan, bahan, dan gaya gesek benda.
mempenga- gaya normal. Hanya saja siswa
ruhi gaya mengalami
gesek. miskonsepsi bahwa
benda dengan luas
Miskonsepsi permukaan yang
Umum: besar pasti
Gaya gesek memiliki massa
antara dua yang besar
atau lebih sehingga gaya
benda yang geseknya juga
memiliki besar.
massa sama 3 Tidak konsisten Siswa lemah Hasil analisis instrumen tes
akan penguasaan isomorfik sesuai dengan
memiliki konsep. Siswa konsepsi siswa.
besar gaya tidak mengetahui
gesek yang tentang koefisien

9
Indikator dan Siswa Hasil Analisis Hasil Wawancara Deskripsi dan Temuan Lain
Miskonsepsi ke- Instrumen Tes
Umum Isomorfik
berbeda jika gesek dan apa
luas perbedaan gaya
permukaan gesek benda saat
berbeda. belum bergerak,
tepat akan
bergerak, dan
sudah bergerak.
5 Level 2: Siswa berpikir Hasil analisis instrumen tes
Siswa berpikir bahwa besar gaya isomorfik sesuai dengan
bahwa semakin gesek dipengaruhi konsepsi siswa.
besar luas oleh luas
permukaan benda permukaan dan
yang bersinggungan, koefisien gaya
semakin besar gaya gesek
geseknya.
Kesimpulan Indikator 3 instrumen tes isomorfik valid
Indikator 4: 1 Level 2: Siswa berpendapat Hasil analisis instrumen tes
Siswa Siswa berpikir bahwa gaya isomorfik sesuai dengan
mampu bahwa semakin sebanding dengan konsepsi siswa namun
mengemuka- besar massa benda massa benda konsepsi resesif tidak
kan sifat/ka- maka semakin besar sehingga jika terungkap dalam
rakteristik pula gaya yang massa mobil lebih wawancara. Oleh karena itu
gaya aksi dialami oleh benda kecil daripada kriteria level 1 perlu
dan gaya itu karena massa massa truk maka diperbaiki.
reaksi. sebanding dengan Fmobil lebih kecil
gaya. daripada Ftruk.
Miskonsepsi Konsepsi resesif:
Umum: level 1, yaitu benda
Tidak ada yang diam atau
jaminan bergerak lambat
besar gaya cenderung
aksi sama mengalami gaya
dengan besar yang besar.
gaya reaksi. 2 Level 3: Pada awalnya Hasil analisis instrumen tes
Siswa berpikir siswa tidak bisa isomorfik tidak sesuai
bahwa semakin kecil menjawab namun dengan konsepsi siswa.
massa suatu benda setelah diberi clue
maka semakin besar “Hukum Newton”,
gaya yang dialami jawaban siswa
benda itu. termasuk level 4.
Konsepsi resesif:
level 1
3 Tidak konsisten Siswa lemah Hasil analisis instrumen tes
penguasaan isomorfik sesuai dengan
konsep. Siswa konsepsi siswa.
terfokus dengan
proses dua benda
sebelum kontak.

Kesimpulan Indikator 4 instrumen tes isomorfik valid

10
Indikator dan Siswa Hasil Analisis Hasil Wawancara Deskripsi dan Temuan Lain
Miskonsepsi ke- Instrumen Tes
Umum Isomorfik
Indikator 5: 2 Level 3: Siswa berpendapat Hasil analisis instrumen tes
Siswa Siswa berpikir bahwa benda yang isomorfik sesuai dengan
mampu bahwa jika benda dikenai gaya konsepsi siswa.
menganalisis bergerak dengan konstan akan
besar suatu kecepatan konstan, bergerak dengan
gaya yang maka gaya yang kecepatan konstan
bekerja pada dialami oleh benda sedangkan jika
suatu benda juga konstan. tidak dikenai gaya
melalui maka benda tetap
grafik. diam
3 Level 2: Konsepsi siswa Hasil analisis instrumen tes
Miskonsepsi Siswa berpikir lebih mengarah ke isomorfik kurang sesuai
Umum: bahwa benda akan level 3 karena dengan konsepsi siswa.
Benda bergerak dengan siswa menyadari
bergerak kecepatan konstan bahwa jika gaya
dengan jika gaya yang yang bekerja
kecepatan bekerja pada benda berubah secara
konstan, berubah secara teratur maka benda
pasti gaya teratur terhadap sedang bergerak
yang bekerja waktu. dipercepat.
pada benda Konsepsi resesif:
juga selalu level 3
konstan 5 Level 4: Level konsepsi Hasil analisis instrumen tes
Siswa berpikir siswa 5 lebih isomorfik kurang sesuai
bahwa jika benda mengarah ke level dengan konsepsi siswa.
bergerak dengan 3.
kecepatan konstan
dan seluruh gaya
penghambat
diabaikan, maka
besar gaya yang
bekerja pada benda
sama dengan nol
Kesimpulan Indikator 5 instrumen tes isomorfik (permasalahan berupa grafik) kurang valid
Indikator 6: 1 Level 2: Siswa berpendapat Hasil analisis instrumen tes
Siswa Siswa berpikir bahwa suatu saat isomorfik sesuai dengan
mampu bahwa benda akan kelereng akan konsepsi siswa.
mengemuka- bergerak dengan berhenti apabila
kan konsep kelajuan yang gaya yang dimiliki
kelembaman semakin berkurang, sudah habis
atau inersia lalu berhenti, karena sehingga
pada Hukum tidak mampu dibutuhkan gaya
I Newton. melawan gaya konstan agar
gesek. kelereng tetap
Miskonsepsi dapat bergerak
Umum: 3 Level 2: Siswa berpendapat Hasil analisis instrumen tes
Gaya Siswa berpikir bahwa jika gaya isomorfik sesuai dengan
diperlukan bahwa benda akan yang diberikan konsepsi siswa.
untuk bergerak dengan pada kelereng
memperta- kelajuan yang habis maka suatu
hankan semakin berkurang, saat kelereng akan
benda tetap lalu berhenti, karena berhenti.
bergerak. tidak mampu

11
Indikator dan Siswa Hasil Analisis Hasil Wawancara Deskripsi dan Temuan Lain
Miskonsepsi ke- Instrumen Tes
Umum Isomorfik
melawan gaya
gesek.
4 Level 4: Siswa berpendapat Hasil analisis instrumen tes
Siswa berpikir bahwa jika gaya isomorfik kurang sesuai
bahwa tidak yang diberikan dengan konsepsi siswa.
diperlukan gaya pada kelereng
untuk habis maka suatu
mempertahankan saat kelereng akan
benda bergerak berhenti.
dengan kecepatan
konstan.
Kesimpulan Indikator 6 instrumen tes isomorfik valid

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis ditunjukkan oleh grafik dalam Gambar 1 dan 2,
ada kecenderungan miskonsepsi siswa untuk bertahan dalam waktu lama. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Stylos dkk. (2008) yang menyimpulkan bahwa
mahasiswa tahun pertama jurusan fisika di Universitas Ioannina, Yunani
mengalami miskonsepsi seperti yang sering dialami oleh siswa sekolah menengah
atas. Selain pada indikator 3 dan 5, miskonsepsi siswa XI IPA masih tersebar di
keempat level (level 1-3 dan level tidak konsisten) seperti yang dialami siswa X
MIA. Hal ini sesuai dengan pendapat Hung & Jonassen (2006) yang menyatakan
bahwa siswa yang mengalami miskonsepsi cenderung mempertahankan
miskonsepsi dalam diri mereka meskipun kegiatan pembelajaran telah selesai
diikuti.
Dalam penelitian ini, terdapat enam miskonsepsi umum mengenai materi
Hukum Newton dan gaya yang berhasil diketahui. Miskonsepsi umum tersebut
berhasil diketahui melalui hasil analisis instrumen tes isomorfik dan wawancara.
Keenam miskonsepsi umum tersebut adalah: (1) gaya aksi-reaksi bekerja pada
benda yang sama, (2) massa benda dipengaruhi oleh percepatan gravitasi, (3) luas
permukaan mempengaruhi besar gaya gesek, (4) besar gaya aksi belum tentu sama
dengan besar gaya reaksi, (5) benda memerlukan gaya konstan agar dapat bergerak
dengan kecepatan konstan, dan (6) gaya diperlukan agar benda dapat tetap bergerak.
Keenam miskonsepsi umum tersebut mirip dengan hasil penelitian Eryilmaz (1996)
yang dilakukan pada sampel siswa tingkat XI dan XII di Brevard County, Florida.

12
Penelitian ini menemukan bahwa dari enam indikator pada instrumen tes
isomorfik yang divalidasi, hanya indikator 5 yang menyajikan permasalahan berupa
grafik yang dinyatakan kurang valid untuk mendiagnosis miskonsepsi yang dialami
siswa. Hal ini menunjukkan bahwa penyajian masalah berupa grafik dalam
instrumen tes isomorfik perlu dikaji ulang. Selain itu, penelitian ini juga
menemukan bahwa instrumen tes isomorfik yang disusun dengan baik juga dapat
memetakan level konsepsi siswa, mendiagnosis konsepsi resesif, serta mampu
membedakan antara siswa yang miskonsepsi dan yang lemah dalam penguasaan
konsep. Meskipun demikian, terdapat beberapa indikator yang kriteria tiap level
konsepsinya perlu disusun ulang agar lebih akurat dalam memetakan level konsepsi
siswa. Penambahan jumlah butir soal pada indikator tertentu, seperti indikator 6,
perlu dipertimbangkan (dengan catatan jumlah butir soal tetap ganjil) agar
kemungkinan salah diagnosis dapat diminimalisir.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Instrumen tes isomorfik yang digunakan dalam penelitian ini memiliki
validitas empirik untuk mendiagnosis miskonsepsi mengenai materi Hukum
Newton dan gaya. Kesimpulan ini diperoleh setelah hasil analisis miskonsepsi
menurut instrumen tes isomorfik memiliki kesesuaian dengan hasil wawancara.
Adapun miskonsepsi mengenai materi Hukum Newton dan gaya yang berhasil
diketahui dalam penelitian ini adalah: (1) gaya aksi-reaksi bekerja pada benda yang
sama, (2) massa benda dipengaruhi oleh percepatan gravitasi, (3) luas permukaan
mempengaruhi besar gaya gesek, (4) besar gaya aksi belum tentu sama dengan
besar gaya reaksi, (5) benda memerlukan gaya konstan agar dapat bergerak dengan
kecepatan konstan, dan (6) gaya diperlukan agar benda dapat tetap bergerak.
Saran
Instrumen tes isomorfik ini perlu untuk terus dikembangkan, baik untuk
materi fisika yang lain atau bahkan pelajaran lain. Hal ini disebabkan instrumen tes
isomorfik tidak hanya valid namun juga dapat mendiagnosis miskonsepsi siswa
dengan cepat dan akurat, memetakan level konsepsi, mendiagnosis konsepsi resesif,
serta membedakan antara siswa yang miskonsepsi dan siswa yang lemah

13
penguasaan konsep. Meskipun demikian, penentuan kriteria untuk menentukan
level konsepsi juga perlu diperhatikan agar penentuan level konsepsi lebih akurat
sehingga treatment yang akan diberikan guru dapat lebih efektif dan efisien.

DAFTAR RUJUKAN
Beichner, R. J. 1994. Testing Student Interpretation of Kinematics Graphs. Ameri-
can Journal of Physics, 62 (8): 750-762.

Demirci, Neset. 2008. Misconception Patterns from Students to Teachers: An


Example for Force and Motion Concepts. Journal of Science Education, 9
(1): 55-59.

Eryilmaz, Ali. 1996. The Effects of Conceptual Assignments, Conceptual Change


Discussion, and CAI Program Emphasizing Cognitive Conflict on Students’
Achievement and Misconception in Physics. Disertasi tidak diterbitkan.
Florida: Departmen of Science Education and The Graduate School of
Florida Institute of Technology.

Firmansyah, Januar Anton. 2011. Pengembangan Butir Tes Pilihan Ganda


Distraktor Bermakna untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa SMA pada
Materi Hukum Newton dan Gaya. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.

Halloun, I. A. & Hestenes, D. 1985. Initial Knowledge State of College Physics


Students. American Journal of Physics, 53 (11): 1043-1055.

Hung, W. & Jonassen, D.H. 2006. Conceptual Understanding of Causal Reasoning


in Physics. International Journal of Science Education, 28 (13): 1601-1621.

Kniveton, Bromley H. 1996. A Correlational Analysis of Multiple-Choice and


Essay Assessment Measures. Research in Education, (56): 73-84.

Kusairi, Sentot. 2012. Assessment Formatif dalam Pembelajaran Fisika. Makalah


disajiikan dalam Workshop Penyusunan Instrumen Evaluasi dan
Pembentukan Karakter Guru SMPN 18 Malang.

Rollnick, M. & Mahooana, P. P. 1999. A Quick and Effective Way of Diagnosing


Student Difficulties: Two Tier from Simple Multiple Choice Questions.
African Journal of Chemistry, 4 (52): 161-164.

Shrock, Sharon A. & Coscarelli, William C. 2007. Criterion-Referenced Test


Development: Technical and Legal Guidelines for Corporate Training (3rd
ed.). San Fransisco: John Wiley & Sons, Inc.

Stylos, G., Evangelakis, George A. & Kotsis, Konstantinus T. 2008. Misconcep-


tions on Classical Mechanics by Freshman University Students: A Case

14
Study in a Physics Department in Greece. Themes in Science and Tech-
nology Education, 1 (2): 157-177.

Wilson, Virginia. 2012. Research Methods: Interviews. Evidence Based Library &
Information Practice. 7 (2): 96-98.

15

Anda mungkin juga menyukai