Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 3, No.

2, April 2019, hlm 202-213 202

PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU DENGAN BABY BLUES SYNDROME


DALAM PARADIGMA NARATIF

Mia Dwianna Widyaningtyas


Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

ABSTRAK

Artikel ini menjelaskan tentang pengalaman perempuan dengan Baby Blues Syndrome. Kehadiran seorang
bayi dalam keluarga sejatinya menjadi peristiwa yang membahagiakan, namun ternyata perasaan bahagia tidak
serta merta dirasakan oleh si ibu yang melahirkan. Informasi yang tidak tepat mengenai kesehatan mental
pasca melahirkan, menjadikan melahirkan sebagai hal yang menyedihkan bagi seorang Ibu. Penelitian ini
bertujuan mengonstruksi pengalaman, perasaan, dan makna baby blues. Sehingga dengan mengetahui
pengalaman, perasaan, dan pemaknaan mengenai Baby Blues, informasi mengenai kondisi perempuan pasca
melahirkan dapat menjadi lebih baik. Penelitian ini dilakukan terhadap delapan perempuan yang mengalami
baby blues syndrome pasca melahirkan anak pertama atau anak kedua. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara tidak terstruktur dengan pertanyaan terbuka. Beberapa wawancara dilakukan secara langsung
namun sebagian dilakukan dengan melalui telpon. Analisis data menggunakan metode Colaizzi. Hasil
penelitian menunjukkan dalam konstruk derajat pertama, terdapat 30 pernyataan penting yang berkaitan
dengan pengalaman, perasaan, dan pemaknaan akan baby blues. Pada konstruk derajat kedua, penelitian
menghasilkan enam tema besar yang menunjukkan fenomenologi Perempuan dengan Baby Blues.

Kata-kata Kunci: Pengalaman, Perempuan, Baby Blues Syndrome, Paradigma Naratif

THE EXPERIENCE OF MOTHER WITH BABY BLUES SYNDROME IN NARATIVE


PARADIGM

ABSTRACT

This article describes the experience of women with Baby Blues Syndrome. The presence of a baby in the
family is actually a happy event, but it turns out that feeling happy is not necessarily felt by the mother who
gives birth. Misinformation regarding mental health after childbirth, makes childbirth a sad thing for a
mother. This study aims to construct the experiences, feelings, and meanings of the baby blues. So by knowing
the experiences, feelings, and meanings about the Baby Blues, information about the condition of women after
childbirth can be better. This research was conducted on eight women who experienced the baby blues
syndrome after giving birth to their first child or second child. Data collection is done by unstructured
interviews with open questions. Some interviews are conducted directly, but some are done by telephone. Data
analysis using the Colaizzi method. The results of the study show that in the first degree construct, there are
29 important statements relating to the experience, feelings, and meaning of the baby blues. In the second
degree construct, the research produced six major themes which showed the phenomenology of Women with
Baby Blues.

Keywords: Experience, Women, Baby Blues Syndrome, Narrative Paradigm

Korespondensi: Mia Dwianna Widyaningtyas. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Jl. Raya Jakarta KM.4.
Panancangan, Cipocok Jaya, Kota Serang, Banten 42124. Email: mia.dwiana@untirta.ac.id

ISSN: 2303-2006 (cetak), ISSN: 2477-5606 (online) Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi


Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 3, No. 2, April 2019, hlm 202-213 203

PENDAHULUAN Mitos juga berkaitan dengan hal-hal yang harus


dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh seorang
Bagi sebuah keluarga mendapatkan seorang ibu agar anaknya sukses dan bahagia(Dalfen,
bayi biasanya menjadi suatu peristiwa yang 2009). Dalfen (2009) menjelaskan bahwa mitos
membahagiakan. Banyak pula yang tentang depresi juga beragam: ada mitos bahwa
menggambarkan bahwa melahirkan merupakan orang yang tertekan adalah orang lemah dan malas,
keadaan yang membahagiakan, sehingga tidak ada bahwa depresi adalah bukan benar-benar penyakit
alasan bagi seorang ibu atau keluarga untuk tetapi masalah sikap, dan bahwa harus ada sesuatu
bersedih atau menderita. Namun, terny/ata yang salah dengan kepribadian ibu jika ibu
perasaan bahagia kerap tidak serta merta dirasakan menderita depresi atau kecemasan.
si ibu yang melahirkan bayi, karena transisi Kondisi depresi pasca melahirkan ini
menjadi ibu adalah peristiwa besar dalam hidup merupakan masalah serius dalam bidang kesehatan
yang dapat dicirikan sebagai krisis dengan stres masyarakat karena bila tidak diatasi akan dapat
yang signifikan. Ibu harus menyesuaikan dan mengakibatkan terganggunya kesehatan mental
membiasakan diri untuk suatu cara baru dengan pada ibu-ibu baru(A. Wittkowski, 2011). Menurut
yang diistilahkan Heidegger (1927) sebagai being- Dalfen (2009) sekitar 15 – 20 % ibu baru
in-the-world (Roseth, Binder, & Malt, 2011). Di mengalami depresi pasca melahirkan dan gangguan
masa transisi inilah biasanya timbul sebuah kondisi kecemasan . Dalfen melihat sampai saat ini ,
yang dalam dunia kedokteran diistilahkan sebagai masalah tersebut tidak mendapatkan perhatian
depresi pasca melahirkan. Menurut data Badan intensif dari profesi medis, sedikitnya eksposure
Kesehatan Dunia (WHO), Postpartum Depression dari media dan rendahnya kesadaran sosial akan hal
sendiri mempengaruhi sekitar 13 persen ini. Padahal depresi pasca melahirkan serta
perempuan yang ada di dunia. Di Indonesia, gangguan kecemasan dapat mempengaruhi ibu dan
tingkatan depresi pasca-melahirkan mencapai 19.8 juga keluarga di salah satu masa yang paling
persen. 1 penting dari kehidupan. Banyak informasi yang
Kondisi pasca melahirkan tersebut salah tentang adanya masalah kesehatan mental
diperparah oleh kenyataan bahwa menjadi Ibu pasca melahirkan. Misalnya, Kesalahan informasi
dikelilingi oleh mitos (Dalfen, 2009). Mitos yang dapat menghentikan seorang ibu baru
tersebut antara lain mengenai hal-hal yang harus menyadari bahwa dia menderita atau mungkin
dilakukan untuk menjadi ibu yang baik, tentang membuat ibu baru takut memberitahu siapa pun
bagaimana untuk memastikan anak tumbuh sehat, tentang perasaannya. Oleh karena itu, sangat
atau tentang hal-hal material yang dibutuhkan.

1
https://kumparan.com/@kumparanmom/faktor-depresi-
pada-ibu-pasca-melahirkan-dan-cara-mengatasinya diakses
20 Agustus 2018 pukul 19.30 WIB

PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU DENGAN BABY BLUES SYNDROME DALAM PARADIGMA NARATIF
(MIA DWIANNA WIDYANINGTYAS)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 3, No. 2, April 2019, hlm 202-213 204

penting untuk belajar bagaimana mengenali dan hormon menyusui meningkat. Hal ini juga bisa
memperlakukan para perempuan pasca melahirkan. karena kelelahan dan kenyataan bahwa Anda
Salah satu bentuk depresi pasca melahirkan adalah seorang ibu.
yang kerap dialami seorang ibu baru dikenal oleh Kadang-kadang perempuan yang
masyarakat dengan istilah “baby blues” (baby mengalami hal itu dan keluarganya tidak dapat
bring feeling blues). Keadaan baby blues, mengenali bahwa keadaan seperti itu dapat
dideskripsikan oleh Pitt (1973) sebagai “fenomena berkepanjangan dan perasaan tidak adil serta tidak
sekilas yang sepele”. Gejala umum yang terlihat bahagia sebagai hal yang abnormal. Pesan-pesan
adalah uraian air mata dan terlalu sensitif, yang yang sering digambarkan media adalah bahwa
biasanya hanya berlangsung beberapa hari. Namun, melahirkan adalah pengalaman yang
bisa jadi perasaan tersebut tidak mereda dan menggembirakan dan ibu tidak memiliki alasan
bahkan bisa menjadi semakin parah. Baby Blues untuk menjadi sengsara. Akibatnya ibu mungkin
adalah suatu fenomena umum yang tidak perlu enggan untuk mencari bantuan atau menolak setiap
terlalu dikhawatirkan (Dalfen, 2009: 49). Baby intervensi yang ditawarkan oleh keluarga dan
bring feeling blues atau Baby Blues Syndrome teman-teman. Dalam beberapa kasus ibu mungkin
merupakan sebagian besar pengalaman ibu baru di menolak kondisi mereka dan menjadi ekstrem
hari-hari awal setelah mereka membawa pulang untuk menutupi gejala-gejala tersebut untuk
bayi mereka. 50% sampai 80% ibu baru seringkali menghindari dicap 'gila' atau seorang ibu 'buruk'. 2
merasa sedih, marah, dan kadang-kadang Kondisi “memendam” sendiri
cemas(Dalfen, 2009). Beberapa diantara yang permasalahan secara tidak langsung dapat
terkena baby blues mungkin akan merasa bereaksi memperburuk keadaan, karena seperti apa yang
berlebihan terhadap situasi dan lebih mudah disebutkan oleh Paradigma Naratif dari Fisher
menangis. Banyak pula, ibu dengan baby blues (West & Turner, 2010), manusia pada dasarnya
mengalami kesulitan tidur dan tidak merasa sangat adalah mahluk pencerita. Dengan pertimbangan-
lapar. Kendati merasa tidak berdaya, perempuan pertimbangan logika yang dimiliki, manusia akan
yang memiliki Baby Blues bisa terus merawat bayi bercerita kepada manusia lainnya. Manusia pada
mereka dan bahkan untuk diri mereka sendiri. dasarnya adalah mahluk pencerita (West & Turner,
Gejala baby blues biasanya mulai di hari 2010) dengan pertimbangan-pertimbangan logika
ketiga pasca melahirkan, pada saat itu air susu ibu yang dimiliki, manusia akan bercerita kepada
mulai ada. Dan merupakan suatu kebetulan, baby manusia lainnya. Dalam paradigm naratif, logika
blues dibawa oleh perubahan hormonal dramatis: narasi dipilih dibandingkan logika tradisional yang
estrogen dan progesteron yang menurun, dan digunakan dalam argumentasi. Logika narasi, atau

2
NT 3 January 2006 Vol 102 No 1 www.nursingtimes.net
diakses 20 Agustus 2018

PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU DENGAN BABY BLUES SYNDROME DALAM PARADIGMA NARATIF
(MIA DWIANNA WIDYANINGTYAS)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 3, No. 2, April 2019, hlm 202-213 205

logika dari pemikiran logis, menyatakan bahwa logika dan pemikiran tradisional. Aspek-aspek
orang menilai kfredibilitas pembicara melalui penting dari asumsi Paradigma Naratif adalah
apakah ceritanya runtut (mempunyai kohenrensi) bahwa mereka bertolak belakang dengan
dan terdengar benar (mempunyai ketepatan). paradigma dunia rasional.
Paradigma Naratif yang dikemukakan Dengan dasar ini, bahwa ketika seorang ibu
Walter Fisher ini meyakini bahwa manusia adalah yang baru saja melahirkan tidak bercerita mengenai
seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan masalah yang dihadapinya, diduga dapat
nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan menambah tingkat stress si ibu. Oleh karena itu
dan perilaku manusia. Dengan kata lain, seseorang perlu dilakukan penelitian mengenai pengalaman
lebih dapat terbujuk oleh sebuah cerita yang bagus perempuan pasca melahirkan dengan baby blues
dibandingkan oleh sebuah argumen yang baik. syndrome dalam perspektif ilmu komunikasi.
Jadi, Fisher, menurut West dan Turner menegaskan Dengan melakukan penelitian mengenai
bahwa esensi dari sifat dasar manusia adalah pengalaman ibu dengan baby blues, dapat lebih
menceritakan kisah. memahami mengenai kondisi mereka dan dapat
Dalam perspektif Fisher, narasi mencakup mengantisipasi atau mengambil upaya pemecahan
deskripsi verbal atau nonverbal apapun dengan masalah.
urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi Penelitian mengenai pengalaman dengan
makna. Definisi Fisher sangat luas dan pararel baby blues atau kondisi depresi pasca melahirkan,
dengan apa yang dipikirkan oleh banyak orang telah dilakukan oleh beberapa professional dan
sebagai komunikasi itu sendiri. Ide dari Fisher: akademisi, khususnya yang bergerak ia bidang
Semua komunikasi adalah naratif. Ia berargumen nursing dan psikologi. Namun, penelitian yang
bahwa naratif bukan sebuah genre khusus (cerita secara khusus membahas mengenai pengalaman
dibandingkan dengan puisi misalnya), melainkan ibu dengan baby blues pasca melahirkan dan
sebuah bentuk pengaruh sosial. Bahkan, menurut ditinjau dari perspektif komunikasi, belum penulis
Fisher bahwa semua kehidupan disusun dari cerita- temukan. Kendati demikian, terdapat penelitian
cerita atau naratif. Kajian komunikasi juga yang membahas pengalaman ibu pasca melahirkan
dipengaruhi oleh minat dalam narasi. John Lucaites dilihat dari sudut pandang budaya. Penelitian
dan Celeste Condit (1985) sebagaimana dikutip tersebut telah dimuat di beberapa jurnal. Salah
West dan Turner menyatakan, “keyakinan yang satunya adalah penelitian dari Sally, dkk (Sally
berkembang bahwa naratif mewakili medium Wai-chi Chan, 2009). Penelitian yang dilakukan
universal dari kesadaran manusia.” Sally dkk ini merupakan studi komparasi yang
Fisher memperlihatkan paradigma Naratif memperbandingkan dua perempuan dari bangsa
sebagai penggabungan logika dan estetika, bahkan yang berbeda—yakni Cina dan Australia—ketika
menekankan bahwa logika naratif berbeda dari masing-masing mengalami kondisi depresi pasca

PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU DENGAN BABY BLUES SYNDROME DALAM PARADIGMA NARATIF
(MIA DWIANNA WIDYANINGTYAS)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 3, No. 2, April 2019, hlm 202-213 206

melahirkan. Sally melakukan studi pada 35 2, pengalaman ibu bahwa persepsi, pikiran, dan
perempuan Cina dan 12 perempuan Australia yang emosi nya telah menghilangkan kualitas hidupnya.
didiagnosa mengalami depresi pasca melahirkan Berbeda dengan penelitian-penelitian sejenis yang
mendapati bahwa perempuan di dua kelompok telah penulis paparkan, penelitian dilakukan untuk
tersebut merasakan kesedihan,ketakutan, dan melihat pengalaman komunikasi para perempuan
kecemasan. yang sesuai dengan pola perasaan yang mengalami syndrome ini dan membahas
depresi. Kedua kelompok perempuan juga dalam paradigma naratifAdapun tujuan dari
menyatakan keinginan untuk mendapatkan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
kembali kendali atas kehidupan mereka. Perbedaan pengalaman dan perasaan perempuan yang pernah
budaya dan penanganan kesehatan dipengaruhi mengalami Baby Blues Syndrome serta pemaknaan
makna bahwa perempuan ditugaskan sesuai dengan mereka atas syndrome ini.
pengalaman mereka dan perilaku mereka mencari
bantuan. METODE PENELITIAN
Penelitian sejenis dilakukan oleh Roseth Penelitian ini merupakan studi untuk
dan Williamso (Roseth et al., 2011). Mereka menggali pengalaman dan makna dari ibu-ibu yang
meneliti empat perempuan yang didiagnosa mengalami baby blues dari perspektif ilmu
mengalami depresi yang parah. Dalam artikel komunikasi Studi fenomenologi mendeskripsikan
mereka yang berjudul” Two Ways of Living pemaknaan umum dari sejumlah individu terhadap
through Postpartum Depression” Roseth den pengalaman hidup mereka terkait dengan konsep
Williamso menyebukan bahwa penelitian ini atau fenomena. Studi fenomenologi yang dirintis
merupakan bagian dari studi fenomenologis yang oleh Edmund Husserl adalah ilmu mengenai
lebih dalam dengan menjelajahi makna depresi sesuatu yang tampak (fenomenon). Dengan
melalui pengalaman perempuan. Semua ibu baru di demikian setiap penelitian atau setiap karya yang
setiap negara bagian Norwegia rutin datang ke membahas cara penampakan dari apa saja
dalam kontak dengan klinik kesehatan lokal di dua merupakan fenomenologi . Studi fenomenologi
minggu pasca melahirkan. Hasil penelitian Roseth mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah
dalam konstruk derajat 1 yakni: para ibu merasa individu terhadap pengalaman hidup mereka terkait
cemas, rentan dan tak berdaya di dunia yang dengan konsep atau fenomena. Para fenomenolog
berbahaya dan obstruktif. kecemasan dan memfokuskan untuk mendeskripsikan apa yang
ketidakberdayaan dalam menghadapi dunia ini sama/umum dari semua partisipan ketika mereka
terlihat melalui kegelisahan dan berat badan mengalami fenomena (J. W. Creswell, 2014: 105).
mereka. Mereka mengalami aktivitas sehari-hari Fenomenologi menjelaskan struktur kesadaran
dan merawat bayi mereka sebagai hal yang sulit dalam pengalaman manusia. Pendekatan
dan mengakibatkan stres. Dalam konstruk derajat fenomenologi berupaya membiarkan realitas

PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU DENGAN BABY BLUES SYNDROME DALAM PARADIGMA NARATIF
(MIA DWIANNA WIDYANINGTYAS)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 3, No. 2, April 2019, hlm 202-213 207

mengungkapkan dirinya sendiri secara alami. W. Creswell, 2014). Untuk mendapatkan


Melalui “pertanyaan pancingan”, subjek penelitian pengalaman sebenarnya mengenai baby blues,
dibiarkan menceritakan segala macam dimensi peneliti melakukan wawancara kepada 8 orang
pengalamannya berkaitan dengan sebuah perempuan (ibu) yang mengalami sindrom
fenomena/peristiwa. Studi fenomenologi tersebut. Sebagian besar partisipan, merupakan
berasumsi bahwa setiap individu mengalami suatu perempuan yang baru pertama kali melahirkan.
fenomena dengan segenap kesadarannya. Dengan Pemilihan partisipan penelitian dilakukan dengan
kata lain, studi fenomenologi bertujuan untuk purposive sampling dengan ketentuan bahwa
menggali kesadaran terdalam para subjek partisipan secara sadar pernah mengalami Baby
mengenai pengalamannya dalam suatu peristiwa Blues. Peneliti melakukan wawancara secara
(Creswell, 1998) langsung dengan pola pertanyaan tidak terstruktur.
Pengalaman manusia ini menurut Dalam fenomenologi, peneliti mengesampingkan
Moustakas sebagaimana dibahas J.W.Cresswell pengetahuan dan pengalaman masa lalu untuk
(2014: 105) dapat berupa fenomena, misalnya memahami fenomena pada level yang lebih (J. W.
insomnia, kesendirian, kemarahan, dukacita atau Creswell, 2014)
pengalaman operasi. Asumsi filosofis studi Untuk menganalisis data, peneliti
fenomenologi berpijak pada sebagian landasan menggunakan prosedur dari Colaizzi yang
yang sama: studi tentang pengalaman hidup dari diilustrasikan Moustakas (J. W. Creswell, 2014)
person, pandangan bahwa pengalaman bersifat sebagai berikut: mengidentifikasikan fenomena
sadar, dan pengembangan deskripsi tentang esensi yang hendak dipelajari, mengurung pengalaman
dari pengalaman ini, bukan penjelasan, atau sendiri, dan mengmpulkan data dari beberapa
analisis. orang yang mengalami fenomena tersebut. Penulis
Peneliti menggunakan metode kemudian menganalisis data tersebut dengan
fenomenologi dalam penelitian ini dengan mereduksi informasi menjadi pernyataan atau
beberapa pertimbangan: (1) fokus penelitian ini kutipan penting dan memadukan pernyataan
adalah mengenai realitas yang tampak melalui tersebut menjadi tema.
pengalaman atau kesadaran. Dalam hal ini akan Pengecekan keabsahan data perlu
menekankan pada penggambaran (deskripsi); (2) dilakukan untuk memperoleh data yang dipercaya.
Peneliti lebih bisa mengeksplorasi fenomena Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini
penelitian; (3) Peneliti dapat berinteraksi langsung akan dilakukan dengan teknik yang dijelaskan
dengan partisipan Dukes (J. W. Creswell, 2014), yaitu (1) konfirmasi
Para fenomenolog memfokuskan untuk kepada beberapa peneliti lain, terutama mereka
mendeskripsikan apa yang sama/umum dari semua yang meneliti pola-pola yang mirip, (2) verifikasi
partisipan ketika mereka mengalami fenomena.(J. data oleh pembaca naskah hasil penelitian ,

PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU DENGAN BABY BLUES SYNDROME DALAM PARADIGMA NARATIF
(MIA DWIANNA WIDYANINGTYAS)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 3, No. 2, April 2019, hlm 202-213 208

terutama dalam hal penjelasan logis dan cocok Tabel 1 Pernyataan Penting berkaitan dengan
Pengalaman Baby Blues
tidaknya dengan pembaca naskah, (3) analisis
rasional dari pengenalan spontan yakni dengan 1. Masa-masa terkelam terjadi selama 40 hari
setelah melahirkan
menjawab pertanyaan berikut ini yaitu apakah pola 2. Dihakimi sebagai ibu yang tidak bisa
penjelasan cocok dan logis? dan apakah bisa mengurus anak
3. Tidak bisa tidur
digunakan untuk pola penjelasan yang lain?, (4) 4. Tidak ada nafsu makan
peneliti menggolongkan data di bawah data yang 5. Seperti mendapat beban berat
6. Menangis tanpa sebab
sama/cocok 7. Kurang pengetahuan
Dalam penelitian mengenai “Fenomenologi 8. Bertengkar dengan suami atau mertua
9. Memukul bayi
Ibu dengan Baby Blues” ini, paradigma naratif 10. Mendapat dukungan suami
menjadi pisau analisis untuk membahas mengenai 11. Mendapat bantuan dari orang lain
12. bercerita pada orang lain
upaya –upaya mengatasi baby blues. Seperti yang 13. Berpikiran positif
14. Opini negatif dari yang menengok
dikemukakan di awal, bahwa manusia pada
dasarnya makhluk pencerita, sehingga dalam Pernyataan-pernyataan tersebut kemudian
kondisi bagaimana pun ia membutuhkan orang lain dikaji kembali. Untuk yang sama Setelah dilakukan
untuk bercerita penyaringan, maka didapat 9 deskripsi tekstural
yang kemudian disusun makna rumusannya, yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dijelaskan pada tabel 2.

Dari hasil wawancara mendalam yang Tabel 2. Pernyataan-Pernyataan Penting dari


dilakukan kepada 8 informan, peneliti Pengalaman Ibu dengan Baby Blues dan
Makna Rumusan
mendapatkan sekira 29 pernyataan penting yang
terkait dengan pertanyaan penelitian. Peneliti Pernyataan Makna Rumusan
Penting
kemudian menyarikan pernyataan-pernyataan 1. Pola tidur menjadi Baby blues
penting dari hasil wawancara tersebut sebagai unit- berantakan dan merupakah
bahkan tidak bisa realitas yang
unit makna, dan menyisihkan pernyataan yang tidur sama sekali. membuat
berulang. Selanjut dicari formulasi makna dari perubahan pola
hidup ibu
pernyataan-pernyataan pening tersebut. Peneliti 2. Kehilangan nafsu Baby blues
kemudian mengorganisasikan makna-makna ke makan menjadikan
seorang ibu tidak
dalam kelompok-kelompok tema umum. Berikut ingin makan
tabel mengenai pernyataan penting dari 3. Sering menangis Ibu yang
tanpa sebab mengalami baby
pengalaman ibu dengan baby blues , pernyataan blues emosinya
penting dari perasaan ibu dengan baby blues dan tidak stabil
4. Dihakimi sebagai Stigma ibu yang
tema yang dihasilkan. ibu yang tidak tidak trampil

PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU DENGAN BABY BLUES SYNDROME DALAM PARADIGMA NARATIF
(MIA DWIANNA WIDYANINGTYAS)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 3, No. 2, April 2019, hlm 202-213 209

bisa mengurus Pernyataan-pernyataan tersebut kemudian


anak
dikaji kembali. Untuk yang sama Setelah dilakukan
5 Bertengkar Muncul konflik
dengan suami penyaringan, maka didapat 13 deskripsi tekstural
atau anggota
yang kemudian disusun menjadi makna rumusan,
keluarga lain
6 Memukul anak Tidak dapat yang dijelaskan pada tabel 4.
karena tidakmenyalurkan
berhenti menangis emosi Tabel 4. Pernyataan-pernyataan penting
7 Menjadi masa- Bayangan mengenai perasaan ibu dengan baby blues
masa kelam yang kegagalan muncul
harus dihadapi dalam kurun No Pernyataan Makna yang
waktu serangan
baby blues Penting dirumuskan
8 Mendapat Baby blues mudah 1. Sedih Turunnya emosi ibu
dukungan dari diatasi jika ada dengan baby blues
suami atau support dari orang 2 Kecewa Ketidakmampuan
keluarga lain mengatasi masalah
9 Berpikiran positif Kemampuan 3 Lekas marah Emosi yang tidak
mengatasi stabil
4 Cemas Perubahan kehidupan
permasalahan
5 Khawatir tidak pesimistis
bisa membesarkan
Selanjutnya, tabel 3 menunjukkan anak
6 Khawatir akan Bayangan buruk masa
pengalaman sadar yang berkaitan dengan perasaan
nasib anak kelak depan
pada ibu dengan baby blues syndrome. 7 Tidak percaya diri kekurangan
pengetahuan dalam
mengurus bayi
Tabel 3. Perasaan Ibu dengan Baby Blues
Syndrome 8 Merasa sendiri/ Tidak ada perhatian
terasing dari orang lain
1. Ibu yang tidak berguna 9 Merasa tidak Perubahan peran
bebas lagi
2. Sedih
3. Kecewa 10 Semangat Kekuatan mengatasi
4. Lekas marah masalah
5. Sendirian 11 Yakin bisa optimis
6. Capek, stress mengatasi
7. Cemas 12 Capek, Stress Turunnya emosi ibu
8. Khawatir tidak dapat membesarkan dengan baby blues
anak 13 Rindu pada suami kebutuhan akan
9. Tidak percaya diri kehadiran orang lain
10. Tidak bebas lagi 14 Senang melihat Kekuatan mengatasi
11. Rindu pada suami bayi masalah
12. Tersudut
13. Semangat Deskripsi struktural pengalaman dan
14. Yakin bisa mengatasi perasaan Ibu dengan baby blues syndrome ini
15. Senang melihat wajah bayi
kemudian dianalisis, sehingga menghasilkan tema-
tema yang berkaitan dengan pemaknaan mengenai

PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU DENGAN BABY BLUES SYNDROME DALAM PARADIGMA NARATIF
(MIA DWIANNA WIDYANINGTYAS)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 3, No. 2, April 2019, hlm 202-213 210

baby blues syndrome. Adapun makna-makna yang lingkungan sekitar serta hormon pasca melahirkan,
terbentuk disajikan pada tabel 5. (5) perubahan peran merupakan perasaan-perasaan
ibu dengan baby blues yang muncul karena
Tabel 5. Makna yang terbentuk berdasarkan
perubahan peran pasca mendapatkan seorang bayi.
pengalaman dan perasaan dari Ibu dengan
Baby Blues Kesadaran adanya tuntutan sebagai seorang ibu
mnimbulkan perasaan tidak bebas lagi, terasing,
Pemaknaan Ibu atas Baby Blues Syndrome
Perub Kon Dukun Em Peruba Optim dan tidak percaya diri, dan (6) optimistik
ahan flik gan osi hana istik
merupakan perasaan yang muncul karena
Pola dari yan Peran
hidup Lingku g dorongan-dorongan dari dalam dan dari luar untuk
dan ngan tida dapat mengatasi masalah baby blues ini.
Perila k
ku stab Penelitian ini merupakan studi untuk
il
menggali pengalaman dan makna dari ibu-ibu yang
Deskripsi dari pemaknaan Ibu atas baby mengalami baby blues dari perspektif ilmu
blues syndrome adalah sebagai berikut (1) komunikasi. Berkaitan dengan hal tersebut,
perubahan Perilaku dan Pola Hidup merupakan penelitian ini menggunakan dua teori sebagai pisau
perubahan yang terjadi di dalam diri ibu yang analisis, yakni paradigma naratif dan teori interaksi
mengalami baby blues pasca melahirkan, dengan simbolik.
bentuk-bentuk: pola tidur yang berantakan, Baby blues merupakan suatu kondisi yang
kehilangan nafsu makan, dan sering menangis dapat dialami para perempuan pasca melahirkan,
tanpa sebab; (2) konflik merupakan hal yang dengan tidak memandang profesi, ras, atau bahkan
dialami oleh ibu dengan baby blues, karena usia. Kendati seorang perempuan telah mempunyai
benturan-benturan ketika berinteraksi dengan pengetahuan mengenai baby blues, namun
lingkungan sekitar, (3) dukungan lingkungan perasaan-perasaan yang muncul akibat baby blues
merupakan pengalaman-penglaman yang diperoleh ini tidak dapat dihindari. Kalaupun si ibu “siap” itu
ibu dengan baby blues ketika berinteraksi dengan hanya mengurangi tingkat “stress’ akibat baby
lingkungannya, yakni ketika mendapat dukungan blues ini. Dalam studi ini, para ibu dengan
dari suami atau keluarga, bertemu dengan orang pengalaman baby blues hampir seluruhnya
lain yang bercerita hal-hal yang mengembirakan, mengalami perubahan pola hidup dan perilaku,
dan pikiran –pikiran positif dari dalam maupun luar ketidakstabilan emosi. Sejalan dengan penelitian
diri, (4) emosi yang berlebihan merupakan Sally, dkk yang menjelaskan bahwa perempuan
perasaan-perasaanl dari diri ibu dengan baby blues dalam hal ini bangsa Cina dan Australia yang
dan muncul dalam bentuk tertentu seperti sedih, merasakan kesedihan, ketakutan, dan kecemasan.
cemas, stress, kecewa, dan lain-lain, sebagai akibat yang sesuai dengan pola perasaan depresi pasca
mitos, anggapan-anggapan masyarakat, melahirkan.

PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU DENGAN BABY BLUES SYNDROME DALAM PARADIGMA NARATIF
(MIA DWIANNA WIDYANINGTYAS)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 3, No. 2, April 2019, hlm 202-213 211

Perasaan-perasaan tersebut muncul karena dikandung komponen-komponen lingkungan


kesadaran akan perubahan peran menjadi ibu. Para tersebut bagi mereka. Ketika mereka menghadapi
ibu ini memaknai baby blues ini sebagai sebuah hal suatu situasi, respons mereka tidak bersifat
yang wajar dan memang harus dialami oleh mekanis, tidak pula ditentukan oleh faktor-faktor
seorang ibu . Seperti kata AA: eksternal; individulah yang dipandang aktif untuk
menentukan lingkungan mereka sendiri. Premis
“Nah, inilah mungkin yang disebut baby blues
kedua interaksionisme simbolik seperti dijelaskan
syndrome seperti yang pernah saya baca dalam
teori.” (Kutipan wawancara dengan AA, Juli oleh Mulyana bahwa makna adalah produk
2018)
interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat
Reaksi-reaksi yang muncul dari seorang ibu pada obyek , melainkan dinegosiasikan melalui
akibat baby blues ini juga tidak lepas dari pengaruh penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan
unsur lingkungan, antara lain mitos-mitos yang karena manusia mampu menamai segala sesuatu ,
terbentuk di masyarakat. Seperti salah satu bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa,
partisipan yang mengatakan : namun juga gagasan yang abstrak. Melalui
penggunaan symbol itulah manusia dapat berbagi
“Di tradisi Jawa, sebelum selapan ibu yang pengalaman dan pengetahuan tentang dunia.
habis melahirkan dilarang tidur siang, karena
Salah satu respon awal ketika seorang ibu
bisa bikin darah putih naik, dan bikin si ibu yg
abis melahirkan ini pucat“ menyadari dia mengalami baby blues adalah mulai
mencari cara untuk mengatasi hal ini. Beberapa
Seperti yang dijelaskan oleh Mead dalam
responden menyadari bahwa cara untuk mengatasi
Mulyana (2013) bahwa makna adalah produk
masalah ini adalah dengan berkonsultasi dengan
interaksi sosial, karena itu makna tidak melekat
ahli atau berbicara kepada orang terdekat
pada obyek, melainkan dinegosiasikan melalui
mengenai perasaan-perasaan yang muncul akibat
penggunaan Bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan
baby blues ini. Sebagian responden mengatakan hal
karena manusia mampu menamai segala sesuatu ,
tersebut. Salah satunya menyatakan sebagai
bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa,
berikut:
namun juga gagasan yang abstrak. Akan tetapi,
“Jangan pendam sendiri. Bicara dengan
nama atau symbol yang digunakan untuk menandai suami, orang tua, adik ataupun sahabat bisa
mengurangi tingkat keparahan baby blues.
objek, tindakan, peristiwa, atau gagasan itu bersifat
Terutama kepada suami” (Hasil wawancara
arbitrer (sembarang). Mulyana (2013) menjelaskan dengan RS , Juli 2018)
bahwa interaksionisme simbolik didasarkan
Hal ini menegasan bahwa esensi dari sifat
premis-premis: pertama individu merespons suatu
dasar manusia adalah menceritakan kisah. Dalam
situasi simbolik. Mereka merespons lingkungan
perspektif Fisher, narasi (narration) mencakup
termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial
deskripsi verbal atau nonverbal apapun dengan
(perilaku manusia) berdasarkan makna yang

PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU DENGAN BABY BLUES SYNDROME DALAM PARADIGMA NARATIF
(MIA DWIANNA WIDYANINGTYAS)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 3, No. 2, April 2019, hlm 202-213 212

urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi sebuah bentuk pengaruh sosial. Bahkan, menurut
makna. Hal ini dapat dihubungkan dengan esensi Fisher bahwa semua kehidupan disusun dari cerita-
manusia sebagai mahluk pencerita seperti asumsi cerita atau naratif.
Fisher dari Manusia pada dasarnya adalah mahluk Kajian komunikasi juga dipengaruhi oleh
pencerita (West & Turner, 2010) dengan minat dalam narasi. John Lucaites dan Celeste
pertimbangan-pertimbangan logika yang dimiliki, Condit (1985) sebagaimana dikutip West dan
manusia akan bercerita kepada manusia lainnya. Turner menyatakan, “keyakinan yang berkembang
Dalam paradigm naratif, logika narasi bahwa naratif mewakili medium universal dari
dipilih dibandingkan logika tradisional yang kesadaran manusia.”
digunakan dalam argumentasi. Logika narasi, atau Fisher memperlihatkan paradigma Naratif sebagai
logika dari pemikiran logis, menyatakan bahwa penggabungan logika dan estetika, bahkan
orang menilai kfredibilitas pembicara melalui menekankan bahwa logika naratif berbeda dari
apakah ceritanya runtut (mempunyai kohenrensi) logika dan pemikiran tradisional. Aspek-aspek
dan terdengar benar (mempunyai ketepatan) (West penting dari asumsi Paradigma Naratif adalah
& Turner, 2010) bahwa mereka bertolak belakang dengan
Paradigma naratif yang dikemukakan paradigma dunia rasional.
Walter Fisher ini meyakini bahwa manusia adalah Alternatif pemecahan masalah dengan
seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan bercerita, merupakan salah satu esensi dari tujuan
nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan komunikasi.Selain berbicara dengan orang
dan perilaku manusia. Dengan kata lain, seseorang terdekat, bertemu dengan orang lain dalam kondisi
lebih dapat terbujuk oleh sebuah cerita yang bagus yang berbeda dapat menjadi alternatif mengurangi
dibandingkan oleh sebuah argumen yang baik. perasaan buruk yang muncul akibat baby blues
Jadi, Fisher, menurut West dan Turner menegaskan syndrome. Seperti disampaikan IPS, salah satu
bahwa esensi dari sifat dasar manusia adalah partisipan:
menceritakan kisah. Bertemu dengan banyak orang. Bertemu
dengan banyak orang membuat fikiran kita
Dalam perspektif Fisher, narasi mencakup
tidak akan berfokus pada diri kita sendiri.
deskripsi verbal atau nonverbal apapun dengan Akan banyak informasi, Canda yang
menghibur, juga tuntutan untuk selalu
urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi
tersenyum, yang mengurangi baby blues
makna. Definisi Fisher sangat luas dan pararel yang kita rasakan. (Hasil wawancara
dengan IPS , Juli 2018)
dengan apa yang dipikirkan oleh banyak orang
sebagai komunikasi itu sendiri. Ide dari Fisher:
Dengan demikian, faktor komunikasi membantu
Semua komunikasi adalah naratif. Ia berargumen
mengatasi permasalahan-permasalahan Ibu yang
bahwa naratif bukan sebuah genre khusus (cerita
mengalami baby blues.
dibandingkan dengan puisi misalnya), melainkan

PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU DENGAN BABY BLUES SYNDROME DALAM PARADIGMA NARATIF
(MIA DWIANNA WIDYANINGTYAS)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 3, No. 2, April 2019, hlm 202-213 213

SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Baby blues merupakan pengalaman sadar A. Wittkowski, A. Z., S. Glendenningc and J.R.E.
Fox. (2011). The experience of postnatal
para perempuan pasca melahirkan yang disebabkan
depression in South Asian mothers. Journal
faktor hormonal dan perubahan lingkungan of Reproductive and Infant Psychology Vol.
29, No. 5,, 480–492.
keluarga akibat adanya anggota baru. Dukungan
lingkungan dalam hal ini anggota keluarga yang Creswell. (1998). Qualitative Inquiry: Choosing
Among Five Tradtions. Sage Publications.
dapat menjadi pendengar dan memahami
Sage Publications.
perempuan dengan baby blues, menjadikan baby
Creswell, J. W. (2014). Penelitian Kualitatif &
blues sebagai pengalaman yang wajar dialami oleh
Desain Riset Memilih diantara Lima
Ibu Pasca melahirkan. Namun, bila tidak diatasi Pendekatan edisi 3. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
dapat menjadi sebuah pengalaman buruk yang
menimbulkan depresi. Dalfen, A. (2009). When Baby Brings the Blues
Solutions for Postpartum Depresssion.
Perempuan yang mengalami baby blues
Canada: John Wiley & Sons Canada, Ltd.
sering merasakan kesedihan, kecemasan, perasaan
Mulyana, D. (2013). Metodologi Penelitian
tidak dihargai, serta sering memendam perasaan
Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
karena kekhawatiran akan stigma-stigma dari Komunikasi dan Ilmu Sosial Bandung
Remaja Rosdakarya.
orang sekitar. Padahal memendam perasaan dapat
memperparah kondisi perempuan pasca Roseth, I., Binder, P. E., & Malt, U. F. (2011). Two
ways of living through postpartum
melahirkan. Manusia pada dasarnya adalah
depression. J. Phenomenol. Psychol.
makhluk pencerita, sehingga dalam kondisi Journal of Phenomenological Psychology,
42(2), 174-194.
bagaimana pun ia membutuhkan orang lain untuk
bercerita. Sally Wai-chi Chan, R., BSc, MSc, PhD, Victoria
Williamson, RN, BA Hons, MSocSc, PhD,.
Penelitian mengenai perempuan dengan
(2009). A Comparative Study of the
baby blues syndrome ini menghasilkan konstruksi Experiences of a Group of Hong Kong
Chinese and Australian Women Diagnosed
makna mengenai baby blues syndrome. Makna-
With Postnatal Depression. Perspectives in
makna yang muncul dari perempuan dengan baby Psychiatric Care Vol. 45, No. 2, April 2009,
108 -118.
blues syndrome ini dipengaruhi oleh lingkungan
sosial dan hasil komunikasi dengan orang-orang
West, R., & Turner, L. H. (2010). Introducing
terdekat. Mitos yang mengelilingi perempuan Communication Theory , Analysis and
pasca melahirkan membuat pemaknaan yang lain Application. New York: McGraw Hill
Education.
mengenai baby blues ini.

PENGALAMAN KOMUNIKASI IBU DENGAN BABY BLUES SYNDROME DALAM PARADIGMA NARATIF
(MIA DWIANNA WIDYANINGTYAS)

Anda mungkin juga menyukai