04084821820019
Laser-laser utama yang digunakan dalam terapi oftalmologi adalah laser termal;
pigmen jaringan menyerap sinar laser dan mengubahnya menjadi panas sehingga terjadi
peningkatan suhu jaringan sasaran yang cukup untuk menyebabkan koagulasi dan
denaturasi komponen-komponen selular.2,3
1
APLIKASI TERAPI SINAR LASER PADA PENYAKIT RETINA
Beberapa penyakit retina di bawah ini adalah penyakit retina yang sering
dilakukan aplikasi terapi sinar laser, penyakit-penyakit itu adalah sebagai berikut:
a. Retinopati Diabetik
2
Fotokoagulasi laser kemungkinan bahaya pada mata dan kulit karena radiasi laser
bergantung pada panjang gelombang (wavelength), lama penyinaran (exposure duration),
dan kondisi yang nampak (viewing conditions).2
Untuk kasus neovaskularisasi iris dan retina, terapi yang paling baik saat ini
adalah fotokoagulasi panretina (PRP), yang biasanya mencakup seluruh retina, kecuali
daerah di dalam jalur-jalur vaskular temporal, dengan bakaran berdiameter 200-500 µm
terpisah sejarak 0,5-1 kali diameter bakaran. PRP memerlukan sedikitnya 2000-6000 kali
bakaran atau lebih, biasanya diberikan dalam dua sesi atau lebih dengan selang waktu 1-2
minggu. Kadang-kadang diperlukan anestesi retrobulbar, peribulbar, atau sub-Tenon,
terutama bila daerah-daerah retina harus dilaser ulang akibat neovaskularisasi yang
berulang atau sulit ditangani.2,3
3
bertambahnya edema. Penyuntikan steroid (Triamcinolone) intraviteral dapat mencegah
edema makula pantulan (rebound) setelah PRP.2,3
Oklusi vena retina sentralis menimbulkan gambaran fundus klasik berupa edema
diskus, dilatasi vena yang mencolok, dan perdarahan retina yang hampir konfluens.
Walaupun perubahan-perubahan ini dapat berkembang menjadi neovaskularisasi retina,
perdarahan vitreus dan fibrosis, komplikasi yang lebih umum adalah terjadinya rubeosis
iridis dengan glaukoma neovaskular. Apabila angiografi flouresens memperlihatkan
iskemia retina yang parah, kemungkinan terjadinya komplikasi ini adalah sekitar 60%.
PRP profilaksis paling efektif dilakukan setelah ada neovaskularisasi iris, tetapi sebelum
glaukoma neovaskular terjadi.2
Kelainan ini bervariasi dari daerah-daerah kongesti dan perdarahan vena lokal
yang kecil sampai kelainan hemiretina akibat trombosis bagian superior dan inferior vena
retina sentralis. Penyulit utama adalah edema makula kronik (dengan atau tanpa eksudat)
dan neovaskularisasi retina yang diikuti oleh perdarahan korpus vitreus dan pelepasan
retina akibat traksi. Fotokoagulasi profilaktik pada retina yang iskemik, apabila luasnya
melebihi lima kali garis tengah diskus berdasarkan angiografi floureseins, menurunkan
kemungkinan neovaskularisasi. Apabila telah terjadi neovaskularisasi yang cukup luas,
maka akan harus segera dilakukan terapi laser sebelum terjadi perdarahan vitreus yang
menghambat akses sinar laser ke pembuluh yang mengalami perdarahan. Laser kripton
merah lebih dianjurkan apabila terdapat perdarahan retina. Fotokoagulasi laser argon
fokal dan grid-pattern digunakan untuk mengobati edema makula dan eksudat dengan
mengobliterasi daerah-daerah kebocoran di retina seperti yang diperlihatkan oleh
angiografi floureseins.2
d. Degenerasi Makula
Membran Bruch membentuk suatu lapisan sawar antara epitel pigmen retina dan
koriokapilaris, yang merupakan lapisan kapiler koroid. Apabila membran Bruch
4
mengalami kerusakan, neovaskular koroid dapat tumbuh di sepanjang celah di bawah
epitel pigmen retina, mula-mula menyebabkan pelepasan epitel pigmen eksudatif disertai
distorsi dan edema retina di atasnya, dan kemudian menyebabkan perdarahan dan fibrosis
disertai destruksi fungsi retina di bagian tersebut. Makula sering cenderung mengalami
kerusakan di membran Bruch dan neovaskularisasi koroid walaupun kedua kejadian
tersebut dapat terjadi di daerah retina manapun. Penyebab tersering adalah terjadinya
degenerasi makula terkait usia, yang berawal dari endapan-endapan kuning asimtomatik
di makula (drusen). Seiring dengan bertambahnya usia, tampak atropi dan penggumpalan
epitel pigmen retina; akhirnya, timbul kerusakan membran Bruch, yang mendahului
terjadinya neovaskularisasi koroid, fibrosis, dan hilangnya penglihatan sentral.2
a. Zona I, pada setiap stadium ROP dengan penyakit penyerta (plus disease)
b. Zona II, di stadium 3 ROP tanpa penyakit penyerta
c. Zona II, di stadium 2 atau 3 dengan penyakit penyerta
5
Kriteria APROP secara prakteknya sangat sulit untuk diterapkan. Dibutuhkan
kejelian dari para dokter mata untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan dini pada
retina prematur, sehingga hal ini juga membuat sulit untuk mendeteksi kapan untuk
dilakukan terapi laser. Namun para ophthalmologist ditekankan jika menemukan tanda
ROP seperti brush-like brunches of vessels, pembuluh darah circumferential, pembuluh
darah shunting, perdarahan kecil retina, pembuluh darah dilatasi dan berkelok-kelok
(tortuosity), narrow demarcation line dan Argon green laser photocoagulation melalui
oftalmoskop indirek portabel dengan lensa 20 atau 28 diopter adalah alat yang paling
baik digunakan pada penatalaksanaan APROP ini.1,5,6
Terapi fotokoagulasi laser dalam jumlah besar dapat memberikan efek samping
rasa sakit dan mual, penurunan tajam penglihatan, kesulitan memfokuskan mata,
penyempitan lapang pandang dan kesulitan melihat pada malam hari. Umumnya efek
samping ini akan berkurang setelah beberapa waktu.7
6
Daftar Pustaka
1. Mugit MMK, Marcellino GR. Gray JCB, et al. Pain responses of PASCAL 20 ms multi-
spot and 100 ms single-spot panretinal photocoagulation: Manchester PASCAL Study,
MAPASS Report 2, BR J Ophthalmol 2010; 94: 1493-8.
2. American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science Source: Retina and
Vitreous, Section 12. 2014. SA, California.
3. Boesoirie SF. Keberhasilan terapi fotokoagulasi laser pada pasien retinopati diabetik di
rumah sakit mata cicendo Bandung periode januari-desember 2004.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp/content/uploads/2009/10/keberhasilan_terapi_fotokoagulas
i_laser.pdf (accessed October 12, 2013).
4. American Academy of Ophthalmology: Clinical Optics. Physical Optics. Chapter 1.
BCSC. 2004 - 2005. Page 3-24.
5. An International Comittee for The Clasification of Retinopathy of Prematurity Revisited.
Arch Ophthalmol, 2005, 123:991-999: Clinical Evaluation. Chapter 3. 2014-2015. Page
46-71.
6. Early Treatment for Retinopathy of Prematurity Cooperative Group: Revised Indication
for The Treatment of Retinopathy of Prematurity. Arch Ophthalmol, 2003, 121:1684-
1696.
7. Simpson, Emily Dr. 2012. The Basic Principles of Laser Technology, Uses and Safety
Measures in Anaesthesia. Southend University Hospital NHS Foundation Trust, UK.