Anda di halaman 1dari 7

Devi Kartikasari

04084821820019

APLIKASI FOTOKOAGULASI LASER ARGON

a. Fotokoagulasi laser Argon

Fotokoagulasi adalah sebuah proses dimana panas yang dihasilkan oleh


penyerapan sinar laser dan dapat memberikan efek denaturasi protein. Jaringan
berpigmen menyerap cahaya dan mengubahnya menjadi panas, yang menggumpalkan
jaringan dan jaringan yang berdekatan.1,2,3

Laser-laser utama yang digunakan dalam terapi oftalmologi adalah laser termal;
pigmen jaringan menyerap sinar laser dan mengubahnya menjadi panas sehingga terjadi
peningkatan suhu jaringan sasaran yang cukup untuk menyebabkan koagulasi dan
denaturasi komponen-komponen selular.2,3

Laser-laser ini digunakan untuk fotokoagulasi retina; untuk pengobatan retinopati


diabetik, oklusi vena-vena retina, dan retinopati prematuritas; untuk menutup lubang-
lubang retina; untuk fotokoagulasi anyaman-anyaman trabekular, iris dan corpus cillare
dalam terapi glaukoma; dan untuk tumor-tumor intraokular baik jinak, maupun ganas.2,4

Laser-laser fotokoagulator tersebut bekerja dalammode kontinu dan mode pulsasi


yang sangat cepat (termal). Laser argon hijau merupakan andalan golongan ini. lainnya
adalah laser kripton merah; laser dioda solid state, yang menghasilkan panjang
gelombang yang mendekati inframerah; tunable dye laser, yang menghasilkan panjang
gelombang dari hijau sampai merah; frequency-doubled Nd: YAG laser, yang
menghasilkan sinar hijau; dan termal mode Nd: YAG laser, yang menghasilkan sinar
inframerah. Karena sinar laser bersifat monokromatik, dapat terjadi penyerapan selektif –
panjang gelombang tertentu oleh jaringan tertentu, sementara jaringan di sekitarnmya
tidak terganggu. Penyerapan sinar laser oleh jaringan tertentu dapat ditingkatkan dengan
penyuntikan intravena zat-zat warna penyerap, misalnya flouresein untuk laser
bergelombang pendek atau hijau indosianin untuk laser bergelombang panjang.2,4

1
APLIKASI TERAPI SINAR LASER PADA PENYAKIT RETINA

Beberapa penyakit retina di bawah ini adalah penyakit retina yang sering
dilakukan aplikasi terapi sinar laser, penyakit-penyakit itu adalah sebagai berikut:

a. Retinopati Diabetik

Retinopati diabetik adalah suatu kelainan vaskular yang didapatkan pada


penderita diabetes mellitus tipe 1 dan 2 setelah 10 – 15 tahun. Gambaran klinis awal
penyakit ini adalah mikroaneurisma dan perdarahan retina. Pada keadaan yang lebih
lanjut, kelainan ini dapat ditandai dengan pertumbuhan abnormal pembuluh darah
retina yang disebabkan oleh iskemia retina.2

Retinopati diabetik mengenai sebagian besar pasien diabetes melitus.


Retinopati nonproliferatif terdiri dari perdarahan intraretina serta preretina, eksudasi,
edema, penebalan kapiler retina dan mikroaneurisma. Retinopati proliferative
merupakan proses neovaskularisasi dan fibrosis pada retina dengan kecenderungan yang
tinggi untuk menimbulkan kebutaan. 2

Pada retinopati diabetik nonproliferatif, penglihatan dapat terganggu oleh edema


makula dan eksudat yang terbentuk akibat rusaknya sawar retina-darah bagian dalam di
tingkat endotel kapiler retina. Banyak pasien yang telah mengidap diabetes melitus akan
mengalami obliterasi difus mikrosirkulasi retina secara bertahap, terutama kapiler,
sehingga terjadi iskemia retina generalisata. Keadaan iskemik ini mendorong terjadinya
neovaskularisasi retina dan iris, yang diperantarai sebagian oleh faktor-faktor
vasoproliferatif yang dikeluarkan oleh retina iskemik untuk berdifusi ke dalam cairan
mata. Neovaskularisasi retina yang tidak diterapi menyebabkan perdarahan vitreus dan
ablasio retina traksional.2

2
Fotokoagulasi laser kemungkinan bahaya pada mata dan kulit karena radiasi laser
bergantung pada panjang gelombang (wavelength), lama penyinaran (exposure duration),
dan kondisi yang nampak (viewing conditions).2

Makulopati diabetik (edema makula) diterapi dengan fotokoagulasi laser fokal


atau grid-pattern yang terutama bekerja dengan cara meningkatkan fungsi epitel pigmen
retina. Konsep dasar berupa penutupan langsung mikroaneurisma dengan sinar laser
kurang mendapat dukungan ilmiah. Dibuat bakaran berdiameter 50-100 µm tanpa
mengenai daerah avaskular fovea yang berdiameter sekitar 500 µm. Daerah-daerah
kebocoran yang akan diterapi dapat diidentifikasi dengan angiografi flouresein atau
melalui pemeriksaan klinis. Intensitas bakaran tergantung dari kekuatan laser yang
dipakai. Dengan laser yang gelombangnya lebih pendek (hijau atau kuning), dilakukan
hingga terjadi sedikit perubahan warna. Dengan laser yang gelombangnya lebih panjang
(dioda), bakaran yang dihasilkan harus nyaris tak terlihat. Laser dioda dapat diprogram
untuk mengirimkan pulsasi energi laser yang sangat pendek. Setiap pulsasi terdiri atas
mode “hidup (on)” yang singkat, untuk menyalurkan energi; dan mode “mati (off)” yang
lebih lama sehingga memberikan kesempatan pada jaringan sasaran untuk mendingin.
Untuk makulopati diabetik, terapi mikropulsasi sama efektifnya dengan laser hijau. Pada
kebanyakan kasus tidak ada jaringan parut yang terlihat, membuat terapi ini semakin sulit
dikerjakan. Secara teori, daerah-daerah yang dirusak laser cenderung menurun
progresivitas perluasannya, tetapi hal ini masih harus dipastikan.2

Untuk kasus neovaskularisasi iris dan retina, terapi yang paling baik saat ini
adalah fotokoagulasi panretina (PRP), yang biasanya mencakup seluruh retina, kecuali
daerah di dalam jalur-jalur vaskular temporal, dengan bakaran berdiameter 200-500 µm
terpisah sejarak 0,5-1 kali diameter bakaran. PRP memerlukan sedikitnya 2000-6000 kali
bakaran atau lebih, biasanya diberikan dalam dua sesi atau lebih dengan selang waktu 1-2
minggu. Kadang-kadang diperlukan anestesi retrobulbar, peribulbar, atau sub-Tenon,
terutama bila daerah-daerah retina harus dilaser ulang akibat neovaskularisasi yang
berulang atau sulit ditangani.2,3

Apabila terdapat edema makula yang cukup besar, biasanya dilakukan


fotokoagulasi makula fokal sebelum atau bersama dengan PRP untuk menghindari

3
bertambahnya edema. Penyuntikan steroid (Triamcinolone) intraviteral dapat mencegah
edema makula pantulan (rebound) setelah PRP.2,3

b. Oklusi Vena Retina Sentralis

Oklusi vena retina sentralis menimbulkan gambaran fundus klasik berupa edema
diskus, dilatasi vena yang mencolok, dan perdarahan retina yang hampir konfluens.
Walaupun perubahan-perubahan ini dapat berkembang menjadi neovaskularisasi retina,
perdarahan vitreus dan fibrosis, komplikasi yang lebih umum adalah terjadinya rubeosis
iridis dengan glaukoma neovaskular. Apabila angiografi flouresens memperlihatkan
iskemia retina yang parah, kemungkinan terjadinya komplikasi ini adalah sekitar 60%.
PRP profilaksis paling efektif dilakukan setelah ada neovaskularisasi iris, tetapi sebelum
glaukoma neovaskular terjadi.2

c. Oklusi Cabang Vena Retina Sentralis

Kelainan ini bervariasi dari daerah-daerah kongesti dan perdarahan vena lokal
yang kecil sampai kelainan hemiretina akibat trombosis bagian superior dan inferior vena
retina sentralis. Penyulit utama adalah edema makula kronik (dengan atau tanpa eksudat)
dan neovaskularisasi retina yang diikuti oleh perdarahan korpus vitreus dan pelepasan
retina akibat traksi. Fotokoagulasi profilaktik pada retina yang iskemik, apabila luasnya
melebihi lima kali garis tengah diskus berdasarkan angiografi floureseins, menurunkan
kemungkinan neovaskularisasi. Apabila telah terjadi neovaskularisasi yang cukup luas,
maka akan harus segera dilakukan terapi laser sebelum terjadi perdarahan vitreus yang
menghambat akses sinar laser ke pembuluh yang mengalami perdarahan. Laser kripton
merah lebih dianjurkan apabila terdapat perdarahan retina. Fotokoagulasi laser argon
fokal dan grid-pattern digunakan untuk mengobati edema makula dan eksudat dengan
mengobliterasi daerah-daerah kebocoran di retina seperti yang diperlihatkan oleh
angiografi floureseins.2

d. Degenerasi Makula

Membran Bruch membentuk suatu lapisan sawar antara epitel pigmen retina dan
koriokapilaris, yang merupakan lapisan kapiler koroid. Apabila membran Bruch

4
mengalami kerusakan, neovaskular koroid dapat tumbuh di sepanjang celah di bawah
epitel pigmen retina, mula-mula menyebabkan pelepasan epitel pigmen eksudatif disertai
distorsi dan edema retina di atasnya, dan kemudian menyebabkan perdarahan dan fibrosis
disertai destruksi fungsi retina di bagian tersebut. Makula sering cenderung mengalami
kerusakan di membran Bruch dan neovaskularisasi koroid walaupun kedua kejadian
tersebut dapat terjadi di daerah retina manapun. Penyebab tersering adalah terjadinya
degenerasi makula terkait usia, yang berawal dari endapan-endapan kuning asimtomatik
di makula (drusen). Seiring dengan bertambahnya usia, tampak atropi dan penggumpalan
epitel pigmen retina; akhirnya, timbul kerusakan membran Bruch, yang mendahului
terjadinya neovaskularisasi koroid, fibrosis, dan hilangnya penglihatan sentral.2

Apabila neovaskularisasi koroid terletak jauh dari fovea sentralis, jaringan


tersebut dapat dihancurkan dengan fotokoagulasi laser yang dilakukan secara berhati-hati
untuk mempertahankan penglihatan sentral. Xantofil di makula menyerap sinar biru
dengan kuat, menyerap sinar hijau dengan lemah dan tidak menyerap sinar kuning,
oranye, atau merah.2

e. Retinopathy of Premarturity (ROP)

Laser fotokoagulasi adalah terapi gold standard untuk mencegah progresifitas


ROP menjadi tractional retinal detachment. Pada tahun 2003, the early treatment for
retinopathy of prematurity (ETROP) menerapkan bahwa pada fase pretreshold ROP
sudah harus dilakukan indikasi terapi laser. ETROP menerapkan bahwa kriteria
pretreshold ROP yang harus segera diterapi adalah :5,6

a. Zona I, pada setiap stadium ROP dengan penyakit penyerta (plus disease)
b. Zona II, di stadium 3 ROP tanpa penyakit penyerta
c. Zona II, di stadium 2 atau 3 dengan penyakit penyerta

Namun pada tahun 2005, Committe for International Classification of ROP


menerapkan cara terbaru dalam penanganan terapi pada ROP. Cara ini disebut dengan
Aggresive Posterior ROP (APROP). ETROP dianggap sangat lamban dalam penanganan
kasus ROP dikarenakan ada 12 % dari kasus ROP dengan metode penatalaksanaan
ETROP menjadi tractional retinal detachment.5,6

5
Kriteria APROP secara prakteknya sangat sulit untuk diterapkan. Dibutuhkan
kejelian dari para dokter mata untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan dini pada
retina prematur, sehingga hal ini juga membuat sulit untuk mendeteksi kapan untuk
dilakukan terapi laser. Namun para ophthalmologist ditekankan jika menemukan tanda
ROP seperti brush-like brunches of vessels, pembuluh darah circumferential, pembuluh
darah shunting, perdarahan kecil retina, pembuluh darah dilatasi dan berkelok-kelok
(tortuosity), narrow demarcation line dan Argon green laser photocoagulation melalui
oftalmoskop indirek portabel dengan lensa 20 atau 28 diopter adalah alat yang paling
baik digunakan pada penatalaksanaan APROP ini.1,5,6

Efek Samping Sinar Laser

Terapi laser dapat memberikan efek samping terbakarnya makula, pembentukan


jaringan ikat pada retina, perdarahan pada retina dan cairan bola mata, pembengkakan
makula, pembentukan pembuluh darah koroid yang tidak normal, lepasnya retina dari
dasar (ablasio retina) yang bersifat serous. Hal ini semua dapat menurunkan tajam
penglihatan.7

Terapi fotokoagulasi laser dalam jumlah besar dapat memberikan efek samping
rasa sakit dan mual, penurunan tajam penglihatan, kesulitan memfokuskan mata,
penyempitan lapang pandang dan kesulitan melihat pada malam hari. Umumnya efek
samping ini akan berkurang setelah beberapa waktu.7

6
Daftar Pustaka

1. Mugit MMK, Marcellino GR. Gray JCB, et al. Pain responses of PASCAL 20 ms multi-
spot and 100 ms single-spot panretinal photocoagulation: Manchester PASCAL Study,
MAPASS Report 2, BR J Ophthalmol 2010; 94: 1493-8.

2. American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science Source: Retina and
Vitreous, Section 12. 2014. SA, California.
3. Boesoirie SF. Keberhasilan terapi fotokoagulasi laser pada pasien retinopati diabetik di
rumah sakit mata cicendo Bandung periode januari-desember 2004.
http://pustaka.unpad.ac.id/wp/content/uploads/2009/10/keberhasilan_terapi_fotokoagulas
i_laser.pdf (accessed October 12, 2013).
4. American Academy of Ophthalmology: Clinical Optics. Physical Optics. Chapter 1.
BCSC. 2004 - 2005. Page 3-24.
5. An International Comittee for The Clasification of Retinopathy of Prematurity Revisited.
Arch Ophthalmol, 2005, 123:991-999: Clinical Evaluation. Chapter 3. 2014-2015. Page
46-71.
6. Early Treatment for Retinopathy of Prematurity Cooperative Group: Revised Indication
for The Treatment of Retinopathy of Prematurity. Arch Ophthalmol, 2003, 121:1684-
1696.
7. Simpson, Emily Dr. 2012. The Basic Principles of Laser Technology, Uses and Safety
Measures in Anaesthesia. Southend University Hospital NHS Foundation Trust, UK.

Anda mungkin juga menyukai