Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya, seperti pembusukan, fermentasi, reaksi
penggaraman atau penetralan, reaksi hidrolisis, reaksi reaksi / oksidasi atau reaksi reduksi. Pada bab ini
akan dibahas reaksi redoks yaitu reaksi reduksi dan oksidasi, bilangan oksidasi, oksidator, reduktor, dan
reaksi autoredoks.
A. Konsep Redoks
Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam berkarat, pembuatan besi dari bijih besi,
penyepuhan logam, arus listrik pada baterai atau aki, buah masak, buah busuk, mercon meledak,
kembang api dibakar, dan lain sebagainya. Perkaratan pada logam, pembakaran, pembusukan oleh
mikroba, fotosintesis pada tumbuhan, dan evolusi di dalam tubuh merupakan contoh-contoh reaksi
oksidasi dan reduksi.
Konsep reaksi oksidasi dan reduksi pengembangan dari masa ke depan sesuai dengan konsep yang
disetujui. Pada mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari penggabungan dan pelepasan
oksigen. Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi penggabungan / pengikatan suatu zat dengan
oksigen. Reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat yang disebut reaksi reduksi.
Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2. Demikian pula dengan Fe, Cu, S, dan SO2 secara
berturut-turut menjadi Fe2O3, CuO, SO2, dan SO3 setelah mengikat oksigen. Jadi, C, Fe, Cu, S, dan SO2
telah memperbaiki reaksi oksidasi.
Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al ganti oksidasi. Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk
Fe. Jadi, Fe2O3 memperbaiki reduksi. Pada reaksi ini terjadi reaksi oksidasi dan terjadi berulang, reaksi
seperti ini disebut reaksi redoks.
Pada reaksi Na + s (s) èNa2S (s) tidak memerlukan gas oksigen, maka konsep redoks berdasarkan
pengikatan dan pelepasan oksigen tidak dapat digunakan. Konsep redoks berkembang, bukan lagi
pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan elektron. Reaksi oksidasi adalah
reaksi pelepasan elektron. Contohnya pada pembentukan ion Na +.
Reaksi reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi. Contohnya pada pembentukan ion S2–.
S + 2 e– èS2– (aq)
Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan reduksi terjadi bersama-sama.
2 Na + s + s èNa2S
Reaksi atas dapat ditulis menjadi 2 mabuk yaitu:
Pada reaksi di atas Na memperbaiki reaksi dan menyebabkan S tereduksi. Zat seperti Na ini disebut
reduktor. Sementara S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi, dan dia sendiri yang
menyebabkan reaksi reduksi.
Sebelum membahas konsep redoks tentang kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada yang harus
kamu pelajari tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu. Bilangan oksidasi (bilok) adalah jumlah muatan
yang dimiliki atom dan tidak ada yang bergabung dengan atom. Aturan bilok:
1. Unsur bebas memiliki bilok 0 (nol). Yang termasuk tidak bebas: uns diatomik (H2, N2, O2, F2, Cl2, Br2,
I2), uns poliatomik (O3, P4, S8). Selain tidak tersebutadalah uns monoatomik (Na, K, Mg, C, dan lain-lain).
Contoh: H dalam H2
O dalam O2 dan O3
F dalam F2
Na dalam Na
2. Unsur H umumnya memiliki bilok (+1), kecuali pada komposisi hidrida memiliki bilok (–1). Senyawa
hidrida adalah senyawa yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh: NaH, KH, CaH2).
Contoh: H dalam H2O, NH3, HCl.
Sebuah. Pada komposisi contohnya: Na2O2, H2O2, BaO2 memiliki bilok (–1).
Contoh:
Sebuah. Golongan IA (Li, Na, K, Rb, dan Cs) memiliki bilok (+1).
b. Golongan IIA (Be, Mg, Ca, Sr, dan Ba) memiliki bilok (+2).
c. Al3 +, Ag +, Zn2 +, Pb2 +, Pb3 +, Fe2 +, dan Fe3 +.
Contoh:
f. Jumlah bilok dalam-dalam sama dengan jumlah muatannya Contoh: Bilok dalam dalam SO42–
Bilok O = –2
–2 = (1Xbilok S + 4X (–2))
–2 = bilok S + (–8)
Bilok S = +6
Contoh: H2S
Jumlah bilok = ((2 x bilok H) + (1 x bilok S))
0 = (+2) + bilok S
Bilok S = (–2)
Setelah menguasai bilok kita coba terapkan dalam reaksi redoks. Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan
bilok. Sementara reaksi reduksi adalah reaksi penurunan bilok.