Anda di halaman 1dari 2

Tatalaksana

Pengobatan Ptiriasis versikolor dapat berupa topical maupun sistemik. Lesi


minimal dapat diobati dengan preparat topikal seperti shampoo selenium sulfide
2,5% digunakan 2-3 minggu sekali atau shampoo ketokonazol 2% selama 3 hari
berturut-turut. Pemakaian topikal shampoo didiamkan 5-10 menit sebelum dibilas
dengan air, sedangkan unutk kream dapat diolesi setiap 2 kali dalam satu bulan
(Tan et al. 2015; Rivard & Usn 2017).

Sedangkan untuk pengobatan oral, atau sistemik, dapat digunakan untuk berbagai
macam infeksi, tetapi dapat dihubungkan pada kejadian-kejadaian serius (Badri et
al. 2016). Obat-obatan yang dipakai untuk sistemik dapat berupa ketokonazol 200
mg/hari untuk 7-10 hari atau 400 mg SD, itrakonazol dapat diberikan 200 mg/hari
untuk 5-7 hari, dan fluconazole dapat diberikan dengan dosis 400 mg SD (Nura et
al. 2016). Ketokonazol yang sempat menjadi gold standard untuk pengobatan lesi
superfisial, sekarang penggunaannya sudah mulai ditinggalkan di beberapa negara
seperti Amerika, Kanada dan negara-negara Eropa akibat kejaidan efek
hepatotoksiknya (Gupta & Foley 2015).

Ptiriasis versicolor dapat menjadi kambuh sehingga pengobatan harus diulagi.


Daerah dengan hipopigmentasi perlu waktu yang cukup lama untuk repigmentasi,
sehingga sering salah diartikan sebagai kegagalan terapi (Graham-Brown, 2005).
Salah satu cara untuk menghilangkan lesi hipopigmentasi adalah dengan berjemur
di matahari kuran glebih 10 menit antara jam 10.00-15.00 (Murtiastutik, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Badri, T. et al., 2016. Comparative clinical trial : fluconazole alone or associated


with topical ketoconazole in the treatment of pityriasis versicolor . Essai
clinique comparatif : fluconazole seul ou associé au kétoconazole topique
dans le traitement du pityriasis versicolor . LA TUNISIE MEDICALE, 94(2),
pp.107–111.
Graham-Brown R & Burns T. 2005. Lecture Notes Dermatologi Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Gupta, A.K. & Foley, K.A., 2015. Journal of Fungi Antifungal Treatment for
Pityriasis Versicolor. J. Fungi, 1, pp.13–29.
Murtiastutik, D. 2009. Atlas Penyakit Kulit & Kelamin. Surabaya: Airlangga
University Press
Nura, M.S. et al., 2016. A Review Of The Current Status Of Tinea Versicolor In
Some Parts Of Nigeria. International Journal of Scientific Engineering and
Applied Scie nce (IJSEAS), 2(1), pp.201–217.
Rivard, L.T.S.C. & Usn, M.C., 2017. Pityriasis Versicolor : Avoiding Pitfalls in
Disease Diagnosis and Therapy. Military Medicine, 178(August 2013),
pp.904–906.
Tan, S.T. et al., 2015. Uji Provokasi Skuama pada Pitiriasis Versikolor. Teknik,
42(6), pp.471–474.

Anda mungkin juga menyukai