Anda di halaman 1dari 21

38

Bab 4 - Rembesan Pada Bendungan Tanah


4.1. Bendungan Tanah Isotropis
Sb.y(+)

Hulu/Upstream Hilir/downstream
AB=0,3 BE Garis arah
C Parabola dasar

h1
Bendungan tanah

Sb.x(+) H
Dasar rapat air
p

Gambar 4.1. Rembesan pada bendungan tanah


Rembesan pada bendungan tanah merupakan sebuah contoh rembesan
bebas (unconfined seepage), daerah aliran hanya dibatasi oleh permukaan freatik
dengan tekanan atmosfir. Gambar 4.1. memperlihatkan suatu bendungan homogen
isotropik dengan dasar yang kedap air. Garis BGF merupakan garis aliran paling
atas, sedang garis HF yang kedap air merupakan garis aliran paling bawah. Garis
BH merupakan garis ekipotensial pertama yang menderita tinggi tekanan sebesar
h1, yaitu perbedaan muka air di hulu dan di hilir. Garis CF merupakan garis
ekipotensial terakhir dengan tinggi tekanan sama dengan nol.
Jika ada gambar jaringan aliran, debit rembesan dapat dihitung dengan
Nf
rumus q  k.h . Akan tetapi jika tidak ada gambar jaringan aliran perhitungan
Nd

debit dapat diturunkan dari gambar garis aliran paling atas atau disebut garis
rembesan (seepage line). Menurut Casagrande bentuk dasar garis rembesan adalah
parabola dengan pusat salib sumbu di F dan sumbu x positif arah ke kiri seperti
pada Gambar 4.1. Titik api F terletak pada perpotongan dasar bendung dengan
keluarnya air. Parabola dasar akan memotong garis muka air hulu tidak di B,
tetapi di A dengan AB = 0,3 BE Jika digunakan sistem salib sumbu x dan y,
persamaan parabola dasarnya adalah : y2 = 2px + p2, sedangkan jika digunakan
39

sistem koordinat polar seperti pada Gambar 4.2. persamaan parabola dasarnya
p
adalah : r 
1 - cosθ

garis arah
r


x
F ½p V ½p

Gambar 4.2. Parabola dasar dalam sistim kordinat polar


Penggambaran Garis Rembesan
Untuk menggambarkan garis rembesan yang mempunyai persamaan
parabola dasar y2 = 2px + p2, perlu dicari nilai parameter p. Untuk dapat mencari
nilai parameter p perlu dimasukkan titik pada persamaan parabola dasar yang
sudah diketahui koordinatnya. Seperti pada Gambar 4.1 titik tersebut adalah titik
A yang mempunyai absis d dan ordinat h1.
yA = h1
xA = d = FH – AE = FH – 0,7 BE
Masuk ke dalam persamaan parabola dasar
h12 = 2pd + p2
p= –d
Dengan memasukkan nilai d dan h1 yang sudah diketahui, maka akan diperoleh
nilai parameter p. Nilai parameter p dimasukkan ke dalam persamaan parabola
dasar, sehingga akan diperoleh persamaan parabola dasar yang hanya
mengandung variable bebas x dan variable tak bebas y.
Titik-titik dalam parabola dasar digambar dengan memasukkan beberapa
titik yang absisnya diketahui, seperti misalnya : ujung-ujung lebar puncak, tengah
puncak, tengah-tengah antara titik F dan tepi puncak sebelah hilir. Parabola dasar
digambarkan dengan menghubungkan titik-titik tersebut. Namun untuk menjadi
40

garis rembesan yang sebenarnya, parabola dasar tersebut perlu dikoreksi pada
bagian hulu dan bagian hilir.
Koreksi Bagian Hulu
1. Sudut lereng hulu < 90o

A B Koreksi

Parabola dasar/garis
< 90 rembesan
o

Gambar 4.3. Koreksi bagian hulu dengan sudut lereng < 90o

Seperti pada Gambar 4.3., BH merupakan garis ekipotensial, sedangkan garis


rembesan merupakan garis aliran yang harus tegak lurus dengan garis
ekipotensial (hukum flownet). Dengan demikian koreksi dilakukan dengan
memindahkan awal garis rembesan dari A ke B dan tegak lurus BH.
2. Sudut lereng hulu = 90o

A B Koreksi

Parabola dasar/garis
rembesan

90o

H
Gambar 4.4. Koreksi bagian hulu dengan sudut lereng = 90o

Seperti terlihat pada Gambar 4.4. koreksi garis rembesan menjadi


menyinggung garis muka air hulu dan tegak lurus talud hulu di B. Keadaan ini
terjadi pada bendungan komposit Gambar 4.6.(a).
41

3. Sudut lereng hulu > 90o


Karena rembesan tidak mungkin tegak lurus talud hulu yang berarti aliran
harus naik dulu, maka koreksi dilakukan dengan membuat menyinggung garis
muka air hulu di B (Gambar 4.5.) Keadaan ini juga terjadi pada bendungan
komposit Gambar 4.6.(b).

A B
Koreksi

Parabola dasar/garis
rembesan
>90o

Gambar 4.5 Koreksi bagian hulu dengan sudut lereng > 90o

k1 k2 k1
tembus air rapat air tembus air

90o

(a). Sudut lereng hulu 90o

k1 k1
k2

>90o

(b) Sudut lereng hulu > 90o


Gambar 4.6. Bendungan komposit
42

Pada bendungan komposit jika :


k1/k2 > 10, maka bahan dengan permeabilitas k1 dianggap sebagai udara baik
dihulu maupun dihilir
k1/k2 <10, diperhitungkan sebagai bendungan dengan bahan yang terdiri dari
bahan yang permeabilitasnya berbeda.
Misal : k1 = 10-3 cm/detik dan k2 = 10-6 cm/detik
k1/k2 = 103 > 10, maka bagian 1 dianggap udara sehingga bendungan
seakan akan hanya bagian 2 yang mempunyai permeabitas k2.
Koreksi Bagian Hilir
Koreksi bagian hilir hanya berlaku untuk sudut lereng hilir lebih besar
atau sama dengan 30o. Untuk sudut lebih kecil dari 30o ada perhitungan tersendiri.
Koreksi garis rembesan adalah sebesar a. Parabola dasar menyinggung talud hilir
di G’ Setelah ada koreksi sebesar a garis rembesan menyinggung talud hilir di
G, kemudian aliran mengikuti permukaan talud hilir (Gambar 4.7.)

parabola dasar
G’
garis rembesan a
yang sebenarnya

G a
>30

F
Gambar 4.7. Koreksi garis rembesan di talud hilir

Besarnya nilai koreksi a adalah seperti Tabel 4.1.


Tabel 4.1. Koreksi garis rembesan pada talud hilir bendungan
 30o 45o 60o 90o 120o 135o 150o 180o

0,36 0,34 0,32 0,26 0,18 0,14 0,10 0



Sumber : Craig (1994)
43

Selain menggunakan Tabel 4.1. koreksi garis rembesan juga bisa menggunakan
Gambar 4.8. Gambar 4.8. sekaligus untuk mencari koreksi garis rembesan yang
sudut talud hilir bendungannya selain yang ada dalam Tabel 4.1. Sudut-sudut
lereng bendungan hilir di atas 90o adalah seperti pada Gambar 4.9. Pada kondisi
ini bendungan pada bagian hilirnya menggunakan bahan filter yang berfungsi
untuk menahan butiran-butiran tanah bendungan yang terbawa oleh rembesan air
melalui badan bendungan tanah.

Gambar 4.8. Koreksi garis rembesan pada talud hilir bendungan tanah (Berry &
Reid, 1987)

parabola dasar

parabola dasar G’
G’ a
garis rembesan
garis rembesan a yang sebenarnya
yang sebenarnya a G
G a

F F

(a) 30o< (b) 


44

parabola dasar parabola dasar


garis rembesan
garis rembesan G’ yang sebenarnya
yang sebenarnya
G

a V=G=G’
F
a
F
(c) 90o< (d) 
Gambar 4.9. Berbagai sudut lereng bendungan tanah

Dalam sistem koordinat polar (kutub) :


a + a = r = = FG’

Sehingga apabila p diketahui akan diperoleh nilai a + a. Dengan Tabel 4.1. nilai
a diketahui yang berarti letak titik G dapat digambar.
Contoh 4.1.
Misalkan dengan memasukkan koordinat titik A ke dalam persamaan parabola
dasar diperoleh nilai parameter p = 3 m. Jika sudut lereng hilir bendungan tanah
() = 90o, dimana letak garis rembesan bertemu dengan lereng hilir bendungan ?
Penyelesaian :
Dari Tabel 4.1. diperoleh : = 0,26

a + a = = =3m

a = 0,26 (a + a) = 0,26 x 3 = 0,78 m


a = 3 - a = 3 – 0,78 = 2,22 m
Dengan demikian pertemuan antara garis rembesan dan talud hilir (titik G)
berjarak 2,22 m dari kaki talud hilir.
45

Perhitungan debit rembesan


Sudut talud hilir > 30o
Sb.y(+)

Hulu/Upstream Hilir/downstream
AB=0,3 BE Garis arah
C Parabola dasar

h1
Bendungan tanah
y
> 30o
Sb.x(+) H
Dasar rapat air
p

Gambar 4.10. Bendungan dengan sudut talud hilir > 30o

Jika ada gambar flownet, debit rembesan dihitung dengan rumus : q = k.h.

Jika tidak ada gambar flownet tetapi hanya ada gambar garis rembesan saja
(Gambar 4.10.), dihitung dengan cara pendekatan sebagai berikut :
Dipandang tegak lurus bidang gambar = 1
Debit, q = V.A = k.i.A
dengan : k = koefisien permeabilitas
i = hidrolik gradien
A = luas penampang aliran
Disuatu tempat,
A=y i=

q = k.y.

Seperti pada Gambar 4.10. maka persamaan parabola dasar adalah :


y2 = 2px + p2 y= =

q=k .

q = k.p
dengan :
q = debit rembesan per satu satuan tegak lurus bidang gambar
k = koefisien permeabilitas
46

p = parameter = –d
Sudut talud hilir < 30o
Sb.y(+)

Hulu/Upstream Hilir/downstream
AB=0,3 BE Garis arah
C Parabola dasar

h1
Bendungan tanah

h2 < 30o
Sb.x(+) H
Dasar rapat air
p

Gambar 4.10. Bendungan dengan sudut talud hilir < 30o


Jika bendungan mempunyai sudut talud hilir () kurang dari 30o seperti pada
Gambar 4.10, remebsan dianggap cukup landai sehingga pada bagian hilirnya
setelah menyinggung titik G selanjutnya garis rembesan tersebut sama dengan
garis FG. Perhitungan selanjutnya adalah pada garis rembesan FG dengan
berpedoman bahwa :
1. Besarnya debit rembesan pada setiap penampang sama
2. Besarnya hidrolik gradien (i) = kemiringan garis rembesan FG
Dipandang lebar tegak lurus bidang gambar = 1
q = V.A = k.i.A
q = k.y.

Pada penampang vertical G,


xG = a cos yG = h2 = a sin
i= = tg

q = k.a.sin.tg

Nilai a dihitung dengan cara sebagai berikut :


q = k.y.

q.dx = k.y.dy
q =k
Batas integrasi dari titik G sampai dengan titik A
47

Untuk x dari acos sampai dengan d


Untuk y dari asin sampai dengan h1

q =k

q(d-acos h12-a2sin2)

q=

k.a.sin.tg

= a.sin.tg a.d.sin.tga2.sin2
d.sin.tg 

)+ =0

Dengan rumus abc akhirnya diperoleh :

a=

Di lapangan kemiringan lereng kadang tidak dinyatakan dengan besaran sudut,


akan tetapi lebih mudah untuk dilaksanakan jika kemiringan lereng tersebut
dinyatakan dengan perbandingan sisi tegak dan sisi datar suatu kemiringan.
Sebagai contoh jika kemiringan suatu lereng adalah 1 : m, maka jika dibuat
segitiga siku dengan sisi miring sama dengan sisi lereng, maka angka 1
menyatakan besaran sisi tegak sedang
angka m menyatakan besaran sisi datar.

1
: , tg
m m2 =
2

G
a= , asin = h2
a
h2

48

h2 = d tg

h2 =

q = k.a.sin.tg

q=k

Contoh 4.2.
5m

2m

8m 1 1
2 2

Rapat air
Sebuah bendungan tanah dengan ukuran seperti gambar di atas mempunyai
koefisien permeabilitas (k) = 1,25.10-4 cm/detik. Bendungan mempunyai panjang
100 m.
Soal : a).Hitung debit rembesannya selama 1 tahun !
b).Gambar garis rembesannya
Penyelesaian :
5m

2m E A B

8m 1 1
2 Rapat air 2
 
D F
d

a).Sudut lereng hulu () = sudut lereng hilir () = arctg (1/2) = 26,57o < 30o
49

BE = 8 x 2 = 16 m
AE = 0,7 x BE = 0,7 x 16 = 11,2 m
DF = 5 + 2 x 10 x 2 = 45 m
d = 45 – 11,2 = 33,8 m
h1 = 8 m

a= =

= 37,98 – 33,29 = 4,69 m

h2 = 4,69 sin = 2,1 m


Setiap 1 m panjang bendungan
q = k.a.sin.tgx 4,69 x sin x tg = 1,31.10-6m3/det
Selama 1 tahun, q = 1,31.10-6 x 60 x 60 x 24 x 365 = 41,31 m3/tahun
Sepanjang 100 m, q = 100 x 41,31 = 4131 m3/tahun
b).Penggambaran garis rembesan
y2 = 2px + p2
x
A = d = 33,8 m

yA = h1 = 8 m
64 = 2p.33,8 + p2
p2 + 67,6 p- 64 =0

p= -d= – 33,8 = 0,93 m

Persamaan parabola dasar :


y2 = 2(0,93)x + (0,93)2
y2 = 1,86 x + 0,86
Untuk menggambarkan parabola dasar tersebut di cari titik titik pertolongan
yang memenuhi persamaan parabola dasar. Titik-titik tersebut diambil secara
bebas yang letaknya merata disepanjang garis rembesan. Untuk menentukan
titik tersebut, terlebih dahulu ambil nilai x, kemudian masukkan ke persamaan
parabola dasar, diperoleh nilai y. Titik tersebut adalah (x,y) dengan pusat salib
50

sumbu adalah kaki lereng bagian hilir (titik F). Misalkan diambil x = 15 m dari
F, diperoleh y2 = 1,86 (15) + 0,86 = 28,76, sehingga y = 5,4 m.
Titik- titik yang lain dicari dengan cara yang sama sehingga diperoleh beberapa
titik dengan koordinat sebagai berikut :
x 20 10 25 4,2 15
y 6,2 4,4 6,9 2,1 5,4

5m

2m E A B

8m 1 6.9 6.9
6.2 5.4
2 4.4
 2.1
D F
4,2
1.9

10
15
20
25
33.8

Gambar garis rembesan

4.2. Bendungan Dengan Tanah Anisotropis


Pada bendungan ini tanah mempunyai permeabilitas tidak sama untuk
arah mendatar dan arah vertikal. Koefisien permeabilitas arah horizontal (kx)
tidak sama dengan koefisien permeabilitas arah vertikal (kz). Langkah-langkah
yang harus diambil untuk menghitung debit rembesan pada bendungan ini adalah
sebagai berikut :
1. Penampang bendungan digambar dengan skala transformasi. Dimensi arah

mendatar dibagi dengan faktor , tetapi arah vertikal tetap.

2. Perhitungan rembesan menggunakan gambar yang telah ditransformasi dengan


nilai koefisien permeabilitas k’ =
3. Gambar rembesan pada penampang asli digambar setelah dimensi arah

mendatar dikalikan kembali dengan faktor


51

Contoh 4.3.
Suatu bendungan tanah anisotropis seperti gambar berikut mempunyai koefisien
permeabilitas arah horizontal = 1,25x10-4 cm/detik dan arah vertikal 2x10-5
cm/detik. Hitung debit rembesan dan gambar garis rembesannya !
5m

2m E A B

8m 1 1
2 Rapat air 2
 
D F
d

Penyelesaian :

Faktor transformasi = = = 2,5

Gambar bendungan setelah ditransformasi :

2m
2m E A B

8m 1 1
0.8
0.8

D F
d
k' = = = 0,5.10-4 cm/detik = 5.10-7 m/dettik
 arc tg 1,25 = 51,34o > 30o
BE = 0,8 x 8 m = 6,4 m
AE = 0,7 BE = 4,48 m
DF = 2 + 0,8x10x2 = 18 m
d = 18 – 4,48 = 13,52 m

p= -d= – 13,52 = 2,19 m


Debit setiap m tegak lurus bendungan :
52

q = k’.p = 5.10-7 x 2,19 = 10,95. 10-7m3/detik


Persamaan parabola dasar :
y2 = 2px + p2

y2 = 2(2,19)x + (2,19)2
y2 = 4,38 x + 4,80
Untuk menggambar persamaan parabola dasar tesebut diatas diperlukan beberapa
titik-titik pertolongan yang memenuhi persamaan parabola dasar. Koordinat titik-
titik tersebut ditentukan secara bebas yang letaknya diusahakan merata di
sepanjang garis rembesan, dan sebagai contoh adalah sebagai berikut :
x -1,10 0 4 8 9 10 13,52
y 0 2,19 4,72 6,31 6,65 6,97 8

2m
2m E A B 1
0.8
G' 1,91
8m 1
0.8 G 3,85

 

D 4.0 F 1.1
8.0
9.0
10.0
13.52

FG’ = r = = = 5,76 m
45o , faktor koreksi = 0,34
60o , faktor koreksi = 0,32
51,34o , faktor koreksi = 0,34 + ( 0,32-0,34) = 0,3315

= 0,3315

a = 0,3315 x r = 0,3315 x 5,76 = 1,91 m


53

FG = 5,76-1,91 = 3,85 m
Garis rembesan pada gambar asli.

FG asli = x 3,85 = 6,72 m

Koordinat titik-titik pada parabola dasar gambar asli diperoleh dengan mengalikan
nilai sumbu horizontal (x) dengan faktor transformasi sedang nilai sumbu vertikal
(y) tetap. Koordinat titik-titik pada penampang asli adalah sebagai berikut :
x -2,75 0 10 20 22,5 25 33,8
y 0 2,19 4,72 6,31 6,65 6,97 8
Gambar garis rembesan pada penampang asli adalah sebagai berikut :

5m

2m E A B

8m 1 8 6.97 G
6.31
2 4.72 6.72

D F

10

20
25
33.8

4.3.Bendungan Tanah Dengan Kondisi Lain


Kemungkinan lain dari macam-macam bendungan antara lain adalah bendungan
dengan beberapa jenis tanah, bendungan dengan dasar tanah yang permeable dan
di bagian hilirnya ada genangan air. Untuk perhitungan debit rembesannya dipakai
cara pendekatan.
Bendungan Dengan Beberapa Jenis Tanah
54

Shell
Sand gravel

Core
Silty clay
1 k1 k2 k1 1
2 2
 

Gambar 4.11. Bendungan dengan beberapa jenis tanah


Pendekatan akan tergantung dari koefisien permeabilitas dari masing-masing jenis
tanah pada bendungan tersebut.
Jika : > 10, maka bagian shell diabaikan

Jika : < 10, maka bagian shell perlu dihitung pengaruhnya.

Perhitungan debit rembesan dilakukan setelah gambar bendungan asli (Gambar


4.12.) ditransformasi.

l1

k1 l k1
k2
 

l2

Gambar 4.12. Bendungan dengan tanah asli

Setelah gambar bendungan ditransformasi, bendungan dianggap terdiri 1 tanah


homogin dengan koefisien permeabilitas = k1, tetapi lebar core (inti) dianggap
rata = l’ dengan l’= l dan l = .

Gambar bendungan sesudah ditranformasi adalah seperti Gambar 4.13.


55

k1 k1 k1
 
l'

Gambar 4.13. Bendungan setelah ditransformasi

Perhitungan selanjutnya menggunakan penampang baru dengan menganggap


tanahnya homogen dengan koefisien rembesan k1. Rumus yang digunakan sama
dengan rumus-rumus bendungan isotropis dengan mempertimbangkan besarnya
sudut talud hilir. Demikian pula penggambaran garis rembesan dicari dulu
koordinat-koordinat titik pada garis rembesan dengan menggunakan penampang
bendungan setelah ditransformasi, baru kemudian digambarkan ke penampang
aslinya dengan jalan skala horisontalnya dibagi lagi dengan faktor transformasi.
Tanah Dasar Bendungan Permeabel

h1 k1

l
t k2 poreus/permeabel

Rapat air
Gambar 4.14. Bendungan dengan tanah dasar permeabel

Tanah dasar bendungan dengan kondisi tak rapat air/poreus/permeabel yang


ketebalannya sampai tanah yang rapat air adalah t adalah seperti pada Gambar
4.14. Jika koefisien permeabilitas tanah bendungan k1 dan koefisien permeabilitas
tanah dasar bendungan k2, maka perhitungan debit rembesan dilakukan dengan
pendekatan bahwa garis rembesan tak berubah, tetapi debit dianggap terdiri dari 2
bagian yaitu : q = q1 + q2
Debit q1 perhitungannya seperti bendungan di atas tanah rapat air, sedang q2
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
56

q2 = k2.h1.

Nilai  harganya tergantung dari perbandingan l/t seperti pada tabel 4.2.
Tabel 4.2.Nilai  pada bendungan dengan tanah dasar permeabel

>20 5 4 3 2 1

 1,15 1,18 1,23 1,3 1,44 1,87


Harga diantaranya bisa diinterpolasi
Di Bagian Hilir Bendungan Ada Airnya
Jika dibagian hilir bendungan ada genangan air seperti terlihat pada Gambar 4.15,
maka garis rembesan akan naik sehingga debit akan berubah. Garis rembesan
tetap digambar dengan parabola dasar, kemudian dikoreksi bagian hulu dan
bagian hilirnya. Titik A (perpotongan garis rembesan dan muka air hulu) tetap,
tetapi titik F dan sumbu x berubah. Sumbu x merupakan garis muka air hilir. Titik
F merupakan perpotongan muka air hilir dan talud hilir. Nilai d menjadi d’, h1
menjadi h1’= h1 - hd.

E A B

h1'
q F
h1
Sb. x
q
d' hd

D
Rapat air

Gambar 4.15. Bendungan dengan genangan air disebelah hilirnya


Persamaan parabola dasar :
y2 = 2px + p2

p= (d' ) 2  (h1 ' ) 2  d'


Perhitungan debit :
q = q1 + q2
q1 = debit melalui bendungan diatas muka air hilir, rumus-rumus seperti
bendungan di atas tanah kedap air.
57

h
q2 = k2.h1’. d
 .l
Nilai  seperti pada Tabel 4.2. dengan menggunakan nilai hd sebagai nilai t pada
tabel tersebut.
Soal-soal latihan
4.1. Bendungan dari tanah isotropis seperti gambar mempunyai panjang 100 m dan
koefisien permeability 0,003 cm/det. Hitung debit rembesannya per tahun dan
gambar garis rembesannya !
4m

11 m 9m
1 1
1,5 2

4.2. Sebuah bendungan tanah seperti Tanah


gambarkedapdibawah
air mempunyai koefisien
permeabilitas 3 x 10-6 m/detik. Gambar garis rembesan bendung tersebut dan
hitung debit rembesannya per m panjang bendungan selama 1 tahun !

5m

2m

10 m 1 1
2 Rapat air 2
 

10 m

4.3. Suatu bendungan tanah anisotropis seperti gambar berikut mempunyai


koefisien permeabilitas arah horizontal = 1,2x10-4 cm/detik dan arah vertikal
2,4x10-5 cm/detik. Hitung debit rembesan per meter panjang bendungan dan
gambar garis rembesannya !
6m

2m

10 m 1 1
2 Rapat air 2
 
58

4.4. Diketahui suatu bendungan tanah yang berdiri di atas tanah yang tidak kedap
air seperti pada gambar dibawah. Hitung debit rembesan dan gambar garis
rembesannya !

Anda mungkin juga menyukai