Anda di halaman 1dari 25

SETENGAH PUTARAN

PADA HAKEKATNYA SETENGAH PUTARAN


ADALAH BENTUK KHUSUS DARI PERPUTARAN,
NAMUN ADA SIFAT-SIFAT TERTENTU SEHINGGA
LEBIH BAIK DIBAHAS DALAM BAHASAN
TERSENDIRI.
KEKHUSUSAN-NYA ANTARA LAIN
1. SETENGAH PUTARAN MERUPAKAN
INVOLUSI,

2. DAPAT DIPANDANG SEBAGAI


PENCERMINAN TERHADAP TITIK,

3. GESERAN DAPAT DINYATAKAN DALAM


HASILKALI DUA SETENGAN PUTARAN
DEFINISI SETENGAH
PUTARAN
• Setengah putaran terhadap titik P
(dengan pusat P ) , dilambangkan
dengan H P, adalah pemetaan yang
memenuhi: untuk sebarang titik A di
bidang V
• HP(A) = A , jika A=P
• = B , dengan P titik tengah
AB , jika A tidak sama dengan P.
Rumus Aljabar dari Setengah Putaran.

• Misalkan P(a,b) dan HP .


memetakan A(x,y) ke
A’(x’,y’). Berdasarkan definisi, P merupakan
titik tengah AA’
x  x' y  y'
• sehingga diperoleh : a dan b 
2 2
Jadi x’ = -x + 2a dan y’ = -y + 2b
• Atau

     
 x'
 x a
   

  2
     
     
     

 y'

 y b








BEBERAPA TEOREMA
Setengah putaran merupakan suatu involusi.
2 -1
Sehingga
HP  I atau HP  HP
Teorema :
Setengah putaran adalah isometri.

Teorema : Untuk sebarang garis g dan


setengah putaran HP , berlaku HP(g)//g
Misal P(a,b) .
Ambil sebarang garis g pada bidang V.
Misal g : px + qy +c = 0. Dan g’=HP(g).
Untuk sebarang titik A(x,y) berdasarkan
definisi setengah putaran diperoleh
hubungan antara A(x,y) dan A’(x’,y’)=HP(A)
sebagai x=-x’+2a dan y = -y’+2b.

Sehingga diperoleh
g’ : p(-x’+2a)+q(-y’+2b)+c=0 atau

g’:-px-qy+(2ap+2bq+c)=0.
Tampak bahwa gradien garis g’ sama
dengan

gradien garis g. Dapat disimpulkan


bahwa g’//g.
Jadi terbukti Untuk sebarang garis
g dan
setengah putaran HP , berlaku
HP(g)//g.
• Teorema : Satu-satunya titik tetap
dalam HP adalah titik P, sedangkan
garis-garis
. P.
tetapnya
garis yang melalui
adalah semua

• Teorema : Hasil kali dua setengah


putaran adalah suatu geseran. Jika B
titik tengah AC, maka HBHA=SAC=HCHB.

• Teorema :
• Untuk tiga titik A,B, dan C yang tidak
segaris, berlaku HCHBHA=HD dengan
|AD|=|BC|.
Misalkan l : px+qy+c=0 merupakan garis tetap.

Sedangkan l’: px + qy - (2ap+2bq+c) = 0.

Agar l merupakan garis tetap haruslah

-(2ap+2bq+c)=c atau 2ap+2bq+2c=0 .

Ini berarti garis l melalui titik P.

Jadi agar l merupakan garis tetap haruslah

melalui P.

Jadi garis tetapnya adalah semua garis

yang melalui P.
P”

.
C

B
P

A P’

D
A
F

E
B C
AKAN DIBUKTIKAN HBHA SUATU GESERAN

P”
C

B
P

A P’
Berdasarkan definisi geseran |PA|=|P’A|, dan
|P’B|=|P”B|. Jadi dalam segitiga P’PP”, AB adalah garis
tengah yang sejajar dengan PP”, yang berarti
|PP”|=2|AB|. Jadi PP”//AB dan |PP”|=2|AB|. Karena P
,A, dan B sebarang maka terbukti bahwa HBHA= SCD dengan
CD//AB dan |CD|=2|AB|.
Jadi terbukti Hasil kali dua setengah putaran adalah
suatu geseran.
A
D

C
E
HCHB = SBE dengan |BE|=2|BC|
= SAF dengan |AF|=|BE| = 2|BC|
= HDHA dengan AD = ½ |AF| = |BC|
Akibatnya kita punya
HCHBHA = HDHAHA
= HDI
= HD dengan |AD| = |BC|.
• Akibat :
Hasil kali geseran dan setengah
putaran adalah suatu setengah putaran.

• Teorema :
Untuk sebarang tiga titik A, B, dan C
berlaku HCHBHA=HAHBHC.
Menurut teorema sebelumnya, terdapat titik D
sedemikian sehingga
HC HB HA = HD

= 1
HD
= (HCHBHA)-1

= 1 1 1
H A H BH C

= H A H BH C
• Terbukti HCHBHA=HAHBHC.

.

• Diketahui lingkaran L, titik P dan


garis g seperti terlihat di bawah ini.

Lukis garis h yang


memotong L di A dan
g di B sehingga P
merupakan titik
tengah A dan B .P
g
h g’

A
B
h

A . P

g
Lukis HP(g)= g’ . Diperoleh g’//g dan g’ memotong L
di A1 dan A2.
Selanjutnya garis A1P=h1 dan A2P=h2 adalah garis yang
Ditanyakan.
Karena jika A1P memotong g di B, maka P adalah
titik tengah A1 B.
Diketahui lingkaran L dengan tali busur
AB dan CD . Misalkan S suatu titik tertentu
pada CD.
Lukislah titik P pada L dengan AP dan BP
berturut-turut memotong CD di E dan F
sedemikian sehingga S titik tengah EF.

L
S D

C
.

A B
A’ KEADAAN AWAL

L
S D
C
.

B
A
GAMBAR SEAKAN
MASALAH TELAH
TERSELESAIKAN
P
L
F
S D

C
.
E

A B
Andaikan titik P telah dapat terlukis.
Dengan setengah putaran terhadap S, AP menjadi
A’P’=HS(AP).
Ini belum dapat terealisir karena P belum didapat.
Tetapi A’ sudah dapat dilukis dan dapat diketahui
bahwa A’P’ melalui F ( karena AP melalui E).

Pada segitiga A’BF dapat diketahui A’B dan m(<F) =


m(<P) = ½ busur AB=besar sudut keliling lingkaran
terhadap busur AB.
Maka dapat dicari tempat kedudukan titik F dalam
segitiga A’BF yang berupa lingkaran.
Kemudian titik potong lingkaran itu dengan CD
adalah titik F yang dicari, karena BF memotong L di
titik P yang diminta.
Dengan demikian dapat diketahui urutan cara
melukis P.
1. Lukis A’=HS(A).

2. Lukis tempat kedudukan F dalam


segitiga A’BF, yaitu lingkaran L1.

3. L1 memotong CD di F.

4. BF memotong L di P yang dicari.


1. Diketahui lingkaran L dengan persamaan (x-2)2+(y+1)2=9, titik P=(7, -
5) dan garis g dengan persamaan x – y = 10.
Dapatkah dibuat garis h yang memotong L di A dan g di B sedemikian
sehingga P titik tengah AB? Jika bisa dibuat tentukan koordinat titik A
dan B.

2. Diberikan dua lingkaran L1 dan L2 masing-masing mempunyai


persamaan L1  (x+3)2+(y-3)2=9, L2  (x-8)2+y2=36 ,dan garis g x+y= -
4. Tentukan persamaan garis h yang sejajar g dan koordinat titik-titik
A, B di L1 dan C,D di L2 sedemikian sehingga h memotong L1 di titik
A dan B, serta memotong L2 di titik C dan D dengan syarat |AB|=|CD|.

3. Diberikan dua titik A=(-8,10) dan B=(1,-11) serta dua garis s: 2x-y = 3,
t: y=2x-2. Tentukan jarak terpendek dari A dan B, dengang syarat
jalur yang memotong kedua garis s dan t harus tegak lurus terhadap
garis-garis tersebut.

Anda mungkin juga menyukai