Pedoman Pelayanan
Pedoman Pelayanan
NOMOR: 093/RSIAT/PER-DIR/II/2019
TENTANG
1
715/Menkes/SK/V/2003 tentang
Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga
MEMUTUSKAN
2
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pedoman pelayanan Gizi Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Pasal 2
Pembinaan dan pengawasan pelayanan Gizi Rumah Sakit Ibu dan
Anak Tanjungsari dilaksanakan oleh Kepala Bidang Penunjang Medik
Rumah Sakit Ibu dan Anak Tanjungsari.
Pasal 3
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Blitar
Pada Tanggal , 6 Februari 2019
Direktur,
3
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN
ANAK TANJUNGSARI BLITAR
NOMOR : 093/RSIAT/PER-DIR/II/2019
PEDOMAN PELAYANAN UNIT GIZI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan semakin meningkat dan sudah mengarah pada
spesialisasi dan subspesialisasi. Semakin pesat laju pembangunan, semakin besar pula
tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Perlu disadari bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat,
tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu pun semakin meningkat. Di lain pihak
pelayanan rumah sakit yang memadai, baik di bidang gizi maupun pengobatan semakin
dibutuhkan. Sejalan dengan itu maka pelayanan gizi yang diselenggarakan oleh gizi rumah
sakit sangat perlu menerapkan sebuah standar mutu untuk menjamin kualitas pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat.
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan
dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolism tubuh.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya
proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi
kondisi pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk
perbaikan organ tubuh. Selain itu, masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan
4
penyakit degenerative, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan
penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya.
A. Tujuan Pedoman
Pedoman ini dibuat sebagai acuan pelayanan gizi di RSIA Tanjungsari, hal ini karena
pelayanan gizi adalah salah satu komponen penting dalam penatalaksanaan pasien yang dapat
berperan meningkatkan mutu gizi, sehingga pengobatan terhadap pasien menjadi lebih
terarah.
C. Batasan Operasional
1. Gizi
Adalah salah satu sarana penunjang medis yang memberikan layanan untuk memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit rawat inap dan rawat jalan, untuk keperluan
metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, mengoreksi kelainan metabolisme dalam
upaya preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif.
3. Tenaga Profesional / Formal Gizi adalah tenaga yang mencakup : Tenaga Gizi yang
telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung semua kegiatan yang dipergunakan
sesuai dengan standar ruangan gizi, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan
5
dengan pasien untuk kebutuhan penyediaan makan pasien. Semua ruangan harus
mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan sesuai dengan peraturan
sarana dan prasarana rumah sakit.
6. Bahan Gizi
a. Spesifikasi bahan makanan adalah standar bahan makanan yang ditetapkan oleh
unit/instalasi gizi sesuai dengan ukuran dan bentuk.
b. Bahan makanan basah adalah bahan makanan yang harus disimpan dalam lemari dingin
untuk menjaga kualitas dan mutu dari bahan tersebut dengan suhu yang telah
ditetapkan.
c. Bahan makanan kering adalah bahan makanan yang harus disimpan dalam tempat
kering, tidak mengandung air/lembab untuk menjaga kualitas dan mutu dari bahan
tersebut dimana suhu ruangan biasanya berkisar 19-210C.
d. Bahan tambahan pangan adalah bagian dari bahan baku pangan, yang ditambahkan ke
dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Bahan yang biasa
digunakan untuk makanan antara lain bahan, pemanis, pewarna, dan aroma, bahan
antigumpal, bahan pemucat, antioksidan dan pengental.
e. Air adalah media yang digunakan dalam banyak kegiatan di unit gizi dan harus
memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan atau air minum.
7. Metode Pemeriksaan
Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk meningkatkan mutu pelayanan
gizi. Tiap tujuan pemeriksaan memerlukan sensitivitas dan spesifitas yang berbeda –
beda, sehingga perlu dipilih metode yang sesuai karena setiap metode mempunyai
sensitivitas dan spesifitas yang berbeda – beda pula.
8. Pemantapan Mutu ( quality assurance ) gizi adalah semua kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin mutu pelayanan terutama dibidang gizi. Pemantapan Mutu terbagi
menjadi 3 indikator :
a. Indikator proses : indikator yang mengukur elemen pelayanan yang disediakan oleh
institusi yang bersangkutan.
b. Indikator struktur : indikator yang menilai ketersediaan dan penggunaan fasilitas,
peralatan, kualifikasi professional, struktur organisasi yang berkaitan dengan pelayanan
yang diberikan.
c. Indikator outcome : indikator untuk menilai keberhasilan intervensi gizi yang diberikan.
6
keamanan gizi dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan
pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SOP, serta mengontrol bahan
makanan secara baik menurut standar pelayanan gizi yang benar.
10. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan kegiatan gizi diperlukan dalam perencanaan, pemantauan dan
evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan gizi. Untuk itu
kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan
dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan.
D. Landasan Hukum
1. Undang- Undang Nomer 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit;
3. Peraturan Presiden No 42 Tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional Perbaikan Gizi (
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 No 100 );
4. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 No 49, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3637 );
5. Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Ekslusif
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 No 58, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 5291 );
6. Peraturan Menteri Kesehatan No 26 Tahun 2013 Tentang Peyelengaraan
Pekerjaan dan Pratik Tenaga Gizi ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 477 );
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 78 Tahun 2013 tentang Pedoman
Pelayanan Gizi Rumah Sakit ;
7
BAB II
STANDAR KETENAGAAN PELAYANAN GIZI
a. Memimpin dan mengelola Unit Gizi untuk pencapaian Visi dan Misi RSIA
Tanjungsari
b. Mengembangkan pelayanan Unit Gizi sehingga mampu memberikan pelayanan yang
unggul dan berperan optimal sebagai revenue center
c. Memimpin dan mengembangkan SDM Unit Gizi
d. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan rutin dan berkala manajemen dan
administrasi Unit Gizi
e. Mengembangkan fungsi pengawasan dan evaluasi terhadap pengelolaan diet pasien
f. Membina hubungan baik intern dan ekstern RS
g. Penyelenggaraan tugas-tugas lain agar pelayanan gizi berjalan baik dan lancar
2. Administrasi Gizi
Administrasi Gizi adalah staf dibawah kepala unit gizi yang memiliki uraian tugas sebagai
berikut :
3. Juru Masak
Juru Masak adalah staf dibawah kepala unit gizi yang memiliki uraian tugas sebagai
berikut :
8
d. Menyiapkan bumbu sesuai dengan menu
e. Mencuci peralatan memasak
f. Merapikan meja persiapan memasak
g. Mentestur makanan yang sudah dimasak
h. Mendistribusikan ke pasien
Berdasarkan uraian kompetensi tersebut, kualifikasi SDM Unit Gizi secara menyeluruh
disajikan sebagai berikut
NAMA
URAIAN TUGAS KUALIFIKASI
JABATAN
a. Memimpin dan mengelola Unit Gizi 1. Memiliki persyaratan
Kepala Unit
untuk pencapaian Visi dan Misi
Gizi kemampuan dibidang
RSIA Tanjungsari teknis, manajerial dan
b. Mengembangkan pelayanan Unit
fisik
Gizi sehingga mampu memberikan 2. Memiliki pengetahuan
pelayanan yang unggul dan dan pengalamam
berperan optimal sebagai revenue dibidangnya minimal 2
center tahun dengan pendidikan
c. Membimbing dan mengembangkan
minimal diploma gizi
SDM Unit Gizi 3. Memiliki persyaratan
d. Mengatur, mengawasi dan
mental yang baik
mengevaluasi kegiatan rutin dan
berkala manajemen dan
administrasi Unit Gizi
e. Mengembangkan fungsi
pengawasan dan evaluasi terhadap
pengelolaan diet pasien
f. Membina hubungan baik intern dan
ekstern RS
g. Penyelenggaraan tugas-tugas lain
agar pelayanan gizi berjalan baik
dan lancar
9
d. Mencatat permintaan ke logisti
umum dan logistik Gizi
e. Membuat laporan belanja dan
keuangan unit gizi
f. Mencatat pengeluaran dan
pemasukan bahan basah maupun
bahan kering
Juru Masak a. Memasak nasi, nasi tim, bubur SMK Tata Boga
sesuai jumlah pasien
b. Memasak sayuran, lauk hewani
dan nabati sesuai jumlah pasien
dan membedakannya sesuai diet
pasien
c. Memotong sayuran sesuai dengan
menu
d. Menyiapkan bumbu sesuai
dengan menu
e. Mencuci peralatan memasak
f. Merapihkan meja persiapan
memasak
g. Mentester makanan yang sudah
dimasak
h. Operan makanan yang sudah siap
ke juru saji
B. Distribusi Ketenagaan
1) Tenaga Yang ada di Unit Gizi, terdiri dari :
JUMLAH
NO NAMA JABATAN SDM dan Keterangan
KONDISI
SAAT INI
1 Kepala Unit Gizi Rumah 1 orang sesuai
Sakit
2 Administrasi unit gizi 1 orang sesuai
3 Pemasak 2 orang sesuai
10
c) Waktu rata – rata yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemeriksaan :
1. Administrasi pasien : 10 menit/pasien
2. Peracikan makanan : 15 menit/pasien
3. Pengolahan : 30 menit/pasien
4. Penyajian : 10 menir/pasien
5. Pendistribusian makanan : 15 menit/pasien
6. Kegiatan lain : 15 menit/pasien
3) Perhitungan
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan :
1. Administrasi pasien : 10 menit x 15 = 150
2. Peracikan makanan : 15 menit x 15 = 225
3. Pengolahan : 30 menit x 15 = 450
4. Penyajian : 10 menit x 15 = 150
5. Pendistribusian makanan : 15 menit x 15 = 225
6. Kegiatan lain : 15 menit x 15 = 225
Jika waktu efektif kerja shift adalah 7 jam, maka petugas gizi yang di butuhkan
adalah :
C. Pengaturan Jaga
Gizi merupakan salah satu penunjang medis terpenting di dalam rumah sakit, sehingga
Gizi harus ada sewaktu – waktu. Untuk pembagian dinas, gizi dibuat 3 shift untuk dapat
memenuhi kebutuhan tersebut :
11
BAB III
STANDAR FASILITAS
Temp
Ruang pengolahan MAKANAN at
penyi
Ruang Mencuci mpa
nan
K
u
Tempat Penyimpanan lk
a
s
B. Standart Fasilitas
Instalasi Gizi memiliki fasilitas ruangan yang terdiri dari :
1. Ruang Penerimaan dan penyimpanan bahan makanan
Digunakan sebagai penerimaan bahan makanan yang didalamnya memiliki
fasilitas :
a. Lemari bahan kering
b. Kulkas pendingin
2. Ruang persiapan bahan makanan
Digunakan sebagai tempat persiapan bahan makanan, pengolahan dan pencucian
bahan makanan yang didalamnya memiliki fasilitas :
12
a. Trolley distribusi
b. Bak cuci ganda
c. Lemari makan gantung
d. Lemari alat-alat
e. Panci
f. Wajan
g. Alat pengaduk dan penggoreng
h. Alat makan (piring, gelas, sendok, mangkok,dll)
i. Blender
j. Tempat sampah
13
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
a. Petugas gizi menerima laporan pasien baru dari bagian keperawatan atau ruang
rawat inap dengan menggunakan form pemesanan diet pasien.
b. Petugas perawatan melaporkan jika ada pasien baru masuk atau ada pasien pulang
sebelum jam makan pasien.
c. Petugas gizi memasukkan laporan kedalam buku jumlah pasien.
d. Petugas gizi mempersiapkan makanan dan snack untuk pasien baru tersebut.
e. Jam makan pasien :
Sarapan pagi : 06.00 – 07.00 WIB.
f. Petugas gizi memasak bahan makanan yang sudah disiapkan sesuai dengan
standar menu dan standar diet.
g. Setelah makanan matang diletakan dalam wadah bersih
h. Petugas gizi memeriksa kelayakan kondisi fisik dan kebersihan makanan.
i. Menguji rasa makanan sesuai standar resep.
j. Memperhatikan kebutuhan gizi masing-masing pasien sesuai instruksi dokter.
k. Petugas gizi mengantar makanan keruang perawatan sesuai dengan formulir daftar
diet pasien untuk didistribusikan.
14
BAB V
LOGISTIK
Keperluan logistik di unit gizi meliputi bahan medis yang dipenuhi oleh instalasi gizi
seperti : handscoon, masker, alcohol swab, spuit, micropore, dll. Sedangkan untuk bahan –
bahan reagensia dan ATK (Alat Tulis Kantor ) dipenuhi melalui bagian pengadaan / logistik .
BHP ke Logistik
Farmasi
Permintaan
Ka.Gizi
Barang
Bahan Makan ke
Logistik Umum
2) Perencanaan
Pengadaan bahan gizi harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
a) Tingkat Persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah
persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk
memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari
pembekal atau ruang penyimpanan umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan –
bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari pemasok.
Buffer stock adalah stock penyangga kekurangan bahan makanan di gizi.
Reserve stock adalah cadangan bahan makanan/sisa.
b) Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau
pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah
pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun yang akan datang. Jumlah rata
– rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu dicatat.
c) Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan ( delivery time )
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima
dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat.
15
Perencanaan dimulai dari Penanggung jawab ADM dan Logistik yang mendata
kebutuhan barang – barang medis dan non medis habis pakai setiap bulan, mencek
barang dan kebutuhan yang diperlukan dan membuat bon permintaan barang yang
kemudian diserahkan kepada kepala unit laboratorium untuk ditandatangani untuk
kemudian diberikan kepada bagian pengadaan atau kebagian logistic farmasi
(untuk barang medis) dan logistic umum (untuk barang non medis) sesuai dengan
kebutuhan pemesanannya.
3) Permintaan
Permintaan barang tersebut dilakukan sesuai kebutuhan permintaan, kebagian
logistic farmasi (untuk barang medis) dan logistik umum (untuk barang non medis)
atau kebagian pengadaan dengan menggunakan formulir bon permintan barang.
Dalam keadaan mendesak dan stock barang di gizi kosong, maka permintaan
barang bisa dilakukan sewaktu – waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan.
4) Penyimpanan
Bahan makanan gizi yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan :
a) Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
1. Pertama masuk – petama keluar ( FIFO – first in – first out ), yaitu bahwa
barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.
2. Masa kadarluarsa pendek dipakai dahulu ( FEFO – first expired – first out )
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang
terlalu lama.
b) Tempat penyimpanan
Harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus
dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya.
Tempat/wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan contohnya
bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan
makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab.
c) Kelembaban
Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80%-90%
d) Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm
e) Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu + 100C
f) Suhu
16
Sayur, buah dan minuman 100C 100C 100C
Tepung dan biji-bijian 250C 250C 250C
5) Penggunaan
Penggunaan bahan makanan yang lebih dahulu masuk persediaan harus
digunakan lebih dahulu.Sedangkan yang memiliki Masa kadarluarsa pendek juga
dipakai terlebih dahulu.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien ( patient safety ) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
B. Tujuan
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3) Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
17
tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Di
RSIA Tanjungsari, kegiatan ini dilakukan melalui monitoring indikator mutu
pelayanan tiap unit kerja terutama yang terkait dengan pelaksanaan patient safety,
tindakan preventif, tindakan korektif.
1) Monitoring indikator mutu pelayanan
Kegiatan ini merupakan kegiatan assesmen risiko. Indikator mutu pelayanan
rumah sakit dan unit kerja secara rinci dijelaskan pada Pedoman Mutu Pelayanan,
Pedoman Mutu Pelayanan unit gizi secara rinci ada pada BAB VIII Pengendalian
Mutu. Indikator mutu pelayanan yang menyangkut patient safety secara rinci dapat
dilihat pada format indikator mutu pelayanan pada pedoman mutu pelayanan.
Indikator tersebut merupakam milik unit kerja, ditentukan periode pengambilan
data dan analisisnya. Bila terjadi penyimpangan atau terjadi kejadian yang tidak
diinginkan pimpinan unit melaporkan pada pertemuan manajemen seperti diatur
pada tindakan preventif.
2) Tindakan Preventif
Tindakan Preventif sebenarnya adalah sistem yang diharapkan dapat mencegah
terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Tindakan
preventif dilakukan melalui pencegahan kejadian tidak diinginkan.
3) Tindakan Korektif
Tindakan Korektif adalah pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko Tindakan Korektif dilakukan terhadap laporan yang diputuskan
dalam pertemuan tertutup oleh kepala bidang melalui inspeksi dan verifikasi. Hasil
inspeksi harus menunjukan telah dilakukannya tindakan koreksi.
18
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pedoman Umum
Kesehatan dan Keselamatn Kerja ( K3 ) gizi merupakan bagian dari
pengelolaan gizi secara keseluruhan. Gizi melakukan berbagai tindakan dan kegiatan
terutama berhubungan dengan penyajian makanan pasien dan alat-alat memasak. Bagi
petugas gizi yang selalu kontak dengan makanan dan pasien, maka berpotensi
terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas
lainnya, atau keluarganya. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya
kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan gizi dan tingkatannya,
mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan
pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol bahan makanan secara baik menurut
pelayanan gizi yang benar.
1) Petugas / Tim K3 gizi
Pengamanan kerja di gizi pada dasarnya menjadi tanggung jawab setiap
petugas terutama yang berhubungan langsung dengan penyajian makanan. Untuk
mengkoordinasikan, menginformasikan, memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan keamanan gizi, terutama untuk gizi yang melakukan berbagai jenis
pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu Tim fungsional
keamanan gizi. Kepala gizi adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan
K3 gizi.
Dalam pelaksanaannya kepala gizi dapat menunjuk seorang petugas atau
membentuk tim K3 gizi.
Petugas atau tim K3 gizi mempunyai kewajiban merencanakan dan memantau
pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap petugas gizi, dengan tujuan :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi perlindungan pada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau
radiasi, suara dan getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik/psikis, keracunan, infeksi dan penularan
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
19
k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya
l. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
m. Mencegah terkena aliran listrik
n. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
Setiap tim gizi sebaiknya membuat pokok – pokok K3 gizi yang penting dan
ditempatkan di lokasi yang mudah dibaca oleh setiap petugas gizi.
2) Kesehatan Petugas gizi
Pada setiap calon petugas gizi harus dilakukan pemeriksaan kesehatan lengkap
. Keadaan kesehatan petugas gizi harus memenuhi standar kesehatan yang telah
ditentukan di gizi.
Untuk menjamin kesehatan para petugas gizi harus dilakukan hal – hal sebagai
berikut :
a. Pemantauan Kesehatan
Kesehatan setiap petugas gizi harus selalu dipantau, untuk itu setiap
petugas harus mempunyai Kartu Kesehatan yang selalu dibawa setiap saat dan
diperlihatkan kepada dokter bila petugas tersebut sakit. Minimal setiap tahun
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin termasuk pemeriksaan laboratorium.
Bila petugas gizi sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan yang jelas tentang
penyakitnya maka petugas yang bertanggung jawab terhadap K3 gizi harus
melapor pada kepala unit gizi tentang kemungkinan terjadinya penularan yang
diperoleh dari hasil laboratorium.
3) Sarana dan Prasarana K3 gizi umum yang perlu disiapkan di gizi adalah :
a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin
dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur (jangan
menggunakan sepatu yang berhak tinggi)
c. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau
20
g. Nomor telepon ambulan, pemadam kebakaran dan polisi di setiap ruang gizi
21
Kecelakaan yang paling sering terjadi di gizi disebabkan oleh lantai yang licin.
Untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib di sediakan informasi
mengenai cara bekerja di ruang persiapan makanan. Agar mudah terbaca, informasi ini
hendaknya dibuat dalam bentuk bagan yang sederhana dan dipasang pada dinding
dalam ruang gizi. Selain itu, harus pula di sediakan peralatan untuk menangani
keadaan tersebut seperti :
a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin
dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja
b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur (jangan
menggunakan sepatu yang berhak tinggi)
c. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya
d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb
e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau
f. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana
C. Penanganan Limbah
Gizi dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas
yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengolahan limbah harus
dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif.
a. Penanganan
Prinsip pengolahan limbah adalah : pemisahan dan pengurangan volume.
Jenis limbah harus diidentifikasi dan dipilah – pilah dan mengurangi keseluruhan
volume limbah secara berlanjut.
b. Penampungan
Harus diperhatikan serana penampungan limbah harus memadai, diletakkan
pada tempat yang pas, aman dan hygienis.
Pemadatan adalah cara yang efisien dalam penyimpanan limbah yang bisa dibuang
dengan landfill, namun pemadatan tidak boleh dilakukan untuk limbah infeksius
dan limbah benda tajam.
c. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah
dengan cara menggunakan kantong berkode ( umumnya menggunakan kode warna
). Namun penggunaan kode tersebut perlu perhatian secukupnya untuk tidak
sampai menimbulkan kebingungan dengan sistem lain yang mungkin juga
menggunakan kode warna, mis: kantong untuk linen biasa, linen kotor, dan linen
terinfeksi di rumah sakit dan tempat – tempat perawatan.
22
Keberhasilan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang
jelas serta keterampilan petugas sampah pada semua tingkat.
23
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Agar upaya peningkatan mutu di RSIA Tanjungsari dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan
mutu pelayanan.
A. Mutu Pelayanan
1) Pengertian mutu
Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3
variable, yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi dan lain – lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan
mutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan peggerakan pelayanan
kesehatan.
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
( Pasien / Masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang
penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi
pada konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari konsumen
tersebut.
Indikator Mutu Unit Gizi
24
NO INDIKATOR MUTU TARGET
Ketepatan waktu
≥ 90
2 pemberian makanan
%
kepada pasien
25
26
BAB IX
PENUTUP
Pedoman organisasi Unit Gizi yang sudah kita susun bersama, hendaknya menjadi
dasar setiap SDM di Unit Gizi khususnya dan SDM RSIA Tanjungsari dan menjalankan
organisasi demi tercapainya kinerja yang optimal.
27