Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN………………………………….. . ii
ABSTRAK……………………………………………………….. v
ABSTRACT……………………………………………………… vii
KATA PENGANTAR……………………………………………. ix
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………….. 4
C. Tujuan Penelitian………………………………………… 4
1. Pengertian Kreativitas…………………………………. 16
Kreativitas…………………………………………….. 18
Kreativitas………………………………………….. 18
Kreativitas………………………………………….. 21
E. Hipotesis Penelitian………………………………………. 31
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……………………………… 32
A. Jenis Penelitian……………………………………………. 32
1. Populasi Penelitian……………………………………. 33
2. Sampel Penelitian……………………………………... 34
C. Penentuan Variabel………………………………………. 34
a. Validitas (Kesahihan)………………………………. 42
b. Reliabilitas (Keandalan)……………………………. 45
A. Kesimpulan………………………………………………. 69
B. Saran……………………………………………………… 71
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 74
LAMPIRAN…………………………………………………………….. 76
DAFTAR TABEL
Halaman
Ajaran 2004/2005……………………………………….. 33
Kreativitas Anak………………………………………… 53
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Kreativitas………………………………………..
Kreativitas………………………………………..
Kreativitas………….………………………………… 115
Kreativitas………….………………………………… 118
PENDAHULUAN
kreativitas peserta didik agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi serta
media yang paling efektif bagi terciptanya daya kreativitas dalam diri anak,
membesarkan dan mendidik anak. Bila ditinjau dari segi waktu, keluarga
memperoleh lebih banyak jam tatap muka bersama anak dibandingkan dengan
berkembang dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh pola asuh orangtua, cara
bagaimana anak mereka harus berperilaku dan setiap orangtua akan senang
bila harapan ini terpenuhi, akan tetapi kebanyakan orangtua kurang bisa
dengan cara yang tepat dan tanpa mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan
oleh anak. Jika anak sejak kecil terlalu dikekang, selalu diberi contoh
sendiri, maka kelak ia hanya dapat menjadi orang yang “imitatif”, yang kurang
mempunyai daya kreasi. Hal-hal tersebut di atas menyebabkan anak,
anak, kesibukan orangtua di luar rumah, perhatian dan kasih sayang dalam
dan suasana di mana anak merasa tertarik dan tertantang untuk mewujudkan
kreativitas anak.
pribadi yang unik, setiap anak mempunyai bakat dan minat yang berbeda-
menciptakan suatu iklim dan suasana di dalam keluarga yang memupuk dan
“Apakah ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dan
kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan?” Secara lebih
Kanisius Kalasan?
Kanisius Kalasan?
Kalasan?
C. Tujuan Penelitian
asuh orangtua dan kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan.
kegiatan yang bermanfaat dan menarik bagi remaja sehingga remaja dapat
1. Identifikasi Variabel
adalah pola asuh orangtua (demokratis, otoriter, permisif dan laissez faire)
sebagai variabel bebas (X) dan variabel kedua adalah kreativitas anak,
berbeda, orisinal, sama sekali baru, tepat sasaran dan tepat guna
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini secara singkat akan dijelaskan kajian teoritis yang
menjadi dasar perumusan hipotesis yang memberi arahan bagi penelitian ini.
Kajian teoritis yang dimaksud mencakup: Pola asuh orangtua, kreativitas anak,
hubungan pola asuh orangtua dengan kreativitas anak, dan sikap orangtua yang
Pola dapat diartikan sebagai sebuah sistem, cara kerja, bentuk yang
menjaga supaya orang (anak) dapat berdiri sendiri. Jadi pola asuh dapat
dimaknai sebagai suatu sistem yang diterima dan dipakai sebagai pedoman
Menurut Diana Baumrind (dalam Alibata, 2000) ada dua aspek dari
mereka.
Demandingness
High Low
depan dengan jelas. Mereka tidak hanya memikirkan masa kini, tetapi
cara demokratis ini pada anak akan tumbuh rasa tanggung jawab untuk
kepercayaan dirinya.
dan mengendalikan diri, mudah bekerja sama dengan orang lain serta
dewasa.
pasti akan sangat keras kepada anak dan mungkin tampak sangat kuat
yang keras”.
memusingkan.
(Hurlock, 1999: 93). Menurut Steinberg, 1993; Berk, 1994; Rice, 1996
(dalam Alibata 2000) orangtua indifferent cenderung
Mereka bahkan menjauh dari anak baik secara fisik maupun psikis.
1. Pengertian Kreativitas
hubungan-hubungan baru antar unsur, data, atau hal-hal yang sudah ada
bahwa:
diri mereka dalam produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif
dalam semua bidang kehidupan mereka (Rogers; dalam Schultz, 1991: 54).
berikut:
lebih baik.
segala sesuatu.
permukaan.
d. Memiliki rasa ingin tahu yaitu semangat yang tak pernah berhenti
untuk mempertanyakan.
detailnya.
keyakinan, melit (ingin tahu), mandiri dalam berpikir dan dalam memberi
orang lain (termasuk otoritas) begitu saja jika tidak sesuai dengan
keyakinannya.
kreativitas individu, yang berlaku baik bagi remaja dan orang dewasa
berkembang.
rasa. Jika seseorang selalu terlibat dalam salah satu kegiatan atau
ide baru.
tujuannya.
b. Faktor-faktor yang Menghambat Perkembangan Kreativitas.
1). Evaluasi.
2). Hadiah.
c. Bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi
hidupnya.
diketahui lebih awal dan ditangani pada saat itu juga. Demikian juga,
menurun.
antusias.
Menurut Munandar (1999) kreativitas adalah hasil dari proses interaksi antara
dan mendorong anak untuk berkreasi. Ada orangtua yang cenderung menuntut
pelajaran.
terbaik hanya akan mudah diucapkan, tidak mudah dilaksanakan. Sering kali
lain pihak ada orangtua yang ambisius, lalu memberi anak-anaknya banyak
timbul rasa rendah diri dalam diri anak kalau ia gagal dalam memenuhi
harapan.
belajar atas prakarsa sendiri maka anak dapat berkembang karena orangtua
rumah yang bersuasana otoriter akan menjadi kurang kreatif karena orangtua
selalu melarang segala tindakan anak yang sedikit menyimpang dari yang
daya kreativitas anak yang sedang berkembang, anak tidak akan berani
mencoba dan ia tidak akan mengembangkan kemampuan untuk melakukan
sesuatu karena tidak mendapat kesempatan untuk mencoba. Anak juga akan
kehilangan spontanitas, dan tidak dapat mencatuskan ide-ide baru. Dapat juga
memberi remaja kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa
yang ada dalam dirinya. Dengan adanya kebebasan psikologis dan kesempatan
dibesarkan oleh orangtua yang menganut pola asuh laissez faire cenderung
suatu kegiatan.
sendiri terlibat, maka langsung atau tak langsung dalam keluarga itu
kreatif dimana anak dan orangtua saling menerima dan saling menghargai.
mereka.
dan antara anak dan orangtua sehingga anak dapat bekerja sama dengan
keputusan.
diri.
situasi anak dan dalam melihat dari sudut pandang anak. Dalam
suasana seperti ini, diri yang sebenarnya (real self) dimungkinkan untuk
kreativitas.
2. Anak akan merasakan kebebasan psikologis apabila:
kreatif.
Kreativitas Anak.
berlebihan,
tidak berguna,
tugas,
11. Orangtua yang jarang memberi pujian atau penghargaan terhadap usaha
signifikan antara pola asuh orangtua dan kreativitas anak pada siswa kelas II
Kanisius Kalasan.
Kanisius Kalasan.
Kalasan.
4. Ada hubungan yang negatif secara signifikan dan antara pola asuh laissez
Kalasan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
suatu hasil penelitian. Sehingga dalam suatu penelitian perlu dipilih suatu metode
yang baik, agar dapat menjawab permasalahan yang diajukan peneliti. Bab ini
A. Jenis Penelitian.
382) menjelaskan:
1. Populasi Penelitian
2004/2005. Populasi ini terdiri dari para siswa yang sampai saat ini tinggal
populasi penelitian karena mereka berada pada awal masa remaja atau
sering disebut sebagai remaja awal dengan rentang usia 13 sampai dengan
jumlah siswa kelas II yang tinggal bersama dengan orangtua tahun ajaran
ditempuh dengan cara undian, yaitu kertas kecil ditulisi nomor subyek,
satu nomor untuk satu kertas, kertas digulung sebanyak 84, kemudian
1989).
C. Penentuan Variabel
dalam ilmu yang diteliti (Furchan, 1982). Ada dua variabel utama dalam
penelitian ini, yaitu pola asuh orangtua sebagai variabel bebas (X) dan
diterima dan digunakan oleh orangtua dalam merawat, mendidik, melatih dan
memimpin anak.
terdiri dari dua bagian yaitu pertama, kuesioner pola asuh orangtua (meliputi
dikembangkan dari alat yang disusun oleh Barus (1999) dan telah direvisi
oleh Alibata (2000). Kuesioner pola asuh diolah dan disusun berdasarkan
persoalan disiplin,
membimbing,
tindakan disiplin,
otonomi anak,
keputusan,
standard.
dengan anak,
keputusan,
2. Kuesioner Kreativitas
10).Kepercayaan diri
11).Kebebasan
Kedua alat tersebut disusun dalam bentuk skala bertingkat
atau “tidak pernah”. Untuk item positif diberi skor yang bergerak dari 5
demikian sebaliknya item-item negatif diberi skor yang bergerak dari 1 sampai
diukur dari tinggi rendahnya total skor yang diperoleh siswa yang
bersangkutan. Jumlah skor ini dijadikan sebagai data olahan statistik. Kedua
jenis alat di atas akan diuji coba untuk mengetahui taraf validitas dan
reliabilitasnya.
diadopsi dari alat penelitian Barus yang direvisi oleh Alibata dan
koefisien korelasinya < 0,30. Maka tersusunlah alat yang siap digunakan
asuh orangtua otoriter 15 item, pola asuh orangtua permisif 11 item dan
alat ukur penelitian adalah siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan yang
a. Validitas (Kesahihan)
mengetahui tingkat validitas alat ukur pada penelitian ini, ditempuh uji
setiap item (X) dengan skor total (Y). Dalam penelitian ini
N ∑ X Y − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{N ∑ X −(∑ X ) }{N ∑ Y − (∑ Y ) }
2 2 2 2
N = Banyaknya subyek
memberi skor pada setiap item dan mentabulasikan ke dalam data uji
minimal < 0,30 dinyatakan gugur atau tidak valid, sedangkan item
item kuesioner pola asuh orangtua diperoleh 67 item valid, 9 item yang
adalah 76 item.
item yang koefisien korelasi minimal < 0,30 dinyatakan gugur atau
tidak valid, sedangkan item yang dianggap valid adalah item dengan
pada lampiran 3.
rt ∞ = rtt
Keterangan rumus:
b. Reliabilitas (Keandalan)
berbagai pengukurannya.
Tabel 4. Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas dan validitas suatu alat tes
digunakan adalah metode belah dua yang sering disebut juga metode
genap dan gasal. Metode belah dua merupakan metode yang lebih
mempergunakan satu alat ukur untuk satu pengukuran. Hasil dari tes
tersebut dibagi dua, yaitu pertama, skor yang berasal dari item
bernomor gasal, dan kedua, skor yang berasal dari item bernomor
dibelah menjadi dua bagian yang relatif paralel (Azwar, 1997: 68).
2 xrxy
rtt =
1 + rxy
Keterangan rumus:
teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan angka kasar. Teknik ini
digunakan karena data penelitian adalah data interval. Data interval adalah
data yang tidak mengenal titik nol mutlak dan yang mempunyai jarak yang
N ∑ X Y − (∑ X )(∑ Y )
rxy =
{N ∑ X −(∑ X ) }{N ∑ Y − (∑ Y ) }
2 2 2 2
Keterangan rumus:
N = Banyaknya subyek
Excel 2000 for window. Skor total yang diperoleh setiap siswa dari
kuesioner pola asuh orangtua menjadi variabel (X) dan skor total yang
Bagian ini berisi hasil penelitian yaitu pengujian atas hipotesis dan
1. Ada hubungan yang positif secara signifikan antara pola asuh demokratis dan
4. Ada hubungan yang negatif secara signifikan antara pola asuh laissez
1. Hasil Penelitian
a. Jumlah siswa yang diasuh oleh orangtua yang menggunakan pola asuh
16, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37, 39, 43, 45,
46, 47.
b. Jumlah siswa yang diasuh oleh orangtua yang menggunakan pola asuh
otoriter sebanyak 7 siswa, yaitu subyek no. 12, 14, 28, 38, 40, 41, 42.
c. Jumlah siswa yang diasuh oleh orangtua yang menggunakan pola asuh
d. Tidak ada siswa yang diasuh oleh orangtua yang menganut pola asuh
laissez faire.
orangtua. Secara lebih terperinci data hasil penelitian pola asuh orangtua
asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif dengan
kreativitas anak. Karena tidak ada siswa yang diasuh oleh pola asuh laissez
faire maka tidak dilakukan korelasi antara pola asuh laissez faire dengan
Tabel 8. Hasil Penelitian Hubungan Pola Asuh Orangtua dan Kreativitas Anak
Pola asuh demokratis Pola asuh otoriter Pola asuh permisif
Kreativitas 0, 443 0, 467 0, 322
2. Pengujian Hipotesis
sebagai berikut:
1). Jumlah siswa yang diasuh oleh orangtua yang menggunakan pola
11, 13, 16, 18, 19, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 37,
yang cukup.
3). Hubungan pola asuh demokratis/authoritative dan kreativitas anak
kreativitas.
1). Jumlah siswa yang diasuh oleh orangtua yang menggunakan pola
asuh otoriter sebanyak 7 siswa, yaitu subyek no. 12, 14, 28, 38, 40,
41, 42.
cukup.
1). Jumlah siswa yang diasuh oleh orangtua yang menggunakan pola
rendah.
3). Hubungan antara pola asuh permisif/indulgent dan kreativitas anak
perkembangan kreativitas.
Pearson (dalam Hadi, 1981: 359). Jadi hubungan antara pola asuh
1). Tidak ada siswa yang diasuh oleh orangtua yang menganut pola
3). Menurut Steinberg, 1993; Berk, 1994; Rice, 1996 (dalam Alibata
anak pada pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran
2004/2005.
yaitu untuk menemukan hubungan antara pola asuh orangtua (yang berpola
demokratis, otoriter, permisif dan laissez faire) dan kreativitas anak pada
hasil uji hipotesis terdapat dua hipotesis yang diterima dan dua hipotesis yang
ditolak.
anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005
diterima.
kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran
2004/2005.
tinggi. Berdasarkan kajian dan temuan empiris yang meyakinkan maka dapat
disimpulkan bahwa pola asuh demokratis memegang peranan penting bagi
untuk menyumbang ide atau gagasan aktif dalam diskusi mengenai masalah
tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara kedua belah
keinginan dan pendapat anak. Dengan demikian anak diberi kesempatan untuk
sesuatu sesuai dengan keadaan dirinya sehingga anak dapat tumbuh dan
miliki.
mendatang.
lain serta ramah terhadap orang lain yang menyebabkan mereka mudah
lebih dewasa.
minat yang luas, bebas dalam berpikir, bersifat ingin tahu, selalu ingin
dalam tindakan dan konsep diri yang sehat; penuh percaya diri yang
direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan, tegas terhadap
baik; mudah bekerja sama dengan orang lain; mempunyai ketekunan yang
besar; dan mempunyai sikap yang ramah terhadap orang lain ( Hurlock, 1999;
Prasetya, 2003). Temuan empiris ini sejalan dengan kajian teori dan dapat
diterima serta berlaku bagi siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran
2004/2005.
pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 ditolak.
kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran
2004/2005, artinya semakin sering siswa mengalami pola asuh otoriter maka
tersebut dapat terjadi kiranya disebabkan karena jumlah subyek yang sedikit.
dan taat terhadap aturan/norma yang ditetapkan oleh orangtua dan memegang
aturan, norma dan standar yang telah ditentukan olehnya tanpa harus
norma atau standar yang telah ditetapkan oleh orangtua maka anak akan
hal yang positif artinya anak merasa lebih diperhatikan dan disayangi oleh
orangtua. Perilaku orangtua yang mendidik anak mereka untuk menerima dan
mematuhi aturan, norma dan standar nilai yang telah ditetapkan ditanggapi
oleh siswa sebagai suatu pedoman dalam bertingkah laku dan bergaul
sehingga anak dapat mengendalikan diri dengan baik dan bertingkah laku
sesuai dengan norma yang ada, baik di dalam lingkungan keluarga, sekolah,
diperlukan untuk mendidik anak dan menyalurkan tingkah laku anak, tetapi
Anak akan mengikuti cara orangtua mereka mengatur diri dan mengikuti
hubungan yang negatif dan signifikan dengan kreativitas anak pada siswa
pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan. Orangtua otoriter telah membantu
siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan untuk hidup secara mandiri sesuai
dengan norma, aturan, dan standar yang telah ditetapkan oleh orangtua dan
secara signifikan antara pola asuh permisif/indulgent dan kreativitas anak pada
kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran
2004/2005, artinya semakin sering siswa mengalami pola asuh permisif maka
tersebut dapat terjadi kiranya disebabkan karena jumlah subyek yang sedikit.
anaknya berarti bahwa anak boleh melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan
memberi remaja kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa
yang ada dalam dirinya. Dengan adanya kebebasan psikologis dan kesempatan
1999; Gunarsa dan Gunarsa, 1986: 83; Lighter, 1999: 19). Temuan empiris ini
sejalan dengan kajian teori dan dapat diterima serta berlaku bagi siswa kelas II
secara signifikan antara pola asuh laissez faire/indifferent dan kreativitas anak
pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005 diterima.
Temuan teoritis ini menunjukkan fakta bahwa ada hubungan yang
negatif, hubungan yang negatif tersebut menyatakan bahwa pola asuh laissez
faire dapat menghambat kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius
Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Hal ini berarti bahwa semakin sering siswa
mengalami pola asuh laissez faire maka mereka memiliki kreativitas yang
Hasil temuan ini menunjukkan bahwa pola asuh laissez faire dapat
Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Hal ini dapat dipahami dari kualitas-kualitas
pola asuh laissez faire itu sendiri. Orangtua laissez faire cenderung tidak
menjauhi anak baik secara fisik maupun psikis. Anak dibiarkan berkembang
kebutuhan materi dan psikis anak, yang secara langsung maupun tidak
perkembangan kreativitasnya.
Hasil temuan ini sejalan dengan pendapat ahli yang mengatakan bahwa
perasaan positif dan negatif anak. Mereka tidak mencari tahu keberadaan
anaknya dan tidak memberi bimbingan kepada anaknya tentang aktivitas
dan hampir tidak pernah mempedulikan anak dalam membuat suatu keputusan
(Steinberg, Berk, dan Rice, dalam Estu, 2003). Menurut Steinberg, 1993
(dalam Alibata, 2000), pola asuh indifferent tidak sehat karena sifatnya
menelantarkan anak.
yakni tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh laissez
untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dan kreativitas anak
pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Temuan
adanya hubungan yang positif tetapi tidak signifikan antara pola asuh
ketiga: adanya hubungan yang negatif antara pola asuh orangtua laissez
Berdasarkan hal di atas dan pendapat para ahli, pola asuh orangtua
kreativitas anak.
BAB V
yang disajikan pada bagian ini berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan,
dalam penelitian ini kesimpulan yang diambil hanya berlaku sebatas populasi
yang diambil pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMP Kanisius
A. Kesimpulan
berikut:
1. Ada hubungan yang positif secara signifikan antara pola asuh orangtua
diterima.
2. Ada hubungan positif tetapi tidak signifikan antara pola asuh orangtua
3. Ada hubungan yang positif tetapi tidak signifikan antara pola asuh
teoritis. Hal ini berarti semakin siswa mengalami pola asuh orangtua
kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran
2004/2005” diterima.
dan kreativitas anak; ada hubungan yang positif tetapi tidak signifikan antara
kreativitas anak pada siswa kelas II SMP Kanisius Kalasan tahun ajaran
2004/2005; dan ada hubungan yang negatif antara pola asuh orangtua laissez
Kalasan tahun ajaran 2004/2005. Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian
pola asuh orangtua demokratis, otoriter dan permisif cocok dan dapat
digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi dalam membantu siswa untuk
B. Saran
kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteiliti, antara lain:
mereka ekspresikan secara nyata dan langsung kepada anak dalam rangka
merawat, memelihara, melindungi, mengajar, membimbing dan melatih
ingin menerapkan pola asuh orangtua otoriter dan permisif, maka orangtua
bahwa antara siswa yang satu dan siswa yang lain memiliki perbedaan-
II) agar memiliki kreativitas yang tinggi akan berjalan dengan baik jika
ada upaya dari pihak sekolah (guru pembimbing) untuk bekerja sama
3. Peneliti lain, pada penelitian ini peneliti menyadari bahwa pola asuh
Estu, Markus. S.W. 2003. Korelasi Pola Pengasuhan Orangtua dan Motivasi
Berprestasi Siswa dalam Belajar. Skripsi. Yogyakarta: USD.
Feinberg, Mortinger. 1979. Psikologi yang Efektif untuk Pemimpin, Pejabat dan
Usahawan (Terjemahan). N.J: Englewood Cliffs.
Gie, The Liang. 2003. Tehnik Berpikir Kreatif. Yogyakarta: Sabda Persada dan
PBUBIB.
Gunarsa, Singgih dan Gunarsa, Yulia Singgih. 1986. Psikologi Kematangan Anak
dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Hadi, Sutrisno. 1981. Statistika Jilid II. Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM.
Lighter, Dawn. 1999. 50 Cara Efektif Menanamkan Tingkah Laku Positif pada
Anak. Yogyakarta: Kanisius.
Olson, Robert. 1989. Seni Berpikir Kreatif. Alih bahasa: Alfonsus Samosir
Jakarta: Erlangga.