Anda di halaman 1dari 77

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN WORKPLACE


BULLYING PADA FACEBOOK REMAJA SMA NEGERI 4 KENDARI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Ujian untuk memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Komunikasi (S,I.Kom) pada Jurusan Ilmu Komunikasi Program Studi
Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH :

ZAYANA
C1D1 15 148

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

iv
ABSTRAK

v
ABSTRACT

vi
KATA PENGANTAR

vii
viii
ix
x
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL …........……………………………….…………… i


HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ………………………………….. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI …………………… iv
ABSTRAK ………………………………………………………………….. v
ABSTRACT …………………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………... vi
DAFTAR ISI ………………..……………………………….……….…..... xi
DAFTAR TABEL ……………………………………………..………....... xiv
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………. xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……..……………........…………..……….. 1
1.2. Rumusan Masalah……………………….……..……….….. 3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………..…………….….. 3
1.3.1. Tujuan Penelitian ………………….……...…….......... 3
1.3.2. Manfaat Penelitian ………………….…....….….…... 4
1.4. Sistematika Penulisan ………….…………….…………..... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR


2.1. Tinjauan Pustaka …………………………………............... 6
2.1.1. Self Esteem ………………….……...…….….…........ 6
1. Tipe – Tipe Self Esteem ………………………….. 9
2. Faktor – Faktor yang Berpengaruh pada
Perkembangan Self Esteem ………………………. 10
3. Aspek – Aspek Self Esteem …………………...….. 13
2.1.2. School Bullying ……………..….….……..…............. 14
1. Aspek – Aspek School Bullying ………….………. 14
2. Faktor – Faktor School Bulying …………….......... 15

xi
2.1.3. Facebook ….……………………………..….….......... 15
1. Fungsi Bagian – Bagian dari Facebook ………….. 16
2.1.4. Remaja ….……………………………..….….............. 16
1. Ciri – Ciri Memasuki Usia Remaja …………...….. 17
2. Tahap – Tahap Perubahan pada Remaja ……...….. 18
3. Perkembangan fisik pada Remaja ………………... 19
2.1.5. Teori Konsep Diri ….……………….....….….............. 23
2.2. Penelitan Terdauhulu ………….……………...................... 24
2.3. Kerangka Pikir …………….…............................................ 27

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Lokasi Penelitian ………………………...…........................ 30
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian …………….….................... 30
3.2.1 Populasi ………………….………………...…...…... 30
3.2.2 Sampel ………………….…………………………... 30
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ….……………………. 30
3.3. Jenis dan Sumber Data …………….….................................. 31
3.3.1 Jenis Data ………………….…………………...…... 31
3.3.1 Sumber Data ……………….…………………...…... 31
3.4. Identifikasi Variable Penelitian …………….….................... 31
3.5. Teknik Pengumpulan Data …………….…............................ 31
3.6. Instrumen Penelitian …………….….................................... 33
3.7. Teknik Analisis Data …………….….................................... 33
3.8. Operasional Variabel …………….…..................................... 34
3.9. Konseptualisasi …………….…............................................. 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Penelitian ………………………...…............................ 36
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...……...…...….... 36

xii
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 4 Kendari …………. 36
2. Visi dan Misi ……………………………………... 37
3. Fasilitas …………………………………………... 38
4. Ekstrakurikuler …………………………………... 39
4.1.2 Karakterisitik Responden …………….……………... 40
1. Jenis Kelamin …………………………………….. 40
2. Umur ……………………………………………... 41
4.1.3 Hubungan Self Esteem ….…………………………… 41
4.1.4 Hubungan Perilaku Bullying ….……………………... 47
4.2 Hasil dan Pembahasan …………….…................................... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ………………………...….................................. 60
5.2 Saran ………………………...…............................................ 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu …………………………......... 24


Tabel 3.1 Kisi – Kisi Angket antara Self Esteem dengan school

xiii
bullying pada facebook remaja SMA …………………….. 33
Tabel 3.2 Operasional Variabel ………………………………........... 34
Tabel 4.1 Visi dan Misi Sekolah ……................................................. 37
Tabel 4.2 Ruang Sekolah ……............................................................. 38
Tabel 4.3 Kegiatan Ekstrakurikuler ……............................................. 39
Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan Jenis Kelamin ……... 40
Tabel 4.5 Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan,
apakah anda setuju bila mendapat apresiasi dari teman
anda maka lebih meningkatkan kepercayaan diri, dan lebih
berarti diantara teman – teman …………………………… 41
Tabel 4.6 Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan
apakah anda menjadi lebih berharga diantara teman-teman
anda apabila dihargai ……………………………………... 42
Tabel 4.7 Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan
apakah anda lebih menghargai diri anda dengan keadaan
seperti ini apa adanya ……………………………………. 43
Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan
Tabel 4.8
apakah anda merasa gagal jika sering mendapat hinaan
44
dari teman...
Tabel 4.9 Distribusi jawaban dari responden mengenai pernyataan
apakah hinaan berulang-ulang membuat anda semakin
lemah dan tidak percaya diri ……….…………………….. 45

Tabel 4.10 Distribusi jawaban dari responden mengenai pernyataan


apakah anda sering mendapat hinaan atau komentar yang
menyinggung dan menyerang pribadi personal dapat
membuat anda terkucilkan ……………………...………… 46
Tabel 4.11 Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan
apakah anda pernah mendapatkan bullying fisik .………... 47
Tabel 4.12 Distribusi jawaban dari responden mengenai pernyataan
apakah anda sering mendapatkan bullying fisik secara

xiv
berulang-ulang ………………….…………………………….……………………. 48
Tabel 4.13 Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan
apakah sangat berpengaruh dengan harga diri anda apabila
mendapati perilaku bullying di facebook …………………. 49
Tabel 4.14 Distribusi jawaban dari responden mengenai pernyataan
apakah anda pernah mendapatkan perilaku bullying
dengan sentuhan fisik atau bullying verbal dalam waktu
bersamaan ………………………………………………… 50
Tabel 4.15 Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan
apakah anda pernah merasa diteror atau disebar gossip
tentang pribadi anda hingga membuat anda merasa sebagai
korban bullying …………………………………………… 51
Tabel 4.16 Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan
apakah perilaku bullying yang menyerang pribadi anda
membuat anda terkucilkan ……………………………….. 52
Tabel 4.17 Distribusi jawaban dari responden mengenai pernyataan
apakah anda pernah diabaikan oleh teman-teman sekelas
anda yang membuat anda merasa tidak nyaman dan
merasa sendiri …………………….……………………… 53

Tabel 4.18 Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan


apakah ditertawai dengan nada mengejek yang membuat
anda kurang percaya diri ………………………………… 54
Tabel 4.19 Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan
apakah anda pernah mendapatkan kata-kata kasar di kolom
komentar facebook yang menyinggung perasaan anda,
hingga membuat stress ……..…………………………….. 55
Tabel 4.20 Distribusi jawaban dari responden mengenai pernyataan
apakah anda dikirimkan foto-foto atau video yang telah
dimodifikasi atau diedit hingga membuat anda tidak
percaya diri dan dihindari oleh teman-teman sekelas ……. 56
Tabel 4.21 Perbandingan total skor variabel X dan variabel Y pada 30

xv
sampel penelitian …………………………………………. 57

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir …………………………................. 29

xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Self esteem (harga diri) merupakan sebuah pengukuran mengenai seberapa
bernilainya diri seorang individu, bila seorang individu memiliki self esteem yang
tinggi, maka dia akan melihat dirinya sendiri secara positif. Sebaliknya jika seorang
individu memiliki self esteem yang rendah maka dia akan melihat dirinya secara
negatif.
Pemikiran dasar mengenai self esteem adalah jika seorang individu merasa
bangga akan dirinya, mengenai siapa dirinya dan hal-hal yang dapat dia lakukan
maka dia akan mampu melakukan perfoma yang lebih baik. Ketika seorang individu
berpikir bahwa dia adalah seorang yang berhasil maka besar kemungkinan dia akan
bertindak sebagai seorang yang berhasil. Sebaliknya jika dia berpikir dirinya sebagai
orang yang gagal maka besar pula kemungkinan untuk bertindak sebagai orang yang
gagal.
Sebagaimana ada beredar, foto pembulian yang dilakukan sekelompok siswa
siswi pada seorang teman mereka yang diedarkan melalui facebook, dan media online
lainnya, pada faktanya SMA Negeri 4 Kendari dikenal sebagai sekolah favorit di
Sulawesi Tenggara, namun ada fakta yang mengatakan bahwa terjadi perilaku
pembulian didalam lingkungan sekolah dengan alasan tidak mengikuti perintah
senior, permasalahan ini diberitakan salah satu media online yang ada di Kota
Kendari yaitu Beritaklick.com news and entertainment. Pemberitaan tersebut bukan
hanya mempengaruhi nama baik sekolah tetapi juga mempengaruhi psikologi korban
bullying, dari kejadian tersebut maka besar kemungkinan korban tersebut mengalami
kegagalan, baik secara mental maupun gagal dan menyelesaikan sekolah.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa perilaku bullying
mempengaruhi self esteem korbannya. Korban bullying memiliki tingkat kegagalan
pribadi dalam masalah self esteem yang lebih berat dan berdampak terhadap perilaku
belajar siswa, bullying merupakan permasalahan sosial yang banyak menimpa remaja.
Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang ditandai
dengan perubahan-perubahan di dalam diri individu baik perubahan secara fisik,
kognitif, sosial dan psikologis (Desmita, 2008: 190).
Remaja yang tidak memiliki kemampuan dalam menguasai perubahan baik
secara fisik dan psikologis yang akhirnya berdampak pada gejolak emosi dan tekanan
jiwa sehingga remaja akan mudah menyimpang dari aturan-aturan dan norma-norma
sosial yang berlaku. Ketegangan-ketegangan yang dialami kadang-kadang tidak dapat
terselesaikan dengan baik, yang kemudian menjadi sebuah konflik yang
berkepanjangan. Ketidakmampuan remaja di dalam mengatasi konflik-konflik akan
menyebabkan perasaan gagal yang mengarah kepada bentuk frustrasi Remaja.
Bentuk reaksi yang terjadi akibat frustrasi yang dialami dapat menjadi bentuk
kekerasan untuk menyakiti diri dan orang lain, yang sering disebut dengan tindakan
agresi. Maka sangat diperlukan pedoman moralitas dalam menghadapi perubahan-
perubahan baik secara fisik maupun psikologis pada masa remaja.
Melalui interaksi dengan teman sebaya, remaja belajar bagaimana
memecahkan pertentangan-pertentangan dengan cara-cara yang lain selain dengan
tindakan agresi langsung. Fungsi lainnya yakni dengan meningkatkan keterampilan-
keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan penalaran dan belajar untuk
mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara-cara yang lebih matang melalui
percakapan dan perdebatan dengan teman sebaya, remaja belajar mengekspresikan
ide-ide dengan perasaan-perasaan serta mengembangkan kemampuan dan
memecahkan masalah.
Masa pubertas atau remaja awal terdapat sebuah fase yang disebut fase
negatif, fase ini merupakan periode yang singkat, pada fase ini remaja mengambil
sikap anti kehidupan dan kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah
berkembang, dalam fase-fase ini gejala-gejala yang muncul diantaranya seperti
keinginan untuk menyendiri, kurangnya kemampuan belajar kegelisahan,
pertentangan sosial, kepekaan perasaan, dan kurangnya rasa percaya diri. Keadaan

2
emosional yang belum stabil inilah yang menyebabkan penyimpangan-penyimpangan
perilaku remaja salah satunya adalah bullying.
Ironinya tindakan bullying dikalangan remaja kebanyakan terjadi di dalam
lingkungan sekolah. Perilaku bullying ini kurang mendapat perhatian lebih dari
kalangan sekolah karena kebanyakan kejadian bullying dilakukan secara tersembunyi
dan masih banyak orang yang menganggap bahwa perilaku bullying adalah hal yang
biasa antara siswa.
Tindakan bullying yang lebih dikenal dengan istilah pengucilan, serta
intimidasi yaitu perilaku yang merugikan orang lain, tindakan bullying pula dilakukan
tidak hanya dengan sentuhan fisik saja tetapi secara verbal juga sering terjadi seperti
menyebarkan isu melalui media sosial atau cyberbullying, yaitu perlakuan pembulian
oleh pengguna media sosial aktif.
Penjelasan di atas menjadi acuan dasar bagi peneliti dalam penelitian ini.
Peneliti tertarik dengan masalah ini karena bersangkutan dengan kehidupan remaja
yang merupakan peerus-penerus bangsa Indonesia dikarenakan kemampuan berpikir
positif, pengetahuan yang luas, penghargaan pada diri sendiri berpengaruh besar
terhadap keberhasilan dan kesuksesannya baik, di lingkungan keluarga, maupun di
masyarakat luas. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik mengangkat
penelitian dengan judul: Hubungan antara Self Esteem dengan School Bullying pada
Facebook Remaja SMA Negeri 4 Kendari.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu adakah hubungan antara self esteem dengan school bulyying pada facebook
remaja SMA Negeri 4 Kendari.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adakah hubungan
antara self esteem dengan school bullying pada facebook remaja SMA Negeri 4
Kendari.

3
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
terhadap pengembangan ilmu komunikasi khususnya dalam bidang
psikologi komunikasi.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan kepada masyarakat mengenai hubungan antara self esteem
dengan school bullying pada facebook remaja SMA.
c. Manfaat Metodologis
Secara metodologis hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan dan sumbangsi bagi peneliti berikutnya.
1.4. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran secara menyeluruh dari penelitian ini yang akan
memudahkan bagi para pembaca untuk memahami, penulis memberikan sistematika
penulisan beserta penjelasan secara garis besarnya. Adapun sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bagian yang menjelaskan dasar pemikiran standar akademik dan
ilmiah. Bagian ini memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian serta sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam Bab ini menjelaskan tentang teori-teori pendukung yang akan
digunakan dalam pengerjaan penelitian ini, yaitu meliputi teori konsep diri
mengenai self esteem, school bullying, facebook, dan remaja. Selain itu dalam
Bab ini juga membahas tentang kerangka pikir dalam penelitian.

4
BAB III METODE PENELITIAN
Merupakan bagian yang menjelaskan tentang metode penelitian yang memuat
lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengambilan sampel,
jenis dan sumber data, identifikasi variable, teknik pengumpulan data, teknik
analisis data, operasional variable, dan konseptualisasi.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Merupakan bagian yang menjelaskan hasil penelitian dan pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian yang menjelaskan tentang kesimpulan dan saran

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1. Self Esteem
Setiap manusia memiliki keinginan untuk dianggap penting, berguna, dan
memiliki makna di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat luas.
Keinginan tersebut merupakan bentuk dari evaluasi yang dilakukan oleh individu
tersebut terkait dengan semua hal yang ada di dalam diri individu tersebut. Evaluasi
ini merupakan bentuk penilaian terhadap kemampuan dan kelayakan individu
tersebut, yang kemudian sifat ini dikenal dengan self esteem atau harga diri.
Self esteem adalah suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang di
ungkapkan dalam sikap positif dan negatif. Self esteem berkaitan dengan bagaimana
orang menilai tentang dirinya akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-
hari. Self esteem dapat dijadikan sebagai pendorong atau motivasi diri untuk meraih
mimpi, meraih cita-cita bahkan melakukan apapun yang ingin kita wujudkan, self
esteem sendiri dapat didefinisikan sebagai tingkat yang utama untuk mencapai atau
mendapatkan impian yang dicita-citakan.
Self esteem yang dihormati orang lain dapat diciptakan dengan keseriusan
seorang individu dalam belajar, cara bersikap, cara berpikir, cara menyikapi sebuah
masalah, cara mengekspresikan sesuatu yang dirasakan, dan banyak hal lain, sehingga
dihargai orang disekitar. Self esteem seseorang juga dapat dilihat dan cara berpakayan
seseorang, sehingga menggambarkan individu tersebut dapat di hormati, dihargai atau
penting.
Menurut Wilcox (2018: 271) Diri (self) merupakan konsep utama. Bagi diri
yang sehat, penghargaan positif seperti cinta, perhatian, rasa hormat dan penerimaan,
dibutuhkan. Banyak orang hanya menerima penghargaan kondisional yang
menciptakan konflik.

6
Setiap orang dapat dianggap sebagai elemen atau sel dari sekelompok
manusia, kelompok ini pada gilirannya akan membentuk asosiasi dengan kelompok-
kelompokyang lebih rumit, kemudian membentuk semuanya ke dalam keluarga
antara individu-individu, (Wilcox, 2018: 274 - 275). Kepribadian sosial merupakan
kondisi hypnosis yang membuat kita terperangkap sehingga harus melarikan diri
untuk mencapai tujuan sejati melalui pencerahan.
Self esteem memiliki peranan yang penting dalam kehidupan baik dalam
anggota keluarga, lingkungan sekolah, dan seluruh tempat yang dihuni oleh manusia,
self esteem yang tinggi akan mempermudah segala bentuk yang ingin dilakukan
khususnya saat menyelesaikan suatu permasalahan, seseoarang yang dianggap
penting, atau dihormati semua orang maka akan sangat berpengaruh ketika dia
berbicara di hadapan public, dan hal itu merupakan suatu kelebihan seseorang
dibandingkan dengan orang lain.
Kelebihan tersebut secara tidak langsung individu tersebut dapat dihargai
orang-orang disekitar, namun disisi lain tidak sedikit orang yang tidak ingin melihat
orang lain lebih dihargai dari pada dirinya sehingga melakukan apapun untuk
menatuhkan orang terbut, hal ini terjadi bukan hanya di lingkungan pekerjaan,
perkantoran bahkan remaja di sekolah pun tak sedikit, secara sengaja dan sadar
merencanakan sesuatu untuk menjatuhkan harga diri kawannya sendiri, karna tidak
ingin tersaingi atau hanya sekedar merasa tersaingi dan hal ini sering kali terjadi
dimasyarakat, baik dalam lingkup kerja, dunia pendidikan, berbagai cara dilakukan
untuk menjatuhkan orang lian atau menjatuhkan saingan.
Self esteem atau harga diri sangat penting untuk kelangsungan hidup
psikologis. Tanpa harga diri hidup menjadi sangat emosional dan menyakitkan
dengan banyak kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Self-esteem adalah penilaian
individu terhadap kehormatan diri, melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang
sifatnya implisit dan menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya
berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan sebagai orang yang memiliki

7
kemampuan, kompeten, berharga, serta keberartian. Self esteem memiliki indikator
negatif, Nathaniel (2005: 10).
Self esteem merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan perilaku
individu, Setiap orang menginginkan penghargaan yang positif terhadap dirinya,
namun sebelum penghargaan itu didapatkan dari orang lain, terlebih dahulu bagaiman
seorang individu dapat menghargai dirinya sendiri, sehingga seseorang akan
merasakan bahwa dirinya berguna atau berarti bagi orang lain meskipun dirinya
memiliki kelemahan baik secara fisik maupun mental.
Menurut Santrock (2001:34), self esteem didefinisikan sebagai bentuk
penghargaan terhadap karakteristik yang terdapat di dalam dirinya. Seseorang yang
memiliki sifat self esteem akan menganggap bahwa dirinya memiliki kemampuan,
dan merupakan seseorang yang penting, sukses, dan berharga. Santrock (2001:34),
mendefinisikan self esteem tentang bagaimana seseorangmengevaluasi kepribadian
dan karakteristik yang ada pada diri individu tersebut, yang kemudian penilaian
pribadi tentang keberhargaan tersebut mencerminkansatu sikap yang dijaga di dalam
dirinya. Self esteem cara atau bagaimana seseorang merasakan tentang diri mereka
sendiri, serta seberapa banyak dia menyukai diri sendiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa self esteem
merupakan evaluasi secara menyeluruh terkait dengan pandangan individu tentang
karakteristik yang dimiliki olehnya. Pandangan ini kemudian menghasilkan gambaran
tentang kelayakan, keberhargaan, kebergunaan, dan nilai individu tersebut. Sifat self
esteem yang tumbuh di lingkungan kerja akan menghasilkan anggapan bahwa dirinya
merupakan seseorang yang penting, bermakna, memiliki efek, dan berharga di dalam
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat luas. Hasil dari sifat self esteem ini
juga akan menurunkan keinginan untuk keluar dari lingkungan atau sekolah tempat
remaja melanjutkan pendidikan.
Self esteem adalah sebuah keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatih oleh
siapapun seperti halnya mempelajari banyakhal dalam kehidupan ini, bukan sesuatu

8
yang diketahui sejak lahir, (Hary, 2007: 4) Lanjut dari (Hary, 2007:4) Self Esteem
memiliki tipe-tipe sebagai berikut
1. Tipe-Tipe Self Esteem
Self esteem ditinjau dari kondisinya dibedakan dalam 2 (dua) kondisi:
Ciri-ciri orang yang memiliki self esteem yang kuat adalah sebagai berikut:
a. Self Confidence (percaya diri): yaitu menghadapi segala sesuatudengan
penuhpercaya diri dan tidak mudah putus asa, menyadarisepenuhnya
kelebihan dankekurangan yang ada pada dirinya. Rasa percaya diri
dimanfaatkan untuk bisamengatasi segala permasalahanyang muncul
sehingga tidak mudah putus asadan bila berhasil juga tidak besar kepala.
b. Goal Oriented (mengacu hasil akhir): yaitu ketika ingin
melaksanakansesuatuselalu memikirkan langkah yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuaanya dengan memikirkan segala konsekuensi yang
diperkirakan akan muncul serta memiliki alternatif lainnya untuk
mencapai tujuan tersebut.
c. Appreciative (menghargai): yaitu merasa cukup dan selalu bisa
menghargai yang ada disekelilingnya serta dapat membagi
kesenangannya dengan orang lain.
d. Contented (puas/senang): yaitu bisa menerima dirinya apa adanya dengan
segala kelebihan dan kelemahannya serta mempunyai toleransi yang
tinggi atas kelemahan orang lain dan mau belajar dari orang lain. Dia
melihat masa depan dengan apa yang ada pada dirinya dan yang bisa
dilakukannya dan bukannya masa depan yang sekedar menirukan orang
lain.
Orang yang mempunyai self esteem yang kuat akan mampu membina relasi
yang baik dan sehat dengan orang lain, bersikap sopan dan menjadikan dirinya
menjadi orang yang berhasil. Ciri–ciri orang yang memiliki self esteem yang lemah
(weak) adalah:

9
a. Critical (selalu mencela): yaitu selalu mencela orang lain, banyak
keinginannya dan sering kali tidak terpenuhi, senang memperbesar
masalah-masalah kecil dan seringkali tidak mengakui kelemahannya.
b. Self-centred (mementingkan dirinya sendiri): yaitu biasanya egois, tidak
peduli dengan kebutuhan atau perasaan orang lain, segala sesuatunya
berpusat pada diri sendiri, tidak ada tenggang rasa dengan lainnya yang
akhirnya berakibat bisa menjadi frustasi.
c. Cynical (sinis/suka mengolok-olok): yaitu senang meledek orang lain
dengan omongan yang sinis, sering mensalahartikan pemikiran, kegiatan,
kebaikan serta niat baik orang lain sehingga orang lain tidak senang pada
dirinya.
d. Diffident (malu-malu): yaitu menyangkal atas semua kelemahannya, tidak
Pernah bisa membuktikan kelebihannya dan sering kali gagal dalam
melakukan sesuatu.
2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Perkembangan Self Esteem
Perkembaangannya self esteem di pengaruhi oleh faktor- faktor yang berasal
dari luar maupun dari dalam individu yang bersangkutan hal ini berarti self esteem
dapat berasal dari berbagai sumber yang berbeda orang tua dan anggota keluarga
memegang peranan penting dalam perkembangan self esteem menurut Coopersmith
(1967 : 184) terbentuknya self esteem dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berkarakteristik, pengasuhan, latar belakang, sosial, karakteristik, subjek, serta
riwayat dan pengalaman.
a. Karakteristik pengasuhan
Self esteem dan stabilitas ibu-ibu yang memiliki self esteem tinggi cenderung
memiliki anak yang self esteemnya tinggi pula, dalam penelitian seorang ahli,
bahwa anak yang memiliki orang tua dari anak-anak mereka dengan
kehangatan dan kasih sayang hal ini menunjukan baahwa hubungan emosional
antara ibu dengan anak sangatlah erat, sehingga dapat mempengaruhi
kepribadian anak termasuk self esteemnya Coopersmith (1995: 40).

10
Demikian pula dengan stabilitas emosional ibu akan tercermin pada diri anak,
yaitu tingkat kestabilan emosional yang terjadi pada diri ibu yang memiliki emosi
yang stabil biasanya tenang sehingga tidak menyebabkan anak merasa bingung.
Sedangkan ibu yang memiliki self esteem dan pribadi yang tidak stabil akan tercermin
pula pada diri anak, hal ini bias saja menyebabkan anak akan memandang dirinya
sebagai orang yang sama seperti yang dialami oleh ibunya sehingga anak tidak bias
menilai secara positif mengenai dirinya sendiri.
1) Nilai Pengasuhan
Nilai-nilai pengasuhan terlihat dan tercermin dari implementasi dari pola asuh
orang tua. Seorang ahli mengatakan bahwa anak yang memiliki self esteem yang
rendah cenderung merasa dirinya di tekan oleh orang tuanya, dari pada anak yang
memiliki self esteem yang tinggi. Nilai-nilai itu biasanya di presepsi anak dengan
respon negatif dan ada pula respon positif, Coopersmith (1967: 67).
Penerapan nilai-nilai positif pada anak perlu di lakukan oleh orang tua dalam
proses sosialisasi terkadang anak memiliki sikap yang bertantangan dengan ketentuan
sosial, Maka dari itu orang tua harus meluruskan kembali sikap dan perilaku anak
tersebut. Jika orang tua gagal menangani perilaku anaknya maaka orang tua di anggap
gagal mengembangkan self estem yang tinggi pada anak.
2) Riwayat perkawinan
Orang tua yang pernah mengalami keretakan atau perceraian sering kali
mengalami kesulitan untuk berdamai. Remaja yang berasal dari keluarga yang kacau
biasanya lebih banyak mengalami kesulitan dalam hubungan sosial dari pada remaja
yang berasal dari keluarga yang utuh. Seorang ahli mengatakan bahwa anak-anak
yang berasal dari orang tua tiri dan orang tua wali akan cenderung memiliki self
esteem yang lebih rendah, Coopersmith (1967: 67).
Keadaan orang tua yang seperti ini menyebabkan anak sulit menerima
kenyataan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada self esteem remaja itu sendiri,
anak akan merasa malu, bingung dan takut terhadap masa depan dan kehidupannya

11
karena kehilangan rasa percaya diri hal ini dapat menyebabkan anak memiliki self
esteem yang rendah.
3) Peran pengasuhan orang tua dan nilai-nilai diri
Peran pengasuhan yang efektif yang mempengaruhi terbentuknya self esteem
yang positif yang di dapat dari peran seoraang ayah atau ibu yang menjalankan
peranannya sebagaimana mestinya, hubungan orang tua anak yang hangat dapat
menciptakan self esteem yang tinggi pada anak, hal ini di sebabkan karena anak
merasa bahwa dirinya di hargai dan dilindungi yang membuat dirinya bangga dan
memiliki harga diri yang positif.
4) Interaksi ayah dan ibu
Pola interaksi yang efektif antara ayah dan ibu akan berpengaruh pada
pembentukan self esteem yang positif, sebaliknya pola interaksi ayah dan ibu yang
dominan keras dan kasar di hadapan anak-anaknya akan terbaca oleh sehingga
membuat mereka tidak nyaman, tegang, takut, dan tidak memiliki rasa percaya diri
hal ini akan sangat berpengaruh pada pembentukan self esteem anak.
b. Latar belakang sosial
Pengalaman, Norma dan nilai sosial, yang menjadi tolak ukur seorang
individu dalam pembentukan self esteem
1) Kelas sosial
Kelas sosial merupakan aspek yang berhubungan dengan status sosial
ekonomi. Kelas sosial menunjukan tingkatan manusia dari sudut pandang status sosial
dan ekonomi, tingkat pendidikan pekerjaan, dan pendapatan keluarga akan
menempatkan individu dalam kedudukan terutama dalam masyarakat yang kemudian
akan mempengaruhi self esteem seseorang.
2) Agama
Agama sebagai kepercayaan ritual yang terorganisasi secara sosial dan
diberlakukan oleh suatu masyarakat setiap agama memiliki jumlah pemeluk dan nilai-
nilai yang berbeda dengan agama lainnya, hal ini dapat berpengaruh terhadap self
esteem seseorang.

12
3) Riwayat pekerjaan orang tua
Studi yang dilakukaan oleh Coopersmith (1967: 68) menunjukan bahwa anak
yang memiliki self esteem yang tinggi berasal dari orang tua yang memiliki pekerjaan
tetap dan dapat meraih prestasi dalam pekerjaannya. Hal ini akan memberikan rasa
aman dan bangga pada diri anak.
3. Aspek-Aspek Self Esteem
Terdapat empat aspek dalam self esteem individu. Aspek-aspek tersebut yaitu,
kekuatan, keberartian, kebijakan dan kemampuan oleh, Coopersmith (1967:69).
a. Kekuatan
Kekuatan menunjukan pada adanya kemampuan seseorang untuk mengatur
dan mengontrol sikap sehingga dapat pengakuan dari orang lian. Kekuatan
dinyatakan dalam bentuk pengakuan dan penghargaan yang diterima seorang
individu dari orang lain adanya kualitas atas pendapat yang disampaikan oleh
seorang individu dan diakui oleh orang lain.
b. Keberartian
Keberartian menunjukan pada kepedulian, perhatian, ekspresi, cinta yang di
terima seorang individu dari orang. Penerimaan dari lingkungan ditandai
dengan adanya respon, yang baik dari masyarakat dan adanya ketertarikan
orang lain terhadap individu dan orang lain menyukai seorang individu sesuai
keadaan diri yang sebenarnya.
c. Kebijakan
Kebijakan menunjukan ketaatan yang mengikuti moral dan etika serta agama
dimana seorang individu akan menjauhi sikap yang tidak bermoral beretika,
serta tidak sesuai ajaran agama. Seorang individu dapat dianggap memiliki
sifat yang positif dan patut untuk dicontoh dapat dijadikan penilaian positif
terhadap individu tersebut yang artinya seseorang telah mengembangkan self
esteem yang positif pada dirinya sendiri.

13
d. Kemampuan
Kemampuan menjukan suatu penampilan yang tinggi untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai prestasi dimana tugas setiap individu itu beragam
tergantung pada usia masing- masing orang. Self esteem pada masa remaja
meningkat menjadi lebih tinggi apabila remaja mengetahui tugas terpenting
untuk mencapai tujuannya. Para peneliti juga menemukan bahwa self esteem
remaja dapat meningkatkan pada saat remaja dalam menghadapi masalah dan
mampu mengatasinya sendiri, (Santrock, 2003: 67).
2.1.2. School Bullying
School bullying yaitu perilaku menyimpang yang ditunjukkan oleh seseorang
disuatu tempat kepada orang lain seperti perilaku tidak sopan, kasar, tidak sabar,
kurangnya rasa hormat pada orang lain, adanya kekerasan fisik maupun psikologis.
School bullying adalah mengulang atau melakukan perbuatan negatif, dan melibatkan
kekuatan yang tidak seimbang serta membuat permusuhan disuatu Perbuatan negatif
yang ditujukan langsung pada korban dengan maksud untuk menyakiti fisik,
menyakiti hati, atau menghina. Bullying biasanya didefinisikan sebagai bagian dari
perilaku agresif, dan dimana ada ketidak seimbangan kekuasaan sehingga sulit bagi
korban untuk membelanya, Olweus, (2005:26).
1. Aspek-Aspek School Bullying
Secara spesifik, kekerasan di sekolah bisa didefinisikan sebagai kekerasan di
lingkungan, yang meliputi kekerasan verbal, ancaman, pengucilan, penghinaan,
pemberian kritik pedas, mengolok-olok, menghilangkan peluang, menyindir, menjadi
jahat, menutupi informasi dan mencampuri kepentingan pribadi.
1) Mengkritik tanpa kejelasan dalam hal ini individu yang suka mengkritik
orang lain tanpa alasan yang jelas mengenai orang yang dikritik.
2) Menghina, merendahkan atau memandang rendah orang lain.
3) Mengancam Menyatakan maksud (niat, rencana) untuk melakukan sesuatu
yang merugikan, menyulitkan, menyusahkan, atau mencelakakan pihak lain

14
2. Faktor-Faktor School Bullying
Perbedaan individual seperti Neuroticism, Agreeableness, dan
Conscientiousness dapat menentukan apakah pengalaman kekerasan dalam
lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku agresif siswa, Pearson, Andersson,
& Wegner (Taylor, 2012: 20)
1) Neuroticism menjelaskan apakah individu itu gugup, cemas, takut, dan tidak
aman.Sebaliknya, individu yang mempunyai emosi rendah, mereka akan lebih
tenang, ulet, dan optimis. Mengusulkan bahwa individu yang mempunyai
karakteristik emosi akan lebih sering menerima dan memberi stressor dengan
pemikiran dan perasaan yang negatif, dengan demikian kami menyimpulkan
bahwa hubungan diantara persepsi stes dan kekerasan dalam kerja akan lebih
tinggi atau kuat untuk inividu dengan emosi yang tinggi.
2) Individu dengan Agreeableness tinggi menunjukkan kebaikan dan kooperatiif,
sebaliknya individu dengan agreeableness rendah akan cenderung tidak peduli
dan antagonis disebabkan oleh keras kepala dan kecenderungan sikap yang
tidak kooperatif, permusuhan adalah reaksi yang lebih kuat untuk perlakuan
negatif individu dari pada kesanggupan individu, Peters, Godaert, Ballieux, &
Heijnen (Taylor, 2012: 2).
Conscientiousness menjelaskan individu yang disiplin, patuh, dan dapat
dipercaya. Individu yang disiplin akan sedikit untuk merespon negatif dan dengan
plin plan (Douglas, 2008:32), Karakteristik ini menunjukkan bahwa karyawan yang
hati-hati akan enggan untuk melawan kekerasan tempat kerja yang berpengalaman
karena hal itu bisa mengganggu tugas, prestasi, stres, kekerasan, dan agresi.
2.1.3. Facebook
Facebook, yaitu situs yang menyediakan informasi berupa buku panduan
penggunanya, lebih dari itu facebook merupakan sebuah situs yang menghadirkan
layanan jejaring sosial dimana para penggunanya dapat saling berinteraksi
denganpara pengguna lainnya yang berasal dari seluruh penjuru dunia dalam situs
jejaring sosial ini, penggunanya dapat mengunggah berbagai informasi mengenai

15
dirinya, sehingga para pengguna facebook lainnya dapat mengetahui informasi
tersebut untuk lebih mengenal pemilik akun tersebut. Tidak hanya itu, para pengguna
akun facebook juga dapat saling mengomentari berbagai hal seperti tulisan status
ataupun informasi lainnya yang mereka bagikan dalam situs jejaring sosial ini.
1. Fungsi Bagian-Bagian dari Facebook
Fungsi dan bagian-bagian dari facebook meliputi:
a. Beranda yaitu ada beberapa hal yang ada pada beranda facebook yaitu
tempet semua berita masuk, baik itu upload foto, update status, menerima
kiriman, kabar dan postingan-postingan yang dimuat oleh orang lain,
selain itu ada pula tempat mengganti status, nge-add maupun konfirmasi
teman, dan ada pula tempat digunakan untuk mencari teman, dan melihat
teman yang sementara online atau aktif di facebook
b. Profil, dimana terbagi menjadi tiga bagian, bagian kanan, kiri, dan tengah,
bagian kanan, ditempati iklan, pada bagian tengah terdapat dinding atau
wol, biasanya berisi tentang informasi umum tentang diri kita, dan pada
bagian kiri, terdapat foto yang bias diedit kapan saja kita mau, tanpa
batasan waktu.
c. Friends pada bagian teman terdapat nama-nama yang sudah menjadi
teman kita ataupun yang belum menjadi teman kita yang kemunin kita
kenal, mau pun yang tidak dikenal pula.
d. Pesan masuk, yaitu tempat pesan masuk sejenis imbox masuk pada
handphone.
2.1.4. Remaja
Remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang
mengalami perkembangan semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa dewasa
bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena
remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak,
menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53)

16
Usia remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi
wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan pengertian
remaja menurut Zakiah Darajat (1990: 23) yaitu masa peralihan diantara masa kanak-
kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa
perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-
anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang
dewasa yang telah matang. Selain itu juga Kartini Kartono (1995: 148) menjelaskan
masa remaja disebut pula sebagai penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa
dewasa, sehingga pada masa ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial
mengenai kematangan fungsi- fungsi rohaniah dan jasmaniah terutama fungsi
seksual.
Remaja merupakan tahap yang sangat menantang dalam kehidupan anak.
Kebanyakan remaja merasa bahwa mereka independen (mandiri) dan ingin
mengambil semua keputusan sendiri, padahal mereka tidak yakin tentang diri mereka
sendiri hal ini menyebabkan banyak kebingungan bagi mereka, untuk mengatasi
semua itu, perubahan fisik yang mereka alami kadang-kadang menyebabkan mereka
stres dan cemasan, Kebanyakan masalah remaja tumbuh dari kebingungan dan stress.
Masa remaja terjadi pertumbuhan fisik (organobiologik) secara cepat, yang
tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Perubahan yang
cukup besar ini dapat membingungkan remaja yang mengalaminya. Karena itu
penting bagi remaja untuk mempelajari perubahan yang terjadi pada setiap tahap
kehidupan remaja agar mampu menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada
tahap kehidupannya
1. Ciri-Ciri Memasuki Usia Remaja
Menurut Hurlock (1992: 101-111) masa remaja sebagai periode yang penting
yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak
langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya, masa remaja sebagai periode pelatihan, disini berarti perkembangan
masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa.

17
Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling
sesuai dengan dirinya. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada
emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan
pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa
usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat. Masa
remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit
diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik, hal ini yang membuat banyak orang
tua menjadi takut. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung
memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiri
dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih
dalam cita-cita. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan
atau kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan
didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan
merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam
perilaku seks, mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang
mereka inginkan.
2. Tahap-Tahap Perubahan usia pada Remaja
Menurut Hurlock (1992:101-111) pada remaja terdapat tiga perubahan yaitu
meliputi:
a. Masa remaja awal (10-12 tahun) dimana lebih dekat dengan teman sebaya,
ingin bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai
berfikir abstrak.
b. Masa remaja tengah (13-15 tahun) masa ini masa untuk memenuhi keinginan
yang besar seperti mencari identitas diri, imbulnya keinginan untuk memiliki
teman dekat, mempunyai rasa cinta mendalam mengembangkan kemampuan
berfikir abstrak.

18
c. Masa remaja akhir (16-19 tahun) dimana dia mulai berpikir dewasa dengan
banyak kebingungan dalam menentukan sikap, namun setiap individu akan
berbeda- beda tergantung pada lingkungan masing-masing Individu.
3. Perkembangan fisik pada remaja
Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju
masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik
maupun psikis. Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik, dimana tubuh
berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula
orang dewasa, pada periode ini pula remaja berubah dengan menunjukan gejala
primer dan sekunder dalam pertumbuhan remaja, diantara perubahan – perubahan
fisik tersebut dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Ciri-ciri seks primer
Modul kesehatan reproduksi remaja Depkes 2002 (Ririn Darmasih
2009: 9) disebutkan bahwa “cirri-ciri seks primer pada remaja adalah remaja
laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksinya bila telah mengalami
mimpi basah”. Mimpi basah biasanya terjaadi pada remaja laki-laki umur
antara 10 – 15 tahun, pada remaja perempuan bila sudah mengalami
menarche (menstruasi).
b. Ciri-ciri seks sekunder
Tanda-tanda fisik sekunder merupakan tanda-tanda badania yang
membedakan pria dan wanita, pada wanita bisa ditandai antara lain
pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota badan menjadi
panjang), mencapai pertumbuhan ketinggian badan setiap tahunnya.dan pada
laki-laki ditandai dengan pertumbuhan tulang-tulang, awal perubahan suara,
tumbuh rambut-rambut halus diwajah (kumis, jenggot).
Fase remaja awal hingga remaja akhir, perubahan-perubahan pada remaja
sangat terlihat begitu jelas baik dari perubahan fisik maupun perubahan perilaku,
sebagaimana diusia remaja akan mengalami perubahan perilaku yang sangat pesat

19
seperti perilaku agresif, jika seorang remaja tidak bisa mengendalikan perilaku
agresifnya maka akan berdampak buruk baik pada dirinya sendiri maupun orang lain.
1) Pengertian Agresif
Muljono Abdurrachman dan Sudjadi (1994: 144) menjelaskan bahwa
“tunalaras tipe agresif dapat ditandai dengan perilaku-perilaku seperti tidak mengikuti
aturan, bersifat mengganggu, mempunyai sikap membangkang dan menentang, dan
tidak dapat bekerja sama”. Anak tunalaras tipe agresif ini tidak dapat bersikap
bersahabat terhadap orang lain, benda ataupun lingkungan sekitar yang sifatnya
merusak dan terjadi secara terus-menerus.
Penggunaan istilah agresif untuk mendeskripsikannya adalah segala bentuk
perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang
terdorong untuk menghindari perlakuan Perilaku agresif lebih menekankan pada
suatu yang bertujuan untuk menyakiti orang lain, pelanggaran norma dan secara
sosial tidak dapat diterima.
Perilaku ini merupakan agresif tingkat tinggi. Karena bentuk perilaku yang
muncul juga lebih kasar dan sadis. Luapan emosinya tidak dapat dikendalikan yang
dimunculkan dalam bentuk kemarahan hebat sehingga mengganggu perkembangan
kepribadian dan intelegensi anak.
Anantasari (2006: 96) mengemukakan bahwa “perilaku agresif pada anak
agaknya cukup meresahkan apalagi bila kita melihat dari akibat yang mungkin
ditimbulkannya”. Bentuk perilaku yang luar biasa, namun juga merupakan perilaku
negatif yang tidak sesuai dengan norma dimunculkan dalam waktu atau durasi cukup
lama, terus menerus, bersifat menetap dan tidak dapat diterima umum.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian perilaku
agresif adalah bentuk sikap yang cenderung mengarah pada perilaku negatif,
penyimpangan dan pelanggaran norma secara umum tidak dapat diterima oleh sosial
yang dapat merugikan baik bagi dirinya sendiri ataupun orang lain. Perilaku agresif
lebih mengacu pada perilaku untuk menyakiti orang lain, yang bertujuan untuk
membela diri dan mencari perhatian terhadap orang lain.

20
2) Klasifikasi perilaku agresif
Perilaku agresif anak terjadi tidak hanya dalam bentuk fisik saja, namun
bentuk agresifitas anak dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perilaku agresif
verbal dan perilaku agresif nonverbal. Bentuk perilaku verbal, seperti menyerang
dengan kata-kata verbal dan memaki, bentuk atau klasifikasi perilaku agresif dibagi
menjadi:
a. Bentuk nonverbal:
 Menarik rambut, pakaian, perlengkapan lain.
 Merusak barang-barang (melempar/ membanting)
b. Bentuk verbal:
 Berteriak-teriak atau membuat gaduh.
 Mengejek atau mengumpat.
 Mengancam sambil mengotot.
 Menampeleng dan sejenisnya”.
Bentuk perilaku verbal dan nonverbal ini juga dapat terjadi dan pernah
dilakukan oleh semua anak. Karena perilaku tersebut juga merupakan perilaku yang
masih wajar jika dilakukan dengan suatu alasan. Namun perilaku tersebut dapat
dikatakan menjadi agresif apabila perilaku itu dilakukan pada situasi yang tidak
wajar, dalam durasi dan frekuensi yang berlebihan.
3) Karakteristik perilaku agresif
Menurut Glynis M. Breakwell yang diterjemahkan oleh Bernadus Hidayat
(1998: 21) mengemukakan bahwa anak “agresif mempunyai ciri-ciri yaitu: memaki/
mengumpat, ancaman - ancaman kekerasan, mendorong - dorong, mencakar,
meninjau, menendang, dan menyerang dengan sengaja”. Dari pendapat tersebut
perilaku agresif anak itu sangat membahayakan dan mengancam keselamatan baik
dirinya sendiri maupun keselamatan orang lain.
Bentuk perilaku agresif pada anak ditunjukkan dalam dua jenis yaitu secara
verbal dan secara non verbal. Sesuai dengan pendapat dari ahli lain A. Supratikna

21
(1995: 86) mengemukakan bahwa: “Ciri-ciri anak agresif adalah sulit diatur, suka
berkelahi, tidak menunjukkan patuh, sikap bermusuhan secara verbal maupun secara
behavioral, senang membalas dendam, senang merusak,suka berdusta, sering
mencuru dan sering mengalami tempertantrums/ ngamuk, cenderung agresif sebagai
bentuk vondalisme/ perilaku merusak, bahkan sampai ke pembunuhan (homicide)”.
Selain itu juga ada yang berpendapat berbeda mengenai karakteristik perilaku
agresif. Pendapat lain dikemukakan oleh Singgih D. Gunarsa (2001: 80) bahwa
“perilaku agresif dapat dihubungkan dengan tiga perasaan yaitu
 Ketegangan yang tidak menyenangkan seperti dalam hal marah, iri, benci,
tidak menurut, cepat marah dan sebagainya,
 Perasaan superioritas dimana terdapat gejala-gejala negativisme, perusakan,
caci maki.
 Perasaan tidak menyenangkan seperti sarkasme, menggoda, kekejaman”.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa perilaku-perilaku agresif itu berbentuk verbal dan non verbal serta
sulit untuk ditoleransi masyarakat karena membahayakan baik untuk dirinya maupun
orang lain. Dengan demikian perilaku agresif yang kurang sesuai harus diberikan
penanganan yang sesuai dan menunjang dalam pembelajaran sosial. Perilaku tersebut
di lakukan dalam berbagai bentuk agresifitasnya secara berulang-ulang pada situasi,
waktu, tempat yang berbeda dan sasaran lainnya.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja (Sarlito Wirawan
Sarwono, 2006: 7) adalah suatu masa ketika :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali dia menunjukan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa.
c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial – ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri.

22
Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah
individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat ddari aspek fisik,
psikis dan sosial.
2.1.5. Teori Konsep Diri
Menurut Agustiani (2009:139) menyatakaan konsep diri merupakan gambaran
yang seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalamn yang diperoleh
dari interaksi dengan lingkungan, konsep ini bukan merupakan faktor bawaan,
melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus. Dasar dari konsep diri
individu ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak menjadi dasar yang
mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari konsep diri. Konsep diri adalah
bagian sadar dari ruang fenomenal yang didasari dan disimbolisasikan sebagai
bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya” dan “apa
sebenarnya yang harus aku perbuat”.
Teori konsep diri menurut Burns (1993: 99-184) merupakan berbagai
kombinasi dari berbagai aspek yaitu citra diri, intesitas efektif, evaluasi diri dan
kecenderungan memberi respon. Hurloch mengemukakan bahwa konsep diri
merupakan gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang dirinya yang mencakup
citra fisik dan psikologis. Citra berkaitan dengan penampilan fisik, daya tarik,
kesesuaian dan ketidak sesuaian berbagai bagian tubuh untuk berperilaku, sedangkan
citra psikologis didasarkan atas pikiran, dan kemampuan yang mempengaruhi
penyesuaian pada kehidupan selanjutnyaia mengemukakan bahwa konsep diri
merupakan gambaran tentang dirinya yang di tentukan oleh peran dan hubungan
dengan orang lain sebagai akibat dari kemanusiaan.
Konsep diri dapat dibedakan menjadi konsep diri real, dan konsep diri ideal.
Konsep diri real adalah presepsi dari individu dirinya sebagai mana yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan konsep diri ideal adalah presepsi individu
tentang dirinya sebagaimana individu menginginkannya. Biasa saja terjadi, apa yang
menjadi konsep diri real dengan konsep diri ideal tidak jauh berbeda, namun

23
sebaliknya dapat terjadi perbedaan antara konsep diri ideal dan konsep diri real, inilah
yang disebut kesenjangan konsep diri.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwaa secara umum
konsep diri merupakan salah satu totalitas dan persepsi yang merupakan dasar bagi
pengetahuan terhadap pengharapan yang menunjukan gagasan tentang kemungkinan
menjadi apa kelak, dan penilaian yang merupakan pengukuran ini tentang keadaannya
dibandingkan dengan apa yang menurut individu dapat atau seharusnya terjadi.
2.2. Penelitian Terdahulu

Table 2.1. Penelitian Terdahulu


Tujuan Hasil Perbedaan
Nama Judul
Penelitian Penelitian Penelitian
Hafida Hubungan Menguji Terdapat Penelitian ini
Fahmiasari antara secara hubungan positif meneliti hubungan
SelfEsteem empiric antara self self esteem dengan
dengan hubungan esteem dengan perilaku bullying
Perilaku antara perilaku bullying pada remaja awal,
Bullying selfesteem pada remaja sedangkan yang
pada dengan awal. Terdapat peneliti teliti yaitu
Remaja schoolbullyi relasi positif untuk mengetahui
Awal ng pada antara self hubungan self
remaja awal esteem dengan esteem dengan
perilaku bullying work place
pada remaja bullying pada
awal social media
facebook remaja
SMA
Izzatinisa Pengaruh mengidentifi Hasil penelitian Penelitian ini
(2015) hubungan kasi menunjukkan meneliti hubungan
antara hubungan xy= -0,749, p= antara self esteem

24
self esteem antara self 0,000 (p<0,05), dengan school
dengan esteem maka ada bullying pada
school dengan hubungan karyawan PPPPTK
bullying school negatif antara Sedangkan yang
pada bullying pada self esteem peneliti teliti yaitu
karyawan karyawan dengan school untuk mengetahui
PPPPTK PPPPTK bullying. Hal ini hubungan self
menunjukkan esteem dengan
bahwa semakin work place
tinggi self bullying pada
esteem, maka social media
semakin rendah facebook remaja
school bullying. SMA
Engko, Pengaruh Untuk Hasil penelitian Penelitian ini
Cecilia kepuasan mengetahuik menunjukan meneliti pengaruh
(2016) kerja epuasan bahwa variabel kepuasan kerja
terhadap kerja kepuasan kerja terhadap kinerja
kinerja berpengaruh berpengaruh individual dengan
individual positif positif terhadap self esteem dan
dengan terhadap kinerja self efficacy
self esteem kinerja individual sebagai variabel
dan self individual dengan self pemoderasi,
efficacy dengan self esteem dan self sedangkan yang
sebagai esteem dan efficacy sebagai peneliti teliti yaitu
variabel self efficacy variabel untuk mengetahui
pemoderas sebagai moderasi. hubungan self
i variabel esteem dengan
moderasi. work place
bullying pada

25
social media
facebook remaja
SMA
Dewi Hubungan Mengetahui Hasil penelitian Penelitian ini
Muliaty antara apakah menunjukan mencari hubungan
Bullying terdapat terdapat antara bullying
dengan hubungan hubungan dengan body
body antara negative yang satisfaction,
satisfactio bullying signifikan antara sedangkan yang
n pada dengan body bullying dengan peneliti teliti yaitu
remaja satisfaction body untuk mengetahui
putra pada remaja satisfaction pada hubungan self
korban putra korban (r = esteem dengan
bullying -0,255; p = work place
terhadap 0,049 signifikan bullying pada
tampilan pada social media
fisik L.o.S.0.05). facebook remaja
Artinya semakin SMA
tinggi bullying
yang di alami
korban maka
semakin rendah
body
satisfaction
remaja putra
korban bullying
Gita Hubungan Mengetahui Hasil penelitian Penelitian ini
Handayani antara self apakah menunjukan mencari hubungan
Ermanza esteem dan terdapat bahwa tidak antara self esteem

26
citra tubuh hubungan terdapat dengan citra tubuh
pada yang hubungan antara remaja social
remaja signifikan self esteem dan ekonomi
yang antara harga citra tubuh pada menengah keatas,
mengalami diri dan citra remaja putrid sedangkan yang
obesitas tubuh pada yang mengalami peneliti teliti yaitu
dari social remaja putri obesitas dari untuk mengetahui
ekonomi yang kalangan social hubungan self
menengah mengalami ekonomi esteem dengan
ke atas obesitas dari menengah ke work place
kalangan atas bullying pada
social social media
ekonomi facebook remaja
menengah ke SMA
atas

2.3. Kerangka Pikir


Kerangka pikir merupakan alur pikir dari peneliti yang akan dijadikan sebagai
skema pemikiran yang melatar belakangi penelitian ini, dalam kerangka pikir
penelitian akan mencoba menggabungkan antara teori dan masalah yang diangkat
teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konsep diri.
Teori konsep diri menekankan bahwa kesadaran batin yang tetap, mengenai
pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan
aku. Untuk menunjukan apakah konsep diri yang konkret sesuai atau terpisah dari
perasaan dan pengalaman organismik. Konsep diri merupakan pandangan kita
mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bias diperoleh lewat informasi yang diberikan
orang lain kepada kita, melalui komunikasi dengan orang lain, kita belajar bukan saja
mengenai siapa kita, namun dapat kita rasakan siapa kita.

27
Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya,
yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan
lingkungan. Konsep diri bukan merupakan factor bawaan melainkan berkembang dari
pengalaman yang terus menerus. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan pada
saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang mempengaruhi tingkah lakunya
dikemudian hari (Agustiani, 2006:139)
Berdasarkan konsep-konsep di atas peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita, apa dan
bagaimana diri kita, pandangan tersebut mulai dari identitas diri, citra diri, harga diri,
ideal diri gambaran diri, serta peran diri kita, yang diperoleh dari interaksi diri sendiri
maupun dengan orang lain, (lingkungan saya).
Peneliti mencoba melakukan penelitian terkait Hubungan antara Self Esteem
dengan School Bullying pada Facebook Remaja SMA Negeri 4 Kendari. Keterkaitan
dengan teori konsep diri yaitu menjelaskan tentang dirinya dengan mengetahui siapa
dia, apa yang dia rasakan dan apa yang diperbuat, sehingga dengan teori ini secara
rinci akan di temukan hubungan antara self esteem dengan school bullying pada
facebook remaja SMA Negeri 4 Kendari.

28
Hubungan antara Self Esteem dengan School
Bullying pada Facebook Remaja SMA Negeri 4
Kendari

Self Esteem (X) School Bullying (Y)

Teori Konsep Diri


Agustiani, H. 2006: 139

29
Sumber: Hasil Modifikasi Peneliti, 2019

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Kendari, jln. Jenderal
Ahmad Yani no. 13 kadia, tepatnya di SMA Negeri 4 Kendari, pemilihan lokasi ini
dikarenakan SMA Negeri 4 Kendari merupakan salah satu sekolah yang dikenal
sebagai sekolah unggulan di Sulawesi Tenggara, dan salah satu sekolah berstandar
internasional.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

30
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah orang yang dapat
memberikan informasi terkait permasalahan yang diteliti, dan memiliki akun
facebook yaitu siswa siswi SMA Negeri 4 Kendari kelas XI A sebanyak 40 orang.
3.2.2. Sampel
Mengambil sampel menurut Sugiyono (1997: 57) sampel yang di ambil
sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian
ini jumlah sampel yang di gunakan oleh peneliti sebanyak 30 responden dengan
alasan mereka merupakan pengguna facebook aktif sehingga dapat memberikan
informasi sesuai yang dibutuhkan peneliti.
3.2.3. Teknik Pengambilan Sampel
Agar sampel yang diambil representatif atau mewakili populasi maka
pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling Arikunto (2006:146)
mengatakan bahwa purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel
dengan tidak berdasarkan random melainkan bersarkan pertimbangan yang berfokus
pada tujuan tertentu”.Alasan pemilihan sampel dengan menggunakan purposive
sampling adalah karena tidak semua informan memiliki kriteria yang sesuai dengan
yang peneliti tentukan, oleh karena itu peneliti memilih teknik purposive sampling.
3.3. Jenis dan Sumber Data
3.3.1. Jenis Data
1. Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka atau dengan kata
lain data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar. Dalam penelitian ini
berupa latar belakang, dan data-data lain yang diambil dari penelusurah
secara online
2. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh pada lokasi penelitian yang
telah tersedia dalam bentuk angka atau jumlah
3.3.2. Sumber Data
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti melalui
sumbernya dengan melakukan penelitian ke objek yang diteliti, adapula data tidak
langsung yang diperoleh peneliti melalui orang lain atau mencari melalui sosial

31
media. Data ini diperoleh dari sumber kedua yang didapatkan dengan cara studi
dokumentasi, baik cetak maupun melakukan penelusuran secara online diperoleh dari
internet yang berhubungan dengan penelitian (Sugiyono, 2005: 62).
3.4. Identifikasi Variable Penelitian
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel bebas (independent variable) yaitu “ self esteem”
2. Variable terikat (dependent variable) yaitu “school bullying di facebook
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan beberapa teknik untuk mengumpulkan data, dalam
penelitian ini yaitu:
1) Angket atau Kuesioner
Angket atau Kuesioner merupakan teknik pengungumpulan data melalui
formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada
seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban dan informasi yang
diperlukan oleh peneliti. Sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban
yang yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara member tanda silat
checklist. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti
tahu pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa di harapkan dari
responden (Iskandar, 2008: 77).
2) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode penelitian dimana penelitian akan
mengumpulkan dokumen-dokumen. Dokumen ini bias berupa dokumen Publik
seperti, Koran, makalah, dan laporan, atau dokumen privat seperti buku harian diary,
Surat, E-mail, dan foto-foto), (Creswell, 2010:270). Dokumen dalam penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis dan interpretasi
data.
Prosedur pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

32
1. Pengeditan (editing). Pengeditan adalah proses yang bertujuan agar data yang
dikumpulkan dapat memberikan kejelasan, mudah dibaca, konsisten, dan
lengkap.
2. Pemberian kode (coding) pemberian kode merupakan suatu cara memberikan
kode tertentu terhadap berbagai macam jawaban kuesioner untuk
dikelompokkan menjadi kategori yang sama.
3. Pemberian skor (scoring) setiap pilihan jawaban responden diberi skor nilai
atau bobot yang disusun secara bertingkat berdasarkan skala yang paling
banyak digunakan. Untuk angket penelitian, perilaku siswa dan kinerja siswa.
Skor yang diberikan adalah sebagai berikut :
a. Sangat Setuju (SS) = 5
b. Setuju (S) = 4
c. Cukup Setuju (CS) = 3
d. Tidak Setuju (TS) = 2
e. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

3.6. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yaitu alat yang digunakan untuk merekan informasi yang
dikumpulkan, (Farida yusuf tayibnapis, 2000: 102). Selain itu juga Instrumen
penelitian adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau
informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Instrument
yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Instrument penelitian ini
dipergunakan saat pengumpulan data lapangan sebagai sumber data primer.
Sementara kebutuhan pengumpulan data sekunder menggunakan instrument
penelitian catatan tertulis tentang buku dan arsip.
Adapun kisi-kisi angket hubungan antara self esteem dengan school bullying
pada facebook remaja SMA Negeri 4 Kendari sebagai berikut:

33
Tabel 3.1. Kisi-kisi angket hubungan antara self esteem dengan school bullying pada
facebook remaja SMA.
Variabel Indikator Jumlah Soal
Keberartian diri 1 soal
Hubungan Self Esteem (X) Kebergunaan diri 2 soal
Kefektifan diri 3 soal
Perilaku bullying fisik 2 soal
Perilaku bullying verbal 3 soal
Perilaku Bullying (Y)
Perilaku bullying relasional 3 soal
Perilaku bullying elektronik 2 soal

3.7. Teknik Analisis Data


Hubungan antara self esteem dengan school bullying pada facebook remaja
SMA Negeri 4 Kendari dengan menggunakan paradigma sederhana, persamaannya
sebagai berikut:

X Y

Keterangan:
X = Self Esteem
Y = School Bullying
3.8. Operasional Variabel
Operasional variabel adalah desain dari sebuah penelitian yang berisi variabel
penelitian, indikator penelitian, dan teknik pengumpulan data, adapun operasional
variabel dalam penelitian ini dijelaskan dalam table berikut:

Tabel 3.1 Operasional Variabel


Variabel Indikator Skala
1. Keberartian diri 5 = Sangat Setuju
2. Kebergunaan diri 4 = Setuju
Self Esteem (X) 3. Keefektifan diri 3 = Cukup Seteju
2 = Tidak Setuju
1 = Sangat Tidak Setuju

34
1. Bullying Fisik 5 = Sangat Setuju
2. Bullying Verbal 4 = Setuju
School Bullying (Y) 3. Bullting Relasional 3 = Cukup Seteju
4. Bullying Elektronik 2 = Tidak Setuju
1 = Sangat Tidak Setuju

3.9. Konseptualisasi
Konseptualisasi adalah pemaknaan dari konsep yang di gunakan, sehingga
memudahkan penelitian untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan, adapun
konseptualisasi dalam penelitian ini adalah:
a. Self esteem yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja yang memiliki
self esteem yang tinggi dominan akan melakukan kegiatan yang bermanfaat
dan tidak merugikan orang lain, sedangkan remaja yang memiliki self esteem
yang rendah maka akan lebih sering menjadi korban bulian temannya, dan
tidak di hargai.
b. School bullying yaitu perilaku menyimpang yang ditunjukkan oleh seseorang
kepada orang lain seperti perilaku tidak sopan, kasar, tidak sabar, kurangnya
rasa hormat pada orang lain, adanya kekerasan fisik maupun psikologis.
c. Facebook, yaitu situs yang menyediakan informasi dan sebuah situs yang
menghadirkan layanan jejaring sosial yang sering digunakan mengunggah
foto, yang disertai dengan caption yang bisa di lihat semua pemilik akun
facebook.
d. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa, yang terjadi
diumur 12-21 tahun, dimana masa ini seorang remaja akan mengalami
pubertas.
e. Hubungan adalah suatu keadaan saling berkaitan, saling mempengaruhi dan
saling ketergantungan antara satu dan yang lainnya.

35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 4 Kendari
SMA Negeri 4 Kendari merupakan salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri
yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia, Sama dengan SMA Negeri
lainnya yang pada umumnya di Indonesia masa pendidikan sekolah di SMA Negeri 4
Kendari ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari kelas X sampai kelas
XII.
SMA Negeri 4 Kendari didirikan pada tahun 1975, dengan jumlah kelas 36
kelas hingga 2019 kini memiliki 47 ruang kelas, dengan akses internet yang
disediakan oleh sekolah, sumber listrik yang memadai, daya listrik 80,000, dengan
luas tanah 25,000 M2 program studi, jurusan atau peminatan, Kelas X dan XI ( MIA,
IIS dan BAYA) kelas XII (IPA, IPS). Rentan Kelas, X MIA, X ISS, X BAYA, XI
MIA, XI ISS, XI BAYA, XII IPA, XII IPS. Kurikulum yang digunakan yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum 2013 (K13). Lokasi,
Jl. Jend. Ahmad Yani No. 13A, Kendari, Sulawesi Tenggara. MOTO, pada tahun
2013, sekolah ini sudah mulai menggunakan Kurikulum 2013 sebelumnya dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan.
SMA Negeri 4 Kendari dengan tenaga pengajar berjumlah 92 orang siswa
laki-laki berjumalah 789 orang, dan siswa perempuan berjumlah 919 orang, data ini
diperoleh dari data sekolah yang diambil ditahun 2018/2019. SMA Negeri 4 Kendari
dikenal sebagai sekolah favorit dilingkungan Sulawesi Tenggara dan merupakan
sekolah bergengsi, untuk masuk sebagai siswa siswi SMA Negeri 4 Kendari harus
mengikuti seleksi yang cukup ketat, sehingga hanya orang-orang terpilih yang
memiliki nilai akademik yang baik, yang bisa diterima menjadi siswa atau siswi SMA
Negeri 4 Kendari.

36
2. Visi dan Misi
Visi dan Misi yang dimiliki oleh SMA Negeri 4 Kendari, yaitu Unggul Dalam
Prestasi, Teladan Berdisiplin, Anggun Beretika, dan Berwawasan Lingkungan yang
Dilandasi Iman dan Taqwa. Sebagaimana dapat dilihat pda tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1. Visi dan Misi Sekolah
Visi Misi
 Unggulan dalam prestasi  Melaksanakan pembelajaran dan
intrakurikuler dan ekstrakurikuler bimbingan secara efektif dan
yang sejalan dengan intrakurikuler. menyenangkan serta melaksanakan
 Teladan dalam disiplin belajar dan penilaian secara komperehensif,
bekerja. berkelanjutan, berkelanjutan, jujur,
 Anggun bertetika baik perilaku dan transparan sehingga GSA (gain
maupun penampilan. score achievement) yang dicapai
 Berwawasan lingkungan baik fisik setiap tahun meningkat.
biologis maupun lingkungan berciri  Menyelenggarakan pembelajaran
masyarakat belajar. yang dapat melayani siswa yang
 Dilandasi iman dan taqwa diukur memiliki kecerdasan dan
dari pelaksanaan ibadah dan keberbakatan yang luar biasa.
pengalaman ajaran agama yang  Meningkatkan kualitas pembelajaran
dianut. dan ekstrakurikuler dalam rangka
menguasai IPTEK dan membekali
siswa dengan life skill.
 Meningkatkan semangat keunggulan
pada seluruh warga sekolah dalam
belajar, bekerja, dan berkarya.
 Menjadi model sekolah penjamin
mutu pendidikan melalui sertifikat
ISO 9001.
 Meningkatkan kesadaran dan ketaatan

37
dalam berperilaku dan penampilan
sesuai tata tertib sekolah.

3. Fasilitas
Fasilitas yang disediakan oleh sekolah yang merupakan kebutuhan siswa siswi
SMA N 4 Kendari yang dikelolah langsung oleh sekolah, dapat dilihat pada tabel
sebagai beriku:
Tabel 4.2. Ruang Sekolah
No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Uit
1 Ruang Kepala Sekolah 1 unit
2 Ruang Tata Usaha 1 unit
3 Ruang Humas 1 unit
4 Ruang Wakasek 1 unit
5 Ruang Kelas 47 unit
6 Guadang Aula / Serbaguna 1 unit
7 Laboratorium Biologi 1 unit
8 Laboratorium Bahasa 1 unit
9 Laboratorium Fisika 1 unit
10 Laboratorium Kimia 1 unit
11 Laboratorium Komputer 1 unit
12 Perpustakaan 1 unit
13 Mushollah 1 unit
14 Kantin 10 unit
15 Lapangan Apel atau Upacara 1 unit
16 Lapangan Basket (Outdoor) 1 unit
17 Lapangan Voli (Outdoor) 1 unit
18 Lapangan Tenis (Outdoor) 1 unit
19 Lapangan Bulu Tangkis (Outdoor) 1 unit
20 Lapangan Futsal (Outdoor) 1 unit
21 Lapangan Takraw (Outdoor) 1 unit
22 Tempat Parker Kendaraan 1 unit
Jumlah 79 unit
4. Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah yang dijalankan dan saat ini
kembangkan oleh sekolah yaitu dapat di lihat pada tabel sebagai berikut:

38
Tabel 4.3. Kegiatan Ekstrakurikuler
No. Jenis Kegiatan
1 Paskibra
2 Pramuka
3 Palang Merah Remaja (PMR)
4 Komite Olah Raga Sekolah (KORS)
5 RECC (Bahasa Inggris)
6 Rohani Islam (Rohis)
7 Persatuan Siswa Kristen (Persik)
8 Pusat Informasi dan Konseling Reproduksi Remaja (PIKRR)
9 Information and Technology Club (ITC)
10 Pers dan Mading (PERSMA)
11 Biologi Science Club (BSC)
12 Talk Lovers Club (TLC)
13 Siswa Gemar Matematika (Sigma)
14 Kumpulan Persatuan Hindu Dharma (KPHD)
15 Badan Intelegen Siswa (BIS)
16 Komite Keamanan Sekolah (K2S)
17 Koperasi Siswa (KOPSIS)
18 Sanggar Seni SMA 4 Art Center (SASESMARTER)
19 Siswa Pecinta Alam (SISPALA)
20 Chemistry Lovers Club (CLC)
21 AFP
22 Space
23 Tim Keamanan Pangan dan Bank Sampah
24 Taman Sekolah (dikelola oleh OSIS dan ORDIBASIS)
4.1.2. Karakteristik Responden
Hasil penelitian yang dilakukan SMA Negeri 4 Kendari dengan judul
“Hubungan antara Self Esteem dengan School Bullying pada Facebook SMA Negeri 4
Kendari“. Untuk mengetahui mengidentifikasi hubungan antara self esteem dengan
school bullying pada facebook remaja SMA Negeri 4 Kendari, digunakan metode
penelitian Kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, maka dilakukan paparan
penjelasan dan gambar data yang telah diperolah dengan menggunakan wawancara
yang dipandu dengan kuesioner.
1. Jenis Kelamin

39
Karakteristik responden pada penelitian ini meliputi siswa siswi SMA Negeri
4 Kendari dengan 30 responden meliputi laki-laki sebanyak 4 responden dan
perempuan sebanyak 26 responden. Responden berdasarkan jenis kelamin dimaksud
untuk mengetahui komposisi gender di SMA Negeri 4 Kendari, dengan jelas di
jelaskan dalam pada table sebagai berikut:
Tabel 4.4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Kelas Jumlah
1 Laki-laki XI 4 orang
2 Perempuan XI 26 orang
Sumber: Data primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan table 4.4 di atas maka dapat dilihat bahwa jumlah siswa SMA
Negeri 4 Kendari yang menjadi responden dalam penelitian ini didominasi dengan
perempuan dengan jumlah 26 responden dan untuk laki-laki sebanyak 4 responden.
2. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi respon dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, sesuai hasil penelitian dengan
menggunakan angket maka diperoleh data umur responden sebagai berikut:
Data kuesioner menunjukan bahwa sebanyak 11 responden berumur 14
tahun, dan yang berumur 15 -16 tahun sebanyak 19 responden. Dengan demikian
diketahui bahwa responden. Berdasarkan data penelitian karakteristik responden pada
penelitian ini adalah siswa siswi SMA Negeri 4 Kendari yang tingkat usianya masih
masuk pada kategori remaja. Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan 30
kuesioner yang disebarkan secara langsung.
4.1.3. Hubungan self esteem
Untuk mengetahui jawaban responden mengenai pernyataan pada kuesioner.
Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5. Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan, apakah anda metuju
bila mendapat apresiasi dari teman anda maka lebih meningkatkan
kepercayaan diri, dan lebih berarti diantara teman-teman.

40
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS 15 50
2 S 15 50
3 CS - -
4 TS - -
5 STS - -
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari 30
responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai mendapat apresiasi dari teman anda lebih meningkatkan
kepercayaan diri dinyatakan sangat berpengaruh pada diri individu, dari 30 responden
terdapat 15 responden (50%) menyatakan sangat setuju, 15 responden (50%)
menyatakan setuju, dan tidak ada responden yang menyatakan cukup setuju, tidak
setuju dan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 15 responden (50%) menyatakan
sangat setuju. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang
positif dari jawaban responden, sehingga gambaran tersebut dapat diketahui bahwa
apresiasi dari teman lebih meningkatkan kepercayaan diri. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan jawaban responden yang mayoritas menjawab sangat setuju dan setuju
pada indikator apresiasi dari teman anda lebih meningkatkan kepercayaan diri.
Tabel 4.6. Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan apakah anda menjadi
lebih berharga diantara teman-teman anda apabila dihargai.
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS 7 23,33
2 S 11 36,66
3 CS 10 33,33
4 TS 2 6,66
5 STS - -
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019

41
Berdasarkan tabel 4.6 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari 30
responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai menjadi lebih berharga diantara teman-teman apabila
dihargai, dinyatakan penghargaan orang lain dapat mempengaruhi keberartian
seorang individu, dari 30 responden terdapat 7 responden (23,33%) menyatakan
sangat setuju, 11 responden (36,66%) menyatakan setuju 10 responden (33,33)
menyatakan cukup setuju, 2 responden (6,66%) menyatakan tidak setuju, dan tidak
ada yang menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 11 responden (36,66%) menyatakan
setuju. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang positif
dari jawaban responden, sehingga gambaran tersebut dapat diketahui bahwa akan
menjadi lebih berharga diantara teman-teman apabila dihargai. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan jawaban responden yang mayoritas menjawab setuju dan cukup setuju
pada indikator akan menjadi lebih berharga diantara teman-teman apabila dihargai
Tabel 4.7. Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan apakah anda lebih
menghargai diri anda dengan keadaan seperti ini apaadanya.
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS 13 43,33
2 S 7 23,33
3 CS 2 6,66
4 TS 8 26,66
5 STS - -
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari 30
responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai lebih menghargai diri dengan keadaan apaadanya,
dinyatakan penghargaan orang lain dapat mempengaruhi keberartian seorang
individu, dari 30 responden terdapat 13 responden (43,33%) menyatakan sangat
setuju, 7 responden (23,33%) menyatakan setuju 2 responden (6,66%) menyatakan

42
cukup setuju, 8 responden (26,66%) menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang
menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 13 responden (43,33%) menyatakan
sangat setuju. Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang
positif dari jawaban responden, sehingga gambaran tersebut dapat diketahui bahwa
menghargai diri sendiri merupakan sebuah prestasi pribadi seorang individu yang
telah dicapai dalam hidupnya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban responden
yang mayoritas menjawab sangat setuju pada indikator lebih menghargai diri sendiri
apaadanya.
Tabel 4.8. Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan apakah anda
merasa gagal jika sering mendapat hinaan dari teman
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS 3 10
2 S 11 36,66
3 CS 11 36,66
4 TS 5 16,66
5 STS - -
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari 30
responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai merasa diri gagal jika sering mendapatkan hinaan dari
teman, dinyatakan hinaan yang terlalu sering dapat mempengaruhi perkembangan
psikologi seorang individu apabila secara terus menerus mendapatkan serangan
seperti hinaan, dari 30 responden terdapat 3 responden (10%) menyatakan sangat
setuju, 11 responden (36,66%) menyatakan setuju 11 responden (36,66%)
menyatakan cukup setuju, 5 responden (16,66%) menyatakan tidak setuju, dan tidak
ada yang menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 11 responden (36,66%) menyatakan
sangat setuju dan 11 responden (36,66 %) mengatakan cukup setuju. Dari gambaran
tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang kurang positif dari jawaban

43
responden, sehingga gambaran tersebut dapat diketahui bahwa merasa diri gagal jika
sering mendapatkan hinaan dari teman membuat perkembangan seorang anak
menjadi menurun, bahkan akan terjadi ketertinggalan mental bila seorang anak terus
mendapatkan hinaan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban responden yang
mayoritas menjawab setuju dan cukup setuju pada indikator merasa diri anda gagal
jika sering mendapatkan hinaan dari teman.
Tabel 4.9. Distribusi jawaban dari responden mengenai pernyataan apakah hinaan
berulang-ulang membuat anda semakin lemah dan tidak percaya diri.
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS 8 26,66
2 S 12 40
3 CS 10 33,33
4 TS - -
5 STS - -
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.9 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari 30
responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai hinaan berulang-ulang membuat anda semakin lemah
dan tidak percaya diri, dinyatakan hinaan yang terlalu sering dapat mempengaruhi
kepercayaan diri, dan akan semakin lemah di maata kawan-kawannya, dari 30
responden terdapat 8 responden (26,66%) menyatakan sangat setuju, 12 responden
(40%) menyatakan setuju 10 responden (363,33%) menyatakan cukup setuju, tidak
ada yang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak
setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 12 responden (40%) menyatakan
setuju dan 10 responden (33,33 %) mengatakan cukup setuju. Dari gambaran tersebut
dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang negatif dari jawaban responden,
sehingga gambaran tersebut dapat diketahui bahwa merasa hinaan berulang-ulang
membuat semakin lemah dan tidak percaya diri membuat perkembangan seorang
anak menjadi menurun. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban responden yang

44
mayoritas menjawab setuju dan cukup setuju pada indikator hinaan berulang-ulang
membuat anda semakin lemah dan tidak percaya diri.
Tabel 4.10. Distribusi jawaban dari responden mengenai pernyataan apakah anda
sering mendapat hinaan atau komentar yang menyinggung dan
menyerang pribadi personal dapat membuat anda terkucilkan.
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS 8 26,66
2 S 12 40
3 CS 10 33,33
4 TS - -
5 STS - -
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.10 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari
30 responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai hinaan atau komentar yang menyinggung dan
menyerang pribadi personal dapat membuat seseorang terkucilkan, dinyatakan hinaan
yang yang menyinggung dan menyerang pribadi personal itu berdampak pada
seseorang sehingga terkucilkan, dari 30 responden terdapat 8 responden (26,66%)
menyatakan sangat setuju, 12 responden (40%) menyatakan setuju 10 responden
(36,33%) menyatakan cukup setuju, tidak ada yang menyatakan tidak setuju, dan
tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 12 responden (40%) menyatakan
setuju dan 10 responden (33,33 %) mengatakan cukup setuju. Dari gambaran tersebut
dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil yang negatif dari jawaban responden,
sehingga gambaran tersebut dapat diketahui bahwa hinaan atau komentar yang
menyinggung dan menyerang pribadi personal dapat membuat seseorang terkucilkan.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban responden yang mayoritas menjawab setuju
dan cukup setuju pada indikator hinaan atau komentar yang menyinggung dan
menyerang pribadi personal dapat membuat seseorang terkucilkan.
4.1.4. Hubungan Perilaku bullying

45
Untuk mengetahui jawaban para responden perilaku bullying maka dapat
dianalisis melalui tabel kuesioner dibawah ini.
Tabel 4.11. Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan apakah anda
pernah mendapatkan bullying fisik
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS - -
2 S - -
3 CS 16 53,33
4 TS 14 46,66
5 STS - -
Total 30 100
Sumber : Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari
30 responden untuk variabel di atas yaitu :
Pernyataan mengenai pernah mendapatkan bullying fisik, dinyatakan bullying
fisik selain mengganggu perkembangan psikologi korban, juga merugikan badan
korban karena adanya bullying fisik, dari 30 responden terdapat 16 responden
(53,33%) menyatakan cukup setuju, dan 14 responden (46,66%) menyatakan tidak
setuju tidak ada yang menyatakan sangat setuju, tidak ada yang menyatakan setuju,
dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 16 responden (53,33 %) mengatakan
cukup setuju dan 14 responden (46,66%) menyatakan tidak setuju. Dari gambaran
tersebut dapat disimpulkan bahwa bullying fisik tidak begitu dominan dilakukan
sekalipun masih ada yang melakukannya secara sembunyi-sembunyi. dari jawaban
responden, sehingga gambaran tersebut dapat diketahui bahwa bullying fisik tidak
begitu nampak terjadi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban responden yang
mayoritas menjawab cukup setuju dan tidak setuju pada indikator perilaku bullying
fisik.
Tabel 4.12. Distribusi jawaban dari responden mengenai pernyataan apakah anda
sering mendapatkan bullying fisik secara berulang-ulang
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)

46
1 SS - -
2 S - -
3 CS - -
4 TS 23 76,66
5 STS 7 23,33
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.12 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari
30 responden untuk variabel di atas yaitu :
Pernyataan mengenai pernah mendapatkan bullying fisik berulang-ulang,
dinyatakan untuk perilaku bullying fisik secara berulang-ulang untuk saat ini belum,
dari 30 responden terdapat 23 responden (76,66%) menyatakan tidak setuju, 7
responden (23,33%) menyatakan sangat tidak setuju tidak ada yang menyatakan
sangat setuju, tidak ada yang menyatakan setuju, dan tidak ada yang menyatakan
cukup setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 23 responden (76,66%) menyatakan
tidak setuju dan 7 responden (23,33 %) mengatakan sangat tidak setuju. Dari
gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hasil bahwa bullying fisik
belum nampak terjadi tetapi tidak menutup kemungkinan ada beberapa korban
bullying fisik yang tidak mau menceritakan bahwa telah mendapatkan bullying fisik
yang diakukan pelaku yang secara sembunyi-sembunyi. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan jawaban responden yang mayoritas menjawab tidak setuju dan sangat
tidak setuju pada indikator perilaku bullying fisik yang berulang-ulang.
Tabel 4.13. Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan apakah sangat
berpengaruh dengan harga diri anda apabila mendapati perilaku
bullying di facebook.
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS 11 36,66
2 S 19 63,33
3 CS - -
4 TS - -
5 STS - -

47
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.13 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari
30 responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai pernah mempengaruhi harga diri bila terjadi perilaku
bullying pada facebook, dinyatakan perilaku bullying pada facebook sangat
berdampak pada harga diri korban bullying, dari 30 responden terdapat 11 responden
(36,66%) menyatakan sangat setuju, 19 responden (63,33%) menyatakan setuju, tidak
ada yang menyatakan cukup setuju, tidak ada yang menyatakan tidak setuju, dan
tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 11 responden (36,66%) menyatakan
setuju dan 19 responden (63,33 %) mengatakan setuju. Dari gambaran tersebut dapat
disimpulkan bahwa perilaku bullying pada facebook sangat berdampak pada harga
diri korban bullying. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban responden yang
mayoritas menjawab sangat setuju dan setuju pada indikator mempengaruhi harga diri
bila terjadi perilaku bullying pada facebook.
Tabel 4.14. Distribusi jawaban dari responden mengenai pernyataan apakah anda
pernah mendapatkan perilaku bullying dengan sentuhan fisik atau
bullying verbal dalam waktu bersamaan.
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS - -
2 S - -
3 CS 6 20
4 TS 24 80
5 STS - -
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.14 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari
30 responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai perilaku bullying dengan sentuhan fisik atau bullying
verbal dalam waktu bersamaan, dinyatakan bullying sering terjadi baik dilakukan

48
secara sengaja maupun tidak sengaja, dari 30 responden terdapat 6 responden (20%)
menyatakan cukup setuju, 24 responden (80%) menyatakan tidak setuju, tidak ada
yang menyatakan sangat setuju, tidak ada yang menyatakan setuju, dan tidak ada
yang menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 6 responden (20%) menyatakan cukup
setuju dan 24 responden (80 %) mengatakan tidak setuju. Dari gambaran tersebut
dapat disimpulkan bahwa perilaku bullying dengan sentuhan fisik atau bullying verbal
dalam waktu bersamaan tidak terus menerus terjadi, dikarenakan bullying ini bisa
saja terjadi secara sengaja ataupun tidak sengaja. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
jawaban responden yang mayoritas menjawab cukup setuju dan tidak setuju pada
indikator perilaku bullying dengan sentuhan fisik atau bullying verbal dalam waktu
bersamaan.
Tabel 4.15. Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan apakah anda
pernah merasa diteror atau disebar gossip tentang pribadi anda
hingga membuat anda merasa sebagai korban bullying.
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS - -
2 S 11 36,66
3 CS 19 63,33
4 TS - -
5 STS - -
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.15 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari
30 responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai mengenai pernah merasa diterror atau disebar gossip
tentang pribadi anda hingga membuat anda merasa sebagai korban bullying,
dinyatakan perilaku bullying dengan disebar gossip, sudah tidak asing lagi,
sebagaimana dari 30 responden terdapat 11 responden (36,66%) menyatakan setuju,
19 responden (63,33%) menyatakan cukup setuju, tidak ada yang menyatakan sangat

49
setuju, tidak ada yang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan
sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 11 responden (36,66%) menyatakan
setuju dan 19 responden (63,33 %) mengatakan cukup setuju. Dari gambaran tersebut
dapat disimpulkan bahwa mengenai pernah merasa diterror atau disebar gossip
tentang pribadi anda hingga membuat anda merasa sebagai korban bullying bukan
lagi masalah baru di kalangan masyarakat . Hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban
responden yang mayoritas menjawab setuju dan tidak setuju pada indikator mengenai
pernah merasa diterror atau disebar gossip tentang pribadi anda hingga membuat anda
merasa sebagai korban bullying.
Tabel 4.16. Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan apakah perilaku
bullying yang menyerang pribadi anda membuat anda terkucilkan.
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS 10 33,33
2 S 20 66,66
3 CS - -
4 TS - -
5 STS - -
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.16 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari
30 responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai perilaku bullying yang menyerang pribadi membuat
menjadi terkucilkan, dinyatakan perilaku bullying yang menyerang pribadi membuat
seorang individu merasa sendiri, dari 30 responden terdapat 10 responden (33,33%)
menyatakan sangat setuju, 20 responden (66,66%) menyatakan setuju, tidak ada yang
menyatakan cukup setuju, tidak ada yang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada
yang menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 10 responden (33,33%) menyatakan
sangat setuju dan 20 responden (66,66 %) mengatakan setuju. Dari gambaran tersebut
dapat disimpulkan bahwa perilaku perilaku bullying yang menyerang pribadi anda

50
membuat korban menjadi terkucilkan. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban
responden yang mayoritas menjawab sangat setuju dan setuju pada indikator perilaku
bullying yang menyerang pribadi anda membuat anda menjadi terkucilkan.
Tabel 4.17. Distribusi jawaban dari responden mengenai pernyataan apakah anda
pernah diabaikan oleh teman-teman sekelas anda yang membuat anda
merasa tidak nyaman dan merasa sendiri.
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS 7 23,33
2 S 14 46,66
3 CS 9 30
4 TS - -
5 STS - -
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.17 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari
30 responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai diabaikan oleh teman- teman sekelas yang membuat
korban merasa tidak nyaman dan merasa sendiri, dinyatakan bullying sering terjadi
baik dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja, dari 30 responden terdapat 7
responden (23,33%) menyatakan sangat setuju, 14 responden (46,66%) menyatakan
setuju, 9 responden (30%) menyatakan cukup setuju, tidak ada yang menyatakan
tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 14 responden (46, 66%) menyatakan
setuju dan 9 responden (30 %) mengatakan cukup setuju. Dari gambaran tersebut
dapat disimpulkan bahwa diabaikan oleh teman- teman sekelas yang membuat korban
merasa tidak nyaman dan merasa sendiri. Hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban
responden yang mayoritas menjawab cukup setuju dan tidak setuju pada indikator
diabaikan oleh teman- teman sekelas yang membuat korban merasa tidak nyaman dan
merasa sendiri.

51
Tabel 4.18. Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan apakah ditertawai
dengan nada mengejek yang membuat anda kurang percaya diri.
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS 12 40
2 S 18 60
3 CS - -
4 TS - -
5 STS - -
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.18 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari
30 responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai ditertawai dengan nada mengejek sehingga kurang
percaya diri, dinyatakan ditertawai dengan nada mengejek berdampak pada kurang
percaya diri, dari 30 responden terdapat 12 responden (40%) menyatakan sangat
setuju, 18 responden (60%) menyatakan setuju, tidak ada yang menyatakan cukup
setuju, tidak ada yang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan
sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 12 responden (40%) menyatakan
sangat setuju dan 18 responden (60%) mengatakan setuju, dari gambaran tersebut
dapat disimpulkan bahwa ditertawai dengan nada mengejek sehingga kurang percaya
diri, hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban responden yang mayoritas menjawab
sangat setuju dan setuju pada indikator ditertawai dengan nada mengejek sehingga
kurang percaya diri.

Tabel 4.19. Distribusi jawaban responden mengenai pernyataan apakah anda pernah
mendapatkan kata-kata kasar di kolom komentar facebook yang
menyinggung perasaan anda, hingga membuat stress.
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS - -

52
2 S 16 53,33
3 CS 14 46,66
4 TS - -
5 STS - -
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.19 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari
30 responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai kata-kata kasar di kolom komentar facebook yang
menyinggung perasaan anda, hingga membuat stress, dinyatakan tidak positif, dari 30
responden terdapat 16 responden (53,33%) menyatakan setuju, 14 responden
(46,66%) menyatakan cukup setuju, tidak ada yang menyatakan sangat setuju, tidak
ada yang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak
setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 16 responden (53, 33%) menyatakan
setuju dan 14 responden (46, 66 %) mengatakan cukup setuju, dari gambaran tersebut
dapat disimpulkan bahwa kata-kata kasar di kolom komentar facebook yang
menyinggung perasaan anda, hingga membuat stress bahkan depresi dan bisa saja
putus sekolah, hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban responden yang mayoritas
menjawab sangat setuju dan setuju pada indikator ditertawai dengan nada mengejek
sehingga kurang percaya diri.

Tabel 4.20. Distribusi jawaban dari responden mengenai pernyataan apakah anda
dikirimkan foto-foto atau video yang telah dimodifikasi atau diedit
hingga membuat anda tidak percaya diri dan dihindari oleh teman-teman
sekelas.
No. Tanggapan Frekuensi (Responden) Presentase (%)
1 SS 13 43,33
2 S 17 56,66
3 CS - -
4 TS - -
5 STS - -

53
Total 30 100
Sumber: Data Primer dari hasil kuesioner 2019
Berdasarkan tabel 4.20 di atas menunjukan hasil angket yang diperoleh dari
30 responden untuk variabel di atas yaitu:
Pernyataan mengenai foto-foto atau video yang telah dimodifikasi atau diedit
sehingga membuat anda tidak percaya diri, dinyatakan tidak positif, dari 30
responden terdapat 13 responden (43,33%) menyatakan sangat setuju, 17 responden
(56,66%) menyatakan setuju, tidak ada yang menyatakan cukup setuju, tidak ada
yang menyatakan tidak setuju, dan tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju.
Berdasarkan data tersebut menemukan 13 responden (43, 33%) menyatakan
sangat setuju dan 17 responden (56,66 %) mengatakan setuju. Dari gambaran tersebut
dapat disimpulkan bahwa foto-foto atau video yang telah dimodifikasi atau diedit
sehingga membuat anda tidak percaya diri, hal ini dapat dilihat berdasarkan jawaban
responden yang mayoritas menjawab sangat setuju dan setuju pada indikator foto-foto
atau video yang telah dimodifikasi atau diedit sehingga membuat anda tidak percaya
diri.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian


Hasil penelitian tentang hubungan antara self esteem dengan school bullying
pada facebook remaja SMA Negeri 4 Kendari, menunjukan bahwa media sosial
seperti facebook contohnya meruapakan salah satu media yang memiliki pengguna
terbesar seluruh dunia, sehingga bila dikaitkan dengan perilaku pembulian dimedia
sosial facebook maka sangat berdampak pada perkembangan psikologi korban,
sebagaimana pada hasil angket di atas.
Tabel 4.21. Perbandingan total skor variabel X dan variabel Y pada 30 sampel
penelitian
No. Resp Variabel ( X ) Variabel ( Y )
1 24 36

54
2 24 40
3 23 33
4 23 36
5 27 35
6 20 38
7 23 34
8 23 35
9 21 38
10 26 36
11 23 37
12 23 34
13 23 35
14 25 33
15 22 37
16 21 36
17 24 35
18 25 37
19 24 35
20 25 38
21 22 34
22 24 35
23 22 35
24 22 41
25 21 36
26 25 34
27 26 37
28 24 33
29 26 35
30 20 37
Jumlah 701 1075
Rata -rata X = 23,36
Rata -rata Y = 35,83
Berdasarkan skor rata-rata dari hasil angket di atas adalah hubungan antara
self esteem dengan perilaku bullying pada facebook remaja SMA Negeri 4 Kendari
memiliki hubungan yang signifikan, dapat dilihat dari skor antara variabel yaitu
presentasi variabel X lebih rendah dari variabel Y, sehingga hubungan antara self
esteem dengan school bullying pada facebook remaja SMA Negeri 4 Kendari

55
berhubungan erat, namun jika skor variabel bebas (X)lebih tinggi dari skor variabel
terikat (Y), maka self esteem dengan perilaku bullying tidak memiliki hubungan
antara keduanya, dan jika skor variabel X dan variabel Y memiliki skor yang sama,
atau seri, maka keduanya pula tidak memiliki hubungan. Sebagaimana skor pada hasil
angket yang menunjukan perilaku bullying memiliki pengaruh yang sangat kuat
terhadap tinggi rendahnya self esteem pada remaja SMA.
Berdasarkan data hasil penelitian hubungan antara self esteem dengan school
bullying pada facebook remaja SMA Negeri 4 Kendari, penelitian ini dapat dijelaskan
dengan teori konsep diri. Teori tersebut di anggap relevan dengan penelitian ini
karena di dalam teori tersebut membahas tentang bagaimana gambaran seseorang
tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman yang diperoleh dari interaksi
dengan lingkungan, konsep ini bukan merupakan faktor bawaan, melainkan
berkembang dari pengalaman yang terus menerus, yang dalam hal ini hubungan
antara self esteem dengan school bullying pada facebook remaja SMA Negeri 4
Kendari. Self esteem dengan school bullying yang sudah tidak asing terdengar
dimasyarakat, dan telah dilakukan penelitian-penelitian sebelumnya, sehingga peneliti
berinisiatif melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara self esteem
dengan school bullying pada facebook remaja SMA Negeri 24 Kendari.

56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Self esteem yang tinggi akan lebih menghargai dirinya sendiri dan dihargai
pula oleh orang lain, sebaliknya seseorang yang memiliki self esteem yang
rendah maka akan lebih besar kemungkinan untuk menjadi korban bullying.
2. Kekuatan Harga diri atau (self esteem) memiliki hubungan yang sangat kuat
dengan perilaku bullying, dapat dilihat dari hasil perhitungan akhir data yang
telah di ambil dengan menggunakan kuesioner, yang diakumulasikan dengan
menggunakan angket, dimana variabel X = 23, 36 dan variabel Y = 35, 83
artinya variabel terikat lebih tinggi dari variabel bebas, sehingga
kesimpulannya terdapat hubungan yang sangat kuat antara self esteem dengan
school bullying pada facebook remaja SMA Negeri 4 Kendari.
3. Berdasarkan skor rata-rata dari hasil angket di atas adalah hubungan antara
self esteem dengan perilaku bullying pada facebook remaja SMA Negeri 4
Kendari memiliki hubungan yang signifikan, dapat dilihat dari skor antara
variabel yaitu presentasi variabel X lebih rendah dari variabel Y, sehingga
hubungan antara self esteem dengan school bullying pada facebook remaja
SMA Negeri 4 Kendari berhubungan erat, namun jika skor variabel bebas
(X)lebih tinggi dari skor variabel terikat (Y), maka self esteem dengan
perilaku bullying tidak memiliki hubungan antara keduanya, dan jika skor
variabel X dan variabel Y memiliki skor yang sama, atau seri, maka keduanya
pula tidak memiliki hubungan. Sebagaimana skor pada hasil angket yang
menunjukan perilaku bullying memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap
tinggi rendahnya self esteem pada remaja SMA.

57
5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada siswa siswi SMA Negeri 4 Kendari,
maka penulis memberikan saran bagi seluruh pihak yang terkait dalam penelitian ini,
bahwa kekuatan harga diri itu sangat penting, sehingga merupakan tugas dan
tanggung jawab masing-masing individu, akan seperti langkah-langkah yang akan
dilakukan untuk menentukan jatidiri, langkah awal menghargai diri sendiri terlebih
dahulu sebelum menuntut penghargaan dari orang lain.

58
DAFTAR PUSTAKA

A. Supratiknya. (1995). Tinjauan psikologi antar pribadi. Yogyakarta: Kanisius


(Anggota IKAPI)
Abdurrahman, mulyono. (1994). Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar. Jakarta:
Rineka cipta
Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan: pendekatang ekologi kaitannya
dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja, Bandung Refika
aditama
Anantasari. (2006) Menyikapi perilaku Agresif Anak. Yogyakarta Kanisus
Arikunto, S. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta bumi Aksara
Brandon, N. (1999). Kiat jitu meningkatkan Harga Dii. Jakarta: Penerbit Interaksara
Breakwell, G. M. 1998.Copying With Aggressive Behavior: Mengatasi Perilaku
Agresif. Penerjemah: Bernadus Hidayat. Yogyakarta Kanisius
Brown, Douglas. (2008). Prinsip Pembelajaran Dan Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Person Education.
Burns R. B. (1993). Konsep Diri: Teori, pengukuran, Perkembangan dan Perilaku.
(Alih Bahasa: Eddy). Jakarta: Arcan.
Creswell, J. W (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif dan mixed.
Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar
Coopersmith, S. (1967). Psikologi Perkembangan, Jakarta: Erlangga
, (1995), Psikologi Pendidikan, Bandung: Alfabeta
Desmita. (2008).Psikologi perkembangan. Bandung: Remaja RosdaKarya.
Desmita. (2008).Psikologi perkembangan. Bandung: Remaja RosdaKarya.
Darajat, Zakiah, (1973). Peraatan jiwa untuk anak-anak. Jakarta: Erlangga
Farida Yusuf, Tayibnapis, (2008), evaluasi program dan instrument evaluasi, PT.
Rineka Cipta, Jakarta
Hurlock, E. B. (1992). Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan
Kehidupan: Jakarta: Erlangga
Hary, (2007). Membangun Rasa Percaya Diri, WorldPress.com
Iskandar, (2008). Metodologi penelitian pendidikan dan social (Kuantitatif dan
kualitatif), Jakarta: Gp Press
Kartini kartono, (1995). Psikologi anak (psikologi perkembangan). Bandung: CV
Mandar maju
Nathaniel, Branden. (2005). Kekuatan Harga Diri. Batam: Interaksara
Olweus. (2005). Kekerasan Tersembunyi Di Sekolah. Jakarta: Grasindo
Santrock, John W. (2003) Adolescence (perkembangan remaja) Jakarta: Erlangga
. (2001). Perkembangan Anak. Kesebelas Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Sarlito Wirawan Sarwono, (2010). Psikologi Remaja. Jakarta: PT, Rineka Cipta
Singgih, D Gunarsa, Y dan Gunarsa, Singgih. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia.
Sri Rumini dan Siti Sundari, (2004), Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta:
Remaja Rosdakarya
Sugiono, (2005). Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta Taylor, S.E, Peplau,
L.A., Sears, D.O. 2012. Psikologi Sosial Edisi kedua belas. Jakarta: Kencana
Wilcox, Lynn. Psikologi Kepribadian, penerjemah, Kumalahadi, P; editor, Abdillah
Halim-cet. 1-Yogyakarta: IRCiSoD, (2018)
SUMBER LAIN
Darmasih, Ririn, (2009). Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada
remaja SMA di Surakarta. Skripsi. Surakarta: Fakultas Kesehatan masyarakat
UMS.

Anda mungkin juga menyukai