Edisi Kesatu
Cetakan pertama, April 2008 Cetakan kelima belas, Juni 2013
Cetakan kelima, Mei 2009 Cetakan keenam belas, Januari 2014
Cetakan kedelapan, April 2010 Cetakan ketujuh belas, Juni 2015
Cetakan kesebelas, November 2011 Cetakan kedelapan belas, September 2015
Cetakan keempat belas, Agustus 2012 Cetakan kesembilan belas, Oktober 2016
297
1. agama islam
I. Judul II. Mikdar, Syaiful III. Suharmawan,Wawan
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Filsafat Ketuhanan ............................................................................. 1.25
Latihan …………………………………………............................... 1.44
Rangkuman ………………………………….................................... 1.45
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.46
Kegiatan Belajar 2:
Martabat Manusia .............................................................................. 2.22
Latihan …………………………………………............................... 2.29
Rangkuman ………………………………….................................... 2.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.30
iv
Kegiatan Belajar 3:
Tanggung Jawab Manusia .................................................................. 2.33
Latihan …………………………………………............................... 2.57
Rangkuman ………………………………….................................... 2.59
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 2.59
Kegiatan Belajar 2:
Peran Umat Beragama dalam Mewujudkan Masyarakat Beradab
dan Sejahtera ...................................................................................... 3.20
Latihan …………………………………………............................... 3.24
Rangkuman ………………………………….................................... 3.24
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.25
Kegiatan Belajar 3:
Hak Asasi Manusia dan Demokrasi .................................................. 3.28
Latihan …………………………………………............................... 3.48
Rangkuman ………………………………….................................... 3.49
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 3.50
Kegiatan Belajar 2:
Fungsi Profetik Agama (Kerasulan Nabi Muhammad SAW) dalam
Hukum Islam ...................................................................................... 4.23
Latihan …………………………………………............................... 4.36
Rangkuman ………………………………….................................... 4.37
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.37
Kegiatan Belajar 2:
Akhlak Mulia dalam Kehidupan ....................................................... 5.22
Latihan …………………………………………............................... 5.44
Rangkuman ………………………………….................................... 5.45
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.46
Kegiatan Belajar 2:
Kewajiban Menuntut dan Mengamalkan Ilmu ................................... 6.23
Latihan …………………………………………............................... 6.36
Rangkuman ………………………………….................................... 6.37
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.37
Kegiatan Belajar 3:
Tanggung Jawab Ilmuwan dan Seniman ............................................ 6.40
Latihan …………………………………………............................... 6.53
Rangkuman ………………………………….................................... 6.54
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 6.54
Kegiatan Belajar 2:
Etos Kerja, Sikap Terbuka, dan Keadilan dalam Islam ...................... 7.24
Latihan …………………………………………............................... 7.47
vii
Kegiatan Belajar 2:
Peranan Agama dalam mewujudkan Persatuan dan Kesatuan
Bangsa ................................................................................................ 8.27
Latihan …………………………………………............................... 8.49
Rangkuman ………………………………….................................... 8.50
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.50
Kegiatan Belajar 2:
Kerukunan Antar Umat Beragama ..................................................... 9.19
Latihan …………………………………………............................... 9.39
Rangkuman ………………………………….................................... 9.40
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.40
Materi mata kuliah ini disajikan dalam sembilan modul dengan rincian
sebagai berikut.
Modul 1 : Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan
Modul 2 : Manusia
Modul 3 : Masyarakat
Modul 4 : Hukum
Modul 5 : Moral
Modul 6 : Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni
Modul 7 : Budaya
Modul 8 : Politik
Modul 9 : Kerukunan Antar Umat Beragama
Pet a Ko m pe ten si
Pendidikan Agama Islam/MKDU4221/3 sks
9
Menerapkan
Kerukunan antar Umat Beragama
8
Menjelaskan tentang Politik
7
Menjelaskan tentang Budaya
6
Menjelaskan tentang IPTEKS
5
Menjelaskan tentang Moral
4
Menjelaskan tentang Hukum
3
Menjelaskan tentang Masyarakat
2
Menjelaskan tentang Manusia
1
Menjelaskan tentang Ketuhanan
Yang Maha Esa
Modul 1
PEN D A HU L UA N
P ada modul satu ini Anda akan diajak untuk mempelajari tentang “Tuhan
Yang Maha Esa dan Ketuhanan”. Topik “Tuhan Yang Maha Esa” akan
membahas tentang keimanan dan ketakwaan, sedangkan Topik
“Ketuhanan” akan membahas tentang Filsafat ketuhanan. Ada dua
pertanyaan yang harus Anda jawab, jika kedua pertanyaan tersebut dapat
Anda jawab berarti Anda sudah memahami materi pada modul ini. Kedua
pertanyaan ini adalah sebagai berikut.
1. Apa arti keimanan dan ketakwaan?
2. Apa yang dimaksud dengan Filsafat ketuhanan?
Agar kedua pertanyaan ini dapat Anda jawab dengan baik, modul ini
akan memberikan penjelasan tentang keimanan dan ketakwaan, dan Filsafat
ketuhanan. Pada modul ini akan dibagi menjadi dua Kegiatan Belajar (KB).
KB 1: Keimanan dan ketakwaan
KB 2: Filsafat ketuhanan
yang tersedia. Jika jawaban Anda telah mencapai > 80% Anda dapat
melanjutkan ke kegiatan belajar berikutnya.
Untuk memudahkan Anda dalam memahami materi yang dipelajari,
perhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Pahami setiap konsep atau prinsip atau prosedur yang disajikan dalam
bagian uraian beserta contoh yang tersedia. Bila ada pertanyaan atau
tugas singkat jawablah atau kerjakan dengan baik.
2. Mantapkan pemahaman Anda melalui refleksi atau pengendapan sendiri
bila perlu diskusikan dengan teman Anda.
3. Manfaatkan pertemuan tutorial tatap muka untuk memantapkan
pengertian Anda terutama tentang konsep, prinsip, prosedur yang bagi
Anda masih meragukan.
Selamat belajar.
MKDU4221/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1
A. KEIMANAN
Artinya: Dan ada di antara manusia mengambil dari selain Allah sebagai
tandingan, mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Dan
orang yang beriman, bersangatan cintanya kepada Allah. Dan jika
sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika
mereka melihat azab (tahulah mereka) bahwa sesungguhnya seluruh
1.4 Pendidikan Agama Islam
Artinya: Dan sungguh Kami telah sediakan untuk (isi) neraka jahanam
kebanyakan dari jin dan manusia; mereka mempunyai hati (tetapi)
tidak mau memahami dengannya, mereka mempunyai mata, mereka
tidak melihat dengannya tetapi mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak mendengar dengannya. Mereka itu seperti binatang ternak
bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
MKDU4221/MODUL 1 1.5
Iqrar artinya pernyataan atau ucapan. Iqrar bil lisaan dapat diartikan
dengan menyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulisan. Amal bil
arkan artinya perilaku gerakan perangkat anggota tubuh. Perbuatan dalam
kehidupan keseharian.
Berdasarkan tafsiran tersebut diketahui, bahwa rukun (struktur) iman ada
tiga aspek yaitu; kalbu, lisan, dan perbuatan. Tepatlah jika iman
didefinisikan dengan pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan
perilaku. Jika pengertian ini diterima, maka istilah iman identik dengan
kepribadian manusia seutuhnya, atau pendirian yang konsisten. Orang yang
beriman berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan dan keterampilan.
Kata iman dalam Al-quran, pada umumnya dirangkaikan dengan kata
lain. Kata rangkaian itulah yang memberikan nilai tentang sesuatu yang
diimaninya. Jika kata iman dirangkaikan dengan kata-kata yang negatif
berarti nilai iman tersebut negatif. Dalam istilah Al-quran, iman yang negatif
disebut kufur. Pelakunya disebut kafir. Berikut ini dikemukakan beberapa
ayat yang mengemukakan kata iman dikaitkan dengan nilai yang negatif di
antaranya: QS. An-Nisaa’ (4): 51.
Kata iman pada ayat tersebut dirangkaikan dengan kata jibti dan taghut,
syaithan dan apa saja yang disembah selain Allah. Kata iman dikaitkan
dengan kata batil (yang tidak benar menurut Allah). QS. Al-Ankabut
(29): 51.
1.6 Pendidikan Agama Islam
Artinya: Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah
menurunkan Kitab kepadamu yang dibacakan kepada mereka?
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah rahmat dan peringatan
bagi kaum yang beriman.
Adapun kata iman yang dirangkaikan dengan yang positif antara lain;
QS. Al-Baqarah (2): 4.
Dalam Al-quran ada kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata-kata
lain, misalnya QS Al-Baqarah (2): 165, silakan Anda baca kembali pada
penjelasan sebelumnya.
B. IMPLIKASI KEIMANAN
Jika iman diartikan percaya, maka ciri-ciri orang yang beriman tidak ada
yang mengetahuinya kecuali hanya Allah saja, karena yang tahu isi hati
seseorang hanyalah Allah. Karena pengertian iman yang sesungguhnya
adalah meliputi aspek kalbu, ucapan dan perilaku, maka ciri-ciri orang yang
beriman akan dapat diketahui, antara lain:
1. Tawakal
Apabila dibacakan ayat-ayat Allah (Al-quran), kalbunya terangsang
untuk melaksanakannya seperti dinyatakan antara lain QS. Al-Anfaal (8):2.
Artinya: Hai sekalian orang-orang yang beriman, makanlah dari yang baik-
baik yang Kami rezekikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada
Allah jika hanya kepada-Nya kamu menyembah.
Mawas diri yang berhubungan dengan alam pikiran, yaitu bersikap kritis
dalam menerima informasi, terutama dalam memahami nilai-nilai dasar
keislaman. Hal ini diperlukan, agar terhindar dari berbagai fitnah. QS. Ali
Imran (3): 7.
MKDU4221/MODUL 1 1.9
Artinya: Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu
padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya akan ditanya.
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum
yang kafir”.
5. Tidak Sombong
Kesombongan merupakan suatu sifat dan sikap yang tercela yang
membahayakan diri maupun orang lain dan lingkungan hidupnya. Seorang
yang telah merasa dirinya pandai, karena kesombongannya akan berbalik
menjadi bodoh lantaran malas belajar, tidak mau bertanya kepada orang lain
yang dianggapnya bodoh. Karena ilmu pengetahuan itu amat luas dan
berkembang terus, maka orang yang merasa telah pandai, jelas akan menjadi
bodoh. Al-quran Surat Luqman (31) ayat 18, menyatakan suatu larangan
terhadap sifat dan sikap yang sombong. Firman Allah QS. Luqman (31): 18.
C. PEMBINAAN IMAN
Kata pembinaan menurut etimologi berasal dari kata bana yang berarti
membangun, sedangkan kata binaan berarti pembangunan. Membangun
1.12 Pendidikan Agama Islam
sesuatu dari yang sama sekali belum ada menjadi ada, atau dari yang telah
ada, dibongkar kemudian dibangun ulang, atau mengembangkan dari yang
telah ada. Apabila iman diartikan sebagai pandangan dan sikap hidup, maka
pembinaan iman berarti membina manusia seutuhnya.
Seperti halnya cinta timbul melalui proses, diawali dari saling mengenal,
kemudian meningkat menjadi senang, rindu yang diikuti oleh berbagai
konsekuensi, demikian pula halnya dengan iman. Iman itu terbentuk melalui
proses. Seluruh faktor yang mempengaruhi kehidupan manusia sejak ia masih
dalam kandungan sampai saat di mana seseorang berada, akan berpengaruh
kepada keimanannya.
Manusia lahir melalui tahapan. Proses kelahiran manusia diawali dengan
nutfah (spermatozoid) yang diproduksi oleh organ laki-laki. Setelah bertemu
dengan buwaidlah (ovum) dalam rahim wanita, nutfah tersebut kemungkinan
meningkat menjadi 'alaqah (semacam darah yang menggumpal) selanjutnya
menjadi mudghah (semacam gumpalan daging). Selanjutnya dilengkapi
dengan tulang-belulang dengan berbagai organ. Setelah organ biologisnya
lengkap, roh dimasukkan ke dalamnya, pada saat sang bayi lahir. Kelahiran
bayi tersebut akan sempurna apabila proses demi proses dilalui dengan baik.
Proses tersebut bukan saja hanya menyangkut organ biologis semata, akan
tetapi juga menyangkut fisik dan psikis.
Spermatozoid dan ovum yang diproduksi dipertemukan atas prinsip
ajaran Allah, merupakan benih yang baik. Pandangan dan sikap hidup
seorang ibu yang sedang hamil akan mempengaruhi jiwa yang dikandungnya.
Istri yang sedang mengandung tidak terlepas dari pengaruh suaminya. Karena
itu, secara tidak langsung pandangan dan sikap hidup suami juga akan
berpengaruh terhadap fisik maupun psikis janin yang ada dalam kandungan
sang ibu. Oleh karenanya, jika seseorang menginginkan anaknya kelak
menjadi mukmin, maka suami-istri hendaknya berpandangan dan bersikap
sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah.
Pada dasarnya, seorang anak lahir tidak mempunyai ilmu. Ia hanya
dilengkapi dengan pembawaan yaitu pendengaran, penglihatan dan sarana
indrawi lainnya. Dari sarana itu manusia mampu menanggapi informasi dan
pengaruh yang ada di lingkungannya. Segala sesuatu yang ada di
lingkungannya itulah yang selanjutnya turut mempengaruhi sikapnya.
Fitrah ilahiah yang dibawanya sejak dalam rahim, memerlukan
pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak
disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah.
MKDU4221/MODUL 1 1.13
Tantangan tersebut ada yang datang dari lingkungan familinya, dan ada yang
datang dari tokoh masyarakat pada waktu itu. Di antara ciri tantangan yang
dihadapi Nabi Muhammad antara lain pola pikir tradisional yang terpaku
dengan warisan nenek moyang, peradaban rasialisme dan materialisme.
Tawaran yang bersifat membujuk pernah diajukan kaum Quraisy kepadanya,
melalui diplomat mereka yaitu Utbah bin Rabiah. Utusan kaum Quraisy itu
menyatakan akan memberikan harta berapa pun jumlah yang
dikehendakinya, atau jabatan dan wanita yang diinginkannya, asalkan Nabi
menghentikan kegiatan dakwahnya. Namun Rasulullah SAW. menolak
tawaran mereka, sekalipun menghadapi tantangan yang lebih berat.
Tantangan yang semula bersifat bujukan itu kemudian meningkat
menjadi fitnah (ancaman) fisik maupun ekonomi. Karena keteguhan dan
kesabarannya, tantangan demi tantangan dapat diatasinya. Perubahan alam
pikiran dari yang negatif menjadi positif seperti yang dialami oleh Umar bin
Khattab yang semula dikenal sebagai orang pembunuh berdarah dingin, kasar
dan kejam, adalah perubahan alam pemikiran yang luar biasa. Semula Umar
adalah salah seorang tokoh penentang dakwah Muhammad, akan tetapi
begitu mendengar tentang ajaran Allah yang disampaikan Muhammad
melalui adiknya, ia minta diantar untuk bertemu dan belajar dengan
Muhammad. Proses perubahan alam pikiran yang berlangsung pada diri
Umar, demikian cepatnya sehingga terlihat luar biasa dan mengejutkan. Akan
tetapi sebenarnya itu bukanlah hal yang luar biasa karena sebelumnya dia
telah mendengar ajaran Allah yang disampaikan Muhammad dari orang lain.
Sikap negatif Umar terhadap Nabi, karena informasi dari mulut ke mulut
yang bersifat fitnah. Setelah mendapatkan keterangan yang sesungguhnya, ia
spontan berbalik menjadi simpati.
Mengenal ajaran Allah secara tepat dan benar, merupakan pengantar
untuk menjadi mukmin. Sebaliknya kekeliruan dalam memahami ajaran
Allah akan berakibat fatal, bahkan lebih fatal daripada tidak mengetahui
sama sekali. Usaha-usaha cendekiawan Yahudi dalam mengelabui umat
Muhammad antara lain mereka mempergunakan ayat-ayat Al-quran,
pengertiannya diputarbalikkan, dengan tujuan agar pendukung Al-quran salah
kaprah dalam beriman. Oleh karena itu, seorang cendekiawan harus
senantiasa waspada terhadap usaha-usaha yang dilakukan oleh gerakan
Yahudi melalui agen-agennya. Pengertian Iman yang semestinya sebagai
pandangan dan sikap hidup yang ruang lingkupnya meliputi kalbu, ucapan,
dan perilaku, dipersempit dan dipotong, sehingga menjadi percaya, yang asal
MKDU4221/MODUL 1 1.17
D. KETAKWAAN
Ibadah sosial adalah ibadah yang jenis dan macamnya tidak ditentukan,
baik oleh Al-quran maupun sunnah rasul. Ibadah sosial menyangkut
perbuatan apa saja yang dilakukan seorang muslim, selama perbuatan itu
tidak termasuk yang dilarang Allah atau rasul-Nya dan dilakukan dengan niat
karena Allah. Seperti dikatakan oleh Imam Qusairi dalam kitab Duratun
Nashihin orang yang taqwa memiliki ciri yaitu tawadlo (rendah hati),
qona’ah (menerima takdir), wara’ (hati-hati) dan yaqin (tawakal). Abu Laits
mengatakan bahwa seseorang dinyatakan takut (taqwa) kepada Allah dapat
terlihat tanda-tandanya dalam tujuh macam hal berikut ini.
1. Ia memiliki lidah yang selalu menjadikannya sibuk berdzikir kepada
Allah, membaca Al-qur’an dan memperbincangkan ilmu. Dengan
demikian lidahnya tidak lagi digunakan untuk berdusta, menggunjing,
dan mengadu domba.
2. Ia memiliki hati yang selalu mengeluarkan dari dalam perasaan tidak
bermusuhan dan dengki.
3. Penglihatannya tidak memandang yang haram, tidak memandang
kepada dunia dengan keinginan nafsu, tetapi ia memandangnya dengan
mengambil i’tibar (contoh).
4. Perutnya tidak dimasukkan barang haram.
5. Tangannya tidak dipanjangkan ke arah yang haram.
6. Telapak kakinya tidak dipakai untuk berjalan menuju maksiat, dan
7. Ketaatannya murni karena Allah.
Jika Anda perhatikan taqwa merupakan kaidah yang terdiri dari suruhan
(amar) dan larangan (nahyi). Melaksanakan amar berdampak pahala
(reward), sedangkan melanggar nahyi berdampak siksa (punishment). Orang
melaksanakan ketakwaan disebut muttaqiin. Sehingga dari setiap perbuatan
ibadah ritual pada akhirnya akan mencapai derajat muttaqiin. Gunakan Al-
qur’an sebagai petunjuk bagi orang yang taqwa, Ibadah puasa ingin
memperoleh derajat muttaqin, shalat yang dilakukan berdampak kepada amar
ma’ruf nahyi munkar, naik haji supaya menjadi haji yang mabrur. Artinya
semuanya berdampak kebajikan yang dibingkai oleh ketakwaan. Jadi
kesimpulannya keimanan berada dalam qolbu (hati) yang harus selalu
komitmen (istiqomah), sedangkan taqwa aplikasi dari keyakinan yang
diwadahi oleh dua bentuk ibadah yaitu mahdlah dan gair mahdlah.
LAT IH A N
3) Ada dua macam iman, yaitu iman hak dan iman batil. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan iman hak dan iman batil, dengan mengemukakan
ilustrasi dan contoh konkret, tentang ciri-ciri dari keduanya?
4) Mengapa ada orang yang beriman kepada Allah, dan ada yang kafir?
Kemukakan jawaban Anda secara akademis!
5) Kemukakan secara ringkas ciri-ciri orang yang taqwa menurut Abu
Laits?
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
1) Iman diartikan sebagai suatu kepercayaan atau sikap batin. Pengertian ini
tidak sesuai dengan ....
A. hadits nabi
B. kamus bahasa Arab
C. pendapat kebanyakan ulama
D. keyakinan umat Islam
2) Ada dua kelompok manusia yaitu mukmin dan kafir. Orang yang kafir
kepada Allah dalam konteks bangsa Indonesia adalah ....
A. menerima ajaran Allah
B. menolak ajaran Allah
C. mempercayai adanya Allah
D. merusak ciptaan Allah
4) Aspek pertama dalam iman menurut hadits nabi adalah kalbu. Pengertian
kalbu yang sesuai dengan Al-quran adalah ....
A. perasaan yang terdapat dalam dada
B. keyakinan yang terletak pada jantung
C. pikiran sebagai penampung tanggapan
D. tanggapan yang terletak di dada
5) Salah satu sikap yang mencerminkan iman kepada Allah adalah ....
A. mengagumi ciptaan Allah
B. memanfaatkan ciptaan Allah
MKDU4221/MODUL 1 1.23
7) Berikut ini merupakan salah satu strategi dalam rangka pembinaan iman
kepada Allah ....
A. meyakinkan kepada orang tentang kebenaran konsep yang diajukan
Allah
B. mencermati konsep-konsep yang diajukan Allah
C. membandingkan keinginan Allah dengan keinginan manusia
D. membandingkan kekurang-kekurangan manusia
8) Salah satu ciri orang yang beriman kepada Allah adalah bertawakal
kepada-Nya. Pengertian bertawakal kepada Allah dalam kaitannya
dengan iman adalah ....
A. mengakui dan membenarkan keputusan Allah
B. menerima dan menerapkan kepastian Allah
C. menerima dan mengagumi pemberian dari Allah
D. menerima dan menerapkan ajaran Allah
Kegiatan Belajar 2
Filsafat Ketuhanan
P ada kegiatan belajar dua ini Anda akan diajak untuk membahas tentang
filsafat ketuhanan yang meliputi pemikiran manusia tentang Tuhan, dan
pengertian Tuhan dalam ajaran islam. Kesamaan bahasa (sebutan), tidak
menjamin kesamaan arti. Sebab itu kesamaan pandangan tentang konsep ke-
Tuhanan Yang Maha Esa di kalangan umat Islam perlu diungkapkan
walaupun terbatas pada konsep-konsep dasarnya. Tujuan yang diharapkan
pada bahasan ini, minimal dapat menjelaskan secara komparasi tentang
konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia dan ketuhanan menurut ajaran
Islam.
Filsafat dalam bahasa Yunani Philosophia yang berarti kecintaan kepada
kebenaran (wisdom) atau dalam bahasa Arab adalah falsafah. Pengertian
falsafah adalah memahami sesuatu yang tidak diketahui dari hal yang sudah
diketahui.
hidup. Dari sekian banyak cangkul, ada cangkul yang dipandang mempunyai
nilai lebih. Biasanya cangkul yang demikian itu disanjung dan dipuja.
Latar belakang munculnya benda-benda kebanggaan seperti cangkul,
karena kesesuaian alat yang dipakai seseorang dengan kondisi dirinya.
Seseorang yang telah terbiasa menggunakan cangkul tertentu, dia akan
merasakan tidak cocok apabila mempergunakan cangkul lainnya. Cangkul
yang sudah dijadikan pegangan sehari-hari oleh seseorang walaupun
harganya lebih murah, dan kualitasnya lebih jelek dibandingkan dengan
cangkul yang lainnya, akan cocok dan enak dipakai olehnya. Ketika memakai
cangkul lain yang harganya lebih mahal, dan kualitasnya lebih baik, dia
merasa kurang cocok. Itulah sebabnya cangkul itu dia nyatakan mempunyai
kelainan dari cangkul-cangkul yang lain. Atas dasar itu cangkul tersebut
dianggap mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan cangkul yang
lain. Dalam benak mereka tidak tergambar faktor-faktor lainnya, seperti
kelenturan tubuh karena kebiasaan, membuat cocok atau tidaknya alat yang
dipakainya waktu bekerja.
Jika pada masyarakat primitif setiap benda yang mempunyai kelainan
dengan benda sejenisnya bisa jadi dianggap sebagai Tuhan, maka semakin
luas jangkauan pemikiran, semakin banyak Tuhan yang harus disembah. Hal
ini tentu akan merepotkan. Bayangkan betapa beratnya pengorbanan mereka,
jika setiap benda yang dikagumi dinyatakan sebagai Tuhan. Karena itu
mereka cenderung menyederhanakan jumlah yang mereka sembah. Caranya
dengan mengelompokkan benda-benda atau hewan sejenis menjadi satu
kelompok yang dikoordinasikan oleh satu koordinatornya. Koordinatornya
itulah yang disebut dengan dewa atau dewi. Masing-masing dewa berperan
sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kepercayaan terhadap para dewa
atau dewi inilah yang disebut dengan politeisme (poli = banyak). Di sebagian
masyarakat Jawa misalnya, mereka berkeyakinan Dewi Sri, (dewi kesuburan)
pengatur tanaman padi. Saat petani hendak memanen padinya, pada tahap
awal dilakukan sesembahan dalam bentuk sesajen dengan istilah mapag Sri
(menjemput Dewi Sri). Para nelayan pada hari tertentu yang dipandang
mempunyai nilai sejarah atau mengadakan pesta yang dikenal dengan
nadran. Pada puncak acara tersebut mereka membuang kepala kerbau ke
bagian laut tertentu yang dipandang sebagai tempat Dewa Matahari (Ra
dalam bahasa Mesir).
Tampaknya politeisme (banyak Tuhan) merupakan peningkatan dari
dinamisme dan animisme. Jika pada animisme dan dinamisme berbagai
1.28 Pendidikan Agama Islam
benda atau yang dianggap benda dapat berkedudukan menjadi Tuhan, maka
orang harus mengorbankan sesuatu kepada Tuhan yang jumlahnya tidak
terhitung. Jika hal ini dilakukan, pengeluaran atau sesembahan yang harus
ditanggung oleh manusia memberatkan. Sebab itu mereka berpikir untuk
mengurangi bebannya, dengan hanya memberikan kepada koordinatornya
saja, yaitu dewa atau dewi, sehingga jumlahnya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan dinamisme atau animisme.
Paham Henoteis (satu bangsa = satu Tuhan), sebagai peningkatan dari
paham politeisme. Dasar pemikiran paham ini, bahwa setiap satu kesatuan
tidak mungkin diatur oleh lebih dari satu pengatur. Masyarakat pada
hakikatnya merupakan satu kesatuan. Atas dasar itu setiap bangsa tidak
mungkin diatur oleh lebih dari satu pengatur atau Tuhan. Menurut paham ini
jumlah Tuhan setiap bangsa hanya ada satu. Setiap bangsa mempunyai
Tuhan yang berbeda dengan bangsa lainnya.
2. Monoteisme
Setelah hubungan satu bangsa dengan bangsa lain terjalin, maka sekian
paham yang hanya ada satu Tuhan di dunia ini, menjadi penguasa dunia
agaknya menjadi keyakinan bagi masyarakat modern. Paham ini disebut
monoteisme dan Tuhan Yang Maha Esa menurut paham monoteis terbagi
menjadi tiga yaitu: deisme, panteisme, dan eklektisme.
a. Deisme
Paham ini beranggapan bahwa Tuhan Yang Maha Esa mempunyai sifat
yang serba Maha. Karena kemahaannya, Tuhan menciptakan alam dengan
komposisi yang serba maha pula. Sebab itulah alam akan mampu bertahan
hidup dan berkembang dengan sendirinya. Bagi alam tidak perlu pengawasan
serta peranan Tuhan. Sebaliknya Tuhan pun tidak memerlukan alam. Setelah
Tuhan selesai menciptakan alam, dia berpisah dengan alam (trancendent).
Ajaran Tuhan tidak diperlukan oleh alam. Bagi alam cukup mengatur sendiri.
Dengan demikian peranan Tuhan hanyalah sebagai pencipta alam, bukan
pengatur alam. Akibat paham ini Tuhan hanya diakui kehebatan-Nya,
diagungkan kebesaran-Nya, disanjung dan dipuja, namun ajaran-Nya tidak
berperan dalam kehidupan. Aturan yang dipakai dalam menata alam adalah
aturan yang dibuat manusia sendiri. Menurut paham ini, manusia berhak dan
dapat menentukan segalanya. Paham ini kemudian berubah menjadi paham
free will. Dalam teologi Islam dikenal sebagai aliran Qadariah.
MKDU4221/MODUL 1 1.29
b. Panteisme
Paham ini berpendapat bahwa sebagai pencipta alam, Tuhan ada
bersama alam (immanent). Di mana ada alam, di situ ada Tuhan. Alam
sebagai ciptaan Tuhan merupakan bagian dari-Nya. Tuhan ada di mana-
mana. Bahkan setiap bagian dari alam, itulah juga Tuhan. Seseorang
mengatakan, bahwa tidak ada Tuhan kecuali Dia, maka orang tersebut masih
belum mantap dalam kepercayaannya kepada Tuhan. Seseorang yang mantap
kepercayaannya kepada Tuhan, ia mengucapkan ini adalah Tuhan. Tuhan
Yang Maha Besar adalah kekal. Di dalam filsafat, aliran ini berkembang
menjadi paham predestination. Dalam teologi Islam paham ini termasuk
aliran Jabariah.
c. Eklektisme
Jika deisme menempatkan kedudukan manusia pada posisi yang
menentukan, panteisme sama sekali tidak memerankan manusia, melainkan
Tuhanlah sebagai pemerannya. Teisme menggabungkan kedua paham
tersebut. Sebab itu paham ini, dikenal dengan eklektik (eclectic= gabungan).
Manusia mempunyai peranan sebagai perencana, sedangkan Tuhan berperan
sebagai penentu. Tuhan bukan alam, jauh di luar alam, namun Dia dekat
dengan alam.
Paham yang ketiga ini, bermanfaat untuk orang yang mengalami
kegagalan. Namun dalam kondisi berhasil, biasanya lupa dengan Tuhan.
Sebab itulah agama hanya diminati oleh orang-orang yang frustrasi, usia
senja, dan lain-lain.
oleh hewan, atau yang serupa dengan benda itu. Misalnya meja, dibuat oleh
makhluk yang rupa dan jenisnya seperti meja.
Bila kita arahkan pandangan ke lingkungan yang lebih luas lagi, kita
akan menemukan banyak benda berupa hewan, ada yang jinak dan liar, yang
berkaki dua, dan empat. Ada yang terbang dan ada pula berjalan lamban. Kita
juga dapat menjumpai beraneka jenis tumbuh-tumbuhan, tanaman lunak dan
keras. Ada yang berpohon menjalar, dan ada pula yang tinggi. Buahnya juga
beraneka macam, besar, kecil, dengan rasa manis, kecut dan pahit. Bunga-
bungaan juga menampilkan aneka warna indah yang menyenangkan mata
memandangnya
Kita berkeyakinan bahwa tak mungkin benda-benda itu terjadi dengan
sendirinya. Pastilah ada yang menciptakan, meskipun kita tidak pernah
melihat Penciptanya. Kita pun menolak kalau dikatakan bahwa yang
mencipta itu sama dengan benda-benda yang diciptakan. Pencipta ayam sama
dengan ayam, pencipta manusia sama dengan manusia. Atau setidak-tidaknya
ada keserupaan pencipta dengan makhluk, mempunyai mata, telinga, hidung,
berwajah, berkaki, bertangan dan sebagainya. Atau mungkinkah patung dapat
menciptakan sesuatu. Kalau ya, alangkah lucunya dan kalau tidak mengapa
ada yang menyembahnya, atau mengangkatnya sebagai Tuhan?
Pencipta memang tidak sama dengan yang dicipta. Khalik tidak sama
dengan makhluk. Ia adalah Zat Yang Wajib Adanya (Zat Wajibul wujud).
Bagaimana jenis dan bentuknya bukanlah jangkauan akal manusia, karena itu
kita dilarang memikirkan Zat Tuhan. Pikirkanlah ciptaan-Nya, jangan
pikirkan Zat-Nya. Dengan melihat ciptaan yang begitu menakjubkan, kita
percaya bahwa yang mencipta tentulah lebih Agung lagi.
Artinya: Allah Pencipta segala sesuatu dan Dia pemelihara segala sesuatu
(62) Bagi-Nya perbendaharaan langit dan bumi. Dan orang-orang
yang ingkar terhadap ayat-ayat Allah mereka itulah orang-orang
yang jahil (63).
MKDU4221/MODUL 1 1.31
Artinya: Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Hidup Kekal lagi
Berdiri Sendiri. Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-
Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi
syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Dia mengetahui apa-apa yang
ada di hadapan mereka dan apa-apa yang di belakang mereka, dan
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa
yang Dia kehendaki. Kursi (kekuasaan)-Nya meliputi langit dan
bumi. Dan Dia tidak berat memelihara keduanya, dan Dia Maha
Tinggi lagi Maha Besar.
Artinya: Maha Tinggi Allah, Raja Yang Benar. Dan janganlah engkau
tergesa-gesa membaca Quran sebelum selesai diwahyukan kepada
engkau, dan katakanlah, “Ya Tuhanku tambahkanlah kepadaku
ilmu”.
2. Sifat Allah
Zat Allah jelas tidak dapat kita tangkap dengan indera. Akan tetapi Al-
quran memberikan informasi tentang adanya Tuhan dengan sifat-sifat-Nya
yang sempurna. Dari ayat-ayat yang bertebaran di dalam Al-quran
1.32 Pendidikan Agama Islam
disimpulkan bahwa ada sekitar 99 nama Tuhan yang mulia (Al-Asma' Al-
Husna) yang menggambarkan sifat-Nya Yang Sempurna.
Memperhatikan sifat-sifat Tuhan itu semua dapat disimpulkan bahwa
sesungguhnya Tuhan memiliki berbagai sifat yang tidak ada bandingan-Nya.
Sebagai Tuhan, Dia tidak bekerja sama dengan makhluk-Nya. Dia
menciptakan karena itu semua makhluk hanya tunduk dan patuh Kepada-
Nya. Orang atau makhluk tidak berhak untuk disembah, karena makhluk
yang diciptakan-Nya tak mungkin setara dengan Dia, Yang Maha Pencipta.
Dia berkuasa, berilmu dan dapat bertindak apa saja jika Dia menghendaki.
Menyembah hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah ajaran inti
agama (Islam). Sikap Tauhid adalah meyakini dan mempercayai bahwa Allah
Esa Zat-Nya, Sifat-Nya, Perbuatan-Nya, Wujud-Nya. Dia juga Esa Memberi
Hukum, Esa Menerima Ibadah, dan Esa dalam Memberikan Perlindungan
kepada makhluk-Nya. Kepercayaan dan amal-amal ibadah akan menjadi
rusak bila sikap tauhid (akidah) labil dan lemah.
Menurut M. Quraish Shihab, ulama tafsir, bahwa Keesaan Allah itu
mencakup Keesaan:
a. Zat,
b. Sifat,
c. Perbuatan, dan
d. dalam beribadah kepada-Nya.
a. Keesaan Zat-Nya
Keesaan zat-Nya mengandung pengertian bahwa seseorang harus
percaya bahwa Allah tidak terdiri dari unsur-unsur atau bagian-bagian,
karena jika zat yang maha kuasa itu terdiri dari dua unsur atau lebih, maka itu
berarti Dia membutuhkan unsur atau bagian itu. Sedangkan semua unsur
yang ada, Dia tidak membutuhkannya. Ini yang dimaksudkan.
QS. Faathir (35): 15.
Artinya: Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagian kamu dari jenis
kamu sendiri pasangan-pasangan (pula). Dia mengembangkan kamu
padanya. Tidak sesuatu pun yang serupa dengan Dia; dan Dialah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
b. Keesaan Sifat-Nya
Adapun Keesaan sifat-Nya antara lain berarti bahwa Allah memiliki sifat
yang tidak sama dalam substansi (isi) dan kapasitasnya dengan sifat makhluk,
walaupun dari segi bahasa, kata yang digunakan untuk menunjukkan sifat
tersebut sama. Sebagai contoh, kata rahim merupakan sifat bagi Allah, tetapi
juga digunakan untuk menunjukkan rahmat atas kasih sayang Allah berbeda
dengan rahmat makhluk-Nya.
QS. Al-A’raaf (7): 180.
Artinya: Dan bagi Allah nama-nama yang baik, maka bermohonlah kepada-
Nya dengan nama-nama yang baik itu, dan tinggalkanlah orang-
orang yang menyimpang dalam (menyebut) nama-nama-Nya, kelak
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.
c. Keesaan Perbuatan-Nya
Keesaan ini mengandung arti bahwa segala sesuatu yang berada di alam
raya ini, baik sistem kerjanya maupun sebab dan wujudnya, kesemuanya
adalah hasil perbuatan Allah semata. Apa yang dikehendaki-Nya terjadi, dan
apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi, tidak ada daya (untuk
memperoleh manfaat), tidak pula kekuatan (untuk menolak moderat) kecuali
bersumber dari Allah SWT.
1.34 Pendidikan Agama Islam
QS Ali-Imran (3): 59
Artinya: Dan Dia menundukkan (pula) untuk kamu apa yang di langit dan
yang di bumi, semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.
Alam semesta ini diciptakan dengan kekuasaan dan ilmu yang tinggi.
Bagi orang yang berpikir dan menggunakan akalnya secara baik ia akan
menemukan kekaguman di dalam ciptaan Tuhan. Alam semesta ini berjalan
dengan kokoh, rapi dan harmonis.
Dengan akalnya manusia terus melakukan pengkajian, mulai dari hal-hal
yang kecil, penyelidikan, penelitian dan percobaan yang dikerjakan secara
teratur dan terarah, telah diungkapkan banyak rahasia alam. Alam ini ternyata
berjalan kokoh dan teratur karena senantiasa patuh pada aturan yang telah
diciptakan Pencipta. Manusia telah menemukan hukum-hukum alam yang
dapat dipergunakan untuk memanfaatkan alam ini sebaik mungkin.
b. Melalui zikir
Zikir adalah mengingat Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang
Mulia dan Sempurna. Zikir bisa dilakukan juga dengan memperbanyak
membaca Al-quran dan do'a: tahlil (Laa ilaa ha illallaahi), tasbih
(Subhaanallah), tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahu Akbar), berlindung
kepada-Nya dengan ta'awudz (A'udzu billah) serta shalawat kepada Nabi
Muhammad SAW. Termasuk zikir dengan memperbanyak shalat (wajib dan
sunnah) serta ibadah-ibadah sosial lainnya.
1.36 Pendidikan Agama Islam
Artinya: Yaitu, orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-
lah hati menjadi tenteram.
Berpikir dan berzikir merupakan dua hal yang perlu dipupuk dalam diri
mukmin. Berpikir adalah kerja akal, sedang berzikir adalah kerja qalbu.
Berpikir secara sistematis akan menghasilkan ilmu pengetahuan, sedang
berzikir akan menenangkan jiwa dan memantapkan iman. Ketimpangan
antara pikir dan zikir akan menampilkan ketidakseimbangan. Orang yang
berpikir luas tapi tidak didukung oleh zikir kepada Pencipta, dapat saja
mengingkari Tuhan.
Berzikir saja, tanpa didukung oleh olah pikir akan membuat wawasan
keilmuan sempit, sehingga pemanfaatan alam semesta ini yang sengaja
diciptakan untuk manusia, tidak mencapai sasaran. Berzikir saja dapat
mengecilkan jasa Tuhan yang telah menciptakan alam sebagai karya-Nya
yang besar. Karena itu yang ideal adalah berpikir dan berzikir menyatu dalam
diri seseorang. Al-quran menyebut orang yang memiliki kesanggupan untuk
berpikir dan berzikir sebagai "ulil al-bab”.QS. Ali Imran (3): 191.
Bukanlah Allah tidak kuasa untuk menciptakan sesuatu sekali jadi, tetapi
Dia mengajarkan kepada kita sebagai sunnatullah, bahwa perbuatan-Nya
senantiasa dilakukan dengan tahapan-tahapan. Dimulai umpamanya dari
kecil, besar dan mungkin mengecil kembali. Dari bunga, buah, muda dan tua;
mulai berwarna hijau, kuning, merah lalu cokelat dan seterusnya.
Proses penciptaan sesuatu oleh Allah itu dapat terjadi:
a. Pada kelazimannya melalui periode tertentu, bertahap, dan berproses,
seperti penciptaan alam, bumi, langit, dan planet-planet. Manusia
umpamanya diciptakan dari sari pati tanah, air, segumpal darah, tulang
dibungkus daging, berbentuk janin, lahir sebagai bayi, anak-anak, remaja
dan dewasa. Penjelasan Al-quran:
QS. Al-Mu’minuun (23): 12 – 14.
Artinya: Dan sungguh kami telah menciptakan manusia dari sari tanah.
(12) Kemudian Kami menjadikannya sari pati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (13) Kemudian
kami menjadikan air mani itu segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, lalu segumpal daging
itu Kami jadikan tulang-tulang, maka Kami liputi tulang-tulang
MKDU4221/MODUL 1 1.39
Artinya: Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu (189). Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (190).
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri,
duduk, atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan
Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (191).
c. Segala peristiwa di alam ini diketahui dan disaksikan oleh Allah SWT
Firman Allah QS. Al-An’aam (6): 59.
Artinya: Dan pada sisi Allah kunci-kunci semua yang gaib, tak ada yang
mengetahuinya; kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa
yang di daratan dan di lautan dan tiada sehelai daun pun yang
MKDU4221/MODUL 1 1.41
Artinya: Atau siapakah yang akan memberi rezeki kepada kamu jika Dia
menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus-menerus dalam
kesombongan dan lari (dari kebenaran).
Artinya: Musa berkata, “Tuhan kami ialah yang memberi kepada tiap-
tiap sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian Dia memberi
petunjuk”.
1.42 Pendidikan Agama Islam
Sekecil apa pun ciptaan Allah pasti ada manfaatnya (bagi manusia).
Tentu saja sesuatu (ciptaan Allah) itu akan ada manfaat atau mudarat (ada
segi merusaknya) tergantung pada manusia, bagaimana ia memandang dan
memperlakukan benda itu. Nyamuk umpamanya, sepintas lalu nampak
sangat berbahaya dan tidak berguna. Tetapi bagi orang yang berpikir segera
menyambutnya dengan tanggapan positif. Adanya nyamuk yang berbahaya
bagi kesehatan manusia umpamanya, telah memunculkan pabrik-pabrik besar
untuk memproduksi obat (anti nyamuk), yang mempekerjakan banyak tenaga
kerja. Penyelidikan-penyelidikan yang seksama baik di bidang biologi
maupun di bidang kesehatan telah menemukan beraneka macam jenis
nyamuk dengan beragam pula bahayanya bagi kesehatan, sehingga
menantang manusia untuk terus meningkatkan kebersihan, dan upaya-upaya
serupa untuk memberantas berkembangbiaknya nyamuk tersebut, sekaligus
agar epidemi yang disebabkan binatang itu tidak terus menjalar.
Ayat tersebut juga menjadi tantangan bagi manusia bahwa ciptaan Allah
sekecil apa pun merupakan karya besar Maha Pencipta, yang tidak dapat
ditiru manusia. Ilmu pengetahuan dan teknologi manusia dewasa ini, yang
dikatakan sudah mencapai puncaknya, ternyata tidak dapat membuat seekor
nyamuk pun. Malah yang lebih rendah, umpamanya kuman, virus, semut,
kutu, dan sepucuk daun atau sekuntum bunga tak dapat dibuat oleh manusia.
Maka benarlah firman Allah:
QS Al-Israa’ (17): 85.
Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah “Ruh itu
termasuk urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu melainkan
sedikit.
1.44 Pendidikan Agama Islam
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
6) Bertuhan atau tidaknya manusia dipandang dari ajaran Islam adalah ....
A. mengakui keteraturan ciptaan Allah
B. mengagumi kekuasaan Allah
C. mengakui kebesaran Allah
D. menerima ajaran Allah
10) Di antara sikap yang tidak perlu dilakukan oleh umat Islam Indonesia
adalah mengajak umat Islam ....
A. agar memusuhi pendukung aliran-aliran Islam yang dilarang
Pemerintah
B. mempelajari ajaran agama lain
C. menerapkan Al-quran
D. mematuhi ajaran Allah
1.48 Pendidikan Agama Islam
Tes Formatif 1
1) A. Hadits Nabi.
2) B. Menolak ajaran Allah.
3) D. Menerapkan ajaran Allah.
4) B. Keyakinan yang terletak pada jantung.
5) C. Menerapkan ajaran Allah.
6) A. Kehendak Allah akan diketahui oleh manusia, jika memahami isi
Al-quran.
7) A. Meyakinkan kepada orang tentang kebenaran konsep yang diajukan
Allah.
8) A. Mengakui dan membenarkan keputusan Allah.
9) A. Menilai beriman atau tidaknya seseorang dengan parameter
kepatuhannya terhadap Allah.
10) D. Mempelajari Al-quran secara rutin dan terjadwal.
Tes Formatif 2
1) C. Pemikiran manusia berkembang secara bertahap, dari primitif
meningkat menjadi berkembang, maju dan selanjutnya modern.
2) A. Kepercayaan kepada benda-benda mempunyai makna (supra
natural) disebut paham dinamisme.
3) B. Deisme, yaitu paham yang mempercayai Tuhan Maha Esa,
mengagumi dan mendengarkan-Nya, namun tidak memerankan
ajaran Tuhan.
4) B. Deisme karena paham ini memerankan manusia sebebas-bebasnya
5) C. Memfungsikan ajaran Tuhan dalam kehidupan adalah inti dari
ajaran Islam.
6) D. Orang kafir (ateis) seperti Firaun mengakui keesaan Tuhan dan
mengakui bahwa Ia sebagai Pencipta Yang Maha Hebat. Namun
mereka keberatan menerima konsep yang diajarkan oleh para rasul.
7) D. Mengajak manusia agar patuh kepada Allah digunakan berbagai
pendekatan di antaranya menggunakan pendekatan ilustratif.
8) A. Aliran Teologi yang berkembang di kalangan umat Islam adalah
Jabariah dan Qadariah.
1.50 Pendidikan Agama Islam
Glosarium
Amar : perintah.
Fi’il madhi : kata kerja “telah” dilakukan.
Fi’il mudhori : kata kerja “sedang atau akan” dilakukan.
Ibadah ghair mahdlah : ibadah sosial.
Ibadah mahdlah : ibadah ritual.
Nahyi : larangan.
Punishment : siksa.
Reward : pahala.
1.52 Pendidikan Agama Islam
Daftar Pustaka
Chudlori Umar, Moh., dkk. (1996). Pendidikan Agama Islam untuk Fakultas
Ekonomi. Jakarta.
Mokhtar Stirk dan Muhammad Iqbal. (t.th.). Buku Pintar Al-quran: Referensi
Lengkap memahami Kitab Suci Al-quran. Jakarta: Padang Pustaka &
Intimedia.
PEN D A HU L UA N
P ada modul dua ini Anda akan diajak untuk mempelajari tentang
“Hakikat, Martabat dan Tanggung Jawab Manusia”. Ada tiga pertanyaan
yang harus Anda jawab. Jika ketiga pertanyaan tersebut dapat Anda jawab
berarti Anda sudah memahami materi pada modul ini. Ketiga pertanyaan ini
sebagai berikut.
1. Apa sebetulnya hakikat manusia menurut ajaran islam?
2. Bagaimana martabat manusia menurut ajaran islam?
3. Bagaimana tanggung jawab manusia menurut ajaran islam?
Agar ketiga pertanyaan ini dapat Anda jawab dengan baik, modul ini
akan memberikan penjelasan tentang hakikat manusia, martabat manusia, dan
tanggung jawab manusia. Pembahasan materi pada modul ini akan dibagi
menjadi tiga Kegiatan Belajar (KB).
Kegiatan Belajar 1: Hakikat Manusia.
Kegiatan Belajar 2: Martabat Manusia.
Kegiatan Belajar 3: Tanggung jawab Manusia.
Selamat belajar!
MKDU4221/MODUL 2 2.3
Kegiatan Belajar 1
Hakikat Manusia
P ada hakikatnya manusia adalah salah satu dari makhluk yang diciptakan
Allah. Namun manusia memiliki kedudukan yang paling mulia
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Untuk mengetahui bagaimana
pandangan ajaran islam terhadap hakikat manusia, tentu kita harus kembali
kepada Al-qur‟an. Berikut ini ayat-ayat Al-qur‟an yang berkaitan dengan
hakikat manusia.
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang bersifat lahir (syahadah) dan
ghaib (non fisik). Q.S. Al-Mu'minuun (23): 12-14 menyatakan:
Zat yang bersifat lahir dan gaib itu menentukan postur manusia sebagai
makhluk yang paling sempurna. Manusia mempunyai anggota badan,
khususnya otak dan jantung yang berfungsi sebagai mekanisme biologi, yaitu
seperangkat subsistem di dalam sistem tubuh manusia untuk menunjukkan
keberadaannya (eksistensinya).
Susunan anggota badan manusia (fisik) sebenarnya sangat kompleks,
tidak hanya terdiri dari otak dan jantung saja, yang masing-masing anggota
badan satu sama lain dihubungkan melalui susunan syaraf yang sangat
kompleks pula. Keadaan itu pun masih menggambarkan manusia yang
kurang lengkap, karena kelengkapan manusia tidak hanya dari wujud fisiknya
saja, akan tetapi juga dari kenyataan non fisik yang justru tidak dimiliki oleh
makhluk lain. Seperti ruh dan jiwa yang memerankan adanya proses berpikir,
merasa, bersikap dan berserah diri serta mengabdi yang merupakan
mekanisme, kejiwaan manusia sebagai makhluk Allah.
Dalam kaitan ini kita dapat memahami firman Allah surat Al-Mu'min
(40) : 35 di bawah ini.
2.6 Pendidikan Agama Islam
Artinya: ''Yang ke luar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang (dada)
perempuan''.
MKDU4221/MODUL 2 2.7
Sabda Rasul:
Kesimpulan lain yang dapat ditarik dari uraian di atas, bahwa pola pikir,
pola perilaku serta hasilnya bersumber pada sistem nilai dan hukum Allah
(baik tertulis maupun tidak), seperti Agama dan Al-Kauni yang membentuk
budaya manusia semestinya yang disebut akhlakul karimah.
Proses pembentukan pola perilaku dan pelaksanaannya mencakup unsur
pertanggungjawaban manusia kepada Allah, yang mengatur hubungan atau
tanggung jawab terhadap diri sendiri sebagai makhluk dan hamba Allah
terhadap manusia lain atau masyarakat dan tanggung jawab terhadap alam
semesta, semua ini termasuk ibadah dalam arti luas.
Meskipun demikian karena pemahaman dan sikap terhadap agama
sekarang ini tidak menyeluruh (dichotomis) sering kali dipisahkan dari ayat-
ayat Tuhan yang khusus berbicara tentang ritual dan kemasyarakatan
(perdagangan, pendidikan, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain). Akibat
pandangan yang bersifat dikhotomis ini akan melahirkan sikap ekstrem,
yaitu adanya agama di satu pihak dan bukan agama di lain pihak. Atau sering
diperlambangkan sebagai akhirat di satu pihak, dunia di lain pihak.
Pandangan semacam ini barangkali pengaruh paham materialisme yang
bersifat protektis (sekulerisme). Sebaliknya, bahwa sikap utuh dalam
memandang terhadap keseluruhan ayat Allah yang tertulis ataupun tidak
tertulis merupakan suatu sikap dasar sebagai landasan untuk melaksanakan
ibadah dalam arti luas, yaitu mencakup ritual dan muamalah.
Ibadah dalam arti luas (muammalah) merupakan proses interaksi alam
semesta dengan seluruh isinya. Sedangkan pemenuhan kewajiban dan
interaksi dengan Tuhan Penciptanya disebut ibadah dalam arti khusus (ritual)
yang berpedoman pada syari'ah. Itu sebabnya jika tadi dikatakan, bahwa
manusia dengan segala aspek kehidupannya berkaitan dengan agama, maka
agama itu adalah Islam.
Dalam konteks inilah penjelasan Allah dalam surat Ali-Imran (3), ayat
19 di muka dapat kita pahami sebagai sebuah penegasan yang pasti tentang
penciptaan Allah terhadap makhluk-Nya. Jadi; jangan mencari pedoman
hidup yang lain selain Islam.
2.10 Pendidikan Agama Islam
Artinya: ''Maka apakah mereka mencari agama yang lain selain agama Allah,
padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan di
bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah
mereka dikembalikan”.
Artinya: ''Katakanlah: ''Dialah Allah Yang Maha Esa''. (1) Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2) Dia
tiada beranak dan tiada diperanakkan (3) dan tidak ada seorang
pun yang setara dengan Dia (4)''.
Pernyataan rasa syukur dan terima kasih serta keinginan untuk mengabdi
kepada Allah adalah inheren dengan fitrah kejadian manusia yang memiliki
wawasan kognitif dan psikomotorik.
Artinya: ''Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku''.
Dalam ayat ini Allah menerangkan, bahwa diciptakan jin dan manusia
untuk mengabdi kepada-Nya semata. Ini artinya jika ada penyimpangan oleh
manusia dari ketentuan aturan (agama) Allah ini berarti bertentangan
terhadap kejadian manusia.
MKDU4221/MODUL 2 2.13
'
Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptaan sebaik-baiknya dan
yang memulai penciptaan manusia dari tanah (7). Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani) (8).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam
(tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur'' (9).
Ayat ini menjelaskan, bahwa salah satu sifat manusia, yaitu tidak pandai
bersyukur kecuali sedikit di antara hamba-hamba-Nya. Perhatikan informasi
al-Quran di bawah ini tentang asal kejadian manusia serta ketetapan Allah
masalah umat manusia. Allah berfirman dalam Q.S. Faathir (35) : 11:
Artinya: ''Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani,
kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan
perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung
2.14 Pendidikan Agama Islam
Artinya: ''Dan diciptakan dari air yang terpancar, (6) yang ke luar dari antara
tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan” (7).
Aspek kognitif dan afektif yang terdapat pada manusia, baik melalui
pendengaran (informasi), pengajaran atau (pendidikan), penglihatan
(pengenalan akan fakta, proses asosiasi atau berpikir dan penyusunan
konsepsi) serta rasa dapat sampai pada terbentuknya suatu tanggung jawab
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan perkataan lain, kapasitas manusia
mempunyai kemungkinan untuk belajar secara induktif, dapat melaksanakan
tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perhatikan dengan seksama
firman Allah berikut ini Q.S. Al-Baqarah (2) : 29, 30 dan 31:
Artinya: ''Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikannya
tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (29):
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat,
MKDU4221/MODUL 2 2.15
Secara umum arti ibadah mencakup semua aspek kehidupan yang sesuai
dengan ketentuan Allah SWT yang dilakukan dengan ikhlas oleh manusia
untuk mendapatkan ridla-Nya (Q.S. Adz-Dzariyat (51) : 56).
Dalam pengertian khusus ibadah adalah perilaku manusia yang
dilakukan atas perintah Allah SWT. dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
yang disebut ritual, seperti shalat, zakat, puasa, haji. Semua perbuatan itu
2.16 Pendidikan Agama Islam
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Zat yang bersifat lahir dan gaib itu menentukan postur manusia
sebagai makhluk yang paling sempurna. Manusia mempunyai anggota
badan, khususnya otak dan jantung yang berfungsi sebagai mekanisme
biologi, yaitu seperangkat subsistem di dalam sistem tubuh manusia
untuk menunjukkan keberadaannya (eksistensinya).
Susunan anggota badan manusia (fisik) sebenarnya sangat
kompleks, tidak hanya terdiri dari otak dan jantung saja, yang masing-
masing anggota badan satu sama lain dihubungkan melalui susunan
2.18 Pendidikan Agama Islam
TES F OR M AT IF 1
7) Agama Islam itu menjadi pedoman hidup bagi manusia. Hakikat Islam
sebagai pedoman hidup adalah ....
A. manusia tidak perlu mencari-cari kebenaran melalui akalnya semata
yang relatif nilai kebenarannya
B. manusia tidak pantas menjadikan ajaran selain Islam sebagai
panutan dalam hidupnya sehari-hari
C. ajaran Islam itu sebagai pedoman hidup masyarakat
D. nilai ajaran Islam itu lebih tinggi dan universal dibandingkan dengan
nilai budaya manusia
Kegiatan Belajar 2
Martabat Manusia
Dalam pandangan orang yang beriman, manusia itu makhluk yang mulia
dan terhormat di sisi Tuhan yang diciptakan dalam bentuk yang amat baik.
Sesudah ditiupkan Ruh ke dalam tubuhnya, para malaikat disuruh sujud
(memberi hormat) kepadanya. Allah memberi manusia ilmu pengetahuan dan
kemauan, dijadikan khalifah (penguasa) di bumi, serta menjadi pusat pelaku
MKDU4221/MODUL 2 2.23
kegiatan di alam ini. Segala apa yang di langit dan di bumi bekerja untuk
kepentingan manusia dan kepadanya diberikan hikmat lahir dan batin.
Kesimpulannya, apa yang ada di alam ini adalah berhikmat kepada
manusia dan diciptakan manusia untuk berhikmat kepada Tuhan. Allah SWT
menjelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah (2): 29:
Artinya: Dialah Allah yang telah menciptakan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit lalu
disempurnakan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku".
Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu sedang kamu
tidak mengetahui sesuatu dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati supaya kamu bersyukur.
Artinya: Dan tidakkah mereka memikirkan tentang diri mereka? Allah tiada
menjadikan langit dan bumi dan apa-apa di antara keduanya
melainkan dengan sebenarnya dan waktu tertentu. Dan
sesungguhnya kebanyakan manusia ingkar terhadap pertemuan
dengan Tuhannya.
a. Hak Tuhan
Petama, yang penting ialah mengimani dan tidak menyekutukan-Nya.
Kedua, kita harus menerima petunjuk-Nya.
Ketiga, kita harus menaati-Nya yang dinyatakan dengan ketundukkan
pada hukum-Nya.
Keempat, kita harus menyembah-Nya sebagaimana dijelaskan dalam al-
Quran surat Adz-Dzaariyaat (51) : 56:
MKDU4221/MODUL 2 2.27
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
Ada tiga kata dalam al-Quran yang biasa diartikan sebagai manusia,
yaitu al-basyar, an-nas, al-insan, Istilah yang dipergunakan berbeda-beda itu
mengandung arti yang berbeda-beda pula.
1. Basyar
Basyar adalah gambaran manusia secara materi, yang dapat dilihat,
memakan sesuatu, berjalan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manusia dalam pengertian ini terdapat dalam al-Quran sebanyak
35 kali di berbagai surat. Dari pengertian-pengertian tersebut, 25 kali di
antaranya berbicara tentang "kemanusiaan" para rasul dan nabi, 13 ayat di
antaranya menggambarkan polemik para rasul dan nabi dengan orang-orang
kafir yang isinya keengganan orang-orang kafir terhadap apa yang dibawa
para rasul dan nabi, karena menurut mereka para rasul itu adalah manusia
seperti mereka juga. Sejumlah ayat yang mengandung pengakuan bahwa
memang rasul-rasul itu adalah manusia yang sama seperti manusia-manusia
lainnya.
QS Al-Anbiyaa‟ (21) : 2-3:
Artinya: Tidak datang kepada mereka suatu peringatan (al-Quran) yang baru
(diturunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya
sedang mereka bermain-main. (2) Hati mereka lalai (untuk
memahaminya). Orang-orang yang zalim itu merahasiakan ucapan
mereka, “Orang ini (Muhammad) tiada lain hanyalah manusia
2.34 Pendidikan Agama Islam
2. An-Naas
Sebutan an-Nas di dalam al-Quran terdapat sebanyak 240 kali dengan
keterangan yang jelas menunjukkan pada korps atau kumpulan, yaitu seluruh
umat manusia sebagai keturunan Nabi Adam AS. Misalnya, yang terdapat
dalam Surat Al-Hujuraat (49): 13.
MKDU4221/MODUL 2 2.35
Artinya: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan (1) Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3) Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam (4) Dia mengajari manusia apa yang
belum diketahuinya.” (5)
2.36 Pendidikan Agama Islam
QS Al-Mu‟minuun (23):12-16.
Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari tanah.
Kemudian Kami menjadikannya air mani pada tempat yang kukuh
dan terpelihara (rahim). Kemudian Kami menjadikan air mani itu
segumpal darah. Segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
lalu segumpal daging itu Kami jadikan tulang-tulang, maka Kami
liputi tulang-tulang itu dengan daging, kemudian Kami
MKDU4221/MODUL 2 2.37
QS Al-A‟raaf (7):172
Keterkaitan satu sama lain dalam setiap unsur merupakan satu lingkaran yang
sulit diketahui ujung pangkalnya. Setiap individu mempunyai status dan
peran yang tidak hanya satu macam melainkan multistatus. Seseorang yang
bernama Ahmad kebetulan adalah seorang mahasiswa. Status lainnya
mungkin ia sebagai anak seorang pengusaha, karyawan suatu perusahaan,
dan lain-lain. Sebagai seorang mahasiswa peran yang terpikul padanya ialah
belajar. Sebagai seorang anak laki-laki ia patut berbuat baik kepada orang
tua. Sebagai seorang calon ayah, seorang laki-laki hendaknya mulai melatih
diri agar mampu memainkan peranannya jika telah menjadi ayah. Jika peran
tersebut tidak dilakukan, maka ia akan terkena sanksi sosial. Jika seorang
pencari ilmu dan patuh pada aturan-aturan lembaganya itu namun ternyata
kemudian ia mencuri, maka berarti ia gagal dalam memainkan peran dan
statusnya sebagai mahasiswa karena ia memainkan peran sebagai pencuri.
manusia yang diharapkan berperan sebagai khalifah itu diberikan oleh Allah
berbagai kecenderungan negatif yang ada pada dirinya seperti kecenderungan
untuk sombong, mudah putus asa, lupa diri, dan sebagainya. Kecenderungan
negatif tersebut merupakan suatu ujian. Kecenderungan negatif tersebut tidak
dapat dihilangkan sama sekali, karena inilah yang menjadi salah satu ciri
yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Tugas yang
dapat dilakukan oleh manusia hanyalah mengurangi dan menetralisasinya,
serta mengarahkan agar menjadi positif. Untuk dapat menetralisasi dan
mengarahkan kecenderungan negatif menjadi positif memerlukan suatu
perjuangan yang optimal. Perjuangan itu tidak akan berhasil jika tidak
dibimbing. Alat pembimbingnya adalah wahyu Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor
pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut untuk memulai dari diri dan
keluarganya. Setelah diri dan keluarganya tahu dan mau dengan ajaran Allah,
barulah menyampaikannya kepada orang lain.
Dalam merealisasikan peran yang hendak dilakukan oleh seorang
khalifah, ada beberapa hal yang perlu ditempuh yaitu:
a. Memahami nilai
Persoalannya adalah apakah yang dimaksud dengan nilai? Nilai
merupakan suatu sifat atau tujuan dari kehidupan seseorang atau segolongan
sedemikian rupa sehingga orang yang bersangkutan mempunyai hasrat agar
sifat atau tujuan ini harus atau seharusnya berlaku (Deliar Noer, 1983: 22–
27). Dan nilai ini ada dua, pertama, nilai-nilai yang bersifat asasi atau
absolut. Nilai ini tidak mengalami perubahan oleh zaman dan waktu, dan
kedua, nilai-nilai yang bersifat instrumental, karena hanya berupa alat saja
sehingga lebih cenderung untuk berubah. Jika ia diganti dengan alat yang
lebih tepat dan baik, maka ia berubah dan berganti sama sekali. Misalnya
nilai-nilai agama yang mutlak.
Mengenal nilai yang diajarkan oleh Allah menjadi prasyarat menjadi
khalifah. Tuntutan mempelajari ilmu (wahyu) Allah merupakan kewajiban
yang paling pertama, sebelum kewajiban-kewajiban lainnya. Seperti
diketahui bahwa wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW adalah perintah untuk mempelajari isi yang diwahyukan kepadanya.
(Perhatikan kandungan surat Al-„Alaq (96): 1-5). Ilmu Allah di sini
dimaksudkan adalah ilmu al-Quran. Allah berfirman dalam Al-Kahfi
(18): 27:
MKDU4221/MODUL 2 2.43
b. Pengembangan nilai
Islam mengajak dengan sangat agar setiap orang yang mengaku dirinya
muslim, menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain, sesuai
dengan kadar kemampuan dan profesinya. Dikemukakan dalam sebuah hadis
yaitu orang yang paling baik adalah yang belajar dan mengajarkan al-Quran.
Perintah untuk mengembangkan nilai-nilai ilahiah ditegaskan oleh Nabi
dalam sabdanya. Sampaikan (informasi) dari saya ini, walaupun hanya satu
ayat. Mengenai ilmu yang hendaknya diajarkan atau didakwahkan oleh
khalifatullah adalah ilmu Allah, yang diwahyukan yaitu al-Quran atau ilmu
kauniah (kealaman).
Adapun strategi dalam mengembangkan nilai ilahiah sebagaimana
tersebut di atas dimulai dari diri sendiri selanjutnya lingkungan kerabat dan
masyarakat luas. Penekanan dalam dakwah bukan jumlah, melainkan
kualitas.
Artinya: Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa
yang tidak kamu perbuat.
tegas oleh al-Quran bahwa banyak masalah yang tidak dapat dijangkau oleh
pikiran manusia, khususnya menyangkut diri, masa depan, serta banyak hal
menyangkut hakikat manusia, seperti berikut ini.
1) Manusia hanyalah mengetahui fenomena kehidupan duniawi (QS Ar-
Ruum (30): 6-7):
3) Suatu jiwa tidak mengetahui di daerah mana ia mati, kapan kematian tiba
dan di mana tempatnya (QS. Luqman (31): 34):
MKDU4221/MODUL 2 2.47
4) Ayah ibumu atau anak-anakmu tidak engkau ketahui mana yang lebih
banyak memberi manfaat untukmu, QS. An-Nisaa‟ (4):19:
Artinya: Dan Dia memudahkan (pula) untuk kamu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.
Kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling berkaitan. Arti
kekhalifahan dalam pandangan al-Quran adalah sebagai berikut.
MKDU4221/MODUL 2 2.49
Artinya: Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air itu buah-buahan
sebagai rezeki bagi kamu, dan Dia menundukkan bahtera bagi kamu
supaya berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan bagimu sungai-sungai. (32) Dan Dia telah
menundukkan bagi kamu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar, dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (33) Dan
Dia telah memberikan kepada kamu segala apa yang kamu mohon
kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah
dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu
sungguh zalim lagi ingkar (34).
bekerja sama dan Tuhan di atas mereka akan merestui. Hal ini terungkap
antara lain melalui surat Al-Jin (72): 16:
Artinya: Sekiranya mereka berketetapan hati pada jalan itu (Islam), niscaya
Kami memberi minum mereka dengan air yang segar.
Artinya: Lalu kami berkata: “Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah
musuhmu dan musuh istrimu, maka janganlah dia mengeluarkan
kamu berdua dari surga, maka engkau akan celaka” (117).
2.52 Pendidikan Agama Islam
Artinya: Dan Aku ciptakan jin dan manusia, mereka mengabdi kepada-Ku.
menyangkut diri, masa depan, serta banyak hal yang menyangkut hakikat
manusia, seperti:
1. Kebanyakan manusia tidak mengetahui, yang mereka ketahui hanyalah
fenomena kehidupan duniawi.
QS. Ar-Ruum (30): 6-7:
4. Ayah ibumu atau anak-anakmu tidak engkau ketahui mana yang lebih
banyak memberi manfaat untukmu.
QS An-Nisaa‟ (4): 19:
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Tes Formatif 1
1) A. Karena manusia memiliki otak dan jantung yang masing-masing
anggota badan satu sama lain dihubungkan melalui susunan syaraf
yang sangat kompleks.
2) A. Karena manusia memiliki ruh dan jiwa yang memerankan adanya
proses berpikir, merasa, bersikap.
3) C. Manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai akal, merasa, dan
cenderung ke arah kebijakan.
4) C. Manusia sebagai makhluk unggulkan.
5) D. Manusia tingkat kehidupannya di samping ditentukan oleh akal juga
oleh bisikan hati nuraninya.
6) B. Manusia, unsur-unsur jasmaniahnya terbuat dari unsur zat yang ada
dalam tanah.
7) D. Nilai ajaran Islam itu lebih tinggi dan universal dibandingkan
dengan nilai budaya manusia.
8) A. Hidup dan mati manusia itu untuk Allah.
9) D. Aqidah, keimanan, syari'ah, dan akhlak.
10) D. Informasi tentang makhluk, Khalik, alam gaib dan nyata, serta
petunjuk tentang baik dan buruk.
Tes Formatif 2
1) C. Makhluk Allah, yang ditugasi untuk beribadah kepada-Nya.
2) D. Jujur dan disiplin.
3) C. Memenuhi keinginan diri sendiri, dengan tidak merugikan orang
lain.
4) A. Mengatur tata hidup dan pergaulan manusia.
5) A. Bersikap tanpa harapan atau frustrasi.
6) D. Memelihara dan memanfaatkan harta di jalan Allah.
7) A. Penguasa dan pengatur bumi untuk dan atas nama Allah.
8) A. Memakmurkan dan menciptakan ketenteraman di dunia atas
petunjuk agama Allah.
9) D. Petunjuk jalan yang membimbing ke arah keimanan.
10) D. Bertakwa dan tidak menyekutukannya.
MKDU4221/MODUL 2 2.63
Tes Formatif 3
1) A. Daya berpikir yang melebihi makhluk lain.
2) D. Al-Nisyan.
3) B. Bersaing.
4) B. Allah.
5) C. Sejak sebelum lahir sampai ia mati.
6) A. Pengetahuan dan pengalaman.
7) D. Pemimpin semua makhluk.
8) C. Kebebasan untuk memilih agama.
9) B. Dipercaya untuk mengelola alam.
10) B. Berpikir, beragama, dan berbudaya.
2.64 Pendidikan Agama Islam
Glosarium
Addin : agama.
Al-basyar : manusia sebagai makhluk biologis.
Al-insan : manusia sebagai makhluk psikologis.
An-Naas : manusia sebagai makhluk sosial.
Khalifah : manusia sebagai pemimpin.
MKDU4221/MODUL 2 2.65
Daftar Pustaka
Abudin Nata. (1994). Alquran dan Hadits. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Iwan Kusuman Hamdan, dkk. (Eds.). (1995). Mukjizat Alquran dan As-
Sunnah tentang IPTEK. Jakarta: GIP.
M. Ali Usman, dkk. (1993). Hadits Qudsi: Firman Allah Tidak Dicantumkan
dalam Alquran. Bandung: Diponegoro.
Muh. Zulkarnain. (t. th.). Mengapa Saya Masuk Agama Islam. Semarang:
Ramadahani.
Syamsul Rijal Hamid. (1997). Buku Pintar Agama Islam. Edisi Senior.
Jakarta: Penebar Salam.
PEN D A HU L UA N
M odul ini merupakan kelanjutan dari modul kedua. Dalam Modul kedua,
Anda tentu sudah memahami hakikat manusia, martabat manusia, dan
tanggung jawab manusia. Penjelasan mengenai manusia pada Modul kedua
lebih melihat pada sisi manusia sebagai individu yang unik di mana
keunikannya terletak pada kenyataan bahwa tidak ada satu pun manusia yang
sama. Namun demikian, hakikat, martabat, dan tanggung jawabnya sama.
Dalam modul ketiga ini, manusia dilihat dari sisi perwujudannya sebagai
makhluk sosial di mana ia berinteraksi dengan sesamanya dalam suatu
masyarakat di mana ia tinggal. Bagaimana hakikat, martabat, dan tanggung
jawabnya sebagai manusia sebagai makhluk sosial, modul ketiga ini akan
menjelaskannya.
Sebagai kelanjutan dari modul sebelumnya, dalam modul kedua ini,
Anda akan mempelajari masyarakat beradab dan sejahtera, peran umat
beragama dalam mewujudkan masyarakat beradab dan sejahtera, serta
masalah hak asasi manusia (HAM) dan demokrasi.
Untuk membantu Anda mendapatkan semua itu, maka dalam Modul
ketiga ini akan dijelaskan pengertian masyarakat, asal usul pembentukan
masyarakat, kriteria masyarakat, masyarakat beradab dan sejahtera, prinsip-
prinsip masyarakat beradab dan sejahtera, pluralitas bangsa Indonesia, peran
umat beragama, pengertian dan sejarah hak asasi manusia, hak asasi manusia
dan Islam, pengertian dan sejarah demokrasi, prinsip-prinsip demokrasi,
demokrasi dan Islam.
Dalam proses pembelajarannya materi-materi tersebut di atas dibagi ke
dalam tiga kegiatan belajar, yaitu:
3.2 Pendidikan Agama Islam
Kegiatan Belajar 1
A. PENGERTIAN MASYARAKAT
mutlak atau angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia
yang harus ada.
2. Bergaul selama jangka waktu yang cukup lama.
3. Adanya kesadaran bahwa setiap manusia yang menjadi anggotanya
merupakan bagian dari suatu kesatuan.
1. Civil Society
Istilah civil society mula-mula muncul di Inggris dalam masa-masa awal
perkembangan kapitalisme modern, yang konon merupakan implikasi
pertama penerapan ekonomi Adam Simth dengan karyanya The Wealth of
Nation. Pandangan ekonomi Smith itu mendorong perkembangan
kewirausahaan Inggris, yang dalam prosesnya terbentur kepada pembatasan-
pembatasan oleh pemerintah karena adanya merkantilisme negara di mana
pemerintah terlibat langsung dalam setiap praktik ekonomi sehingga
menyulitkan para usahawan mengembangkan usahanya. Para usahawan
kemudian menuntut adanya ruang kebebasan di mana dapat bergerak dengan
bebas dan leluasa mengembangkan usaha mereka dan pemerintah tidak ikut
campur dalam praktik ekonomi. Ruang kebebasan itu merupakan tempat
terwujudnya civil society, yang merupakan ruang penengah antara kekuasaan
(pemerintah) dan rakyat umum. Jadi, cukup jelas bahwa civil society
senantiasa bercirikan kebebasan serta keterlepasan dari keterbatasan-
keterbatasan oleh kekuasaan. Dari sini konsep civil society lebih mengarah
pada para usahawan (sipil) dengan kebebasan dalam mengembangkan
usahanya yang terbebas dari pembatasan negara.
Kemudian gagasan dan ide mengenai civil society mencuat kembali
setelah Gorbachev menggagas ide tentang keterbukaan. Gagasan keterbukaan
3.8 Pendidikan Agama Islam
2. Masyarakat Madani
Sedangkan masyarakat madani merujuk pada masyarakat madinah yang
dibangun oleh Nabi Muhammad di Madinah. Madinah itu sendiri adalah
bahasa Arab yang memiliki pengertian yang sama dengan bahasa Ibrani.
Ketika Nabi Musa mampu membebaskan masyarakatnya dari mental budak
menjadi mental sebagai warga masyarakat yang merdeka dengan ciri taat
pada hukum dalam bahasa Ibrani mereka itu disebut dengan medinat yang
berarti masyarakat beradab karena taat kepada hukum dan aturan. Dalam
perkembangannya perkataan Ibrani medinat berarti negara.
Dalam bahasa Arab yang serumpun dengan bahasa Ibrani, kata yang
menunjuk negara adalah madinah dalam arti kota. Baik medinat maupun
madinah sama mengacu pada semangat yang sama seperti pengertian negara
kota pada masyarakat Yunani Kuno. Dalam pengembangan dan pelurusannya
negara kota itu hampir sama dengan pengertian negara kebangsaan yaitu
suatu negara yang terbentuk demi kepentingan seluruh bangsa yang menjadi
warganya, bukan untuk penguasa atau raja.
Ketika Nabi mengubah kota Yatrsib menjadi Madinah pada waktu itu,
maka Nabi sebenarnya mendeklarasikan terbentuknya suatu masyarakat
yang bebas dari kezaliman tirani dan taat hanya kepada hukum dan aturan
untuk kesejahteraan bersama.
Aturan dan hukum yang dimaksud itu tidak dibuat sewenang-wenang
oleh penguasa akan tetapi berdasarkan perjanjian (mitasq), kesepakatan
(mu‟ahadah), kontrak (akad) dan janji setia (bay‟at) yang kesemuanya
mencerminkan kerelaan, bukan kepaksaan. Karena seperti halnya jual beli
(bay‟) yang seakar dengan bay‟at mensyaratkan adanya saling rela antara
penjual dan pembeli. Ini berarti bahwa semua aturan dan hukum harus
berdasarkan musyawarah di mana semua warga merasa ikut memberikan
MKDU4221/MODUL 3 3.9
1. Keadilan
Berbicara tentang keadilan secara horizontal berarti berbicara
kesejahteraan umum. Menegakkan keadilan merupakan kemestian yang
bersifat fitrah yang harus ditegakkan oleh setiap individu sebagai
pengejawantahan dari perjanjian primordial di mana manusia mengakui Allah
sebagai Tuhannya. Keadilan merupakan sunnatullah di mana Allah
menciptakan alam semesta ini dengan prinsip keadilan dan keseimbangan.
Dalam al-Quran keadilan itu disebut sebagai hukum keseimbangan yang
menjadi hukum jagat raya. Keadilan juga merupakan sikap yang paling dekat
dengan takwa. Karena itu setiap praktik ketidakadilan merupakan suatu
bentuk penyelewengan dari hakikat kemanusiaan yang dikutuk keras oleh al-
Qur‘an. Dalam surat Al-Takaatsur dan Al-Humazah ekspresi itu sangat jelas:
2. Supremasi Hukum
Keadilan seperti disebutkan di atas harus dipraktikkan dalam semua
aspek kehidupan. Di mulai dari menegakkan hukum. Menegakkan hukum
yang adil merupakan amanah yang diperintahkan untuk dilaksanakan kepada
yang berhak. Dalam Surat An-Nisaa‘ ayat 58 ditegaskan:
3. Egalitarianisme (Persamaan)
Egalitarianisme artinya adalah persamaan, tidak mengenal sistem dinasti
geneologis. Artinya adalah bahwa masyarakat madani tidak melihat
keutamaan atas dasar keturunan, ras, etnis, dll. melainkan atas prestasi.
Bukan prestise tetapi prestasi. Karena semua manusia dan warga masyarakat
dihargai bukan atas dasar geneologis di atas melainkan atas dasar prestasi
yang dalam bahasa Al-Quran adalah takwa.
4. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap di mana kemajemukan merupakan sesuatu yang
harus diterima sebagai bagian dari realitas obyektif. Pluralisme yang
dimaksud tidak sebatas mengakui bahwa masyarakat itu plural melainkan
juga harus disertai dengan sikap yang tulus bahwa keberagaman merupakan
bagian dari karunia Allah dan rahmat-Nya karena akan memperkaya budaya
melalui interaksi dinamis dengan pertukaran budaya yang beraneka ragam
itu.
Kesadaran plurralisme itu kemudian diwujudkan untuk bersikap toleran
dan saling menghormati di antara sesama anggota yang berbeda baik berbeda
dalam hal etnis, suku bangsa, maupun agama. Sikap toleran dan saling
menghormati itu dinyatakan dalam Al-Qur‘an, antara lain:
5. Pengawasan Sosial
Yang disebut dengan amal saleh pada dasarnya adalah suatu kegiatan
demi kebaikan bersama. Prinsip-prinsip di atas sebagai dasar pembentukan
masyarakat madani merupakan suatu usaha dan landasan bagi terwujudnya
kebaikan bersama. Kegiatan manusia apapun merupakan suatu konsekuensi
logis dari adanya keterbukaan di mana setiap warga memiliki kebebasan
untuk melakukan tindakan. Keterbukaan itu sebagai konsekuensi logis dari
pandangan positif dan optimis terhadap manusia, bahwa manusia pada
dasarnya adalah baik:
Oleh karena manusia secara fitrah baik dan suci, maka kejahatan yang
dilakukan bukan karena inheren di dalam dirinya akan tetapi lebih
disebabkan oleh faktor-faktor luar yang mempengaruhinya. Karena itu, agar
manusia dan warga tetap berada dalam kebaikan sebagaimana fitrahnya
diperlukan adanya pengawasan sosial. Dalam Al-Qur‘an ditegaskan:
MKDU4221/MODUL 3 3.15
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
C. otoriter
D. parlementer
8) Hukum harus ditegakkan atas semua warga tanpa pandang bulu. Hal ini
merupakan perwujudan dari prinsip ....
A. supremasi hukum
B. keadilan
C. liberalisme
D. legalisme
10)
Kegiatan Be lajar 2
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Kegiatan Belajar 3
Konvensi Hague pada 1899 dan 1907. Pada tahun 1864 muncul kesepakatan
untuk membentuk International Committee of Red Cross (Palang Merah
Internasional) yang sangat membantu terhadap perkembangan dan
pendasaran HAM.
Pada abad ke 19 dan 20 ini penghargaan terhadap manusia mulai
diadopsi ke dalam hukum legal sebuah negara meliputi hak kebebasan warga,
hak sosial ekonomi, dll. meskipun dalam kenyataannya sering dilanggar.
Pada 1929 lahir Kesepakatan Kelog tentang kewarganegaraan disusul
kemudian Institut Nasional New York pada 12 Oktober 1929 yang
memberikan batasan mengenai teori modern nilai-nilai kemanusiaan, yaitu:
persamaan hak bagi setiap individu dalam hidup, dalam kebebasan,
kepemilikan, menyatakan pendapatnya dalam agama dengan kebebasan
penuh, kebebasan memakai bahasa dan mengajarkan bahasa yang dipilihnya.
Pada tanggal 14 April 1941, Piagam Atlantik dideklarasikan oleh
Rosevelt dan Churchill. Dari piagam inilah kemudian deklarasi tentang HAM
mencapai puncaknya pada 10 Desember 1948 oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa yang dikenal Declaration of Human Right yang isinya mencakup
hak-hak dasar manusia: hak hidup bagi setiap individu, kebebasan
berpendapat, menyatakan hak milik individu berupa pengajaran, persamaan
hak, ketenteraman, dll. Setelah itu lahirlah instrumen-instrumen lainnya
untuk menyempurnakan dasar-dasar tentang HAM seiring dengan
perkembangan zaman.
Dari uraian historis tersebut di atas, pada prinsipnya HAM adalah sebuah
ikhtiar untuk memuliakan manusia sebagai manusia agar satu sama lain
saling menghormati tanpa mengenal batas ras, etnis, agama, dan bangsa.
1. Hak Hidup
Hak hidup adalah hak dasar manusia yang harus dilindungi. Ia
merupakan anugerah yang berikan oleh Allah kepada manusia. Tidak ada
yang berhak mencabut hak tersebut kecuali Allah yang memberinya. Karena
itu usaha-usaha yang bisa mencabut hidup seseorang orang merupakan
pelanggaran. Untuk melindungi hak tersebut, Allah berfirman:
MKDU4221/MODUL 3 3.33
Artinya: ―Maka barang siapa yang membunuh satu manusia tanpa kesalahan
maka ia seperti membunuh manusia seluruhnya dan barang siapa
yang menghidupkannya maka ia seperti menghidupkan seluruh
manusia.‖
(QS. Al-Maai‘dah: 32)
Rasulullah bersabda:
―Awal perkara yang dihukum antara manusia di hari Kiamat adalah soal
darah.‖ (HR Bukhari muslim)
Piagam Madinah ayat 19 menegaskan: ―Seorang muslim dalam rangka
menegakkan agama Allah menjadikan pelindung bagi Muslim yang lain di
saat menghadapi hal-hal yang mengancam keselamatan jiwanya.‖
2. Hak Milik
Islam melindungi harta yang dimiliki baik secara individu maupun
kolektif. Setiap usaha pengambilan kepemilikan secara tidak sama
merupakan bentuk pelanggaran. Dalam surat Al-Baqarah ayat 188, Allah
berfirman:
3.34 Pendidikan Agama Islam
Artinya: ―Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain
di antara kamu dengan jalan yang bathil.‖
(Al-Baqarah: 188)
3. Hak Kehormatan
Manusia adalah makhluk mulia. Secara fitrah ia harus dihormati dan
dihargai. Setiap tindakan yang menurunkan harkat dan martabatnya adalah
bentuk pelanggaran. Allah melarang manusia saling menghina, mencela dan
mencaci maki yang akan mencederai kehormatannya. Demikian pula Allah
melarang manusia membuka aib dan keburukan yang lain. Allah berfirman:
4. Hak Persamaan
Manusia dalam Islam dipandang sama. Manusia dilahirkan menurut
fitrahnya sesuai dengan keputusan Allah. Di sisi Allah, manusia tidak dilihat
dari ras, gender, kulit, kebangsaan, dan lain-lain. melainkan dari
ketakwaannya. Allah berfirman:
Artinya: ―Dan sungguh kami telah muliakan anak-anak Adam, dan kami
tebarkan mereka di darat dan di laut serta kami anugerahi mereka
rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna daripada kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan.‖
(QS. Al-Israa‘: 70)
( )
tanpa memandang agama, ras, kelompok, keluarga, dll. Oleh karena itu, tanpa
memandang apapun, semua manusia berhak atas keadilan.
Allah berfirman:
Artinya: ―Wahai orang-orang yang beriman jadilah kalian orang yang teguh
dan bersaksi kepada Allah dengan adil dan janganlah kalian
menjadikan urusan satu kaum menjadikan kalian berlaku tidak adil,
berlaku adil kalian sesungguhnya ia lebih dekat kepada ketakwaan
dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kalian perbuat.‖
(QS. Al-Maai‘dah: 8)
“Tiadalah bagi orang zalim sahabat karib atau pembela yang dapat
diikuti (Al-Mukmin: 81)
5. Hak Kebebasan
Islam menyatakan bahwa setiap manusia lahir dalam kondisi fitrah atau
suci. Karena itu, manusia memiliki kebebasan yang disesuaikan dengan
prinsip keadilan, dll. Segala sesuatu yang bersifat membatasi dan
mengingkari fitrah ini lahir dari luar dan bukan dari bawaannya. Salah satu
bentuk pengingkaran terhadap kebebasan adalah perbudakan. Perbudakan
dalam budaya telah menempatkan manusia tak ubahnya dengan binatang
bahkan lebih buruk karena manusia tidak memiliki hak dan pilihan untuk
menentukan hidupnya. Di tengah budaya perbudakan bangsa Arab itu, Islam
datang untuk menghancurkannya dan mengembalikan manusia ke fitrahnya
yang sejati: sebagai manusia yang bebas untuk menentukan hidupnya sendiri.
Karena itu, setiap kali umat Islam melakukan perluasan wilayah ke
pelbagai daerah di sebut dengan futuh, yang berarti pembebasan, karena umat
Islam berusaha untuk membebaskan manusia dari perbudakan dan dari setiap
bentuk penindasan.
Untuk menghapus perbudakan Rasululah memperingatkan dalam salah
satu sabdanya,
“Di hari kiamat nanti ada tiga jenis manusia yang akan kutuntut secara
pribadi, salah satunya adalah orang yang memperbudak manusia
merdeka, kemudian menjualnya dan memakan uang hasil penjualannya
itu.”
(HR. Bukahri dan Ibn Majah).
Dari uraian di atas tampak jelas, Islam adalah agama yang secara inheren
menegaskan mengenai prinsip kebebasan manusia yang di bawa sejak lahir.
Karena itu segala bentuk penindasan yang salah satunya adalah perbudakan
harus dihapuskan. Namun demikian kebebasan sifatnya terbatas sesuai
dengan fitrah keterbatasan manusia itu sendiri. Prinsipnya dalam Islam
adalah kebebasan yang tidak mengingkari kebebasan itu sendiri. Dengan kata
lain kebebasan yang bertanggung jawab, kebebasan yang bisa mengantarkan
kepada terciptanya kemaslahatan bagi semua orang.
a. Kebebasan berekspresi
Kebebasan berekspresi adalah kebebasan untuk menyalurkan kehendak
batin mengenai hal apa saja baik melalui pernyataan maupun perbuatan.
Piagam Madinah ayat 23 menyatakan: ‖Bila kami sekalian berbeda pendapat
dalam sesuatu hal, hendaklah perkaranya diserahkan kepada ketentuan Allah
dan Rasulullah.‖
Perbedaan pendapat adalah suatu hal yang wajar sebagai bentuk ekspresi
dari setiap orang yang berbeda satu sama lain. Akan tetapi perbedaan itu
harus disikapi secara positif jangan sampai menimbulkan perpecahan. Untuk
menghindari hal tersebut yang akan merugikan, maka perbedaan itu
dikembalikan kepada ketentuan Allah dan Rasulullah. Ketentuan Allah dan
Rasulullah itu merupakan pagar agar kebebasan tidak merugikan kepentingan
manusia itu sendiri.
c. Kebebasan beragama
Islam adalah agama yang benar yang di bawa oleh Rasulullah. Islam
mewajibkan umatnya untuk berdakwah kepada umat manusia untuk
menerima ajaran Allah yang dibawa oleh utusan terakhir itu. Akan tetapi
dakwah harus disampaikan dengan cara yang baik dan manusiawi. Keyakinan
yang berbeda harus dihormati. Karena itu pemaksaan dan penindasan
manusia agar menerima Islam bukanlah perbuatan yang baik. Kebebasan
beragama sangat dijamin oleh Islam.
Artinya: ―Tidak ada paksaan dalam agama, telah jelas mana yang baik dan
mana yang buruk.‖
(QS. Al-Baqarah: 256)
3.42 Pendidikan Agama Islam
Artinya: ―Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab kecuali dengan
cara yang paling baik.‖
(QS. Al-Ankabut: 46)
d. Kebebasan bermusyawarah
Musyawarah merupakan upaya memecahkan bersama untuk
menghindari penyimpangan dan meletakkan langkah-langkah bersama yang
secara bulat disepakati.
MKDU4221/MODUL 3 3.43
( )
( )
Ali bin Abi Thalib telah memberikan kebebasan untuk memilih tempat
tinggal kepada Khawarij yang menentangnya selama mereka tidak terbukti
melakukan tindakan kriminal.
Dalam surat Al-Baqarah ayat 84-85, lebih tegas lagi Allah berfirman:
―Dan ingatlah, ketika Kami mengambil janji dari kamu yaitu: kamu tidak
akan menumpahkan darahmu (membunuh orang) dan kamu tidak akan
mengusir dirimu (saudaramu sebangsa) dari kampung halamanmu, kemudian
kamu berikrar (akan memenuhinya) sedang kamu mempersaksikannya.
Kemudian kamu (bani Israil) membunuh dirimu (sebangsa) dan mengusir
segolongan dari kamu dari kampung halamannya.‖ (QS. Al-Baqarah: 84-85).
Mengusir orang dari tempat tinggal adalah tindakan yang dilarang dalam
Islam karena merampas hak seseorang.
Masih banyak lagi hak-hak lainnya yang sama dilindungi dan dijamin
keberadaannya oleh Islam, seperti hak memperoleh pendidikan dan
pengajaran, hak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak, hak atas
kesehatan, hak atas kebutuhan dasar hidup, (sandang, pangan dan papan), hak
perlindungan keamanan, dll.
Namun nilai-nilai HAM seperti diuraikan di atas tentu saja sulit
diimplementasikan jika sistem kehidupan berbangsa dan bernegara kontra
produktif dengan nilai-nilai HAM itu sendiri. Demokrasi adalah sebuah
sistem berbangsa dan bernegara yang didasarkan atas prinsip persamaan,
kebebasan, dan persaudaraan merupakan penopang bagi penegakan HAM.
Karena itu, demokrasi dan HAM adalah dua hal yang berbeda akan tetapi tak
bisa dipisahkan. Dapat dikatakan bahwa demokrasi tak mungkin ada tanpa
HAM, sebaliknya HAM sulit ditegakkan tanpa demokrasi.
E. KRITERIA DEMOKRASI
F. TUJUAN DEMOKRASI
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
2) ―Hak asasi manusia berarti kalim moral yang tidak dipaksakan dan
melekat pada diri individu berdasarkan kebebasan manusia.‖ Pernyataan
tersebut merupakan arti hak asasi manusia secara terminologi,
dikemukakan oleh ....
A. Plato
B. Abraham Lincoln
C. Leah Levin
D. Aristoteles
3) Yang tidak termasuk bagian daripada hak asasi manusia adalah ....
A. menghormati hak hidup manusia
B. melindungi hak kehormatan manusia
C. membiarkan manusia mengekspresikan kebebasannya selama tidak
bertentangan dengan hukum
D. memberikan upah kepada semua orang secara sama
10)
Ayat tersebut memuat salah satu prinsip demokrasi, yaitu ....
A. musyawarah
B. mufakat
C. keadilan
D. musawah
3.52 Pendidikan Agama Islam
Daftar Pustaka
Abul Ala al-Maududi. (1985). Hak Asasi Manusia dalam Islam. Bandung:
Pustaka.
Ahmad Syafii Maarif. (1987). Islam dan Masalah Kenegaraan: Studi tentang
Percaturan dalam Konstitusi. Jakarta: LP3ES.
Hukum
Dr. Ali Nurdin
PEN D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
Artinya: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya
mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Ayat tersebut berisi tuntutan dari Allah agar shalat itu dikerjakan, maka
hal tersebut kemudian disebut dengan hukum syariat. Dan masih banyak
contoh yang lain.
1. Wajib
Wajib adalah suatu perbuatan apabila dikerjakan oleh seseorang, maka
orang yang mengerjakannya akan mendapat pahala dan apabila perbuatan itu
ditinggalkan maka akan mendapat siksa.
MKDU4221/MODUL 4 4.3
Kata yang menunjukkan perintah tegas dalam ayat tersebut adalah kata
“kutiba” (diwajibkan), maka puasa di bulan Ramadhan itu hukumnya
wajib.
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu
berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia
kepada Allah (al- Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang
demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
4.4 Pendidikan Agama Islam
2. Sunnah (Mandub)
Yaitu perbuatan apabila dikerjakan maka orang yang mengerjakan akan
mendapat pahala dan apabila ditinggalkan, maka orang yang meninggalkan
tersebut tidak mendapat siksa.
Lafal ayat atau hadits yang menunjukkan arti sunnah adakalanya berupa
kalimat tegas yang menunjukkan kesunnahannya. Dan ada kalanya berupa
kalimat perintah dengan diikuti suatu petunjuk (qarinah) yang menunjukkan
arti sunnah. Seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah/2: 282.
MKDU4221/MODUL 4 4.5
Artinya: Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah
ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan
tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah
kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barang siapa
yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
sunnah dalam ibadah antara lain; berkumur dalam wudhu, adzan dan
iqamah dalam shalat berjamaah, membaca ayat al-Qur‟an setelah al-
Fatihah dalam shalat.
b. Sunnah ghoiru muakkad adalah suatu aktivitas atau perbuatan yang
dianjurkan oleh Rasulullah SAW tetapi tuntutannya tidak sekuat sunnah
muakkad. Salah satu alasannya adalah Nabi SAW pernah mengerjakan
tetapi juga sering meninggalkannya. Termasuk dalam hal ini adalah
segala perbuatan Nabi SAW yang berkaitan dengan beliau sebagai
manusia, seperti jenis makanannya, warna pakaiannya, meskipun tidak
termasuk kewajiban tetapi apabila diniatkan untuk mengikuti sunnah
maka termasuk kelompok sunnah ghairu muakkad. Artinya bagi yang
tidak mengikuti tidak dapat dikatakan buruk karena hal tersebut
bukanlah bagian dari hukum syariat. Contoh lainnya shalat sunnah
qobliyah isya‟.
3. Haram
Haram adalah segala perbuatan yang apabila perbuatan itu ditinggalkan
akan mendapat pahala sementara apabila dikerjakan maka orang tersebut
akan mendapat siksa.
Satu perbuatan dinilai haram berdasarkan teks ayat atau hadits yang
biasanya dinyatakan dengan beberapa ungkapan, antara lain:
a. Kalimat larangan tersebut dinyatakan dengan jelas dan tegas, misalnya
dengan kata harrama dengan segala bentuk perubahannya. Misalnya
pernyataan Allah dalam surat Al-An‟aam/6: 151
b. Kalimat yang melarang itu menggunakan kata kerja yang melarang dan
dibarengi dengan petunjuk (qarinah) yang menunjukkan bahwa
perbuatan tersebut benar-benar dilarang. Misalnya firman Allah dalam
surat Al-Israa‟/17: 32
Adanya sanksi hukuman dera delapan puluh kali, bagi mereka yang
menuduh zina tanpa empat orang saksi itu adalah menjadi petunjuk bahwa
perbuatan tersebut diharamkan.
4. Makruh
Satu perbuatan disebut makruh apabila perbuatan tersebut ditinggalkan
maka orang yang meninggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan
maka orang tersebut tidak mendapat siksa.
Suatu perbuatan diketahui makruh dilihat dari beberapa hal berikut ini.
a. Ungkapan yang dipakai untuk melarang itu sudah menunjukkan
kemakruhannya, seperti dengan menggunakan perkataan karaha
(memakruhkan) dengan segala bentuk dan perubahannya.
b. Dengan lafadz yang melarang mengerjakan suatu perbuatan kemudian
didapatkan di dalam ayat lain suatu kata yang menjadi petunjuk bahwa
larangan yang terdapat pada ayat tersebut bukan menunjukkan
keharamannya. Misalnya firman Allah dalam surat Al-Maai‟dah/5: 101.
Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
5. Mubah
Mubah adalah suatu perbuatan yang apabila dikerjakan orang yang
mengerjakan tidak mendapat pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa.
Suatu perbuatan dikatakan makruh dapat diketahui melalui beberapa
cara, antara lain:
a. Perbuatan tersebut ditetapkan secara tegas kebolehannya oleh agama,
misalnya dengan ungkapan ayat atau hadits: ”tidak mengapa, tidak ada
halangan, tidak berdosa ....”
Misalnya firman Allah dalam surat Al-Baqarah/2: 235.
Artinya: Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu
dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini
mereka) dalam hatimu.
b. Ada petunjuk dari ayat atau hadits berupa perintah untuk melakukannya
tetapi ada qarinah yang menunjukkan bahwa perintah tersebut hanya
untuk mubah saja. Misalnya firman Allah dalam surat Al-Maai‟dah/5: 2
Artinya: ... dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka
bolehlah berburu ….
4.10 Pendidikan Agama Islam
Yang dimaksud dengan prinsip hukum Islam dalam tulisan ini adalah:
kebenaran universal yang inheren di dalam hukum Islam dan menjadi titik
tolak pelaksanaan dan pembinaannya. Para ulama, sebagaimana dijelaskan
oleh Dr. Juhaya S Praja dalam bukunya Filsafat Hukum Islam, telah
menetapkan beberapa prinsip dalam hukum Islam yang secara umum dapat
dibagi menjadi dua macam yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Yang
dimaksud dengan prinsip umum adalah prinsip keseluruhan hukum Islam
yang bersifat universal. Sedangkan prinsip khusus adalah prinsip-prinsip
setiap cabang hukum Islam.
Secara garis besar prinsip umum hukum Islam ada tujuh macam.
1. Prinsip tauhid.
2. Prinsip keadilan.
3. Prinsip amar makruf nahi munkar.
4. Prinsip al-Hurriyah (kebebasan dan kemerdekaan).
5. Prinsip musawah (persamaan/egaliter).
6. Prinsip ta’awun (tolong-menolong).
7. Prinsip tasamuh (toleransi).
Dari ayat tersebut nampak jelas bahwa seluruh manusia pada awalnya
yaitu ketika belum terlahir ke dunia (alam ruh) telah mengakui ke-esaan
Allah SWT. Maka dalam pandangan Islam pada dasarnya semua manusia
mempunyai potensi dan kualitas yang sama yaitu potensi bertauhid di mana
hal tersebut pernah dikukuhkan/diakui sebelumnya.
Surat Ali-Imron/3: 64
Artinya: Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi
dirimu sendiri.
MKDU4221/MODUL 4 4.13
Ayat tersebut ada dalam rangkaian ayat yang menjelaskan tentang puasa
Ramadhan, sehingga dalam urusan ibadah mahdhah dapat dirumuskan suatu
prinsip asas kemudahan atau meniadakan kesulitan.
Artinya: ... dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku adil,
Kendatipun ia adalah kerabat(mu) ....
Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,
dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah
itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari
yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.
Dari ayat tersebut juga terlihat bahwa yang membedakan nilai manusia
dalam pandangan hukum Islam adalah bukan karena ras, warna kulit dan sisi
lahiriyah lainnya, melainkan faktor ketaqwaannya. Dalam ayat lainnya lebih
tegas Allah menyatakan bahwa manusia adalah makhluk yang lebih
dimuliakan dibanding jenis makhluk lainnya. Hal ini ditegaskan dalam surat
Al-Israa‟/17: 70
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan
tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
3) Secara garis besar hukum syari‟at dibagi menjadi lima macam, yaitu ....
A. wajib ‟ain, wajib kifayah, sunnah, makruh dan mubah
B. wajib, sunnah muakkad, sunnah ghoiru muakkad, makruh dan
haram
C. wajib, sunnah, makruh, haram dan mubah
D. fardhu „ain, fardhu kifayah, sunnah, mubah dan haram
9) Salah satu cabang prinsip tauhid adalah ”beban hukum yang diciptakan
oleh Allah bertujuan untuk kemaslahatan hidup manusia, bukan untuk
kepentingan Allah SWT. Hal tersebut didasarkan pada penjelasan
ayat ....
A. Surat al-Baqarah ayat 2-3
B. Surat al-Isra‟ ayat 7
C. Surat al-Hujurat ayat 13
D. Surat al-Maidah ayat 3
4.22 Pendidikan Agama Islam
10) Prinsip hukum Islam yang menyatakan bahwa sesama warga masyarakat
harus saling menolong demi tercapainya kemaslahatan bersama, adalah
penjelasan dari ....
A. prinsip tauhid
B. prinsip keadilan
C. prinsip tolong-menolong
D. prinsip persamaan
Kegiatan Belajar 2
dilakukan oleh para sahabat kemudian Nabi SAW tidak melarangnya justru
malah membenarkannya.
1. Iman
Salah satu konsekuensi beriman kepada Allah SWT adalah menerima
segala sesuatu yang bersumber dari para utusan-Nya (khususnya Nabi
Muhammad SAW). Allah SWT telah memilih para rasul di antara hamba-
Nya untuk menyampaikan hukum-hukum syari‟at-Nya. Allah SWT
berfirman dalam beberapa ayat:
Q.S. Al-An‟aam/6: 124
Artinya: Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata: "Kami
tidak akan beriman sehingga diberikan kepada Kami yang serupa
dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah". Allah
lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan ….
Q.S. An-Nahl/16: 35
Artinya: ... Maka tidak ada kewajiban atas Para rasul, selain dari
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
Q.S. An-Nisaa‟/4: 36
2. Al-Qur’an
Di dalam al-Qur‟an banyak ayat yang menjelaskan kewajiban taat
kepada Rasulullah SAW, di antaranya adalah:
Q.S. An-Nisaa‟/4: 59
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan
Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah dan
Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
Artinya: Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-
(Nya) dan berhati-hatilah. jika kamu berpaling, Maka ketahuilah
bahwa Sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
MKDU4221/MODUL 4 4.27
Dalam ayat lainnya Allah SWT secara tegas menyatakan bahwa taat
kepada Rasulullah SAW berarti taat kepada Allah SWT, hal ini dijelaskan
dalam Q.S. An-Nisaa‟/4: 80
Q.S. Al-Fath/48: 10
Q.S. Al-Hasyr/59: 7
Artinya: Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang
dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.
Allah juga berfirman dalam surat An-Nisaa‟/4: 65
4.28 Pendidikan Agama Islam
Masih banyak ayat lain yang pada intinya menekankan kewajiban untuk
taat kepada Rasulullah SAW. Ketika beliau masih hidup ketaatan tersebut
mengambil bentuk mematuhi setiap perintah dan larangannya. Sementara
ketika beliau telah wafat maka bentuk ketaatan itu berupa mengikuti sunnah-
sunnah beliau sebagai warisan yang tidak ternilai harganya.
hanyalah wahyu dari Allah SWT maka sudah sewajarnya kalau menjadi
sumber hukum dalam syari‟at Islam. Cukup banyak ayat al-Qur‟an yang
menegaskan masalah ini. Di antaranya adalah Al-Qur‟an surat Al-
An‟aam/6: 50
Apa yang diwahyukan kepada beliau karena bersumber dari Zat yang
Maha Kuasa yang telah menciptakan manusia maka sudah sewajarnya kalau
petunjuk tersebut amat bernilai dan sarat dengan aturan-aturan hukum yang
dapat mengantarkan manusia meraih kebahagiaan hidupnya di dunia dan
akhirat. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam surat Al-Anfaal/8: 24
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi
kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah
membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-
Nyalah kamu akan dikumpulkan.
5. Dalil Aqli/Logika
Al-Qur‟an yang bersisi petunjuk dari Allah secara umum masih bersifat
global khususnya yang berkaitan dengan perintah dan larangan. Belum ada
4.30 Pendidikan Agama Islam
dua sumber hukum yaitu al-Qur‟an dan sunnah Nabi SAW. Misalnya shalat
dan zakat telah ditetapkan hukumnya di dalam al-Qur‟an di antaranya dalam
surat Al-Baqarah/2: 43.
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah,
Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
Kandungan ayat tersebut jelas masih global, maka Nabi SAW kemudian
menjelaskan secara terinci tentang waktu-waktu shalat, syarat dan
rukunnya dengan cara praktek langsung yang kemudian beliau tegaskan
dalam sabdanya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori:
”Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”.
Demikian halnya dengan perintah-perintah ibadah yang lain seperti
Zakat, Haji dan lain-lain.
b. Membatasi kemutlakannya; yang dimaksud adalah ada ayat-ayat yang
masih bersifat mutlak, tetapi kemudian Rasul SAW membatasi
kemutlakan ayat tersebut. Contohnya adalah ketika seseorang sudah
merasa dekat waktu ajalnya kemudian membuat wasiat terkait dengan
hartanya, maka al-Qur‟an tidak memberikan batasan, sepertinya berapa
pun boleh. Namun kemudian Nabi membatasi bahwa wasiat
diperbolehkan maksimal 1/3 dari harta yang akan ditinggalkan. Ini pun
MKDU4221/MODUL 4 4.33
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT I F 2
1) Hadits yang disampaikan para sahabat Nabi SAW yang diawali dengan
ungkapan bahwa “Nabi SAW bersabda”. Oleh para ulama
dikelompokkan sebagai jenis ....
A. hadits fi‟liyah (perbuatan)
B. hadits taqririyah (penetapan)
C. hadits qauliyah (ucapan)
D. hadits sifatiyah (sifat-sifat Nabi)
4.38 Pendidikan Agama Islam
4) Surat an-Nahl ayat 44 menjelaskan tentang salah satu tugas Nabi SAW
yaitu ....
A. membuat hukum tersendiri dalam agama
B. menyampaikan dan menjelaskan ayat-ayat Allah SWT
C. mengajarkan berbagai bentuk ibadah
D. menghukum setiap umatnya yang melanggar
5) Dua perkara yang diwariskan Nabi SAW dan apabila umat Islam
berpegang teguh kepada keduanya maka akan selamat, kedua hal
tersebut adalah ....
A. segala bentuk perintah dan larangan
B. keluarga dan para sahabatnya
C. Al-Qur‟an dan sunnah
D. ilmu dan kekuasaan
C. membatasi kemutlakannya
D. mengkhususkan atas ayat yang masih bersifat umum
10) Tidak semua yang dikerjakan Nabi SAW menjadi sumber hukum,
kecuali ....
A. segala sesuatu yang berasal dari Nabi dalam kedudukannya sebagai
manusia biasa; seperti cara beliau berjalan, duduk atau aktivitas
lainnya yang tidak dikaitkan dengan hukum syari‟at
B. segala sesuatu yang berasal dari beliau yang semata-mata hanya
sebagai kebijaksanaan dalam masalah keduniaan.
C. segala sesuatu yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk
dikerjakan
D. segala sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan
dijelaskan oleh hukum syari‟at baik al-Qur‟an maupun Hadis bahwa
apa yang beliau lakukan hanya khusus berlaku bagi beliau sendiri,
tidak untuk diikuti oleh umatnya
Daftar Pustaka
Ali, Abdullah Yusuf. (1384/1978). The Holy Qur’an, Text, Translation, and
Comentary. Vol. I and II. Mecca: The Muslim World League.
Al-Qur‟ân al-Karîm.
Al-Tirmizi, Abû „Isa Muhammad bin „Isa bin Surat. (1400/1980). Al-Jami’
al-Shahih. Beirut: Dâr al-Fikr.
Bukhâri, Abû „Abdullâh Muhammad bin Ismâ‟il bin Ibrâhim bin al-Mughîrat
bin Bardizbat al-. (t.th). Shahih al-Bukhâri. (t.t): Dâr wa Mathabi‟ al-
Sya‟b.
Ghazali, Abû Hamid Muhammad bin Muhammad al-. (t.th). Ihyâ’ Ulum al-
Din. Al-Qahirat: Maktabah al-Masyad al-Husaini.
Ibn Hanbal, Ahmad. (t.th). Musnad al-Imam bin Hanbal. Beirut: Al-Maktab
al-Islami.
Mahalli, Jalal-al-Din Muhammad bin Ahmad al-, dan Jalâl al-Din „Abd al-
Rahman bin Abî Bakr al-Suyuthi. (t.th). Tafsîr al-Qur’ân al-’Azhîm.
Jakarta: Jaya Murni.
Marâghi, Ahmad Musthafâ al-. (1974/1394). Tafsir al-Marâghi. (t.t): Dâr al-
Fikr.
PEN D A HU L UA N
Agar Anda dapat berhasil dengan baik mempelajari modul ini, maka
ikutilah petunjuk-petunjuk belajar sebagai berikut.
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai Anda
memahami betul apa, untuk apa, dan bagaimana mempelajari modul ini.
2. Mulailah dengan basmalah ketika Anda membaca modul ini.
3. Baca sepintas bagian demi bagian modul ini dan temukan kata-kata
kunci (key words) dan kata-kata lainnya yang dianggap baru. Carilah
kata-kata tersebut di dalam kamus atau ensiklopedia yang Anda miliki.
4. Pahami ide pokok dari setiap uraian pada modul ini dan imajinasikan
dalam pikiran Anda.
5. Diskusikan pemahaman Anda mengenai pengertian-pengertian dalam
modul ini dengan mahasiswa atau tutor.
MKDU4221/MODUL 5 5.3
Kegiatan Belajar 1
A. PENGERTIAN AGAMA
B. KLASIFIKASI AGAMA
Kedelapan, agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap bagi
pemeluknya, sedangkan agama non-wahyu hanya pada aspek tertentu saja.
Yang tergolong agama wahyu adalah Yahudi, Kristen, dan Islam. Di luar
yang tiga itu adalah agama non-wahyu, seperti Hindu, Budha,
Confusionisme.
1. Pengertian Moral
Secara etimologis moral berasal dari bahasa Latin, mores, bentuk jamak
dari more, artinya adat atau kebiasaan. Secara terminologi moral adalah
ajaran tentang tindakan seseorang yang dalam hal sifat, perangai, kehendak,
pendapat, atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar atau salah,
baik atau buruk.
Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang
umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang
wajar. Jadi moral adalah tindakan yang umum sesuai dengan dan diterima
oleh lingkungan tertentu atau kesatuan sosial tertentu.
Sementara itu dalam The Advanced Leaner’s Dictinary of Current
English dikemukakan pengertian moral sebagai: 1) prinsip-prinsip yang
berkenan dengan benar dan salah, baik dan buruk; 2) kemampuan untuk
5.6 Pendidikan Agama Islam
memahami perbedaan antara benar dan salah, dan 3) ajaran atau gambaran
tingkah laku yang baik.
Dengan demikian, moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik
buruknya manusia sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan
“keseluruhan norma-norma dan nilai-nilai dan sikap moral seseorang atau
masyarakat.” Moral mengacu pada baik buruk perilaku bukan pada fisik
seseorang.
Jika kita perhatikan lebih mendalam definisi tentang moral, kita bisa
memahami bahwa moral adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang
yang mempunyai nilai baik atau buruk, salah atau benar, layak atau tidak
layak. Ketika seseorang mengatakan bahwa ia moralnya buruk. Artinya
adalah bahwa apa yang dilakukannya itu mempunyai sifat buruk atau tidak
layak atau tidak sesuai dengan apa yang seharusnya. Sebaliknya kalau
dikatakan ia moralnya baik berarti apa yang dilakukannya itu mempunyai
nilai baik karena sesuai dengan ketentuan umum dan layak untuk dilakukan.
Selanjutnya terkait dengan masalah moral adalah kesadaran yang disebut
dengan kesadaran moral. Kesadaran moral adalah pengetahuan bahwa ada
yang baik dan ada yang buruk yang dengan pengetahuannya ia memilih
untuk melakukan suatu perbuatan tanpa ada paksaan dari siapa pun. Suatu
perbuatan itu bisa dikategorikan baik atau buruk jika perbuatan itu dilakukan
secara sadar atau karena punya kesadaran moral. Orang yang melakukan
suatu perbuatan tanpa ada kesadaran, maka perbuatannya itu tidak bisa
dikategorikan baik atau buruk. Misalnya, seseorang anak kecil yang
mengambil kotoran ayam ketika disodorkan kepadanya, maka perbuatan si
anak itu tidak bisa dianggap buruk karena anak itu belum punya kesadaran
tentang baik dan buruk. Atau seperti orang gila, perbuatannya itu tidak bisa
dikatakan baik atau buruk karena ia tidak sadar. Karena itulah, orang gila
karena hilang kesadarannya tidak bisa dikatakan tidak bermoral sekalipun ia
berperangai buruk.
Kesadaran moral ini menjadi penting, karena satu-satunya makhluk
Tuhan yang diberi kesadaran adalah manusia. Dengan kesadaran itu manusia
diberi kebebasan untuk memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Apa
yang dilakukannya tentu mempunyai akibat-akibat tertentu. Hanya saja orang
yang mempunyai kesadaran akan selalu mengikuti hal-hal yang memang
secara moral baik. Kesadaran moral itu timbul karena:
Pertama, perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang
baik. Perasaan ini telah ada dalam setiap diri manusia, siapa pun dan di mana
MKDU4221/MODUL 5 5.7
pun ia. Karena itulah jika perasaan wajib itu tidak dilaksanakan maka ia
disebut pelanggaran. Manusia terlahir fitrah, yakni suci. Dalam arti punya
kecenderungan terhadap kebaikan. Karena fitrahnya ini manusia senantiasa
mempunyai suara batin untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai
dengan hati nuraninya. Ketika suara batin ini tidak ditaati maka ia akan
merasa tidak tenang dan tidak tenteram.
Kedua, objektif dan rasional. Kesadaran moral ini muncul berdasarkan
akal. Dengan akalnya ini manusia bisa mengetahui baik atau buruk suatu
perbuatan dan itu berlaku secara universal, artinya sama di setiap tempat dan
sama dalam pandangan setiap orang. Misalnya, menghormati orang tua.
Perbuatan itu berlaku objektif dan rasional. Perbuatan hormat kepada orang
tua mempunyai nilai yang baik di semua tempat dan di semua kebudayaan.
Dan semua akal manusia menerima bahwa perbuatan itu memang baik.
3. Pengertian Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk jamak
(plural) dari khuluq ( ). Secara bahasa akhlak mempunyai arti tabiat,
perangai, kebiasaan, atau karakter. Menurut kamus al-Munjid, kata akhlak
mempunyai akar yang sama dengan kata khalqun (kejadian), khaliqun
(pencipta) dan makhluqun (yang diciptakan). Dalam arti bahasa
akhlak sering disinonimkan dengan moral dan etika.
Berdasarkan arti akhlak secara bahasa, arti istilah akhlak yang
dikemukakan oleh para ulama juga mengacu pada masalah tabiat atau kondisi
batin yang mempengaruhi perilaku manusia. Berikut ini adalah pengertian
akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:
Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai
kehendak yang biasa dilakukan. Artinya segala sesuatu kehendak yang
terbiasa dilakukan disebut akhlak.
Ibn Maskawih dalam kitabnya, Tahzib al-Akhlaq wa Tathirul A’raq,
mendefinisikan akhlak sebagai: “Keadaan jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pemikiran dan pertimbangan (sebelumnya)”, dan Imam Ghazali dalam
kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisi akhlak sebagai: “Segala sifat yang
tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan dengan ringan dan
mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.”
Dari definisi-definisi tersebut di atas jelas bahwa akhlak adalah suatu
keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan
perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan
pemikiran lebih lanjut. Keadaan jiwa itu, adakalanya merupakan sifat alami
yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau
tidak melakukannya, seperti rasa takut dan sebagainya. Selain itu, suasana
jiwa, adakalanya juga disebabkan oleh pengaruh adat istiadat yang berlaku
seperti orang yang membiasakan berkata benar secara terus menerus, maka
jadilah suatu bentuk akhlak yang tertanam dalam jiwa atau batin.
Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil
dua hal penting tentang akhlak, yaitu:
a. akhlak berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak;
b. akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan
perbuatan yang dibuat-buat, tetapi sewajarnya).
MKDU4221/MODUL 5 5.9
4. Pengertian Etika
Etika secara etimologis (berdasarkan asal-usul kata) berasal dari bahasa
Yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Secara istilah etika
adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia. Sebagian
ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang laku
perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang
dapat ditentukan akal.
Ahmad Amin, misalnya, mengartikan etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang
seharusnya diperbuat.
Soegarda Poerbakawatja, mengartikan etika sebagai filsafat nilai,
kesusilaan tentang baik buruk, serta berusaha mempelajari nilai-nilai dan juga
merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.
Dalam van Dale’s Grootwoordenbooek dikemukakan etika sebagai
filsafat praktis, yakni kaidah-kaidah rasa moral, ajaran tentang filsafat rohani
umumnya.
Ensiklopedi Winkler mendefinisikan etika sebagai bagian dari filsafat
yang memperkembangkan teori tentang tindakan, dalil-dalilnya dan tujuan
yang diarahkan kepada makna tindakan.
A Handbook of Christian Ethics, menyebutkan etika sebagai ilmu
normatif yang memandang manusia sebagai tenaga moral,
5.10 Pendidikan Agama Islam
Jika kita perhatikan semua uraian tentang moral, susila, budi pekerti,
akhlak, dan etika maka kita bisa menyimpulkan bahwa dari segi fungsinya,
semuanya berfungsi sebagai pengarah atau petunjuk agar seseorang
mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Dengan itu
manusia diharapkan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan yang baik
agar tercipta sebuah masyarakat dengan warganya yang baik, sopan.
Kemudian dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio sedangkan
akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadits sementara rasio hanya
pendukung terhadap apa yang telah dikemukakan oleh Al-Quran dan Hadits.
Sementara moral dan susila atau budi pekerti umumnya berdasarkan pada
ketentuan atau kebiasaan umum yang berlaku di masyarakat.
Selain itu, etika (ilmu akhlak) bersifat teoretis sementara moral, susila,
akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik
dan mana yang buruk, susila berbicara mana yang tabu dan mana yang tidak
tabu, akhlak berbicara soal baik buruk, benar salah, layak tidak layak.
Sementara etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau
kenapa perbuatan itu dikatakan buruk. Etika menyelidiki, memikirkan dan
5.12 Pendidikan Agama Islam
hawa nafsu (yang angkara murka), tali kekang dari pada ucap dan perilaku
(yang keji dan biadab).”
Peranan agama yang sedemikian penting bagi kehidupan moral manusia,
juga diakui oleh W.M Dixon. Dalam bukunya, The Human Situation, antara
lain ia menyatakan bahwa “agama, betul atau salah, dengan ajarannya
percaya kepada Tuhan dan kehidupan akhirat yang akan datang dalam
keseluruhannya, kalau tidak satu-satunya, paling sedikit kita boleh percaya,
merupakan dasar yang paling kuat bagi moral. Dengan mundurnya agama
dan sanksi-sanksinya, maka menjadi masalah yang sangat mendesak: apakah
yang bisa mengganti agama itu? Apakah pembantu etika yang mempunyai
kekuatan yang sama, kalau memang ada yang mempunyai kekuatan yang
bisa menggantikannya?.”
Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah
Agama bahwa ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama,
yaitu:
1. agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah dan
tawakal, ulet serta percaya pada diri sendiri;
2. agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani
berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan dengan kesiapan
mengabdi dan berkorban; serta sadar, enggan dan takut untuk melakukan
pelanggaran yang menjurus kepada dosa dan noda;
3. agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh
sifat-sifat mulia dan terpuji, penyantun, toleransi dan manusiawi.
Artinya: “(Puasa itu) pada bulan Ramadhan yang diturunkan al-Qur‟an pada
bulan itu untuk petunjuk bagi manusia dan beberapa keterangan dari
petunjuk dan memperbedakan antara yang hak dan bathil.”
(QS. Al-Baqarah/2:185)
5.16 Pendidikan Agama Islam
Artinya: “Kitab itu (al-Qur‟an) tidak ada keraguan padanya, jadi petunjuk
bagi orang-orang yang bertaqwa.”
(QS. Al-Baqarah/2:2)
Artinya: “Sesungguhnya telah ada dalam diri Rasulullah itu suri tauladan
yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah.”
(QS. Al-Ahzab/33:21)
LAT IH A N
R A NG K U M AN
TES F OR M AT IF 1
6) Ilmu yang mempelajari baik dan buruk disebut etika. Karena itu etika
bisa dikatakan sebagai ....
A. teori tentang moral
B. sesuatu yang baik dan buruk
C. masalah-masalah baik dan buruk
D. kajian sistematis tentang baik dan buruk
10) Agama masih memiliki peranan yang besar bagi kehidupan manusia
modern untuk menghindari krisis moral. Hal tersebut karena ajaran-
ajaran agama bersifat ....
A. absolut
B. relatif
C. bisa berubah
D. dapat disesuaikan dengan perubahan
Kegiatan Belajar 2
Akhlak dalam pengertian budi pekerti harus menjadi sikap batin dan
termanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak tersebut meliputi
akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang tua
dan keluarga, akhlak terhadap orang lain/masyarakat, dan akhlak terhadap
alam.
a. Menauhidkan
Menauhidkan artinya mengesakan bahwa Allah adalah pencipta; bahwa
Allah yang wajib disembah oleh kita, bahwa Allah yang memilik sifat
sempurna dan jauh dari sifat kurang. Dalam Al-Qur‟an ditegaskan,
Artinya: “Katakanlah, Dialah Allah, Yang Maha Esa. Alah adalah Tuhan
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan
tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada satu pun yang setara dengan
Dia.”
(QS. Al-Ikhlas/112:1-4)
b. Beribadah
Karena Allah pencipta maka kita harus beribadah hanya kepada-Nya.
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.”
(QS. Adz-Dzaariyaat/51:56)
c. Bersyukur
Bersyukur adalah berterima kasih kepada Allah atas karunia dan nikmat
yang telah diberikan.
MKDU4221/MODUL 5 5.25
Artinya: “Karena itu, ingatlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku ingat kepada
kalian, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian
mengingkari (nikmat)-Ku.”
(QS.Al-Baqarah/2:152)
d. Taqwa
Taqwa adalah melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
Rasulullah bersabda:
“Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada, dan
ikutilah perbuatan jahat dengan perbuatan baik pasti dapat
menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan perangai yang baik.”
(HR Turmudzi)
5.26 Pendidikan Agama Islam
e. Berdoa
Berdoa adalah memohon kebaikan kepada Allah dalam segala hal untuk
kebaikan baik di dunia maupun di akhirat.
Artinya: “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan,
dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya
mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.”
(QS. Al-Mu‟minuun/23: 60).
f. Berdzikir
Berzikir artinya mengingat Allah. Perwujudannya dengan membaca
tahlil, tahmid, tasbih, istighfar.
Artinya: “Sebab itu ingatlah kepadaku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu
dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.” (QS. Al-Baqarah/ 2:152)
MKDU4221/MODUL 5 5.27
Artinya: “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-
lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra‟d/ 13:28)
f. Tawakal
Tawakal adalah sikap pasrah kepada Allah atas ketentuan-Nya sambil
berusaha.
g. Mahabbah (Cinta)
Mahabbah artinya sikap merasa dekat dan ingat terus kepada Allah yang
diwujudkan dengan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Artinya: “Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.”
(QS.Al-Maa‟idah/5:54)
dalam bentuk berpikir, merenung dan meneliti. Seiring dengan sifat kreatif
adalah sikap dinamis. Dinamis adalah sikap mental kita yang ingin selalu
maju dan berubah dari satu kondisi ke kondisi yang lebih baik.
Artinya: “Tidakkah mereka mengembara di bumi ini, lalu melihat apa yang
terjadi dengan orang-orang sebelum mereka? Orang-orang ini lebih
kuat dari mereka; mengolah tanah dan membangunnya melebihi
pekerjaan mereka; rasul-rasulnya mendatangi mereka dengan bukti-
bukti nyata. Allah tidak akan menganiaya mereka, tapi merekalah
yang menganiaya diri sendiri.”
(QS. Ar-Ruum/30:9)
b. Sabar
Sabar adalah sikap mental untuk menerima dan menjalani dengan lapang
dada ketika mendapatkan musibah dan menjalankan perintah. Sabar itu tidak
hanya ketika kita mendapatkan cobaan dan penderitaan. Ada empat macam
sabar: 1) sabar ketika menghadapi cobaan dan musibah, 2) sabar dalam
menghadapi dorongan hawa nafsu yang tidak baik., 3) sabar dalam
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya; 4) sabar ketika kita
mendapatkan kebahagiaan.
MKDU4221/MODUL 5 5.29
c. Tawadu
Tawadu artinya rendah hati dan tidak sombong. Perwujudan dari sikap
tawadu itu kita tidak sombong, tidak curang, senantiasa baik kepada orang
lain. Allah berfirman:
Artinya: “Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan Yang Maha Penyayang
itu ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati
dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka mengucapkan kata-
kata yang mengandung keselamatan.”
(QS. Al-Furqaan/25:63)
Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku, ”Bertaqwalah kamu
sehingga seseorang tidak berlaku sombong terhadap yang lain dan seseorang
tidak berlaku curang atas orang lain.”
(HR. Muslim)
d. Benar
MKDU4221/MODUL 5 5.31
Artinya: “Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas
kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya)
sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu)
mampu maka hendaklah ia menahan diri (dari harta anak yatim
itu).”
(QS. An-Nisaa‟/4:6)
5.32 Pendidikan Agama Islam
f. Amanah/jujur
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada
kedua orang tuamu ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang semakin bertambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang
tua ibu bapakmu.
(QS. Luqman/31:14)
Rasulullah bersabda:
“Pulanglah kepada ibu bapakmu dan baik-baiklah bergaul dengan keduanya.”
(HR. Muslim)
“Keridlaan Allah tergantung pada keridlaan ibu bapak, dan kutukan Allah
tergantung juga pada kutukan kedua ibu bapak.”
(HR. Tirmidzi)
5.34 Pendidikan Agama Islam
e. Memelihara keturunan
Artinya: “Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran)
anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia
sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah
dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah
akan menubuhkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah,
alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”
(QS. An-Nahl/16: 58-59)
b. Melakukan silaturahmi
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu
ketika kamu dahulu (masa jahiliyyah) bermusuh-musuhan, maka
Allah menjinakkan antara hatimu, lalu menjadilah kamu karena
nikmat allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu dahulunya
berada di tepi jurang neraka; lalu Allah melepaskanmu dari sana.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
mendapat petunjuk.”
(QS. Ali-Imran/3 : 103)
d. Bersikap adil
Artinya: “Maka dengan rahmat Allah, jadi lunaklah hati engkau (ya
Muhammad) terhadap mereka. Kalau sekiranya engkau berbudi
jahat, berhati kasar, niscaya berserai berailah mereka menjauhi
engkau, maka maafkanlah mereka dan minta ampunkanlah untuk
mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka tentang urusan itu.
Apabila engkau bercita-cita (yang tetap), maka bertawakallah
kepada Allah. Sungguh Allah mengasihi orang yang tawakal.”
(QS. Ali-Imran/3: 159)
f. Bersikap dermawan
Artinya: “Dan sungguh kami telah muliakan anak-anak Adam, dan kami
tebarkan mereka di darat dan di laut serta kami anugerahi mereka
rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan
yang sempurna daripada kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan.
(QS. Al-Israa‟/ 17: 70)
5.40 Pendidikan Agama Islam
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman jadilah kalian orang yang teguh
dan bersaksi kepada Allah dengan adil dan janganlah kalian
menjadikan urusan satu kaum menjadikan kalian berlaku tidak adil,
berlaku adil kalian sesungguhnya ia lebih dekat kepada ketakwaan
dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui terhadap apa yang kalian perbuat.”
(QS. Al-Maai‟dah/5: 8)
i. Tasamuh
Keyakinan yang berbeda harus dihormati. Oleh karena itu, pemaksaan
dan penindasan manusia agar menerima Islam bukanlah perbuatan yang baik.
Kebebasan beragama sangat dijamin oleh Islam.
Artinya: “Tidak ada paksaan dalam agama, telah jelas mana yang baik dan
mana yang buruk.”
(QS. Al-Baqarah/2: 256)
Atas dasar sikap tasamuh inilah, tidak benarkan umat Islam menghina umat
agama lain. Allah berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab kecuali dengan
cara yang paling baik.”
(QS. Al-Ankabut/29: 46)
Artinya: “Aku (orang Islam) tidak akan menyembah apa yang kau (kafir)
sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan (Allah) yang aku
sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah. Dan kamu tidak pernah pula penyembah apa yang aku
sembah. Dan kamu juga tidak pernah pula menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku
agamaku.”
(QS. Al-Kaafiruun/109: 2-6)
j. Bermusyawarah
Musyawarah merupakan upaya memecahkan bersama untuk
menghindari penyimpangan dan meletakkan langkah-langkah bersama yang
secara bulat disepakati.
k. Menjalin perdamaian
Artinya: “Dan kami tidak mengutus engkau (hai Muhammad) kecuali sebagai
rahmat kepada alam.”
b. Memanfaatkan alam
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
2) Sendi akhlak mulia yang bersifat batin menurut al-Ghazali ada empat,
salah satunya adalah ....
A. jujur
B. pemaaf
C. hikmah
D. qanaah
4) Akhlak terhadap diri sendiri meliputi antara lain adalah sabar. Sabar
berarti ....
A. lapang dada ketika mendapat musibah
B. pasrah terhadap nasib
MKDU4221/MODUL 5 5.47
6)
Ayat tersebut berkenaan dengan akhlak terhadap orang lain, yaitu ....
A. musyawarah
B. ta’awun
C. musawah
D. tasyakur
8) Manusia harus berbuat baik kepada orang tua. Hal tersebut dalam Al-
quran terdapat dalam surat ....
A. Al-Isra: 23-24
B. Yunus: 101
C. Al-Hujurat: 13
D. Al-Baqarah: 28
9) Salah satu akhlak terhadap orang lain adalah ta’awun. Ta’awun adalah
saling ....
A. mengasihi
B. menghormati
C. menolong
D. hormat
5.48 Pendidikan Agama Islam
10)
Daftar Pustaka
Ahmad Amin. (1983). Al-Akhlak, Etika (Ilmu Akhlak). alih bahasa KH. Farid
Maruf. Jakarta: Bulan Bintang.
PEN D A HU L UA N
M elalui modul ini Anda akan diajak untuk membahas tentang materi
“Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni” (IPTEKS) menurut ajaran
Islam. Tentu Anda tidak asing dengan istilah IPTEKS, karena akhir-akhir ini
dalam keseharian kita senantiasa mendengar, membaca dan melihat di
berbagai mas media, baik media cetak maupun elektronik banyak
membicarakan tentang IPTEKS. Ada pertanyaan yang menuntut jawaban
Anda setelah mempelajari materi ini yaitu hubungan iman, ipteks dan amal,
apa kewajiban yang dituntut dalam mengamalkan ilmu pengetahuan, dan
tanggung jawab ilmuwan dan seniman.
Untuk mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, Anda mesti
mempelajari terlebih dahulu tentang materi berikut. Materi ini akan dibagi
dalam tiga Kegiatan Belajar (KB).
KB 1: Iman, Ipteks, dan Amal sebagai kesatuan.
KB 2: Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu.
KB 3: Tanggung jawab ilmuwan dan seniman.
Selamat belajar!
MKDU4221/MODUL 6 6.3
Kegiatan Belajar 1
A. IMAN
Ada tiga konsep yang perlu Anda pelajari pada kegiatan belajar ini, yaitu
iman, ipteks dan amal. Ketiga konsep ini dalam kehidupan harus menjadi
sebuah kesatuan. Iman merupakan keyakinan vertikal terhadap sang pencipta
(spiritual), Ipteks merupakan kognisi yang harus kita tuntut agar menjadi
cerdas (rasional) dan amal merupakan dampak dari pengetahuan (Ipteks)
sehingga menjadi sebuah bangunan yang berbentuk perilaku.
Fenomena yang terjadi pada akhir-akhir ini sering Anda dengar istilah
kekerasan (violence), pelecehan (harashmence), bahkan orang berpikir akibat
dari dua hal ini maka muncul bencana di mana-mana (disaster). Boleh-boleh
saja berpikir seperti itu, hal ini menunjukkan adanya sebuah kesadaran
terdapatnya perilaku-perilaku yang melenceng dari keyakinan. Baik kita
mulai dengan konsep pertama yaitu Iman.
Pengertian iman telah Anda pahami pada modul pertama. Namun
alangkah baiknya kita mengingat kembali tentang pengertian iman. Iman
menurut arti bahasa adalah membenarkan dalam hati dengan mengandung
ilmu bagi orang yang membenarkan itu. Sedangkan pengertian iman menurut
syari’at adalah membenarkan dan mengetahui adanya Allah dan sifat-sifat-
Nya disertai melaksanakan segala yang diwajibkan dan disunahkan serta
menjauhi segala larangan dan kemaksiatan. Seperti dikatakan dalam hadits:
Iman adalah keterikatan antara hati (qalbu), lisan, dan arkan. Ma’rifat
artinya mengetahui. Qalbu adalah hati, lisan artinya ucapan, dan arkan
artinya perbuatan.
6.4 Pendidikan Agama Islam
Artinya: Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah
menurunkan Kitab kepadamu yang dibacakan kepada mereka?
Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah rahmat dan peringatan
bagi kaum yang beriman.
Adapun kata iman yang dirangkaikan dengan yang positif antara lain;
QS. Al-Baqarah (2): 4;
MKDU4221/MODUL 6 6.5
Jika iman diartikan percaya, maka ciri-ciri orang yang beriman tidak ada
yang mengetahuinya kecuali hanya Allah saja, karena yang tahu isi hati
seseorang hanyalah Allah. Karena pengertian iman yang sesungguhnya
adalah meliputi aspek qalbu, ucapan dan perilaku, maka ciri-ciri orang yang
beriman akan dapat diketahui, antara lain:
1. Tawakal
Apabila dibacakan ayat-ayat Allah (Alquran), kalbunya terangsang untuk
melaksanakannya seperti dinyatakan antara lain QS. Al-Anfaal (8): 2;
6.6 Pendidikan Agama Islam
Artinya: Hai sekalian orang-orang yang beriman, makanlah dari yang baik-
baik yang Kami rezekikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada
Allah jika hanya kepada-Nya kamu menyembah.
Mawas diri yang berhubungan dengan alam pikiran, yaitu bersikap kritis
dalam menerima informasi, terutama dalam memahami nilai-nilai dasar
MKDU4221/MODUL 6 6.7
keislaman. Hal ini diperlukan, agar terhindar dari berbagai fitnah. QS. Ali
Imran (3): 7.
Atas dasar pemikiran tersebut hendaknya seseorang tidak dibenarkan
menyatakan sesuatu sikap, sebelum mengetahui terlebih dahulu
permasalahannya, sebagaimana dinyatakan di dalam Alquran antara lain QS.
Al-Israa’ (17) : 36;
Artinya: Dan janganlah engkau turut apa-apa yang engkau tidak ada ilmu
padanya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya akan ditanya.
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf
dan saudaranya dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
6.8 Pendidikan Agama Islam
1. Ilmu Pengetahuan
Islam sebagai landasan Ilmu Pengetahuan. Menurut konsep umum
(Barat) ilmu (knowledge) adalah pengetahuan manusia mengenai segala
sesuatu yang dapat di indera oleh potensi manusia (penglihatan, pendengaran,
pengertian, perasaan, dan keyakinan) melalui akal atau proses berpikir
(logika). Pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis merupakan
formula yang disebut ilmu pengetahuan (science). Dalam Alquran keduanya
disebut ''ilmu''.
Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak
hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja,
MKDU4221/MODUL 6 6.9
Artinya: ''Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Alquran yang mulia.''
(21). Yang (tersimpan) dalam Lauhil Mahfudz.'' (22).
Artinya: ''Tidaklah kamu melihat bahwa Allah menurunkan hujan dari langit
lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka
macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis
putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula)
yang hitam pekat (27). Dan demikian (pula) di antara manusia,
binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang
bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang
takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama''
(28).
Selain manusia didorong untuk mencari dan menggunakan ilmu, juga dia
diwajibkan untuk menyebarluaskan ilmu.
2. Teknologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai
kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu eksakta dan
berdasarkan proses teknis. Teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan
sains untuk memanfaatkan bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.
Kalau demikian, mesin atau alat canggih yang dipergunakan manusia
bukanlah teknologi, walaupun secara umum alat-alat tersebut sering
diasosiasikan sebagai teknologi. Mesin telah dipergunakan manusia sejak
berabad yang lalu, namun abad tersebut belum dinamakan era teknologi.
Menelusuri pandangan Al-quran tentang teknologi, mengundang kita
menengok sekian banyak ayat Al-quran yang berbicara tentang alam raya.
Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-quran yang berbicara
tentang alam materi dan fenomenanya, dan yang memerintahkan manusia
untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas dan berulang-
ulang Al-quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan
Allah untuk manusia..
Artinya: Dan dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa
yang ada di bumi semuanya (sebagai anugerah) dari Nya
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.
(QS. Al-Jaatsiyah 45: 13)
Matahari dan bulan yang beredar dan memancarkan sinar, hingga rumput
yang hijau subur atau layu dan kering, semuanya telah ditetapkan oleh
Allah sesuai ukuran dan hukum-hukumnya. Demikian antara lain
dijelaskan oleh Al-Qur’an surat Yassin ayat 38 dan Al-A’laa ayat 2-3.
3. Seni
Seni adalah keindahan. Ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia
yang mengandung dan mengungkapkan keindahan. Ia lahir dari sisi terdalam
manusia didorong oleh kecenderungan seniman kepada yang indah, apa pun
jenis keindahan itu. Dorongan tersebut merupakan naluri manusia atau fitrah
yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Di sisi lain, Al-quran memperkenalkan agama yang lurus sebagai agama
yang sesuai dengan fitrah manusia, QS Al-Rum 30: 30.
Adalah merupakan satu hal yang mustahil, bila Allah yang
menganugerahkan manusia potensi untuk menikmati dan mengekspresikan
keindahan, kemudian Dia melarangnya. Bukanlah islam adalah agama fitrah?
Segala yang bertentangan dengan fitrah ditolaknya dan yang mendukung
kesuciannya ditopangnya. Kemampuan berseni merupakan salah satu
perbedaan manusia dengan makhluk lain. Jika demikian, islam pasti
mendukung kesenian selama penampilannya lahir dan mendukung fitrah
manusia yang suci itu, dan karena itu pula islam bertemu degan seni dalam
jiwa manusia, sebagaimana seni ditemukan oleh jiwa manusia di dalam
islam. Tetapi mengapa selama ini ada kesan bahwa islam menghambat
perkembangan seni dan memusuhinya? Jawabannya boleh jadi tersirat dari
informasi berikut.
Diriwayatkan bahwa Umar Ibnul Khaththab -Khalifah kedua- pernah
berkata Umat islam meninggalkan dua pertiga dari transaksi ekonomi karena
khawatir terjerumus ke dalam haram (riba). Ucapan ini benar adanya, dan
MKDU4221/MODUL 6 6.17
agaknya ia juga dapat menjadi benar jika kalimat transaksi ekonomi diganti
dengan kesenian.
Boleh jadi problem yang paling menonjol dalam hubungan dengan seni
budaya dan islam, sekaligus kendala utama kemajuannya adalah
kekhawatiran tersebut.
Kalau memang seperti itu, mengapa warna kesenian islami tidak tampak
dengan jelas pada masa nabi. Dan para sahabatnya. Bahkan mengapa terasa
atau terdengar adanya semacam pembatasan-pembatasan yang menghambat
perkembangan kesenian? Boleh jadi sebab Sayid Quthb yang berbicara
tentang masa Nabi dan para sahabatnya. Adalah karena seniman, baru
berhasil dalam karyanya jika ia dapat berinteraksi dengan gagasan,
menghayatinya secara sempurna sampai menyatu dengan jiwanya, kemudian
mencetuskannya dalam bentuk karya seni. Nah pada masa Nabi dan
sahabatnya beliau, proses penghayatan nilai-nilai islami baru dimulai, bahkan
sebagian mereka baru dalam tahap upaya membersihkan gagasan-gagasan
jahiliyah yang telah meresap selama ini dalam benak dan jiwa masyarakat
sehingga kehati-hatian amat diperlukan baik dari Nabi sendiri sebagai
pembimbing maupun dari kaum Muslimin lainnya. Atas dasar inilah kita
harus memahami larangan-larangan yang ada, kalau kita menerima adanya
larangan penampilan karya seni tertentu. Apalagi seperti dikemukakan di atas
bahwa apresiasi Al-quran terhadap seni sedemikian besar.
Apakah seni suara (nyanyian) harus dalam bahasa Arab? Ataukah harus
berbicara tentang ajaran Islam? Dengan tegas jawabannya adalah Tidak.
Dalam konteks ini Muhammad Quthb menulis. Kesenian islam tidak harus
berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat langsung, atau anjuran
berbuat kebajikan, bukan juga penampilan abstrak tentang akidah. Seni yang
islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang
indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang
keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan manusia
yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan (Manhaj Al-Tarbiyah Al-islamiyah, 119).
Bagaimana dengan seni budaya asing? Islam dapat menerima semua
hasil karya manusia selama sejalan dengan pandangan islam menyangkut
wujud alam raya ini. Namun demikian wajar dipertanyakan bagaimana sikap
suatu masyarakat dengan kreasi seninya yang tidak sejalan dengan budaya
masyarakatnya? Dalam konteks ini perlu digaris bawahi bahwa Al-quran
6.18 Pendidikan Agama Islam
C. AMAL
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
3) Para sarjana muslim berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak
hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan ilmu (science) saja,
melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam ''lauhil mahfudz'' yang
disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Hal ini
tercantum dalam Alquran ....
A. Surat Al-Buruj 21-22
B. Surat Al-Baqarah 21-22
C. Surat Al-Maidah 21-22
D. Surat Al-Haj 21-22
4) Selain manusia didorong untuk mencari dan menggunakan ilmu, juga dia
diwajibkan untuk menyebarluaskan ilmu, hal ini terdapat dalam Alquran
surat ....
A. At-Taubah 122
B. Al-Baqarah 122
C. Al-Maidah 122
D. Ali Imran 122
Kegiatan Belajar 2
P ada kegiatan belajar dua ini Anda akan diajak untuk mempelajari tentang
“Kewajiban menuntut dan mengamalkan ilmu”. Ada dua pertanyaan
yang harus Anda jawab, jika kedua pertanyaan tersebut dapat Anda jawab
berarti Anda sudah memahami materi kegiatan belajar ini. Kedua pertanyaan
ini sebagai berikut.
1. Mengapa diwajibkan menuntut ilmu pengetahuan?
2. Bagaimana mengamalkan ilmu pengetahuan?
Agar kedua pertanyaan ini dapat Anda jawab dengan baik, kegiatan
belajar ini dibagi menjadi dua bagian yaitu: Kewajiban menuntut ilmu
pengetahuan dan kewajiban mengamalkan ilmu pengetahuan.
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, Anda diharapkan dapat
menjelaskan kewajiban menuntut Ilmu Pengetahuan dan kewajiban
mengamalkan Ilmu Pengetahuan menurut ajaran islam.
Secara lebih khusus setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini dengan
baik, Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan kewajiban menuntut ilmu pengetahuan;
2. menjelaskan kewajiban mengamalkan ilmu pengetahuan.
Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya.
Pengertian yang kita petik dari ayat ini bahwasanya menuntut ilmu
pengetahuan adalah suatu perintah (amar) sehingga dapat dikatakan suatu
kewajiban. Yang dimaksud ilmu pengetahuan di sini adalah ilmu agama.
Akan tetapi harus kita sadari bahwa agama adalah merupakan pedoman bagi
kebahagiaan dunia akhirat, sehingga ilmu yang tersimpul dalam agama tidak
semata ilmu yang menjurus kepada urusan ukhrawi, tetapi juga ilmu yang
mengarah kepada duniawi.
Dengan kata lain bahwa Allah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk
menuntut ilmu pengetahuan tentang urusan keduniaan sepanjang tidak
bertentangan dengan ajaran agama, yakni untuk kebahagiaan dan
kemaslahatan. Pengertian ini kita dasarkan atas kenyataan bahwa dunia
merupakan ajang perjuangan hidup dan kehidupan dalam menghadapi
persoalan yang harus dipecahkan dan memerlukan kontribusi ilmu
pengetahuan.
MKDU4221/MODUL 6 6.25
maupun tinjauan sintaksis. Secara morfologi kata ilmu adalah masdar (dasar
kata). Kata-kata di dalam Alquran yang berkonotasi sebagai bentukan dari
kata tersebut adalah alima-ya'lamu (fi'il mudharri’), atau menjadi allama-
yu'allimu (fa’il mazid), aalimun (isim fa’il), ’alim (sifat musyabbahah),
allaam (mubalaghah), dan lain-lain. Di dalam Alquran terdapat lebih kurang
770 ayat yang secara redaksional mengungkapkan kata-kata ilmu dan yang
berkonotasi dengan itu. Untuk menjawab permasalahan yang diajukan dalam
tulisan ini, hanya diangkat beberapa ayat saja. Salah satunya sebagai berikut.
QS. Ar-Rahmaan (55): 1-2.
Ayat tersebut secara lugas diartikan bahwa Alquran adalah ilmu. Jika
Alquran diyakini sebagai wahyu, maka ilmu adalah wahyu. Wahyu adalah
sederetan informasi dari Allah kepada manusia melalui Rasul-Nya, tentang
apa, dan bagaimana seharusnya manusia itu. Selanjutnya Allah berfirman:
QS. Ar-Rahmaan (55): 3-15.
yang terjadi. Sikap yang demikian itulah yang disebut dengan fathanah
(cerdas).
Berpikir integratif ilmiah pokok-pokoknya antara lain sebagai berikut.
a. Mempertimbangkan berbagai kemungkinan baik dari segi tekstual
maupun kontekstual tentang data, baik secara harfiah maupun
maknawiyah, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
b. Mencermati keutuhan dan kelengkapan data, baik data primer maupun
data sekunder.
c. Mempertimbangkan konsekuensi terhadap berbagai kemungkinan yang
terjadi akibat dari sikap atau perbuatan yang dilakukan sebagai bahan
perbandingan dalam menganalogi kesimpulan yaitu kesan yang
dihasilkan.
apa; serta bagaimana; dari mana dan kapan berpikir harus dilakukan.
Kesemuanya dalam rangka memenuhi jawaban, yaitu "memenuhi perintah
Allah”, guna mempertahankan eksistensi manusia sebagai makhluk yang
termulia. Bukankah kodrat penciptaan manusia menurut asalnya sebagai
makhluk yang terhormat? Bukankah dari posisinya itu boleh jadi berbalik
menjadi makhluk yang terhina. Perhatikan firman Allah berikut ini. QS At-
Tiin (95): 4-6;
B. MENGAMALKAN ILMU
Manusia dituntut untuk menuntut ilmu, dan hukumnya wajib. Jika tidak
menuntut ilmu berdosa. Selain hukum tersebut menuntut ilmu bermanfaat
untuk mencapai kecerdasan atau disebut ulama (orang yang memiliki ilmu).
Namun di balik itu, orang yang memiliki ilmu (ilmuwan) akan berdosa jika
ilmunya tidak diamalkan. Dalam Al-quran terdapat 620 kata amal.
Dalam kaitannya dengan orang yang beriman harus didasarkan pada
pengetahuan (al-ilm) dan direalisasikan dalam karya nyata yang bermanfaat
bagi kesejahteraan dunia dan akhirat, tentunya amal yang dibenarkan oleh
ajaran agama (amal saleh). Dengan demikian amal saleh merupakan aspek
penting jika dilihat dari segi praktis. Dalam Al-quran kalimat amal saleh (al-
amal shalihat) sering dikaitkan dengan iman, misalnya QS A-Ashr (103: 3);
6.32 Pendidikan Agama Islam
LAT IH A N
1) Kewajiban berasal dari kata wajib atau fardlu. Artinya jika seseorang
melakukan sesuatu mendapat pahala, dan sebaliknya jika tidak
mengamalkan berdosa.
2) Kemukakan pendapat Anda dengan ungkapan bahasa sendiri.
3) Kemukakan pendapat Anda dengan ungkapan bahasa sendiri.
4) Beberapa ciri berpikir ilmiah adalah objektif, yaitu tidak mengada-ada
dalam arti, data yang menjadi acuan dalam berpikir tidak ditambah atau
dikurangi. Salih dan sahih (tepat dan benar). Ciri lain adalah integratif,
yaitu berpikir secara utuh dan terpadu. Alur berpikir dikatakan ilmiah
jika sistematis dan rasional. Berpikir sistematis adalah berpikir secara
prosedural dengan mempertimbangkan berbagai aspek, baik tempat,
waktu, kemampuan, kebutuhan maupun sasaran. Sifat rasional adalah
kesan tentang hasil berpikir yang dapat diterima oleh rasio dengan
menggunakan kaidah berpikir umum atau berpikir sederhana.
5) Untuk mengantisipasi tantangan yang dihadapi banyak cara. Apa pun
caranya dapat dipilih asalkan membawa hasil yang bermanfaat. Setiap
gagasan yang diajukan sudah tentu harus berhadapan dengan tantangan
dan pasti harus menimbulkan korban. Strategi yang dipilih tentu yang
paling sedikit risikonya. Di kalangan masyarakat akademis untuk
menumbuhkembangkan berpikir ilmiah mudah, tidak sesulit di kalangan
MKDU4221/MODUL 6 6.37
R A NG KU M AN
Pengertian yang kita petik dari ayat ini bahwasanya menuntut ilmu
pengetahuan adalah suatu perintah (amar) sehingga dapat dikatakan
suatu kewajiban. Harus kita sadari bahwa agama adalah merupakan
pedoman bagi kebahagiaan dunia akhirat, sehingga ilmu yang tersimpul
dalam agama tidak semata ilmu yang menjurus kepada urusan ukhrawi,
tetapi juga ilmu yang mengarah kepada duniawi.
Manusia dituntut untuk menuntut ilmu, dan hukumnya wajib. Jika
tidak menuntut ilmu berdosa. Selain hukum tersebut menuntut ilmu
bermanfaat untuk mencapai kecerdasan atau disebut ulama (orang yang
memiliki ilmu). Namun di balik itu, orang yang memiliki ilmu
(ilmuwan) akan berdosa jika ilmunya tidak diamalkan. Dalam Alquran
terdapat 620 kata amal.
Dalam kaitannya dengan orang yang beriman harus didasarkan pada
pengetahuan (al-ilm) dan direalisasikan dalam karya nyata yang
bermanfaat bagi kesejahteraan dunia dan akhirat, tentunya amal yang
dibenarkan oleh ajaran agama (amal saleh).
TES F OR M AT IF 2
3) Pikir dan zikir merupakan dua kata yang kerap kali dipertentangkan.
Mempertentangkan keduanya adalah keliru, alasannya sebagai berikut,
kecuali ....
A. berpikir adalah proses berzikir
B. berzikir adalah proses berpikir qurani
C. berzikir adalah proses quranisasi
D. berpikir adalah proses rasionalisasi Alquran
5) Berpikir ilmiah yang sesuai dengan kaidah berpikir dalam Islam adalah
menjadikan ....
A. Allah sebagai objek berpikir
B. Alquran sebagai objek berpikir
C. Alquran sebagai sumber berpikir
D. Alquran sebagai teori berpikir
7) Al-ilmu bila amalin kasajarin bila tsamarin artinya adalah ilmu yang....
A. tidak diamalkan bagaikan pohon berbuah
B. tidak diamalkan bagaikan pohon tidak berbuah
C. diamalkan bagaikan pohon berbuah
D. diamalkan bagaikan pohon tidak berbuah
8) Dalam Al-qur’an terdapat 620 kata amal, padanan kata amal adalah ....
A. berpikir
B. bertahan
C. berjanji
D. bekerja
MKDU4221/MODUL 6 6.39
Kegiatan Belajar 3
P ada kegiatan belajar tiga ini Anda akan diajak untuk mempelajari
tentang “Tanggung jawab Ilmuwan dan Seniman” Ada tiga pertanyaan
yang harus Anda jawab, jika ketiga pertanyaan berikut dapat Anda jawab
dengan baik berarti Anda sudah memahami materi kegiatan belajar ini.
1. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab?
2. Apa tanggung jawab ilmuwan?
3. Apa tanggung jawab seniman?
Agar ketiga pertanyaan ini dapat Anda jawab dengan baik, kegiatan
belajar ini dibagi menjadi tiga subbagian, yaitu: pengertian tanggung jawab,
tanggung jawab ilmuwan, dan tanggung jawab seniman.
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini, secara umum Anda diharapkan
dapat menjelaskan tanggung jawab ilmuwan, dan tanggung jawab seniman
perspektif ajaran islam.
Secara lebih khusus setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini dengan
baik, Anda diharapkan mampu menjelaskan:
1. pengertian tanggung jawab;
2. tanggung jawab ilmuwan;
3. tanggung jawab seniman.
Kemudian dalam Surat Al-Ashr ayat 1-3 (QS. 102: 1-3). Silakan Anda
baca kembali pada penjelasan tentang “amal”.
Prinsip Prestasi, sejalan dengan prinsip iman, maka muncul pula prinsip
kerja yaitu agama melihat bekerja sebagai bagian kehidupan manusia yang
paling mendasar. Perbedaan antara orientasi prestasi dan prestise itu salah
satu titik perbedaan antara paham islam dan jahiliyah. Ibnu Taimiyah
menjelaskan: “Al-I’tibar fil-jahiliyah al-anshab, wal-i’tibar fil-islam bil-
amal”. Pertimbangan dalam jahiliyah berdasarkan keturunan, dan
pertimbangan dalam islam berdasarkan amal perbuatan. Al-qur’an Surat al-
Hujurat ayat 13 (QS 49: 13).
6.44 Pendidikan Agama Islam
Karena itulah titik berat penilaian seorang manusia kepada manusia lain
tidak mungkin berdasarkan takwanya semata, melainkan berdasarkan
manifestasi dan pantulan takwa itu dalam amal lahiriah yang shalih, berbudi
dan berakhlak mulia. Justru itulah prestasi (bukan prestise) yang paling
cocok. Dengan dipadukannya antara prinsip amanah, iman dan prestasi
itulah, seseorang memiliki landasan yang kuat dalam dirinya untuk
mewujudkan tanggung jawab.
Artinya: 13. Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal
perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan
Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang
dijumpainya terbuka. 14. "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri
pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu."
Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah
kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.
(Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang
6.46 Pendidikan Agama Islam
mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa
yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari
karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Artinya: Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami
tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa
yang dahulu mereka usahakan.
bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu
merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge
and science).
Dengan membaca dan memahami Alquran, manusia pada hakikatnya
akan memahami ilmu Allah serta logika atau proses berpikir yang terkandung
dalam kalam Allah. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan memikul
amanah sebagai khalifah Allah di bumi yang pada dasarnya ditugaskan
untuk mengurus, memelihara, mengembangkan, mengambil manfaat bagi
kesejahteraan umat manusia.
Untuk melihat bagaimana ajaran islam menjelaskan tentang tanggung
jawab, mari kita perhatikan tanggung jawab tentang penciptaan manusia.
Dalam Alquran surat Adz-dzaariyaat, yaitu surat 51 ayat 56 (QS 51: 56);
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya, 32).
6.48 Pendidikan Agama Islam
bermanfaat bagi manusia baik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur
“debu tanah” manusia maupun unsur “ruh Ilahi” manusia.
Seandainya penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
melalaikan seseorang dari zikir dan tafakur serta mengantarkannya kepada
keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan maka ketika itu bukan ilmu pengetahuan
dan teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan
dan mengarahkan manusia yang menggunakan ipteks itu. Jika hasil
teknologi sejak semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan
tujuan penciptaan sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu
menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara
memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan
pemeliharaan nilai-nilai fitrahnya.
Setelah kita membahas ayat-ayat Al-qur’an, tanggung jawab ilmuwan
meliputi: (1) memiliki nilai ibadah, (2) berdasarkan kebenaran ilmiah,
(3) ilmu amaliah, dan (4) menyebarluaskan ilmunya.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
Tes Formatif 1
1) C. Iman.
2) A. Kepribadian manusia seutuhnya, pendirian yang konsisten, dan
memiliki kecerdasan, kemauan, dan keterampilan.
3) A. Surat Al-Buruj 21-22.
4) A. At-Taubah 122.
5) A. 750 ayat Al-quran.
6) B. Menundukkan.
7) C. Ilmu Allah yang disampaikan kepada manusia melalui Alquran dan
As-Sunnah.
8) A. Ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang
alam, hidup, dan manusia yang mengantar menuju pertemuan
sempurna antara kebenaran dan keindahan.
9) B. Bekerja.
10) B. 620 kata.
Tes Formatif 2
1) A. Melaksanakan mendapat pahala, meninggalkan mendapat siksa.
2) B. Tuntutan Allah kepada manusia sebagai ciptaan-Nya.
3) A. Berpikir adalah proses berzikir.
4) A. 9: 122.
5) C. Alquran sebagai sumber berpikir.
6) D. Al-ashr ayat 1-3.
7) B. Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon tidak berbuah.
8) D. Bekerja.
9) C. Bahwa ilmuwan adalah ahli waris para nabi.
10) A. Fardlu.
Tes Formatif 3
1) C. Hisab.
2) D. Nilai prestise.
3) B. Mementingkan sendiri.
4) A. Fardlu.
5) A. Berdasarkan akal sehat.
6.58 Pendidikan Agama Islam
6) D. Nilai qur’ani.
7) C. 17: 32.
8) B. 102: 1-3.
9) A. 3: 14.
10) A. Ekspresi tentang keindahan wujud tentang alam, hidup, dan manusia
yang mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan
keindahan.
MKDU4221/MODUL 6 6.59
Daftar Pustaka
M. Quraish Shihab. (1999). Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan & Malaikat
dalam Alquran dan Sunah. Jakarta: Lentera Hati.
M. Ali Usman, dkk. (1993). Hadits Qudsi: Firman Allah yang Tidak
Dicantumkan dalam Alquran. Cetakan Kesepuluh. Bandung:
Diponegoro.
Syamsul Rijal Hamid. (1997). Buku Pintar Agama Islam. Jakarta: Penebar
Salam.
Modul 7
PEN D A HU L UA N
U ntuk mengawali pembahasan model kali ini Anda terlebih dahulu harus
dapat memahami beberapa kata kunci supaya tidak menimbulkan salah
pengertian. Beberapa kata kunci tersebut seperti yang digariskan dalam garis-
garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) adalah: budaya akademik, etos
kerja, sikap terbuka dan keadilan. Tentunya pembahasan tema-tema tersebut
akan disesuaikan dengan pandangan dalam Islam.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia kata "budaya" paling tidak
mengandung empat arti: 1) pikiran, akal budi, 2) adat istiadat, 3) sesuatu
mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab atau maju), 4) se-
suatu yang sudah menjadi kebiasaan sehingga sukar diubah. Pada poin
keempat dalam kamus tersebut diberi catatan makna tersebut bukanlah
bahasa baku melainkan bahasa percakapan.
Sementara kata akademik yang berasal dari kata akademi dalam kamus
tersebut diberi beberapa arti: 1) lembaga pendidikan tinggi, kurang lebih tiga
tahun lamanya yang mendidik tenaga profesional, 2) perkumpulan orang
terkenal yang dianggap arif bijaksana untuk memajukan ilmu, kesusastraan,
atau bahasa. Sementara etos mengandung arti "pandangan hidup yang khas
dan suatu golongan sosial". Sehingga etos kerja berarti "semangat kerja yang
menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok”.
Dari pengertian kebahasaan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan budaya akademik adalah suatu kebiasaan yang
berhubungan dengan dunia akademis yaitu dunia keilmuan. Di antara budaya
akademik yang menjadi fokus pembahasan modul kita kali ini adalah sikap
terbuka dan keadilan yang akan dibahas dalam Kegiatan Belajar 2.
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat memahami
dengan baik tentang budaya akademik yang positif, menghayati dan
7.2 Pendidikan Agama Islam
menerapkan etos kerja, serta sikap terbuka dan adil. Dan yang lebih penting
dari itu semua adalah tumbuhnya semangat budaya akademik yang baik, juga
etos kerja yang terus meningkat serta perilaku yang menunjukkan sikap
terbuka dan adil. Secara khusus setelah menyelesaikan modul ini Anda
diharapkan mampu:
1. menjelaskan tentang pengertian budaya akademik dalam Islam dengan
baik, serta berusaha menerapkan dalam aktivitas keilmuan kita;
2. memahami etos kerja yang diajarkan oleh Islam;
3. menjelaskan tentang pentingnya sikap terbuka dalam beragama
khususnya, dan aktivitas lain pada umumnya;
4. memahami makna adil dalam Islam dan menerapkannya dalam aktivitas
sehari-hari.
Kegiatan Belajar 1
Sumber utama ajaran Islam adalah Al-quran. Maka kalau kita ingin
melihat bagaimana konsep yang diajarkan Islam tentang apa pun maka yang
pertama-tama dilakukan adalah melihat dalam Al-quran. Demikian halnya
kalau kita ingin mengetahui bagaimana wawasan Islam tentang ilmu
pengetahuan maka yang pertama harus dibedah adalah Al-quran.
Apresiasi atau perhatian Al-quran terhadap ilmu pengetahuan ini dapat
kita mulai dari melihat betapa seringnya Al-quran menyebut kata ‘ilm (yang
berarti pengetahuan) dengan segala derivasinya (pecahannya) yang mencapai
lebih dari 800-an kali. Belum lagi ungkapan lain yang dapat memiliki
kesamaan makna menunjuk arti pengetahuan, seperti kata al-fikr, al-nazhr,
al-bashar, al-tadabbur, al-dzikr. Kata ilm menurut para ahli bahasa Al-quran
mengandung arti "pengetahuan akan hakikat sesuatu". Dari kata kunci inilah
kita dapat mulai melacak bagaimana Al-quran, khususnya dan agama Islam
pada umumnya memberikan perhatian terhadap ilmu pengetahuan. Di
antaranya sebagai berikut.
diteliti maka hal tersebut dapat menjadi obyek iqra'. Di kalangan para
mufassir ada satu kaidah yang menyatakan bahwa "apa bila dalam suatu
perintah tidak disebutkan obyeknya maka objeknya apa saja yang dapat
dijangkau oleh perintah tersebut".
Dari pemahaman tersebut dapat juga disimpulkan Islam sejak awal tidak
membedakan antara ilmu umum dan ilmu agama atau ilmu dunia dan ilmu
akhirat. Apa saja obyek yang dapat memberikan manfaat bagi kemaslahatan
hidup manusia sudah sewajarnya kalau dipelajari oleh manusia. Sehingga
yang menentukan baik tidaknya apa yang dipelajari bukan terletak kepada
obyeknya melainkan kepada motivasi atau niatnya. Hal inilah yang
diisyaratkan dalam penggalan ayat selanjutnya bismirabbik.
Yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa apa pun aktivitas iqra'
yang kita kerjakan maka syarat yang ditekankan oleh Al-quran adalah harus
bismirabbik, (dengan nama Tuhan). Hal ini mengandung arti seperti yang
diungkapkan oleh Syaikh Abdul Halim Mahmud (Mantan pemimpin tertinggi
Al-Azhar Mesir); "Dengan kalimat iqra' birmirabbik, Al-quran tidak sekedar
memerintahkan untuk membaca, tetapi membaca adalah lambang dari segala
yang dilakukan oleh manusia, baik yang sifatnya aktif maupun pasif. Kalimat
tersebut dalam pengertian dan jiwanya ingin menyatakan "Bacalah demi
Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhan mu, bekerjalah demi Tuhanmu".
Demikian juga apabila Anda berhenti bergerak atau berhenti melakukan
aktivitas, maka hal tersebut hendaklah juga didasarkan kepada bismirabbik.
Sehingga pada akhirnya ayat tersebut berarti "Jadikanlah seluruh
kehidupanmu, wujudmu, dalam cara dan tujuannya, kesemuanya demi Allah
SWT.
Kalau dalam kelompok ayat yang pertama turun berkaitan dengan
perintah membaca maka kelompok ayat yang kedua yaitu di surat al-Qalam
menekankan pentingnya alat yang harus digunakan untuk menunjang
aktivitas membaca yaitu qalam (pena) dan hasilnya yaitu tulisan. Dalam ayat
tersebut seakan Allah SWT bersumpah dengan manfaat dan kebaikan yang
dapat diperoleh dari tulisan. Hal ini secara tidak langsung merupakan anjuran
untuk membaca karena dengan membaca seseorang dapat memperoleh
manfaat yang banyak khususnya adalah wawasan hidup dan pengetahuannya.
Hal tersebut akan sangat bermanfaat bagi kesuksesan hidupnya. Atau dengan
kata lain ilmu pengetahuan akan dapat terus berkembang dengan baik apabila
budaya baca-tulis telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan manusia. Budaya baca disimpulkan dalam perintah iqra',
7.6 Pendidikan Agama Islam
sementara budaya tulis disimpulkan dalam wahyu yang kedua yaitu al-qalam
(pena).
Inilah salah satu doa yang harus dipanjatkan oleh seorang muslim yang
diajarkan oleh Al-quran. Bahwa memohon kepada Allah SWT agar
ditambahkan ilmu pengetahuan adalah bagian dari kebutuhan hidup. Dari
ayat ini juga dapat dipetik pelajaran bahwa Islam mengajarkan menuntut ilmu
adalah salah satu bentuk ibadah yang bernilai tinggi dan harus dilakukan oleh
setiap muslim sepanjang hidupnya. Maka kalau pada masa modern dikenal
istilah pendidikan seumur hidup (long live education), maka Islam sejak awal
menekankan kepada umatnya untuk terus menambah ilmu pengetahuan.
Etos untuk terus menambah ilmu pengetahuan dapat diterjemahkan
bahwa yang disebut belajar atau menuntut ilmu bukan hanya pada usia
tertentu atau dalam formalitas satuan pendidikan tertentu, melainkan
sepanjang hayat masih dikandung badan maka kewajiban untuk terus
menuntut ilmu tetap melekat dalam diri setiap muslim. Salah satu hikmahnya
adalah bahwa kehidupan terus mengalami perubahan dan perkembangan
menuju kemajuan, maka kalau seorang muslim tidak terus menambah
pengetahuannya jelas akan tertinggal oleh perkembangan zaman yang pada
gilirannya tidak dapat memberikan kontribusi bagi kehidupan. Al-quran jelas
membedakan antara orang yang berpengetahuan dengan orang yang tidak
berpengetahuan. Hal ini dijelaskan dalam surat Az-Zumar/39: 9.
7.8 Pendidikan Agama Islam
Dari ayat tersebut jelas bahwa kemuliaan dan kesuksesan hidup hanya
milik orang yang berilmu dan beriman. Orang yang beriman tetapi tidak
memiliki ilmu pengetahuan maka tidak akan memperoleh kemuliaan di sisi
Allah SWT. Sebaliknya bagi orang yang hanya berilmu saja tanpa disertai
iman maka juga tidak akan membawa manfaat bagi kehidupannya khususnya
di akhirat kelak.
Dan ayat tersebut juga terlihat bahwa secara garis besar manusia dapat
dibedakan ke dalam dua kelompok besar; pertama, orang yang sekedar
beriman dan beramal, dan yang kedua adalah orang yang beriman dan
beramal shalih serta memiliki pengetahuan. Posisi atau derajat kelompok
kedua ini lebih tinggi bukan saja karena nilai ilmu yang dimiliki, tetapi juga
amal dan usahanya untuk mengajarkan ilmu yang dimiliki tersebut, baik
melalui lisan, tulisan atau bahkan tindakan.
Ilmu yang dimaksud tentu saja bukan hanya ilmu agama tetapi ilmu
apapun yang membawa maslahat bagi kehidupan manusia. Hal ini ditegaskan
dalam surat Faathir/35: 27-28.
MKDU4221/MODUL 7 7.9
Dan ayat di atas jelas bahwa setelah Allah SWT menjelaskan tentang
banyak makhluk-Nya juga fenomena alam kemudian di penghujung ayat
ditutup dengan ungkapan "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara
hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama". Hal ini sekali lagi menegarkan bahwa
ilmu dalam pandangan Islam bukan hanya ilmu agama. Namun di sisi lain
juga terlihat bahwa ilmu yang dimiliki oleh setiap orang semestinya
menghasilkan rasa khasyah (takut atau kagum) kepada Allah SWT. Karena
kalau ilmu tersebut tidak menghasilkan kedekatan kepada Allah justru hal ini
akan membawa kecelakaan bagi orang tersebut. Maka ilmu apapun yang
dipelajari dan dimiliki oleh manusia semestinya menghantarkannya pada
sikap semakin dekat kepada Allah SWT. Maka kalau ada sementara orang
baik berilmu apalagi tidak berilmu yang kemudian melalaikan Allah SWT
dalam hidupnya maka akan berakibat kebinasaan bagi kehidupannya terlebih
di akhirat nanti. Hal ini ditegaskan dalam surat Al-A'raaf/ 7: 179.
7.10 Pendidikan Agama Islam
Seperti yang telah diuraikan di bagian awal bahwa dalam Islam tidak
dikenal dikotomi antara ilmu umum dan ilmu agama atau ilmu dunia dengan
ilmu akhirat. Pada dasarnya masalah agama atau keimanan hanya dapat
kokoh apabila ditopang oleh pengetahuan atau ilmu. Demikian halnya dengan
amal shalih hanya akan sempurna apabila dilandasi dengan ilmu dan
pengetahuan yang benar. Maka begitu banyak ayat yang mengecam perilaku
sementara orang yang beriman atau beragama tetapi hanya mbebek atau ikut-
ikutan tanpa disertai dengan penalaran dan pemahaman yang benar tentang
keyakinannya. Hal ini diungkapkan dalam beberapa ayat, di antaranya
sebagai berikut.
MKDU4221/MODUL 7 7.11
Artinya: Ayat 170. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang
telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami
hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek
moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk?"
Artinya: Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak
kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keterangan
pun untuk (menyembah)-nya, mereka tidak lain hanyalah mengikuti
sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka
dan Sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan
mereka.
digunakan adalah disertai hati yang bersih. Dalam Islam tidak akan ditemui
pertentangan antara iman dengan ilmu pengetahuan. Mengapa? Karena
kedua-duanya sumbernya adalah satu; Iman bersumber dari wahyu yang
berasal dari Allah SWT. Ilmu pengetahuan bersumber dari akal yang juga
berasal dari ciptaan Allah SWT. Maka kalau sampai timbul pertentangan
berarti ada salah satu yang keliru atau lemah. Dengan kata lain seperti yang
juga telah disinggung di bagian awal bahwa pengetahuan yang benar akan
menghantarkan pemiliknya mempunyai iman yang kokoh. Begitu juga
sebaliknya salah satu ciri iman yang kokoh akan semakin mendorong
pemiliknya untuk memiliki pengetahuan yang luas. Hal ini antara lain
dijelaskan dalam surat Al-Hajj/22: 54
Artinya: Ayat 54. Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini
bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka
beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya
Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman
kepada jalan yang lurus.
Ada tiga rangkaian yang tidak terpisahkan; ilmu pengetahuan, iman yang
kokoh dan hati yang tunduk. Dalam Islam ketiganya tidak boleh dipisahkan
dan saling berkait. Artinya bukti seseorang memiliki pengetahuan adalah
imannya yang kokoh, dan sebagai bukti bahwa iman tersebut adalah kokoh
maka hatinya selalu tunduk (kepada kebenaran yang bersumber dari petunjuk
Allah SWT). Inilah trilogi yang tidak terpisahkan sehingga budaya akademik
yang ingin dibangun oleh Islam bukan sekedar menjadikan manusia cerdas,
tetapi juga manusia yang selain cerdas juga memiliki kehangatan iman yang
disertai kerendahan hati (tawadzu').
Sebuah tradisi akademis yang hanya mengasah kecerdasan otak maka
hanya akan melahirkan robot-robot yang tidak memiliki empati terhadap
sesama. Sebaliknya budaya akademis yang terlalu menitik beratkan
pembangunan keimanan dengan mengesampingkan rasionalitas akan
melahirkan manusia-manusia yang gagap bahkan gagal menghadapi
tantangan zaman. Juga sebaliknya orang-orang yang cerdas akalnya, kokoh
imannya, tetapi tidak disertai kerendahan hati hanya akan melahirkan
7.16 Pendidikan Agama Islam
Demikian juga dengan tokoh Sulaiman, as. Yang diberi kekayaan yang
melimpah, kekuasaan yang tinggi sebagai seorang raja pada masanya bagi
kaumnya, juga ilmu yang luas dan dalam, bahkan dapat berinteraksi dan
berkomunikasi dengan makhluk-makhluk selain manusia, di antaranya adalah
jin dan binatang. Atas seluruh anugerah tersebut dengan rendah hati dia
mengatakan, seperti yang direkam dalam surat An-Naml/27:40.
selalu mengingat Allah SWT. Kalau ada orang yang mampu memikirkan
ciptaan Allah tetapi tanpa disertai usaha mengingat Allah SWT maka tidak
akan menghasilkan sikap budaya akademik yang diidealkan oleh Islam. Al-
quran mengajarkan untuk selalu mengaitkan aktivitas berpikir ilmiah yang
kita lakukan dengan usaha untuk selalu mengingat Allah SWT.
Dari usaha tersebut maka lahirlah sebuah kesadaran yang tulus untuk
mengakui betapa agungnya Allah SWT dan betapa lemahnya manusia di
hadapan ke-Mahakuasaan Allah SWT. Ekspresi seperti ini diungkapkan
dalam lanjutan ayat di surat Ali-Imran/3: 192.
Hal ini bukan berarti Allah SWT akan semena-mena memasukkan orang
ke dalam siksa neraka, karena kalau itu terjadi akan berlawanan dengan sifat
Allah SWT yang Maha Rahman dan Maha Rahim. Pernyataan dalam doa
tersebut lebih sebagai bentuk ekspresi sikap seorang hamba yang mengakui
bahwa telah banyak anugerah yang diberikan oleh Allah SWT namun
ternyata tidak menjadikan manusia sadar akan jati dirinya yang hanya juga
sebagai ciptaan (hamba), maka doa tersebut adalah pengakuan kalau pada
akhirnya ada orang yang masuk neraka itu karena semata-mata sikap orang
tersebut yang tidak mau menggunakan akalnya secara benar atau tidak mau
mengikuti tradisi akademik yang diajarkan Allah SWT. Maka
konsekuensinya adalah siksa di neraka.
Karakter ketiga, orang yang berbudaya akademik disebutkan dalam surat
Az-Zumar/39: 18.
Artinya: Yang mendengarkan Perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik
di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang telah diberi Allah
petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
MKDU4221/MODUL 7 7.19
Dari ayat tersebut jelas terbaca bahwa karakter orang yang memiliki
budaya akademik yang baik adalah orang yang secara sungguh-sungguh dan
konsisten selalu mau mendengarkan hal-hal atau informasi yang baik.
Kemudian dari sekian banyak informasi baik yang mereka terima kemudian
dipilihlah informasi terbaik dan kemudian dengan sepenuh hati melaksanakan
informasi tersebut. Informasi terbaik menurut ayat tersebut bukan tanpa
kriteria. Kriteria yang dijadikan pegangan adalah petunjuk Allah SWT dan
Rasul-Nya serta berdasarkan logika yang lurus dan hati nurani yang bersih.
Mereka itulah yang dalam ayat tersebut kemudian juga disebut dengan ulul
albab.
Namun demikian, seorang muslim meskipun telah memperoleh
kemampuan tersebut' tetap bersikap rendah hati dengan mengakui bahwa
perolehan tersebut merupakan semata-mata karunia dan petunjuk Allah SWT.
Hal ini diisyaratkan dalam ayat di atas dengan redaksi "mereka Itulah orang-
orang yang telah diberi Allah petunjuk". Petunjuk tersebut tentu hanya akan
diperoleh bagi yang bersungguh-sungguh ingin meraihnya. Orang yang tidak
pernah berikhtiar untuk meraih petunjuk maka jangan pernah berharap dapat
memperoleh petunjuk. Di sini bertemu antara anugerah Allah yang Maha
Memberi petunjuk dengan usaha manusia yang ingin meraih petunjuk.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
6) Tiga tahapan yang diajarkan Al-quran seperti dijelaskan dalam surat an-
Nahl/16: 125 untuk mengajak manusia ke jalan Allah adalah dengan....
A. diplomasi, dagang, dan perang
B. perkawinan, perdagangan, dan perdamaian
7.22 Pendidikan Agama Islam
C. hikmah, nasihat yang baik, dan adu argumentasi yang lebih baik
D. membaca ayat Al-quran, terjemahnya, dan tafsirnya
10) Dalam surat az-Zumar ayat 18 dijelaskan salah satu karakter orang yang
berbudaya akademik, yaitu ....
A. konsisten menghadiri undangan
B. istiqomah mengerjakan shalat jamaah
C. konsisten mendengarkan ajaran yang lebih baik dan kemudian
mengikutinya
D. tidak memikirkan zat Allah
Kegiatan Belajar 2
A. ETOS KERJA
Ilustrasi: Ada dua orang pekerja, dengan kemampuan yang relatif sama
baik menyangkut tenaga, tingkat pendidikannya maupun waktu yang mereka
miliki untuk menyelesaikan pekerjaan. Dalam faktanya pekerja yang satu
dapat jauh lebih banyak menyelesaikan pekerjaannya, sementara pekerja
kedua menyelesaikan pekerjaannya dengan jumlah yang lebih sedikit.
Pertanyaan yang muncul adalah mengapa bisa terjadi perbedaan hasil
pekerjaan keduanya? Jawaban yang mungkin dapat diberikan adalah
perbedaan hasil dari kedua pekerja tersebut disebabkan semangat dalam
bekerja yang berbeda. Semangat inilah yang kemudian populer disebut
dengan istilah etos kerja.
Setelah Anda membaca ilustrasi di atas cobalah Anda membuat contoh-
contoh sendiri mungkin dalam kasus yang Anda alami.
MKDU4221/MODUL 7 7.25
Artinya: Ayat 30. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi" mereka berkata: "Apakah Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui."
Dari ayat-ayat tersebut di atas dapat juga dipahami bahwa nilai kualitas
kemanusiaan seseorang salah satu tolok ukurnya adalah, seberapa sungguh-
sungguh seseorang menjalankan tugas tersebut dalam kehidupannya yaitu
membangun etos untuk bekerja. Karena kalau manusia tidak memiliki etos
dalam bekerja atau etosnya rendah berarti dia telah menyia-nyiakan tugas
yang diamanatkan Allah SWT kepadanya.
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa tugas lain yang diemban oleh manusia
dalam hidup di dunia ini adalah untuk menjadikan segala aktivitas hidupnya
bernilai ibadah. Tentu saja dalam hal ini termasuk bekerja dalam kapasitas
apapun. Kalau bekerja adalah sebagai salah satu ekspresi beribadah maka
sebagai seorang muslim tentunya tidak akan menyia-nyiakan setiap
kesempatan dan waktu yang ada kecuali akan diisi dengan usaha yang
sungguh-sungguh untuk dapat menghasilkan karya-karya terbaik sebagai
persembahan pengabdiannya kepada Tuhannya (Allah SWT).
Secara lebih rinci lagi dalam ayat lain dikemukakan bahwa ibadah yang
dilakukan tersebut harus benar-benar dilandasi niat yang ikhlas. Ini
diisyaratkan dalam surat Al-Bayyinah/98: 5.
Kalau ibadah sarat diterimanya adalah harus ikhlas maka bekerja karena
sebagai ekspresi ibadah juga sudah sewajarnya kalau harus dilandasi dengan
hati yang ikhlas. Bekerja dengan ikhlas berarti memaksimalkan seluruh
potensi dan kemampuan untuk dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai
dengan petunjuk Allah SWT. Dari perspektif ini terlihat bahwa dalam Islam
tidak ada istilah pekerjaan rendahan atau bergengsi. Semua bentuk kerja akan
dinilai baik tergantung niat dan cara melaksanakannya. Sekedar contoh;
Seorang office boy (pelayan kantor), kalau bekerja dengan baik, niat yang
baik maka tidak akan kalah mulia di sisi Allah dengan seorang direktur
sekalipun.
Artinya: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (ayat 7). Dan hanya
kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (ayat 8).
sungguh. Inilah salah satu petunjuk yang amat jelas bahwa seorang muslim
dalam bekerja harus memiliki etos yang tinggi.
Namun, yang perlu diingat bahwa kunci keberhasilan pekerjaan yang
kita lakukan buka hanya terletak kepada etos kerja saja melakukan harus juga
disandarkan kepada ridha Allah SWT. Inilah yang diisyaratkan dalam ayat 8
surat di atas. "Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap" .
Hal inilah yang juga membedakan antara etos kerja yang diajarkan oleh Al-
quran dengan etos kerja yang diajarkan lainnya.
Kedua, bekerja sesuai bidang dan kompetensinya. Etos kerja seseorang
akan berlipat apabila pekerjaan yang dia lakukan memang pekerjaan yang
sesuai dengan bidang dan kompetensinya. Apabila seseorang melakukan
peredaan yang bukan bidangnya, apalagi kalau tidak memiliki kompetensi
jangan harap akan dapat memperoleh hasil yang maksimal, yang ada justru
kegagalan. Hal ini diisyaratkan dengan sangat dalam Al-quran surat Al-
Israa'/17: 84.
Ayat ini memberi isyarat bahwa setiap orang telah dianugerahi oleh
Allah potensi dan kecenderungan tertentu, dalam bahasa modern bisa disebut
dengan talenta atau bakat. Maka seseorang yang dapat dengan baik
mengenali dan menggali potensi anugerah Allah tersebut kemudian dapat
diwujudkan dalam bentuk kecakapan dan kompetensi dalam bidang tertentu
maka bukan suatu yang sulit bagi orang tersebut untuk dapat meningkatkan
etos kerja dan meraih hasil yang maksimal.
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam peningkatan etos kerja ini,
seorang muslim harus tetap mengikuti petunjuk Allah SWT dalam bekerja.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
a. Pekerjaan yang dilakukan tidak boleh menjadikan lupa kepada Allah;
Sekeras apapun orang bekerja setinggi apapun etos kerja yang dimiliki
maka tidak boleh menjadikan lupa kepada Allah SWT. Hal ini
ditegaskan dalam surat Al-Jumu'ah/62: 9.
7.30 Pendidikan Agama Islam
Yang dimaksud jual beli dalam ayat tersebut adalah mencakup seluruh
aktivitas atau pekerjaan manusia. Maka apapun aktivitas atau pekerjaan
yang dilakukannya tidak boleh melupakan Allah SWT. Ayat tersebut
ditutup dengan statement Allah "Yang demikian itu lebih baik bagimu
jika kamu mengetahui" Hal ini mengisyaratkan bahwa boleh jadi ada
orang yang tetap bekerja dengan etos yang tinggi tanpa peduli dengan
aturan-aturan Allah, maka hal ini jelas akan merugikan dirinya sendiri.
Karena hasil pekerjaan tersebut tidak akan membawa kebahagiaan
hidupnya di dunia apalagi di akhirat. Yang terjadi justru akan sebaliknya
orang akan mengalami kecanduan kerja, dan itu akan berakibat tidak
baik bagi keseimbangan hidupnya.
b. Etos Kerja yang tinggi tidak boleh melupakan shalat dan zakat; ibadah
shalat adalah bagian dari teknis dan mekanisme yang diciptakan oleh
Allah SWT agar manusia tetap dapat memelihara komunikasi dengan
Allah SWT. Maka sesibuk apapun seseorang kalau ingin hidupnya
diberkahi dan bahagia maka harus tetap memelihara shalatnya. Dan
setelah memperoleh hasil dari pekerjaannya dituntut untuk memberikan
hak-hak saudaranya yang kurang beruntung (fakir-miskin) dengan
membayar zakat. Ini diisyaratkan dalam surat An-Nuur/24: 37.
Artinya: Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula)
oleh jual beli dan mengingati Allah, dan (dari) mendirikan
sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut
kepada suatu hal yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi
guncang.
MKDU4221/MODUL 7 7.31
Dari ayat tersebut jelas bahwa bekerja adalah sebagai ekspresi tanda
bersyukur. Salah satu makna syukur adalah menggunakan semua karma
Allah SWT sesuai tujuan penganugerahannya. Dari penjelasan tersebut
dapat kita tarik pemahaman bahwa orang yang tidak mau bekerja dengan
baik berarti tidak bersyukur atas seluruh anugerah Allah SWT.
Sebaliknya orang yang mau bekerja dengan baik atau orang memiliki
etos kerja berarti orang tersebut telah masuk ke dalam kelompok orang
yang bersyukur. Sehingga Sungguh tepat kalau Allah menjanjikan alas
orang yang bersyukur akan ditambah nikmat karunia-Nya. Hal ini
dengan jelas disebutkan dalam surat Ibrahim/l4: 7.
Seorang muslim mutlak harus memiliki keras kerja yang tinggi, sebab
kalau tidak berarti dia akan termasuk orang yang tidak bersyukur dan ini
berarti hanya akan mendatangkan kemurkaan Allah SWT. Dalam
perspektif modern orang yang tidak cerdas bersyukur, berarti tidak
memiliki etos dalam bekerja pada gilirannya hanya akan mendatangkan
kegagalan.
Sikap positif selanjutnya yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin
berhasil "dalam kehidupannya adalah sikap terbuka atau jujur. Seseorang
tidak akan mungkin memiliki sikap terbuka kalau tidak bersikap jujur
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Karena orang yang bersikap
tidak jujur pasti akan berusaha mati-matian untuk menutupi
ketidakjujurannya. Bagaimana seseorang dapat bersikap terbuka kalau dia
harus berbohong untuk menutupi kebohongan yang dia lakukan. Maka yang
akan terjadi adalah kebohongan di atas kebohongan
Islam sangat menekankan supaya manusia bersikap jujur. Di antara ayat-
ayat yang memerintahkan supaya bersikap jujur di antaranya sebagai berikut.
1. Surat Al-Ahzab/33: 70
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan
Katakanlah Perkataan yang benar.
Yang dipanggil dalam ayat tersebut adalah orang yang beriman, hal ini
berarti salah satu prasyarat orang-orang yang kokoh imannya adalah selalu
berkata benar dan jujur dan ini menjadi prasyarat utama untuk memiliki sikap
terbuka. Seseorang tidak mungkin akan dapat memiliki sikap terbuka apabila
belum dapat bersikap jujur terhadap dirinya sendiri.
Sikap terbuka yang dimiliki seseorang akan menjadikan hidupnya
merasa nyaman, karena tidak ada yang perlu ditutupi, sehingga etos kerja dan
kinerjanya akan menjadi maksimal. Beberapa hasil penelitian menyebutkan
7.34 Pendidikan Agama Islam
bahwa salah satu yang menyita dan mencuri tenaga, stamina dan energi kita
adalah sikap tidak terbuka dan tidak jujur baik kepada diri sendiri maupun
orang lain. Sehingga apabila kita dapat selalu bersikap jujur dan terbuka
maka akan menjadikan semangat dan stamina kita dalam menjalani hidup,
khususnya dalam pekerjaan akan menjadi berlipat ganda dan optimal.
Contoh: Seorang karyawan telah berbuat curang di tempat kerjanya.
Maka yang akan dia lakukan adalah sedapat mungkin mengamankan dan
merahasiakan kecurangannya itu, Maka untuk menutupi kecurangannya
tersebut di pasti akan berbuat bohong. Selama orang ini belum mau mengaku
dan bersikap jujur dan terbuka terhadap dirinya sendiri maka selama itu pula
rasa bersalah akan terus melanda hatinya, meskipun terkadang itu berusaha
untuk ditutupinya. Dan selama itu pula pasti orang tersebut tidak akan dapat
fokus kepada pekerjaannya. Dan pada gilirannya prestasi kerjanya pun akan
menurun, sehingga yang rugi adalah dirinya sendiri.
Ayat ini memberi petunjuk bagaimana cara menjadi orang yang selalu
bersikap jujur dan terbuka yaitu dengan cara bergabung dengan lingkungan
yang kondusif yang dapat memberi pengaruh dan dampak positif bagi
kepribadiannya. Hal ini juga menjadi isyarat bahwa lingkungan yang tidak
baik akan berpengaruh bagi kepribadian seseorang. Seseorang yang bergaul
dengan orang-orang yang tidak jujur dan tidak terbuka maka cepat atau
lambat orang tersebut juga akan terpengaruh. Sebaliknya kalau kawan-kawan
dekatnya adalah orang-orang yang jujur dan terbuka maka akan berpengaruh
positif bagi kepribadiannya. Redaksi yang digunakan ayat tersebut adalah
maka yang berarti bersama.
Dalam satu kesempatan Nabi SAW membuat ilustrasi betapa pentingnya
memilih teman yang baik itu penting. Apabila seseorang bergaul dengan
penjual parfum maka meskipun dia tidak membelinya pasti akan ke bagian
bau harumnya. Sebaliknya kalau seseorang bergaul dengan tukang pandai
besi maka pasti akan mendapat bagian panasnya.
MKDU4221/MODUL 7 7.35
C. SIKAP ADIL
Termasuk dalam aspek aqidah adalah bahwa Allah SWT. mengutus para
Rasul dengan membawa wahyu untuk dapat menegakkan sistem
kemanusiaan yang adil. Hal ini dijelaskan dalam Q. S. Al-Hadiid /57: 25.
Artinya: Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan al-mizan
(neraca kesetimbangan) * Agar kamu tidak melampaui batas tentang
neraca itu* Dan tegakkanlah timbangan itu dengan qis dan
janganlah kamu mengurangi neraca itu.
Artinya: Janganlah kamu dekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah
takaran dan timbangan dengan adil, Kami tidak memikulkan beban
kecuali sesuai dengan kemampuannya. Dan apabila kamu berkata
hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu dan
penuhilah janji Allah yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu ingat.
MKDU4221/MODUL 7 7.39
Menurut sebagian besar mufassir, seperti Ibn Kasir dan juga al-Suyuti,
asbab al-nuzul dari ayat di atas adalah berkenaan dengan kasus kunci Ka'bah
yang ada dalam kekuasaan 'Usman ibn Talhah yang terjadi pada hari
penaklukan kota Makkah pada tahun 8 H. Peristiwa tersebut bermula ketika
7.40 Pendidikan Agama Islam
Rasulullah SAW meminta kunci Ka'bah dari 'Usman. Ketika kunci hendak
diserahkan, al-'Abbas meminta kepada Nabi SAW agar kekuasaan atas kunci
itu diserahkan kepadanya sehingga ia dapat menghimpun kekuasaan tersebut
dengan kekuasaan memberi air minum kepada jam'ah haji (siqayat). Karena
permintaan ini `Usman pun menahan kunci tersebut, meskipun Nabi SAW
mengulangi permintaannya. 'Usman baru menyerahkan kunci tersebut setelah
Nabi SAW meminta untuk yang ketiga kalinya. 'Usman menyerahkan kunci
tersebut sambil berkata; "Inilah dia dengan amanat". Nabi SAW kemudian
memasuki Ka'bah dan setelah keluar, beliau thawaf, kemudian turunlah Jibril
membawa wahyu. Nabi SAW memanggil 'Usman dan menyerahkan kembali
kunci Ka'bah kepadanya.
Ungkapan yang terkait langsung dengan pembahasan ini adalah 'Apabila
kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkan
hukum dengan adil'. Yang dimaksud dengan menetapkan hukum dalam ayat
tersebut bukan hanya berkisar dalam apabila terjadi persengketaan. Hal ini
didasarkan kepada penelusuran makna hukm yang dikandung oleh Al-quran.
Secara etimologis akar kata yang terdiri dari huruf ha, kaf dan mim
mengandung arti "mencegah", yang secara leksikal kemudian bermakna
"menyelesaikan atau memutuskan suatu urusan, memberi kekang dan
mencegah seseorang dari yang diingininya". Kata al-hukm ketika terserap ke
dalam bahasa Indonesia mengalami sedikit reduksi dengan diberikan makna
sebagai peraturan, ketentuan dan keputusan, sementara dalam
penggunaannya dalam Al-quran kata tersebut tidak hanya mengacu kepada
hasil atau obyek namun juga menyangkut pembuatan dan cam menjalankan
keputusan tersebut.
Bertolak dari pemahaman makna hukm di atas maka pengertian
ungkapan "apabila kamu menetapkan hukum" dalam ayat di alas mencakup
pengertian "membuat dan menerapkan hukum". Ini berarti secara kontekstual
perintah dalam ayat tersebut tidak hanya ditujukan kepada kelompok sosial
tertentu dalam masyarakat muslim, tetapi ditujukan kepada setiap orang yang
mempunyai kekuasaan memimpin orang-orang lain termasuk dalam hal ini
adalah kepemimpinan dalam rumah tangga yang dipegang oleh seorang
suami. Ini antara lain disebutkan dalam.
Q.S. An-Nisaa'/4 : 34
MKDU4221/MODUL 7 7.41
Kata al-gist yang dalam ayat tersebut dirangkai dengan kata al-
mustagim, ada yang memahaminya dalam arti neraca timbangan sebagaimana
dalam terjemahan di atas, namun ada juga yang mengartikan adil. Kata ini
menurut Ibn Mujahid merupakan kata serapan dari bahasa Romawi yang
masuk berakulturasi dalam perbendaharaan bahasa Arab yang digunakan Al-
quran. Sebenarnya kedua makna yang dikemukakan di atas dapat
dipertemukan dengan pertimbangan bahwa untuk mewujudkan keadilan
maka diperlukan tolak ukur yang pasti yaitu timbangan, dan sebaliknya
apabila penggunaan timbangan itu dilakukan secara baik dan benar pasti akan
melahirkan keadilan.
Keadilan dalam dimensi keseimbangan ini juga diekspresikan dengan
menggunakan kata gawwama sebagaimana disebut dalam Q.S. Al-Furqan/25.
MKDU4221/MODUL 7 7.43
Artinya: Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku,
sesungguhnya kalian telah menganiaya dirimu sendiri karena kalian
telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah
kepada Tuhan yang menjadikan kalian dan bunuhlah dirimu. Hal itu
adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kalian,
maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang
Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
Yang dimaksud dengan telah menganiaya diri kamu sendiri n dalam ayat
tersebut adalah penyembahan terhadap anak sapi yang dilakukan oleh Bani
Israil, ketika mereka ditinggalkan oleh Nabi Musa as. Karena memenuhi
panggilan Allah. Pada waktu itu oleh Musa as. Bani Israil dipasrahkan
kepada saudaranya yaitu Nabi Harun, as. Dalam realitasnya Harun as. Tidak
kuasa mencegah perbuatan Bani Israil tersebut yaitu menyembah anak sapi.
Perbuatan tersebut dimotori oleh seorang tokoh yang bernama Samiriy. Kisah
ini antara lain disebutkan dalam Q.S. Thoha /20 : 85 - 98.
Jadi yang dimaksud dengan men-dhalimi diri sendiri dalam ayat tersebut
adalah kemusyrikan. Beberapa ayat yang lain juga menegaskan tentang hal
serupa, bahkan dalam Q.S. Luqman/31: 13, ditegaskan bahwa kemusyrikan
adalah kezaliman yang paling besar.
MKDU4221/MODUL 7 7.45
Kezaliman yang disebut Al-quran tidak terbatas dalam soal aqidah -hal
ini telah disinggung dalam penjelasan terdahulu dalam pemakaiannya secara
umum lebih kepada makna pelanggaran hak atau tidak memberikan hak
kepada pemiliknya. Dalam konteks ini pulalah Ayat-ayat Al-quran juga
menjelaskan bahwa Allah SWT. tidak men-dzalami sedikit pun hamba-
hamba-Nya, dalam Q.S. Al-Nisaa’/4: 40 secara tegas Allah menyatakan:
Pemahaman terhadap ayat di alas dan juga ayat-ayat lain yang semakna
akan menghantarkan kepada keyakinan akan keadilan Allah SWT terhadap
hamba-Nya. Bahwa sekecil apapun perbuatan baik manusia akan
mendapatkan pahala di sisi Allah, bahkan pahala tersebut berlipat ganda. Hal
ini berbeda dengan keadilan yang berlaku bagi manusia yang biasanya
diartikan dengan memberikan sepadan dari yang dia terima atau kewajiban
yang dilakukan oleh manusia akan berimplikasi kepada hak -yang sebanding
dengan kewajibannya yang akan diterima.
Pemahaman seperti ini juga akan menghantarkan kepada keyakinan
bahwa apa pun yang telah diputuskan oleh Allah SWT pada dasarnya adalah
demi kebaikan manusia. Q.S. As-Sajdah/32: 7.
Artinya: Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja
keburukan yang menimpamu, maka itu dari (kesalahan) dirimu
sendiri ...
7.46 Pendidikan Agama Islam
Tidak ada keputusan dan ketetapan Allah yang jelek meskipun terkadang
manusia sulit memahaminya. Maka manusia harus selalu berprasangka baik
kepada Allah, karena Allah telah menegaskan dalam Q.S. al-Baqarah/2: 216.
Artinya: Boleh jadi kalian membenci sesuatu padahal ia baik bagi kalian, dan
boleh jadi kalian menyenangi sesuatu padahal ia buruk bagimu,
Allah mengetahui dan kalian tidak mengetahui.
Yang perlu digarisbawahi dalam ayat ini adalah bahwa keadilan adalah
salah satu sifat yang dekat kepada taqwa, sementara taqwa secara sederhana
dapat diartikan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi setiap
larangan-Nya. Untuk dapat memilih mana yang merupakan perintah Allah
yang harus dilaksanakan, dan apa yang merupakan larangan Allah yang harus
ditinggalkan sangat membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang adil.
MKDU4221/MODUL 7 7.47
LAT IH A N
1) Untuk menjawab pertanyaan nomor satu ini yang perlu Anda lakukan
adalah memahami terlebih dahulu tugas-tugas pokok manusia yang
diajarkan oleh Islam. Setelah itu coba Anda perhatikan dengan baik pada
poin-poin yang menjelaskan tentang petunjuk Al-quran untuk
meningkatkan etos kerja. Untuk lebih cepat memahami mulailah dengan
melihat poin-poinnya dan yang tidak kalah pentingnya adalah renungi
ayat-ayat Al-qurannya dengan baik.
2) Untuk soal yang kedua insya Allah tidak terlalu sulit karena Anda hanya
diminta untuk menjelaskan tentang pentingnya kejujuran. Sifat jujur
adalah salah satu sifat yang memang sebenarnya ada dan yang dinginkan
oleh hati nurani setiap orang. Yang harus Anda lakukan hanyalah
menambahkan penjelasan-penjelasan dengan dukungan ayat-ayat Al-
quran.
3) Untuk soal nomor tiga ini Anda harus memulai terlebih dahulu dari
menjelaskan tentang pengertian adil baik menurut kamus maupun yang
Anda pahami sendiri. Setelah itu Anda hanya perlu menjelaskan macam-
macam keadilan yang diperkenalkan oleh Al-quran.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) Di antara ajaran Al-quran agar seseorang memiliki etos kerja yang tinggi
adalah dengan bekerja sesuai dengan kompetensi, hal ini diisyaratkan
dalam ....
A. Surat al-Baqarah ayat 28
B. Surat al-Imran ayat 110
C. Surat al-Isra ayat 84
D. Surat al-Jumu'ah ayat 9
5) Etika seorang muslim yang memiliki etos kerja yang tinggi, adalah ....
A. tidak boleh melalaikan Allah dan meninggalkan shalat
B. harus memiliki modal yang cukup
C. harus memiliki koneksi atau hubungan
D. bersikap mengalah apabila terjadi konflik
7) Salah satu sikap positif bagi orang yang memiliki etos kerja yang tinggi
adalah ....
A. bersikap mengikuti keadaan yang berlaku (ke mana angin bertiup)
B. selalu bersikap jujur
C. selalu mengutamakan teman sejawat
D. harus selalu patuh terhadap atasan
9) Salah satu cara agar etos kerja tetap terjaga (tidak mudah putus asa)
adalah dengan selalu berprasangka baik terhadap Allah yaitu semua
pernyataan benar, kecuali ....
A. semua yang ditetapkan Allah pasti baik
B. boleh jadi yang kita anggap baik sebenarnya buruk bagi kita
C. Allah tidak akan membebani hamba-Nya di luar kemampuannya
D. manusia suka mengeluh
10) Orang yang mempunyai etos kerja akan selalu bersikap adil dan sikap
adil itu dekat sekali dengan sikap....
A. pasrah
B. pasif dan mengalah
C. mengurung diri dan pesimis
D. ketakwaan dan kebaikan
Glosarium
Daftar Pustaka
Al-quran al-Karim.
Bukhari, Abu `Abdullab Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al-Mughirat
bin Bardizbat al. (t.th.) Shahih al-Bukhari. (t.t): Dar wa Mathabi' al-
Sya'b.
Ghazali, Abu Humid Muhammad bin Muhammad al-. (t.th.). Ihya' 'Ulum al-
Din. Al-Qahirat: Maktabah al-Masyad al-Husaini.
Ibn Hanbal, Ahmad. (t.th.). Musnad al-Imam bin Hanbal. Barut: AI-Maktab
al-Islami.
Ibn Kasir, Abu al-Fida' Isma’il. (t.th.) Tafsir Al-quran al-'Azhim. Singapura:
Al-Haramain.
Ibis Majah, Abu `Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwaini. (t.th.). Sunan
Ibn Majah. Bairut: Dar al-Fikr.
Mahalli, Jalal-al-Din Muhammad bin Ahmad al-, dan Jalal al-Din 'Abd al-
Rahman bin Abi Bakr al-Suyuthi. (t.th.). Tafsir Al-quran al-'Azhim.
Jakarta: Jaya Mumi.
Maraghi, Ahmad Musthafa al-. (1974/1394). Tafsir al-Maraghi. (t.t.): Dar al-
Fikr.
Sijistani, Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy'as al-Azadi al-. (t.th.). Sunan Abi
Dawud. Bairut: Dar-al-Fikr.
Suyuthi, 'Abd al-Rahman bin Jalal al-Din al-. (1403/1983). Al-Durr al-
Mansur fl Tafsir al-Ma'sur. Bairut: Dar al-Fikr.
Al-Tirmizi, Abu 'Isa Muhammad bin `Isa bin Surat. (1400/1980). Al-Jami' al-
Shahih. Bairut: Dar alFikr.
Politik
Dr. Ali Nurdin
PEN D A HU L UA N
S aya percaya Anda sudah sangat terbiasa mendengar kata politik. Saya
tidak tahu apa yang terbayang dalam benak Anda kalau mendengar kata
politik; mungkin partai politik mungkin juga pemilihan umum atau bahkan
Pilkada. Ada baiknya supaya lebih runtut Anda pahami terlebih dahulu
pengertian kata politik. Salah satu ciri yang membedakan jenjang pendidikan
tinggi dan menengah adalah daya analisis. Untuk menganalisis masalah
politik maka kita mulai terlebih dahulu memahami kata politik.
Kata politik terambil dari bahasa latin politicus, dan bahasa Yunani
(Greek) politicos yang mengandung arti "berhubungan dengan warga
masyarakat". Kedua kata tersebut berasal dari kata polis yang bermakna city
(kota). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia politik diartikan: (1) Penge-
tahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan seperti sistem
pemerintahan dan dasar pemerintahan. (2) Segala urusan dan tindakan
mengenai pemerintahan atau terhadap negara lain. (3) Cara bertindak
mengenai suatu masalah atau kebijakan.
Sementara pakar kemudian mendefinisikan politik sebagai segala
aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang
bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau
mempertahankan, suatu macam bentuk susunan masyarakat.
Dari pengertian kamus dan definisi di atas saya menduga Anda dapat
memahami dengan baik maka coba kita menarik kesimpulan, bahwa yang
dimaksud dengan politik adalah bagaimana mengelola kekuasaan, kebijakan
dalam suatu negara yang berkaitan dengan warganya. Tentu ini hanyalah
sebuah penyederhanaan untuk lebih memudahkan pemahaman kita. Karena
dalam banyak literatur tentang politik kita temukan definisi yang
disampaikan para ahli berbeda-beda. Untuk itulah diperlukan
penyederhanaan.
8.2 Pendidikan Agama Islam
Kegiatan Belajar 1
M arilah kita mulai fokus untuk membahas satu tema tentang politik yaitu
kontribusi Agama dalam kehidupan politik. Inilah yang akan kita
bincangkan dalam Kegiatan Belajar 1 ini. Agama yang dimaksud dalam hal
ini tentu saja adalah agama Islam, karena ini adalah BMP untuk Pendidikan
Agama Islam (PAI). Yang dimaksud kehidupan politik dalam tulisan ini tentu
bukan hanya di Indonesia melainkan di wilayah manapun, kalau nantinya kita
hanya membuat contoh masalah politik di Indonesia itu hanyalah bagian dari
usaha untuk lebih memahami pokok bahasan. Karena kita adalah sebagai
seorang muslim yang tinggal di wilayah Indonesia.
Untuk menjelaskan tentang kontribusi agama dalam kehidupan politik,
maka hal yang harus terlebih dahulu dipahami adalah pengertian agama
sebagai seperangkat aturan atau ajaran. Hal ini harus ditegaskan supaya
pembahasan kita tidak melebar ke mana-mana. Karena seperangkat ajaran
maka kontribusinya dalam bidang kekuasaan politik pun harus kita lihat
dalam konteks normatif yaitu sebagai sebuah konsep atau aturan. Maka
secara sederhana pembahasan kita dapat dimulai dari menjelaskan tentang
konsep-konsep yang ditawarkan oleh Islam (Al-quran) dalam bidang
kekuasaan politik, untuk menjadi panduan atau petunjuk bagi setiap muslim
yang ingin berkiprah dalam bidang politik. Kita percaya bahwa boleh jadi
konsep-konsep politik tersebut nantinya juga akan ada kesamaan dengan
konsep yang berasal dari sumber lainnya. Dan hal tersebut wajar karena ini
memang menyangkut masalah yang bersifat universal. Untuk memudahkan
pembahasan maka kontribusi ajaran Islam dalam kekuasaan politik akan
dibagi menjadi dua macam; pertama, Menjelaskan tentang prinsip-prinsip
dasar kekuasaan politik, dan kedua menjelaskan tentang kriteria atau sosok
ideal seseorang yang memegang kekuasaan politik.
MKDU4221/MODUL 8 8.5
Mari kita mulai untuk melihat ajaran Al-quran tentang masalah politik
yang terekam dalam beberapa ayat. Meskipun ayat yang berbicara tentang
prinsip-prinsip kekuasaan politik cukup banyak, namun yang secara langsung
berkaitan dengan prinsip-prinsip dasar kekuasaan politik ada dijelaskan
dalam dua ayat; Surat An-Nisaa’/4: 58-59.
Dari dua ayat di atas para ulama kemudian merumuskan tentang konsep
politik yang diajarkan oleh Islam (Al-quran). Konsep tersebut meliputi empat
macam:
1. Kewajiban untuk menunaikan amanah.
2. Perintah untuk menetapkan hukum dengan adil.
3. Perintah taat kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri.
4. Perintah untuk kembali kepada Al-quran dan as-Sunnah.
8.6 Pendidikan Agama Islam
sebagai orang yang munafik. Anda tentu sudah tahu siapa orang munafik itu,
dan bukan di modul ini kita bicarakan tentang sifat orang munafik.
Sikap amanat adalah sendi utama dalam berinteraksi sosial terutama
dalam bidang kekuasaan politik. Artinya bahwa setiap pejabat adalah
pengemban amanat yang diberikan kepadanya untuk dapat ditunaikan dengan
baik yang nantinya harus dipertanggungjawabkan. Mekanisme
pertanggungjawaban inilah yang semestinya dapat menjadikan setiap
pengemban amanah dapat menunaikan amanat tersebut dengan baik.
Kata amanat dalam ayat tersebut disebutkan dalam bentuk jamak
maknanya adalah bahwa amanat bukan sekedar sesuatu yang bersifat
material, tetapi juga nonmaterial dan bermacam-macam. Semua
diperintahkan oleh Allah untuk ditunaikan. Di antara macam-macam amanat
tersebut adalah:
a. amanat antara manusia dengan Allah SWT;
b. amanat antara manusia dengan manusia lainnya;
c. amanat antara manusia dengan lingkungannya;
d. amanat antara manusia dengan dirinya sendiri.
berupa usaha mencerdaskan rakyat dan membangun mental dan spiritual. Hal
ini diisyaratkan dalam surat Al-Baqarah/2: 151.
Dalam ayat tersebut jelas diungkapkan bahwa tugas Nabi SAW sebagai
pemegang kekuasaan politik saat itu di Madinah dan di samping seorang
Rasul, di antaranya adalah untuk mencerdaskan umat dan membangun mental
spiritual sehingga menjadi pribadi-pribadi yang tangguh yang pada gilirannya
diharapkan dapat menunaikan tugas-tugas kekhalifahan manusia di muka
bumi yaitu membangun bumi yang makmur untuk kemaslahatan bersama.
Bertolak dari pandangan di atas kita mendapat gambaran yang cukup
jelas bahwa amanat yang dipikul oleh orang-orang yang memegang
kekuasaan politik tidaklah ringan. Karena di samping dua tugas tersebut yang
juga tidak kalah pentingnya adalah amanat yang berkaitan dengan usaha
membangun tata sosial yang lebih menyejahterakan. Dalam Islam inilah
hikmah terbesar yang terkandung dalam ajaran membayar zakat yaitu;
kemakmuran hendaklah tidak hanya dinikmati segelintir orang melainkan
dapat didistribusikan kepada setiap warga yang memang membutuhkan. Dan
yang diberi wewenang untuk mengatur itu semua adalah pemegang
kekuasaan politik.
Dalam konteks inilah agama kembali memberikan dorongan kepada
siapa saja yang hendak dan atau memegang kekuasaan politik untuk selalu
memperhatikan dan membangun sebuah sistem yang dapat menjamin
kemaslahatan semua warga atau rakyat yang telah memberikan amanat
kepadanya. Inilah yang kemudian dirumuskan dalam poin selanjutnya yaitu
perintah untuk menetapkan hukum dengan adil Inilah yang akan dibahas
dalam tulisan di bawah ini.
MKDU4221/MODUL 8 8.9
belum diatur secara jelas oleh Al-quran dan as-Sunnah. Misalnya masalah
sistem pendidikan yang baik, sistem politik yang disepakati oleh warga dan
lain-lain, secara spesifik Al-quran dan as-Sunnah tidak mengaturnya maka
boleh dan bahkan harus diatur oleh pemerintah. Sebaliknya untuk urusan
yang secara jelas sudah diatur oleh Al-Qur`an dan as-Sunnah, maka ulil amri
hanya dalam posisi untuk mendorong kepada warganya untuk dapat
melaksanakan hal-hal tersebut dengan cara yang baik.
Misalnya: Pemerintah tidak boleh mengatur berapa raka'at sholat wajib
yang harus dikerjakan umat Islam, kapan harus dikerjakan dll. Itu semua
sudah jelas aturannya. Demikian juga umpamanya bagaimana tata cara haji,
pada bulan apa harus berpuasa, semua sudah diatur oleh agama. Ulil amri
dalam hal ini hanya sebagai fasilitator agar umat dapat menjalankan sebaik-
baiknya.
Setelah Anda memahami dengan baik poin ketiga ini mari kita teruskan
untuk membahas poin keempat yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
kekuasaan politik yang diajarkan oleh Islam dan ini Insya Allah menjadi
salah satu kontribusi agama Islam bagi pembangunan bidang politik yang
bermartabat.
Artinya: ... pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam
itu jadi agama bagimu ....
MKDU4221/MODUL 8 8.15
Artinya: Ayat 38. Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun dalam Al-Kitab,
kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.
Kriteria yang akan kita jadikan pokok bahasan dalam poin ini tidak akan
jauh-jauh dari empat kriteria di atas. Dan ada penambahan beberapa poin
sebagai bentuk penjelasan akan kriteria utama tersebut. Bukan berarti poin
tambahan ini tidak ada dalam diri Nabi SAW, justru sering kita dengar
namun posisinya sebagai penguat di antara poin-poin di atas. Yang Paling
utama adalah sifat keteladanan yang diperlihatkan oleh Rasul SAW. Dan
inilah yang sudah lama hilang dari tubuh umat Islam. Itu untuk otokritik buat
kita.
Sekarang tolong perhatian Anda mulai diarahkan kepada penjelasan-
penjelasan di bawah ini yang akan menguraikan poin-poin tersebut di atas.
1. Shidiq
Kriteria pertama dari seorang pemimpin haruslah memiliki sifat jujur,
yang mengindikasikan seseorang yang memiliki integritas dalam bentuknya
yang sangat nyata adalah pikiran dan ucapannya selalu benar, demikian
halnya dengan tindakan. Jadi ada kesamaan antara apa yang dia pikirkan, dia
ucapkan dan dia lakukan itu sinkron. Poin ini dibahas secara lebih detail
dalam modul lain di buku ini yaitu dalam bab pentingnya sikap jujur atau
keterbukaan. Anda dapat merujuk ke sana apabila membutuhkan penjelasan
lebih mendalam.
Coba Anda bayangkan kalau seseorang yang mendapat amanat untuk
memegang kekuasaan politik tetapi antara ucapan dan tindakan berbeda
apalagi dengan yang dia pikirkan, sehingga ada istilah lain di mulut lain di
hati. Bayangkan lagi itu terjadi dalam masyarakat yang masih kental pola
paternalistiknya (yaitu peran pemimpin politik masih begitu dominan bagi
MKDU4221/MODUL 8 8.17
Artinya: Dan Barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat
oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiqin orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang
sebaik-baiknya (69).
Dari ayat di atas Anda lihat khususnya di bagian terjemah yang sengaja
untuk diberi cetak tebal adalah para shiddiqin, yaitu orang-orang yang selalu
berpikir, berkata dan bertindak benar. Maka wajar dalam deretan secara
berurutan kelompok orang yang selalu berkata benar hanya setingkat lebih
bawah dari para nabi yang memang mendapatkan posisi yang mulia karena
kemuliaan akhlaknya.
Hal ini juga dapat kita tarik kesimpulan bahwa untuk menjadi pemegang
kekuasaan politik terlebih dalam sistem yang kurang baik, menjadi orang
yang selalu berpikir, berkata dan bertindak benar bukanlah suatu yang mudah
dan tanpa risiko. Namun demikian bagi yang bersedia melaksanakannya tentu
membutuhkan tekad yang kuat agar kepemimpinan politik yang ada di
pundaknya dapat membawa maslahat bagi yang dipimpinnya.
2. Tepercaya (Amanah)
Pada poin kedua ini yang perlu digaris bawahi adalah bahwa seorang
yang memegang kekuasaan politik harus dapat mengemban amanat dengan
baik. Di bagian atas ketika kita berbicara tentang prinsip-prinsip kekuasaan
politik telah disinggung cukup banyak sehingga dalam poin ini tidak akan
8.18 Pendidikan Agama Islam
3. Tabligh
Secara kebahasaan arti tabligh adalah menyampaikan. Dalam konteks
sebagai salah SAW sifat yang baik dalam kepemimpinan dalam era modem
ini dapat kita pahami sebagai keterampilan atau etika berkomunikasi.
Seorang yang memegang kekuasaan politik wajib hukumnya untuk memiliki
keterampilan mengomunikasikan ide-ide, yang tersusun dalam sebuah
rencana yang baik dan matang untuk dapat memaksimalkan potensi setiap
warganya untuk mencapai tujuan bersama.
Coba Anda berhenti sejenak, dan renungkan poin ini dan cobalah untuk
mencari contoh sendiri apabila seorang pemimpin tidak memiliki
keterampilan menyampaikan gagasan dan ide-idenya kepada orang-orang
yang akan diajak kerja sama. Tentulah kepemimpinan tidak dapat berjalan
efektif, dan pada akhirnya akan berakibat kepada tidak berhasilnya tujuan
bersama.
Al-quran mengajarkan beberapa cara untuk dapat berkomunikasi dengan
baik. Di antaranya dijelaskan dalam beberapa ayat di bawah ini; Surat An-
Nisaa'/4: 63.
Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di
dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan
berilah mereka pelajaran, dan Katakanlah kepada mereka Perkataan
yang berbekas pada jiwa mereka (63).
Saya kira Anda sudah tahu ungkapan mana yang menunjuk etika
berkomunikasi tersebut. Tetapi lebih jelasnya mari kita bahas bersama.
Ungkapan tersebut adalah " Katakanlah kepada mereka Perkataan yang
berbekas pada jiwa mereka". Perkataan yang berbekas kepada jiwa orang
yang kita ajak bicara tentu membutuhkan keterampilan komunikasi yang
baik. Petunjuk yang dapat kita petik dari ayat ini adalah seorang yang
memegang kekuasaan politik maka hanya akan mengeluarkan statemen yang
dapat membekas dalam jiwa rakyat yang dipimpin.
8.20 Pendidikan Agama Islam
Artinya: Ayat 70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan Katakanlah Perkataan yang benar.
4. Cerdas
Seorang yang memegang kekuasaan politik sudah seharusnya memiliki
kelebihan dalam bidang kecerdasan. Kita sulit membayangkan kalau ada
seorang yang memegang kekuasaan politik tetapi kecerdasan yang dimiliki
pas-pasan saja. Kecerdasan yang dimaksud tentu bukan kecerdasan
intelektual semata (IQ) tetapi lebih dari itu adalah kecerdasan yang bersifat
majemuk yang menggabungkan beberapa kecerdasan yang dapat dimiliki
oleh manusia. Terutama adalah kecerdasan yang amat dibutuhkan dalam
kepemimpinan.
Kalau kita palingkan perhatian kita kepada apa yang telah dilakukan oleh
Rasulullah SAW menyangkut kecerdasan dalam kepemimpinan, kita akan
mendapatkan butiran-butiran hikmah yang banyak. Di antara contoh yang
dapat kita baca adalah:
Suatu ketika Nabi SAW sedang bersama para sahabat berkumpul di
masjid. Kemudian masuklah seorang badui yang bermaksud bertemu Rasul
SAW. Tiba-tiba orang tersebut buang air kecil di masjid mungkin karena
MKDU4221/MODUL 8 8.21
tidak tahu atau mungkin karena sudah tidak tahan sehingga dia melakukan di
mesjid (jangan dibayangkan mesjid nabi saat itu seperti mesjid kita sekarang
yang permanen dan mentereng). Para sahabat seketika langsung bangkit
hendak menghardik orang badui tersebut, tetapi Nabi SAW memberi isyarat
untuk tetap duduk dan membiarkan orang badui tersebut menyelesaikan
buang air kecilnya. Setelah selesai Nabi memerintahkan untuk menyiramnya
dan kemudian berdialog dengan orang badui tersebut.
Pelajaran apa yang dapat kita petik dan peristiwa tersebut. Salah satunya
adalah betapa cerdasnya Nabi SAW menghadapi situasi yang demikian
membangkitkan emosi. Berkat kecerdasan Nabi tersebut orang badui tersebut
menyatakan masuk Islam. Apa jadinya kalau Nabi SAW membiarkan
menghardik bahkan mungkin akan mengusir orang badui tersebut. Maka
siapa pun orang yang mendapat amanah kekuasaan politik mutlak harus
memiliki kecerdasan.
Yang terakhir dan inilah yang mungkin paling utama yang harus dimiliki
oleh pemegang kekuasaan politik adalah keteladanan.
5. Keteladanan (uswah)
Di antara poin yang paling sulit dipenuhi oleh seorang pemimpin politik
adalah keteladanan. Tentu adalah keteladanan dalam berbagai aktivitas yang
baik. Kalau untuk berbicara dengan pembicaraan yang menggugah tentu
banyak yang dapat melakukan tetapi memberi teladan yang baik dalam
berbagai bidang aktivitas kebaikan tentu bukan sesuatu yang mudah. Inilah
yang ditekankan atas diri Nabi SAW yang diabadikan oleh Al-quran dalam
surat Al-Ahzab/33: 21.
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suatu teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah
(21).
Islam Nabi SAW yang menurut para ahli dianggap sebagai agama yang
paling cepat perkembangannya di dunia.
Tuntas sudah bahasan kita tentang kontribusi agama Islam dalam
kekuasaan politik. Tentu poin-poin di atas kurang lengkap dan ini justru
menjadi tantangan bagi Anda untuk selanjutnya Anda jabarkan dalam
konteks yang lebih luas dalam kehidupan bermasyarakat.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
4) Di bawah ini beberapa contoh prinsip politik yang amanah, kecuali ....
A. menggunakan fasilitas yang disediakan negara untuk kepentingan
pribadi
B. melaksanakan tugas sesuai dengan norma yang berlaku
C. selalu memikirkan kepentingan masyarakatnya
D. mementingkan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi dan
golongan
5) Di bawah ini adalah beberapa jenis amanat yang diajarkan oleh agama
Islam, kecuali ....
A. amanat antara manusia dengan Allah SWT
B. amanat antara manusia dengan manusia lainnya
C. amanat antara manusia dengan dirinya sendiri
D. amanat antara manusia dengan idolanya
7) Salah satu prinsip ajaran politik yang diajarkan oleh Al-quran adalah
menegakkan hukum secara adil, di bawah ini contoh penegakan hukum
yang adil, kecuali ....
A. menegakan hukum tidak tebang pilih
B. memberi perlakuan yang sama di muka hukum terhadap siapa pun
yang melanggar
MKDU4221/MODUL 8 8.25
8) Ketaatan terhadap ulil amri adalah salah satu prinsip politik yang
diajarkan oleh Al-quran, dan ini sangat penting bagi kemajuan bangsa.
Di bawah ini contoh sikap taat terhadap ulil amri, kecuali ....
A. mengikuti setiap aturan yang ada sepanjang tidak bertentangan
dengan agama
B. bersikap masa bodoh terhadap lingkungan sekitarnya
C. mematuhi rambu-rambu lalu lintas di jalan raya
D. mengikuti aturan yang berlaku di setiap instansi
10) Di bawah ini adalah sifat yang harus dimiliki oleh seseorang yang
mendapat amanat sebagai pemegang kekuasaan politik, kecuali ....
A. selalu bertindak dan berkata jujur
B. dapat menjadi teladan yang baik
C. amanat dengan jabatan yang diemban
D. harus pandai mengambil hati terhadap atasan
Kegiatan Belajar 2
4. tolong-menolong,
5. perdamaian,
6. musyawarah.
Artinya: Manusia sejak dahulu adalah umat yang satu, Selanjutnya Allah
mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan, dan menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar,
untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu
melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab itu,
yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang
nyata, karena keinginan yang tidak wajar (dengki) antara mereka
sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman
kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan
kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang
dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.
MKDU4221/MODUL 8 8.29
sebab ada maksud tertentu di batik perbedaan itu, seperti dijelaskan dalam
Q.S. Al-Maai’dah/ 5:48.
Tuhan. Tetapi ajaran agama menyatakan agar hal itu diperlakukan untuk
saling mengenal (ta'aruf). Selain alami keberagaman itu juga mengandung
manfaat. Namun, manusia harus ingat bahwa mereka tergolong dalam umat
manusia yang satu. Agama salah satunya berfungsi untuk mengingatkan
persamaan di antara manusia itu sebagai landasan untuk persahabatan,
tolong-menolong dan persaudaraan. Perbedaan itu tidak akan menjadi
persoalan apabila kesemuanya itu mengacu pada nilai-nilai kebajikan. Oleh
karena itu, dalam suatu masyarakat perlu ada suatu kelompok yang
melembaga yang berorientasi pada nilai-nilai keutamaan. Kelembagaan itu
bisa merupakan organisasi yang mewakili kepentingan bersama. Tetapi setiap
individu bisa membantu terciptanya kepentingan umum itu, yaitu apabila
mereka bertakwa. Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu cenderung
mendekat pada yang ma'ruf dan menjauh dari yang mungkar atas dasar
kesadaran dan bukannya paksaan dari luar.
Dengan demikian, kedatangan Islam dengan Al-quran sebagai kitab
sucinya, selain mengembalikan bangsa yang terpecah kepada kepercayaan
yang murni atau hanif dalam arti sesuai dengan fitrah kejadian manusia yang
paling primordial juga mengandung misi mempersatukan individu-individu
dalam satuan masyarakat yang lebih besar yang disebut dengan ummah
wahidah, yaitu suatu umat yang bersatu berdasarkan iman kepada Allah dan
mengacu kepada nilai-nilai kebajikan. Namun umat tersebut tidak terbatas
kepada bangsa di mana mereka merupakan bagian. Arti umat mencakup pula
seluruh umat manusia. Dalam hal ini, seluruh bangsa adalah bagian dari umat
yang satu. Dengan demikian, maka kesatuan masyarakat didasarkan pada
doktrin kesatuan umat manusia.
Karena pada dasarnya manusia adalah umat yang satu maka perpecahan,
permusuhan dan bentuk-bentuk kekerasan terhadap sesama manusia pada
dasarnya adalah sebuah pengingkaran terhadap tujuan penciptaan manusia.
Manusia adalah sama, dalam arti sama-sama makhluk Tuhan, dan inilah yang
kita babas dalam poin kedua sebagai kontribusi ajaran islam demi
terwujudnya persatuan, yaitu prinsip persamaan.
2. Prinsip Persamaan
Persamaan seluruh umat manusia ini ditegaskan oleh Allah dalam surat
An-Nisaa’4: 1.
8.32 Pendidikan Agama Islam
Artinya: "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan kamu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan menciptakan darinya
pasangannya; Allah memperkembangbiakkan dari keduanya laki-
laki yang banyak dan perempuan. Dan bertaqwalah kepada Allah
yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah pula)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah Maha mengawasi
kamu.
mudah. Coba mari kita lihat ayat-ayat di bawah ini tentu Anda akan menjadi
yakin betapa seriusnya Al-quran dengan masalah ini.
Surat Al-A'raaf/7: 189.
Artinya: Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya
Dia menciptakan istrinya, agar Dia merasa senang kepadanya. Maka
setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang
ringan, dan teruslah Dia merasa ringan (Beberapa waktu) kemudian
tatkala Dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada
Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau
memberi Kami anak yang saleh, tentulah Kami termasuk orang-
orang yang bersyukur".
Surat Az-Zumar/39: 6.
Artinya: Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan
daripadanya istrinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor
yang berpasangan dan binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam
perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang
mempunyai kerajaan tidak ada Tuhan selain dia; Maka bagaimana
kamu dapat dipalingkan?
Beberapa ayat lain yang menegaskan hal ini antara lain dalam surat
Fathir/35: 11; Al-Mu'min/40: 67; Al-Mu'minun/23: 12-14 yang menerangkan
asal-usul kejadian manusia, yaitu dan tanah kemudian dari setetes air mani
MKDU4221/MODUL 8 8.35
3. Prinsip Kebebasan
Sekarang kita beralih kepada poin ketiga yang merupakan salah satu
pendorong agar sesama warga masyarakat dan anak bangsa dapat bersatu.
Persatuan dan persamaan yang diajarkan di atas jangan Anda membayangkan
bahwa itu berati setiap orang boleh dipaksa agar menjadi sama atau seragam.
Sama sekali tidak. Manusia harus tetap diberikan kebebasan untuk dapat
menjalani hidupnya sesuai dengan kebebasan yang dimiliki tentu dengan
batas-batas tertentu. Kebebasan adalah salah satu hak paling asasi yang
dimiliki oleh manusia. Yang perlu digaris bawahi adalah bentuk ekspresi
kebebasan tentu tidak boleh melanggar kebebasan yang juga dimiliki oleh
orang lain.
Ada beberapa jenis kebebasan yang diajarkan oleh Islam:
a. Kebebasan untuk memeluk agama; yang dimaksud dalam poin ini adalah
bahwa Allah SWT memberi kebebasan kepada setiap manusia untuk
memeluk agama yang diyakininya masing-masing. Seseorang tidak
boleh dipaksa untuk memeluk agama tertentu, karena itu berarti dapat
mencederai kebebasan yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia.
Namun demikian bukan berarti semua agama itu benar, tidak!
8.36 Pendidikan Agama Islam
Dalam ayat di atas secara gamblang dinyatakan bahwa tidak ada paksaan
dalam menganut keyakinan agama; Allah menghendaki agar setiap orang
merasakan kedamaian. Kedamaian tidak dapat diraih kalau jiwa tidak
damai. Paksaan menyebabkan jiwa tidak damai, karena itu tidak ada
paksaan dalam menganut aqidah agama Islam. Konsiderans yang
dijelaskan ayat tersebut adalah karena telah jelas jalan yang lurus.
Sebab turun ayat tersebut sebagaimana dinukil oleh Ibn Katsir yang
bersumber dari sahabat Ibn 'Abbas adalah seorang laki-laki Anshar dari
Bani Salim bin 'Auf yang dikenal dengan nama Husain mempunyai dua
anak laki-laki yang beragama Nasrani. Sedangkan ia sendiri beragama
Islam. Husain menyatakan kepada nabi SAW. "apakah saya harus
memaksa keduanya? (Untuk masuk Islam?), kemudian turunlah ayat
tersebut di atas.
Ayat yang senada terdapat dalam surat Yunus/l0: 99-100.
b. Jenis kebebasan yang diberikan oleh Allah SWT adalah kebebasan untuk
berpendapat. Hal ini diisyaratkan dalam surat Ar-Rahmaan/55: 1-4.
Ayat yang mengisyaratkan hal ini adalah pada ayat yang ke-4. Allah
telah menganugerahkan kepada manusia kemampuan untuk berbicara.
Dengan demikian manusia diberi kebebasan untuk menyampaikan
pikiran dan pendapatnya melalui kemampuan yang dimiliki tersebut.
Tetapi jangan Anda bayangkan bahwa kebebasan tersebut tanpa batas.
Al-quran memberi rambu-rambu bagaimana pembicaraan yang
dibenarkan dan tidak melanggar hak orang lain.
Contohnya:
1) Al-quran melarang berbicara bohong apalagi mengandung fitnah, ini
diisyaratkan dalam surat an-Nur/23: 11-18.
2) Dilarang berbicara hanya untuk mengolok-olok dan saling
menghina; surat al-Hujurat/49: 11.
3) Dilarang berbicara yang isinya prasangka buruk dan membuka aib
orang lain al-Hujurat/49: 12.
4. Prinsip Tolong-menolong
Manusia adalah makhluk sosial, tidak mungkin seseorang dapat bertahan
hidup sendirian tanpa bantuan pihak lain. Coba Anda bayangkan bagaimana
besarnya sifat ketergantungan manusia kepada pihak lain. Saya akan bantu
Anda dengan membuat contoh yaitu; Manusia sejak masih berwujud janin dia
tergantung kepada ibunya, bahkan ini dalam arti yang sebenarnya yaitu
bergantung di rahim ibunya. Ketika sudah dalam bentuk bayi yang sempurna
dan masih tinggal di rahim ibu juga butuh bantuan orang lain. Setelah lahir
tidak ada bayi manusia yang langsung mandiri, pasti juga membutuhkan
bantuan pihak lain, yaitu orang-orang di sekelilingnya khususnya kedua
orang tuanya. Demikian juga ketika menginjak usia anak-anak bahkan setelah
dewasa dan berumah tangga sekalipun, manusia tetap membutuhkan bantuan
orang lain.
Dari contoh di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa tolong-
menolong adalah prinsip utama dalam kehidupan bermasyarakat dan
berbangsa. Kita dapat bayangkan seandainya satu komunitas sudah luntur
nilai saling menolong maka cepat atau lambat masyarakat tersebut pasti akan
hancur. Dari sinilah kita dapat memahami ajaran Al-quran yang
menganjurkan untuk saling menolong dalam kebaikan. Hal ini ditegaskan
dalam surat Al-Maai’dah/5: 2.
Maka sungguh tepat apa yang dipaparkan oleh Al-quran bahwa manusia
tidak akan pernah rugi selama mereka masih mau menegakkan nilai-nilai
saling menolong di samping juga beriman dan beramal shalih. Secara jelas
ditegaskan dalam surat Al-'Ashr/103: 1-3.
Saya percaya Anda sudah tahu bahkan hafal surat tersebut. Pada bagian
akhir surat tersebut jelas sekali menyatakan bahwa manusia tidak akan rugi
berarti dia beruntung apabila mau melakukan aktivitas saling mengingatkan
dalam hal kebenaran dan kesabaran. Sekali lagi tentu di samping beriman dan
beramal shalih. Sungguh tepat komentar yang disampaikan oleh Imam Syafi'i
(Anda tahu Imam Syafi'i, kan?) tentang surat tersebut: "seandainya Al-quran
itu turun hanya satu surat tersebut (al-'Ashr), itu sudah cukup". Tentu itu
hanya sebuah ungkapan yang menggambarkan petapa pentingnya di samping
beriman dan beramal shalih adalah sikap saling menasihati sebagai
perwujudan sikap saling menolong. Pada gilirannya hal tersebut tentu akan
memperkokoh bangunan kehidupan sosial dalam masyarakat dan bangsa.
Selanjutnya kita akan beralih kepada pembahasan prinsip selanjutnya
yaitu prinsip perdamaian.
5. Prinsip Perdamaian
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara apalagi seperti Indonesia
yang sangat majemuk, menjadi sangat penting untuk menegakkan prinsip-
prinsip perdamaian. Fakta mengajarkan dalam merajut persatuan bukanlah
semudah merangkai bunga atau mengumpulkan lidi menjadi satu kesatuan
sapu lidi, atau juga seperti binatang ternak yang dengan mudah kita giring ke
kandangnya. Manusia tetaplah manusia dengan segala keunikannya. Sesekali
pasti akan muncul konflik dan perselisihan yang disebabkan banyak hal maka
kalau itu terjadi semua harus sepakat untuk menegakkan nilai-nilai
MKDU4221/MODUL 8 8.41
Artinya: Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau
yang satu melanggar Perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang
melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada
perintah Allah. kalau Dia telah surat, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil. Orang-orang
beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Meskipun yang disebut dalam ayat tersebut adalah khusus tertuju kepada
orang-orang yang beriman (muslim), tetapi spiritnya mencakup setiap orang
yang berada dalam konflik. Isyarat ini didapatkan dari penjelasan Al-quran
surat Al-Mumtahanah/59: 8.
Artinya: Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan
tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Cukup jelas petunjuk di atas bahwa persatuan dan kesatuan bangsa akan
tercipta mana kala sesama warga bangsa mengedepankan prinsip perdamaian
untuk kebaikan bersama. Pertanyaannya adalah bagaimana cara menerapkan
8.42 Pendidikan Agama Islam
6. Prinsip Musyawarah
Kata musyawarah berasal dari bahasa Arab musyawarah yang
merupakan bentuk isim masdar dari kata kerja syawara, yusyawiru. Quraish
Shihab menjelaskan bahwa kata tersebut pada mulanya bermakna dasar
mengeluarkan madu dari sarang lebah. Makna ini kemudian berkembang
sehingga mencakup segala sesuatu yang dapat diambil atau dikeluarkan dari
yang lain termasuk pendapat. Kata ini pada dasarnya hanya digunakan untuk
hal-hal yang baik, sejalan dengan makna dasar di atas.
Dalam Al-quran kata syawara dengan segala perubahannya terutang
sebanyak empat kali. Tiga yang terakhir terkait dengan kehidupan
bermasyarakat dan berbangsa, untuk itu akan diberikan penjelasan
secukupnya.
a. Q.S. Al-Baqarah/2: 223.
Dalam ayat ini disebutkan tiga sifat dan sikap secara berurutan disebut
dan diperintahkan kepada Nabi SAW untuk dilaksanakan sebelum
bermusyawarah. Ketiga sifat tersebut adalah berlaku lemah lembut, tidak
kasar dan tidak berhati keras. Meskipun ayat tersebut berbicara dalam
konteks Perang Uhud di mana umat Islam mengalami kekalahan yang serius,
namun esensi sifat-sifat tersebut harus dimiliki dan diterapkan oleh setiap
kaum muslim yang hendak mengadakan musyawarah, apalagi bagi seorang
pemimpin. Kalau dia berlaku kasar dan keras hati niscaya peserta
musyawarah akan meninggalkannya.
Sedangkan setelah musyawarah dilaksanakan maka sikap yang harus
diambil oleh Nabi SAW. Dan juga orang yang bermusyawarah adalah
memberi maaf. Dalam ayat di atas diungkapkan dengan fafu 'anhum. Dalam
Al-quran kata 'afwu dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 35 kali
dengan berbagai makna. Yang cukup menarik adalah bahwa di dalam Al-
quran tidak ditemukan perintah untuk meminta maaf yang ada adalah
perintah memberi maaf. Ketiadaan perintah meminta bukan berarti yang
bersalah tidak diperintahkan meminta maaf, bahkan ia wajib memintanya,
8.44 Pendidikan Agama Islam
namun yang lebih perlu adalah membimbing manusia agar berakhlak mulia
sehingga tidak menunggu orang meminta maaf baru dimaafkan.
Orang yang sedang bermusyawarah harus mempersiapkan mentalnya
untuk selalu bersedia memberi maaf, karena boleh jadi ketika melakukan
musyawarah terjadi perbedaan pendapat, bahkan mungkin ada kalimat yang
menyinggung pihak lain. Etika bermusyawarah yang dituntunkan oleh Al-
quran ternyata tidak hanya sampai di sini, ayat tersebut memberi tuntunan
bahwa untuk mencapai hasil maksimal tidak cukup hanya mengandalkan
kemampuan manusia (peserta musyawarah), namun juga harus menjalin
hubungan yang baik dengan Allah SWT. Inilah yang ditegaskan dalam frase
wastagfrlahum, "mohonkanlah ampun bagi mereka".
Petunjuk terakhir dari ayat tersebut dalam konteks musyawarah adalah
. "Apabila telah ber'azam (bertekad bulat) (laksanakanlah)
dan bertawakkalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang berserah diri kepada-Nya.” 'Azm adalah tingkat tertinggi apa yang
tersirat di dalam hati.
Ayat tersebut mengisyaratkan apabila tekad sudah bulat untuk
melaksanakan hasil kesepakatan dalam musyawarah tersebut dalam saat yang
sama harus diikuti dengan sikap tawakal kepada Allah SWT.
c. Q.S. Asy-Syura/42: 38.
pegang teguh. Hal ini nampak ketika di tengah perjalanan menuju medan
pertempuran di Uhud, mereka ingin menarik kembali pendapat mereka dan
memberi kebebasan kepada Nabi SAW untuk mengubah keputusan itu sesuai
dengan pendapat beliau sendiri. Nabi SAW juga tidak bergeming dari
keputusannya itu ketika sepertiga dari pasukan muslim di bawah pimpinan
'Abdullah bin Ubay, pemimpin kaum Munafik di Madinah, menarik diri dan
kembali ke Madinah karena mereka juga berpendapat lebih baik bertahan
dalam kota Madinah.
Mengomentari hal tersebut Sayyid Quthb menyatakan bahwa Rasululllah
SAW bukan tidak mengetahui risiko berbahaya yang akan dihadapi kaum
muslim akibat keluar menyongsong musuh tersebut. Bahkan Nabi SAW telah
memiliki firasat dari mimpinya yang benar, yang pernah dilihatnya dalam
mimpi dan sudah dikenal kebenarannya. Rasulullah SAW menakwilkan
mimpinya dengan adanya orang-orang yang terbunuh dari kalangan keluarga
dan sahabatnya. Nabi SAW menakwilkan Madinah dengan benteng yang
kokoh. Sebenarnya Rasulullah SAW berhak membatalkan keputusan
musyawarah tetapi beliau tetap melaksanakannya sekalipun mengetahui
berbagai penderitaan, kerugian dan pengorbanan yang ada dibalik itu. Karena
pelaksanaan prinsip, pengajaran terhadap masyarakat dan pembinaan umat
jauh lebih besar dibandingkan dengan kerugian-kerugian sesaat. Dari sini
juga dapat ditarik kesimpulan bahwa siapa pun orangnya setelah keputusan
diambil dengan jalan musyawarah maka semua harus menaatinya.
Contoh kedua adalah Nabi SAW mengambil keputusan meskipun tidak
didukung suara terbanyak yaitu dalam kasus kebijaksanaan yang akan
diambil terhadap tawanan dari Perang Badr (2 H). Dalam musyawarah ini
Nabi SAW meminta pendapat Abu Bakr ra., Umar bin Khaththab, ra., dan
Ali bin Abi Thalib. Abu Bakr ra. Berpendapat agar mereka dilepaskan saja
dengan mengatakan: "Ya Nabi Allah, mereka itu adalah keluarga dan
saudara-saudara Nabi SAW, maka saya berpendapat agar engkau mengambil
tebusan tunai dari mereka. Yang demikian itu dapat mengurangi kekuatan
mereka dan menjadi penolong bagi kita dan mudah-mudahan Allah memberi
petunjuk kepada mereka". Kemudian beliau bertanya kepada Umar ibn
Khaththab, ra: bagaimana pendapatmu Ibn al-Khaththab? "Umar menjawab:
"Demi Allah, saya tidak sependapat dengan Abu Bakr, akan tetapi saya
berpendapat bahwa kalau engkau memberi kuasa kepadaku seseorang maka
saya akan potong lehernya, demikian juga engkau memberi kuasa kepada 'Ali
bin Abi Thalib ra. Untuk membunuh saudaranya 'Aqil. Dengan demikian
MKDU4221/MODUL 8 8.47
Allah mengetahui di dalam hati kita tidak bersifat lemah lembut terhadap
orang kafir. Sebab mereka itu adalah para pemimpin dan pemuka kaum
Quraisy". Ali ibn Abi Thalib diriwayatkan tidak memberikan pendapat. Dan
pada akhirnya Nabi cenderung kepada pendapat Abu Bakr. Namun masih
memberi kelonggaran kepada para sahabat untuk memilih: membunuh atau
melepaskan para tawanan dengan tebusan. Namun keputusan oleh Nabi SAW
tersebut akhirnya dikritik oleh Al-quran dengan turunnya ayat 67-68 surat Al-
Anfaal/8 yang mengomentari keputusan mengambil tebusan dari para
tawanan tersebut.
Artinya: Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan perang sebelum
ia kukuh di muka bumi, kamu menghendaki harta benda duniawi
sedangkan Allah SWT menghendaki akhirat dan Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana* Kalau sekiranya tidak ada ketetapan
yang telah terdahulu dari Allah niscaya kamu ditimpa siksaan yang
besar disebabkan apa yang telah kamu ambil.
rahib berselisih pendapat tentang hukuman spa yang harus dijatuhkan bagi
keduanya. Kemudian mereka sepakat untuk membawa masalah tersebut
kepada Muhammad SAW untuk mendapatkan pandangan beliau tentang
masalah tersebut. Sebelum memberikan pendapatnya Nabi SAW bertanya
kepada para rahib Yahudi tersebut tentang apakah ada dalam Taurat jenis
hukuman bagi pelaku zina yang sudah berkeluarga. Mereka mengatakan
bahwa bagi pelaku zina yang sudah berkeluarga hukumannya adalah rajam.
Atas dasar ini Muhammad SAW menetapkan hukuman bagi keduanya adalah
rajam.
Dari pemaparan contoh-contoh musyawarah yang dipraktekkan
Rasulullah SAW dapat disimpulkan bahwa Nabi SAW tidak memberikan
petunjuk yang rinci tentang pola dan prosedur tertentu dalam musyawarah.
Demikian juga dengan jumlah peserta musyawarah. Pada saat tertentu beliau
hanya bermusyawarah atau meminta pendapat dengan sahabat-sahabat yang
ahli dan cendekia, pada saat yang lain beliau hanya meminta pendapat dari
salah seorang di antara mereka. Tetapi apabila masalahnya penting dan
berdampak luas bagi kehidupan sosial masyarakat beliau bermusyawarah
dengan sejumlah besar orang yang merupakan representasi dari berbagai
macam golongan yang ada di masyarakat. Sebagaimana telah disebut di atas
dalam mengambil keputusan Nabi SAW tidak terikat kepada suara mayoritas,
terkadang kelompok minoritas juga didengar dan kemudian diikuti
pendapatnya.
Dari sini dapat dipahami bahwa manusia (umat Islam) mempunyai
kebebasan penuh untuk menentukan bentuk, sistem dan prosedur
musyawarah yang disesuaikan dengan tuntutan zaman dan tempat serta
kebutuhan warga masyarakatnya. Yang terpenting dari pelaksanaan
musyawarah adalah bukan pada pola dan prosedurnya melainkan kualitas
hasil musyawarah tersebut. Untuk itu prinsip-prinsip Islam tentang
musyawarah harus dipegang teguh semua peserta musyawarah yaitu
kebebasan, keadilan dan persamaan hak dalam berbicara dan menyampaikan
pendapat. Maka yang terpenting adalah bukan siapa yang menyampaikan
pendapat, dari kelompok mayoritas atau minoritas tetapi bagaimana kualitas
pendapat tersebut bagi kemaslahatan umat. Sehingga peserta musyawarah
terlebih lagi yang memimpin musyawarah harus dapat berlaku adil.
Anda dapat membayangkan betapa indahnya sebuah kebersamaan itu.
Betapapun perbedaan muncul dalam masyarakat kalau anggota warganya
MKDU4221/MODUL 8 8.49
LAT IH A N
1) Untuk menjawab soal nomor 1 Anda harus lebih teliti ketika membaca
bahan ajar pada Kegiatan Belajar 1, khususnya di bagian awal. Anda
dituntut untuk dapat menyerap maksud dan pokok-pokok pikiran yang
ada dalam tulisan tersebut kemudian Anda coba untuk memformulasikan
dalam kalimat yang baik seperti yang Anda pahami.
2) Sedangkan dalam soal nomor dua soalnya cukup jelas dan saya kira
mudah untuk dipahami. Yang harus Anda lakukan hanyalah membaca
kembali poin-poin di atas dan akan lebih baik setiap Anda menjelaskan
pengertian prinsip-prinsip tersebut sertakan pula dalil-dalil Al-quran.
3) Dalam soal yang ketiga ini khusus prinsip musyawarah harus Anda
pahami. Cara menjawabnya Anda dapat memulainya dari menjelaskan
pengertian musyawarah dari segi bahasa, kemudian menurut istilah dan
teruskan dengan menjelaskan tentang arti penting musyawarah dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang baik untuk
dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan.
8.50 Pendidikan Agama Islam
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
2) Di bawah ini adalah beberapa contoh tentang kerja sama antar umat
beragama demi mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, kecuali ....
A. duduk dalam kepanitiaan proklamasi 17 Agustus secara bersama-
sama
B. mengadakan kerja bakti membersihkan lingkungan secara bersama-
sama
MKDU4221/MODUL 8 8.51
4) Allah SWT menciptakan manusia berbeda suku bangsa, bahasa dan lain-
lain, maka masing-masing kelompok tidak boleh menganggap dirinya
paling unggul dibanding kelompok lain. Siapa yang paling mulia di sisi
Allah SWT adalah karena ....
A. jabatan dan kekayaannya
B. kecerdasan dan kepandaiannya
C. ketakwaannya
D. kekuatan dan penampilannya
10) Persatuan dan kesatuan bangsa tidak mungkin terwujud kalau hanya
dibicarakan, tetapi harus selalu diusahakan, dengan segala cara yang
baik. Islam menekankan bahwa semua masalah dan konflik pasti dapat
diatasi kalau setiap komponen masyarakat mengedepankan ....
A. cara kekerasan dan anarkis
B. cara musyawarah dengan prinsip persamaan
C. cara melemahkan dan menindas bagi yang tidak sependapat
D. cara mengintimidasi dan mengancam
MKDU4221/MODUL 8 8.53
Glosarium
Daftar Pustaka
Al-quran al-Karim.
Bukhari, Abu 'Abdullah Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim bin al-Mugh?rat
bin Bardizbat al-. (t.th). Shahih al-Bukhari. (t.t): Dar wa Mathabi' al-
Sya'b.
Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-. (t.th). Ihyd' `Ulum al-
Din. Al-Qahirat: Maktabah al-Masyad al-Husaini.
Ibn Hanbal, Ahmad. (t.th.) Musnad al-Imam bin Hanbal. Bairut: A1-Maktab
al-Islami.
Ibn Kasir, Abu al-Fida' Isma'il. (t.th). Tafsir Al-quran al-'Azhim. Singapura:
AI-Haramain.
Ibn Majah, Abu `Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qazwaini. (t.th). Sunan
Ibn Majah. Bairut: Dar al-Fikr.
Mahalli, Jalal-al-Din Muhammad bin Ahmad al-, dan Jalal al-Din 'Abd al-
Rahman bin Abi Bakr al-Suyuthi. (t.th). Tafsir Al-quran al-'Azhim.
Jakarta: Jaya Mumi.
Maraghi, Ahmad Musthafa al-. (1974/1394). Tafsir al-Maraghi. (t.t.): Dar al-
Fikr.
Nasution, Harun. (1978). Filsafat dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Nawawi, Al-Imam al-. (t.th.). Shahih Muslim bin al-Syarh al-Nawawi. Mishr:
Al-Mathba'at al-Mishriyat.
Sijistani, Abu Dawud Sulaiinan bin al-Asy'as al-Azadi al-. (t.th.). Sunan Abi
Dawud. Bairut: Dar-al-Fikr.
Suyuthi, 'Abd al-Rahman bin Jalal al-Din al-. (1403/1983). Al-Durr al-
Mansur Ji Tafsir al-Ma'sur. Bairut: Dar al-Filer.
Wahidi, Abu al-Hasan bin Ahmad al-. (1386/1968). Asbab al-Nuzul. Mishr:
Mushthafa al-Bab al-Halabi.
Modul 9
PEN D A HU L UA N
S uatu masyarakat atau negara tidak akan berdiri tegak apabila anggota
warganya tidak menjalin kerukunan dan persaudaraan. Persaudaraan
tidak akan terwujud apabila tidak rasa saling mencintai dan bekerja sama.
Setiap anggota warga masyarakat yang tidak diikat oleh ikatan kerja sama
dan kasih sayang serta persatuan yang sebenarnya, tidak mungkin dapat
bersatu untuk mencapai tujuan bersama.
Persaudaraan dan kerukunan yang diajarkan oleh Islam tidak hanya
tertuju kepada sesama muslim, namun juga kepada sesama warga masyarakat
yang non-muslim. Salah satu alasan yang dijelaskan Al-quran adalah bahwa
manusia itu satu sama lain bersaudara karena mereka berasal dari sumber
yang satu, QS. Al-Hujuraat/49: 13 menegaskan hal ini. Terlebih Al-quran
sendiri menegaskan bahwa tujuan Allah SWT menurunkan agama adalah
sebagai rahmat bagi semesta alam.
Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat menerapkan nilai-
nilai ajaran Islam yang merupakan rahmat dari Allah SWT bagi semesta dan
mampu mewujudkan persaudaraan dan kerukunan baik intern umat beragama
maupun antar umat beragama di tengah masyarakat yang majemuk.
Secara lebih khusus setelah menyelesaikan modul ini Anda diharapkan
mampu menjelaskan:
1. landasan normatif (dalil-dalil ayat maupun hadits) tentang islam sebagai
agama rahmat bagi semesta;
2. arti penting persaudaraan sesama muslim dengan dalil-dalil yang jelas;
3. pentingnya kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat yang
majemuk.
9.2 Pendidikan Agama Islam
Kegiatan Belajar 1
Artinya: Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam ....
MKDU4221/MODUL 9 9.3
Artinya: Barang siapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali
tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat
Termasuk orang-orang yang rugi.
muslim tidak boleh kompromi dalam hal aqidah Sementara dalam masalah-
masalah yang berkaitan dengan etika moral, hubungan antar sesama manusia
Islam dan Al-quran khususnya amat inklusif (terbuka dan toleran). Dalam
masalah ini (sepanjang pembacaan penulis) tidak ada kitab suci yang
seinklusif Al-quran. Masalah inilah yang akan dibahas dalam Kegiatan
belajar dua dalam bab ini.
Dengan realitas tersebut menjadi jelas kalau Nabi SAW mendapat gelar
”uswatun Hasanah” (teladan yang baik). Hal ini diabadikan dalam Al-quran
Surat Al-Ahzab/33: 21.
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.
Ajaran yang beliau bawa yaitu Islam adalah sebagai anugerah dari Allah
SWT tentulah sangat sesuai dengan hakikat fitrah manusia. Hal inilah yang
menjadi fokus penjelasan di bawah ini.
Fitrah terkait dengan agama Islam. Ini ketika fitrah dipandang dalam
hubungannya dengan Syahadat. ).
Dalam pengertian ini fitrah merupakan kemampuan yang telah Allah
ciptakan dalam diri manusia untuk mengenal Allah. Inilah bentuk alami yang
dengannya seorang anak tercipta dalam rahim ibunya, sehingga dia mampu
menerima agama yang hak. Bahwa fitrah merujuk kepada agama Islam lebih
jauh ditegaskan dalam Al-quran surat Ar-Ruum (30): 30.
Dengan demikian menurut Abu Hurairah kata fitrah dalam hadits ini dan
kata fitrah dalam ayat tersebut memiliki makna yang sama. Ayat tersebut
menyebut fitrah sebagai kebaikan, sebab agama yang benar digambarkan
MKDU4221/MODUL 9 9.7
sebagai fitrah Allah. Dengan demikian menurut Abu Hurairah fitrah terkait
dengan agama Islam.
Karena fitrah Allah dimasukkan dalam jiwa manusia, maka manusia
terlahir dalam keadaan di mana tauhid menyatu dengan fitrah. Karena tauhid
menyatu pada fitrah manusia, maka para nabi datang untuk mengingatkan
manusia kepada fitrahnya, dan untuk membimbingnya kepada tauhid yang
menyatu dengan sifat dasarnya. Ayat tersebut menggambarkan suatu fitrah
dari agama yang telah ditanamkan oleh Allah dalam sifat dasar manusia.
Ayat ini mengisyaratkan pesan kepasrahan esensial dalam Islam pada
kehendak Allah yang telah diajarkan dan dilaksanakan oleh semua nabi.
Syariat yang dibawa oleh para nabi merupakan cahaya petunjuk iman
kepada Allah SWT yang diciptakan pada setiap manusia. Dengan demikian,
karena iman ini berasal dari Allah, maka sangatlah wajar bahwa satu-satunya
hukum (syariat) yang mampu membimbing manusia kembali kepada-Nya
juga harus berasal dari Allah. Karena inilah Islam juga disebut sebagai agama
fitrah, agama yang sesuai dengan sifat dasar manusia.
Dari sisi aqidah jelas bahwa sejak rasul yang pertama sampai yang
terakhir tidak ada bedanya, perbedaan itu hanya terletak pada syariahnya
yang masing-masing rasul boleh jadi berbeda disesuaikan dengan keadaan
rasul dan kaumnya saat itu. Hal ini juga diisyaratkan dalam Al-quran surat
Al-Maai‟dah/5: 48.
Bahwa fitrah yang dimaksud tersebut adalah agama Islam juga didukung
oleh hadits-hadits Rasulullah SAW. Selain kata fitrah tersebut Al-quran juga
menggunakan ungkapan lain untuk menunjuk arti yang berkaitan dengan
agama. Ungkapan tersebut adalah al-Dîn, al-Shibghat dan al-Hanîf. ketiga
kata tersebut digunakan dengan arti agama atau ihwal beragama.
Pertama, al-Dîn yang sering diterjemahkan dengan agama secara
kebahasaan berarti hubungan antara dua pihak di mana yang pertama
mempunyai kedudukan lebih tinggi dari yang kedua. Menurut Al-Raghib, Al-
Mufradat, seluruh kata yang menggunakan huruf-huruf dal, ya‟ dan nun
seperti dain yang berarti utang atau dâna yadînu yang berarti menghukum
atau taat, kesemuanya menggambarkan adanya dua pihak yang melakukan
interaksi seperti yang digambarkan di atas.
MKDU4221/MODUL 9 9.9
Artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan
kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.
Kedua, al-Shibghah
Ungkapan lain untuk menunjuk arti agama tersebut adalah al-Shibghah,
Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah/2: 138.
Artinya: Shibghah Allah dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada
Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.
Lafal shibghah dalam ayat di atas juga mengikuti pola fi‟lah. Di antara
derivatnya adalah al-Shabgh, al-Shabbagh, yang berarti sejenis pencelupan
warna. (al-talwîn). Yang dimaksud shibghat Allah adalah pemberian warna
dengan cara pencelupan yang dilakukan oleh Allah. Sedangkan pemberian
warna yang pertama kali dilakukan Allah terhadap manusia adalah pemberian
warna fitrah beragama. Ia merupakan warna tauhid yang diberikan oleh Allah
saat manusia pertama kali diciptakan.
Para mufasir mengatakan bahwa dalam ayat di atas terdapat isyarat
mengenai apa yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani yang mereka sebut
9.10 Pendidikan Agama Islam
Ketiga, al-Hanîf
Ungkapan lain yang digunakan Al-quran untuk maksud tersebut adalah
al-hanîf, seperti dalam firman Allah: Surat Ali Imran (3): 67.
Artinya: Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani,
akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus[201] lagi berserah diri
(kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan
orang-orang musyrik.
Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi Kami hanya
mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek
moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak
mendapat petunjuk?"
9.12 Pendidikan Agama Islam
QS. Al-Insaan/76: 3.
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang
bersyukur dan ada pula yang kafir.
Dan beberapa ayat lain yang senada, di mana intinya adalah bahwa Allah
SWT telah memberikan kebebasan kepada manusia untuk menentukan jalan
hidupnya, apakah menjadi orang yang beriman sehingga hidupnya menjadi
mulia di dunia dan akhirat? atau akan memilih menjadi orang yang kafir dan
menolak petunjuk Allah SWT, sehingga hidupnya menjadi hina dunia dan
akhirat? Semuanya diserahkan kepada manusia. Kebebasan itulah yang
akhirnya melahirkan tanggung jawab. Artinya manusia akan
mempertanggungjawabkan pilihannya tersebut di akhirat. Supaya pilihan
manusia tidak keliru maka Allah SWT mengutus para rasul yang membawa
wahyu sebagai petunjuk dan pasti hanya satu. Namun faktanya banyak agama
dan kepercayaan yang berkembang dalam kehidupan manusia. Bagaimana
Islam menyikapi masalah tersebut? Inilah yang secara rinci akan dibahas
dalam Kegiatan Belajar 2 berikutnya.
LAT IH A N
1) Untuk menjawab soal nomor satu Anda harus memahami arti fitrah.
Makna agama sebagai fitrah dari Allah SWT akan mudah dipahami
dengan terlebih dahulu mengerti bahwa setiap orang apapun latar
belakangnya kepercayaannya telah dianugerahi Allah potensi untuk
mengenal Allah SWT.
MKDU4221/MODUL 9 9.15
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
4) Dalam surat al-A‟raf ayat 172 Allah menjelaskan bahwa setiap manusia
telah melakukan perjanjian dengan Allah, ketika Allah bertanya kepada
manusia, ”Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Manusia menjawab ....
A. betul Tuhan kami bersaksi
B. betul Tuhan kami setuju
C. betul Tuhan kami mengaku salah
D. betul Tuhan kami adalah hamba-Mu
8) Sebagai makhluk yang diberi akal maka manusia diberi kebebasan untuk
memilih, kecuali ....
A. menjadi orang beriman atau tidak beriman
B. menjadi orang yang taat kepada Allah atau ingkar
C. menjadi orang Arab atau non Arab
D. menjadi orang yang bersyukur atau kufur
Kegiatan Belajar 2
Islam. Universalitas Islam tidak dapat direalisasikan sama sekali hingga ide
besar ini berhasil diwujudkan.
Ayat-ayat lain khususnya yang terdapat dalam surat Al-Hujuraat ini
secara umum berisi tentang petunjuk kepada masyarakat muslim khususnya,
dan masyarakat manusia pada umumnya, bagaimana mereka seharusnya
membangun sebuah tatanan masyarakat yang baik di tengah kemajemukan
warganya.
Dalam ayat selanjutnya, 11 dan 12 berisi tentang kode etik warga
masyarakat muslim di antaranya adalah:
1. Bahwa mereka tidak boleh saling melecehkan dan menghina karena
boleh jadi yang dilecehkan itu lebih baik dari yang melecehkan
QS. Al-Hujuraat/49: 11.
3. Saling menolong
Dalam ayat lainnya dijelaskan bahwa orang-orang yang berhijrah (Al-
Muhajiûn) serta berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah,
dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan
(kaum anshâr), mereka itu satu sama lain saling melindungi, QS. Al-
Anfaal/8: 72.
Kaum Muhajirin dan Anshar yang bersaudara itu kemudian disifati oleh
Al-quran sebagai orang yang beriman dengan sebenarnya, QS. Al-Anfaal/
8: 74.
Artinya: Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada
jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan
memberi pertolongan mereka itulah orang-orang mukmin yang
benar. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia.
Fitnah atau kekacauan dan juga kerusakan yang dimaksud dalam ayat
tersebut dapat dijelaskan dengan melihat latar belakang historis masyarakat
pada saat ayat tersebut diturunkan; kaum musyrik Mekkah pada waktu itu
sangat kejam terhadap kaum muslimin, di sisi lain sebagian yang memeluk
Islam masih memiliki keluarga dekat yang menentang ajaran Islam. Ada juga
yang kendati berbeda agama tetapi masih terjalin antar mereka persahabatan
yang kental. Itu semua dapat melahirkan bahaya terhadap aqidah kaum
muslimin, lebih-lebih mereka yang belum mantap imannya. Pergaulan dapat
9.24 Pendidikan Agama Islam
Artinya: Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah
mengharmoniskan hati kamu, lalu menjadilah kamu karena nikmat
Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi
jurang api (neraka), lalu Allah menyelamatkan kamu darinya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu, agar
kamu mendapat petunjuk.
Fokus utama ayat ini ditujukan kepada kaum muslimin secara kolektif
atau dalam konteks bermasyarakat, hal ini dapat dilihat dari penggunaan kata
jamî‟â yang mengandung arti semua, dan firman-Nya walâ tafarraqû,
janganlah bercerai-berai. Sehingga secara umum maksud ayat ini adalah
upaya sekuat tenaga untuk mengaitkan diri satu dengan yang lain dengan
tuntunan Allah sambil menegakkan disiplin di antara kamu semua tanpa
kecuali. Apabila ada yang lupa, ingatkan, kalau ada yang tergelincir, bantu ia
bangkit agar semua dapat bergantung kepada tali (agama) Allah. Kalau ada
MKDU4221/MODUL 9 9.25
Artinya: “Dari Abu Musa dari Rasulullah SAW bersabda: Orang mukmin
bagi orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan sebagiannya
memperkokoh (menolong) sebagian yang lain. (H.R. Bukhari,
Muslim dan at-Tirmidzi).
4. Menegakkan Perdamaian
Untuk itulah apabila ada di antara sesama mukmin yang berselisih maka
anggota masyarakat lainnya harus berusaha untuk mendamaikan mereka. Hal
ini secara tegas dijelaskan Al-quran dalam surat Al-Hujuraat /49: 9.
Artinya: “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang
maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua
golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka
MKDU4221/MODUL 9 9.27
Persamaan seluruh umat manusia ini juga ditegaskan oleh Allah dalam
surat An-Nisaa‟/4: 1.
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kamu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu, dan menciptakan darinya
pasangannya; Allah memperkembangbiakkan dari keduanya laki-
laki yang banyak dan perempuan. Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah pula)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah Maha mengawasi
kamu.
dengan Tuhan yang tidak boleh putus. Hubungan antara manusia dengan-Nya
itu, sekaligus menuntut agar setiap orang senantiasa memelihara hubungan
antara manusia dengan sesamanya. Dalam kaitan inilah sayyid Quthb
menyatakan bahwa sesungguhnya berbagai fitrah yang sederhana ini
merupakan hakikat yang sangat besar, sangat mendalam dan sangat berat.
Sekiranya manusia mengarahkan pendengaran dan hati mereka kepadanya
niscaya telah cukup untuk mengadakan berbagi perubahan besar di dalam
kehidupan mereka dan mentransformasikan mereka dari beraneka ragam
kebodohan kepada iman, keterpimpinan dan petunjuk, kepada peradaban
yang sejati dan layak bagi manusia.
Nabi SAW. juga menegaskan hal ini dalam beberapa haditsnya, di
antaranya adalah.
Beberapa ayat yang mengaskan hal ini antara lain surat Al-„Araaf/7: 189
dan Surat Al-Zumar/39: 6 menyatakan bahwa seluruh umat manusia
dijadikan dari diri yang satu. Sedangkan dalam surat Fâthir/35: 11, Al-
Mu‟min/40: 67; Al-Mu‟minûn/23: 12-14 diterangkan asal-usul kejadian
manusia, yaitu dari tanah kemudian dari setetes air mani dan proses-proses
selanjutnya.
Dari Ayat-ayat dan hadits di atas menjelaskan bahwa dari segi hakikat
penciptaan, manusia tidak ada perbedaan. Manusia semuanya sama, dari asal
kejadian yang sama yaitu tanah, dari diri yang satu yakni Adam yang
diciptakan dari tanah dan dari padanya diciptakan istrinya. Oleh karenanya,
tidak ada kelebihan seorang individu dari individu yang lain, satu golongan
atas golongan yang lain, suatu ras atas ras yang lain, warna kulit atas warna
kulit yang lain, seorang tuan atas pembantunya, dan pemerintah atas
rakyatnya. Atas dasar asal-usul kejadian manusia seluruhnya adalah sama,
maka tidak layak seseorang atau satu golongan merasa lebih dan
membanggakan diri terhadap yang lain atau menghinanya.
Dari uraian di atas nampak jelas bahwa misi utama Al-quran dan agama
Islam dalam kehidupan bermasyarakat adalah untuk menegakkan prinsip
persamaan (egalitarianisme) dan mengikis habis segala bentuk fanatisme
golongan maupun kelompok. Dengan persamaan tersebut sesama anggota
masyarakat dapat melakukan kerja sama sekalipun di antara warganya
terdapat perbedaan prinsip yaitu perbedaan aqidah. Perbedaan-perbedaan
yang ada bukan dimaksudkan untuk menunjukkan superioritas masing-
masing terhadap yang lain, melainkan untuk saling mengenal dan
menegakkan prinsip persatuan, persaudaraan, persamaan dan kebebasan.
Termasuk dalam hal kebebasan adalah kebebasan untuk memeluk agamanya
masing-masing. Al-quran secara tegas menyatakan bahwa tidak ada paksaan
untuk memeluk agama Islam; QS. Al-Baqarah/2: 256.
MKDU4221/MODUL 9 9.31
Dalam ayat di atas secara gamblang dinyatakan bahwa tidak ada paksaan
dalam menganut keyakinan agama; Allah menghendaki agar setiap orang
merasakan kedamaian. Kedamaian tidak dapat diraih kalau jiwa tidak damai.
Paksaan menyebabkan jiwa tidak damai, karena itu tidak ada paksaan dalam
menganut aqidah agama Islam. Konsideran yang dijelaskan ayat tersebut
adalah karena telah jelas jalan yang lurus.
Latar belakang historis tentang ayat tersebut sebagaimana dinukil oleh
Ibn Katsir yang bersumber dari sahabat Ibn „Abbas adalah seorang laki-laki
Anshâr dari Bani Salim bin „Auf yang dikenal dengan nama Husain
mempunyai dua anak laki-laki yang beragama Nasrani. Sedangkan ia sendiri
beragama Islam. Husain menyatakan kepada nabi SAW. “apakah saya harus
memaksa keduanya? (Untuk masuk Islam?), kemudian turunlah ayat tersebut
di atas.
Ayat yang senada terdapat dalam surat Yunus/10: 99-100.
padahal tidak ada satu jiwa pun akan beriman, kecuali dengan izin
Allah; dan Allah menimpakan kekotoran kepada orang-orang yang
tidak mempergunakan akalnya.
Latar belakang historis surat ini oleh sementara ulama adalah berkaitan
dengan peristiwa di mana beberapa tokoh kaum musyrikin di Makkah, seperti
al-Wâlid bin al-Mughirah, Aswad bin Abdul Muthalib, Umayyah bin Khalaf,
datang kepada Rasul SAW. menawarkan kompromi menyangkut pelaksanaan
tuntunan agama. Usul mereka adalah agar Nabi SAW bersama umatnya
mengikuti kepercayaan mereka, dan mereka pun akan mengikuti ajaran
Islam. “kami menyembah Tuhanmu -hai Muhammad- setahun dan kamu juga
menyembah tuhan kami setahun. Kalau agamamu benar, kami mendapatkan
keuntungan karena kami juga menyembah Tuhanmu dan jika agama kami
benar, kamu juga tentu memperoleh keuntungan”. Mendengar usul tersebut
Nabi SAW menjawab tegas: “Aku berlindung kepada Allah dari tergolong
orang-orang yang mempersekutukan Allah”. Kemudian turunlah surat di atas
yang mengukuhkan sikap Nabi SAW tersebut.
Inisiatif kaum musyrik tersebut ditolak Rasulullah SAW karena tidak
mungkin dan tidak logis pula terjadi penyatuan agama-agama. Setiap agama
berbeda dengan agama yang lain dalam ajaran pokoknya maupun dalam
perinciannya. Karena itu, tidak mungkin perbedaan-perbedaan itu
digabungkan dalam jiwa seseorang yang tulus terhadap agama dan
keyakinannya. Masing-masing penganut agama harus yakin sepenuhnya
dengan ajaran agama atau kepercayaannya. Selama mereka telah yakin,
mustahil mereka akan membenarkan ajaran yang tidak sejalan dengan ajaran
agama atau kepercayaannya.
Kerukunan hidup antar pemeluk agama yang berbeda dalam masyarakat
yang plural harus diperjuangkan dengan catatan tidak mengorbankan aqidah.
9.34 Pendidikan Agama Islam
Kalimat yang secara tegas menunjukkan hal ini seperti terekam dalam surat
di atas adalah: “Bagimu agamamu (silakan yakini dan amalkan) dan
bagiku agamaku (biarkan aku yakini dan melaksanakannya). Ungkapan
ayat ini merupakan pengakuan eksistensi secara timbal balik, sehingga
masing-masing pihak dapat melaksanakan apa yang dianggapnya benar dan
baik, tanpa memutlakkan pendapat kepada orang lain sekaligus tanpa
mengabaikan keyakinan masing-masing.
Dalam perjalanan dakwah apabila ada pihak-pihak yang tetap
memaksakan keyakinannya kepada umat Islam, maka Al-quran memberikan
tuntunan agar mereka menjawab.
Ungkapan yang digunakan dalam ayat di atas sangat menarik, mari kita
perhatikan: si pembicara tidak secara tegas mempersalahkan mitra bicaranya,
bahkan boleh jadi mengesankan kebenaran mereka. Ayat di atas tidak
menyatakan kemutlakan kebenaran ajaran Islam dan kemutlakan kesalahan
agama lain. Al-quran menuntun kepada umat Islam dalam berinteraksi sosial
khususnya dengan non muslim untuk menyatakan bahwa: “Sesungguhnya
kami atau kamu pasti berada di atas kebenaran atau kesesatan yang nyata”.
Mungkin kami yang benar mungkin juga kalian, dan mungkin kami yang
salah dan mungkin juga kalian.
Pandangan tersebut juga didukung oleh penggunaan redaksi dalam ayat
di atas yang menyatakan bahwa; “Kamu tidak akan ditanyai tentang dosa
MKDU4221/MODUL 9 9.35
yang telah kami perbuat (ajramnâ). Kata dosa tersebut diungkap dalam
bentuk kata kerja masa lampau yang mengandung makna telah terjadinya apa
yang dinamai dosa tersebut. Sedangkan ketika melukiskan perbuatan yang
dilakukan oleh mitra bicara dalam hal ini adalah non- muslim, maka
perbuatan mereka tidak dilukiskan dengan dosa, melainkan dengan “tentang
apa yang (sedang atau akan) kamu perbuat („ammâ ta‟malûn). Untuk itulah
dalam ayat terakhir di atas menegaskan bahwa masing-masing akan
mempertanggungjawabkan pilihannya. Biarlah Allah nanti yang akan
menjadi Hakim yang adil di akhirat. Dengan alasan ini pulalah Al-quran
melarang kaum muslim untuk mencerca tuhan-tuhan atau sembahan-
sembahan non-muslim.
Kedua, Tidak menghina simbol-simbol kesucian agama lain; ayat
yang secara tegas melarang hal ini adalah QS. Al-An‟aam/6: 108.
Artinya: “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan
tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang berlaku adil. * Sesungguhnya Allah
hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang
MKDU4221/MODUL 9 9.37
Artinya: Katakanlah hai ahli al-Kitab, marilah menuju kepada suatu kalimat
(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan kita tidak
mempersekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian
kita menjadikan yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah‟. Jika
mereka berpaling, maka katakanlah: Saksikanlah, bahwa kami
adalah orang-orang muslim yang berserah diri (kepada Allah)
Wallahu a‟lam.
MKDU4221/MODUL 9 9.39
LAT IH A N
1) Untuk dapat menjawab dengan baik soal latihan nomor 1 ini anda harus
memahami penjelasan tentang persaudaraan yang diajarkan oleh Al-
quran sebagaimana dipaparkan pada bagian awal Kegiatan Belajar 2 ini.
Bahwa persaudaraan yang diajarkan oleh Al-quran bukan hanya kepada
sesama muslim, melainkan juga kepada non muslim.
2) Pada soal nomor 2 ini yang diminta adalah penjelasan tentang beberapa
etika yang diajarkan oleh Al-quran menyangkut persaudaraan dengan
sesama muslim. Maka yang pertama dilakukan adalah memahami
dengan baik poin-poin yang terdapat di dalam Kegiatan Belajar 2 di
mana dipaparkan tentang beberapa etika persaudaraan dengan sesama
muslim. Cara terbaik untuk memahaminya adalah anda harus dengan
sungguh-sungguh memperhatikan dalil ayat-ayat Al-quran maupun
hadits Nabi SAW jika ada.
3) Setelah anda memahami dengan baik beberapa etika bersaudara dengan
sesama muslim, maka tidak terlalu sulit untuk menjelaskan tentang
rambu-rambu persaudaraan dengan non-muslim. Yang harus anda
lakukan hanyalah menjelaskan tentang bagaimana bentuk konkretnya
toleransi tersebut, dan apa batasannya. Dan itu semua secara rinci telah
dijelaskan di bagian akhir Kegiatan Belajar 2 modul ini.
9.40 Pendidikan Agama Islam
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
5) Kalau ada sesama muslim yang bersengketa maka sesuai petunjuk Al-
quran mereka harus, kecuali ....
A. diupayakan untuk mencari titik temu sehingga kembali bersatu
B. didamaikan agar dapat bersilaturrahim kembali
C. dianjurkan untuk saling menjauhi supaya tidak sering bertemu
D. diupayakan untuk rekonsiliasi supaya terjadi keharmonisan kembali
10) Dalam surat Al-An‟am ayat 108 dijelaskan bahwa seorang muslim tidak
boleh menghina Tuhan agama lain karena ....
A. Tuhan agama lain tersebut akan marah
B. mereka akan membalas menghina Allah SWT, Tuhan kita
C. mereka akan putus asa
D. mereka akan melapor kepada yang berwajib
Daftar Pustaka
Al-quran Al-Karîm.
Bukhâri, Abû „Abdullâh Muhammad bin Ismâ‟il bin Ibrâhim bin al-Mughîrat
bin Bardizbat al-. (t.th). Shahih al-Bukhâri. (t.t): Dâr wa Mathabi‟ al-
Sya‟b.
Ghazali, Abû Hamid Muhammad bin Muhammad al-. (t.th). Ihyâ‟ „Ulum al-
Din. Al-Qahirat: Maktabah al-Masyad al-Husaini.
Ibn Hanbal, Ahmad. (t.th.). Musnad al-Imam bin Hanbal. Beirut: Al-Maktab
al-Islami.
Ibn Kasîr, Abu al-Fida‟ Ismâ‟îl. (t.th.). Tafsîr Al-quran Al-‟Azhim. Singapura:
Al-Haramain.
Ibn Majah, Abû „Abdillâh Muhammad bin Yazid al-Qazwaini. (t.th.). Sunan
Ibn Majah. Bairut: Dâr al-Fikr.
Mahalli, Jalal-al-Din Muhammad bin Ahmad al-, dan Jalâl al-Din „Abd al-
Rahman bin Abî Bakr al-Suyuthi. (t.th.). Tafsîr Al-Quran Al-‟Azhîm.
Jakarta: Jaya Murni.
Marâghi, Ahmad Musthafâ al-. (1974/1394). Tafsir al-Marâghi. (t.t.): Dâr al-
Fikr.
Sijistani, Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟as al-Azadi al-. (t.th.). Sunan Abi
Dawud. Bairut: Dar-al-Fikr.
Suyuthi, „Abd al-Rahmân bin Jalal al-Dîn al-. (1403/1983). Al-Durr al-
Mansûr fî Tafsîr al-Ma‟sur. Bairut: Dâr al-Fikr.
Al-Tirmizi, Abû „Isa Muhammad bin „Isa bin Surat. (1400/1980). Al-Jami‟
al-Shahih. Beirut: Dâr al-Fikr.